BAB II
TINJAUAN UMUM
II. 1. Tinjauan Umum Proyek
Proyek ini mencakup pelayanan fasilitas pendidikan Islami/ PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA, yaitu sebagai kegiatan pendidikan belajar dan mengajar yang berbasis Islam dengan dasar Al-Qur‟an dan Hadist, yang dalam lingkup area pendidikan yang berlokasi pada satu titik lokasi/kawasan pembelajaran, yang bisa meluas sebagai kawasan kampung muslim dan syiar agama islam.
II. 2. Deskripsi Proyek
Judul Proyek : PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA Tema : Arsitektur Prilaku
Lokasi : Jl. Malingping, Malingping Selatan, Malingping, Lebak Banten, Jawa Barat
Sifat Proyek : Fiktif Pemilik : Swasta Luas lahan : ±12Ha
KDB : 60 %
KLB : 2
Fasilitas : Fasilitas pendidikan, pengelola, Asrama,
II. 3. Pendidikan Keagamaan di Indonesia
Sesuai Pasal 1 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menteri yang bertanggung jawab dalam pendidikan nasional adalah Menteri Pendidikan Nasional. Sementara itu dalam Pasal 30 disebutkan bahwa pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ini berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan keagamaan dapat berada di luar kewenangan dan tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional. Masalah penyelenggaraan pendidikan keagamaan berada dalam kewenangan dan tanggung jawab Departemen Agama dengan mengacu pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Mengenai bentuknya, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. Masalah pendidikan
keagamaan termasuk pondok pesantren ditangani oleh salah satu Direktorat Jenderal di lingkungan Departemen Agama, yaitu oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam. Tugas dan fungsinya adalah bertanggungjawab memberikan pelayanan bidang pendidikan di Departemen Agama.
Tugas dan fungsi tersebut meliputi:
1. Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum.
2. Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren.
3. Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid. 4. Pendidikan Tinggi Agama.
Adapun mengenai Visi Direktorat Jenderal ini adalah:
Memberdayakan masyarakat dan lembaga Pendidikan Islam agar dapat memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada peserta didik sehingga mereka dapat menjadi orang sukses dan diridhoi Allah SWT. Sementara itu mengenai misinya adalah:
• Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama.
• Menjadikan institusi pendidikan(sekolah dan luar sekolah) sebagai basis penanaman moral dan akhlak disamping pendidikan di keluarga dan masyarakat.
• Mengupayakan terwujudnya pendidikan keagamaan dan pondok pesantren yang berkualitas, mandiri, dan memiliki daya saing.
• Mempersiapkan anak didik memiliki keterampilan hidup.
• Meningkatkan peran dan fungsi lembaga keagamaan dalam mengatasi dampak perubahan yang terjadi di semua aspek kehidupan.
• Meningkatkan pendidikan agama pada masyarakat dan pemberdayaan masjid sebagai tempat ibadah dan pembinaan kehidupan beragama dan bermasyarakat.
DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN PADA MADRASAH DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH
DIREKTORAT PENDIDIKAN DINIYAH & PONPES DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI AGAMA ISLAM SEKRETARIAT DITJEN
Bagan organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Departemen Agama, jumlah lembaga pendidikan Ponpes seluruh Indonesia sebanyak 14.656 buah dengan jumlah santri/satriwati sebanyak 3.369.193 orang. Seperti terlihat dalam tabel 1 di bawah ini, jumlah Ponpes memang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah MI, MTs, dan MA tetapi sebaliknya dengan jumlah anak didik. Jumlah Ponpes seluruh Indonesia sebanyak 14.656 buah atau 37,3% dari jumlah MI, MTs, dan MA (39.309 buah).
JUMLAH PONDOK PESANTREN DAN ANAK DIDIK
NAMA LEMBAGA
JUMLAH
ANAK DIDIK
RA/BA
15.528
647.165
MI
23.164
3.124.153
MTs
11.706
2.081.576
MA
4.439
726.893
JUMLAH PONDOK PESANTREN DAN ANAK DIDIK
PONDOK PESANTREN
14.656
3.369.193
MADRASAH DINIYAH
24.956
2.725.361
TPA/TKA
78.548
4.941.672
MAJELIS TAKLIM
108.243
6.828.167
PT AIN
50
154.541
PT AIS
402
257.092
II. 4. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia.
Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Juga pada zaman penjajahan Belanda, hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya dari pesantren (Hasbullah 1999:149). Selanjutnya, pondok pesantren berperan dalam era kebangkitan Islam di Indonesia yang menurut Prof. Azyumardi Azra telah terlihat dalam dua dekade terakhir ini.
Pengertian
Untuk memberi definisi sebuah pondok pesantren, harus kita melihat makna perkataannya. Pondok memiliki arti :
Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian asrama-asrama bagi para santri.
Pesantren memiliki arti :
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe’ di depan dan akhiran an’ berarti tempat tinggal para santri (Dhofier 1985:18).
