Daftar Pustaka
• Fitzpatrick's Dermatology, 9th Edition
1. Tn. D, 26 tahun adalah seorang pramuria. Pasien datang dengan keluhan nyeri saat berkemih. Pada pemeriksaan fisik nampak adanya erosi dangkal berkelompok dengan dasar kemerahan yang
disertai dengan nyeri. Pada uretra nampak adanya keluar cairan kental seperti nanah. Di Inguinal terdapat pembesaran kelenjar getah
bening. Jika dicurigai pasien ini menderita infeksi herpes simpleks genitalis, pemeriksaan apa yang paling sensitive untuk mendeteksi kelainan ini a. Kultur dari vesikel
b. Kultur dari pustule c. Kultur dari krusta d. IgM dan IgG HSV
Herpes Simpleks Genital
• Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
virus Herpes simplex (VHS) tipe 2 atau tipe 1, dan bersifat rekuren
• Infeksi akibat kedua tipe VHS bersifat seumur hidup; virus berdiam di jaringan saraf, yaitu di ganglia dorsalis
• Perjalanan infeksi:
1. HG episode pertama lesi primer
2. HG episode pertama lesi non-primer 3. HG rekuren
4. HG asimtomatik 5. HG atipikal
Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur virus
• Sensitivitas kultur sebesar 67-70% bila
sediaan diambil dari vesikel, 32% bila sediaan pustul, dan hanya positif sebesar 17% bila
sediaan diambil dari krusta
2. Deteksi antigen (dengan enzyme
immunoassay atau fluorescent antibody), atau
PCR DNA HSV
2. Infeksi dari herpes simpleks merupakan lesi
yang bertahan seumur hidup. Virus berdiam di jaringan saraf yaitu
a. Akson b. Neuron
c. Gangglia dorsalis d. Ganglia perifer e. Neurit
3. Berikut ini merupakan pernyataan yang tepat mengenai herpes genitalis rekuren, kecuali
a. Lesi lebih sedikit b. Lesi lebih ringan c. Bersifat bilateral d. Riwayat berulang
1. HG episode pertama lesi primer
• Vesikel/erosi/ulkus dangkal berkelompok, dengan dasar eritematosa, disertai rasa nyeri
• Pasien lebih sering datang dengan lesi berupa ulkus dangkal multipel atau berkrusta
• Dapat disertai disuria
• Dapat disertai duh tubuh vagina atau uretra
• Dapat disertai keluhan sistemik, demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri dan pembengkakan kelenjar getah bening inguinal
• Keluhan neuropati (retensi urin, konstipasi, parestesi) • Pembentukan lesi baru masih berlangsung selama 10
hari
2. HG episode pertama lesi non primer
• Gambaran lesi sama seperti HG episode pertama primer
• Umumnya lesi lebih sedikit dan lebih ringan dibandingkan infeksi primer
• Lesi yang tidak diobati dapat berlangsung 10-14 hari
• Jarang disertai duh tubuh genital atau disuria, keluhan sistemik, dan neuropati
3. HG rekuren
• Lesi lebih sedikit dan lebih ringan • Bersifat lokal, unilateral
• Kelainan berlangsung lebih singkat dan dapat menghilang dalam waktu 5 hari
• Dapat didahului oleh keluhan parestesi 1-2 hari sebelum timbul lesi
• Umumnya mengenai daerah yang sama dapat di penis, vulva, anus, atau bokong
• Terdapat faktor pencetus: o Stres fisik/psikis o Senggama berlebihan o Minuman beralkohol o Menstruasi o Kadang-kadang sulit ditentukan
• HG atipikal menyerang kulit seperti Herpes Whitlow di lokasi daerah jari, puting susu, bokong, dsb.
