• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan udara merupakan penopang keberlangsungan hidup manusia di bumi. Oleh karena itu udara yang dihirup harus dalam keadaan bersih dari bahan pencemar. Dengan banyaknya hal-hal yang dapat mengotori udara, saat ini udara yang bersih dan sehat semakin jarang. Meningkatnya pembangunan fisik kota serta perkembangan pusat industri dan transportasi menyebabkan perubahan pada kualitas udara.

Wilayah perkotaan sebagai pusat perekonomian menjadikan semua kegiatan manusia berjalan dengan cepat dan dinamis. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan alat transportasi untuk menunjang aktivitas manusia. Dampak negatif dari pertumbuhan di sektor transportasi yang pesat adalah meningkatnya pencemaran udara. Hasil dari berbagai observasi kualitas udara menyebutkan bahwa kontribusi pencemaran udara dari transportasi mencapai 66,3% dari total pencemaran udara (Riyadina, 1997).

Kota Makassar merupakan salah satu pusat pengembangan kawasan strategis di kawasan Timur Indonesia, cenderung mengalami pertumbuhan yang pesat di berbagai bidang termasuk sektor transportasi. Aktifitas transportasi yang tidak dikendalikan dapat merugikan lingkungan dan ekosistem sebagai hasil dari tingginnya emisi polutan yang dilepaskan kendaraan bermotor ke udara. Menurunnya kualitas udara di wilayah perkotaan mencapai 70% diduga dari tingginya konsumsi bahan bakar minyak untuk sektor transportasi (Tietenberg,2003).

Pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi tidak sebanding dengan pertumbuhan prasarana dan sarana transportasi menjadi salah satu penyebab padatnya kendaraan dan terjadinya keamacetan lalu lintas (Salim, 2014). Berdasarkan data EKUP (Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan) tahun 2012, kota Makassar termasuk salah satu dari 8 kota di Indonesia yang memiliki kualitas kinerja lalu lintas yang rendah (KLH, 2012). Data dari Samsat Kota Makassar

(2)

tahun 2012, jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat telah mencapai 1.006.575 unit (Ashari, 2016). Di Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah kendaraan meningkat 18% per tahun. Di Kota Makassar jumlah kendaraan roda 2 meningkat 13-14% per tahun dan roda 4 meningkat 8-10% per tahun. Sementara pertumbuhan jalan hanya 0,001 persen per tahun. Jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat mencapai 2,4 juta (1,1 juta roda 2 dan 1,3 juta mobil) lebih tinggi dari jumlah penduduknya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2015).

Semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor menyebabkan penggunaan bahan bakar juga meningkat. Dengan demikian pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor semakin besar dampaknya. Sebuah studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor dengan kadar Pb dalam darah. (Assiddieq, 2015).

Salah satu unsur dalam bahan bakar yang diemisikan ke udara adalah timbal (Pb). Sesuai Kepmen Pertambangan dan Energi nomor 1585K/32/MPE/1999 timbal tidak digunakan lagi dalam bahan bakar bensin di Indonesia. Akan tetapi dibeberapa daerah penggunaan timbal sebagai bahan tambahan dalam bahan bakar hingga saat ini masih dijadikan alternatif demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan bahan bakar dengan harga terjangkau. Paparan timbal dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang akut. Keracunan timbal yang umum terjadi adalah paparan timbal dalam jumlah kecil dan terjadi terus menerus dalam waktu yang lama (efek kronis). Tanda-tanda keracunan timbal tidak nampak secara jelas, tetapi setelah beberapa lama menyebabkan masalah kesehatan yang serius (Conant dan Fadem, 2008).

Pajanan Pb pada manusia dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada kesehatan, yaitu pada saraf pusat dan saraf tepi, sistem kardiovaskuler, sistem hematopoetik, hipertensi, ginjal, pencernaan, sistem reproduksi dan bersifat karsinogenik (Conant dan Fadem, 2008). Terpapar Pb dalam waktu yang lama dan kontinyu akan berpengaruh pada sistem saraf pusat serta menunjukkan gejala seperti insomnia, bingung atau pikiran kacau, konsentrasi berkurang dan gangguan ingatan (memori). Selain itu efek pada sistem saraf pusat dapat berupa

(3)

ketidakmampuan mengikuti perintah sederhana dan penurunan IQ (Intelligence Quotient) terutama pada anak (Riyadina,1997).

