• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Atribut Rasa dan Aroma Mayonnaise dengan Metode Quantitative Descriptive Analysis (QDA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Atribut Rasa dan Aroma Mayonnaise dengan Metode Quantitative Descriptive Analysis (QDA)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Atribut Rasa dan Aroma Mayonnaise dengan

Metode Quantitative Descriptive Analysis (QDA)

Development of Taste and Aroma Attributes for Mayonnaise

by Quantitative Descriptive Analysis

Dwi Rahmawati 1, Nuri Andarwulan 2,3, Hanifah N. Lioe2

1Program Studi Magister Profesional Teknologi Pangan, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor 2Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

3South East Asian Food and Agricultural Sciences and technology (SEAFAST) Center,

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Abstract. Quantitative descriptive analysis (QDA) is a descriptive sensory technique commonly used to develop sensory description of a food product with some attributes and their references together with specific scores. Trained panelists were involved in the analysis. The QDA analysis consists of focus group discussion (FGD), panelists training, and sensorial evaluation. This study determined sensory attributes of mayonnaise and their references by QDA. Eleven sensorial attributes of mayonnaise were obtained by FGD. The aroma attributes were identified as lemon aroma, eggy aroma, mustard aroma, and oily aroma. The taste attributes were salty taste, umami taste, sweet taste, sour taste, eggy taste, mustard taste and oily taste. The result of sample evaluation by QDA showed that oily aroma and oily taste gave strong attributes on mayonnaise.

Keywords: focus group discussion, mayonnaise, quantitative descriptive analysis, sensory attributes Abstrak. Analisis deskriptif kuantitatif merupakan salah satu metode sensori yang digunakan untuk mendeskripsikan produk dengan mengembangkan atribut sensori dan standar atribut dari suatu produk pangan. Analisis ini menggunakan panelis terlatih pada pengujiannya. Quantitative decriptive analysis (QDA) atau analisis deskriptif kuantitatif terdiri dari fokus grup diskusi, pelatihan panelis dan pengujian sensori dari produk pangan. Pada penelitian ini dilakukan penetapan atribut sensori beserta standar atribut dari produk mayonnaise dengan menggunakan metode QDA. Atribut yang teridentifikasi pada produk mayonnaise adalah sebanyak 11 atribut yang diperoleh dari focus group discusion (FGD). Atribut aroma yang teridentifikasi pada mayonnaise meliputi aroma lemon, aroma telur, aroma mustard dan aroma minyak. Atribut rasa yang teridentifikasi pada mayonnaise meliputi rasa asin, rasa gurih, rasa manis, rasa asam, rasa telur, rasa mustard dan rasa minyak. Hasil pengujian dengan metode QDA menunjukkan bahwa atribut aroma minyak adalah atribut aroma yang dominan pada mayonnaise dibandingkan atribut aroma lainnya. Atribut rasa minyak merupakan atribut rasa yang dominan pada mayonnaise.

Kata kunci: analisis deskriptif kuantitatif, atribut sensori, fokus grup diskusi, mayonnaise

Aplikasi Praktis: Penelitian ini memberikan informasi mengenai atribut sensori baik untuk atribut rasa maupun atribut aroma dari produk mayonnaise, standar atribut beserta konsentrasinya yang dapat digunakan sebagai standar mutu dan acuan pada aspek sensori mayonnaise. Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan produk mayonnaise dan penilaian sensori mayonnaise secara kuantitatif di laboratorium maupun industri pangan.

PENDAHULUAN 1

Mayonnaise merupakan salah satu jenis saus dressing (dressing sauce) yang paling banyak penggunaannya pada beragam produk pangan di dunia saat ini (Depree dan Savage, 2001). Di Indonesia, mayonnaise telah lama dikenal oleh masyarakat dan sering digunakan sebagai dressing sauce pada produk makanan, seperti salad, burger, pizza, sandwich, kentang goreng, risoles, sosis dan sebagainya. Mayonnaise terbuat dari kuning telur, cuka, minyak nabati, dan

Korespondensi: andarwulan@yahoo.com

mustard (Nikzade, 2012). Proses pengembangan produk baru dan pengawasan mutu dari produk pangan pada umumnya tidak terlepas dari aspek sensori produk pangan tersebut. Analisis sensori dilakukan sebagai suatu metode untuk memberikan informasi mengenai kualitas mutu dari suatu produk pangan.

