PERBANDINGAN MODEL INKUIRI DENGAN MODEL DIRECT TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM LANTAI SISWA KELAS X SMK
NEGERI 1 CIREBON
(Studi Eksperimen Pada SMK Negeri 1 Cirebon)
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
Oleh
M Reza Indrawan 1006311
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
M REZA INDRAWAN
PERBANDINGAN MODEL INKUIRI DENGAN MODEL DIRECT TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM LANTAI
SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 CIREBON
disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I
Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes. AIFO NIP. 196207181988031004
Pembimbing II
Arif Wahyudi, S.Pd NIP. 197405202001121001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan dan Olahraga
Universitas Pendidikan Indonesia
PERBANDINGAN MODEL INKUIRI DENGAN MODEL DIRECT TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM LANTAI SISWA KELAS X SMK
NEGERI 1 CIREBON
(Studi Eksperimen Pada SMK Negeri 1 Cirebon)
Oleh
M Reza Indrawan
Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© M Reza Indrawan 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai. Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon. M Reza Indrawan 1006311 Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK-UPI. Pembimbing I : Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes AIFO. Pembimbing II: Arif Wahyudi, S.Pd.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efektivitas antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung, dan untuk mengetahui lebih baik mana antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajran langsung terhadap hasil belajar senam lantai. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain one group pretest postest design. Populasi dari penelitian ini adalah siswa siswi kelas X Negeri 1 Cirebon sebanyak 250 siswa dan sampel sebanyak 30 siswa diambil menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen tes yang digunakan menggunakan lembar observasi psikomotorik. Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan uji t dengan model pembelajaran inkuiri (9,903) > (2,131) dan model pembelajaran langsung (10,783) > (2,131). Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis diterima yaitu model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar senam lantai, dan tidak terdapat perbedaan yang jauh antara kedua model tersebut.
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERBANDINGAN MODEL INKUIRI DENGAN MODEL DIRECT TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM LANTAI SISWA
KELAS X SMK NEGERI 1 CIREBON
By :
M Reza Indrawan 1006311
ABSTARCT
The purpose of this research is to describe and knowing the effectiveness between Inquiry learning model and Direct teaching model towards floor excercise outcome learning, and to know which one better between Inquiry learning model and Direct teaching model. The method used in this research is experiment method with the design, one group pretest postest design. The population of this research is the student grade X in SMK Negeri 1 Cirebon as many 250 students and the sample as many 30 students, it took by purposive sampling technique. The test instrument using an psychomotor observation sheet. The statistic analysis of this research used T-test with the T-count of inquiry learning model is 9,903 and the T-count of direct teaching 10,783. The result of the testing shows that the hypothesis was accepted, Inquiry learning model and Direct teaching model give the significant influence towards floor excercise outcome learning, and there isnt any significant difference between the two models.
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
4. Kedudukan Mata Pelajaran Senam dalam Kurikulum 2013 ... 13
5. Pengertian Senam Lantai (floor exercise) ... 14
B.MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ... 19
1. Model Pembelajaran Inkuiri ... 21
2. Model Pembelajaran Langsung/ Direct Teaching ... 25
C.HAKIKAT BELAJAR ... 28
1. Pengertian Belajar ... 28
2. Hasil Belajar... 29
D.PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM LANTAI ... 31
1. Pengaruh Model Pembelajaran Inkiri Terhadap Hasil Belajar Senam ... 31
2. Pengaruh Model Pembelajaran Direct Teaching terhadap Hasil Belajar Senam Lantai ... 33
E. ANGGAPAN DASAR... 35
F. HIPOTESIS... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38
A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H.Teknik Pengumpulan Data ... 46
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 50
A.Deskripsi Data Hasil Peneitian ... 50
B.Pengujian Analisis ... 51
C.Pengujian Hipotesis ... 53
D.Diskusi Penemuan ... 55
BAB V KESIMPULAN ... 60
A.Simpulan ... 60
B.Implikasi ... 60
C.Rekomendasi ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Sugiyono (2013:112)... 39
Tabel 3.2 Langkah Penelitian ... 40
Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 45
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 46
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 50
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Normalitas Model Pembelajaran Inkuiri ... 51
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Model Pembelajaran Direct Teachig ... 52
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 53
Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Model Pembelajaran Inkuiri ... 54
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Program Penelitain Moel Pembelajran Inkuiri ... 64
Program Penelitian Model Direct Teaching ... 71
Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Gerak ... 83
Format Penilaian Proses Gerak Guling Depan... 85
Format Penilaian Proses Gerak Guling Belakang ... 86
Format Penilaian Proses Gerak Lompat Harimau ... 86
Dokumentasi Penelitian ... 87
Rekapitulasi Model Pembelajaran Inkuiri ... 91
Rekapitulasi Model Pembelajaran Direct Teaching ... 94
Uji Normalitas Pretest-Postest Model Pembelajran Inkuiri ... 97
Uji Normalitas Pretest-Postest Model Direct Teaching ... 99 Uji Homogenitas Model Pembelajaran Inkuiri ...
