• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHMAD RAFI Nomor Induk Mahasiswa :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AHMAD RAFI Nomor Induk Mahasiswa :"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi Magister Manajemen

Kekhususan : Manajemen Pendidikan Islam

Disusun dan Diajukan oleh

AHMAD RAFI

Nomor Induk Mahasiswa : 01.13.334.2012

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2015

(2)

TENGAPADANGE KABUPATEN SOPPENG

Oleh AHMAD RAFI Nomor Induk Mahasiswa

01. 13. 334. 2012

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

xi

HALAMAN JUDUL ……… HALAMAN PENGESAHAN ………. HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ……… HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ………. ABSTRAK………... ABSTRACT………. ABSTRAK (BAHASA ARAB) ………... KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR TRANSLITERASI ………. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. B. Rumusan Masalah ……… C. Tujuan Penelitian ……….. D. Manfaat Penelitian ……… BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretis ……….. 1. Motivasi Belajar ………... 2. Pendidikan Agama Islam ………... 3. Upaya-upaya Peningkatan Motivasi Belajar ………... B. Kajian Penelitian yang Relevan ……….. C. Kerangka Pikir ………... D. Hipotesis ………. BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian ……… B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………..

i ii iii iv v vi vii xi xiii xiv 1 7 8 8 9 9 33 49 57 60 63 64 64

(6)

xii

2. Sumber Data ……… 3. Teknik Pengumpulan Data ……… E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ……… F. Teknik Analisis Data ………. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………. 1. Profil SMP SATAP Negeri Tengapadange………….. 2. Upaya Guru Agama Islam dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange ………. 3. Motivasi Belajar Siswa terhadap Bidang Studi

Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange ……… 4. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Sebelum Pemberian Strategi dan Berbagai

Upaya Peningkatan Motivasi Belajar ………... 5. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Setelah Pemberian Strategi dan Berbagai

Upaya Peningkatan Motivasi Belajar ………... B. Pembahasan ……….. C. Rekomendasi ………. BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ……… B. Saran ……….. DAFTAR PUSTAKA ……….. RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 67 68 70 71 72 72 78 85 99 102 104 116 118 119 120

(7)

xiii

Hal.

I. SKEMA : Kerangka Pikir 62

II.TABEL

Tabel 1 : Populasi 71

Tabel 2 : Sampel 72

Tabel 3 : Jumlah Guru SMP SATAP Negeri Tengapadange 75 Tabel 4 : Jumlah Siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange 76 Tabel 5 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 1) 87 Tabel 6 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 2) 88 Tabel 7 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 3) 89 Tabel 8 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 4) 91 Tabel 9 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 5) 92 Tabel 10 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 6) 94 Tabel 11 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 7) 95 Tabel 12 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 8) 96 Tabel 13 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 9) 98

(8)

xiv ب = B س = S ك = K ت = T ش = Sy ل = L ث = s\ ص = s} م = M ج = J ض = d} ن = N ح = h} ط = t} و = W خ = Kh ظ = z} ـھ = H د = D ع = ‘a ي = Y ذ = z\ غ = G ر = R ف = F ز = Z ق = Q

Hamzah (

ء

) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( , ).

2. Vokal

Vokal (a) panjang = a> -- لﺎﻗ = qa>la Vokal ( i) panjang = i> -- لﯾﻗ = qi>la Vokal (u) panjang = u> -- نود = du>na

3. Diftong

(9)

xv

awal, maka ditulis dengan huruf besar (Al), contoh: a. Hadis riwayat al-Bukha>ri>

b. Al-Bukha>ri meriwayatkan ...

5. Ta> marbu>tah ( ة ) ditransliterasi dengan (t), tapi jika terletak di akhir

kalimat, maka ditransliterasi dengan huruf (h) contoh; ﺔ ﺳر د ﻣﻠﻟ ﺔﻟﺎ ﺳرﻟا = al-risa>sa>lat li al-mudarrisah.

Bila suatu kata yang berakhir dengan ta> marbu>tah disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, maka ditransliterasi dengan (t), contoh;

ﷲ ﺔ ﻣﺣر ﻰ ﻓ

= fi> Rah}matilla>h.

6. lafz} al-Jala>lah ( ) yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya, atau berkedudukan sebagai mud}a>fun ilayh, ditransliterasi dengan tanpa huruf hamzah,

Contoh; ﺎﺑ = billa>h ﷲدﺑﻋ =‘Abdulla>h

7. Tasydid ditambah dengan konsonan ganda

Kata-kata atau istilah Arab yang sudah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak ditulis lagi menurut cara transliterasi ini.

8. Singkatan

Cet. = Cetakan

(10)

xvi t.p. = Tanpa penerbit

t.t. = Tanpa tempat t.th. = Tanpa tahun t.d. = Tanpa data

r.a. = Rad}iya Alla>hu ‘Anhu M. = Masehi

H. = Hijriyah h. = Halaman

(11)

iv Kabupaten Soppeng.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam, serta untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada SMP Satu Atap Negeri Tengapadange kabupaten Soppeng.

Jenis penelitian ini adalah analisis data secara kuantitatif dengan anggota sampelnya sebanyak 30 orang siswa di SMP Satu Atap Tengapadange kabupaten Sopppeng. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, angket, wawancara, observasi dan kajian pustaka.

Hasil penelitian dengan berdasar pada data angket hubungan antara pemberian motivasi siswa dengan prestasi belajar siswa di SMP Satu Atap Negeri Tengapadange kabupaten Soppeng setelah pemberian berbagai upaya motivasi belajar yang meliputi pemberian angka, member ulangan, mengetahui hasil, pujian, dan pembentukan kelompok belajar maka dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar siswa dalam bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Satu Atap Negeri Tengapadange kabupaten Soppeng termasuk kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis data secara kualitatif, terjadi beberapa perubahan antara lain siswa menunjukkan sikap antusiasnya untuk mengikuti pelajaran agama Islam, keberanian murid menyampaikan pendapat, tanggapan, bertanya mengenai materi yang diajarkan. Secara kuantitatif, terjadi peningkatan hasil belajar siswa SMP Satu Atap Negeri Tengapadange terhadap pelajaran pendididikan agama Islam deng anskor rata-rata 77,83 sebelum pemberian upaya motivasi belajar menjadi 81, 17 setelah pemberian berbagai upaya motivasi belajar terhadap siswa.

Dengan berbagai upaya tersebut, pada akhirnya akan mewujudkan hasil belajar yang lebih baik dan untuk menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas.

(12)

v

The purpose of this research is to know the students’ motivation on Islamic studies and the ways dealt by the teachers to increase their motivation at SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.

This research remained quantitative data analysis by taking thirty students as the sample in SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng with the data collecting techniques of observation, questionnaire, interview and literary review.

