• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK ELIT POLITIK TRADISIONAL DAN MODERN PADA AWAL KEMERDEKAAN DI PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONFLIK ELIT POLITIK TRADISIONAL DAN MODERN PADA AWAL KEMERDEKAAN DI PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK ELIT POLITIK TRADISIONAL DAN MODERN PADA

AWAL KEMERDEKAAN DI PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Edella P Saragih

308121051

Jurusan Pendidikan Sejarah

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

EDELLA PIRMA INTANI SARAGIH, DIBAWAH BIMBINGAN DR. HIDAYAT, MSI. KONFLIK ELIT POLITIK TRADISIONAL DAN ELIT MODERN PADA AWAL KEMERDEKAAN DI PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN. SKIRIPSI S-1 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL. UNIVERSITAS NEGERI MEDAN .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, bagaimana latar belakang, proses, dan dampak dari Konflik Elit Politik Tradisional dan Modern di Purba Kabupaten Simalungun. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode heuristik, yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisa data secara sistematis dan objektif berdasarkan bukti-bukti dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kemudian penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu Penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Informannya adalah orang-orang yang dianggap mengetahui informasi dan memiliki kapasitas mengenai masalah yang diteliti. Tehnik pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan, menganalisis, menyimpulkan dan menuangkannya ke dalam tulisan.

Dari penggalian data informasi yang didapat mengenai Konflik Elit Politik Tradisional dan Modern tersebut adalah, bahwa yang melatarbelakangi konflik adalah keinginan dari beberapa kalangan Elit Modern untuk mendapatkan kekuasaan dari hak milik raja dan menghapuskan paham feodal yang dirasa tidak mendukung kemerdekaan Indonesia. Kalangan yang dirasa masih memengang paham ini adalah Kaum Elit Tradisional beserta dengan keluarganya. Proses dari penghapusan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang tergabung ke dalam BHL (barisan harimau liar) yang dipimpin oleh Saragih ras. Dan dampak dari pembersihan itu adalah lenyapnya para Kaum Elit Tradisional beserta keluarganya serta hilangnya kerajaan di Simalungun salah satunya adalah Kerajaan Purba dan Raja yang memerintah pada saat itu adalah raja Mogang Purba. Dan mulai saat itu tidak ada lagi Kerajaan di Simalungun.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan yang setinggi-tingginya kepada Tuhan Yang maha Esa,

yang atas bimbingan dan kasih karunianya yang sungguh besar sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Konflik Elit Politik Tradisional Dan Modern Pada Awal Kemerdekaan Di Purba Kabupaten Simalungun”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan yang harus diselesaikan untuk mendapatkan gelar Sarjana di

Universitas Negeri Medan.

Penulis membutuhkan proses yang panjang dalam penyelesaian skripsi ini, dan mendapatkan

berbagai tantangan dan halangan. Namun semua halangan dan tantangan itu justru memacu

penulis untuk lebih bersemangat dalam penyelesaian hasil akhir skripsi ini. Dalam penulisan

skripsi ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada orang-orang yang telah berperan

banyak terhadap kelancaran dan kemudahan penyelesaian skripsi ini khususnya kepada:

1. Teristimewa kedua orang tua ku, Bapak ku ( B.E. Saragih) dan Mama ku ( E. Sipayung).

Yang merupakan motivator terbesar dalam hidup penulis untuk menyelesaikan studi di

Universitas Negeri Medan. Terimakasih buat segala cinta dan kasih sayangnya, buat

dukungan moral dan moril yang tak terhingga jumlahnya. Terimakasih.

2. Untuk kedua Oppung ku dan Tulang ku, terimakasih buat segala bantuan, cinta, dan

dukungan moral dan moril yang diberikan, yang ikut sibuk dalam pencarian data,

informasi dan sumber-sumber untuk penyelesaian skripsi ini. Trimakasih.

3. Untuk adik-adik ku yang mengisi hari-hari ku dengan ocehan, sehingga menghilangkan

rasa jenuh ku, Anni saragih, Trina Saragih, Basrido Saragih, Jurdam Sipayung, Ganda

Sipayung, Yohana Sipayung, dan si kecil yang slalu ku rindu Ewin Sipayung.

