• Tidak ada hasil yang ditemukan

dr. Agustina Tri P. Sp.KK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dr. Agustina Tri P. Sp.KK"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Daftar Pustaka

• Fitzpatrick's Dermatology, 9th Edition

(3)

1. Tn. D, 26 tahun adalah seorang pramuria. Pasien datang dengan keluhan nyeri saat berkemih. Pada pemeriksaan fisik nampak adanya erosi dangkal berkelompok dengan dasar kemerahan yang

disertai dengan nyeri. Pada uretra nampak adanya keluar cairan kental seperti nanah. Di Inguinal terdapat pembesaran kelenjar getah

bening. Jika dicurigai pasien ini menderita infeksi herpes simpleks genitalis, pemeriksaan apa yang paling sensitive untuk mendeteksi kelainan ini a. Kultur dari vesikel

b. Kultur dari pustule c. Kultur dari krusta d. IgM dan IgG HSV

(4)

Herpes Simpleks Genital

• Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh

virus Herpes simplex (VHS) tipe 2 atau tipe 1, dan bersifat rekuren

• Infeksi akibat kedua tipe VHS bersifat seumur hidup; virus berdiam di jaringan saraf, yaitu di ganglia dorsalis

• Perjalanan infeksi:

1. HG episode pertama lesi primer

2. HG episode pertama lesi non-primer 3. HG rekuren

4. HG asimtomatik 5. HG atipikal

(5)

Pemeriksaan Penunjang

1. Kultur virus

• Sensitivitas kultur sebesar 67-70% bila

sediaan diambil dari vesikel, 32% bila sediaan pustul, dan hanya positif sebesar 17% bila

sediaan diambil dari krusta

2. Deteksi antigen (dengan enzyme

immunoassay atau fluorescent antibody), atau

PCR DNA HSV

(6)

2. Infeksi dari herpes simpleks merupakan lesi

yang bertahan seumur hidup. Virus berdiam di jaringan saraf yaitu

a. Akson b. Neuron

c. Gangglia dorsalis d. Ganglia perifer e. Neurit

(7)

3. Berikut ini merupakan pernyataan yang tepat mengenai herpes genitalis rekuren, kecuali

a. Lesi lebih sedikit b. Lesi lebih ringan c. Bersifat bilateral d. Riwayat berulang

(8)

1. HG episode pertama lesi primer

• Vesikel/erosi/ulkus dangkal berkelompok, dengan dasar eritematosa, disertai rasa nyeri

• Pasien lebih sering datang dengan lesi berupa ulkus dangkal multipel atau berkrusta

• Dapat disertai disuria

• Dapat disertai duh tubuh vagina atau uretra

• Dapat disertai keluhan sistemik, demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri dan pembengkakan kelenjar getah bening inguinal

• Keluhan neuropati (retensi urin, konstipasi, parestesi) • Pembentukan lesi baru masih berlangsung selama 10

hari

(9)

2. HG episode pertama lesi non primer

• Gambaran lesi sama seperti HG episode pertama primer

• Umumnya lesi lebih sedikit dan lebih ringan dibandingkan infeksi primer

• Lesi yang tidak diobati dapat berlangsung 10-14 hari

• Jarang disertai duh tubuh genital atau disuria, keluhan sistemik, dan neuropati

(10)

3. HG rekuren

• Lesi lebih sedikit dan lebih ringan • Bersifat lokal, unilateral

• Kelainan berlangsung lebih singkat dan dapat menghilang dalam waktu 5 hari

• Dapat didahului oleh keluhan parestesi 1-2 hari sebelum timbul lesi

• Umumnya mengenai daerah yang sama dapat di penis, vulva, anus, atau bokong

(11)

• Terdapat faktor pencetus: o Stres fisik/psikis o Senggama berlebihan o Minuman beralkohol o Menstruasi o Kadang-kadang sulit ditentukan

(12)

• HG atipikal menyerang kulit seperti Herpes Whitlow di lokasi daerah jari, puting susu, bokong, dsb.

