• Tidak ada hasil yang ditemukan

Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro 2"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS KEBERLANJUTAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK KOMUNAL

DI KECAMATAN KREMBANGAN KOTA SURABAYA

SUSTAINABILITY STATUS OF DOMESTIC COMMUNAL WASTEWATER TREATMENT PLANT

IN KREMBANGAN DISTRICT SURABAYA CITY

Erwin Bahar1, Sudarno2 dan Badrus Zaman2

1 Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro 2 Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Email : erwin.ppekal@gmail.com ABSTRACT

Surabaya city as the capital of East Java province and Indonesia's second largest city with a population of 2,853,661 inhabitants in 2014 (the second largest after Jakarta), but the people who have been served by the sanitation infrastructure systems were expected at 176,105 families or about 26.95 % of the population of the city is already using sanitation facilities. In the White Book Sanitation of Surabaya City in 2010, Surabaya City sanitation development mission is to realize the wastewater management of settlements in a sustainable and affordable by the community.

This study aims to assess the sustainability of the wastewater treatment plant (WWTP) domestic communal in Krembangan District, Surabaya. The method in this research is quantitative method through observation, structured interviews and laboratory testing of the variables analyzed. Analyses were performed using a technique Multidisciplinary rapid appraisal (Rap-fish) to determine the level of sustainability of the management of communal WWTP based on a number of attributes that easy scored. Attributes of each dimension includes the technical, environmental quality, institutional, economic, and social. The results of this study are sustainability index of environmental quality dimension at 84.32 with highly sustainable status, technical dimension at 62.61 with fairly sustainable status, social dimesnion at 57.98 with fairly sustainable status, economic dimension at 43.24 with less sustainable status, and institutional dimension at 39.67 with less sustainable status..

Keywords : sustainability, WWTP, domestic, communal, Surabaya

ABSTRAK

Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 2.853.661 jiwa pada tahun 2014 (terbesar kedua setelah DKI Jakarta), namun penduduk yang sudah terlayani oleh sistem prasarana sanitasi dipekirakan sebesar 176.105 KK atau sekitar 26,95% jumlah penduduk kota yang sudah menggunakan sarana sanitasi. Dalam Buku Putih Sanitasi Kota Surabaya Tahun 2010 dimana salah satu misi pembangunan sanitasi Kota Surabaya adalah mewujudkan pengelolaan air limbah permukiman secara berkelanjutan dan terjangkau oleh masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keberlanjutan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik komunal di Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya. Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif melalui pengamatan, wawancara terstruktur dan uji laboratorium dari variabel-variabel yang dianalisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan suatu tehnik Multi-disciplinary rapid appraisal (Rapfish) untuk mengetahui tingkat keberlanjutan dari pengelolaan IPAL komunal berdasarkan sejumlah atribut yang mudah diskoring. Atribut dari setiap aspek meliputi teknis, kualitas lingkungan, kelembagaan, ekonomi, dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan indeks keberlanjutan IPAL domestik komunal di Kecamatan Krembangan, Surabaya adalah aspek kualitas lingkungan sebesar 84,32 (sangat berkelanjutan), aspek teknis sebesar 62,61 (cukup berkelanjutan), aspek sosial sebesar 57,98 (cukup berkelanjutan), aspek ekonomi sebesar 43,24 (kurang berkelanjutan), dan aspek kelembagaan sebesar 39,67 (kurang berkelanjutan).

Kata Kunci : keberlanjutan, IPAL, domestik, komunal, Surabaya 1. PENDAHULUAN

Saat ini ada banyak orang di Indonesia yang mengalami kesulitan mengakses air bersih dan sanitasi karena keterbatasan infrastruktur yang ada. Sesuai dengan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), Pemerintah telah menetapkan target pada 2015 yang sebanyak 68,87% dari total penduduk Indonesia harus memiliki akses ke sumber-sumber air minum, sementara akses ke fasilitas sanitasi yang memadai adalah sebanyak 62,41 % (Afriadi & Wahyono, 2012). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), untuk periode 2011-2014 Q1, proporsi rumah tangga terhadap sanitasi adalah 61,04% untuk sanitasi dasar di daerah perkotaan dan pedesaan. Tapi itu hanyalah kuantitas bukan kualitas. Bila dilihat dari kualitasnya masih 51,02% keluarga di Indonesia memiliki akses ke sanitasi (Wahyuni, Setiani, & Suharyanto, 2012). Laporan Penelitian Departemen Kesehatan Kesehatan pada 2013 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi meningkat di Indonesia pada 2013 sebesar 59,8%. Bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 dan 2010, proporsi rumah tangga Indonesia memiliki akses ke fasilitas sanitasi yang baik cenderung meningkat (2007: 40,3%; 2010: 51,5%; 2013: 59,8%).