Sejak tahun 2006 Indonesia sudah mengupayakan pendistribusikan bensin non timbal ke seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi sampai saat ini beberapa kota besar di Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari partikular Pb tersebut, sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan. Menurut BPLHD DKI Jakarta (2007) disebabkan karena penggunaan timbal (Pb) selama puluhan tahun, udaranya akan tetap tercemar Pb walaupun penggunaan bensin yang mengandung Pb telah berhasil dihentikan. Data hasil pemantauan kualitas udara di beberapa lokasi di kota Makassar yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar tahun 2015 menunjukkan beberapa titik terjadi peningkatan kadar Pb dengan rata-rata 0,06µg/Nm3. Hal ini juga nampak pada beberapa titik lokasi pengukuran rata-rata kualitas udara yang sebelumnya negatif Pb menjadi positif Pb.

Keracunan Pb lebih berbahaya pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Makin kecil dan muda usia anak, maka dampak keracunan Pb akan semakin berbahaya. Setelah beberapa waktu paparan Pb dalam jumlah sedikit pun dapat membahayakan perkembangan mental. Melalui aliran darah Pb dapat merusak ginjal, saraf dan organ lainnya. Bagi anak-anak keracunan Pb dapat lebih mudah menggangu kesehatan dari pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena anak-anak bernapas lebih cepat dari pada orang dewasa dan lebih mudah sakit akibat polusi udara. Frekuensi pernapasan pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada orang dewasa antara 12-20 kali permenit (Suyono, 2001). Selain itu anak berada pada fese pertumbuhan dan perkembangan sementara orang dewasa memiliki fungsi organ yang telah bekerja optimal, oleh sebab itu anak-anak merupakan kelompok yang lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan orang dewasa (Conant dan Fadem, 2008). Menurut Lidsky & Schneider (2003) dalam Koller (2004) paparan timbal pada masa pertumbuhan dan perkembangan otak lebih berbahaya dibandingkan paparan timbal yang terjadi pada masa dewasa dimana otak berada pada fase mature (matang).

Transportasi sebagai penyumbang terbesar polusi udara terjadi akibat penggunaan kendaraan bermotor yang makin meningkat setiap hari. Kepadatan

(4)

kendaraan di lingkungan sekolah yang terjadi pada pagi dan siang hari khususnya pada jam masuk dan pulang sekolah sangat berpengaruh bagi kesehatan anak sekolah. Polusi akibat gas buang kendaraan bermotor saat terjadi kemacetan dapat menurunkan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke otak sehingga melemahkan kemampuan berpikir (Kumaat, 2012).

Anak usia sekolah termasuk kelompok yang berisiko menerima dampak pencemaran udara akibat transportasi di kota besar. Kendaraan yang menggunakan bahan bakar bertimbal akan melepaskan 95% timbalnya ke udara (Murhadi, dkk). Anak sekolah dapat terpapar oleh timbal (Pb) saat berada di sekolah maupun di luar sekolah tergantung pada jaraknya dengan sumber pencemar, durasi paparan serta konsentrasi zat pencemar yang berada pada udara yang dihirup. Penelitian menunjukkan bahwa Pb yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada perkembangan saraf termasuk dampaknya terhadap penurunan kecerdasan (inteligensi). Suatu studi evaluasi untuk menilai pengaruh Pb pada IQ menujukkan bahwa tejadi penurunan 5 poin IQ pada anak yang terpapar Pb dengan pemeriksaan kandungan Pb darah 50-70 µg/dl, penurunan 4 poin IQ pada kandungan Pb darah 30-50 µg/dl, dan penurunan 1-2 poin pada kandungan Pb darah 15-30 µg/dl (Chang,1996).

Sekolah yang berada di tengah kota dan terletak dekat dengan jalan raya menjadi risiko terpaparnya anak sekolah terhadap emisi yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor. Pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak, usia 6-12 tahun merupakan tahap yang penting dalam proses belajar. Walaupun keberadaan siswa tidak terjadi sepanjang hari, namun secara rutin dan kontinyu siswa secara berada di sekolah dan terpapar dengan kualitas udara di lingkungan sekolah. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk menggambarkan kualitas udara di sekolah khususnya parameter Pb udara di lingkungan sekolah dan pengaruh Pb udara terhadap kecerdasan. Dengan demikian dapat diambil tindakan yang tepat untuk meminimalkan paparan timbal pada anak sekolah dan menghindari dampak Pb terhadap penurunan kecerdasan.