Analisis sensori deskriptif kuantitatif (Quantitative Descriptive Analysis, QDA) merupakan suatu metode analisis sensori yang dilakukan dimana atribut sensori suatu produk pangan dapat diidentifikasi, dideskripsikan, dan dikuantifikasi dengan menggunakan panelis yang telah dilatih khusus untuk pengujian (Setyaningsih et al.

(2)

2010). Metode QDA telah banyak dilakukan untuk pengembangan terminologi dan penilaian secara kuantitatif suatu produk pangan. Dalam penilaian atribut sensori produk pangan, metode QDA digunakan untuk menilai atribut aroma, tekstur, flavor, rasa, aftertaste suatu produk (Leighton et al. 2008). Pada industri pangan, metode QDA dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, diantaranya adalah pada bidang pengembangan

produk, metode QDA dapat digunakan untuk

mendeskripsikan produk, pengujian dalam melakukan perubahan formulasi, pengaruh lama penyimpanan dan pengemasan. Pada bidang pengendalian mutu metode QDA dapat dijadikan sebagai parameter untuk melakukan pemeriksaan dari konsistensi suatu produk dan apabila terjadi perubahan proses, sedangkan pada bidang pemasaran metode QDA dapat diaplikasikan untuk mendapatkan informasi deskripsi produk pesaing dan pengawasan produk pangan selama pemasaran (Kemp et al. 2009).

Beberapa penelitian menggunakan metode QDA untuk menentukan deskripsi sensori dari produk pangan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Ng et al. (2012) yaitu pengujian sensori dengan menggunakan metode QDA pada produk jus blakcurrant, hasil dari penelitian tersebut atribut aroma yang teridentifikasi pada jus blackcurrant meliputi aroma veggie, aroma blackcurrent, aroma saus tomat, aroma dedaunan (green leafy), dan aroma mint. Atribut rasa pada jus blackcurrant meliputi rasa manis dan rasa pahit, sedangkan atribut flavor yang teridentifikasi dalam produk jus blackcurrant adalah flavor blackcurrant, flavor dedaunan (green leafy), flavor mint dan flavor saus tomat.

Da Silva et al. (2013) dalam penelitiannya mengidentifikasi atribut sensori yang terdapat dalam produk coklat dengan metode QDA, hasil yang diperoleh atribut sensori yang teridentifikasi adalah aroma coklat, flavor coklat, rasa manis, rasa pahit, sedangkan untuk tekstur coklat yang dinilai adalah kekerasan, (hardness), daya oles (spreadability), dan daya kekompakan (adhesivity). Selain itu, Wennen et al. (2005) melakukan studi untuk menentukan atribut dari mouthfeel creamy dalam produk mayonnaise, saus dan custard komersial dengan menggunakan metode QDA dan analisis multivariat. Hasil yang diperoleh adalah atribut tekstur pada ketiga produk tersebut memiliki korelasi positif dengan atribut mouthfeel creamy, sedangkan atribut aroma tidak berpengaruh terhadap mouthfeel creamy. Atribut citarasa (flavor) yang dapat meningkatkan mouthfeel creamy adalah flavor karamel, sedangkan flavor keju pada produk memiliki korelasi negatif dengan mouthfeel creamy.

Berdasarkan referensi dan penelitian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut sensori rasa maupun aroma pada produk mayonnaise, menentukan standar dari masing-masing atribut sensori mayonnaise dan penilaian atribut sensori secara kuantitatif pada mayonnaise dengan menggunakan metode QDA.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pembuatan

mayonnaise meliputi minyak kedelai, air perasan jeruk lemon, gula, garam, mustard powder (PT. Markaindo) dan eggyolk powder (Ovobel Corp, India). Bahan untuk pembuatan mayonnaise diperoleh dari pasar lokal yang berada di Bogor. Alat untuk pembuatan mayonnaise adalah Hand Blender Philips HR 1603 (Philips Corp, Belanda).

Metode Penelitian

Formulasi Mayonnaise. Metode pembuatan mayonnaise mengacu pada penelitian yang digunakan Liu et al. (2007) Proses pembuatan mayonnaise dimulai dengan dilakukan pemisahan kuning telur dari putih telur. Pencampuran kuning telur (12%) dengan air (9.84%) dan bahan kering seperti garam (0.96%), gula (0.96%), mustard (0.64%) dan diaduk dengan mixer kecepatan 1300 rpm selama 2 menit. Penambahan minyak nabati (70%) dilakukan sedikit demi sedikit agar terbentuk emulsi minyak dalam air. Setelah terbentuk emulsi, air perasan jeruk lemon (5.6%) ditambahkan dan dilakukan pengadukan selama 3 menit. Mayonnaise yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam gelas jar dan ditutup rapat. Penyimpanan mayonnaise dilakukan selama 24 jam pada suhu refrigerator (1-5˚C) sebelum dilakukan pengujian sensori. Pembuatan mayonnaise pada penelitian ini dilakukan sebanyak 500 g.