DAAR EL-ISHLAH
Kata mutiara dalam agama islam yang memiliki makna syiaar kebaikan kepada umat islam.
PUTRA
Sebuah sebutan nama pangilan kepada anak atau remaja yang diberikan kepada kaum pria/laki-laki dalam ras bahasa yang halus yaitu putra.
Makna Arti Pondok Pesantren
Jadi Arti dari keseluruhan dari Asrama Pondok Pesantren adalah :
II. 4.1 Fungsi Pondok Pesantren PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA Fungsi Religius
Sebuah tatanan masyarakat tanpa para penghafal Al-Qur‟an akan jauh dari suasana Al-Qur‟an. Oleh karena itu, menghafal Al-Qur‟an adalah kewajiban umat Islam sepanjang jaman. Para penghafal Al-Qur‟an di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini, dapat dilihat dari jumlah umat Islam di Indonesia yang mencapai juataan sementara jumlah para penghafal Al-Qur‟an hanya sedikit.
Fungsi Pendidikan
Sekolah berbasis Islam merupakan suatu konsep pendidikan sekolah Islam berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Hadits yang menerangkan bahwa tujuan manusia diciptakan salah satunya adalah untuk menjadi Khalifah (pemimpin) di muka bumi. Oleh karena itu sekolah Islam memprioritaskan 2 pokok materi dalam konsep pendidikannya.
a. Akhlakul Karimah (sikap hidup), metode keutamaan adalah keteladanan. b. Falsafah ilmu pengetahuan (logika berfikir), metode keutamaan adalah belajar dengan cara diskusi.
Fungsi social
Pondok pesantren berada di tengah-tengah kehidupan suatu masyarakat, Ponpes merupakan konsentrasi yang tidak dipisahkan dengan kondisi lingkungannya, termasuk budaya yang berkembang di sekitar Ponpes. Selain itu, sebagai lembaga pendidikan yang berlatar belakang agama Islam sudah barang tentu kebudayaan Islam menjadi fokus yang yang dikembangkan di lembaga ini.
Menjadikan system pendidikan kekeluargaan yang tercermin dari keterbukaan pondok pesantren dengan masyarakat. Dengan ukhuawah islamiah dengan penyiaran agama islam dan dengan penunjangan desain arsitektur perilaku, yang mana menyesuaikan dari fungsi pengguna dengan lingkungan sekitar.
Fungsi Pemersatu Bangsa
Di era modernisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menimbulkan perubahan-perubahan sosial yang sangat cepat, dan tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tesebut. Ada beberapa nilai, sikap atau tingkah laku individu dan masyarakat modern yang sejalan dengan ajaran Islam, dan
berlawanan dengan ajaran Islam. Misal, lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualitas, materialitas, dan sebagainya. Perlunya pendidikan agama sebagai landasan bagi setiap insan dalam menjalani kehidupan untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Dimana yang menjadi landasan dalam pendidikan agama adalah Al-Qur‟an dan As-Sunah. Yang dinyatakan dalam Hadist berikut : “ Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw bersabda: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua (2 ) perkara yang apabila kamu berpegang pada keduanya maka tidak akan tersesat yaitu kitab Allah dan Rasulnya” (HR. Bukhori Muslim) (Muhaimin, 1994: 15)
II. 4. 2 Tipologi Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para santri,dalam menuntut ilmu pendidikan agama islam, yang saat ini dalam jenjang pendidikannya mencangkup penerapan pendidikan formal dan nonformal. Yang mana para santri/pelajar itu menuntut ilmu dan bertempat tinggal pada satu kawasan wilayah, yang sudah diatur dan ditata system menejemennya. Dalam hal ini pendidikan nonformal yang tercanangkan khusus adalah peng hafalan kitab suci Al-Qu‟an.
Sebagai gambaran tentang perbandingan tentang Tipologi Ponpes yakni Ponpes salafiah dan ashwiyah serta kombinasi antara keduanya dapat dilihat dari Tabel Jumlah Ponpes tipe tardisional masih paling besar (51%) sementara untuk Ponpes tipe Ashwiyah serta Kombinasi seimbang, yakni tipe Ashwiyah 24% dan Kombinasi 25%
1. Jenis-Jenis pondok pesantren dan system pendidikannya ; 1. Pondok Pesantren Salaf/tradisional
Sistem pendidikan di pesantren tradisional atau sering disebut pesantren Islam klasik atau pesantren salafi menitikberatkan pada sistem pendidikan dengan mengajarkan kitab-kitab Islam klasik (kitab-kitab kuning) sebagai inti pendidikan. Disebut ”kitab-kitab kuning” karena warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna kuning yang dikarang para ulama terdahulu.
Sementara itu, menurut pandangan Ahmad El Chumaedy, penyebutan tradisional dalam konteks praktek pengajaran di pesantren, didasarkan pada sistem pengajarannya yang monologis, bukannya dialogis-emansipatoris, yaitu sistem doktrinasi sang Kiyai kepada santrinya dan metodologi pengajarannya masih bersifat klasik, seperti sistem bandongan, pasaran, sorogan dan sejenisnya.
2. Pondok Pesantren modern
Menurut Hasbullah, seiring dengan berkembangnya metode pendidikan Islam, pola interaksi sosial para santri, serta perkembangan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi, lambat laun pesantren berubah dengan mengintegrasikan antara pola pendidikan yang bersifat tradisional dengan sekolah formal. Kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih diberi porsi yang penting.
Biasanya pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan tingkatan suatu pesantren bisa diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan. Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Perubahan-perubahan yang bisa dilihat di pesantren modern antara lain: mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
3. Pondok pesantren salaf berbasis modern
Pondok pesantren yang dalam penerapan system pendidikan, menejemen, dan aturan/hukumnya, dengan panutan islam syar‟I yang mana bersumber pada Al-Qur‟an dan hadist. Adalah gabungan dari dua system pembelajaran pada pondok pesantren yaitu
modern dan salaf yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan ilmu pengetahuan umum supaya dapat bersaing dengan system
II. 5. Tinjauan Terhadap Pondok Pesantren Tahfizh al-Qur’an
II. 5.1 Pengertian Pondok Pesantren
1. Pondok Pesantren : adalah asrama tempat tinggal para santri,dalam menuntut ilmu pendidikan agama islam, yang saat ini dalam jenjang pendidikannya mencangkup penerapan pendidikan formal dan nonformal. Yang mana para santri/pelajar itu menuntut ilmu dan bertempat tinggal pada satu kawasan wilayah, yang sudah diatur dan ditata system menejemennya. Dalam hal ini pendidikan nonformal yang tercanangkan khusus adalah peng hafalan kitab suci Al-Qu‟an.
2. Tahfizh Al-Qur‟an : Menghafal menurut Abdul Aziz Abdul Rauf (2004: 49) adalah suatu proses mengulang sesuatu baik dengan cara membaca maupun mendengar. Adapun menghafal Al-Qur‟an adalah proses mengingat seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti waqaf, fonetik dan lain-lain) dengan cara sempurna dan mampu mengingat serta melafalkan dengan tepat tanpa melihat teks Al-Qur‟an (Sa‟adullah, 2008: 45-46).
II. 5. 2 Pendidikan Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur‟an di Indonesia
1.
Pondok pesantren Khusus Tahfizh Al-Qur‟anBentuk pendidikan pondok pesantren yang hanya mencanangkan pembelajaran kandungan, kaidah /makna dari Al-Qur‟an dan hadist, tanpa adanya jenjang pendidikan formal/umum dan pendidikan tinggi. Yang biasanya sasaran pendidikan pada para hafidz/santri yang sudah selesai sekolah formal yang ingin lebih memperdalam isi kandungan Al-Qur‟an.
2. Pondok Khusus Tahfizh Al-Qur‟an dan sekolah formal
Bentuk pendidikan pondok pesantren yang hanya mencanangkan pembelajaran kandungan, kaidah /makna dari Al-Qur‟an dan hadist. Dan juga tetap menerapkan sitem pendidikanformal yang berbasis terpadu, biasanya dari jenjang pendidikan Program pendidikan Ibtidaiyyah (Sekolah Dasar) untuk
tahfidzul Qur‟an, Mutawasithoh (SLTP), I‟dad Lughowi (Persiapan Bahasa Arab 1 tahun), dan Tsanawi (SLTA).
Sumber: Departemen Agama, 2005
Gambaran tentang bidang ilmu agama yang diajarkan di lingkungan Ponpes dapat dilihat pada Tabel.
II. 5. 3 Komponen Pondok Pesantren 1. Kyai
Dalam sistem pendidikan Ponpes, peran sentral berada di tangan ”Kyai” atau juga disebut ”Ustadz”, dan di daerah Jawa Barat disebut ”Ajengan”. Sebagai seorang yang disegani karena memiliki ilmu agama yang tinggi, seorang Kyai memelopori pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren. Menurut Drs. Hasbullah sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren.
Sedangkan Menurut Manfred Ziemek kata kyai sebenarnya bukan asli dari bahasa Arab namun berasal dari bahasa Jawa. Menurut KBBI kata ini ditulis ”kiai” yang disamakan dengan kata ”alim ulama” atau biasa disebut ”ulama” saja, yakni sebutan bagi alim ulama atau cerdik pandai di bidang ilmu agama.
Perkembangan lain yang terjadi adalah hadirnya para guru perempuan di lingkungan Ponpes. Seiring dengan dorongan emansipasi dan hak atas kaum gender, kini banyak kaum perempuan yang menjadi guru Ponpes bahkan menjadi pimpinan ponpes. Guru perempuan biasa disebut ”Nyai” atau ”Ustadzah”. Sebagai gambaran tentang jumlah tenaga pengajar di Ponpes di seluruh Indonesia sebanyak 276.223 orang, terdiri atas Kyai sebanyak 44.450 orang (17%), Nyai atau Ustadzah sebanyak 30.010 orang (11%), Ustadz 191.602 orang (69%) dan Dosen 10.161 orang (3%).