Terimakasih adik-adik ku

4. Untuk Bapak Dr. Hidayat selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih buat bimbingan,

nasehat dan waktu yang telah diluangkan untuk memberikan bimbingan dan berbagai

ilmu untuk penyelesaian skripsi ini berlangsung.

5. Untuk Ibu Dra. Flores Tanjung selaku PA dan juga dosen penguji. Terimakasih buat

segala ilmu dan nasehat yang diberikan dalam penulisan skripsi ini.

6. Untuk Bapak Drs. Ponirin selaku dosen penguji. Terimakasih atas bimbingan yang

(6)

7. Untuk Bapak Drs. Yushar Tanjung selaku dosen penguji. Terimakasih atas bimbingan

yang diberikan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

8. Untuk Ibu Dra. Lukitaningsih selaku ketua Jurusan Sejarah. Terimakasih buat segala

bimbingan dan kemudahan dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

9. Untuk Dra. Hafnita Lubis selaku seketaris jurusan, Terimakasih buat segala bimbingan

dan kemudahan dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

10. Yang penulis kasihi Lian Sinaga, terimakasih buat segala dukungan mu baik moral dan

moril terimakasih buat perhatian dan pengertian mu dalam penyelesaian skripsi ini, dan

terimakasih telah ada bersama ku untuk menyelesaikan dua jenjang pendidikan ku.

11.Kepada sahabat-sahabat terbaik ku Neva Manurung, Listra Marpaung, Sri Defi A. Purba.

Insani, Rika dan Prima terimaksih buat segala dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

12.Kepada teman-teman seperjuangan ku, Betti H. Saud, Rasita, Lilis, Era Purba, Hendrik

terimakasih telah memberikan dukungan atas penyelesaian skripsi ini

13.Kepada teman-teman anak C reg 08. Terimaksih buat dukungan dalam penyelesaian

skripsi ini

14.Kepada teman-teman 177. Kak reeb, Kak pasu, Bang momo, Bang cocom, Geri, Kak

lina, Kak anti, Regen, Bang niko, Bang ronal, Bang leo , Jho cloud, Hoyas dll.

Terimakasih buat segala bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

15.Semua yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini yang belum tersebutkan

namanya. Penulis ucapkan terimakasih.

Penulis

(7)

i

1.1.Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2.Identifikasi Masalah……… 4

2.3. Konflik Elit Politik……….. 14

2.4. Kerangka Konseptual……….. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 20

3.1. Metode Penelitian………... 20

3.2. lokasi Penelitian ………. 20

3.3. Sumber Data………20

3.4. Informan Penelitian………. 21

3.5. Tehnik Analisis Data………... 21

BAB IV PEMBAHASAN………. 22

4.1. Kondisi Lokasi Penelitian……….. 22

4.1.1. Letak Geografis……… 22

(8)

ii

4.1.3. Kondisi Pemerintahan Masyarakat Purba……… 25

4.1.4. kondisi Pendidikan……….. 26

4.2. Gambaran Singkat Kerajaan Purba……… 27

4.2.1. Sejarah Kerajaan Purba……… 27

4.3. Latar Belakang Terjadinya Konflik Elit Politik Tradisional Dan Modern Di Purba……… 35

4.3.1. Kerajaan Purba Pada Masa Belanda ………... 35

4.3.1.1. Pengaruh Penjajahan Belanda Di Purba………... 37

4.3.1.2. Perobahan kewenangan Elit Tradisional………... 39

4.3.1.3.Masuknya Pendatang ke Simalungun………41

4.3.2. Sejarah Masuknya Pengaruh Jepang Ke Kerajaan Purba………... 45

4.3.3. Simalungun Sejak Proklamasi 1945-1949……….. 48

4.4. Proses Konflik Elit Politik Tradisional dan Modern……….. 54

4.5. Dampak Konflik Elit Politik Tradisional dan Elit Modern………. 64

4.5.1. Dampak Ekonomi……… 64

4.5.2. Dampak Politik ………... 66

4.5.3. Dampak Pemerintahan………. 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 69

5.1. Kesimpulan ……… 69

5.2. Saran ……….. 70

DAFTAR PUSTAKA ……….. 72

(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah Dan Jumlah Dusun Menurut Nagori/Kelurahan Di Kecamatan Purba

Tahun 2010

Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Nagori/Kelurahan Dan Jenis Penggunaan Lahan Di

Kecamatan Purba Tahun 2010

Tabel 3. Penduduk Menurut Nagori(Desa) Kelurahan Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan

Purba

Tabel 4. Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Purba Tahun

2010

Tabel 5. Jumlah Sekolah, Guru, Kelas, dan Murid SD, SMP, SMA( Negeri ) Menurut Nagori

(10)

iv

DAFTAR GAMBAR

Foto 1. Wawancara dengan ibu Purnama Simarmata.SH. di Kantor dinas pematang raya

Foto 2. Wawancara dengan Bpk M Saragih sebagai kepala seksi di kantor camat Pemtang

purba.

