• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hayyan Ahmad Ulul Albab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hayyan Ahmad Ulul Albab"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA AUTIS (STUDI KASUS DI SMA GALUH HANDAYANI SURABAYA)

Hayyan Ahmad Ulul Albab I

Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencerdaskan masyarakat bangsa ini. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Hal ini jelas tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang tertulis dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 berbunyi; (ayat 1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, (ayat 2) warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus. Anak autis merupakan anak yang berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan sosial. Isi yang telah disebutkan dalam Undang-Undang di atas menunjukan bahwa anak autis berhak mendapatkan hak yang sama untuk dapat memperoleh pendidikan.

Berikut ini beberapa fakta permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja autis. Pada anak autis, konflik yang dihadapi saat remaja bisa lebih pelik lagi karena memiliki hambatan dalam mengkomunikasikan perasaan dan pikirannya. Beberapa faktor penyebabnya adalah karena mulai menyukai lawan jenis, memasuki masa puber dan muncul dorongan seksual tapi tidak tahu cara menyampaikan atau mengatasinya. Tak hanya itu, anak-anak autis di sekolah juga seringkali dijauhi oleh teman-temannya padahal mereka juga ingin diajak

main bersama. Bahkan, banyak anak autis yang menjadi korban bullying oleh

teman-teman sekolahnya. Kondisi ini membuat remaja autis rentan mengalami depresi. Masa remaja selalu punya masalah. Namun jika orangtua dan anak sudah terbangun komunikasi yang baik sejak awal, biasanya gangguan anak autis yang dialami saat remaja tidak terlalu mengkhawatirkan.

(2)

Autisme atau juga disebut anak dengan kebutuhan khusus merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Anak autisme mempunyai masalah atau gangguan pada sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi sehingga dalam dunia pendidikan, anak autisme atau anak dengan kebutuhan khusus ini juga berhak mendapatkan suatu layanan pendidikan yang layak dengan anak-anak normal lainnya.

Fakta di atas menunjukkan bahwa pendidikan untuk siswa autis masih membutuhkan banyak perhatian, baik dari segi kurikulum, pendidik, materi, dan evaluasinya. Pendidikan Agama Islam untuk anak autis dalam pembelajarannya harus dipersiapkan secara matang agar dalam proses pembelajarannya bisa maksimal dan membuahkan hasil. Supaya dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bisa maksimal dan membuahkan hasil maka kita harus mengetahui problem yang terdapat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada remaja autis yaitu: Problem bisa berasal dari siswa, dari guru, kurangnya kreatifitas guru, tipe anak yang berbeda-beda, kesulitan dalam menjelaskan materi yang abstrak serta keterbatasan sarana yang ada di sekolah.

Berdasarkan rasionalitas dan realitas di atas, peneliti tertarik untuk meneliti fakta yang berkembang tentang problematika Pendidikan Agama Islam pada siswa autis dan solusinya. Peneliti mengambil judul penelitian sebagai berikut: problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis di SMA Galuh Handayani Surabaya.

Penelitian ini bertujuan untuk Mendiskripsikan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis di SMA Galuh Handayani, Mengidentifikasi apa saja problematika yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis di SMA Galuh Handayani dan Menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis di SMA Galuh Handayani.

(3)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan jenis penelitian studi kasus yang menggunakan metode deskriptif. Jenis data dalam kasus ini yaitu jenis kasus tunggal dan memakai dua sumber data, data langsung dan data skunder. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan angket. Metode analisis tesis ini dengan cara mereduksi data, penyajian data kemudian penarikan kesimpulan. Data dalam tesis ini divalidasi dengan cara pembandingan antara pengamatan dan wawancara, perbincangan orang dan pengetahuan pribadi, pandangan berbagai lapisan masyarakat dan membandingkan antara wawancara dan dokumen.