Analisis QDA (Meilgaard, 1999)

Pelatihan Panelis. Panelis yang dibutuhkan dalam

pengujian QDA adalah panelis terlatih. Tahap pelatihan panelis pada metode QDA dilakukan untuk melatih panelis dan meningkatkan kepekaan sensori panelis terhadap atribut aroma dan rasa mayonnaise. Pelatihan panelis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pelatihan panelis secara kualitatif dilakukan dengan

metode focus group discussion (FGD) untuk

mengidentifikasi atribut sensori (rasa dan aroma) yang terdeteksi pada mayonnaise. Menurut Setyaningsih et al. (2010) metode FGD berbentuk sistem diskusi dimana peneliti bertindak sebagai moderator. Pada saat diskusi FGD moderator tidak berperan serta di dalamnya, tetapi hanya untuk memonitor jalannya diskusi, menyediakan keperluan diskusi seperti standar atribut, sampel dan lembar pengujian. Pada deskripsi produk, masing-masing atribut rasa dan aroma pada mayonnaise disamakan persepsi atau terminologi agar semua panelis

memiliki persepsi yang sama terhadap produk

mayonnaise.

Penentuan Standar Atribut. Pelatihan panelis

secara kuantitatif dilakukan untuk menentukan

konsentrasi larutan standar yang akan digunakan sebagai standar atribut pada pengujian QDA. Penentuan larutan standar dilakukan dengan menggunakan tiga larutan dengan konsentrasi yang telah ditentukan dan panelis memberikan nilai intensitas terhadap masing-masing larutan standar dengan skala garis intensitas sepanjang

(3)

15 cm. Penentuan konsentrasi standar ditentukan secara subyektif oleh panelis. Nilai intensitas dan konsentrasi standar yang diperoleh kemudian diolah menjadi nilai logaritmik dan dibuat hubungan kurva linier antara nilai logaritmik konsentrasi standar atribut terhadap nilai logaritmik intensitas yang diperoleh dari penilaian panelis sehingga menghasilkan persamaan garis kurva standar. Persamaan garis kurva standar kemudian digunakan untuk menentukan nilai konsentrasi larutan standar yang akan digunakan untuk pengujian QDA pada setiap masing-masing standar atribut. Selain itu, pada pelatihan panelis secara kuantitatif dilakukan juga pelatihan seperti pengujian QDA dengan menggunakan mayonnaise komersial dan menggunakan standar atribut yang nilainya telah ditentukan dengan persamaan regresi. Sampel mayonnaise ditandai dengan tanda garis

vertikal pada scoresheet dengan skala garis

masingmasing atribut dan menuliskan kode sampel diatas atau dibawah garis vertikal respon. Pelatihan uji QDA ini dilakukan hingga kepekaan panelis konsisten dengan menunjukkan bahwa nilai standar deviasi pelatihan panelis memiliki nilai lebih kecil dari satu untuk semua atribut sensori (Hadi, 2011).

Analisis Deskriptif Kuantitatif. Pengujian analisa

deskripsi kuantitatif (QDA) dilakukan dengan cara menilai intensitas atribut aroma dan rasa produk mayonnaise. Penilaian intensitas mayonnaise dilakukan menggunakan unstructured scale sepanjang 15 cm dengan dua larutan standar dari masing-masing atribut yang telah ditentukan dengan persamaan garis kurva standar. Pengujian dilakukan sebanyak 3 ulangan untuk melihat konsistensi panelis dan untuk menghindari adanya bias. Hasil dari penilaian semua panelis diolah dan disajikan dalam bentuk spider web untuk

membandingkan intensitas masing-masing atribut

sensori mayonnaise.

HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Mayonnaise

Formula yang digunakan untuk pembuatan

mayonnaise mengacu pada penelitian Liu et al (2007). Formulasi dilakukan untuk mendapatkan jumlah yang optimum perbandingan bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan mayonnaise dengan kekentalan yang baik dan dapat diterima secara sensori. Pada awal

pembuatan mayonnaise diperoleh banyaknya minyak

yang terpisah pada mayonnaise. Hal ini dikarenakan konsentrasi minyak nabati yang digunakan dalam komposisi bahan mayonnaise adalah sebesar 80%. Menurut Depree dan Savage (2001) komposisi maksimum fase terdispersi untuk membentuk suatu emulsi mayonnaise yang ideal adalah 75% dari total bahan. Jika komposisi minyak lebih dari 75% maka droplet minyak tidak akan berbentuk globula yang dapat dikelilingi oleh fase kontinyu. Oleh karena itu, fase terdispersi (minyak) yang ditambahkan dalam penelitian ini berkurang menjadi 70% dan terdapat penambahan air sebagai fase kontinyu yang dapat membentuk sistem emulsi mayonnaise yang kompak.