This result of this research based on questionnaire showed that the correlation between students motivation and their achievement after giving them motivation such as giving score, test, result, reward and student group in SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng is high enough. In qualitative, it showed that students gave their big enthusiasm on giving opinion, feedback and question of lesson. Meanwhile in quantitative, it showed an increasing of students learning output in SMP Satu Atap Negeri Tengapadange to Islamic studies in the average of 77, 83 prior to giving motivation to 81,17 after giving them motivation.

As a result, It would materialize a better learning result to enhance high quality education

(13)

vi ﻰﻠﻋ مﯾﻠﻌﺗﻟاو ﺔﯾﺑرﺗﻟا ثﺣﺑﻣﻟ ﻲﻣﻼﺳﻹا مﻠﻌﺗﻟ ﻊﻓادﻟا نﯾﺳﺣﺗ ﻲﻠﻋ ضرﻌﺗﺳﯾ ثﺣﺑﻟا اذھ SMP فﻘﺳ ﺔﯾﻣوﻛﺣﻟا دﺣاو TengapadangeSoppeng تﺎﯾﺑدﻷا ﺔﻌﺟارﻣ ﻊﻣﺟ قرط لﻣﺷﺗو ةددﻌﺗﻣ تﺎﻧﺎﯾﺑ مادﺧﺗﺳﺎﺑ ﻲﻧادﯾﻣﻟا ثﺣﺑﻟا ﻰﻠﻋ دﻧﺗﺳﯾ ثﺣﺑﻟا اذھ ﻟاو نﺎﯾﺑﺗﺳﻻاو ﺔﻠﺑﺎﻘﻣﻟاو ﺔظﺣﻼﻣ . ﺔﯾﻣﻛﻟا ﺔﯾﺣﺎﻧﻟا نﻣ تﺎﻧﺎﯾﺑ نوﺛﺣﺎﺑﻟا لﻠﺣ ،ﺎﮭﻌﻣﺟ مﺗ ﻲﺗﻟا تﺎﻧﺎﯾﺑﻟا نﻣو . بﻟﺎط ﻊﻓادﻟا نأ ﻲﻠﻋ ﺎھرھوﺟ ﻲﻓ ﻲﺗﻟا ﺞﺋﺎﺗﻧﻟا ترﮭظأو SMP دﺣاو فﻘﺳ ﺔﯾﻣﻛﺣﻟا Tengapadange Soppeng مادﺧﺗﺳﺎﺑ ﺔﯾﻣﻼﺳﻹا ﺔﯾﺑرﺗﻟا تﺎﺳاردﻟا لﺎﺟﻣ ﻰﻠﻋ ﺔﯾﺎﻔﻛﻟا ﮫﯾﻓ ﺎﻣﺑ ادﺟ ﺔﯾﻟﺎﻋ دوﮭﺟﻟا فﻠﺗﺧﻣ , ﻲﺗﻟا ،لﺻﻔﻟا ﻲﻓ ﺔﺷﻗﺎﻧﻣﻟا قﯾﺑطﺗو تﺎﻧﺎﺣﺗﻣﻻا ﺞﺋﺎﺗﻧ نﻼﻋأو ،مﺎﮭﻣﻟا دﯾدﺣﺗو ،رﺷﺎﺑﻣﻟا زﻓﺎﺣﻟا رﯾﻓوﺗ ﻲﻠﻋ نﻣﺿﺗﺗ ﺔﺳاردﻟا تﺎﻋوﻣﺟﻣ لﯾﻛﺷﺗو،داوﻣﻟا نﻣ ﺔﯾﻟوؤﺳﻣ بﻠطو . ﺔطﺑﺗرﻣ ﻲﺗﻟا لﺻﻔﻟا جرﺎﺧ ﻲﻓ تﻣدﻗ ﻲﺗﻟا دوﮭﺟﻟاو لﺎﺛﻣ،ﺔﯾﻧﯾﺗور ةوﻼﺗﺑ : ﺎﻘﻟأو ﺔﻋﺎﻣﺟﻟا تاوﻠﺻﻟا ءﺎﯾﺣأ راوﺣﻟاو ،قرﺑﻟا دوﻌﺻﻟا ،رﮭظﻟا ةﻼﺻ دﻌﺑ ةرﺿﺎﺣﻣﻟا ء مﺎﻋ لﻛ ﻲﻧﯾدﻟا . ﺔﺳاردﻟا نﻣ نﯾﻣﻠﻌﻣﻟا ﺔﮭﺟ نﻣ ﻊﯾﺟﺷﺗﻟا ﻰﻟإ ﺔﺳﺎﻣ ﺔﺟﺎﺣﺑ لازﺗ ﻻ ﺎﮭﻧﺈﻓ ،كﻟذ نﺎﻛﺎﻣﮭﻣ نﻛﻟو ﺔﻣﺋﺎﻘﻟا ﻊﻓادﻟا زﯾزﻌﺗ ﺔﻠﺻاوﻣﻟ ﺔﺟﺎﺣ ﻲﻓ لازﺗ ﻻو نﯾﻣﻠﻌﻣﻟا نﻣ دﮭﺟﻟا كﻟاذﻛو . ﺎطﻣﻟا ﺔﯾﺎﮭﻧ ﻲﻓ كردﻧ فوﺳ ،دوﮭﺟﻟا هذھ ﻊﻣ زﺎﺗﻣﻣﻟا مﯾﻠﻌﺗﻟا ﺔﯾﻋوﻧ جﺎﺗﻧإو ،لﺿﻓأ ﺔﯾﻣﯾﻠﻌﺗ ﺞﺋﺎﺗﻧ ف

(14)

iii

Tiada kata yang patut diucapkan, selain puji dan syukur ke hadirat Ilahi Rabbi, atas petunjuk dan rahmat-Nya, sehinggah Penulis sedikit demi sedikit dapat menyelesaikan tesis ini, walaupun dengan memakan waktu yang cukup lama, dengan judul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam : Studi pada SMP Satu Atap Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng”, sehingga dapat memenuhi sebagai persyaratan untuk mencapai gelar sarjana S.2 pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Demikian juga salawat dan taslim terkirim kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan bimbingan kepada seluruh umat manusia, terkhusus kepada umat Islam, sehingga kita telah merasakan nikmatnya iman dan Islam yang membawa dari alam kesesatan menuju alam kebenaran.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat sederhana akibat kemampuan penulis dan referensi yang sangat terbatas, di samping juga karena pembahasan ini merupakan penelitian lapangan yang membutuhkan berbagai kesiapan yang cukup memadai. Oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan untuk penyempurnaan hasil penelitian ini.

(15)

iv

Penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M.A., dan Muh. Wayong, M.Ed.M., Ph.D Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan Penulis dalam proses penelitian ini.