• HG subklinis hanya berupa lesi kemerahan atau erosi yang ringan kadang-kadang tampak vesikel
– Keluhan nyeri radikulopati
• Pada HG asimtomatik tidak ada gejala klinis, hanya reaksi serologis (antibodi herpes) reaktif
– Pada pasien imunokompromais manifestasi lesi dapat bermacam-macam yaitu berupa manifestasi ulkus
4. Salah satu bentuk
herpes genitalis atipikal yang menyerang kulit di daerah jari disebut
sebagai a. Herpes Winslow b. Herpes Whitlow c. Chancroid d. LVG e. Granuloma inguinal • HG atipikal menyerang kulit seperti Herpes
Whitlow di lokasi
daerah jari, puting susu, bokong, dsb.
5. Berikut ini edukasi yang penting pada pasien dengan herpes simpleks genitalis, kecuali
a. Mudah menular
b. Gunakan busa spermisidal c. Hindari faktor pencetus
d. Pasangan tidak perlu diterapi
e. Perlu dilakukan penapisan untuk infeksi menular seksual lain
• Pada dasarnya semua tatalaksana non
medikamentosa adalah sama untuk seluruh perjalanan infeksi yaitu:
1. Pasien diberi edukasi tentang perjalanan penyakit yang mudah menular terutama bila ada lesi, dan infeksi ini dapat berulang; karena itu indikasi
abstinens; lakukan penapisan untuk IMS lain dan HIV, notifikasi pasangan tetapnya
2. Proteksi individual, anjurkan penggunaan kondom dan busa spermisidal
3. Sedapat mungkin hindari faktor pencetus 4. Bila pasien sudah merasa terganggu dengan
kekerapan infeksi dan ada kecurigaan terjadi
penurunan kualitas hidup, indikasi untuk konsul psikiatri
Edukasi
• Beberapa pesan edukasi IMS yang perlu disampaikan: 1. Memberikan pengobatan antivirus supresif akan
menurunkan rekurensi dan menurunkan ansietas serta memperbaiki kualitas hidup
2. Perjalanan penyakit
3. Penggunaan antivirus untuk mengatasi keluhan 4. Risiko transmisi melalui kontak seksual
5. Transmisi melalui pemakaian barang bersama (handuk, toilet dll)
6. Abstinens ketika terjadi rekurensi atau prodromal 7. Transmisi juga dapat terjadi saat asymptomatic viral
shedding
6. Tatalaksana herpes genitalis pada pasien immunokompromais diberikan selama a. 5 hari
b. 10 hari c. 15 hari d. 25 hari
Penatalaksanaan Medikamentosa
HG lesi episode pertama lesi primer1. Asiklovir: 5x200 mg/hari selama 7-10 hari atau asiklovir: 3x400 mg/hari selama 7-10 hari
2. Valasiklovir: 2x500-1000 mg/hari selama 7-10 hari
3. Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari 4. Kasus berat perlu rawat inap: asiklovir
intravena 5 mg/kgBB tiap 8 jam selama 7-10 hari
HG rekuren
1. Lesi ringan: terapi simtomatik 2. Lesi berat:
• Asiklovir 5x200 mg/hari, per oral selama 5 hari atau asiklovir: 3x400 mg/hari selama 5 hari atau asiklovir 3x800 mg/hari selama 2 hari
• Valasiklovir 2x500 mg selama 5 hari
• Famsiklovir 2x125 mg/hari selama 5 hari
3. Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi terapi supresif
• Asiklovir 2x400 mg/hari • Valasiklovir 1x500 mg/hari • Famsiklovir 2x250 mg/hari
HG pasien imunokompromais
1. Pengobatan untuk kasus ini memerlukan
waktu yang lebih lama, pengobatan diberikan hingga gejala klinis menghilang
2. Asiklovir oral dapat diberikan dengan dosis 5x400 mg/hari selama 5-10 hari atau hingga tidak muncul lesi baru
3. Valasiklovir 2x1000 mg/hari 4. Famsiklovir 2x500 mg/hari