Karakteristik Sensori Mayonnaise

Pelatihan Panelis. Panelis yang mengikuti tahap pelatihan panelis adalah panelis terlatih dari Laboratorium Analisis Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Institut Pertanian Bogor yang berjumlah 8 orang. Menurut Kemp et al. (2009) jumlah panelis untuk analisis deskriptif kuantitatif sebanyak 6-18 panelis yang memiliki kemampuan dan kepekaan sensori yang baik. Pelatihan panelis dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode FGD dan pelatihan secara kuantitatif dilakukan untuk menentukan konsentrasi larutan standar dan pelatihan seperti pengujian QDA. Metode FGD adalah salah satu metode kualitatif yang paling efektif untuk mendapatkan deskripsi sensori suatu produk pangan. Pada pelatihan ini, panelis menetapkan terminologi atribut sensori untuk menyamakan persepsi dari konsep atribut sensori antar panelis satu dengan panelis lainnya (Stone dan Sidel. 2004). Pada awal FGD panelis mendeskripsikan atribut-atribut sensori yaitu rasa dan aroma yang teridentifikasi pada sampel mayonnaise. Metode FGD menghasilkan atribut aroma pada mayonnaise yang teridentifikasi meliputi aroma lemon, aroma telur, aroma mustard dan

aroma minyak. Sedangkan atribut rasa yang

teridentifikasi adalah rasa asin, rasa asam, rasa gurih, rasa manis, rasa telur, rasa mustard dan rasa minyak. Hasil diskusi dari FGD disajikan pada Tabel 1.

Penentuan Standar Atribut. Pelatihan panelis secara kuantitatif yaitu panelis menilai larutan standar dari masing-masing atribut rasa maupun aroma sampel mayonnaise. Pada saat penentuan skor intensitas standar atribut, peneliti membuat tiga larutan standar dengan nilai konsentrasi yang telah diketahui. Data intensitas dan konsentrasi larutan standar yang dihasilkan kemudian ditransformasikan kedalam bentuk logaritmik dan dibuat hubungan kurva linier antara nilai intensitas dan nilai konsentrasi. Kurva linier akan menghasilkan persamaan garis yang terdiri dari sumbu x dan sumbu y, dimana sumbu x adalah nilai logaritma konsentrasi larutan standar dan sumbu y adalah nilai intensitas larutan standar. Persamaan garis yang didapatkan kemudian digunakan untuk menentukan nilai konsentrasi larutan standar yang akan digunakan pada pengujian QDA. Setelah diperoleh persamaan garis linier, maka didapatkan dua nilai standar yaitu R1 (reference 1) yang menggambarkan batas bawah atribut sensori dan R2 (reference 2) yang menunjukkan batas atas atribut sensori untuk pengujian QDA. Seluruh kurva standar untuk perhitungan konsentrasi larutan standar memiliki nilai R2 yang baik yaitu lebih dari 0.9, karena jika nilai

R2 mencapai 0.9 dapat dikatakan bahwa kemampuan rata-rata dari panelis terlatih telah konsisten (Puspita, 2011). Persamaan garis, intensitas dan konsentrasi bahan yang digunakan untuk pembuatan larutan standar dapat dilihat pada Tabel 1.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan standar atribut dari sampel mayonnaise adalah bahan yang digunakan dalam proses pembuatan mayonnaise dan bahan yang memiliki karakteristik rasa dan aroma yang

(4)

sama dengan produk mayonnaise. Intensitas konsentrasi standar untuk atribut rasa asin, manis, gurih yang digunakan dalam pelatihan panelis tidak ditentukan skor oleh panelis, melainkan konsentrasi standar tersebut telah sesuai dengan nilai konsentrasi standar yang tercantum dalam Meilgaard et al. (1999). Dalam penelitian ini, larutan standar untuk atribut aroma dan rasa minyak menggunakan minyak kedelai, karena mayonnaise dipasaran sumber minyak nabati pada umunmya adalah berasal dari minyak kedelai (Garcia, 2005). Minyak kedelai banyak digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan mayonnaise komersial karena minyak kedelai memiliki sifat stabil dan tetap berbentuk cair apabila disimpan pada suhu refrigerator (5˚C). Minyak kedelai yang digunakan yang digunakan untuk standar atribut merupakan minyak kedelai murni tanpa

mengalami pengenceran. Bahan, intensitas dan

konsentrasi larutan standar yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan standar disajikan pada Tabel 2.