(5)

B. Perumusan Masalah

Keberadaan timbal (Pb) di udara dapat berbahaya bagi kesehatan bila masuk ke tubuh. Salah satu efek yang ditimbulkan adalah kerusakan saraf yang menyebabkan gangguan pada sistem neurobehavioral khususnya terhadap penurunan kecerdasan. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar Pb dalam tubuh manusia dan penurunan kecerdasan. Dampak ini lebih berbahaya bagi anak-anak dibandingkan orang dewasa. Anak usia sekolah termasuk kelompok yang berisiko menerima dampak terhadap pencemaran udara akibat transportasi di kota besar. Udara yang mengandung Pb dari emisi kendaraan bermotor masuk melalui saluran pernapasan, kemudian melalui darah didistribusikan hingga masuk bagian-bagian otak yang mengatur fungsi kecerdasan. Sifat Pb yang dapat menggantikan ion kalsium (Ca) dalam darah menyebabkan zat ini tidak dikenali sebagai toksin oleh pelindung otak, sehingga Pb dapat mereduksi kerusakan pada otak. Anak sekolah dapat terpapar Pb saat berada di sekolah, terutama pada sekolah yang dekat dengan jalan raya padat kendaraan. Oleh karena itu penelitian tentang bagaimana paparan Pb dari udara dapat mempengaruhi kecerdasan anak penting sebagai upaya preventif sehingga dampak yang ditimbulkan pada penurunan inteligensi dapat dihindarkan.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui perbandingan tingkat inteligensi dan kadar Pb rambut pada anak usia sekolah dasar berdasarkan kadar Pb udara di lingkungan sekolah di kota Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran kadar Pb udara di lingkungan sekolah dasar di Kota Makassar

b. Menganalisis perbandingan kadar Pb rambut siswa sekolah dasar berdasarkan kadar Pb udara di lingkungan sekolah di Kota Makassar. c. Menganalisis perbandingan tingkat inteligensi siswa sekolah dasar

(6)

d. Menganalisis perbandingan tingkat inteligensi siswa sekolah dasar berdasarkan kadar Pb rambut.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi sekolah

a. Sebagai masukan pemikiran dan peningkatan pengetahuan tentang dampak paparan Pb bagi kesehatan, terutama dampak pada anak usia sekolah.

b. Sebagai bahan evaluasi terhadap kesehatan lingkungan sekolah agar dapat dilakukan tindakan perbaikan pada kesehatan lingkungan serta langkah preventif yang tepat.

2. Bagi pemerintah

a. Sebagai masukan pemikiran dan peningkatan pengetahuan tentang dampak paparan Pb bagi kesehatan, terutama dampak pada kecerdasan anak.

b. Sebagai evaluasi pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran di lingkungan khususnya pencemaran udara sehingga upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar bertimbal dapat lebih dimaksimalkan melalui kebijakan pemerintah.

3. Bagi peneliti lain

a. Memberikan sumbangan pemikiran secara teoritis bagi penerapan dan perkembangan substansi disiplin ilmu di bidang kesehatan lingkungan khususnya kualitas udara terhadap kesehatan.

b. Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian yang lebih lanjut dan mendalam.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kadar Pb dalam darah dan kadar Pb udara telah banyak dilakukan, terutama penelitian yang menunjukkan hubungan antara kadar Pb dalam darah dan pengaruhnya terhadap taraf kecerdasan (inteligensi). Namun belum banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara kadar Pb udara dengan tingkat inteligensi khususnya terhadap siswa sekolah dasar di kota

(7)

Makassar. Berikut ini beberapa penelitian yang pernah di lakukan dan hampir sama dengan penelitian ini adalah :

No Judul, Peneliti

dan Tahun Persamaan Perbedaan Hasil

1 Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) Dalam Makanan Jajanan, Kerang Anadara Sp. Dan Urine Siswa SD Negeri Tallo Tua 69 Makassar (Dwi Habrianti, 2013) Desain: Cross sectional Subjek penelitian: siswa SD Variabel bebas: kandungan timbal pada makanan jajanan dan kerang Variabel terikat: timbal pada urine siswa

Kadar timbal dalam makanan jajanan dan kerang Anadara sp. masih memenuhi syarat. Sedangkan konsentrasi timbal dalam urine siswa sebagian besar telah tidak memenuhi syarat yaitu sekitar 75% responden memilki kadar timbal (Pb) dalam urine lebih besar atau sama dengan 150 μg/mL.