• HG subklinis hanya berupa lesi kemerahan atau erosi yang ringan kadang-kadang tampak vesikel

– Keluhan nyeri radikulopati

• Pada HG asimtomatik tidak ada gejala klinis, hanya reaksi serologis (antibodi herpes) reaktif

– Pada pasien imunokompromais manifestasi lesi dapat bermacam-macam yaitu berupa manifestasi ulkus

(13)

4. Salah satu bentuk

herpes genitalis atipikal yang menyerang kulit di daerah jari disebut

sebagai a. Herpes Winslow b. Herpes Whitlow c. Chancroid d. LVG e. Granuloma inguinal • HG atipikal menyerang kulit seperti Herpes

Whitlow di lokasi

daerah jari, puting susu, bokong, dsb.

(14)

5. Berikut ini edukasi yang penting pada pasien dengan herpes simpleks genitalis, kecuali

a. Mudah menular

b. Gunakan busa spermisidal c. Hindari faktor pencetus

d. Pasangan tidak perlu diterapi

e. Perlu dilakukan penapisan untuk infeksi menular seksual lain

(15)

• Pada dasarnya semua tatalaksana non

medikamentosa adalah sama untuk seluruh perjalanan infeksi yaitu:

1. Pasien diberi edukasi tentang perjalanan penyakit yang mudah menular terutama bila ada lesi, dan infeksi ini dapat berulang; karena itu indikasi

abstinens; lakukan penapisan untuk IMS lain dan HIV, notifikasi pasangan tetapnya

2. Proteksi individual, anjurkan penggunaan kondom dan busa spermisidal

3. Sedapat mungkin hindari faktor pencetus 4. Bila pasien sudah merasa terganggu dengan

kekerapan infeksi dan ada kecurigaan terjadi

penurunan kualitas hidup, indikasi untuk konsul psikiatri

(16)

Edukasi

• Beberapa pesan edukasi IMS yang perlu disampaikan: 1. Memberikan pengobatan antivirus supresif akan

menurunkan rekurensi dan menurunkan ansietas serta memperbaiki kualitas hidup

2. Perjalanan penyakit

3. Penggunaan antivirus untuk mengatasi keluhan 4. Risiko transmisi melalui kontak seksual

5. Transmisi melalui pemakaian barang bersama (handuk, toilet dll)

6. Abstinens ketika terjadi rekurensi atau prodromal 7. Transmisi juga dapat terjadi saat asymptomatic viral

shedding

(17)

6. Tatalaksana herpes genitalis pada pasien immunokompromais diberikan selama a. 5 hari

b. 10 hari c. 15 hari d. 25 hari

(18)

Penatalaksanaan Medikamentosa

HG lesi episode pertama lesi primer

1. Asiklovir: 5x200 mg/hari selama 7-10 hari atau asiklovir: 3x400 mg/hari selama 7-10 hari

2. Valasiklovir: 2x500-1000 mg/hari selama 7-10 hari

3. Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari 4. Kasus berat perlu rawat inap: asiklovir

intravena 5 mg/kgBB tiap 8 jam selama 7-10 hari

(19)

HG rekuren

1. Lesi ringan: terapi simtomatik 2. Lesi berat:

• Asiklovir 5x200 mg/hari, per oral selama 5 hari atau asiklovir: 3x400 mg/hari selama 5 hari atau asiklovir 3x800 mg/hari selama 2 hari

• Valasiklovir 2x500 mg selama 5 hari

• Famsiklovir 2x125 mg/hari selama 5 hari

3. Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi terapi supresif

• Asiklovir 2x400 mg/hari • Valasiklovir 1x500 mg/hari • Famsiklovir 2x250 mg/hari

(20)

HG pasien imunokompromais

1. Pengobatan untuk kasus ini memerlukan

waktu yang lebih lama, pengobatan diberikan hingga gejala klinis menghilang

2. Asiklovir oral dapat diberikan dengan dosis 5x400 mg/hari selama 5-10 hari atau hingga tidak muncul lesi baru

3. Valasiklovir 2x1000 mg/hari 4. Famsiklovir 2x500 mg/hari

(21)

• Pada pasien yang berisiko tinggi untuk menjadi diseminata, atau yang tidak dapat menerima

pengobatan oral, maka asiklovir diberikan secara

intravena 5 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7-14 hari atau lebih lama

• Bila terdapat bukti terjadinya infeksi sistemik

dianjurkan terapi asiklovir intravena 3x10mg/kgBB/hari selama paling sedikit 10 hari