• Pada pasien yang berisiko tinggi untuk menjadi diseminata, atau yang tidak dapat menerima
pengobatan oral, maka asiklovir diberikan secara
intravena 5 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7-14 hari atau lebih lama
• Bila terdapat bukti terjadinya infeksi sistemik
dianjurkan terapi asiklovir intravena 3x10mg/kgBB/hari selama paling sedikit 10 hari
• Untuk pasien dengan infeksi HIV simtomatik atau AIDS, digunakan asiklovir oral 5x400 mg/hari hingga lesi
sembuh, setelah itu dapat dilanjutkan terapi supresif • Pada pasien imunokompromais, kelainan akan sangat
mudah terjadi rekurensi, sehingga pengobatan supresif lebih dianjurkan, dengan dosis asiklovir 2x400mg/hari atau valasiklovir 2x500 mg/hari
Herpes genital pada wanita hamil
• Wanita hamil yang menderita herpes genitalis primer dalam 6 minggu menjelang persalinan dianjurkan untuk dilakukan seksio sesarea sebelum atau dalam 4 jam
sesudah pecahnya ketuban
• Asiklovir dosis supresi 3x400 mg/hari mulai dari usia 36 minggu dapat mencegah lesi HSV pada aterm
• Asiklovir dapat diberikan secara oral pada herpes
genital episode pertama maupun rekuren dan diberikan secara intravena apabila manifestasinya berat
• Seksio sesarea tidak dilakukan secara rutin pada wanita yang menderita herpes genitalis rekurens. Hanya wanita dengan viral shedding atau memiliki lesi genital pada
saat mendekati persalinan yang memerlukan seksio sesarea
7. Ny. D, 34 tahun datang dirujuk dari sejawat kandungan dengan G3P2002 33-34 minggu dan susp herpes
genitalis. Setelah Anda periksa dan melakukan
pemeriksaan penunjang, Anda yakin bahwa ini adalah herpes genital pada wanita hamil. Pasien kemudian menanyakan, apakah penyakit yang didieritanya ini
menyebabkan dia harus menjalani seksio cesaria. Anda menjawab pertanyaanpasien ini dengan informasi
a. Seksio caesaria tidak perlu dilakukan untuk wanita dengan herpes genitalis
b. Seksio cesaria dapat memperburuk lesi pada pasien c. Seksio caesaria hanya diperlukan pada pasien yang
sedang mengalami viral shedding atau memiliki lesi genital
d. Pasien dapat melahirkan normal
8. Dosis terapi untuk herpes genitalis berat yang
memerlukan rawat inap adalah
a. Asiklovir IV 5 mg/kgbb tiap 8 jam
b. Asiklovir per oral 5x 200 mg c. Asiklovir intravena 10
mg/kgbb tiap 8 jam d. Famsiklovir 3x 250 mg
e. Valasiklovir 2x500 selama 7 hari
• Kasus berat perlu rawat inap: asiklovir intravena 5 mg/kgBB tiap 8 jam selama 7-10 hari
• Pada pasien yang berisiko tinggi untuk menjadi
diseminata, atau yang tidak dapat menerima
pengobatan oral, maka asiklovir diberikan secara intravena 5 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7-14 hari atau lebih lama
• Bila terdapat bukti
terjadinya infeksi sistemik dianjurkan terapi asiklovir intravena
3x10mg/kgBB/hari selama paling sedikit 10 hari
9. Tn. D 28 tahun, didiagnosis dengan infeksi genital non spesifik 3 hari lalu. Pasien mengatakan dia
diberikan pengobatan dengan doksisiklin. Pasien ragu untuk mengkonsumsi obat karena
mendengar dari teman bahwa obat tersebut memiliki “kontraindikasi”. Kontraindikasi pada doksisiklin adalah
a. Wanita usia subur
b. Remaja muda yang sedang menarche c. Anak di bawah 12 tahun
d. Pria dewasa yang merokok
Infeksi Genital Nonspesifik