Pada wilayah perkotaan mudah terlihat adanya sarana air limbah yang dialirkan melalui saluran-saluran, dimana air limbah dari rumah tangga tersebut segera dialirkan ke saluran-saluran yang ada di sekitar wilayah permukiman sampai ke badan air anak sungai dan sungai terdekat. Selain dialirkan ke saluran-saluran yang ada, terdapat satu pendekatan dalam usaha pengolahan air limbah rumah tangga ialah dengan menggunakan IPAL domestik komunal. Semakin banyak IPAL

(2)

konsep pengelolaan IPAL domesik komunal yang kurang melibatkan seluruh stakeholder dan tidak dilihat dari berbagai aspek. Berdasarkan kondisi tersebut tentunya diperlukan kajian untuk merumuskan konsep pengelolaan yang efektif untuk mencapai keberlanjutan pengelolaan IPAL domestik komunal yang baik (Prisanto & Yanuwiadi, 2015).

Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia, serta kota yang cukup penting di Indonesia bagian timur terus mengalami pertumbuhan penduduk, dan mengalami perkembangan pola hidup pada penduduknya. Berdasarkan laporan Surabaya Dalam Angka Tahun 2015 yang diterbitkan oleh BPS Kota Surabaya, jumlah penduduk Kota Surabaya mencapai 2.853.661 jiwa pada tahun 2014 (terbesar kedua setelah DKI Jakarta). Jumlah penduduk yang begitu besar tak heran apabila perkembangan Kota Surabaya berdampak pada bertambahnya bangunan-bangunan untuk pusat-pusat yang dapat menarik penduduk luar Kota Surabaya untuk masuk dan tinggal di Kota Surabaya baik sebagai penduduk musiman maupun penduduk tetap. Pertumbuhan penduduk itu menuntut pertambahan tempat tinggal, mulai dari yang sangat sederhana, yang berada di stren kali atau saluran sampai dengan yang mewah. Pembangunan kota yang tidak terintegrasi dengan kawasan di sekitarnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang kompleks seperti masalah kesehatan lingkungan, pencemaran, penyediaan air bersih dan pembuangan limbah domestik.

Sistem dan kondisi pembuangan air limbah domestik di Kota Surabaya, didasarkan atas informasi dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, kondisi dan tingkat pelayanan sanitasi yang berkaitan dengan masalah pembuangan air kotor di Kota Surabaya masih kurang memenuhi syarat teknis dan kesehatan. Beberapa lokasi telah disediakan fasilitas pembuangan limbah domestik, akan tetapi ada beberapa yang tidak dapat dipergunakan lagi. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membiasakan hidup sehat maupun faktor biaya untuk pengoperasian dan pemeliharaan sarana tersebut.Berdasarkan jumlah sarana sanitasi yang diperiksa di masing-masing Puskesmas dapat disimpulkan bahwa, penduduk yang sudah terlayani oleh sistem prasarana sanitasi dipekirakan sebanyak 176.105 KK atau sekitar 26,95% jumlah penduduk kota yang sudah menggunakan sarana sanitasi. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian mengenai keberlanjutan pengelolaan air limbah permukiman khususnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik komunal di Kota Surabaya yang dapat memberikan masukkan kepada pihak terkait.