Foto 3. Wawancara dengan Deknan Purba di komplek rumah bolon pematang purba

Foto 4 Wawancara dengan Bpk. Drs. Djomen Purba di museum simalungun

Foto 5. Wawancara dengan Bpk Robin Hud Purba di musem simalungun

Foto 6. Wawancara dengan Lili Surahni Purba di museum simalungun

Foto 7. Peta Kecamatan purba sebelum pemekaran

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia di kumandangkan oleh Ir.Seokarno pada

tanggal 17 Agustus 1945, beberapa wilayah di Indonesia masih berbentuk kerajaan khususnya

daerah Simalungun, ada beberapa Kerajaan yang berdiri, yaitu Kerajaan Dolok Silau, Kerajaan

Tanah Jawa, Kerajaan Siantar, dan Kerajaan Pane yang dikenal dengan sebutan Kerajaan

Maropat. Dalam sistem pemerintahannya, setiap kerajaan memiliki Dewan Kerajaan yang terdiri

dari Raja (Ketua Kerajaan), beserta Tungkat ( Bagian keuangan), Partuanon ( Kepala Daerah),

Guru Bolon (Penasehat Raja), dan Goraha( Panglima Perang). Sebelum masuknya Belanda ke

tanah Simalungun, rakyat bisa memakai tanah yang berada di kawasan Kerajaan, sesuai dengan

syarat-syarat yang diberlakukan oleh pihak Kerajaan. Terinspirasi dari keberhasilan perkebunan

tembakau Deli, Belanda ingin mencari-cari lahan untuk dijadikan daerah perkebunan.

Simalungun merupakan daerah yang sangat subur, dan sangat cocok dijadikan perkebunan

namun agak sulit untuk ditaklukkan, karena sikap dan sipat masyarakatnya yang sudah

mempunyai raja selain itu Orang Simalungun bukan tipe pekerja keras. Tahun-tahun selanjutnya

Belanda mengatur strategi untuk menaklukkan Simalungun. Tujuannya supaya dapat

membangun perkebunan di Simalungun. Strategi yang dilakukan Belanda adalah dengan ikut

campur dalam kerajaan-kerajaan yang ada. Turut campurnya Belanda dalam mengatur

Kerajaan-kerajaan di Simalungun, ternyata tidak menyelesaikan masalah tetapi justru memicu gejolak.

Belanda selalu berusaha supaya Kerajaan yang ada terpecah belah sehingga lebih mudah

(12)

2 adalah partuanon dari Kerajaan yang ada, yang didorong dan dirancang oleh Belanda untuk

berdiri sendiri sebagai Kerajaan baru. Strategi ini bertujuan untuk mengukuhkan posisi Belanda

dalam mencampuri tatanan sosial dan politik dari masing-masing Kerajaan.

Ketiga kerajaan baru tersebut diantaranya pertama Kerajaan Raya ibukotanya di

Pematang raya. Pada awalnya Kerajaan Raya adalah daerah partuanon dibawah Kerajaan silou.

Rajanya bermarga Saragih. Raja terakhirnya dipangku oleh Tuan Djaulan kadoek saragih. Kedua

adalah Kerajaan Purba. Kerajaan Purba adalah daerah partuanon dibawah Kerajaan Silou juga.