• Infeksi saluran genital yang disebabkan oleh penyebab nonspesifik
• Istilah ini meliputi berbagai keadaan, yaitu uretritis nonspesifik (UNS), uretritis
nongonokokus (UNG), proktitis nonspesifik, dan infeksi genital nonspesifik (IGNS) pada perempuan
Anamnesis
Laki-laki:
• Nyeri saat buang air kecil • Keluar duh tubuh uretra • Bisa asimtomatik Perempuan: • Keputihan • 70-95% asimtomatik Pemeriksaan Klinis Laki-laki:
• Duh tubuh uretra spontan, atau diperoleh dengan
pengurutan/massage uretra • Disuria
• Dapat asimtomatik Perempuan:
• Duh tubuh vagina
• Duh tubuh endoserviks mukopurulen
• Ektopia serviks disertai edema, serviks rapuh, mudah berdarah
• Disuria, bila mengenai uretra • 70-95% asimtomatik
Pemeriksaan Penunjang
• Spesimen dari duh tubuh genital: 1. Sediaan apus Gram:
• Jumlah leukosit PMN >5/LPB (laki-laki) atau >30/LPB (perempuan)
• Tidak ditemukan etiologi spesifik 2. Sediaan basah:
• Tidak ditemukan Trichomonas vaginalis
• Untuk menentukan infeksi Chlamydia trachomatis, bila memungkinkan, dilakukan pemeriksaan cara:
1. Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)(kerjasama dengan bagian mikrobiologi dan bagian parasitologi)
Penatalaksanaan
• Obat pilihan:1. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal atau 2. Doksisiklin‖ 2x100 mg/hari, peroral selama 7
hari
• Obat alternatif
1. Eritromisin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari • Catatan: ―Doksisiklin tidak boleh diberikan pada
10. Untuk membedakan infeksi genital non
spesifik dengan infeksi Chlamydia trachomatis dapat dilakukan pemeriksaan
a. GLUT-1 b. GLUT-2
c. Nucleic Acid Amplification Test d. IgG dan IgM
11. Komplikasi infeksi
genital nonspesifik pada perempuan adalah
sebagai berikut, kecuali a. Penyakit radang panggul b. Bartonilitis c. Infetrtilitas d. Perihepatitis e. Tuboitis
• Dapat terjadi komplikasi pada laki-laki yaitu
epididimitis, orkitis, dan infertilitas serta komplikasi pada perempuan yaitu penyakit radang panggul, bartolinitis, infertilitas, perihepatitis
12. Manifestasi klinis dari sindroma genital non spesifik pada wanita, kecuali
a. Disuria
b. Duh tubuh vagina
c. Duh tubuh endoserviks yang seropurulent
d. Ektopia serviks
e. Sebagian besar tanpa gejala
Perempuan:
• Duh tubuh vagina
• Duh tubuh endoserviks mukopurulen
• Ektopia serviks disertai edema, serviks rapuh, mudah berdarah
• Disuria, bila mengenai uretra
13. Untuk disebut sebagai infeksi genital non
spesifik, pada sediaan gram (pasien wanita) perlu ditemukan lekosit sebanyak … /LPB a. > 5 b. > 10 c. > 15 d. > 20 e. > 30
• Spesimen dari duh tubuh genital:
1. Sediaan apus Gram: • Jumlah leukosit PMN
>5/LPB (laki-laki) atau >30/LPB (perempuan) • Tidak ditemukan
14. Tatalaksana pada infeksi genital non spesifik di bawah ini yang benar adalah
a. Azitromisin 500 mg single dose b. Azitromisin 1 gram single dose c. Doksisiklin 500 gram single dose d. Doksisiklin 5x200 mg/hari
15. Tn. D 25 tahun datang dengan keluhan gatal pada ujung kemaluan, nyeri saat kencing, dan keluar cairan berwarna kuning kehijauan dari
uretra. Pada pemeriksaan fisik nampak orifisium uretra hiperemeis dan edema. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan diplokokus gram negatif.
Diagnosis yang paling mendekati adalah a. Sifilis
b. Gonore c. LvG
d. Raja singa
Infeksi Gonore
• Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae (N.
gonorrhoeae), suatu kuman Gram negatif,
Anamnesis
Laki-laki:
- Gatal pada ujung kemaluan - Nyeri saat kencing
- Keluar duh tubuh berwarna putih atau kuning kehijauan kental dari uretra
Perempuan: - Keputihan
- Atau asimtomatik
• Pada keduanya didapatkan adanya riwayat kontak seksual sebelumnya (coitus suspectus)
Pemeriksaan klinis
Laki-laki:
- Orifisium uretra hiperemis, edema, dan ektropion disertai disuria
- Duh tubuh uretra mukopurulen - nfeksi rektum pada pria
homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal atau nyeri/rasa tidak enak di anus/perianal
- Infeksi pada faring biasanya asimtomatik
Perempuan:
- Seringkali asimtomatik
- Serviks hiperemis, edema, kadang ektropion
- Duh tubuh endoserviks mukopurulen
- Dapat disertai nyeri pelvis/perut bagian bawah
- Infeksi pada uretra dapat menyebabkan disuria
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Gram dari sediaan apus duh tubuh uretra atau serviks ditemukan diplokokus Gram negatif intraselular.
• Sensitivitas >95% dan spesifisitas >99% (pada laki-laki)
2. Kultur menggunakan media selektif Thayer-Martin atau modifikasi Thayer-Martin dan agar coklat McLeod (jika tersedia)
3. Tes definitif (dilakukan pada hasil kultur yang positif) (jika tersedia) • Tes oksidasi
• Tes fermentasi
• Tes beta-laktamase
4. Tes resistensi/sensitivitas: kerja sama dengan bagian Mikrobiologi 5. Untuk kecurigaan infeksi pada faring dan anus dapat dilakukan
pemeriksaan dari bahan duh dengan kultur Thayer Martin atau
polymerase chain reaction (PCR) dan nucleic acid amplification tests (NAATs) terhadap N. gonorrhoeae dan C. Trachomatis
16. Kultur bakteri pada gonorea dapat dilakukan dengan media a. Thayer-Martin b. Blue agar c. Green agar d. Broth media e. Lowenstein Jensen
17. Untuk kecurigaan infeksi gonore pada faring ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang a. Lampu wood
b. PCR c. ELISA
d. IgG serologi
18. Tatalaskana pilihan untuk gonorea tanpa komplikasi adalah
a. Seftriakson 1 gram IM dosis tunggal b. Seftriaksone 1 gram IV dosis tunggal c. Kanamisin 1 gram IM dosis tunggal d. Sefiksim 400 mg PO dosis tunggal
Penatalaksanaan
1. Obat pilihan: sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal 2. Obat alternatif:
• Seftriakson 250 mg injeksi IM dosis tunggal • Kanamisin 2 gram injeksi IM, dosis tunggal
• Siprofloksasin dan ofloksasin sudah menunjukkan angka resistensi yang tinggi di beberapa kota, sehingga tidak dianjurkan lagi
• Bila sudah terjadi komplikasi seperti bartolinitis, prostatitis 1. Obat pilihan: sefiksim 400 mg peroral selama 5 hari
2. Obat alternatif:
• Levofloksasin 500 mg per oral 5 hari atau
• Kanamisin 2 gram injeksi intramuskular 3 hari atau • Seftriakson 250 mg injeksi intramuskular 3 hari
19. Tatalaksana gonore untuk gonore yang sudah disertai dengan komplikasi adalah kecuali
a. Sefiksim 400 mg per oral selama 5 hari b. Levofloksasin 500 mg per oral 5 hari c. Kanamisin 2 gram IM 3 hari
d. Seftriaksone 250 mg IM 3 hari e. Seftriaksone 1 g IM 3 hari
20. Infeksi berikut ini
merupakan infeksi yang hampir selalu muncul
bersamaan dengan infeksi gonorea, oleh karena itu tatalaksananya pun biasanya dilakukan bersamaan. Infeksi tersebut adalah a. Sifilis b. HIV c. Klamidia d. Kandidiasis e. E.Coli
• Karena infeksi gonokokus dan infeksi Chlamydia
trachomatis hampir
selalu bersamaan maka
dalam pengobatan infeksi gonokokus sebaiknya
diberikan juga
pengobatan untuk infeksi
Chlamydia
• Bila infeksi gonokokus terjadi bersamaan
dengan trikomoniasis maka pengobatan harus dilakukan bersama-sama untuk kedua infeksi ini
21. Ny. D, 35 tahun datang dengan keluhan gatal pada daerah vagina. Pada pemeriksaan fisik
nampak duh tubuh vagina, berwaran putih seperti susu, bergumpal, dan tidak berbau. Diagnosis yang paling mendekati adalah
a. Kandidiasis vulvovaginal b. Bacterial vaginosis
c. Trikomoniasis d. Gonore
KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS
• Infeksi pada vulva dan vagina yang disebabkan oleh Candida albicans atau kadang oleh Candida sp,
Torulopsis sp atau ragi
lainnya
• Anamnesis
1. Gatal pada vulva
2. Vulva lecet, dapat timbul fisura
3. Dapat terjadi dispareunia
Pemeriksaan klinis
• Pada vulva dan vagina tampak:
1. Hiperemis
2. Dapat timbul fisura 3. Edema jika berat
4. Duh tubuh vagina, putih seperti susu, bergumpal, tidak berbau
5. Jika mengenai genitalia luar dapat dijumpai
bercak/plak eritema dengan lesi satelit
Pemeriksaan Penunjang
• Bahan dari duh tubuh vagina
yang berasal dari dinding lateral vagina, dilakukan pemeriksaan: 1. Sediaan apus dengan
pewarnaan Gram ditemukan blastospora dan atau
pseudohifa
2. Sediaan basah dengan larutan KOH 10% ditemukan
blastospora dan atau pseudohifa
3. Kultur jamur dengan media Saboraud
22. Pada diagnosis kandidiasis vulvovaginalis
ditemukan bentukan berikut ini pada sediaan basah dengan KOH 10%
a. Blastospora dan psuedohifa b. Blastospora dan hiva panjang c. Sphagetti meatball
d. School of fish
23. Kultur pada kandidiasis dilakukan dengan media a. Broth agar b. Broth substance c. Saboraud d. Lowenstein Jensen e. Thayer Martin
24. Tatalaksana pada kandidiasis vulvovaginalis yang tidak boleh diberikan jangka panjang
adalah a. Klotrimazol b. Nistatin c. Flukonazol d. Itrakonazol e. Ketokonazol
Penatalaksanaan
Obat pilihan :
1. Klotrimazol 500 mg, intravagina dosis tunggal atau 2. Klotrimazol 200 mg, intravagina selama 3 hari atau 3. Nistatin 100.000 IU intravagina selama 7 hari
4. Flukonazol*** 150 mg, per oral, dosis tunggal atau 5. Itrakonazol*** 2x200 mg per oral selama 1 hari atau 6. Itrakonazol*** 1x200 mg/hari per oral selama 3 hari
atau
7. Ketokonazol# kapsul 2x200 mg/hari per oral selama 5 hari
• Untuk kandidiasis vulvovaginal rekuren (kambuh ≥4x/tahun):
– Agen topikal atau
flukonazol oral selama 10-14 hari dilanjutkan dengan flukonazol 150 mg/minggu selama 6 bulan
Catatan:
1. Wanita hamil sebaiknya tidak diberikan obat
sistemik
2. ***Tidak boleh
diberikan pada ibu
hamil, menyusui, atau anak di bawah 12 tahun 3. Pada penderita dengan
imunokompeten jarang terjadi komplikasi,
sedangkan penderita dengan status imun rendah infeksi jamur dapat bersifat sistemik 4. #Ketokonazol tidak
dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang
25. Kandidiasis vulvovaginalis dikatakan rekuren jika terjadi lebih atau sama dengan … x per
tahun a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 6