101
Uji Homegenitas Model Direct Teaching ... 102
Uji Pretest dan Postest Model Inkuri ... 103
Uji Pretest dan Postest Model Direct Teaching ... 104
Uji Rata-rata Pretest dan Postest Model Inkuiri ... 105
Uji Rata-rata Pretest dan Postest Model Direct Teaching ... 106
Uji Hipotesis Model Pembelajaran Inkuiri dan Model Direct Teaching .... 107
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Senam merupakan suatu cabang olahraga yang dipertandingkan baik ditingkat nasional maupun internasional. Di Indonesia senampun sudah begitu populer dan sudah banyak diperlombakan diberbagai tingkatan baik di kota-kota maupun di daerah. Senam di sekolah sudah menjadi bagian dalam mata pelajaran pendidikan jasmani (penjas) yang tertulis didalam kurikulum 2013. Materi senam di kelas X dituangkan dalam KI 4, KD 4.6 dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 yang berbunyi :
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang diajarainya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan (KI), mempraktikkan dua jenis rangkaian keterampilan senam lantai dengan koordinasi gerak yang baik (KD).
Pengertian senam lantai sendiri adalah senam yang dilakukan di atas matras, yang unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu saat meloncat ke depan atau ke belakang. Seperti yang dijelaskan Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2003, hlm. 3) mengatakan bahwa “senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh”. Dari pengertian tersebut jika diajarkan dengan teknik yang benar, maka senam lantai akan mengembangkan orientasi ruang gerak pada diri anak, dan menjadi tahapan pembelajaran untuk keterampilan lainnya.
2
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
antara lain posisi sikap awal yang masih kurang tepat, menyimpang keluar jalur (matras), dan posisi akhir yang belum sempurna. Hal tersebut terjadi karena banyak siswa yang masih merasa ketakutan, ragu dan mengeluh kesulitan melakukan tugas gerak yang diperintahkan pada pembelajaran senam lantai karena siswa belum paham bagaimana seharusnya sebuah keterampilan itu dilakukan, ada juga siswa yang tidak mau melakukan aktivitas senam lantai karena ia pernah mendapat cidera ketika ia melakukannya (trauma), sehingga motivasi untuk melakukan latihan gerak menjadi berkurang. Kejadian tersebut cenderung dikarenakan kurangnya implementasi model, metode, dan pendekatan yang variatif dalam pembelajaran senam yang diberikan oleh gurunya. Selain itu tugas gerak yang harus dilakukan dianggap sulit karena siswa dituntut langsung untuk melakukan tugas gerak atau keterampilan gerak yang diberikan. Hal ini mengakibatkan siswa beranggapan bahwa pembelajaran senam merupakan pembelajaran yang kurang menyenangkan dan membosankan. Adapun hambatan lain yang sering ditemui oleh guru penjas dalam mengajarkan senam di sekolah adalah bahwa senam itu begitu sulit serta memerlukan peralatan khusus yang
lengkap.
