DI
BALAI
PENGOBATAN PEI{YAKIT
PARU
BP4)
SEMARANG
S.
Darmawatil,
S.Sinto Dewi2ABSTRAK
Trrberkulosis paru merupakan
penyakit
infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacteriumtuberculose. Diagnosis
pasti
ditegakkan
bila
detemukan
kuman
Mycobacteriumtuberculose
pada
pemeriksaan
mikroskopis
secaralangsung
atau biakan
dahak,.Pemeriksaan
sputum dengan mikroskopis
secara
langsung mempunyai
banyak kelemahan.Oleh
karenaitu
penelitian
ini
bertujuanuntuk
mengetahui peningkatanefektifitas
pemeriksaanmikroskopis sputum
(pengecatanZiehl
Nelseen
)
tersangkapenderita tuberkulosis
paru
dengan perlakuan
homogenisasidibandingkan
dengan pemeriksaan secara langsung.Penelitian
ini
dilakukan
dengan tahapan pengumpulan sputum tersangka secaraklinis
yang ditetapkan oleh dokter terserang tuberculosis paru baik yang telah diobati maupun yangbaru,
kemudiandilakukan
pengecatan sputum secara langsung maupun dengan perlakuan homogenisasi menggunakanNaOH 4%
selanjutnyadilakukan
pengecakn dengan metodeZiehl
Nelseen.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: kenaikanjumlah
sputum yang dinyatakanpositip
sebesarl0%
dengan perlakuan homogenisasi apabilad ibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis secara langsung.
Kata Kunci:
Mycobacteriun
tuberculose, Homogenisasi.PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru merupakan penyakit
infeksi
yang bersifat persisten dan kronis,disebabkan
olehMycobacterium
tuberculose.Di
Jawa tengahdijumpai
7167
kasustuberkulosis
paru baru
pada tahun
2000 dan
diperkirakan pada
tahun 2001
akan ditemukan 16.262 kasus baru serta akandijumpai
penderitaTB
baru 4065 setiap tahun sampai dengantahun 2005.
Sehingga padatahun 2005 diperkirakan akan
dijumpai 28.458 penderitaTB
paru yang tersebar luasdi
35 Kabupatendi
Propinsi Jawa Tengah. Sedangkandi
BP4
Semarangpada
bulan
Januari sampai
dengan Desember 2000dijumpai
974 penderitaTB
paru baru dan 8.955 penderitaTB
paru lama. Meningkatnya kasusbaru
tuberkulosis
seiring
dengan peningkatan penyebaranpenyakit
HIV
danpenyakit
AIDS
serta
bertambahnyapenderita Diabetes
Mellitus yang
merupakanpendukung meningkatnya tuberkulosis
akibat daya tahan
tubuh yang
rendah. Pada penderita Imunodefisiensi tingkat kematian karena tuberkulosis sebesar 70-
90 %.Tuberkulosis
di
Indonesia
masih
merupakanmasalah
kesehatan masyarakat karena termasuk sepuluh penyakit terbanyak, sebagai penyebab kematian nomor2
pada semuakelompok
usiadan nomor
satudari
golonganpenyakit infeksi,
padahal padatahun
1986 merupakan penyebab kematian nomor4.
Sekitar 500.000 kasus baru dan 175.000 orang meninggal setiap tahunnya serta 260.000 kasustidak
terdiagnosis tanpa nrendapatpelayanan
yang
memadai
(Survey
Kesehatan
Rumah
Tatggga,l992).
Diagnosis tuberkulosis ditegakkan
berdasarkan
adanya keluhan,
gejala
klinis,
pemeriksaanfisik
dan penunjang,radiologi,
pengecatan sediaan langsung dankultur.
Diagnosispasti
ditegakkanbila
ditemukan kuman Mycobacterium tuberkulosis pada pemeriksaan mikroskopis secara langsung atau biakan dahak, sekresi atau jaringan sakit.Identifiksi
kumanini
sangat penting untuk pengobatan dan mengetahui status penularan penderita(
Wardle,EN.,
1995; BaharA,
1994).
Berbagai masalah dihadapi sehinggabelum
tuntasnya pemberantasan tuberkulosis paru, seperti masalah diagnostik karena sulitnya menemukan Mycobacterium tuberkulosisbaik
pada pemeriksaan dahak secaralarrgsung maupun kultur,
di
samping pemeriksaan biakan memerlukan waktu yang lamasehingga penderita
sering terlambat.