Dr. H. Irwan Akib, M.Pd Rektor Universitas Muhammadiyah, Prof. Dr. H.M. Ide Said D.M., M.Pd Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah, dan Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, M.A, Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan nasehat, petunjuk, bimbingan dan arahan kepada Penulis. Demikian pula kepada seluruh pegawai/staf, Kepala Perpustakaan dan seluruh karyawan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membantu dalam proses penyelesaian pendidikan pada PPs UNISMUH ini

Para Dosen dan Asisten Dosen PPs UNISMUH Makassar yang dengan penuh keikhlasan yang telah memberikan ilmunya selama dalam proses pendidikan pada PPs UNISMUH Makassar ini. Demikian pula rekan-rekan mahasiswa PPs UNISMUH Makassar Magister Manajemen Pendidikan Agama Islam yang senang tiasa memberikan semangat kepada Penulis.

(16)

v

seluruh sahabat IMADP (Ikatan Mahasiswa Madrasah Aliyah DDI Pattojo) Kabupaten Soppeng yang selama ini telah banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan studi, baik bantuan moril maupun materi. Semoga Allah Swt memberikan reski yang berlipat ganda, kepadanya, amin. Tidak lupa juga Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga yang turut serta membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian studi di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makasssar.

Kedua orang tua kami, Ayahanda H. Munus dan Ibunda Hj. I Dani yang telah mengasuh kami dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan anak-anaknya untuk menjadi anak yang berguna dan mempunyai pendidikan yang tinggi di kemudian hari kelak. Semoga mereka dapat dibalas oleh Allah Swt sesuai dengan perbuatannya, amin.

Kepala Sekolah SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng, Muh. Jufri. S.Pd beserta rekan-rekan guru dan pegawai yang telah memberikan waktunya kepada penulis dalam rangka membantu penyelesaian penelitian ini di sekolah tersebut.

Demikian juga terima kasih Penulis sampaikan kepada istri tercinta, Ibu Elvianita Nurdawiah Jidi yang setia mendampingi Penulis dalam suka dan duka, dan tanpa mengenal lelah, sehingga dengan berbagai hambatan dan kendala dapat menyelesaikan penelitian ini.

(17)

vi Amin.

Makassar, 02 Juli 2015 Penulis,

(18)

vii

Hal.

I. SKEMA : Kerangka Pikir 45

II.TABEL

Tabel 1 : Populasi 49

Tabel 2 : Sampel 50

Tabel 3 : Teknik Kategorisasi 54 Tabel 4 : Jumlah Guru SMP SATAP Negeri Tengapadange 58 Tabel 5 : Jumlah Siswa SMP SATAP Negeri Tengapadange 63 Tabel 6 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 1) 68 Tabel 7 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 2) 69 Tabel 8 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 3) 70 Tabel 9 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 4) 72 Tabel 10 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 5) 73 Tabel 11 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 6) 74 Tabel 12 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 7) 76 Tabel 13 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 8) 77 Tabel 14 : Hasil Jawaban Motivasi Belajar Siswa (Instrumen 9) 78

(19)

viii Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Rafi

Nomor Pokok : 01. 13. 334. 2012

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 02 Juli 2015 Yang menyatakan,

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam belajar motivasi sangat menentukan kualitas perilaku seseorang, apakah motivasi seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan tinggi atau rendah dapat dilihat dari kualitas perilakunya, yaitu yang ditunjukkan oleh kesungguhan, ketekunan, perhatian, dan ketabahan. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar menampakkan minat besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal rasa bosan apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah menampakkan keengganannya, cepat bosan dan berusaha menghindari dari proses kegiatan belajar mengajar.v Menurut Sukmadinata (2005:61) Motivasi merupakan kondisi dalam diri individu yang dapat mendorong atau menggerakkan individu tersebut untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai tujuan.

Motivasi merupakan salah satu faktor penunjang dalam menentukan intensitas usaha untuk belajar dan juga dapat dipandang sebagai suatu usaha yang membawa anak didik ke arah pengalaman belajar sehingga dapat menimbulkan tenaga dan aktivitas siswa serta memusatkan perhatian siswa pada suatu waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi bukan saja menggerakkan tingkah

(21)

laku tetapi juga dapat mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang mempunyai motivasi dalam pembelajarannya akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam belajarnya, tanpa banyak bergantung kepada guru.

Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas yaitu dalam hal menumbuhkan gairah dalam belajar, merasa senang dan mempunyai semangat untuk belajar sehingga proses belajar mengajar dapat berhasil secara optimal.

Menurut Sumadi Suryobroto (2004:99) Berdasarkan sumbernya, motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu (1) motivasi intrinsik, yakni motivasi yang datang dari dalam peserta didik; dan (2) motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang datang dari lingkungan di luar diri peserta didik.

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:

(22)

1. Adanya kebutuhan

2. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri 3. Adanya cita-cita atau aspirasi.

Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah.

Tugas guru agama sebagai seorang pendidik tidak hanya terbatas pada penyampaian materi atau pengetahuan agama kepada siswa, tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab dalam

(23)

membimbing dan mengarahkan siswanya serta mengetahui keadaan siswa dengan kepekaan untuk memperkirakan kebutuhan siswanya. Oleh karena itu, guru agama Islam dituntut tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan yang mempengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola pikir siswa. Hal ini dapat diupayakan dengan disertai wawasan tertulis serta keterampilan bertindak, serta mengkaji berbagai informasi dan keluhan mereka yang mungkin menimbulkan keresahan.

Sesuai dengan UUD nomor 14 tahun 2005 bahwa :

“guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, sertamemiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Berdasar pada UUD diatas pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatan aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum

Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat

(24)

pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Pendidikan agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena pendidikan agama Islam merupakan suatu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis, kritis, rasional, sistematis serta melatih kemampuan peserta didik agar terbentuk kepribadian yang mulia sesuai dengan petunjuk agama Islam. Karena itu hendaknya motivasi siswa dalam pembelajaran agama Islam dapat terus ditingkatkan hingga mencapai taraf kualitas yang baik, sebab dengan adanya peningkatan motivasi pembelajaran agama Islam diharapkan berdampak positif pada peningkatan mutu pembelajaran di Indonesia.