2. Santri
Santri menurut John Esposito dalam The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, Volume 3, New York, Oxford, Oxford University Press (1995) kata “santri” berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Ketiga, kata itu berasal dari kata ”cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti guru ke mana guru pergi dan menetap.27 Keempat, kata ”shastri” sendiri berasal dari kata ”shastra” yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau pengetahuan.
Santri dibedakan atas dua kelompok, yaitu santri dengan sebutan ”santri kalong” dan ”santri mukim.”
a. Santri kalong ialah merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di
pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren sehingga diizinkan tidak tinggal di pondok.
b. Santri mukim ialah santri yang ditetapkan untuk menetap di pondok pesantren karena berasal dari daerah yang jauh.
3.
MasjidMasjid dan pondok pesantren sering kali tidak dapat dipisahkan, karna masjid dan pondok pesantren tumbuh seiring. Fungsi masjid yang sering dikunjungi oleh masyarakat untuk beribadah menyebabkan pertumbuhan pondok pesantren sebagai pusat kegiatan masyarakat semakin pesat. Dan seringkali imam suatu masjid merupakankyai/pemimpin pondok pesantren dilingkungan masjid tersebut.
II. 5.4 Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Dalam pendidikan Ponpes dikenal dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif.
1. Dengan sistem sorogan tersebut, setiap santri mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau ustadz. Kyai akan membacakan kitab-kitab berbahasa arab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa ibunya. Pada gilirannya santri mengulangi dan menerjemahkannya kata demi kata sama dengan apa yang diungkapkan oleh Kyai. Dengan sistem ini santri diwajibkan menguasai cara pembacaan dan terjemahan secara tepat. Pelajaran baru akan diberikan setelah santri benar-benar menguasai pelajaran dengan mengulang dan mengulang. Fase ini diakui sebagai bagian yang tersulit dari keseluruhan pengajaran di pesantren, karena kepada santri diuji kesabaran, kerajinan, ketaatan dan kedisiplinannya. Setelah dapat menguasai menguasai sistem ini santri akan dapat memetik manfaat keilmuan dari sistem sorogan. Menurut Dhofier sistem ini merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari santri.
Melalui sistem sorogan memungkinkan sang kyai dapat membimbing, mengawasi, menilai kemampuan murid, sehingga dinilai sangat efektif untuk membimbing dan mendorong peningkatan kualitas santri.
2. Dalam sistem bandongan atau wetonan atau kolektif ini, sekelompok santri mendengarkan seorang Kyai/Ustadz yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab dalam bentuk kelas. Artinya, sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru.31 Dalam sistem ini sekelompok santri mendengarkan seorang kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku islam dalam bahasa arab. Setiap murid memperhatikan kitab masing-masing dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelas dari sistem bandongan juga disebut halaqah yang artinya lingkaran murid, atau sekelompok santri yang belajar di bawah bimbingan seorang Kyai. Aktivitas kelas dalam sistem bandongan dapat berlangsung sesuai dengan jadual karena kyai seringkali menugaskan santri-santri senior untuk mengajar dalam halaqah. Santri senior yang mengajar mendapat sebuatan sebagai ustad. Ustad dapat dikelompokan ke dalam kelompok ustad yunior (ustad muda), dan ustad senior. Satu dua ustad senior yang sudah matang diizinkan mengajarkan kitab-kitab yang lebih tinggi tingkatnnya dan selanjutnya akan memperoleh sebutan kyai muda.
II. 5.5 Struktur Organisasi Pondok Pesantren
YPAI
Pengasuh BP3
Pudir II. Urusan Kesantrian Kesantrian Putra Pudir III. Urusan Sarpras Keuangan Pembukuan Kasir Sekretaris Perpustakaan & Laboratorium Penerbitan Logistik Rehab Direktur Humas Tata Usaha Kerumah tanggaan P3M Pudir I. Urusan Akademik SDM Mualim [K.M.1] Aliyah [M.A.A.M] Tsanawiyah [M.T.s] Ketrampilan [L.P.K] Perencanaan dan Data Akademik Pengadaan Sarpas Koprasi
II. 6. Kurikulum Pendidikan dan Tujuan Pendidikan PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA
1. Sesuai dengan fungsi Al-Qur‟an terhadap orang-orang yang bertaqwa, Pondok Pesantren Daar El-Islah Putra, sebagai suatu institusi pendidikan dan pengajaran ingin membentuk dan menjadikan manusia yang muttaqin melalui Al- Qur‟an.
2. Berkaitan dengan pemikiran diatas, maka apa yang dilakukan Pondok Pesantren Daar El-Islah Putra, ini adalah semata-mata untuk memenuhi kewajiban sebagai hamba terhadap sesamanya.