Terbatasnyakemampuan pemerintah
untuk menanganipenyakit
TB
melalui
program penemuandan
pemberantasan kasusBTA
positif
dengan pengobatan cuma-
cuma sehingga banyak kasusTB
yangtidak
dapat penanganan sebagaimana mestinya ( Croffonj,
etall.,1992).
Mengingat
hal
tersebut diatasmaka
perhatianperlu lebih
ditingkatkan
untuk penyakitini
baik
dalam diagnosis, pengobatan,
pencegahan maupun penemuan kasus sedini mungkin. Pemeriksaan sputum dengan mikroskopik langsung mempunyai banyakkelemahan karena
harus
terkandung
minimal
5.000 kuman
/
cc
sputum
untuk mendapatkan hasil positip, sehingga hasil negatip belum tentu berartitidak
ada kuman. Pemeriksaanini
merupakan sarana diagnostik yang termudah, tercepat dan termurah.Pemeriksaan sputum langsung atau tanpa pengolahan yang telah banyak dilakukan
di
Puskesmas-
puskesmas tempat pemeriksaan awal penderita, demikianjuga
di
BP4 Semarang. Kelemahancara
ini
karenamasih
banyaknyajaringan, lendir
yang
akan memperbesarvolume
sampel, sehingga akan memperkecil kemungkinanuntuk
dapatmengambil sampel
yang
mengandungkuman
Mycobacterium tubercculosis.
Olehkarena
itu
untuk
rnengatasi kelemahan
tersebut
seria
meningkatkan
efektifitas pemeriksaan mikroskopis sputum dapat dilakukan pengolahan sputum dengan metodeKubico (
homogenisasi) yaitu
denganNaOH
4Yo akan mencernakanjaringan
sehingga kumanBTA
akan dikumpulkan dalam volume yang lebih kecil, serta akan memperbesar kemungkinan untuk dapat mengambil sampel yang mengandung kuman.Di
Jawa Tengah khususnya Semarang belum pernah dilakukan penelitian tentangefektifitas
pemeriksaanmikroskopis sputum
penderita tuberkulosis
paru
dengan perlakuan homogenisasi,oleh
karena
itu
penelitian
ini
bertujuanuntuk
mengetahuipeningkatan
efektifitas
pemeriksaan
mikroskopis sputum dengan
perlakuanhomogenisasi
pada penderita
tersangka
tuberkulosis
paru
dibandingkan
dengan pemeriksaan langsung dalam upaya menegakkan diagnosis paru sedini mungkin.BAHAN
DAN
METODE
Penelitian
ini
dilakukan
dengan tahapan pengumpulan sputum tersangka secaraklinis
yang ditetapkanoleh
dokter terserang tuberculose parubaik
yang telah diobati mallpun yang baru, kemudiandilakukan
pengecatan sputum secara langsung maupundengan perlakuan
homogenisasi menggunakanNaOH
4%
selanjutnya
dilakukan pengecatan denganmetode
Ziehl Nelseen.Hasil
dinyatakan positip ( + ) dan negatip(
- ). Positip apabila ditemukanBTA
minimal
1kali
dari 3 kali pemeriksaan dan negatip apabila tidak ditemukan kumanBTA
dalam 3kali
pemeriksaan berturut-
turut.Pengecatan
Sputum
secara langsung dengan MetodeZihl
NelseenObyek
glass dibersihkan dengan kapasalcohol
sampai bebas lemak, kemudiandibuat
smear sampaikering angin dan
setelahitu
difiksasi
di
atasnyala
api
spiritusKemudian
di
atas smeardiberi
kertas saring
selanjutnya digenangi dengan carbol-fuchsin, dan dipanaskandi
atasnyala
api spiritus
selamatiga
menit,
dipertahankanjangan
sampaicat
mengering.Kertas saring
diambil
kemudiandicuci
air
mengalir, selanjutnya digenangi dengan alcohol asam sampai warna merah menghilang,dicuci air
mengalir,
selanjutnya digenangimethylen
blue
selamaI
menit,
dicuci air
mengalir, ditunggu kering angin, diamatidi
bawah mikroskop pada perbesaran 1000kali
dengan bantuanminyak imersi. Positip apabila
ditemukanBTA
minimal 1
kali
dari
3
kali
i t
pemeriksaan
dan
negatip apabila
tidak
ditemukan kuman
BTA
dalam
3
kali
pemeriksaan berturut-
turut.Pengecatan
Sputum dengan perlakuan
Homogenisasi (MetodeKubica)
Sputum
sebanyak2 ml
dimasukkanke
dalam tabung
sentrifugasi, kemudianditambah
2
ml
larutan NaOH 4yo, dikocok-kocok
selama
15
menit,
kemudiandisentrifugasi pada
kecepatan3000
rpm.