2. METODE

Dalam melakukan analisis keberlanjutan salah satu metode yang digunakan adalah Rapid Apraissal for Fisheries

(Rapfish) yaitu tehnik untuk melakukan penilaian keberlanjutan perikanan yang menggunakan sejumlah atribut yang

bersifat multidisciplinary untuk mengevaluasi comparative sustainability berdasarkan berbagai dimensi yang diturunkan menjadi sejumlah atribut/indikator untuk dilakukan scoring (Fauzi & Anna, 2005). Rapfish yang digunakan dalam menghitung keberlanjutan pengelolaan IPAL komunal, merupakan modifikasi dari Rapfish yang dikembangkan oleh University of British Columbia, Kanada dan dipergunakan untuk mengkaji keberlanjutan/kelestarian usaha perikanan tangkap. Penilaian status keberlanjutan menggunakan software rapfish for Microsoft Excel dengan teknik Multi Dimensional

Scalling (MDS) yang mempunyai berbagai keunggulan, diantaranya sederhana, mudah dinilai, cepat dan biaya yang

diperlukan relatif murah. Selain itu, teknik ini dapat menjelaskan hubungan dari berbagai aspek keberlanjutan dan juga mendefinisikan pembangunan kawasan yang fleksibel (Rahayu, Bambang, & Hardiman, 2013).

Menurut (Balkema, J. A., Preisig, H. A., Otterpohl, R., 2002), indikator kriteria pembangunan keberlanjutan tentang pengelolaan air limbah domestik meliputi beberapa hal antara lain teknologi, pembiayaan, kelembagaan, peran serta masyarakat dan lingkungan. Rapfish yang dimodifikasi digunakan untuk mengetahui tingkat keberlanjutan dari pengelolaan IPAL komunal berdasarkan sejumlah atribut yang mudah diskoring. Atribut atau indikator dari setiap dimensi atau variabel (teknis, kualitas lingkungan, kelembagaan, ekonomi, dan sosial) yang akan dievaluasi dan dapat dipilih untuk merefleksikan keberlanjutan, serta dapat diperbaiki atau dapat diganti ketika informasi terbaru diperoleh. Atribut dalam aspek teknis meliputi kondisi fisik bangunan IPAL, kesesuaian letak IPAL dengan perencanaannya, kapasitas produksi IPAL dan efisiensi penurunan zat pencemar. Atribut dalam aspek kualitas lingkungan dilihat dari parameter effluen IPAL terhadap pemenuhan baku mutu menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 yaitu parameter pH, BOD5, COD, TSS dan Minyak Lemak. Atribut dalam aspek kelembagaan meliputi kelembagaan lokal, peran serta pemerintah dan peraturan yang berlaku. Atribut dalam aspek ekonomi meliputi biaya pembangunan fisik dan biaya operasional dan pemeliharaan. Atribut dalam aspek sosial meliputi partisipasi dan persepsi masyarakat. Penilaian terhadap atribut dari masing-masing dimensi dilakukan melalui observasi lapangan, studi literatur, uji laboratorium dan hasil kuisioner. Sedangkan dalam menentukan status keberlanjutan IPAL komunal digunakan kategori seperti yang disampaikan oleh (Suyitman, Hadi, Herison, & Muladno, 2009). Tabulasi kategori keberlanjutan IPAL komunal tersaji dalam tabel 1.

Tabel 1. Kategori Penilaian Status Keberlanjutan IPAL Komunal

Nilai Indeks Kategori

0,00 - 25,00 25,01 - 50,00 50,01 - 75,00 75,01 - 100,00

Buruk (tidak berkelanjutan) Kurang (Kurang berkelanjutan)

Cukup (Cukup Berkelanjutan) Baik (Sangat berkelanjutan)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian di keberlanjutan air limbah komunal domestik di kota Surabaya dilakukan di Krembangan IPAL di mana terletak di utara kota Surabaya. Berdasarkan analisis Rapfish, indeks keberlanjutan pada setiap aspek yang ditampilkan dalam gambar grafis. Sebagai contoh, nilai atau indeks keberlanjutan untuk aspek teknis IPAL Krembangan dapat dilihat pada gambar 1. Dalam gambar tersebut nilai indeks keberlanjutan aspek teknis IPAL Krembangan adalah 62,61.