• Untuk pasien dengan infeksi HIV simtomatik atau AIDS, digunakan asiklovir oral 5x400 mg/hari hingga lesi

sembuh, setelah itu dapat dilanjutkan terapi supresif • Pada pasien imunokompromais, kelainan akan sangat

mudah terjadi rekurensi, sehingga pengobatan supresif lebih dianjurkan, dengan dosis asiklovir 2x400mg/hari atau valasiklovir 2x500 mg/hari

(22)

Herpes genital pada wanita hamil

• Wanita hamil yang menderita herpes genitalis primer dalam 6 minggu menjelang persalinan dianjurkan untuk dilakukan seksio sesarea sebelum atau dalam 4 jam

sesudah pecahnya ketuban

• Asiklovir dosis supresi 3x400 mg/hari mulai dari usia 36 minggu dapat mencegah lesi HSV pada aterm

• Asiklovir dapat diberikan secara oral pada herpes

genital episode pertama maupun rekuren dan diberikan secara intravena apabila manifestasinya berat

• Seksio sesarea tidak dilakukan secara rutin pada wanita yang menderita herpes genitalis rekurens. Hanya wanita dengan viral shedding atau memiliki lesi genital pada

saat mendekati persalinan yang memerlukan seksio sesarea

(23)

7. Ny. D, 34 tahun datang dirujuk dari sejawat kandungan dengan G3P2002 33-34 minggu dan susp herpes

genitalis. Setelah Anda periksa dan melakukan

pemeriksaan penunjang, Anda yakin bahwa ini adalah herpes genital pada wanita hamil. Pasien kemudian menanyakan, apakah penyakit yang didieritanya ini

menyebabkan dia harus menjalani seksio cesaria. Anda menjawab pertanyaanpasien ini dengan informasi

a. Seksio caesaria tidak perlu dilakukan untuk wanita dengan herpes genitalis

b. Seksio cesaria dapat memperburuk lesi pada pasien c. Seksio caesaria hanya diperlukan pada pasien yang

sedang mengalami viral shedding atau memiliki lesi genital

d. Pasien dapat melahirkan normal

(24)

8. Dosis terapi untuk herpes genitalis berat yang

memerlukan rawat inap adalah

a. Asiklovir IV 5 mg/kgbb tiap 8 jam

b. Asiklovir per oral 5x 200 mg c. Asiklovir intravena 10

mg/kgbb tiap 8 jam d. Famsiklovir 3x 250 mg

e. Valasiklovir 2x500 selama 7 hari

• Kasus berat perlu rawat inap: asiklovir intravena 5 mg/kgBB tiap 8 jam selama 7-10 hari

• Pada pasien yang berisiko tinggi untuk menjadi

diseminata, atau yang tidak dapat menerima

pengobatan oral, maka asiklovir diberikan secara intravena 5 mg/kgBB/hari tiap 8 jam selama 7-14 hari atau lebih lama

• Bila terdapat bukti

terjadinya infeksi sistemik dianjurkan terapi asiklovir intravena

3x10mg/kgBB/hari selama paling sedikit 10 hari

(25)

9. Tn. D 28 tahun, didiagnosis dengan infeksi genital non spesifik 3 hari lalu. Pasien mengatakan dia

diberikan pengobatan dengan doksisiklin. Pasien ragu untuk mengkonsumsi obat karena

mendengar dari teman bahwa obat tersebut memiliki “kontraindikasi”. Kontraindikasi pada doksisiklin adalah

a. Wanita usia subur

b. Remaja muda yang sedang menarche c. Anak di bawah 12 tahun

d. Pria dewasa yang merokok

(26)

Infeksi Genital Nonspesifik

• Infeksi saluran genital yang disebabkan oleh penyebab nonspesifik

• Istilah ini meliputi berbagai keadaan, yaitu uretritis nonspesifik (UNS), uretritis

nongonokokus (UNG), proktitis nonspesifik, dan infeksi genital nonspesifik (IGNS) pada perempuan

(27)

Anamnesis

Laki-laki:

• Nyeri saat buang air kecil • Keluar duh tubuh uretra • Bisa asimtomatik Perempuan: • Keputihan • 70-95% asimtomatik Pemeriksaan Klinis Laki-laki:

• Duh tubuh uretra spontan, atau diperoleh dengan

pengurutan/massage uretra • Disuria

• Dapat asimtomatik Perempuan:

