11/1/2017 1:13:00 PM
1
Modul
2
PANDUAN
SKILL LAB
LBM 3
INFORMED CONSENT
REFUSAL CONSENT
SURAT RUJUKAN
Modul
Komunikasi Efektif
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung
LBM 3
Semester : 1
Modul : KOMUNIKASI LBM : III
Topik Keterampilan : Informed Consent and Refusal Consent A. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. 1. Tujuan Instruksional Umum
Mempelajari tentang informed consent dan refusal consent yang digunakan dalam dunia medis sebagai komunikasi tertulis untuk persetujuan/ penolakan tindakan medis
A. 2. Sasaran Pembelajaran
1. Mampu mengidentifikasi informed consent dan refusal consent
2. Mahasiswa mampu mengerti, memahami dan mengaplikasikan pentingnya informed consent dan refusal consent dalam pemberian tindakan medis
3. Mahasiswa mampu memahami aspek medikolegal atas informed consent dan refusal consent 4. Berkomunikasi dengan pasien
5. Menyampaikan informasi terkait dengan kesehatan pasien
Informed Consent and Refusal Consent
PETUNJUK SKILL LAB: Instruktur membuka skills lab
Mahasiswa diminta untuk membaca teori mengenai surat rujukan
Mahasiswa diminta untuk membuat simulasi surat rujukan berdasarkan blangko surat rujukan yang sudah disediakan dan kemudian dievaluasi oleh instruktur
Latar Belakang
Definisi Informed Consent:
1. Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah pernyataan persetujuan (consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang
akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.
2. persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain-lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikkan, menolong bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan, melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan, dan sebagainya (Sunarto Adi Wibowo, Ibid, hal.77).
3. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor HK. 00.06.3.5.1886 tanggal 21 April 1999 tentang pedoman persetujuan tindakan medic (informed consent) mengatakan bahwa informed consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapat informasi dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan informed consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud. 4. Informed consent menurut Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 Permenkes No. 290 tahun 2008 yaitu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
Fungsi dan Tujuan Informed Consent: Bagi Pasien:
1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memutuskan secara bebas pilihannya berdasarkan pemahaman yang memadai
2. Proteksi dari pasien dan subyek
3. Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan
4. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan introspeksi diri sendiri (self-Secrunity)
5. Promosi dari keputusan-keputusan yang rasional
6. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan penyelidikan biomedik).
Sumber: Guwandi (I), 208 Tanya Jawab Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent). (Jakarta : FKUI, 1994), hal.2
Bagi Dokter:
1. Informed consent berfungsi untuk membatasi otoritas dokter terhadap pasiennya 2. Berhati-hati dalam melakukan tindakan medis
Tujuan Informed Consent: 1. Penelitian
2. Menentukan Diagnosis 3. Terapi
4. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien; 5. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak terduga dan
bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan dengan cara semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti.
Guwandi (II), Rahasia Medis, (Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 2005), hal. 32 Kondisi Khusus Informed Consent:
Pasal 4 Permenkes No. 290 tahun 2008:
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.” Oleh karena peraturan tersebut, apabila pasien dalam keadaan darurat, tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarga belum tiba di rumah sakit maka dokter dibenarkan melakukan tindakan medis tanpa adanya persetujuan karena dalam keadaan darurat dokter tidak mungkin menunda tindakan atau mempermasalahkan informed consent, sebab jika terlambat akan membahayakan kondisi pasien atau dikenal dengan zaakwarneming (perbuatan sukarela tanpa kuasa) diatur dalam pasal 1354 KUHPerdata.
Refusal Consent Definisi
Refusal consent atau refusal for treatment adalah penolakan pasien terhadap tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter.
Dokter tidak boleh mengabaikan penolakan dari pasien meski ingin menyelamatkan nyawa pasien maupun karena prinsip beneficence pada etika kedokteran.
Dokter harus menghargai keputusan pasien untuk menolak diberi tindakan karena: 1. Pasien memiliki hak untuk menolak tindakan
2. tidak berperikemanusiaan untuk melakukan tindakan diluar persetujuan pasien.
Kriteria Penolakan Tindakan
1. Pasien sudah diberikan informasi mengenai pilihan yang akan terjadi
2. Pemberian informasi dilakukan oleh pihak yang memiliki kapasitas untuk memahami konsekuensi dari penolakan
3. Membuat pilihan tanpa manipulasi atau tekanan dari pihak luar
Pengecualian untuk Penolakan Pemberian Tindakan/ Refusal Consent
Pengecualian dapat timbul apabila dokter harus melindungi pihak ketiga yang rentan apabila pasien
tidak diberikan intervensi dari kerugian mengesampingkan tugas karena penolakan pasien terhadap
pengobatan.