selama
15
menit,
supernatant dibuang kemudianfiltrate
dibuat
smeardan
siapuntuk dilakukan
pengecatan dengan metode Ziehl Nelseen.HASIL DAN PEMBAHASAN
Sputum
dari
penderita secaraklinis
terserang tuberkulose paru yang dicat secaralangsung maupun dengan perlakuan homogenisasi menggunakan
NaOH
4oh hasilnya dapatdilihat
pada tableI
berikutini:
Tabel
l:
Hasil
Pemeriksaan
Mikroskopis Langsung
dan
Dengan
Pengolahan Homogenisasi(
Dengan PengecatanZiehl
Nelseen)
dari
sputum penderitasecara
klinis
terserang tuberkulose paru di BP4 SemarangNo
Hasil
PemeriksaanLanssung
HomosenisasiJumlah
Prosentase (o/"\Jumlah
Prosentase(ohl
1. 2. Negatip (-)Positip
1+;t7
13 56,7 43,3t4
t6
46,7 53,3Jumlah
30 r00 30 100Jumlah
sputumdari 30
pasien yang dinyatakan negatipdari hasil
pemeriksaan secaralangsung
ada17
(56,7Yo),dan
menunjukkan jumlah
yang
menurun hinggamenjadi 14
(46,7%)
setelahdilakukan
perlakuan dengan homogenisasi. Penurunanterjadi
sampai
l0
oh,hal
ini
menunjukkanbahwa
dengan perlakuan homogenisasi menggunakanNaOH
4Yo dapat membantu mencernakkanjaringan
sehingga dengan dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000rpm.
selama 15 menit kumanBTA
(BasilTahan Asam) akan terkumpul pada volume
yang
lebih kecil,
sehingga
akan memperbesar kemungkinanuntuk
dapatmengambil sample yang mengandung kuman.Peningkatan
jumlah
sputum yang
dinyatakanpositip
dari
13
pasien
(43,3%) menjadi 16 pasien (53,3%) tersangka secaraklinis
tuberkulosis paru pada pemeriksaanmikroskopis dengan perlakuan
homogenisasi sebesar
l0%.
Tentunya
perlakuan homogenisasipada
sputum
ini
menunjukkan adanya peningkatanefektifitas
dalam melakukan pemeriksaan mikroskopis sputum pada penderita tersangka tuberkulosis paruapabila dibandingkan dengan
pemeriksaan
langsung dalam upaya
menegakkan diagnosis paru sedini mungkin.KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai peningkatan
efektifitas
pemeriksaan mikroskopis sputum tersangka penderita tuberculosis(TBC)
Parudi
Balai
Pengobatan PenyakitParu
(BP4)
Semarang dapat disimpulkan bahwa: terdapat kenaikanjumlah
pasien yang dinyatakanpositip
sebesarl}Yo
dengan perlakuan homogenisasi apabila dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis secara langsung.DAFTAR
PUSTAKA
Aditama TY.1996. Resistensi Ganda
Terhadap Obat Tuberkulosis. J
Respi
Indo. 1994Bahar
N
1994.Tatalaksana
Baru
Tuberkulosis
Paru. Acta Medica IndonesianaCrofton
J,
Horne
N,
Miller
F.
lgg2. Pumonary Tuberculosis
In
Adult
Clinical
Tuberculosis.
Hongkong. The Macmillan pressLTD.
Dewi Muliaty.
1995.
Diagnosis Tuberkulosis.
Forum
Diagnosticum.
Prodia Diagnostics Educations Services. JakartaKoneman,