Kenyataan yang banyak dijumpai di lapangan saat ini adalah rendahnya motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran agama Islam. Pelajaran agama Islam merupakan pelajaran yang terkenal sulit dan memerlukan logika berfikir yang tinggi. Rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran agama Islam juga dikarenakan adanya berbagai cap negatif telah melekat dibenak siswa berkenaan dengan pelajaran yang bias jadi itu dimunculkan oleh guru baik secara langsung maupun tidak langsung, disadari maupun tidak disadari. Proses pembelajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan meetode dan alat yang

(25)

digunakan dalam pengajaran juga ditentukan oleh motivasi dan minat belajar siswa.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng khususnya di kelas VII yang berjumlah 21 siswa pada tanggal 25 agustus 2014 pada semester ganjil 2014/2015 bahwa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam siswa masih kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, hal ini dibuktikan dari daftar hadir yang dimiliki oleh guru selama lima kali pertemuan sebagian besar siswa tidak mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pengalaman lapangan kelemahan siswa dalam pembelajaran agama Islam adalah (1) siswa kurang perhatian terhadap materi yang diberikan oleh guru, (2) guru masih kurang tepat dalam menggunakan metode dan model pembelajaran, (3) adanya pengaruh lingkungan setempat seperti pergaulan sehari-hari di luar sekolah, makin maraknya teknologi internet yang bersifat negatif.

Sesungguhnya permasalahan di atas yang menjadi kendala dalam usaha guru agama Islam dalam melaksanakan proses belajar mengajar khususnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng, walaupun sudah melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti yang meliputi praktek shalat, tadarusan al-Qur`an dan lain-lain. Dengan demikian, upaya guru agama untuk menumbuhkan motivasi yang

(26)

besar untuk belajar agama Islam masih perlu untuk disempurnakan lagi.

Namun demikian, karena meningkatkan motivasi belajar agama Islam bukanlah hal yang mudah, melainkan masih banyak problem-problem yang dihadapi guru agama Islam, maka kreatifitas dan profesionalitas guru-guru agama dan ketekunan serta keuletan dengan berbagai upaya yang dapat mengantarkan pada tumbuhnya motivasi belajar agama dengan baik.

Berdasarkan dengan ini, Penulis melakukan penelitian untuk melihat upaya yang dilakukan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok adalah motivasi belajar siswa terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.

Untuk membatasi lingkup kajian tesis ini, perlu dirumuskan sub-sub masalahnya.

Adapun yang menjadi sub masalah dalam tesis ini, yaitu :

1. Bagaimana motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng?

(27)

2. Apa upaya-upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bidang studi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange Kabupaten Soppeng.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk mengelola Pendidikan Agama Islam khususnya yang berkenaan dengan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange

2. Berguna bagi guru agama Islam di SMP SATAP Negeri Tengapadange sebagai acuan pertimbangan dalam upayahnya untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretis

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Begitu banyaknya peran motivasi tersebut, banyak para ahli yang membahas bagaimana motivasi tersebut muncul, bagaimana dapat mengembangkan motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan prestasi yang di capai anak dan bagaimana pendidik dalam memberikan penghargaan hingga dapat meningkatkan motivasi tersebut.

Menurut Sudirman ( Ahmad Rafi, 2009 : 6) Motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Sedangkan Muhibbin Syah (2011 : 153) mengemukakan bahwa motivasi ialah keadaan internal organisme, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Sementara itu Sumadi Suryabrata (2004 : 70) secara terminologi mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga, dorongan,

(29)

alasan, kemauan dari dalam yang menyebabkan kita bertindak, dimana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Selanjutnya menurut Mc. Donald yang diikutp Sardiman AM (2014:74) , mengemukakan bahwa :

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan didahului dengan tanggapan–tanggapan terhadap adanya tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan pengertian motivasi tersebut, maka di dalam motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu :

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, dan penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa afeksi seseorang dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan motivasi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalanya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya

(30)

dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab sebabnya. Sebab–sebab itu biasanya bermacam–macam, mungkin ia tidak senang mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain– lain hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam itu perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab musibahnya dan kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan yakni belajar. Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Selanjutnya Sardiman (2014:75) . Mengemukkan bahwa :

Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi– kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka berusha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.

Senada dengan ini Akyas Azhari (2004 : 65). berpendapat bahwa motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan dan masih banyak pengertian motivasi yang tidak sempat disebutkan penulis dalam bagian ini. Akan tetapi, berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dipahami sebagai kekuatan yang tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan dan bertindak dengan cara yang khas. Atau sebagai daya penggerak yang ada dalam diri individu

(31)

yang mempengaruhi kesiapan, mendorong serta mengarahkan kegiatan, bahkan menentukan tingkat usaha yang mungkin dilakukan dalam mencapai tujuan.

Sementara itu, berbagai pengertian tentang belajar juga dapat ditemukan. Menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman”

Sunaryo, M. (Rafi 2011 : 23) menguraikan beberapa pendapat tentang belajar, adalah sebagai berikut :

1. Pengertian tradisional,”Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan” (Nasution 1980)

2. Mengutip pendapat Ernest H. Hilgard, “Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukannya sebelum ia belajar atau bila kelakuannya sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehinggah lain caranya menghadapi suatu situasi daripada sebelum itu” (Sumadi S, 1984)

3. Dalam pengertian singkat,”Belajar adalah “A change behavior” atau perubahan perilaku (Sumadi S, 1984)

4. Mengutip pendapat Cronback,”Belajar adalah sebaik-baiknya mengalami dan dalam mengalami itu menggunakan panca indranya” (Sumadi S, 1984)

5. Belajar adalah “Bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan” (Oemar H, 1983)

Selanjutnya Muhibbin Syah (2011:71) menguraikan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor yang meliputi mendengar, melihat dan mengucapkan.

Berdasarkan berbagai pengertian belajar yang dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar itu bukan sekedar

(32)

perubahan perbuatan, tetapi perubahan itu yang terjadi akibat faktor–faktor yang diperoleh melalui usaha yang di sengaja berupa kegiatan belajar. Oleh karena itu, dalam belajar harus ada unsur sebagai berikut :

1. Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil kegiatannya sendiri.

2. Belajar akan membawa perubahan dalam arti perubahan pada tingkah laku aktual maupun potensial sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.

3. Bahwa perubahan itu ditandai dengan diperolehnya kecakapan baru.

4. Bahwa belajar yang terjadi itu karena adanya usaha yaitu yang dilakukan sengan sengaja dan secara wajar dalam lingkungannya.