(3)

Gambar 1. Nilai Keberlanjutan IPAL Krembangan (Aspek Teknis)

Selain itu, analisis yang juga ditampilkan atrributes leverage dan analisis Montecarlo. Leverage digunakan untuk melihat atribut yang paling sensitif terhadap perubahan nilai dimensi keberlanjutan. Nilai tertinggi adalah yang paling atribut yang paling sensitif. Atribut Leverage untuk dimensi teknis dapat dilihat pada gambar 2. Dalam gambar tersebut terlihat atribut yang paling sensitif adalah kapasitas IPAL. Sedangkan, analisis Monte Carlo digunakan untuk membandingkan nilai keberlanjutan analisis MDS dan kemudian melihat perbedaan nilai untuk mempertanggung jawabkan penelitian ini. Nilai analisis Monte Carlo dapat dilihat pada gambar 3. Kemudian, hasil rinci dari analisis pada masing-masing aspek disajikan pada Tabel 2.

(4)

Gambar 3. Analisis Montecarlo IPAL Krembangan (Aspek Teknis) Tabel 2. Nilai Indeks Masing – Masing Aspek

Lokasi Dimensi

Indeks (%)

Deviasi R2 Stress

MDS

(Rapfish) Monte Carlo

IPAL Krembangan Kualitas Lingkungan 84,32 81,25 3,07 0,9582 0,1304 Teknis 62,61 60,29 2,32 0,9636 0,1289 Sosial 57,98 56,37 1,61 0,9679 0,1291 Ekonomi 43,24 41,98 1,26 0,9674 0,1307 Kelembagaan 39,67 39,35 0,32 0,9734 0,1239

Merujuk pada tabel 2 kolom 4 (deviasi), perbedaan hasil analisis MDS (Rapfish) dengan analisis Monte Carlo (kolom 4) pada selang kepercayaan 95% tidak banyak mengalami perbedaaan (kurang dari 5%). Kecilnya perbedaaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil analisis dari kedua metode tersebut membuktikan bahwa (1) kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, (2) ragam pemberian skor akibat perbedaaan opini relatif kecil, (3) proses analisis yang dilakukan berulang-ulang relatif stabil, dan (4) kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari. Dari tabel 2 juga menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji cukup akurat dan dapat dipertanggung jawabkan hal ini menunjukkan dengan nilai stress semua atribut dibawah 0,25 dan nilai koefisien determinasi (R²) yang mendekati 1 (Kavanagh, P., & Pitcher, 2004).

Selanjutnya nilai indeks keberlanjutan pada aspek kualitas lingkungan, ekonomi, sosial, teknis, dan kelembagaan dapat diilustrasikan dalam diagram layang seperti pada Gambar 4. Kecilnya nilai indeks keberlanjutan aspek kelembagaan dikarenakan tidak adanya pembentukan kelembagaan lokal di masyarakat pengguna IPAL Krembangan yang mengelola IPAL tersebut. Demikian juga terkait dengan pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah melalui APBN baik mulai pembangunan hingga pemeliharaan dan perawatan. Rekomendasi terhadap kecilnya nilai indeks keberlanjutan aspek kelembagaan dan ekonomi di IPAL Krembangan secara khusus perlu dibentuknya kelembagaan lokal di masyarakat pengguna IPAL Krembangan yang dapat mengelola IPAL tersebut termasuk juga untuk pembiayaan pemeliharaan dan perawatannya. Strategi pengelolaan IPAL secara umum di Kota Surabaya sendiri akan dibahas dalam penelitian lain dengan metode lain (SWOT).

(5)

Gambar 4. Diagram Layang Indeks Keberlanjutan IPAL Krembangan 4. KESIMPULAN

Berdasarkan metode analisis Rapfish, status keberlanjutan komunal domestik IPAL Krembangan, Surabaya adalah untuk aspek kualitas lingkungan sangat berkelanjutan (84.32), aspek teknis cukup berkelanjutan (62,61), aspek sosial cukup berkelanjutan (57,98), aspek ekonomi kurang berkelanjutan (43,24), dan aspek kelembagaan kurang berkelanjutan (39.67).

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi - tingginya kepada Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan beasiswa hingga penelitian ini dapat diselesaikan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Afriadi, T., & Wahyono, H. (2012). Partisipasi Masyarakat dalam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat ( PAMSIMAS ) di Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota, 8(4), 341–348.