Contoh kasus:
Pasien dengan tuberculosis yang menolak pengobatan, namun kondisinya dapat membahayakan lingkungan dan keluarga terdekatnya. Alternatif yang dapat diberikan oleh dokter adalah merawat atau mengkarantina pasien sampai tuberkulosisnya tidak berisiko
Surat Rujukan
Definisi dari rujukan medik adalah upaya kesehatan yang berorientasi kepada kepentingan penderita, bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah baik untuk keperluan diagnostik, pengobatan maupun pengelolaan penderita selanjutnya.
Rujukan medik dapat dilakukan terhadap : 1. Penderita
Penderita dikirim oleh perujuk kepada konsultan, atau apabila penderita tidak dapat dikirim maka perujuk meminta kesediaan konsultan untuk bersama-sama memeriksanya.
2. Bahan pemeriksaan
Dapat berupa jaringan tubuh (hasil insisi, ekstirpasi, biopsi, maupun reseksi), darah, serum, tinja, air seni, secret, serta cairan tubuh yang lain.
Bentuk Rujukan Medik
Rujukan medik dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap yang dapat dilaksanakan secara lisan maupun tertulis.
Rujukan medik lisan :
1) Dokter perujuk dan konsultan melakukan pemeriksaan bersama
2) Dokter perujuk memberi keterangan selengkapnya serta mengemukakan apa yang akan diinginkannya (kesulitan / masalah)
3) Kemudian keduanya mendiskusikan hasil pemeriksaan di tempat tersendiri
4) Bila ada perselisihan pendapat, jangan sampai menggoncangkan kepercayaan penderita terhadap dokter perujuk
Rujukan medik tertulis
1) Rujukan ditulis dalam amplop tertutup diajukan oleh dokter perujuk kepada konsultan disertai keterangan yang cukup
2) Dalam hal rujukan penderita, maka konsultan mengirim kembali penderita tersebut disertai pendapat dan anjuran tertulis pula
3) Bila dikehendaki oleh dokter perujuk, konsultan dapat melakukan pengelolaan atau pengobatan penderita sampai sembuh
4) Konsultan tidak dibenarkan memberitahukan kepada penderita secara langsung maupun tidak langsung tentang kekeliruan yang mungkin dibuat oleh dokter perujuk terhadap penderita
5) Pendapat dan anjuran konsultan dapat berupa pendapat final atau anjuran untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut (laboratorik, EKG, radiologik, atau penunjang lain)
Arah Rujukan Medik yang Benar
1) Dari dokter umum kepada dokter spesialis
Permasalahan yang dihadapi oleh dokter umum diharapkan untuk dapat dipecahkan oleh dokter spesialis sesuai dengan bidangnya.
2) Dari dokter spesialis tertentu kepada dokter spesialis lain
Selain untuk keperluan diagnostik, rujukan demikian biasanya bertujuan untuk memperoleh konfirmasi tentang kemungkinan adanya komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi dalam ruang lingkup bidang keahlian di luar spesialisasi dokter perujuk.
3) Dari dokter spesialis kepada dokter umum (di daerah tempat tinggal penderita)
Rujukan medik ini paling jarang terjadi, biasanya dilakukan oleh dokter spesialis atas permintan penderita dengan pertimbangan kesulitan transportasi karena tempat tinggal penderita sangat jauh dari dokter spesialis tersebut. Tentunya tidak semua tindakan dapat dirujuk ke bawah mengingat fasilitas, kemampuan, dan kewenangan yang ada pada dokter umum tersebut.