Awalnya kerajaan ini dipimpin oleh marga Dasuha tetapi kemudian digantikan dengan Purba

Pakpak. Raja yang terkahir adalah Raja Mogang Purba Pakpak. Dan Kerajaan ketiga adalah

Kerajaan Silima kuta, yang beribukota di Pamatang Nagasaribu. Sebelumnya kerajaan ini

merupakan derah partuanon Kerajaan Silou awalnya yang memangku Kerajaan ini adalah marga

Sinaga, kemudian digantikan oleh marga Girsang. Raja yang terakhir adalah Raja Tuan Padi

Raja Girsang. Setelah terbentuknya ketiga Kerajaan baru ini, maka diwilayah Kerajaan nagur

resmi telah terbentuk tujuh Kerajaan, yaitu: Kerajaan Siantar, Kerajaan Tanah Jawa, Kerajaan

Panei, Kerajaan dolog silou, Kerajaan raya, Kerajaan purba, dan Kerajaan Silima Kuta. Setelah

terbentuknya tujuh Kerajaan maka dengan mudah Belanda dapat mengendalikannya. Dengan

membujuk, menghasut dan memaksa para Raja, pada tahun 1907 Belanda berhasil memperoleh

persetujuan ketujuh raja untuk menandatangani perjanjian Korte Verklaring (Kontrak Pendek).

Perjanjian tersebut merupakan peryataan para raja untuk tunduk kepada Belanda. Dengan Korte

Verklaring resmilah simalungun dijajah Belanda.

Setelah adanya Korte Verklaring, kekuasaan Belanda semakin tidak terbatas. Korte

Verklaring sebenarnya adalah sebagai surat pengakuan raja-raja dan ketaatan kepada Belanda di

(13)

3 (onderdeming) besar. Onderdeming yang pertama dibuka di Simalungun adalah Perkebunan teh

di Nagahuta pada tahun 1910. Dengan dibukanya perkebunan di Simalungun maka

membutuhkan tenaga kerja yang banyak, berhubung orang Simalungun tidak pekerja keras maka

pihak Belanda mendatangkan penduduk luar ke tanah Simalungun seperti orang Jawa dan orang

Toba. Migrasi berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Pada awalnya orang

Simalungun tidak mempermasalahkan kehadiran para pendatang. Tapi pada akhirnya migrasi

tersebut justru menjadi faktor yang melemahkan bagi keberadaan orang Simalungun yaitu

adanya persaingan untuk kebutuhan beras. Untuk menarik minat para pendatang Belanda

memberikan santunan hidup untuk tahun pertama dan masing-masing menerima 1 ha sawah.

Belanda tidak merasa ada masalah karena tanah yang diberikan itu adalah tanah rakyat. Dengan

berakhirnya kekuatan Belanda di Indonesia pada tahun 1942, maka kekuasaan Belanda di

gantikan Oleh Jepang. Jepang tertarik dan berniat menguasai asset perkebunan Belanda yang

sudah ada di Simalungun. Tidak hanya itu kekejaman Jepang juga sangat dirasakan oleh rakyat.

Namun kekuasaan Jepang tidak berlangsung lama bersamaan dengan penyerahan kekalahan

Jepang kepada sekutu. Maka diproklamasikanlah kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17

Agustus oleh Ir. Seokarno Kehadiaran Negara Republik Indonesia tidak langsung disambut baik

oleh Simalungun khususnya kaum Elit Tradisional ( Raja dan pendukungnya). Kaum Elit

Tradisional merasa terusik dengan adanya ide untuk bergabung ke Negara kesatuan Republik

Indonesia, sebab kehadiran Negara kesatuan secara langsung akan melengserkan posisi para raja

dari tampuk kepemimpinannya. Namun rakyat yang merasa kurang puas dengan kaum Elit

Tradisional, mendukung penuh kemerdekaan Indonesia, yang dibantu oleh para kaum Elit

Modern yaitu orang-orang yang telah memiliki intelektual keadaan itu menjadikan dua kubu

(14)

4 keinginan tersebut mengakibatkan konflik yang berakibat buruk bagi kaum Elit Politik

Tradisional, khususnya di kerajaan Purba

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Konflik Elit Politik Tradisional Dan Modern Pada Awal Kemerdekaan Di Purba

Kabupaten Simalungun”

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai

berikut:

1. Apa yang melatar belakangi konflik elit politik tradisional dan modern pada awal

kemerdekaan?

2. Bagaimana proses terjadinya konflik elit politik tradisional dan modern pada awal

kemerdekaan?

3. Apa dampak yang terjadi setelah konflik elit politik tradisional dan modern pada

awal kemerdekaan?