Bertolak dari pengertian motivasi dan belajar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang hendak dicapai serta memberikan arah pada kegiatan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar hasil belajar sesorang akan lebih optimal kalau rasa motivasi yang tepat. Sebaliknya,

(33)

kegagalan belajar siswa jangan begitu saja menyalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi, yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Dengan demikian tugas kita sebagai pendidik adalah bagaimana mendorong para siswa agar dalam dirinya tumbuh motivasi untuk belajar.

a. Jenis motivasi

Para pakar berbeda di dalam melihat jenis motivasi. Perbedaan tersebut berdasarkan pada perbedaan penelitian dan sudut pandang. Sumadi Suryabrata (2012:71) menggolongkan motivasi terdiri atas tiga macam, yaitu: pertama, kebutuhan-kebutuhan organik, yang meliputi kebutuhan untuk minum, kebutuhan untuk makan, kebutuhan untuk bernafas, kebutuhan seksual, kebutuhan untuk berbuat, dan kebutuhan untuk beristirahat. Kedua, motivasi darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dan dorongan untuk memburu. Dorongan ini timbul karena perangsang dari luar. Pada dasarnya dorongan-dorongan ini telah ada sejak lahir, tetapi bentuk-bentuknya tertentu yang sesuai dengan perangsang tertentu berkembang karena dipelajari. Ketiga, motivasi objektif, yang mencakup kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, kebutuhan untuk melakukan manipulasi, dan

(34)

kebutuhan untuk menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial dan non-sosial) secara efektif.

Syah (2001 : 136-137) membedakan motivasi atas dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Sedang motivasi intrinsik merupakan hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Yang termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya, untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

Selanjutnya Sardiman (2014:86). Mengemukakan beberapa macama atau jenis motivasi yaitu :

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya meliputi motif bawaan dan motif–motif yang dipelajari.

2. Motivasi jasmaniah dan rohaniah 3. Motivasi intrinsik dan ekstrensik.

Untuk memberikan gambaran yang sederhana tentang macam atau jenis motivasi tersebut, maka penulis akan menguraikan seara singkat sebagai berikut :

(35)

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

Dilihat dari dasar pembentukan motivasi tersebut, maka motivasi ini dapat dibagi dua yaitu :

a) Motif – motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk minum, dorongan untuk beristirahat, dorongan seksual. Motif–motif ini seringkali disebut motif –motif yang diisyaratkan secara biologis yang menurut Arden N. Prandsen memberi istilah jenis motif psysiological drives.

b) Motif – motif yang dipelajari

Maksudnya motif–motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif–motif ini sering ini sering disebut dengan motif–motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsen, mengisyaratkan dengan affiliative needs. Sebab justru dengan

(36)

kemampuan berhubungan, kerjasama di dalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri, sehingga, manusia perlu mengembangkan sifat –sifat ramah, koferatif, membina hubungan baik dengan sesama apalagi orang tua dan guru.

2) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti: refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu kemauan dan soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat moment yaitu :

a) Momen timbulnya alasan b) Momen pilih

c) Momen putusan

d) Momen terbentuknya kemauan.

Timbulnya kemauan tersebut dapat memperngaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor karena adanya alasan, maupun faktor adanya pilihan, bahkan karena adanya putusan dan kemauan itu sendiri yang menyebabkan seseorang terdorong atau ada kemauan untuk melakukan sesuatu.

(37)

3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif–motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidal perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang, membaca, tidak usaha ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah yakin memcari buku–buku untuk dibacanya. Sedangkan motivasi ekstrnsik adalah motif–motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari lauar. Sebagai contoh: seseorang itu belajar, karena tahun besok paginya akan ujian dengan harapan untuk mendapatkan nilai baik, sehingga dipuji oleh pacarnya, atau temannya, jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakuknnya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan akivitas belajar.

(38)

Perlu ditegaskan disini bahwa motivasi ekstrinsik bukan berarti tidak baik atau tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi ekstrinsik ini tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis. Berubah–ubah dan juga komponen–komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrnsik. Dengan demikian,dapat kita berkesimpulan bahwa baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama–sama penting dalam mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan beljar, namun tetap diakui bahwa motivasi intrinsik juga sangat dibutuhkan dalam belajar karena motivasi ini memang timbul dari dalam diri siswa sendiri.

b. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebab hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa dengan demikian motivasi itu memperngaruhi adanya kegiatan.

(39)

Sardiman (2014:84) . Mengemukakan tiga fungsi motivasi yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari sistem kegiatan yang akan di kerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

3. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan–perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Di samping itu, motivasi dapat berfungsi sebagai usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama

(40)

didasarkan motivasi maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

Melihat fungsi–fungsi motivasi tersebut di atas, maka guru sebagai motivator ia harus memberikan motivasi kepada anak dalam rangka meningkatkan cara beljarnya. Motivasi akan memperngaruhi tidak hanya belajar saja. Tetapi juga tingkah lakuknya oleh karena itu guru diharapkan menjaga agar anak tetap memiliki motivasi sehingga anak akan mengejar ilmu meskipun sudah meninggalkan kelas. Tugas guru haruslah menimbulkan motivasi belajar yang terus–menerus untuk belajar, dan guru diharapkan menciptakan motivasi di dalam kelas serta berupaya menemukan berbagai cara untuk dapat memotivasi anak.

c. Teori-teori Motivasi

Secara umum, teori-teori tentang motivasi dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandang dari para ahli. Salah satu teori motivasi yang banyak mendapat sambutan yang amat positif di bidang pendidikan adalah teroi “Hierarki Kebutuhan” yang di kemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow dalam mangkunegara, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara herarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tinkatan yang paling tinggi (mangkunegara, 2005:135).

(41)

Kebutuhan manusia berlaku bagi setiap manusia dan tersusun menurut hierarki kepentingannya. Pada suatu saat kebutuhan yang belum terpenuhi akan mengendalikan perilaku seseorang. Karena motivasi merupakan hal yang sering melatar belakangi tingkah laku manusia, sehingga kita tidak dapat melihatnya. Motivasi hanya dapat disimpulkan dari perilaku yang tampak dari perbuatan seseorang yang didahului oleh adanya sesuatu yang mendorongnya. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut yang disebut motif.

A.H. Maslow (dalam Hasibuan 2003: 104-107) mengemukakan bahwa orang termotivasi untuk melakukan sesuatu karena didasari adanya kebutuhan dalam dirinya yang terbagi menjadi 5 (lima) kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup atau juga disebut kebutuhan pokok yang terdiri dari kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal; (2) kebutuhan rasa aman yang meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja dan jaminan hari tua; (3) kebutuhan social yang berupa kebutuhan-kebutuhan seseorang untuk diterima dalam kelompok tertentu yang menyenangkan bagi dirinya; (4) kebutuhan penghargaan seperti halnya kebutuhan bagi seorang siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh tentu ingin mendapat

(42)

penghargaan dan nilai yang baik dari gurunya ataupun pujian dari teman-teman sekelasnya atas prestasi yang dicapainya dan; (5) kebutuhan aktualisasi diri yang berupa kebutuhan yang muncul dari seseorang dalam proses pengembangan potensi dan kemampuannya untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.

Jadi kedudukan motivasi adalah sebagai motor penggerak pada diri manusia (Handoko, 2000 : 77). “Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan tingkat kebutuhan hidup” (Siagian : 89).