3. Di Indonesia belum banyak badan dan lembaga pendidikan Al- Qur‟an yang lafdhon wa ma‟nan dan bentuk kajiannya yang sistematik dan klasikal. Untuk itu, Pondok Pesantren Daar El-Islah Putra, berupaya untuk mengatisipasi hal yang demikian, terutama ditekankan pada isi program pendidikan dan pengajarannya, yaitu Al- Qur‟an dan khususnya dari segi qiro‟atnya (bacaanya).
Adapun dasar pokok dari pendidikan secara khusus di PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA, adalah:
1. Al-Qur’an
Sebagaimana tertulis dalam surat Al- Qur‟an Al-‟ankabut ayat 49. Artinya:
“Sebenarnya , Al-Qur’an itu adalah ayat- ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang berilmu ………. :”
Dimana Al-Qur‟an merupakan informasi yang lengkap dan jelas, untuk menerimanya (media menerimanya) adalah dimasukkan ke dalam dada, sedangkan si penerima adalah mereka yang berkredibilitas orang-orang yang berilmu.
2. Al-Hadits
Artinya“Sebaik-baik kamu semua adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan yang mau mengamalkannya kepada orang lain” (HR. Bukhori).
3. Ijma’
Yang dimaksud defisini adalah Ijma‟ dalam bidang metodologi pengajaran Al-Qur‟an, khususnya dalam hal penerimaan dan pemakaian qiroahnya, yaitu qiro‟ah shohihah mutawatiroh dengan kriteria;
a. Sanad Mutawasshil (guru bersambung) sampai pada Rasulullah. b. Bentuk Qiroah (bacaan)-nya sesuai dengan kaidah bahasa arab. c. Terdokumentasi didalam Mushaf Utsmani.
d. Sedangkan tujuan pendidikannya adalah “Membentuk pribadi Muslim pemandu Al-Qur‟an hafal lafadhnya, mengerti isi kandungannya dan mengamalkan ajarannya “Muslim Hamilil Qur’an Lafdhan wa Ma’nan wa Amalan”.
II. 6.1 Sistem Pendidikan dan Pengajaran
Sistem pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan oleh PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA, adalah berbentuk Pendidikan Pondok Madrasah (sekolah formal) dan program pendidikan serta pengajarannya adalah pendidikan Agama 70 % dan 30 % ilmu umum serta pendidikan Al-Qur‟an dengan spesialisasi program Tahfidhul Qur‟an. Adapun secara garis besar, program pendidikan dan pengajaran Tahfidh Al-Quran putra adalah sebagai berikut:
1. Program Tahfidh (Menghafal Al-Qur’an)
Program menghafal Al-Qur‟an ini dibagi menjadi tiga tahap/fase. Fase terakhir sebagai puncaknya adalah Qiro‟ah Sab‟iyah (tujuh bacaan), fase kedua adalah menghafal Al-Qur‟an dengan Qiro‟ah Masyhuroh dan fase dasar adalah tahap bagi mereka yang belum memenuhi syarat bacaannya untuk menghafal.
A. Qiro‟ah Sab‟iyah
Bagi mereka yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz Qiro‟ah Masyhuroh dengan baik serta telah memenuhi syarat-syarat tertentu, mereka dapat mengambil dan mempelajari Qiro‟ah Sab‟iyah (bil-ghaib), mempelajari Ulumul Qiro‟ah yang variatif dari riwayat Imam Tujuh (Imam Nafi‟, Ashim, Hamzah, Al-Kisai, Ibnu Amir, Abu Amr dan Ibnu Katsir). Disamping pendalaman dalam hal Ulumul Qiro‟ah, pada program ini juga ditekankan untuk mendalami kajian makna terhadap perbedaan/khilafnya bacaan, mereka yang
dinyatakan selesai pada program berhak diwisuda dengan predikat Wisudawan Qiro‟ah Sab‟iyah (S.Q.2).
B. Qiro‟ah Masyhuroh 1. Syarat;
Untuk mengambil program tahfidh (merangkap sekolah) mereka harus baik bacaan Al-Qur‟annya sesuai dengan Qiro‟ah Muwahhadah standar Tahfizh Al-Quran.
2. Mushaf dan Kurikulum;
Mushaf yang dipakai adalah Mushaf Utsmani riwayat Imam Hafs dari Imam „Ashim, dengan menggunakan Al-Qur‟an Pojok yang setiap halamannya terdiri dari 15 baris, dan setiap juz terdiri dari 20 halaman/10 lembar. Dari kurikulum yang telah digariskan, mereka harus sudah menyelesaikan (hafal) 30 juz selama 3 tahun. 3. Sistem Pembinaan;
·Setoran hafalan ; yaitu santri memperdengarkan hafalannya kepada Badal (guru/instruktur) masing- masing setiap hari.
·Setoran fashahah ; yaitu santri memperdengarkan bacaan atau hafalan pada Badal pembina masing-masing sesuai dengan kelompok dan jadwal yang telah ditentukan.
·Mudarosah kelompok ; para santri secara berkelompok (1 kelompok terdiri dari 3 santri) bergantian memperdengarkan hafalannya setiap hari dengan berkelanjutan sampai batas akhir hafalannya.