Pelatihan panelis secara kuantitatif yang dilakukan selanjutnya adalah panelis dilatih untuk menilai atribut aroma dan atribut rasa yang terdapat pada mayonnaise

komersial dengan menggunakan masing-masing larutan standar atribut yang telah ditentukan pada pelatihan sebelumnya. Hasil penilaian pelatihan panelis diperoleh konsisten setelah dilakukan 6 kali pelatihan kuantitatif dengan nilai standar deviasi dari pelatihan panelis lebih kecil dari satu untuk seluruh atribut sensori.

Karakteristik Sensori Mayonnaise menggunakan

QDA. Pada pengujian QDA (Quantitative Descriptive

Analysis) panelis melakukan pengujian intensitas berbagai macam atribut aroma dan rasa menggunakan skala garis 0 hingga 15, dimana skala 0 menunjukkan intensitas paling rendah dan skala 15 menunjukan intensitas paling tinggi. Pengujian QDA terhadap sampel mayonnaise dilakukan sebanyak tiga kali ulangan untuk menghindari adanya bias. Menurut Kemp et al. (2009) pengulangan yang dilakukan pada pengujian QDA berkisar antara 2-6 kali pengulangan. Pada pengujian QDA, panelis menilai intensitas atribut rasa dan aroma dengan dibantu dua buah larutan standar (R1 dan R2) yang nilainya telah ditentukan pada saat pelatihan panelis, dengan adanya larutan standar dapat membantu dan memudahkan panelis untuk mengggunakan skala intensitas dalam menguji sampel mayonnaise.

Tabel 1. Hasil FGD dan penentuan larutan standar atribut sensori mayonnaise

Atribut Deskripsi Bahan Larutan Standar

Konsentrasi Bahan*(%)

Intensitas

Rata-rata Persamanaan Garis Atribut Aroma

Aroma Lemon Aroma tajam yang identik dengan rasa asam Air Lemon

4.00 3.49

y = 1.1277x – 0.1345 8.00 7.75

12.00 12.00 Aroma Telur Aroma Kuning telur segar Egg Yolk Powder

1.25 4.24

y = 0.8892x + 0.5365 2.50 7.61

5.00 14.54 Aroma Mustard Aroma khas mustard Mustard Powder

0.25 3.64

y = 1.0300x + 1.1824 0.50 7.53

0.70 11.25 Aroma Minyak Aroma khas minyak Minyak Kedelai 100 14.05 Atribut Rasa

Rasa Asin

Rasa dasar yang dapat distimulasi garam natrium, khususnya Natrium Klorida

Larutan Garam Natrium Klorida

Rasa Gurih Rasa dasar yang dapat distimulasi larutan glutamat

Larutan Monosodium Glutamat (MSG)

Rasa Manis

Rasa dasar yang dapat distimulasi sukrosa dan bahan pemanis lainnya (sweeteners)

Larutan Sukrosa

Rasa Asam

Rasa dasar yang dapat distimulasi larutan yang memiliki pH rendah Air Lemon 4.00 5.93 y = 0.7968x + 0.2938 8.00 10.36 12.00 14.20

Rasa Telur Rasa khas kuning telur Larutan Egg Yolk Powder

1.25 3.95

y = 0.8744x + 0.5200 2.50 7.66

5.00 13.28

Rasa Mustard Rasa pungent khas mustard Larutan Mustard Powder

0.25 5.81

y = 0.8107x + 1.2408 0.50 9.23

0.75 15 Rasa Minyak Karakter khas minyak nabati,

(5)

Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata QDA dari setiap atribut aroma dan atribut rasa pada sampel mayonnaise. Data ini merupakan hasil nilai rata-rata panelis dari pengujian QDA sebanyak tiga kali ulangan dengan skala intensitas 0-15. Nilai hasil rata-rata ini kemudian disajikan ke dalam bentuk spider web (Gambar 1 dan Gambar 2).