Kebutuhan manusia seperti di kemukakan Maslow bagi setiap manusia dan disusun menurut hierarki kepentingannya. Motivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling rendah merupakan motivasi paling rendah. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan yang paling tinggi merupakan motivasi paling tinggi. Rendah atau tingginya motivasi tidak terlepas dari kebutuhan seseorang.

Perlu dipahami bahwa suatu pengertian yang penting dalam teori motivasi adalah bahwa orang karena sifatnya berusaha untuk tumbuh dan berkembang menjadi masak, untuk sepenuhnya melaksanakan apapun yang ingin terjadi. Dimana keinginan untuk tumbuh dan berkembang ini menurut kodratnya tidak dapat diajarkan. Hal ini merupakan bagian penting sifat manusia yang tidak dapat diahalang-halangi, yang mengakibatkan

(43)

individu-individu mengikuti pola-pola yang menghasilkan pengembangan dan pertumbuhannya. Keinginan untuk terus memenuhi kebutuhan ini, disamping adanya kekecewaan dan ketidak puasan, Maslow memandangnya sebagai bagian yang sangat penting dari perwujudan manusia. Seseorang tidak dapat diajar untuk tumbuh dan untuk berusaha mencapai aktualisasi diri.

Aktualisasi diri menurut istilah Maslow di atas mengandung arti pertumbuhan, pemenuhan setelah suatu jangka waktu tertentu yang mungkin meliputi seumur hidup. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yang dimaksud adalah kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu (Mangkunegara, 2005:78)

Maka dari itu dalam menerapkan teori hierarki kebutuhan Maslow dalam meningkatkan motivasi belajar pendidikan agama Islam di SMP Satu Atap Negeri Tengapadange. Pemecahan masalah yang pertama-tama harus selalu diingat bahwa bagi orang yang sangat kelaparan, tidak ada perhatian lain kecuali makanan. Seorang guru jangan berharap terlalu banyak perhatian dari siswa yang kelaparan. Berbeda dari kebutuhan-kebutuhan tingkat berikutnya, kebutuhan pokok ini hanya bisa dipenuhi oleh pemicu kekurangannya. Rasa lapar hanya dapat dipuaskan dengan makanan. Seberapapun menariknya pembelajaran di kelas, dia

(44)

tidak akan bisa konsentrasi terhadap pelajaran yang sedang diikutinya. Untuk memotivasi siswa seperti ini, tentu saja makanan solusinya. Guru sebaiknya memahami kondisi siswa yang sedang kelaparan. Mungkin saja sebelum berangkat sekolah, siswa tersebut belum sempat sarapan di rumah. Hal ini bisa disebabkan karena orang tua di rumah tidak sempat masak ketika waktu pagi karena harus segera persiapan untuk berangkat kerja atau mungkin orang tua sudah membuat masakan untuk sarapan namun si anak terlambat bangun pagi sehingga dia tidak punya waktu yang cukup untuk sarapan. Ketika dia sampai di sekolah, dia tidak mempunyai waktu untuk pergi ke kantin atau tidak punya uang saku untuk membeli makanan. Dalam hal ini, seorang guru hendaknya memberikan kelonggaran waktu dan juga memberikan uan atau meminjami uang untuk siswa tersebut agar dapat mengisi perutnya di kantin.

Selanjutnya kebutuhan akan rasa aman menampilkan diri dalam perilaku siswa yang mendambakan situasi menyenangkan, damai, tentram, tertib, dan di mana tidak terjadi hal-hal yang tak disangka-sangka, atau berbahaya. Untuk dapat memotivasi siswa, seorang guru harus memahami apa yang menjadi kebutuhan siswanya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa aman dalam belajar, mereka akan termotivasi oleh tawaran keamanan. Di sekolah tingkat menengah biasanya dijumpai adanya genk-genk

(45)

yang memberikan tekanan-tekanan kepada siswa di luar genknya. Jika hal tersebut terjadi di dalam kelas, maka akan menimbulkan rasa tidak aman pada diri siswa. Siswa akan merasa ketakutan untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas jika para anggota genk menguasai kelas. Jika dibiarkan secara terus menerus, sangat dimungkinkan siswa tidak nyaman di kelas dan tujuan belajar siswa tidak dapat tercapai.

Maka dari itu guru harus mampu bersikap tegas pada kasus seperti ini. Dominasi anggota genk di dalam kelas harus diambil alih sepenuhnya oleh guru. Seharusnya guru juga memberi peraturan-peraturan yang tegas untuk menjaga stabilitas kelas. Guru juga wajib menjamin keamanan seluruh siswa dari setiap gangguan yang mengancam. Setiap individu menginginkan dirinya bergabung dengan kelompok tertentu. Tidak terkecuali dengan seorang siswa, dia juga ingin berasosiasi dengan siswa yang lain, diterima, berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan afeksi.

Walaupun banyak guru, memahami adanya kebutuhan tersebut, kadang mereka terlalu acuh dalam pengelolaan kelas terutama dalam hal kekeluargaan dan kebersamaan siswa di kelas. Padahal kemungkinan ada sebagian dari mereka yang sulit bergaul atau memulai pembicaraan dengan temannya yang lain karena tidak adanya kedekatan emosional. Mereka juga ingin mendapat perhatian sebagaimana teman-temannya yang lain sehingga rasa

(46)

memiliki (sense of belonging) dapat muncul.Seharusnya siswa pada level kebutuhan ini diberikan perhatian supaya mampu berinteraksi dengan baik dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya.

Kebutuhan siswa yang besar terhadap penghargaan sangat jarang sekali untuk dapat dipenuhi. Pemberian pujian terhadap hal-hal yang dianggap membanggakan baginya seringkali ditanggapi dengan biasa saja oleh guru. Memberi penghargaan ataupun pujian ini penting supaya siswa tidak malas untuk berkarya lagi.

Dalam realita sering dijumpai banyak anak yang awalnya terlihat menonjol namun lama kelamaan mereka semakin malas. Mereka menjadi malas karena mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah siasia karena tidak ada apresiasi atau pengakuan terhadap apa yang telah mereka lakukan. Maka dari itu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang baik untuk memberikan pengakuan kepada prestasi siswa meskipun kecil. Hal ini bisa menjadi motivator yang kuat pada siswa.

Bila pada level kebutuhan sebelumnya, siswa dimotivasi oleh kekurangan, siswa di level akhir ini dimotivasi oleh kebutuhannya untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan istilah motivasi kurang tepat lagi untuk diterapkan pada siswa yang berada di tahap aktualisasi diri. Mereka amat spontan, bersikap

(47)

wajar, dan apa yang mereka lakukan adalah sekedar untuk mewujudkan diri mereka yang sebenarnya. Mereka sudah sangat paham dan sadar terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan. Tugas guru hanya tinggal memfasilitasi apa yang mereka butuhkan dalam pembelajaran.