II

Dapat dipahami bahwa pengertian autis adalah sebutan kepada orang atau nama dari sekelompok kelainan kebiasaan atau tingkah laku dengan ciri-ciri penyimpangan interaksi sosial, khususnya bahasa yang diucapkannya, kontak mata, bahasa tubuh dan pendekatan sosial, terutama kekurangan hubungan sosial dengan orang lain. Faktor yang menyebabkan autis sendiri masih belum jelas benar dan bagaimana terjadinya gejala dari autisme ini, akan tetapi banyak pakar dalam bidang ini telah sepakat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak autisme adalah pada otak anak autisme dijumpai suatu kelainan.

Berikut beberapa penyebab autis, diantaranya: Pertama, faktor genetik, kurang lebih dua puluh persen kasus autis itu disebabkan oleh faktor genetik. Penyakit genetik ini sering dihubungkan dengan autis atau biasa disebut dengan sindrom fragile-x karena penyakit ini ditandai dengan kerapuhan yang terjadi pada ujung lengan kromosom x. Kedua, gangguan pada sistem saraf, banyak penelitian yang melaporkan tentang anak autis yang memiliki kelainan pada struktur otaknya dan kelainan yang paling sering terjadi yaitu pada otak kecil.

Anak autisme memiliki karakteristik atau ciriciri khusus antara lain: Selektif berlebihan terhadap rangsang, Kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru, Respon stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial, Respon unik terhadap imbalan (reinforcement), khususnya imbalan dari stimulasi diri.

(4)

Problematika atau Kendala pembelajaran adalah hambatan yang menjadikan pelaksanaan pembelajaran tidak efektif. Kendala disini juga meliputi problem-problem yang sering dikeluhkan oleh peserta didik maupun guru selaku pelaksana kurikulum. Kendala-kendala dalam pembelajaran PAI dapat berasal dari guru, peserta didik, kepala sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana, dan sebagainya.

Robin L. Gabriels dalam bukunya menjelaskan tentang problem siswa autis yang akan dihadapi pada saat usia sekolah dan remaja. Beberapa permasalahnnya yaitu: Communication Abilities, Social Skills, Behavior Problems dan Adaptive Living Skills.

Pendidikan Agama Islam adalah suatu ikhtiyar yang dilakukan oleh pendidik secara sadar, sistematis, dan pragmatis untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Untuk itu, Pendidikan Agama Islam bukan hanya merupakan materi yang harus dipelajari sebagai pengetahuan, tetapi dituntut setelah mendapatkan Pendidikan Agama Islam kelak untuk mempersiapkan peserta didik mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam.

III

Bertitik tolak pada hasil teori temuan peneliti dan dari hasil penelitian di sekolah inklusi SMA Galuh Handayani Surabaya, maka dapat disimpulkan:

Proses Pembelajaran PAI bagi Siswa Autis di SMA Galuh Handayani Surabaya (SMA GHS), Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMA Galuh Handayani Surabaya yaitu menggunakan model pembelajaran kelas regular penuh atau inklusi penuh. Model pembelajaran kelas ini ditujukan kepada anak berkebutuhan khusus atau anak autis yang belajar bersama dengan anak tanpa berkebutuhan khusus sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama. Pembelajaran dengan model seperti ini dilakukan oleh dua orang guru, guru pertama yaitu guru mata pelajaran dan guru kedua yaitu guru

(5)

siswa autis ini bisa dengan menggunakan guru pendamping atau yang biasa disebut dengan shadow teacher atau guru pendamping yang mana guru ini hanya diperuntukkan untuk siswa autis yang tergolong berat, karena dalam model pembelajaran kelas regular penuh atau kelas inklusi penuh ini tidak terdapat siswa autis yang tergolong berat maka untuk guru pendamping ini ditiadakan dan hanya cukup dipandu oleh guru mata pelajaran dan guru kelas.