1.3.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah berdasarkan tahun yaitu tahun

1945-1949. karena awal kemerdekaan dimulai tahun 1945 dan disutu pulalah muncul

keinginan dan keberanian rakyat yang didukung kaum elit modern untuk melakukan

pemberontakan terhadap kerajaan. Dan tahun 1949 merupakan pengakuan kedaulatan

Indonesia dan tidak ada kerajaan lagi.

(15)

5 Berdasarkan identifikasi masalah yang ada diatas maka yang menjadi rumusan

masalahnya adalah

1. Bagaimana latar belakang terjadinya konflik elit politik tradisional dan modern

pada awal kemerdekaan di purba

2. Bagaimana proses terjadinya konflik elit politik tradisional dan modern pada

awal kemerdekan di purba?

3. Apa dampak yang terjadi setelah konflik elit politik tradisional pada awal

kemerdekaan di purba?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang yang mempengaruhi terjadinya konflik elit

tradisional dan modern pada awal kemerdekaan di purba.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya konflik elit politik tradisional dan

modern pada awal kemerdekaan di kerajaan purba.

3. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari konflik elit politik tradisonal dan modern

pada awal kemerdekaan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian :

1. Memberi pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca tenang konflik Elit

Politik pada awal Kemerdekaan di Purba Kabupaten Simalungun.

2. Memberi pemahaman kepada peneliti tentang konflik Elit Politik pada awal

(16)

6 3. Sebagai bahan referensi bagi para peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian

yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti penulis.

(17)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulakan bahwa:

1. Konflik politik elit tradisional dengan elit modern dilatar belakangi oleh keinginan kaum

elit yang ingin mempertahankan kekuasaannya sebagai penguasa. Kaum elit kurang

menerima dengan baik kemerdekaan Indonesia, bahkan ada keinginan dari kaum elit

tradisional supaya Belanda kembali ke Indonesia khususnya simalungun, supaya elit

tradisional dapat mempertahankan statusnya. Di satu sisi kaum elit modern ingin

pemerintahan di simalungun disesuaikan dengan daerah lain yang telah bergabung

dengan Indonesia. Namun itu sebenarrnya bukan lah keinginan yang utama namun

kekayaan dan kekuasaan rajalah yang ingin mereka dapatkan. Atas nama pemerintah

beberapa kelompok elit modern membawa nama kemerdekaan dan menghasut rakyat

untuk berpihak kepada mereka, untuk melakukan penghapusan paham feodal.

Kelompok-kelompok yang tergabung dengan BHL melakukan cara kurang terpuji dengan

menghapuskan elit tradisional. Padahal seharusnya yang dihilangkan adalah pemikiran

feodalnya bukan lah orangnya.

2. Proses Jalannya aksi yang dilakukan oleh kelompok elit modern di mulai pada tanggal 3

maret 1946, ternyata bukanlah keinginan pemerintah melainkan keinginan sekelompok

orang yang merasa tidak senang dengan sikap raja. Saragihras merupakan dalang dari

aksi yang terjadi di simalungun yaitu dengang menhasut rakyat agar membenci raja. BHL

(18)

68

simalungun, yaitu raja kerajaan panei, tanoh jawa, kerajaan siantar, kerajaan purba,

kerajaan silimakuta, kerajaan dolog silau, dan kerajaan raya.

3. Dampak dari pembantaian itu tentu saja merugikan banyak pihak yaitu keluarga raja dan

keturunannya yang terpaksa melarikan diri dari simalungun dan mengungsi ketempat

lain, bahkan ada yang sampai meninggalkan Indonesia dan mengikut ke belanda. Hal itu

dapat terjadi karena kedekatan kerajaan terhadap belanda, sehingga mempermudah

hubungan mereka. Trauma yang sangat mendalam sangat dirasakan keluarga raja, karena

sebenarnya tidak semua raja mengiginkan kekuasaan namun karena hasutan dari elit

modern yang ingin kekuasaan maka hal itu pun dilakukan. Dampak terhadap

pemerintahan adalah tidak adanya kerajaan di simalungun lagi karena telah lenyapnya

para penguasa tradisional, dan mulai saat itu purba dijadikan sebuaah kecamatan.