Selanjutnya Siagian (2002:107) mengungkapkan teori motivasi yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg yang dikenal dengan Hygiene theory. Menurut teori ini faktor-faktor yang mendorong aspek motivasi adalah keberhasilan, pengakuan sifat pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang, kesempatan untuk meraih kemajuan dan pertumbuhan. Dalam teori ini ada yang disebut dengan istilah faktor pendorong (motivation faktor). Faktor ini dapat menyebabkan peningkatan hasil belajar siswa, namun pengurangan terhadap faktor ini tidak secara otomatis mengakibatkan munculnya ketidak puasan dalam belajar. Di lain pihak adanya peningkatan faktor yang menimbulkan ketidak puasan cenderung untuk mengurangi ketidakpuasan dalam belajar. Jadi faktor pendorong merupakan faktor yang meningkatkan hasil belajar sedangkan faktor penyehat sebagai pemelihara hasil belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, manusia membutuhkan kebutuhan kesehatan dan selanjutnya setiap individu memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya.

(48)

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, Alderfer memberikan penyempurnaan pada teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow. Menurut Alderfer (Thoha 2004:233) bahwa kelompok kebutuhan yang utama terdiri dari tiga tingkatan yaitu : (1) kebutuhan akan keberadaan (existence needs) berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia termasuk di dalamnya physiological needs dan safety needs dari Maslow, (2) kebutuhan akan afiliasi (related needs) menekankan akan pentingnya hubungan antara individu dengan masyarakat. Kebutuhan ini juga berkaitan dengan safety needs dan esteem needs dari Maslow, (3) kebutuhan akan kemajuan (growth needs) adalah keinginan intrinsic dari seseorang untuk maju atau meningkatkan kesempatan pribadinya.

Selain itu, Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2005:85) juga mengemukakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila didasari bahwa setiap orang mempunyai tiga kebutuhan, yaitu; (1) Need for achievement adalah bahwa setiap orang ingin dipandang orang yang ingin berhasil dalam hidupnya. Bagi seseorang yang memiliki need for achievement besar, maka akan berusaha berbuat sesuatu yang lebih baik apabila dibandingkan dengan orang lain, (2) Need for power adalah kebutuhan akan kekuasaan yang menamppakan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain.

(49)

Orang yang mempunyai kebutuhan besar akan kekuasaan biasanya mempunyai kondisi persaingan orientasi status serta memberikan perhatian pada hal-hal yang memungkinkan untuk memperbesar pengaruhnya, (3) Need for affiliation adalah kebutuhan afiliasi yang merupakan kebutuhan nyata bagi manusia sebagai mahluk social terlepas dari kedudukan, jabatan dan pekerjaan.

Lebih lanjut Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2005:85) menggambarkan orang-orang yang sungguh-sungguh memperoleh motivasi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1) Mereka lebih menyukai menyerang dan memecahkan masalah-masalah. Mereka mengembangkan perasaan memiliki tugas yang dihadapi dan meskipun mereka dapat bekerja dengan orang-orang lain, mereka lebih menyukai situasi-situasi di mana mereka menganggap satu-satunya tanggung jawab untuk pemecahan masalah atau penyelesaian tugas.

2) Orang-orang yang sungguh-sungguh memperoleh motivasi cenderung menuju ke situasi-situasi dimana mereka dengan segera dapat memperoleh umpan balik pada hasil kerja mereka. Orang yang berhasil adalah orang yang suka mengetahui secara terus-menerus betapa baik ia dalam bekerja dan menginginkan suatu umpan balik untuk menjadi kenyataan.

(50)

3) Orang yang berhasil adalah juga orang yang menentukan dengan selayaknya tujuan yang mengandung resiko, sehingga ia dapat menambah kesempatan untuk kepuasan hasil kerja.

Berbagai alasan bagi siwa untuk memenuhi segala kebutuhannya, alasan itu mendorong siswa untuk berbuat guna pemenuhan kebutuhannya. Apabila dorongan dirasa kuat maka motivasi untuk belajar yang ditimbulkan akan tinggi sebaliknya jika dorongan itu dirasakan rendah maka motivasinya untuk belajar akan rendah pula. Oleh sebab itu kita sebagai pendidik perlu mengetahui dan berupaya meningkatkan motivasi belajar siswa.

Selanjutnya Skiner (dalam Gitosudarmo, 2007:46) dengan teroi penguatannya, memandang bahwa penguatan merupakan konsep dari belajar. Teori pengutan mengemukakan, bahwa perilaku merupakan fungsi dari akibat yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Menyatakan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan dan imbalannya berlaku sebagai insentif yang positif dan mendorong perilaku yang berhasil, dan bila diulangi kebutuhan yang sama dapat muncul kembali. Dengan kata lain orang cenderung melakukan sesuatu yang mengarah kepada konsekuensi yang positif dan menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Teori penguatan yang dalam hal ini menggunakan konsep pengkondisian operan dapat dipandang sebagai suatu

(51)

model motivasi yaitu berkaitan dengan membentuk, mengarahkan, mempertahankan dan mengubah perilaku siswa dalam belajar.

Lain halnya dengan teori motivasi melalui pendekatan dorongan (drive). Istilah drive atau dorongan ini pertama kali dikemukakan oleh Woodworth dalam Djalali (2001 : 67) mengemukakan bahwa perilaku selain reflex-refleks tidak bakal terjadi tanpa motivasi yang juga disebutnya dengan istilah drive. Woodwoth menyatakan bahwa dorongan (drive) itu diperlukan demi timbulnya suatu perilaku, karena tanpa dorongan tadi, tidak ada suatu kekuatan yang mengarah kepada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan tadi membangkitkan dorongan dan dorongan ini akhirnya mengaktifkan perilaku. Dorongan membuat persisten perilaku, untuk mengatasi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri.

Selanjutnya Woodwoth menambahkan bahwa motivasi memiliki tiga karakteristik yaitu intensitas, arah dan persistensi. Maksudnya motivasi dengan intensitas yang cukup akan memberikan arah pada individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan kontiniu. Djalali menyatakan tentang intensitas suatu perilaku artinya intensitas suatu perilaku tergantung pada besar kecilnya motivasi yang ada. Selanjutnya motivasi juga dikonsepsikan sebagai indikator dari arah suatu perilaku. Misalnya

(52)

motivasi seseorang yang lapar mengarahkan individu untuk mencari berbagai cara untuk mendapatkan makanan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa motivasi siswa dalam belajar didefenisikan sebagai proses yang memperhitungkan intensitas (kesungguhan dan ketekunan), arah, dan persisten usaha siswa dalam memenuhi kebutuhannya. Karena itu kebutuhan merupakan dasar yang sangat fundamental bagi perilaku siswa dalam belajar. Jika kebutuhan seorang siswa tidak terpenuhi cenderung untuk malas belajar, sebaliknya jika kebutuhannya terpenuhi maka seseorang akan memiliki gairah kerja bahkan dengan semangat yang lebih tinggi.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan suatu aktivitas mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal (sekolah) saja, tetapi mencakup pula nonformal (masyarakat) dan informal (keluarga). Dengan demikian, pendidikan berlangsung dalam proses kehidupan secara konferehensif (menyeluruh) dan berjalan sepanjang masa.

(53)

Pendidikan bila dilekatkan dalam Islam, tetah didefenisikan secara beragam oleh berbagai ilmuwan, keragaman defensisi disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya ialah factor pandangan keduniaan setiap ilmuwan tersebut. Ahmad Tafsir (2000 : 26) mengatakan bahwa sulitnya merumuskan defenisi pendidikan apalagi menyeragamkan defenisi, karena disebabkan oleh dua faktor, yaitu : pertama, banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut sebagai kegiatan pendidikan; kedua, luasnya aspek yang dibina oleh pendidikan. Namun, pandangan di atas menunjukkan pengertian pendidikan dalam bentuk kesimpulan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Untuk mengkaji hakekat pendidikan agam Islam, tidak boleh terlepas dari doktrin Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena kedua sumber tersebut merupakan pedoman autentik dalam penggalian khazanah keilmuan apapun, terutama dalam menggali konsep-konsep dasar tentang pendidikan agama Islam, antara lain terdapat dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 sebagai berikut :

         

(54)

Terjemahnya :

…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Departemen Agama RI, 2008: 434)

Kemudian dalam surah Az-Zumar ayat 9 sebagai berikut :             

Terjemahnya :

Adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (Departemen Agama RI, 2008: 366)

Dari beberapa uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga suatu negara, karena maju dan keterbelakangan suatu negara akan ditentukan oleh tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk pendidikan yang mengacu kepada pembangunan tersebut yaitu pendidikan agama adalah modal dasar yang merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi bangsa, karena dengan terselenggaranya pendidikan agama secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan pengamalan ajaran agama

Oleh karena itu, bila manusia berpredikat Islam, benar-benar menjadi penganut agama yang baik, ia harus mentaati

(55)

ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus memahami, menghayati dan mengamalkan ajarannya yang didorong oleh Iman, sesuai dengan akidah Islamiyah, sebagaimana dalam firman-Nya dalam surat Adz-Dzariyat : 56, sebagai berikut :

      Terjemahnya :

“Dan Aku (Allah) tidak akan menciptakan jin dan manusia kecuali mengabdi kepada-Ku.”

Dengan penciptaan Allah terhadap makhluk-Nya, yang telah menjadi visi dan misi manusia sebagai pengabdi, agar mendapatkan kemenangan di dunia dan keselamatan di akhirat. Untuk tujuan itulah, manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam. Berdasarkan pandangan di atas, maka pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwa dan mewarnai corak kepribadiannya.

Lalu bagaimana pendidikan dalam agama Islam? Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan sering digunakan beberapa istilah, antara lain, ta’lim, tarbiyah, dan al-ta’dib. Al-ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian/penyampaian pengetahuan dan keterampilan.

(56)

Al-tarbiyah berarti mengasuh mendidik yang bermuara pada penyempurnaan akhlak/moral peserta didik. Samsul Nizar (2001 : 86-88).

Dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah :

Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat dalam mewujudkan persatuan nasional.

Pengertian pendidikan agama Islam di atas mengacu kepada konsep pendidikan agama Islam yang diterapkan pada sekolah umum yang berlaku secara nasional. Kemudian target pencapaian pendidikan agama Islam di sekolah, menurut Muhaimin (2001:76), diharapkan mampu menciptakan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas, yaitu ukhuwah fi al-‘ubudiyah, ukhuwah fi al-insaniyah, ukhuwah fi al-wathaniyah wa al-nasab, dan ukhuwah fi din al Islam.

Dari gambaran pengertian pendidikan agama Islam di atas, ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu :

1. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan

(57)

yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan/atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.

3. Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.

4. Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga untuk membentuk kesalehan sosial.

Dengan demikian, pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha sadar dalam melakukan proses bimbingan, pengajaran, atau latihan untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam, yakni mewujudkan kualitas kesalehan pribadi, kesalehan sosial dan kesalehan terhadap alam sekitar,

(58)

sehingga dapat menjalankan amanah di muka bumi sesuai ajaran Islam.

Peran dan fungsi pendidikan agama Islam demikian strategis dalam menciptakan kondisi masyarakat yang bermoral, sejahtera, adil, dan makmur. Dalam hal ini, penanganan atau bimbingan anak-anak bangsa termasuk didalamnya. Karena dengan adanya pendidika agama Islam, akhlak atau pun tingkah mereka dapat terkontrol dan terarah dengan baik sesuai dengan ajaran dalam agama Islam. Sehingga dapat terciptanya para pemuda, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat yang berakhlak baik dan berwawasan luas.

Pendidikan agama Islam harus diberikan sejak dini, mulai dari usia kanak-kanak, remaja, bahkan dewasa. Dalam Islam dikenal istilah pendidikan sepanjang hayat (life long education). Artinya selama ia hidup tidak akan lepas dari pendidikan, karena setiap langkah manusia hakikatnya adalah belajar, baik langsung maupun tidak langsung

Agama Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

Gambar

Tabel 3.1 Populasi
Table 3.2 Sampel
Tabel 3.3. Tehnik Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan  Kementerian Pendidikan Nasional
Tabel 4.1.  : Jumlah Guru SMP SATAP Negeri  Tengapadange
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rehabilitas berjalan selama masa periode tertentu saja atau hanya sebatas masa proyek. Selama lebih dari 30 tahun, kegiatan rehabilitasi dilaksanakan pada lebih dari 400 lokasi

Pada aspek perencanaan program Adiwiyata kesenjangan yang dihadapi diantaranya: seluruh warga sekolah belumlah mengetahui program Adiwiyata yang direncanakan oleh

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak

a) Laju pembakaran biobriket paling cepat adalah pada komposisi biomassa yang memiliki banyak kandungan volatile matter (zat-zat yang mudah menguap). Semakin banyak

Target/sasaran yang ingin dicapai terkait dengan pelaksanaan kegiatan ini adalah terpenuhinya kebutuhan terhadap barang pada Bagian-bagian yang ada di lingkungan

berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi desa Pasir Wetan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter yang terkandung dalam novel anak Bunga-Bunga Kertas, yaitu: nilai religious yang meliputi, menutup aurat, memberi

(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas ) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dimaksud pada ayat (1) pasal