Sikap yang tidak dibenarkan terjadi dalam rujukan medik yaitu :
1. Dari dokter perujuk :
Tidak mencantumkan keterangan secara lengkap Melakukan rujukan karena malas menanganinya
Melakukan rujukan untuk mengalihkan tanggung ajawab atas resiko yang tidak menyenangkan Melakukan rujukan karena menginginkan imbalan
Melakukan rujukan setelah keadaan penderita cukup parah
Dalam hal merujuk bahan pemeriksaan, tidak mempedulikan persiapan penderita dan prosedur “sampling” secara luas (pengambilan, penampungan, pengawetan dan pengiriman)
2. Dari konsultan :
Tidak memberikan jawaban konsul dengan sebenarnya karena takut anjuran atau tindakannya ditiru oleh dokter perujuk
Bekerjasama dengan dokter lain di luar kepentingan penderita (menganjurkan rujukan dengan janji imbalan)
Walau tidak diminta, mengambil alih pengelolaan penderita seterusnya (tidak mengirim kembali penderita kepada dokter perujuk)
Mencela tindakan dokter perujuk / terdahulu di hadapan penderita
Mencela hasil pemeriksaan (yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan klinis) di hadapan penderita atau keluarganya
manfaat konsultasi dan rujukan
Pengetahuan dan ketrampilan dokter akan lebih meningkat
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan ini diperoleh sebagai hasil adanya bantuan bantuan professional dari dokter lainnya yang lebih berpengalaman dan atau yang lebih ahli pada pelayanan konsultasi. Atau dapat pula mempelajari dengan pelbagai tindakan kedokteran yang telah dilakukan oleh dokter lainnya pada pelayanan rujukan. Tentu saja untuk yang terakhir ini hanya akan dapat dilakukan apabila dokter tempat merujuk, setelah selesai melakukan tindakan kedokteran, merujuk kembali pasien tersebut ke dokter yang melakukan rujukan. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan lebih terpengaruhi
Karena pada konsultasi dan rujukan dapat menghasilkan kerjasama yang baik antar banyak dokter, maka pada konsultasi dan rujukan tersebut telah terbentuk semacam tim kerja, yang peranannya jelas lebih positif dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien yang memang sangat bervariasi. Melalui konsultasi dan rujukan, pelbagai keterbatasan pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh seorang dokter akan dapat lebih dilengkapi, yang dampaknya jelas akan sangat besar terhadap pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
contoh bentuk format rujukan medik dari dokter umum kepada dokter spesialis Kepada Yth. Ts. Dr. ... Spesialis ... Jln. ... Semarang Dengan hormat,
Mohon konsul dan pengobatan selanjutnya penderita Tn. ..., .... tahun, anemi dengan hepatosplenomegali; hasil pemeriksaan laboratorium terlampir.
Penderita telah kami beri terapi sementara ... dengan dosis ... Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam, (Dr...) Jln. ... Semarang
contoh bentuk format rujukan medik untuk keperluan perawatan di rumah sakit Kepada Yth. Ts. Dr. Jaga Laboratorium Pediatri RS Dr. Kariadi Semarang Dengan hormat,,
muntah. Keadaan sekarang dehidrasi berat. Pengobatan yang telah kami berikan ... Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih. Wassalam,
(Dr...) Jln. ... Semarang
Contoh bentuk format rujukan medik untuk keperluan pemeriksaan laboratorium klinik ? Kepada Yth. Ts. Dr. ... Laboratorium PK Jln. ... Semarang Dh,
Mohon pemeriksaan pemantauan kadar obat atas Tn. ..., .... tahun, epilepsi dengan kecurigaan ketidakpatuhan minum obat.
Telah kami beri fenobarbital dan fenitoin dengan dosis ... selama 1 tahun. Adakah dosis sub optimal ?
Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih. Wassalam,
(Dr...) Jln. ... Semarang
contoh bentuk format rujukan medik dari “atas” ke “bawah” (untuk keperluan kelanjutan pengobatan) Kepada
Yth. Ts. Dr. ... d/a Puskesmas ... Semarang
Dh,
Mohon kesediaan Ts untuk melanjutkan terapi penderita Ny. ..., .... tahun, dengan KP duplek. INH ... x ... sehari
Etambutol ... x ... sehari
Streptomisin inj. ... gram ... x seminggu
Mohon follow up X-foto paru serta pemeriksaan sputum dan darah rutin setelah ... bulan pengobatan.
Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih. Wassalam,
(Dr...) Internis
Jln. ... Telp.
Semarang
SUMBER BELAJAR
Azrul Azwar, 1997. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter IndonesiaBarbara Bates, 2007. A Guide to Physical Examination and History Taking, Ed. IV. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Braundwald, Horrison ed 14, edisi bahasa Indonesia.
Burnside – Mc. Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, Ed. 17, Jakarta : EGC. Samsuridjal, Sopartondo, 2004, Burnside – Mc. Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, Ed. 17, Jakarta : EGC.
Komunikasi & Empati dalam hubungan Dokter-Pasien, Jakarta : Penerbit FK UI
Burnside – Mc. Glynn, 1995. Adams Diagnosis Fisik, Ed. 17, Jakarta : EGC.
Guwandi, 2003. Informed Consent & Informed Refusal, Ed. III, Jakarta : Balai Penerbit FK UI Jakarta
Larry King & Bill Gilbert, 2004. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Di mana Saja. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Muis, 2001. Komunikasi Islami, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya .Pantilat, S. 2008. Refusal of Treatment. Ethics Fast.
Rosemary McMahon, 1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer, Ed. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Rhenald Kasali, 2004. Sukses Melakukan Presentasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Samsuridjal, Sopartondo, 2004. Komunikasi & Empati dalam hubungan Dokter-Pasien, Jakarta : Penerbit FK UI Soejitno Irmin, Abdul Rochim, 2005. Rahasia Presentasi yang Menarik. Jakarta : Seyma Media.