Mereka yang telah selesai pada program ini berhak diwisuda dengan predikat Wisudawan Qiro ah Masyhuroh (S. Q. 1).
c. Tingkat Binnadhar 1. Kelompok/Tingkatan
Bagi mereka yang belum diterima untuk mengambil program tahfidh, diwajibkan untuk mengikuti program binnadhar sesuai dengan tingkat kemampuan bacaan masing- masing.
a) Tingkat Mubtadi‟ (dasar); mereka adalah yang belum mampu membaca Al-Qur‟an dan atau belum mempunyai dasar-dasar fashahah.
b) Tingkat Mutawashith; mereka yang sudah lancar membaca, dan menguasi dasar-dasar fashahah, namun belum bisa membedakan cara dan ciri masing-masing huruf dan melafadhkan.
c) Tingkat Muntadhir; mereka sudah lancar membaca dan fashih namun kurang menguasai dalam waqof, ibtida‟ serta musykilatil-ayat.
d) Tingkat Maqbul; pada tingkat ini santri tinggal menempuh Qiro‟ah Muwahhadah (standar Tahfizh Al-Quran).
2. Sistem pembinaan
a) Setoran Binnadhar pada masing-masing Badal (ustadz) yang telah ditentukan lima kali dalam seminggu sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
b) Pembinaan fashahah secara klasikal; mereka dikelompokkan sesuai dengan kelompoknya secara klasikal, diberi pembinaan bidang fashahah (adil tidaknya dalam melafadhkan sebuah huruf) enam kali dalam seminggu dengan materi sesuai dengan tingkatannya.
c) Ujian kenaikan; dari masing-masing tingkatan pada setiap semester diadakan ujian kenaikan, khusus bagi yang maqbul bisa mengikuti khataman (wisuda) binnadhar yang diadakan setiap tahun. Bagi santri yang telah wisuda ini kemudian memasuki jenjang Tahfidh (menghafal Al-Qur‟an).
3. Lain-lain
· Untuk dapat mengikuti wisuda binnadhar, disamping lulus dalam ujian seleksi, mereka juga diwajibkan/disyaratkan telah hafal juz 30, 29 dan 28 serta surat-surat tertentu (Surat Yasin, Ar Rahman dan Waqi‟ah) .
· Bagi mereka yang tidak mengambil program tahfidh pasca wisuda binnadhar ini diwajibkan untuk sekolah dan mendalami kitab salafus- sholih.
II. 6.2 Program Pendidikan Sekolah
Bagi mereka yang mengambil program Tingkat pendidikan dan pengajaran yang disediakan di Madrasatul Qur‟an adalah:
a. Tingkat Tsanawiyah dan SMP l-Furqan (tiga tahun) b. Tingkat Aliyah/MA (tiga tahun)
Pada dasarnya tingkat Tsanawiyah/SMP dan Aliyah itu saling berkaitan kurikulumnya sehingga dapat dikatakan pendidikan dan pengajaran sekolah formal adalah enam tahun.
II. 6.3 Unit-unit Pendidikan dan Sarana Penunjang
Di pondok pesantren PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA, ini terdapat unit-unit penddikan dan sarana penunjang antara lain:
1. Unit Tahfidh
Unit ini sebagai penanggung jawab pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran Al-Qur‟an yang diselenggarakan di PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA. 2. Unit Sekolah
Unit ini sebagai penanggung jawab pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran Al-Qur‟an yang diselenggarakan di PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA.
Unit ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran secara formal.
3. Unit kepondokan/kesantrian
Dikenal sebagai unit Majlis Tarbiyah wat-Ta‟lim (MTT) bertanggang jawab pada pengaturan keberadaan santri dengan segala aktifitasnya, terutama pada aspek ibadah formal, ekstra kurikuler dan aktifitas-aktifitas yang berkenaan dengan aspek kesantrian. Bertanggung jawab penuh dalam pengawasannya 24 jam setiap hari.
4. Unit perpustakaan
Untuk meningkatkan kualitas keilmuan (wa ma‟nan) nya santri Tahfizh Al-Quran putra, disediakan berbagai kitab yang kebanyakan berbahasa Arab terutama bidang Tafsir, Hadits dan Fiqh.
5. Biro santunan
Sebagai kepedulian Tahfizh Al-Quran putra terhadap santri yang kurang mampu dalam keuangan/biaya, mereka bisa diterima pada unit biro santunan dengan syarat- syarat yang telah ditentukan.
6. Kopontren Tahfizh Al-Quran putra
Bergerak di bidang usaha peningkatan perekonomian santri yang dikelola oleh pengurus Kopontren dibawah naungan Yayasan.
7. Laboratorium Computer Multimedia dan jaringan internet.
II. 7. Studi Banding Judul Setara
Pondok Pesantren Tebuireng [TBI] Jombang, Jawa timur.
Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh Kyai Hasyim Asy‟ari pada tahun 1899 M. Beliau dilahirkan pada hari Selasa Kliwon tanggal 24 Dzul Qa‟dah 1287 H. bertepatan dengan 14 Pebruari 1871 M. Kelahiran beliau berlangsung di rumah kakeknya, Kyai Utsman, di lingkungan Pondok Pesantren Gedang Jombang.
Tebuireng sebagai salah satu dusun di wilayah Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mempunyai nilai historis yang besar. Dusun yang terletak 10 km. arah selatan kabupaten Jombang ini tidak bisa dipisahkan dengan K.H.M. Hasyim Asy‟ari, di dusun inilah pada tahun 1899 M. Kyai Hasyim membangun pesantren yang kemudian lebih dikenal dengan Pesantren Tebuireng. Sebagai salah satu pesantren terbesar di Jombang, Pesantren Tebuireng telah
banyak memberikan konstribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas baik dalam bidang pendidikan, pengabdian serta perjuangan.
Pondok Pesantren Tebuireng yang saat ini di bawah naungan Yayasan Hasyim Asy‟ari mengembangkan beberapa unit pendidikan formal dan nonformal, yaitu: Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi‟iyyah, SMP A. Wahid Hasyim, Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi‟iyyah, SMA A. Wahid Hasyim, Madrasah Diniyyah, dan Ma‟had „Aly Hasyim Asy‟ari. Keberadaan unit-unit pendidikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat memberikan arti tersendiri, yaitu sebagai manifestasi nilai-nilai pengabdian dan perhatian kepada masyarakat. Dan dalam bentuk informal pesantren Tebuireng membuka jasa layanan masyarakat berupa kesehatan (Rumah Sakit Tebuireng), perekonomian (koperasi dan kantin). Kepercayaan dan perhatian masyarakat luas terhadap keberadaan pesantren Tebuireng adalah dasar kemajuan dan perkembangan Teburieng di masa depan, dengan tetap mengembangkan visi dan misi pendidikan yang mandiri serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Unit pendidikan
Madrasah Tsanawiyah Madrasah Aliyah SMP A. Wahid Hasyim SMA A. Wahid Hasyim Madrasah Mu‟allimin Ma‟had Aly
Madrasah Diniyyah
Pada penerapan lembaga pendidikannya, pondok pesantren tebuireng membagi kedalam dua (2) lingkup wilayah damun masih berada dalam satu wilayah pendidikan yaitu :
1. Wilayah pendidikan di pondok pesantren yang mencangkup lingkungan asrama santri dan kepengurusan pondok pesantren tebuireng.
2. Wilayah pendidikan formal yang tersebar kedalam sub klompok tingkatan jenjang pendidikan, setiap tingkatan jenjang pendidikan mempunyai bangunan dan prasarana penunjangnya sendiri.
Daftar diagram sarana dan prasarana pendidikan MTs Salafiyah Syafi'iyah Tebuireng 1. Bangunan yang ada :
No Jenis Bangunan Jml Luas
(m2)
Tahun Bangun
Permanen Semi Permanen
Baik Rusak Berat Rusak Ringan Baik Rusak Berat Rusak Ringan 1. Ruang Kelas 8 536 1991 8 - - - - - 2. Ruang Kamad 1 12 1991 1 - - - - - 3. Ruang Guru 1 67 1991 1 - - - - - 4. Ruang T U 1 55 1991 1 - - - - - 5. Perpustakaan 1 67 1991 1 - - - - - 6. Laboratorium IPA 1 67 1991 1 - - - - - Komputer 1 67 1991 1 - - - - - Multimedia 1 67 1991 1 - - - - - 7. Ruang Ketr. 1 67 1991 1 - - - - - 8. Ruang BP / BK 1 55 1991 1 - - - - - 9. Ruang UKS 1 12 1991 1 - - - - - 10. Ruang AULA - - - - 11. Mushalla 1 67 1991 1 - - - - - 12. Rumah Dinas - - - - 13. Kantin 2 15 1991 4 - - - - - 14. Asrama - - - - 15. Micro Teaching - - - - 2. Fasilitas Lainnya a. Telepon : 2 buah
b. Listrik : 6.600 WATT 220 VOLT c. Internet
3. Jumlah Guru dan Karyawan
No Status Jumlah yang ada Keterangan
LK PR
1. Guru NIP – 15 1 1 2 orang Guru Depag
2. Guru NIP – 13 - -
3. Guru Tetap Yayasan 7 -
4. Guru Honorer / GTT 17 3 5. Guru Kontrak - - 6. Tenaga Lainnya : a. Tenaga Administrasi (PNS) - - b. Pustakawan (PNS) 1 - c. Laboran - - d. Teknisi Ketrampilan 1 -
7. Pegawai Tidak Tetap (PTT) -
a. Tenaga Administrasi 4 -
b. Tukang Kebun / Kebersihan 1 -
c. Security 1 -
4.Jumlah Guru menurut Bidang Studi
No Bidang Studi Jumlah yang ada Keterangan
(kekurangan)
NIP. GTY GTT Kontrak
1. Qur’an Hadits - 2 - - - 2. Fiqih - - 3 - 1 3. Ushul Fiqih - - - - - 4. Ilmu Tafsir - - - - - 5. Ilmu Hadits - - - - - 6. Aqidah Akhlak - 1 - - - 7. Bahasa Arab - - 3 - - 8. S K I - - - - - 9. PPKn - - 1 - - 10. Bahasa Indonesia 2 - - - -
11. Bahasa Inggris - - 1 - - 12. Matematika - - 3 - - 13. Fisika - - 1 - 1 14. Biologi - - 1 - - 15. Kimia - - - - - 16. Ekonomi - - - - - 17. Sejarah - - 1 - - 18. Penjaskes - - 1 - 2 19. Pendidikan Seni - - 1 - - 20. Geografi - - 1 - - 21. Ketrampilan - - - - - 22. BP 1 - 1 - - 23. Nahwu - - 2 - - 24. Sorof - - 2 - - 25. Baca Kitab - - - - - 26. Al-Quran - - 2 - - 27. Infokomtek - - 1 - -
6. Jumlah Siswa dan Rombel dalam Tiga Tahun Terakhir
No Keadaan Siswa
Tahun Pelajaran 2005 – 2006
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
1. Jumlah Siswa 79 7 75 - 68 -
2. Rombongan Belajar 3 2 2
No Keadaan Siswa
Tahun Pelajaran 2006 – 2007
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
1. Jumlah Siswa 95 15 75 7 76 -
2. Rombongan Belajar 3 2 2
No Keadaan Siswa
Tahun Pelajaran 2007 – 2008
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
1. Jumlah Siswa 85 17 97 11 63 6
2. Rombongan Belajar 3
Tabel Analisa Studi Banding
Tabel Analisa Studi Banding Pondok
NO. AnalisaSubjec
Ponpes Tebuireng Madrasatul Qur’an Daar El-Islah
1. Lokasi Jl. Irian jaya, Diwek Jombang, Jatim
Jl. Irian jaya, Diwek Jombang, Jatim
Jl. MUI Malingping, Malingping Selatan, Malingping
2. Akses Ponpes berada didepan Jl. Raya Irian jaya yang menghubungkan wilayah Surabaya dg Kediri
Ponpes berada didepan Jl. Raya Irian jaya yang menghubungkan wilayah Surabaya dg Kediri
Ponpes berada didepan Jl. Jl. MUI Malingping, malingping dengan pelabuhan ratu dan lebak banten.
3. Jenis Pondok Pondok salaf Pondok salaf Pondok salaf 4. Jumlah lantai 3 lantai 2 lantai 2 lantai 5. Jumlah unit
bangunan
Per unit kebutuhan Per unit kebutuhan Per unit kebutuhan
6. Akses masuk ponpes
7. Unit asrama Asrama Unit komplek Asrama Unit komlek Asrama Unit komlek
8. Sarana Beribadah
Masjid Masjid Masjid
9. Sarana pendidikan
Sekolah MTs Sekolah MTs Sekolah MTs
10. Sarana pendidikan
Sekolah MA Sekolah MA Sekolah MA
12. Sarana kesehatan
Poliklinik Ponpes Poliklinik Ponpes Poliklinik Ponpes
13. Fasilitas masak
Dapur Dapur Dapur
14. Makan R. Makan R. Makan R.Makan
15. Bersih-bersih
16. Administrasi Gedung Administrasi Ponpes Gedung Administrasi Ponpes Gedung Administrasi Ponpes
17. Area Diskusi/Pla za
Teater Teater Extra Pramuka
18. Akses pencapaian
Akses transportasi Akses transportasi Akses transportasi
19. Aspek lingkungan
Lingkungan Lingkungan Lingkungan
Dari study pengamatan langsung mengenai literatur pondok pesantren, memberikan gambaran pada saya mengenai dunia pondok pesantren dan sekaligus mengetahui unsur-unsur pembentuk pondok pesantren dalam lingkup pengguna, pendidikan, dan pola pikir. Dari
study literatur langsung ini pula dapat berdiskusi dan berinteraksi langsung dengan para santri dan pengurus. Diskusi dari pengurus menghasilkan opini tentang kurikulum pendidikan harus lebi ditingkatkan lagi dengan penunjangan sarana dan prasarana yang lebih memadai [Ustadt Misbahulmunir]. Sedangkan diskusi dari pihak santri menghasilkan opini tentang sarana dan prasarana serta ruang lingkup lingkungan pondok yang terkekang dan membosankan.
Kesimpulan
Dengan penerapan tema Arsitektur perilaku pada judul rancangan PONDOK PESANTREN DAAR EL-ISHLAH PUTRA, yang mana dalam penerapannya dan kinerjanya dalam mendisain berpilar pada asumsi dan opini yang terjadi pada pengguna bangunan tersebut. Sehingga dengan adanya masalah dan permasalahan yang terjadi diharapkan dapat terpecahkan dengan hasilkarya yang memadai dapat mengisi dan memprasarani fasilitas dari pengguna.