• Duh tubuh vagina

• Duh tubuh endoserviks mukopurulen

• Ektopia serviks disertai edema, serviks rapuh, mudah berdarah

• Disuria, bila mengenai uretra • 70-95% asimtomatik

(28)

Pemeriksaan Penunjang

• Spesimen dari duh tubuh genital: 1. Sediaan apus Gram:

• Jumlah leukosit PMN >5/LPB (laki-laki) atau >30/LPB (perempuan)

• Tidak ditemukan etiologi spesifik 2. Sediaan basah:

• Tidak ditemukan Trichomonas vaginalis

• Untuk menentukan infeksi Chlamydia trachomatis, bila memungkinkan, dilakukan pemeriksaan cara:

1. Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)(kerjasama dengan bagian mikrobiologi dan bagian parasitologi)

(29)

Penatalaksanaan

• Obat pilihan:

1. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal atau 2. Doksisiklin‖ 2x100 mg/hari, peroral selama 7

hari

• Obat alternatif

1. Eritromisin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari • Catatan: ―Doksisiklin tidak boleh diberikan pada

(30)

10. Untuk membedakan infeksi genital non

spesifik dengan infeksi Chlamydia trachomatis dapat dilakukan pemeriksaan

a. GLUT-1 b. GLUT-2

c. Nucleic Acid Amplification Test d. IgG dan IgM

(31)

11. Komplikasi infeksi

genital nonspesifik pada perempuan adalah

sebagai berikut, kecuali a. Penyakit radang panggul b. Bartonilitis c. Infetrtilitas d. Perihepatitis e. Tuboitis

• Dapat terjadi komplikasi pada laki-laki yaitu

epididimitis, orkitis, dan infertilitas serta komplikasi pada perempuan yaitu penyakit radang panggul, bartolinitis, infertilitas, perihepatitis

(32)

12. Manifestasi klinis dari sindroma genital non spesifik pada wanita, kecuali

a. Disuria

b. Duh tubuh vagina

c. Duh tubuh endoserviks yang seropurulent

d. Ektopia serviks

e. Sebagian besar tanpa gejala

Perempuan:

• Duh tubuh vagina

• Duh tubuh endoserviks mukopurulen

• Ektopia serviks disertai edema, serviks rapuh, mudah berdarah

• Disuria, bila mengenai uretra

(33)

13. Untuk disebut sebagai infeksi genital non

spesifik, pada sediaan gram (pasien wanita) perlu ditemukan lekosit sebanyak … /LPB a. > 5 b. > 10 c. > 15 d. > 20 e. > 30

• Spesimen dari duh tubuh genital:

1. Sediaan apus Gram: • Jumlah leukosit PMN

>5/LPB (laki-laki) atau >30/LPB (perempuan) • Tidak ditemukan

(34)

14. Tatalaksana pada infeksi genital non spesifik di bawah ini yang benar adalah

a. Azitromisin 500 mg single dose b. Azitromisin 1 gram single dose c. Doksisiklin 500 gram single dose d. Doksisiklin 5x200 mg/hari

(35)

15. Tn. D 25 tahun datang dengan keluhan gatal pada ujung kemaluan, nyeri saat kencing, dan keluar cairan berwarna kuning kehijauan dari

uretra. Pada pemeriksaan fisik nampak orifisium uretra hiperemeis dan edema. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan diplokokus gram negatif.

Diagnosis yang paling mendekati adalah a. Sifilis

b. Gonore c. LvG

d. Raja singa

(36)

Infeksi Gonore

• Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae (N.

gonorrhoeae), suatu kuman Gram negatif,

(37)

Anamnesis

Laki-laki:

- Gatal pada ujung kemaluan - Nyeri saat kencing

- Keluar duh tubuh berwarna putih atau kuning kehijauan kental dari uretra

Perempuan: - Keputihan

- Atau asimtomatik

• Pada keduanya didapatkan adanya riwayat kontak seksual sebelumnya (coitus suspectus)

Pemeriksaan klinis

Laki-laki:

- Orifisium uretra hiperemis, edema, dan ektropion disertai disuria

- Duh tubuh uretra mukopurulen - nfeksi rektum pada pria

homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal atau nyeri/rasa tidak enak di anus/perianal

- Infeksi pada faring biasanya asimtomatik

Perempuan:

- Seringkali asimtomatik

- Serviks hiperemis, edema, kadang ektropion

- Duh tubuh endoserviks mukopurulen

- Dapat disertai nyeri pelvis/perut bagian bawah

- Infeksi pada uretra dapat menyebabkan disuria

(38)

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Gram dari sediaan apus duh tubuh uretra atau serviks ditemukan diplokokus Gram negatif intraselular.