Tabel 3. Nilai rata-rata QDA atribut aroma mayonnaise

Atribut Mayonnaise Nilai rata-rata

Atribut Aroma Aroma Telur 3.16±1.16 Aroma Lemon 1.83±0.66 Aroma Mustard 4.73±1.15 Aroma Minyak 6.86±2.87 Atribut Rasa Rasa Asin 5.45±2.13 Rasa Gurih 4.75±0.88 Rasa Manis 1.13±0.55 Rasa Asam 4.18±1.06 Rasa Telur 4.43±1.33 Rasa Mustard 4.87±1.22 Rasa Minyak 6.52±3.04

Spider web digunakan untuk menginterpretasikan hasil QDA hingga saat ini, karena dengan menggunakan bentuk spider web dapat dilihat seluruh profil atribut sensori dan dapat dibandingkan antara profil atribut satu dengan atribut lainnya (Kemp et al. 2009). Setiap atribut ditunjukkan dengan garis-garis lurus pada grafik spider web, dengan nilai intensitas sampel mayonnaise pada setiap atribut yang ditunjukkan oleh titik-titik yang dihubungkan oleh satu garis yang mengelilingi garis atribut. Spider web juga dapat mengidentifikasi profil sampel yang menyimpang atau berbeda secara nyata dengan sampel lainnya.

Gambar 1. Spider web hasil pengujian QDA atribut aroma

Gambar 2. Spider web pengujian QDA atribut rasa

Seperti terlihat pada Gambar 1, atribut aroma yang dihasilkan pada mayonnaise meliputi aroma lemon, aroma telur, aroma mustard dan aroma minyak. Atribut aroma minyak merupakan atribut aroma yang memiliki nilai rata-rata intensitas paling tinggi yaitu sebesar 6.9 dan nilai rata-rata intensitas atribut aroma yang terendah sebesar 1.8 terdapat pada aroma lemon. Aroma minyak

-1 4 9 14 Minyak Lemon Mustard Telur (Eggy)

Tabel 2. Bahan, konsentrasi dan intensitas untuk standar atribut aroma dan rasa pada mayonnaise

Atribut Bahan Larutan Standar Intensitas Konsentrasi (%)*

Atribut Aroma

Telur Egg Yolk Powder R1 5 4.98

R2 10 9.43

Mustard Mustard Powder R1 5 8.39

R2 10 13.54

Lemon Air Lemon R1 5 5.50

R2 10 11.14

Atribut Rasa

Telur Egg Yolk Powder R1 5 4.89

R2 10 9.26

Mustard Mustard Powder R1 5 5.29

R2 10 9.35

Asam Air Lemon R1 5 4.28

R2 10 8.26 Asin** Garam R1 2.5 0.2 R2 8.5 0.5 Manis** Sukrosa R1 2 2 R2 10 10 Gurih** MSG R1 5 0.02 R2 10 0.04 -1 2 5 8 11 14Asin Gurih Manis Asam Telur Mustard Minyak

(6)

merupakan aroma yang dominan pada sampel mayonnaise, hal ini dikarenakan ingredien terbesar penyusun mayonnaise berasal dari minyak nabati yaitu sebesar 70%. Atribut aroma mustard merupakan atribut aroma tertinggi setelah aroma minyak yaitu dengan nilai rata-rata intensitas sebesar 4.7. Aroma mustard yang teridentifikasi berasal dari penambahan mustard powder pada pembuatan mayonnaise. Atribut aroma telur dan aroma lemon merupakan atribut aroma yang memiliki nilai intensitas terendah dibandingkan atribut aroma lainnya. Hal ini dikarenakan pada saat FGD panelis menilai bahwa aroma telur dan aroma lemon tertutupi oleh aroma minyak (oily) sehingga nilai intensitas atribut yang dihasilkan relatif rendah.

Hasil nilai rata-rata intensitas atribut rasa pada mayonnaise ditampilkan dalam bentuk Spider web (Gambar 2). Nilai intensitas atribut rasa paling tinggi adalah atribut rasa minyak yaitu sebesar 6.5 dan nilai intensitas terendah terdapat pada atribut rasa manis dengan nilai intensitas sebesar 1.1. Atribut rasa minyak

merupakan atribut aroma yang dominan pada

mayonnaise sehingga atribut rasa lainnya yaitu rasa asin, rasa gurih, rasa manis, rasa asam, rasa telur dan rasa mustard dapat tertutupi oleh atribut rasa minyak.