Balkema, J. A., Preisig, H. A., Otterpohl, R., F. J. D. (2002). Indicator For Sustainability Assesment Of Wastewater Treatment Systems. Urban Water, 4, 153–161.

Fauzi, A., & Anna, S. (2005). Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan (untuk Analisa Kebijakan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kavanagh, P., & Pitcher, T. J. (2004). Implementating Microsoft Excel Software For Rapfish: A Tehnique For Rapid Appraisal Of Fisheries Status. Vancouver Canada: University Of British Coloumbia.

Prisanto, D. E., & Yanuwiadi, B. (2015). Studi Pengelolaan IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ) Domestik Komunal di Kota Blitar , Jawa Timur. J-PAL, 6(1), 74–80.

Rahayu, A., Bambang, A. N., & Hardiman, G. (2013). Strategi Peningkataan Status Keberlanjutan Kota Batu Sebagai Kawasan Agropolitan. Jurnal EKOSAINS, V(1), 21–34.

Suyitman, Hadi, S. S., Herison, C., & Muladno. (2009). Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Perternakan di kabupaten Situbondo untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jurnal Agro Ekonomi, 27(2), 165–191.

Wahyuni, S., Setiani, O., & Suharyanto. (2012). Implementasi Kebijakan Pembangunan Dan Penataan Sanitasi Perkotaan Melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Di Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ilmu Lingkungan, 10(Vol 10, No 2 (2012): Oktober 2012), 111–122. Retrieved from http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/4534/pdf

TANYA JAWAB

1. Wiwin Widiastuti, SE, M.Sc, MT (Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah)

a. Penelitian kurang komprehensif berkaitan dengan tindak lanjut atau rekomendasinya.

b. Bila hasil penelitian menunjukkan aspek ekonomi dan kelembagaan yang kurang berkelanjutan maka apa maknanya dan bagaimana implikasinya?

c. Sehubungan dengan SDG'S apa arahan kebijakan bagi para policy maker Jawaban :

a. Untuk rekomendasinya ada di tujuan yang berbeda, karena untuk rekomendasi menggunakan metodologi lain b. Kecilnya nilai aspek ekonomi dan kelembagaan dikarenakan IPAL ini secara penuh dibiayai oleh APBN, sehingga

(6)

Gambar

Tabel 1. Kategori Penilaian Status Keberlanjutan IPAL Komunal
Gambar 1. Nilai Keberlanjutan IPAL Krembangan (Aspek Teknis)
Gambar 3. Analisis Montecarlo IPAL Krembangan (Aspek Teknis)  Tabel 2. Nilai Indeks Masing – Masing Aspek
Gambar 4. Diagram Layang Indeks Keberlanjutan IPAL Krembangan  4.  KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

White berkata, “Apabila jiwa menyerah kepada Kristus, suatu kuasa yang baru melingkupi hati yang baru....Jiwa yang telah berserah kepada Yesus menjadi benteng-Nya sendiri,

Pasar yang meminati produk tangan Indonesia diantaranya Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, Australia, Perancis, Belanda, Korea Selatan, Spanyol, Singapura, Italia,

Masalah yang sering kali dialami mahasiswa yaitu menyeimbangkan berbagai peranan dan tugas yang harus diselesaikan dan harus mampu menyesuaikan diri.Mahasiswa dapat disebut

Ditemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan paling banyak berada pada kelompok ibu yang melakukan antenatal care yang efektif (65,5%), dengan status multigravida

yang tertera pada tabel. Dengan nilai tegangan yang sama. Nilai arus dan kecepatan pada dua kondisi ini sangat berbeda. Nilai arus dan kecepatan saat kondisi backward

Akibat hukum kepailitan mengakibatkan harta kekayaan debitor sejak putusan tersebut dikeluarkan, masuk menjadi harta pailit (faillieten boedel), debitor pailit demi

1. Objeknya : dalam kegiatan usaha permainan judi tanpa izin.. Bentuk keempat ini juga hampir sama dengan bentuk kedua. Perbedaanya terletak pada unsur turut sertanya. Pada