• Sensitivitas >95% dan spesifisitas >99% (pada laki-laki)

2. Kultur menggunakan media selektif Thayer-Martin atau modifikasi Thayer-Martin dan agar coklat McLeod (jika tersedia)

3. Tes definitif (dilakukan pada hasil kultur yang positif) (jika tersedia) • Tes oksidasi

• Tes fermentasi

• Tes beta-laktamase

4. Tes resistensi/sensitivitas: kerja sama dengan bagian Mikrobiologi 5. Untuk kecurigaan infeksi pada faring dan anus dapat dilakukan

pemeriksaan dari bahan duh dengan kultur Thayer Martin atau

polymerase chain reaction (PCR) dan nucleic acid amplification tests (NAATs) terhadap N. gonorrhoeae dan C. Trachomatis

(39)

16. Kultur bakteri pada gonorea dapat dilakukan dengan media a. Thayer-Martin b. Blue agar c. Green agar d. Broth media e. Lowenstein Jensen

(40)

17. Untuk kecurigaan infeksi gonore pada faring ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang a. Lampu wood

b. PCR c. ELISA

d. IgG serologi

(41)

18. Tatalaskana pilihan untuk gonorea tanpa komplikasi adalah

a. Seftriakson 1 gram IM dosis tunggal b. Seftriaksone 1 gram IV dosis tunggal c. Kanamisin 1 gram IM dosis tunggal d. Sefiksim 400 mg PO dosis tunggal

(42)

Penatalaksanaan

1. Obat pilihan: sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal 2. Obat alternatif:

• Seftriakson 250 mg injeksi IM dosis tunggal • Kanamisin 2 gram injeksi IM, dosis tunggal

• Siprofloksasin dan ofloksasin sudah menunjukkan angka resistensi yang tinggi di beberapa kota, sehingga tidak dianjurkan lagi

• Bila sudah terjadi komplikasi seperti bartolinitis, prostatitis 1. Obat pilihan: sefiksim 400 mg peroral selama 5 hari

2. Obat alternatif:

• Levofloksasin 500 mg per oral 5 hari atau

• Kanamisin 2 gram injeksi intramuskular 3 hari atau • Seftriakson 250 mg injeksi intramuskular 3 hari

(43)

19. Tatalaksana gonore untuk gonore yang sudah disertai dengan komplikasi adalah kecuali

a. Sefiksim 400 mg per oral selama 5 hari b. Levofloksasin 500 mg per oral 5 hari c. Kanamisin 2 gram IM 3 hari

d. Seftriaksone 250 mg IM 3 hari e. Seftriaksone 1 g IM 3 hari

(44)

20. Infeksi berikut ini

merupakan infeksi yang hampir selalu muncul

bersamaan dengan infeksi gonorea, oleh karena itu tatalaksananya pun biasanya dilakukan bersamaan. Infeksi tersebut adalah a. Sifilis b. HIV c. Klamidia d. Kandidiasis e. E.Coli

• Karena infeksi gonokokus dan infeksi Chlamydia

trachomatis hampir

selalu bersamaan maka

dalam pengobatan infeksi gonokokus sebaiknya

diberikan juga

pengobatan untuk infeksi

Chlamydia

• Bila infeksi gonokokus terjadi bersamaan

dengan trikomoniasis maka pengobatan harus dilakukan bersama-sama untuk kedua infeksi ini

(45)

21. Ny. D, 35 tahun datang dengan keluhan gatal pada daerah vagina. Pada pemeriksaan fisik

nampak duh tubuh vagina, berwaran putih seperti susu, bergumpal, dan tidak berbau. Diagnosis yang paling mendekati adalah

a. Kandidiasis vulvovaginal b. Bacterial vaginosis

c. Trikomoniasis d. Gonore

(46)

KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS

• Infeksi pada vulva dan vagina yang disebabkan oleh Candida albicans atau kadang oleh Candida sp,

Torulopsis sp atau ragi

lainnya

• Anamnesis

1. Gatal pada vulva

2. Vulva lecet, dapat timbul fisura

3. Dapat terjadi dispareunia

Pemeriksaan klinis

• Pada vulva dan vagina tampak:

1. Hiperemis

2. Dapat timbul fisura 3. Edema jika berat

4. Duh tubuh vagina, putih seperti susu, bergumpal, tidak berbau

5. Jika mengenai genitalia luar dapat dijumpai

bercak/plak eritema dengan lesi satelit

(47)

Pemeriksaan Penunjang

• Bahan dari duh tubuh vagina

yang berasal dari dinding lateral vagina, dilakukan pemeriksaan: 1. Sediaan apus dengan

pewarnaan Gram ditemukan blastospora dan atau

pseudohifa

2. Sediaan basah dengan larutan KOH 10% ditemukan

blastospora dan atau pseudohifa

3. Kultur jamur dengan media Saboraud

(48)

22. Pada diagnosis kandidiasis vulvovaginalis

ditemukan bentukan berikut ini pada sediaan basah dengan KOH 10%

a. Blastospora dan psuedohifa b. Blastospora dan hiva panjang c. Sphagetti meatball

d. School of fish

(49)

23. Kultur pada kandidiasis dilakukan dengan media a. Broth agar b. Broth substance c. Saboraud d. Lowenstein Jensen e. Thayer Martin

(50)

24. Tatalaksana pada kandidiasis vulvovaginalis yang tidak boleh diberikan jangka panjang

adalah a. Klotrimazol b. Nistatin c. Flukonazol d. Itrakonazol e. Ketokonazol

(51)

Penatalaksanaan

Obat pilihan :

1. Klotrimazol 500 mg, intravagina dosis tunggal atau 2. Klotrimazol 200 mg, intravagina selama 3 hari atau 3. Nistatin 100.000 IU intravagina selama 7 hari

4. Flukonazol*** 150 mg, per oral, dosis tunggal atau 5. Itrakonazol*** 2x200 mg per oral selama 1 hari atau 6. Itrakonazol*** 1x200 mg/hari per oral selama 3 hari

atau

7. Ketokonazol# kapsul 2x200 mg/hari per oral selama 5 hari

(52)

• Untuk kandidiasis vulvovaginal rekuren (kambuh ≥4x/tahun):

– Agen topikal atau

flukonazol oral selama 10-14 hari dilanjutkan dengan flukonazol 150 mg/minggu selama 6 bulan

Catatan:

1. Wanita hamil sebaiknya tidak diberikan obat

sistemik

2. ***Tidak boleh

diberikan pada ibu

hamil, menyusui, atau anak di bawah 12 tahun 3. Pada penderita dengan

imunokompeten jarang terjadi komplikasi,

sedangkan penderita dengan status imun rendah infeksi jamur dapat bersifat sistemik 4. #Ketokonazol tidak

dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang

(53)

25. Kandidiasis vulvovaginalis dikatakan rekuren jika terjadi lebih atau sama dengan … x per

tahun a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 6

(54)

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan kegiatan yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung yang dilakukan oleh Apoteker dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya untuk

Motivasi ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial dan non- sosial) secara efektif. Motivasi ekstrinsik merupakan hal dan keadaan yang

Nasabah Kami sebelum mengeluarkan biaya Pengobatan. Beberapa pertanggungan menyatakan “Pengembalian Penuh” dan ini berarti bahwa klaim yang Memenuhi Syarat ditanggung sampai

Penerapan PTT pada padi sawah irigasi dengan cara tanam legowo dapat memberikan keuntungan dalam bentuk pendapatan dan hasil panen antara 20 - 30 % lebih

Penelitin akan dilakukan pada lingkungan kerja Sinar Mas Seluller yang berada pada Plaza Simpang Lima Semarang, pengambilan sample menggunakan metode kuantitatif dan data di

Keluhan yang muncul sekarang adalah gatal pada kulit kaki diikuti dengan lesi.. berbentuk linier

- Mengenai kulit berambut halus, keluhan gatal terutama bila berkeringat, dan secara klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi aktif karena tanda radang lebih jelas,

Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan gambaran klinis tak khas, mirip dengan dermatitis kronik Diagnosis yang paling mendekati untuk pasien ini