Rasa telur pada mayonnaise berasal dari kuning telur. Nilai rata-rata intensitas rasa telur adalah 4.4 (Tabel 3). Kuning telur masih digunakan dalam pembuatan mayonnaise hingga saat ini, kuning telur berperan sebagai emulsifying agent pada mayonnaise, karena kemampuannya dalam pembentukan emulsi dan flokulasi emulsi untuk memberikan tekstur yang baik pada mayonnaise. Rasa asam yang teridentifikasi berasal

dari penambahan air lemon pada pembuatan

mayonnaise. Menurut O’ Brien (2009) air lemon dapat mempengaruhi pH pada mayonnaise. Selain itu, air lemon juga dapat menghasilkan cita rasa (flavor) pada mayonnaise. Atribut rasa manis merupakan salah satu atribut yang teridentifikasi pada saat pelatihan panelis dengan FGD (focus group discusion). Pada mayonnaise

komersial penambahan gula dilakukan untuk

menyeimbangkan rasa asam pada mayonnaise (O’Brien, 2009). Nilai rata-rata atribut rasa manis paling rendah dibandingkan atribut rasa lainnya, hal ini dikarenakan penambahan sukrosa dalam formulasi hanya sebesar 0.96% sehingga nilai intensitas yang teridentifikasi pada mayonnaise relatif rendah.

Nilai intensitas rata-rata dari pengujian QDA pada atribut aroma berkisar antara 1.83-6.86 dan pada atribut rasa berkisar antara 1.1-6.5. Seluruh nilai intensitas atribut sensori menunjukkan tidak lebih dari 7. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik profil mayonnaise tidak memiliki karakter atribut yang dominan seperti produk lainnya. Septiani (2011) melakukan studi mengenai profil sensori kecap di Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa atribut sensori yang dominan pada kecap adalah rasa manis dengan nilai intensitas rata-rata lebih dari 9 dari skala 15. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik profil sensori pada setiap produk pangan berbeda-beda tergantung dari ingredien penyusunnya.

Hasil analisis QDA dalam penelitian ini

menghasilkan atribut aroma dan atribut rasa yang teridentifikasi dalam produk mayonnaise dan standar atribut yang dapat digunakan sebagai acuan untuk proses pengujian QDA produk mayonnaise di industri pangan. Selain dapat untuk proses pengembangan produk mayonnaise, hasil analisis QDA yang berupa atribut

sensori dapat pula diaplikasikan pada bidang

pengendalian mutu sebagai standar konsistensi produk dan pada bidang analisis pemasaran sebagai parameter dari deskripsi produk kompetitor.

KESIMPULAN

Hasil dari pelatihan panelis menggunakan FGD pada metode QDA menghasilkan beberapa atribut aroma dan atribut rasa yang teridentifikasi pada produk mayonnaise. Atribut aroma yang teridentifikasi pada mayonnaise meliputi aroma lemon, aroma telur, aroma mustard dan aroma minyak. Atribut rasa pada mayonnaise yang teridentifikasi adalah rasa asin, rasa manis, rasa gurih, rasa asam, rasa telur, rasa mustard dan rasa minyak. Bahan yang digunakan untuk standar atribut sensori mayonnaise meliputi air lemon untuk standar aroma lemon dan rasa asam, eggyolk powder untuk standar aroma telur dan rasa telur, mustard powder untuk standar aroma aroma mustard dan rasa mustard, garam natrium klorida untuk standar rasa asin, sukrosa untuk standar rasa manis, monosodium glutamat untuk standar rasa gurih dan minyak kedelai untuk standar aroma minyak dan rasa minyak. Evaluasi sampel mayonnaise dengan metode QDA menghasilkan bahwa atribut aroma minyak merupakan atribut aroma yang dominan pada mayonnaise, sedangkan atribut rasa yang dominan pada sampel mayonnaise adalah rasa minyak.

DAFTAR PUSTAKA

[Amerningtyas D, Jaya F. 2012. Sifat Fisiko Kimia Mayon-naise dengan berbagai tingkat konsentrasi minyak nabati dan kuning telur ayam buras. J Ilmu-Ilmu Peternakan 21 (1):1-6.

Amin MH, Elbeltagy AE, Mustafa M, Khalil AH. 2014. Development of low fat mayonnaise containing diffe-rent types and levels of hydrocolloid gum. J Agro-alimentary Process and Technologies 20 (1), 54-63. Da Silva R, Minim V, Carneiro J, Nascimento M, Lucia S,

Minim L. 2013. Quantitative Sensory Description Using The Optimized Descriptive Profile : Comparison with Conventional and Alternative Methods for Evaluation of Chocolate. J Food Quality and Prefe-rence (2013) 169-179.

Depree JA, Savage GP. 2001. Physical and Flavor Stability of Mayonnaise. Trends in Food Science and Techno-logy 12 : 157-163.