Problematika yang Dihadapi oleh Guru dalam Pembelajaran PAI bagi Siswa Autis di SMA Galuh Handayani Surabaya, Problematika yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis yaitu problem materi, problem prilaku, problem keterapaian tujuan pembelajaran, problem konsentrasi dan problem motivasi. Problem-problem pembelajaran tersebut yaitu pertama problem materi, guru PAI mengalami masalah dalam mensingkronkan pembelajaran kepada siswa autis tentang apa yang telah disampaikan olehnya. Kedua problem prilaku, kita bisa melihat kendala ini dari gejala dan karakteristik yang dimiliki oleh siswa autis. Ketiga problem keterapaian tujuan pembelajaran, guru PAI belum bisa memenuhi target yang sudah tertera dalam standart kompetensi dan kompetensi dasar dan kendala dalam hal pembuatan silabus dan rencana pelaksanaan bembelajaran yang kemudian akan dimodifikasi oleh masing-masing guru PAI yang disesuaikan dengan siapa guru mengajar. Keempat problem konsentrasi, kendala ini dihadapi oleh guru pada saat guru sedang mengajar yaitu belum bisanya siswa autis dalam memusatkan perhatiannya pada saat pembelajaran sedang berlangsung, kurangnya fokus perhatian siswa terhadap gurunya dan kurangnya fokus siswa terhadap materi pembelajaran. Kelima problem motivasi, problem ini mencakup tentang masih belum tumbuhnya sikap sadar diri dalam fikiran siswa autis untuk belajar dengan sungguh-sungguh tentang apa yang telah diajarkan guru Pendidikan Agama Islam.

(6)

Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Guru untuk Mengatasi Problematika Pembelajaran PAI bagi siswa Autis di SMA Galuh Handayani, Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis yaitu pertama tentang solusi problem materi, guru menyederhanakan materi pembelajaran PAI yang terdapat di buku pelajaran kemudian ditulis ulang di papan tulis oleh guru dengan bahasanya sendiri yang mana bahasa itu hasil dari rangkuman atau kesimpulan dari materi pelajaran PAI sehingga para siswa bisa lebih mudah untuk memahami apa yang akan dijelaskan oleh gurunya saat semua siswa telah selesai menulis. Kedua solusi problem prilaku, guru lebih banyak melakukan kegiatan membimbing dengan pendekatan interaksi antara siswa dan guru sehingga guru PAI bisa mengidentifikasi apa saja kekurangan yang dihadapi oleh siswa autis. Ketiga solusi problem keterapaian tujuan pembelajaran, setiap hari Sabtu guru-guru dan tenaga-tenaga profesional melakukan kegiatan pelatihan dengan metode lesson study atau bisa dinamakan

dengan in house training dan guru melakukan pemahaman dari hasil dari

observasi, identifikasi dan asesmen dari siswa autis. Keempat solusi problem konsentrasi, dengan melakukan program layanan pembelajaran dan program layanan kekhususan dan kelima solusi problem motivasi, guru PAI harus bisa menanamkan sikap bahwa semua siswa autis itu seperti siswa normal pada umumnya dengan menerima semua kekurangannya sehingga dengan kekurangannya itu para guru bisa membimbing siswa autis ke arah yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian kepala sekolah adalah salah satu penilaian kinerja pendidik dan tenaga pendidik untuk menjaga profesionalitas saat menjalankan tugas. Penilaian kinerja kepala

Sedangkan keadaan darurat yaitu kondisi yang diakibat- kan oleh kejadian luar biasa yang berada di luar kemampuan masyarakat untuk meng- hadapinya dengan sumber daya

Pasar murah Ramadhan 1438 hijriah dan Bhakti Kesehatan yang digelar Polda Lampung ini merupakan wujud kedekatan Polda Lampung dengan masyarakat. Kegiatan ini juga dalam menyambut

Dalam percobaan yang dilakukan selama Praktek Uji Kopetensi Lapangan (PUKL) pada tanggal 23-24 Febuari 2015, akan ditentukan salinitas dalam sample air laut

3 Nilai yang diperoleh siswa merupakan tolak ukur kemampuan saya dalam mengajar.. 4 Saya benci apabila tugas yang menjadi bagian saya dievaluasi

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas sampel, yaitu metode peta konsep untuk kelas eksperimen dan metode

[ ] Hermiati E., Djumali Mangunwidjaja, Titi Candra Sunarti, Ono Suparno, dan Bambang Prasetya, “ Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu Untuk Produksi Bioetanol,”

pelaporan pelaksanaan kebijakan teknis bidang tata lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah B3, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dan penataan