3
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gerakan guling depan dalam aktivitas senam lantai berkorelasi dengan pentingnya membuat sikap tubuh bulat ketika akan jatuh sehingga mengindari benturan kepala atau yang lainnya. Contoh hasil belajar secara afektif dalam pembelajaran senam lantai adalah diajarkan bagaimana saling membantu dan bekerjasama dalam keterampilan yang lebih sulit, hal ini berkorelasi dengan bagaimana cara bertindak dan bersikap dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh hasil belajar psikomotor dalam pembelajaran senam lantai yaitu menambah kualitas keterampilan gerak dasar siswa.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, untuk mengusung mata pelajaran senam lantai yang menyenangkan, peran guru sebagai perencana pengajaran dan pengelola proses pembelajaran harus bekerja lebih keras guna tercapainya tujuan pembelajaran. Berbagai macam model pembelajaran yang ada saat ini dapat membantu seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran pada saat pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran menurut Joyce and Weil, (1992) dalam Juliantine, (2013, hlm. 10) dijelaskan bahwa model pembelajaran yaitu “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dll”. Untuk itu seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dengan tujuan agar proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan tidak membosankan bagi siswa.
Merujuk kepada penelitian ini peneliti akan fokus pada dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran senam lantai. Juliantine, 2013, hlm, 93) menjelaskan yaitu :
4
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya, kemampuan dalam bergerak, dan mendorong siswa untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya. Selanjutnya Juliantine (2013, hlm. 93) menjelaskan bahwa “secara sederhana, inkuiri dapat diartikan sebagai sebuah pencarian kebenaran, informasi, atau pengetahuan, atau juga dapat diartikan bahwa inkuiri adalah mencari informasi dengan menyusun sejumlah pertanyaan-pertanyaan”. Dalam model pembelajaran inkuiri siswa diharapkan bisa merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat pertanyaan serta dapat menarik kesimpulan. Inkuiri sebagai model mengajar dalam dunia pendidikan yang dapat dilakukan secara kelompok, agar siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan saling bertukar pendapat dalam memecahkan suatu masalah dan merumuskan sendiri dengan kreatif. Sesuai dengan tujuan model pembelajaran inkuiri dalam penjas ialah untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereskplorasi. (Metzler, dalam Juliantine 2013).
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru berfungsi untuk membimbing dan mengawasi seluruh kegiatan siswa dalam mempelajari materi. Adapun model pembelajaran yang berpusat pada guru menurut Juliantine (2013, hlm 93) adalah: “Pembelajaran yang merujuk pada guru telah menjadi pendekatan yang dominan dalaml pembelajaran pendidikan jasmani”. Pendekatan tersebut telah menjadi model yang biasa, yang sering disebut dengan model pembelajaran langsung.
5
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Guru yang bisa mengatur siswanya dengan baik maka akan menciptakan situasi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga proses pembelajaran dapat tercapai.
Proses pembelajaran dengan beberapa model akan mempermudah anak dalam proses pengembangan keterampilan, karena hasil belajar yang diperoleh berupa ilmu dan prestasi yang dapat menimbulkan perubahan prilaku dalam individu sebagai hasil dari aktivitas belajar. Perubahan proses pembelajaran kurikulum 2013 mencakup: a) sikap (Krathwohl): menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan, b) keterampilan (Dyers): mengamati, menanya, mencoba, menalar menyajikan, dan mencipta, c) pengetahuan (Bloom & Anderson) : mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Ketiga ranah tersebut dapat diraih oleh siswa dengan baik apabila proses belajar yang dilakukan berjalan dengan baik pula. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “Perbandingan Antara Model Inkuiri dengan Model Pembelajaran Langsung terhadap Hasil Belajar Senam Lantai Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Cirebon”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran senam lantai antara Model Pembelajaran Inkuiri dengan Model Pembelajaran Direct Teaching”.
Dengan demikian pertanyaan penelitian yang harus dijawab secara ilmiah adalah
sebagai berikut:
6
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana pengaruh hasil belajar siswa dalam pembelajaran senam lantai dengan menggunakan model pembelajaran direct teaching pada siswa kelas X SMK N 1 Cirebon ?