Dampak terhadap perekonomian juga dirasakan oleh rakyat simalungun khususnya bekas

kerajaan purba, karena keadaan yang masih dalam kondisi buruk rakyat menutup diri dan

tidak banyak pekerjaan, sehingga kurangnya ketersediaan bahan pangan bagi daerah

tersebut. Dampak dalam bidang politik adalah berkurangnya orang-orang intelektual pada

masa itu, karena kaum intelektual pada saat itu muncul masih dari keluarga kerajaan.

1.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan peneliti adalah:

1. Kepada pemerintah simalungun agar menambah data-data dan buku-buku yang

bersangkut paut dengan penelitian. Supaya untuk kedepannya para generasi muda

(19)

69

mengetahuinya. Dan supaya kejadian ini tidak dilupakan melainkan menjadi satu batu

loncatan untuk menjadi yang lebih baik lagi.

2. Kepada dinas pariwisata agar lebih memperhatikan keberadaan komplek rumah

bolon. Karena itu merupakan bukti dari perjalanan sejarah di simalangun khususnya

kecamatan purba. Bahwa dulunya ada satu kerajaan besar yang ada di Purba dan telah

memberikan perubahan pada pematang purba.

3. Kiranya penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi teman-teman yang ingin

memperdalam keingintahuaan terhadap Kerajaan Purba dulunya. Dan memperbaiki

(20)

70

DAFTAR PUSTAKA

Basarshah II,Tuanku Luckman Sinar, dan Purba, MD. 2009. Lintasan Adat dan Budaya Simalungun. Forum Kominikasi Antar Lembaga Adat (FORKALA). Sumatra Utara

Crayonpedia(2011) 3 Maret,

http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_6_KONFLIK_SOSIAL

Depdikbud,(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Didin –HI-09(-2010), 3 Maret .http://biarhappy.wordpress.com/2011/04/11/teori-elite-politik/

Gottschalk,Louis. Mengerti Sejarah. Penerbit Universitas Indonesia

Lauer,Rober.H.2011. Perspektif Tentang Perubahan Sosial.Rineka Cipta. Jakarta

Mengenal Nusantara Provinsi Sumatra Utara.

Pranoto,Tukidjan.2001. Tetes Embun Di Bumi Simalungun.Yayasan Keluarga. Medan

Purba,Djomen.2011 Rumah Bolon Pematang Purba Suatu Objek Wisata Budaya Dan Peniggalan Sejarah Kerajaan Purba.Pematang siantar

Poerba J.D,Kenan Purba. 1995. Sejarah Simalungun. Bina Budaya Simalungun.Jakarta

(21)

71

Purba,T.B.A.1982. Sejarah Simalungun. Pem siantar

Reid,Anthony.1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Reid,Anthony.2011. Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Ricklefs,M.C.2008. Sejarah Indonesia Modern (1200-2008).PT Serambi Ilmu Semesta. Jakarta

Saragih,Sortaman.2008. Orang Simalungun. Citama Vigora. Depok

Simanjuntak, Antonius Bungaran.2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Sjamsuddin,Helius.2007. Metodologi Sejarah. Penerbit Ombak. Yogyakarta

Stoler,Ann Laura. 2005. Kapitalisasi dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatra (1870-1979). Karsa.Yogyakarta

You’ll Have Never Known Till You Have Tired(2010), 3 maret

Gambar

Tabel 1.  Luas Wilayah Dan Jumlah Dusun Menurut Nagori/Kelurahan Di Kecamatan Purba

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kolaka mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2012, seperti €rsebut dibat$ah

[r]

Mengumumkan Rencana Umum PEngadaan Barang/jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggara 2012, sepertitersebul di bawah ini:. Kendari,

Hasil penelitian yang dilakukan pada Pegawai Kantor Dinas Pemerintah Kabupaten Toba Samosir memperoleh data bahwa variabel Motivasi Kerja dan Kreatifitas Kerja

Berdasarkan hasil analisis sumber menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah Nganjuk pada tahun 1992-1997 sudah memenuhi 3 unsur-unsur

Menggunakan Power Window Motor berbasis Programmable Logic Controller ”, yang di ajukan sebagai syarat menyelesaikan studi pada program Diploma III Jurusan Teknik

Evaluasi administrasi hanya dilakukan pada hal-hal yang tidak dinilai pada penilaian kualifikasi. Unsur-unsur yang dievaluasi meliputi kelengkapan persyaratan yang