Garcia KM. 2006. Quality Characterization of Cholesterol free mayonnaise type spreads containing rice bran oil [Tesis]. Baton-Rouge : Louisiana State University. Hadi S. 2011. Quantitative Descriptive Analysis (QDA) Mi

(7)

Seasoning Oil Ingredien. [Skripsi] Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Kemp SE, Hollowood T, Hort J. 2009. Sensory Evaluation A practical Handbook. United Kingdom: John Wiley & Sons.

Kusumadewi M. 2011. Karakterisasi Sifat fisikokimia kecap manis komersial Indonesia. [Skripsi] Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Leighton CS, Schonfeldt HC, Kruger R. 2008. Quantitative Descriptive Sensory Analysis of Five Different Culti-vars of Sweet Potato to Determine Sensory and Textural Profiles.

Liu H, Xu XM, Gu SD. 2007. Rheological, Texture, and Sensory Properties of Low Fat Mayonnaise with Diffe-rent Fat Mimetics. LWT Food Science and Technology 40(6) 946-954.

Mc Clement DJ. 2005. Food Emulsion : Principles, Prac-tices and Techniques. Second Edition. Boca Raton : CRC Press.

Meilgaard M, Civille GV, Carr TB. 1999. Sensory Eva-luation Techniques 3rd Edition. New York: CRC Press. Ng M, Lawlor JB, Chandra S, Chaiya C, Hewson J, Hort J. 2012. Using quantitative descriptive analysis and tem-poral dominance of sensations analysis as comple-mentary methods for profilling commercial black-currant squashes. J Food Quality and Preference 25 (2012) 121-134.

Nikzade V, Tehrani M, Tarzjan MS. 2012. Optimization of low cholesterol, low fat mayonnaise formulation : Effect of using soy milk and some stabilizer by a mixture design approach. Food Hydrocolloids 28, 344-352.

O’Brien R. 2009. Fats and Oils : Formulating and Pro-cessing Applications. Boca Raton : CRC Press.

Puspita VA. 2011. Karakterisasi Flavor Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) dan Buah Naga Merah (Hylo-cereus polyrhizus). [Skripsi] Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Ritvanen TK. 2013. Ripened Cheese ; The effects of fat modifications on sensory characteristics and fatty acid composition [Disertasi]. Helsinki : University of Hel-sinski.

Septiani L. 2011. Profil Sensori Deskriptif Kecap Manis Komersial Indonesia. [Skripsi] Bogor : Institut Perta-nian Bogor.

Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk industri pangan dan agro. Bogor (ID) : IPB Press.

Smittle RB. 2000. Microbiological Safety of Mayonnaise, Salad Dressing and Sauces Produced in the United States. J Food Protection :63,1144.

Stone H, Sidel JL. 2004. Sensory Evaluation Practices Third Edition. California (US) : Elsevier Academic Press.

Wardani NP. 2012. Pemanfaatan eksrak bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa L) kaya antioksidan dalam pem-buatan mayonnaise berbahan dasar minyak kelapa, minyak sawit dan minyak kedelai.[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Wennen H, Jellema R, De Wijk R. 2005. Sensory Sub-Attributes of Creamy Mouthfeel in Commercial Mayonnaises, Custard Desserts and Sauces. J Food Quality and Preference 16 (2005) 163-170.

JMP-04-15-003- Naskah diterima untuk ditelaah pada 22 April 2015. Revisi makalah disetujui untuk dipublikasi pada 5 September 2015. Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmp

Gambar

Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata QDA dari setiap  atribut  aroma  dan atribut  rasa pada sampel  mayonnaise

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan peremajaan bakteri dan pembuatan larutan uji lalu dilalukan pengujian daya hambat dengan metode difusi cakram lalu diikubasi selama 18-24 jam dan diukur

Key words: municipal self-government – Hungary, intermunicipal cooperation, council partnership, district notary’s office, institutional association, official

Dalam hal ini, film dibuat dari chitosan, PVA dan antosianin ekstrak dari beras merah.PVA mempunyai sifat yang elastic/plastis, dengan pencampuran chitosan dan

Direktur, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, Ketua Lembaga, Kepala Pusat, dan Kepala UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Rektor paling lambat

Hasil uji beda rataan respon pemberian pupuk bokashi ampas tebu dan pupuk bokashi enceng gondok terhadap total produksi per sample (g) tanaman kacang kedelai

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, serta hidayah-Nya sehinnga penulis dapat menyelesaikan skrpsi ini dengan judul Pengembangan

Pada Penelitian Tindakan Kelas diharapkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbantuan video dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan penalaran