3. Manakah yang lebih berpengaruh antara model pembelajaran Inkuiri dengan model pembelajaran Direct teaching dalam pembelajaran senam lantai pada siswa kelas X SMK N 1 Cirebon ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan suatu hal yang akan dicapai setelah melakukan penelitian ini. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa dalam pembelajaran senam lantai dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada siswa SMK N 1 Cirebon.
2. Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa dalam pembelajaran senam lantai dengan menggunakan model pembelajaran direct teaching pada siswa SMK N 1 Cirebon
3. Untuk megetahui model manakah yang lebih berpengaruh antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran direct teacing dalam pembelajaran senam lantai pada siswa SMK N 1 Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada pengembangan pembelajaran penjas di tingkat
SMA/SMK. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan kajian bagi usaha penelitian lanjutan, perbandingan, maupun tujuan lain yang relevan. Dapat
7
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Praktis
a. Bagi Sekolah
Memberikan informasi dengan adanya pengembangan pembelajaran dan motivasi berprestasi merupakan bahan pertimbangan untuk menyusun kurikulum dalam usaha meningkatkan hasil belajar.
b. Bagi Guru
Memberikan informasi bahwa dalam meningkatkan kualitas maupun prestasi belajar siswa diperlukan kreativitas dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah agar anak tidak merasa jenuh dalam belajar sehingga dapat menarik perhatian siswa serta mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam bidang olahraga maupun akademik.
c. Bagi Siswa
Mempermudah siswa dalam memahami materi dengan kelompok mereka masing-masing guna memecahkan masalah.
E. Batasan Penelitian
Untuk menghindari timbulnya penafsiaran-penafsiran yang luas dan agar tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti, maka yang akan menjadi fokus penilitian adalah:
1. Variabel bebas (variabel independent) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (variabel dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajran inkuiri dan model pembelajaran direct teaching.
2. Variabel terikat (variabel dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel treikat dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran senam lantai.
3. Hasil belajar yang diteliti pada penelitian ini adalah ranah psikomotor atau keterampilan siswa ketika proses pembelajaran senam lantai.
8
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang siswa kelas XI yang diambil secara purposive sampling.
6. Materi senam lantai yang digunakan adalah guling depan, guling belakang, dan lompat harimau.
7. Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan tes. Tes yang digunakan adalah keterampilan gerak dasar senam lantai. Karena ketika peneliti ingin menggunakan tes keterampilan dua jenis rangkaian keterampilan senam lantai yang sesaui dengan KD kurikulum 2013, tetapi pada saat peneliti melakukan
pre test dengan dua jenis rangkaian keterampilan senam lantai jauh dari
harapan, sehingga peneliti menggunakan tes keterampilan gerak dasar senam lantai.
38
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 24 Januari 2014 sampai dengan tanggal 3 Maret 2015, Lokasi penelitian di SMK Negeri 1 Cirebon. Sugiyono (2013, hlm.117) menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Kesimpulanya yaitu hasil dari yang sudah dipelajari pada populasi yang akan di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Cirebon. Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2013, hlm.118), “sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Adapun
menurut Arikunto (2010, hlm.107) menjelaskan “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Maka peneliti harus bisa
memperhitungkan untuk mengambil sampel dari populasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Merujuk pada pernyataan tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10-15 persen dari total populasi penelitian. Jika jumlah siswa di kelas X di SMK Cirebon adalah 250 orang, berarti sampel yang diambil sekitar 30 orang siswa.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purvosif sampling, menurut Sugiyono (2013, hlm.124), “purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu”. Peneliti memilih siswa-siswi yang tidak bisa melakukan olahraga senam sehingga pengambilan sampel sesuai dengan tujuan penelitian.
39
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian dibutuhkan desain penelitian, untuk dijadikan acuan dalam langkah-langkah penelitian. Mengenai desain penelitian Nasution, (1991, hlm.40) menjelaskan bahwa desain penelitian merupakan “Suatu rencana tentang
cara mengumpulkan data sesuai dengan tujuan peneliti”. Peneliti merancang bagaiaman caranya untuk mengumpulkan data sesuai tujuan yang dibutuhkan. Adapun fungsi dari desain penelitian menurut Sudjana dan Ibrahim (2005, hlm.31) mengemukakan sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang dituntutoleh hipotesis penelitian.
2. Memungkinkan penelitian membuat interpretasi dari hasil studi melalui analisis data secara statistik.
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa desain memudahkan kita dalam melakukan penelitian secara sistematik dan teratur. Untuk itu diperlukan dalam sebuah penelitian untuk mengukur alur penelitian yang akan dilakukan dan dengan adanya desain penelitian tersebut acuan penelitian bisa terarah. Merujuk pada Sugiyono (2013, hlm.112). Desain penelitian ini termasuk kategori desain penelitian eksperimen, desain kelompok eksperimen hanya postes. Rancangan penelitian tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.1.
Tabel 3.1
Sugiyono (2013 hlm. 112)
Keterangan:
A = Pengelompokkan sampel secara acak.
0/O = Pretest/Posstest
X1 = Kelompok sampel yang memperoleh perlakuan menggunakan model pembelajaran inkuiri.
40
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
X2= Kelompok sampel yang memperoleh perlakuan menggunakan model pembelajaran langsung.
C. Tahapan Penelitian
Tabel 3.2 Langkah penelitian
D. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013, hlm.107), metode eksperimen dapat diartikan
“Sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode
Populasi
Sampel
Kelompok A Kelompok B
Model pembelajaran inkuiri Model pembelajaran langsung
Tes Akhir
Pengolahan Data Analisis Data
41
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan untuk tujuan menyelidiki suatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Metode ini yaitu mengadakan kegiatan percobaan terhadap variabel-variabel yang diselidiki untuk mendapatkan suatu hasil dari suatu sebab akibat dalam kondisi tertentu.
Variabel penelitian meliputi satu variabel bebas dan satu variabel terikat, variabel bebas terdiri dari pemberian bentuk model pembelajaran inkuri dan pemberian bentuk model pembelajaran langsung. Variabel terikat adalah hasil belajar senam lantai. Selain variabel utama, terdapat pula variable kontrol yang akan terlibat dan diduga akan mempengaruhi variabel utama. Oleh karena itu variabel-variabel itu harus dikendalikan agar tidak membiaskan penelitian. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Usia Subjek
Untuk menghindari pengaruh usia terhadap hasil dari eksperimen, maka perlu subjek dalam proses belajar senam lantai ini berusia 15-17 tahun. Dengan demikian usia subjek yang terlibat dalam eksperimen ini bersifat homogen. 2. Lamanya waktu latihan
Lamanya waktu kegiatan eksperimen ini adalah 6 minggu atau 16 kali pertemuan.
3. Penggunaan fasilitas dan alat latihan
Kualitas alat dan fasilitas latihan yang berbeda dapat mempengaruhi hasil latihan. Oleh sebab itu, alat dan fasilitas latihan yang dipergunakan oleh kedua kelompok tersebut setara dalam kualitas maupun kuantitas.
4. Pembina/ Petugas
Untuk menghindari bias dari hasil latihan. Kedua kelompok subjek dibina dan dikelola oleh Pembina/petugas pelaksana yang sama. Peneliti dalam hal ini dibantu oleh guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah tersebut. Beliau mengawasi siswa dalam pelaksanaan eksperimen termasuk peneliti sendiri.
5. Kesungguhan Berlatih
42
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
termasuk dalam salah satu kelompok tersebut selama eksperimen berlangsung. Dalam pelaksanaan eksperimen ini subyek diberikan dorongan semangat agar mereka berlomba memperagakan kemampuan terbaiknya.
Jadi, metode eksperimen merupakan metode yang cocok untuk penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu perbandingan model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar senam lantai.
E. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Inkuri
Pada pembelajaran senam lantai gerak guling depan, guling belakang dan lompat harimau dengan menggunakan model pembelajaran inkuri adalah guru menggunakan serangkaian pertanyaan untuk memunculkan ketertarikan siswa pada domain psikomotorik dan kognitifnya. Pembelajaran inkuiri yang menjadi pusat pembelajaran bukan terdapat pada guru, guru ditugaskan sebagai fasilitator kepada siswa untuk merangsang pikiran siswa agar berani aktif. Metzler (2000, hlm.188) mengemukakkan bahwa “model pembelajaran inkuri dalam pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan pemikiran siswa, memecahkan masalah
dan memberi kebebasan pada siswa untuk bereksplorasi”.
43
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
2. Model Pembelajaran Langsung
Pada pembelajaran senam lantai gerakan guling depan, guling belakang dan lompat harimau dengan menggunakan model pembelajaran langsung yang menjadi pusat pembelajaran adalah guru, guru menjadi satu-satunya sumber pembelajaran. Menurut Kardi dan Nur (2002) dalam Mulyadi (2012, hlm. 8) mengemukakkan bahwa “model pembelajaran langsung merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah”.
Berdasarkan uraian di atas dalam model pembelajaran langsung proses pembelajaran sepenuhnya bergantung pada guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk saling mengoreksi selama proses pembelajaran langsung. Guru benar-benar memegang kendali sehingga siswa menjadi kurang aktif. Model pembelajaran langsung dapat diterapkan dalam proses pembelajaran senam lantai gerakan
guling depan, guling belakang dan lompat harimau sebagai berikut :
a. Mendemonstrasikan atau memperagakan prosedur gerakan guling depan,
guling belakang dan lompat harimau yang benar sebagai tujuan akhir pembelajaran.
b. Pelaksanaan belajar gerak guling depan, guling belakang dan lompat harimau dilakukan siswa secara berulang-ulang melalui bimbingan dan pengawasan guru.
c. Mendeskripsikan dan menjelaskan prosedur gerakan guling depan, guling belakang dan lompat harimau sebagai tujuan khusus pembelajaran.
44
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikemukakan Kardi dan Nur (2000, hlm.27) dalam Tite, Toto dan Yunyun (2013,hlm.39). Fase-fase tersebut yaitu :
a. Fase 1, menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. b. Fase 2, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. c. Fase 3, membimbing pelatihan.
d. Fase 4, mengecek pemahaman dan umpan balik. e. Fase 5, memberikan latihan dan penerapan konsep.
3. Gerakan Guling Depan, Guling Belakang dan Lompat Harimau
Gerakan guling depan, guling belakang dan lompat harimau dalam penelitian ini adalah skor nilai tiap tahapan gerak guling depan, guling belakang
dan lompat harimau atau aspek psikomotorik siswa dijaring melalui lembar observasi sebanyak 10 indikator meliputi 3 tahapan gerak, yaitu :
a. Tahap persiapan gerak adalah tahapan dalam proses belajar ketika subjek memperlihatkan sikap siap jongkok, kedua kaki rapat, letakkan lutut ke dada, kedua tangan menumpu di depan ujung kaki kira-kira 40 cm.
b. Tahap pelaksanaan gerak adalah bengkokkan kedua tangan, letakkan pundak pada matras dengan menundukkan kepala, dagu menyentuh dada. c. Tahap lanjutan gerak adalah melakukan gerakan berguling ke depan,
ketika panggul menyentuh matras, peganglah tulang kering dengan kedua tangan menuju posisi jongkok.
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat untuk mengukur data. Menurut Arikunto (2010, hlm.126) menjelaskan bahwa “Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode”. Dalam penelitian ini diperlukan alat ukur untuk mengethaui keberhasilan siswa atau kekurangan siswa yang sudah tercapai. Nurhasanah (2000, hlm.23), mengemukakan bahwa “dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur”.
Dari penjelasan di atas peneliti akan menjelaskan langkah penelitian sebagai
berikut:
45
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Menilai tes awal sampel yang diperoleh, mengurutkan nilai skor dari yang tertinggi sampai yang terendah.
c. Setelah menilai dan merengking dari skor yang tertinggi sampai terendah selanjutnya dibagi dua, yaitu 15 kelompok A dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan 15 kelompok B dengan menggunakan model pembelajaran langsung atau direct teaching.
d. Tes akhir
e. Menilai kembali hasil dari tes akhir sampel.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang di terbitkan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Data hasil ujicoba instrumen dianalisis untuk mengetahui layak atau
tidaknya instrumen tes tersebut dipakai dalam penelitian. Analisis yang dilakukan yaitu analisis daya pembeda, taraf kesukaran, validitas, dan reliabilitasnya.
1. Analisis Validitas
Validitas tes adalah tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2007, hlm.65). Nilai validitas dapat diukur dengan menggunakan teknik korelasi product moment.Teknik ini digunakan untuk mengetahui kesejajaran sebuah tes. Rumus korelasi product moment sebagai berikut:
√
(Sumber : Arikunto, 2007: 72) Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N : Jumlah siswa
46
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Y : Skor total tiap siswa ujicoba
Tabel 3.3 Kriteria validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas 0.800 – 1.00 Sangat tinggi
0.600 – 0.800 Tinggi
0.400 – 0.600 Cukup
0.200 – 0.400 Rendah
0.00 – 0.200 Sangat rendah
(Sumber : Arikunto, 2007: 75)
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas menurut Arikunto (2010, hlm.86) adalah ketetapan hasil tes apabila diuji kepada subjek atau orang dan soal yang sama namun waktu yang
berbeda. Nilai reliabilitas ditentukan dengan menggunakan rumus Spearman Brown, perumusannya sebagai berikut.
( )
(Sumber : Jajat, 2010: 139)
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0.80 - 1.00 Sangat Tinggi
0.60 - 0.79 Tinggi
0.40 - 0.59 Cukup
0.20 - 0.39 Rendah
0.00 - 0.19 Sangat Rendah
(Sumber : Arikunto, 2010: 112).
H. Teknik Pengumpulan Data
47
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(X2). Tes akhir bertujuan mengetahui hasil belajar senam lantai pada kedua kelas setelah diberikan perlakuan, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada kelas X1 dan menggunakan model pembelajaran langsung pada kelas X2. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data postest adalah sebagai berikut :
1. Menghitung skor rata-rata dari setiap kelompok sampel dengan menggunakan rumus Sudjana (2005, hlm.67) :
̅
Keterangan
̅ = Skor rata- rata yang dicari = Nilai data
∑ = Jumlah
n = Jumlah sampel
2. Menghitung simpangan baku, menurut Sudjana (2005, hlm.93 ) sebagai berikut :
√
Keterangan
= Simpangan baku
= Jumlah sampel
√ = Akar dari
= Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata–rata
3. Analisis uji statistik
48
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksperimen 2 (X2). Data postest tersebut diuji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Melakukan uji prasyarat
Melakukan uji statistik untuk mengetahui perbandinganmodel pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsungterhadaphasil belajar senam lantai lapang kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Untuk menentukan uji statistik yang sesuai maka harus dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu.
b) Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan uji liliefors. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan X1, X2,…,Xn dijadikan bilangan bakuZ1, Z2,…,Zn.
Dengan menggunakan rumus : = – (X dan S masing-masing
merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).
b. Untuk bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Zi) = P (Z ≤ Zi).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,…,Zn yang lebih kecil atau sama, dengan Zi, jika diproposi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:
S (Z1) =
d. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut yang disebut Lo.
f. Kriteria hipotesis adalah hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel dari daftar. Dalam hal lainya hipotesis nol diterima.
c) Uji Homogenitas
Untuk menguji kesamaan varian dari kedua kelompok sampel digunakan rumus :
(Sumber : Sudjana, 2005, hlm. 466)
Ditolak Ho hanya jika F ≥ F ½ɑ (V1…V2) di daftar distribusi F dengan peluang
49
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembilang dan penyebut. Jadi kedua kelompok adalah homogen apabila Fhitung ≤ Ftabel.
d) Melakukan uji hipotesis
Uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Uji ini dipakai bila peneliti sudah menonjolkan salah satu kelompok eksperimen yang dibandingkan, oleh karena itu dinamakan uji satu pihak.
Adapun pendekatan statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : Uji beda
√
Hipotesis diterima jika – t hitung ≤ t tabel dengan tabel t(1- ɑ), dk (n-1)
dengan ɑ = 0,05 setelah melakukan uji beda kelompok A dan kelompok B maka
dilanjutkan dengan uji t karena dua kelompok normal dan homogen maka dilakukan pendekatan statistika seperti dibawah ini.
√
(Sumber : Sudjana, 2005, hlm. 243)
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
Kriteria pengujian menggunakan daftar distribusi siswa dengan tingkat kepercayaan atau taraf ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n1 + n2 – 2) terima hipotesis (Ho) ditolak.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada batas penilaian, yaitu Ho jika thitung, ttabel pada taraf nyata
60
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN, IMPILASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan analisis data melalui prosedur statistika, penulis menarik kesimpulan sebagai hasil dari proses penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar senam lantai.
2. Model pembelajarn langsung (Direct Teaching) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar senam lantai.
3. Model pembelajaran inkuiri dan model direct teaching sama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar senam lantai.
A. Implikasi
Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan dilingkungan pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri dan direct teaching yang diduga mempunyai hubungan dengan hasil belajar siswa, ternyata menunjukan hubunngan atau pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran sangat diperlukan untuk para guru dalam sebuah pembelajaran. Karena untuk meningkatan daya tarik siswa terhadap sebuah pembelajaran, guru harus pandai memilih dan menggunakan model-model pembelajaran.
Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan penelitian
kualitatif, maka untuk lebih mendalam faktor-faktor apa saja yang turut berpengarh terhadap hasil belajar siswa. Perlu kiranya dilakukan penelitian lebih
61
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rekomendasi
62
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang dan Darajat, Jajat. (2010). Aplikasi Statistka dalam Penjas. Bandung: FPOK PJKR UPI.
Arikunto, Suharsimi. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta
Definisi Senam Galih (2009) [online]. Tersedia rosy46nelli.wordpres.com Gambar Gerakan Guling Depan [online]. Tersedia
http://artikelpenjas.blogspot.com/2013/04/roll-depan-dan-roll-belakang.html
Gambar Gerakan Guling Belakang [online]. Tersedia
http://artikelpenjas.blogspot.com/2013/04/roll-depan-dan-roll-belakang.html
Gambar Gerakan Lompat Harimau [online]. Tersedia http://www.lostartofhandbalancing.com/
Hidayat, Yusuf. 2008. Psikologi Olahraga. Bandung : FPOK UPI.
Juliantine, Tite dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung : FPOK UPI
Juliantine, Tite dkk. (2013). Modul Model-Model Pembelajaran Pendidikan
Jasmani. Bandung : FPOK UPI
Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014. Jakarta :
Badan Pembangunan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
Mahendra, Agus. (2003). Pembelajaran Senam. Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Mahendra, Agus. (2007). Senam Artistik Teori dan Metode Pembelajaran Senam
untuk Mahasiswa FPOK UPI
Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: PJKR. FPOK UPI Bandung.
63
M Reza Indrawan, 2015
Perbandingan Model Inkuiri dengan Model Direct Teaching Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai (Studi eksperimen di SMK Negeri 1 Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mulyadi, I. (2012). “Penerapan direct instrunction dalam upaya meningkatkan penguasaan gerak dalam upaya meningkatkan penguasaan gerak dalam
pembelajaran pencak silat jurus tunggal di SD Labschool UPI”. Bandung :
tidak diterbitkan
Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyaman-Gima, A. (2008). Metode Riset. Bandung: Guardaya Intimarta. Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Uhamisastra, Wahyudi Arif, Firmansyah Helmy (2010). Modul Didaktik Metodik