2 Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kandungan Timbal (Pb)

Dalam Udara Ambien Di Wilayah Sekolah Dasar Di Kawasan Pesisir Kota Makassar (Rishar Dahlan, 2013) Variabel bebas: suhu, kelembaban Lokasi penelitian: Lingkungan Sekolah Dasar Variabel bebas: kecepatan angin Variabel terikat: Pb udara

Ada hubungan antara suhu dan kecepatan angin dengan konsentrasi timbal (Pb) di udara ambien di wilayah sekolah dasar di kawasan pesisir Kota Makassar dan untuk variabel kelembaban tidak ditemukan adanya hubungan dengan konsentrasi timbal (Pb) di udara ambien

3 Inverse Association

Between Intelligence

Quotient And Urinary

RBP In Chinese

School-Age Children

With Low BLL:

Results From A Cross-Sectional Investigation (Hong Sun, Wen Chen, Dongyue Wang, Yinlong Jin, Xiaodong Chen, Yan Xu, Lei Huang, 2014) Desain: Cross sectional Variabel terikat: IQ Variabel bebas: kadar Pb, Mn, Cd, Se darah dan Urine (Retinol Binding Protein)

Konsentrasi timbal dalam darah berbanding terbalik dan

secara signifikan

berhubungan dengan IQ (hubungan negatif).

(R = 0,11, p = 0,02). RBP urin diakui sebagai faktor baru yang menunjukkan terkait dengan IQ anak-anak.

(8)

4 Pencemaran Plumbum (Pb) Dalam Air Lindi pada Ikan tambak dan kandungan Pb pada Rambut Konsumen di TPA Terjun Kota Medan (Zainul Ikhwan, 2007) Desain: Cross sectional Variabel terikat: Pb rambut Variabel bebas: kadar timbal pada ikan, umur, pendidikan, lama tinggal, pekerjaan Subjek: orang dewasa

Intake Pb dan konsumsi ikan

tambak mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kadar Pb Rambut. Hasil uji regresi menunjukkan adanya intake Pb dari ikan, umur, pekerjaan dan lama tinggal secara bersama-sama berpengaruh terhadap kadar Pb rambut dimana kadar intake Pb dan lama tinggal memiliki pengaruh yang terbesar.

5 Lead Exposure and

Intelligence in

7-Year-old Children: The

Yugoslavia Prospective Study (Gail A.Wasserman, et al. 1997) Variabel terikat: IQ Desain: prospektif Variabel antara: Pb darah Variabel bebas: faktor sosial demografi

Kadar Pb darah sekitar 10-30 µg/dL menujukkan hubungan yang signifikan dengan penurunan poin IQ sebesar 4,3 pada kecerdasan, 3,4 dan 4,5 pada performance dan kemampuan verbal.

6 Monitoring lead in

hair of children and adolescents of Alcalá de Henares, Spain. A study by gender and residential areas (A-Peña Fernándes, M.C Lobo-Bedmar, M.J Gonzáles Muñoz, 2014) Variabel terikat: Pb Rambut Jenis penelitian: komparatif Subjek: anak-anak Variabel bebas: gender, usia, anak-anak dan remaja, area tempat tinggal dan status sosial Subjek: remaja

Terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat Pb rambut diantara remaja laki-laki dan perempuan. Didapatkan hubungan antara area tempat tinggal dan tingkat Pb dalam rambut diantara remaja.

7 Correlation between

blood and hair lead levels in boys and girls of Sardinia (Italy) (Emanuele Sanna, Luciano Vargiu, Ivo Rossetti, Elisabetta Vallascas & Giovanni Floris, 2007) Variabel terikat: Pb Rambut Jenis penelitian: perbandingan (komparatif) Variabel bebas: Pb dalam darah Kelompok perbandingan : populasi anak laki-laki dan perempuan

Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Pb dalam darah dan rambut. Rambut dapat digunakan sebagai biomarker yang cocok paparan timbal

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel 4.7 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 31,442 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, dengan menggunakan

disebut Gampong, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

Tujuan dari isi paper ini adalah untuk menganalisa unjuk kerja sistem kompresi citra grayscale asli, apakah informasi data citra hasil rekonstruksi benar-benar dapat

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI