Efektifitas Pendekatan Interpretatif
Dalam Proses Penerjemahan Teks Cerita Rakyat Jepang
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh: Citra Dewi
1104511
PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
SEKOLAH PASCASARJANA
Efektifitas Pendekatan Interpretatif
dalam Proses Penerjemahan Teks Cerita
Rakyat Jepang
Oleh Citra Dewi
S.Pd UPI, 2006
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Pendidikan Bahasa Jepang Sekolah Pascasarjana
© Didi Sukyadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..……..…….….…….…5
1.4 Populasi dan Sampel……….………....6
1.5 Instrumen Penelitian………...6
1.6 Hipotesis Penelitian……….…………..…7
1.7 Definisi Operasional ……….……....8
2.3.2 Pembelajaran Penerjemahan
3.3 Teknik Pengolahan Data……….………...47
3.3.1 Data Kuantitatif………...47
3.3.2 Data Kualitatif……….50
3.4 Hasil Uji Coba Instrumen ……….………..51
3.5 Rancangan Eksperimen……….……….……….56
3.6 Hipotesis………60
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Laporan Kegiatan Eksperimen………....….…………..61
4.1.1 Kelas Eksperimen……….….…...61
4.1.2 Kelas Kontrol ……….64
4.2 Analisis dan Interpretasi Data ………...……….64
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan
2.1 Dinamika Penerjemahan………19
2.2 Equivalent Relation……….20
2.3 Proses Penerjemahan (Nida & Taber)………24
2.4 Proses Interpretasi Mururut Larson (2003)………28
2.5 Proses Interpretasi Menurut Lederer Dan Seleskovitch (1994)………29
Tabel 3.1 Bagan Disain Penelitian……….…..42
3.2 Tabel Kisi-Kisi Angket………45
3.3 Tabel Persiapan Untuk Menghitung T Hitung………..47
3.4 Tabel Criteria Penilaian Hasil Tes Per Butir Soal………..48
3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran………..52
3.6 Klasifikasi Daya Pembeda………..…….53
3.7 Tabel Penafsiran Angka Koefisien Reliabilitas………..56
3.8 Tabel Kegiatan Penelitian………58
4.1 Tabel hasil tes kelas eksperimen………..65
4.2 Tabel hasil tes kelas kontrol………66
4.3 Tabel pendekatan penilaian Arri dan standar penilaain Kompetensi STIBA INVADA……….67
4.4 Hasil Post Test Kelas Eksperimen Dan Kelas Control………..68
4.5 Perolehan Hasil Analisis Data Post Test………69
4.6 Tabel Standarisasi Penilaian………70
ABSTRAK
Tesis ini berjudul Efektifitas Pendekatan Interpretatif Dalam Proses Penerjemahan Teks Cerita Rakyat Jepang. Pembelajaran penerjemahan atau dalam bahasa Jepang disebut dengan pembelajaran honyaku merupakan salah satu mata kuliah penunjang keahlian bagi pembelajar bahasa Jepang. Dalam kegiatan penerjemahan kompetensi penerjemah merupakan hal yang mendasar dalam terciptanya hasil terjemahan yang dapat diterima pembaca. Tetapi unsur penggunaan pendekatan,teknik dan metode penerjemahan yang tepat dapat menjadi salah satu alat agar dapat menghasilkan sebuah terjemahan yang dapat mencerminkan keinginan penulis yang ditulis dalam bahasa sumber (BSu). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori interpretasi dalam pembelajaran honyaku di Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing (STIBA) INVADA.
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Penelitian dilakukan dengan melakukan eksperimen pembelajaran honyaku dengan menggunakan teori interpretasi melalui true experiment posttest only control group design. Kelas eksperimen adalah mahasiswa Prodi Sastra Jepang STIBA INVADA semester 6 dan kelas kontrol adalah mahasiswa semester 8. Kemudian hasil post test kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan untuk melihat perbedaan kemampuan penerjemahan kedua kelas tersebut.
Melalui uji t didapatkan hasil 2,12. Untuk db 21 memiliki nilai ttabel: 2,08 (5%) dan 2,83 (1%). Yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melalui t test. Melalui tahapan perhitungan t test didapatkan hasil hasil t hitung sebesar 2,12 dalam taraf signifikansi 5% memiliki nilai t tabel 2,08. Hal ini menunjukkan bahwa teknik pembelajaran Honyaku melalui pendekatan teori interpretasi efektif terhadap kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan cerita rakyat Jepang.
ABSTRACT
Tesis ini berjudul Efektifitas Pendekatan Interpretatif Dalam Proses Penerjemahan Teks Cerita Rakyat Jepang. Pembelajaran penerjemahan atau dalam bahasa Jepang disebut dengan pembelajaran honyaku merupakan salah satu mata kuliah penunjang keahlian bagi pembelajar bahasa Jepang. Dalam kegiatan penerjemahan kompetensi penerjemah merupakan hal yang mendasar dalam terciptanya hasil terjemahan yang dapat diterima pembaca. Tetapi unsur penggunaan pendekatan,teknik dan metode penerjemahan yang tepat dapat menjadi salah satu alat agar dapat menghasilkan sebuah terjemahan yang dapat mencerminkan keinginan penulis yang ditulis dalam bahasa sumber (BSu). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori interpretasi dalam pembelajaran honyaku di Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing (STIBA) INVADA.
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Penelitian dilakukan dengan melakukan eksperimen pembelajaran honyaku dengan menggunakan teori interpretasi melalui true experiment posttest only control group design. Kelas eksperimen adalah mahasiswa Prodi Sastra Jepang STIBA INVADA semester 6 dan kelas kontrol adalah mahasiswa semester 8. Kemudian hasil post test kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan untuk melihat perbedaan kemampuan penerjemahan kedua kelas tersebut.
Melalui uji t didapatkan hasil 2,12. Untuk db 21 memiliki nilai ttabel: 2,08 (5%) dan 2,83 (1%). Yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melalui t test. Melalui tahapan perhitungan t test didapatkan hasil hasil t hitung sebesar 2,12 dalam taraf signifikansi 5% memiliki nilai t tabel 2,08. Hal ini menunjukkan bahwa teknik pembelajaran Honyaku melalui pendekatan teori interpretasi efektif terhadap kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan cerita rakyat Jepang.
Dari pengolahan data angket, teori interpretasi memberikan kemudahan dalam membimbing pembelajar menemukan jalannya proses penerjemahan yang sederhana, sistematis dan mudah dipahami namun kesulitan pun muncul diakibatkan dari kurangnya kesiapan kompetensi pembelajar itu sendiri.
The purpose of this study is to determine the effect of education, training and motivation on the employee’s performance, either simultaneously or partially, at the Regional Secretariat of Aceh. The study conducted in the scope of the Regional Secretariat of Aceh, with the object of study is limited only to the variables of education, training and motivation as an independent variable and the
employee’s performance as the dependent variable. Samples were taken as much
as 17 percent of the total 586 employees, which are 100 respondents. The results of the study have shown that the training variable significantly influence the
employee’s performance at the Regional Secretariat of Aceh. Motivation variable also significantly influence on the employee’s performance of Regional
employee’s performance at Regional Secretariat of Aceh is the motivation. Education, training and motivation found to have a significant effect on the
employee’s performance at Regional Secretariat of Aceh. Education, training and
motivation variables could explain the changes in the employee’s performance at Regional Secretariat of Aceh for 44.5 percent and the balance of 55.5 percent is explained by other variables which did not included in the this research. The results recommend the Regional Secretariat of Aceh to provide motivation and
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary disebutkan bahwa “to translate is the change from one state to another” (Menerjemahkan adalah mengubah suatu keadaan atau bentuk ke suatu
keadaan atau bentuk lain). Kemudian Newmark (1988) menyatakan “..it is rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text”
(Penerjemahan merupakan kegiatan mengirim pesan dari teks ke dalam bahasa
berbeda seperti apa yang dimaksud dalam teks tersebut). Kemudian lebih spesifik
lagi Nida & Taber (1969) dalam Suryawinata (1989) menyatakan;
Translating consist of reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of a source-language message, first in term of meaning and secondly in terms of style.
Penerjemahan merupakan usaha mereproduksi pesan dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan ekuivalensi alami yang semirip mungkin, pertama-tama dalam makna dan kemudian dalam gaya bahasanya.
Dalam hal ini pokok dari kegiatan penerjemahan adalah proses merubah
sebuah konten teks dari satu bahasa yang lain tanpa merubah makna atau pesan yang terkandung dalam teks tersebut. Dari pendapat Nida & Taber di atas penggunaan kata reproduksi mengarah pada proses menuangkan kembali pesan
Namun yang dimaksud dengan penerjemahan tidak serta merta menuangkan kembali pesan, melainkan banyak unsur-unsur yang terlibat pada prosesnya yakni
keikutsertaan unsur budaya dan pengetahuan dalam proses penerjemahan. Dengan begitu penerjemahan tidak hanya dipandang sebagai kegiatan berbahasa saja
namun lebih dari itu juga merupakan kegiatan berkomunikasi.
Bila sebuah kalimat seperti : "Kyou wa ii tenki desune ?"(Jp) diterjemahkan secara literal atau harfiah saja, menjadi "hari ini cuacanya cerah ya ?" atau "it was a piece of cake"(ing): dalam bahasa Indonesia diterjemahkan harfiah dengan "itu adalah sepotong kue" ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam penerjemahan. Persoalannya adalah bahwa tiap kalimat memiliki sens (rasa bahasa) yang terkadang tidak dimiliki oleh kalimat dalam BSa atau tidak dapat ditangkap oleh penerjemah sehingga diperlukan sebuah interpretasi yang kontekstual. Kalimat di
atas tidak bermakna bahwa pembicara tidak mengetahui bagaimana cuaca pada hari itu tetapi pembicara ingin mengawali pembicaraan atau sekedar menyapa
lawan bicaranya. Jadi kalimat tersebut merupakan alat pragmatik dalam hubungan
sosial dan unsur budaya.
Dalam penerjemahan sering terjadi kesalahan akibat kurangnya
pengetahuan penerjemah akan unsur budaya. Seperti yang diungkapkan Amalia (2007)
“…..kebudayaan bersifat khas, tidak ada kebudayaan yang sama, yang berarti tidak ada pula bahasa yang sama, sehingga seringkali sulit menemukan kebudayaan yang terdapat dalam tuturan bahasa sumber untuk dicarikan padanannya yang tepat dalam bahasa sasaran”(Amalia, 2007:42).
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki ketika melakukan proses penerjemahan. Tentu saja kompetensi tersebut lahir dari banyaknya pengalaman
dan latihan. Salah satunya adalah melalui proses pembelajaran penerjemahan yang dilakukan di perguruan tinggi. Penerjemahan tulis disebut Honyaku namun demikian dalam proses kegiatan pembelajarannya timbul berbagai permasalahan.
Seperti yang dikemukakan oleh Anjani (2012) bahwa masalah yang terjadi pada kegiatan pembelajaran penerjemahan meliputi;
1. Kemampuan pembelajar bahasa Jepang memadai dalam penerjemahan teks
namun kurang ditunjang dengan kemampuan memahami makna wacana secara utuh;
2. Kecenderungan penerjemahan dilakukan perkata sehingga timbul
kecenderungan penerjemahan yang tidak berterima;
3. Pembelajar kurang menguasai bahasa Indonesia;
4. Kurangnya informasi mengenai metode penerjemahan sehingga pembelajaran
terpaku pada model diskusi dan penerjemahan bersama;
5. Motivasi belajar kurang. Hal ini menyebabkan kegiatan transfer informasi yang
bersifat komunikatif hanya diartikan sebagai kegiatan mengalih bahasakan
(secara gramatikal maupun leksikal).
Kegiatan pembelajaran mata kuliah penerjemahan berjalan dengan
menghasilkan paradigma bahwa mata kuliah tersebut identik dengan kegiatan membuka dan membaca kamus atau membuka buku gramatika. Sehingga hasil
pembelajar. Kemudian bahwa pembelajaran penerjemahan tidak terlepas dari metode, teknik penerjemahan yang sesuai.
Seperti yang diungkapkan oleh Herman (2009) bahwa dalam kegiatan pembelajaran penerjemahan perlu didukung oleh teknik yang sistematis sehingga
dapat memudahkan pembelajar dalam kegiatan penerjemahannya. Salah satunya
melalui pendekatan interpretatif.
Dari hasil penelitiannya terhadap pembelajar bahasa Perancis dalam
menerjemahkan teks sastra menggunakan pendekatan interpretatif, Herman (2009) menyatakan bahwa penggunaan pendekatan interpretatif dalam penerjemahan dapat
membantu pembelajar dalam kegiatan penerjemahan dikarenakan menyodorkan tahapan yang sistematis yang terdiri 3 tahapan dalam proses penerjemahannya.
Herman (2009) menyatakan, pendekatan interpretatif atau lebih dikenal dengan teori sense pertama kali dikembangkan oleh Selescovitch dan Lederer. Teori ini lahir dengan melihat fakta bahwa tiap bahasa memiliki cara yang berbeda dalam
pemaknaannya walaupun berasal dari konten yang sama. Juga melihat bahwa kegitan penerjemahan bukanlah kegiatan mentransfer kata dari bahasa sumber (BSu) ke
bahasa sasaran (BSa) semata namun lebih kepada mentransfer makna yang ingin
disampaikan oleh penulis kepada pembaca.
Dengan menilik pada permasalahan yang terjadi ada kegiatan pembelajaran
penerjemahan maka penulis berpendapat perlu dilakukan sebuah penelitian dalam rangka memberikan solusi alternatif atas permasalahan dalam kegiatan pembelajaran
memahami permasalahan pendidikan serta hal-hal lain yang berhubungan dengannya, melalui pengumpulan bukti akurat, dilakukan secara sistematis berdasarkan metode
ilmiah, sehingga diperoleh jawaban untuk memecahkan masalah tersebut. Penulis akan melakukan penelitian mengenai “Efektifitas Pendekatan Interpretatif Dalam Proses Penerjemahan Teks Cerita Rakyat Jepang” melalui penelitian eksperimen pada pembelajar prodi sastra Jepang STIBA INVADA.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana efektifitas pendekatan interpretatif dalam proses penerjemahan teks cerita rakyat Jepang?
2. Bagaimana kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan teks cerita rakyat Jepang menggunakan pendekatan interpretatif?
3. Bagaimana tanggapan pembelajar mengenai pembelajaran honyaku
menggunakan pendekatan interpretatif?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji efektifitas pendekatan interpretatif dalam proses
penerjemahan teks cerita rakyat Jepang?
2. Untuk mengkaji kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan teks cerita
3. Untuk menjabarkan tanggapan pembelajar mengenai pembelajaran honyaku menggunakan pendekatan interpretatif?
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menjadi acuan bagi penelitian mengenai teknik pembelajaran honyaku
selanjutnya;
2. Menjadi referensi bagi pengajar bahasa Jepang mengenai teknik pembelajaran honyaku;
3. Meningkatkan motivasi pembelajar dalam kegiatan penerjemahan.
1.4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh pembelajar Program Studi Sastra
Jepang STIBA INVADA. Sedangkan yang menjadi sampelnya adalah pembelajar Program Studi Sastra Jepang STIBA INVADA semester 6 TA 2012/2013 yang
berjumlah 11 orang sebagai kelas eksperimen dan pembelajar semester 8 kelas A yang berjumlah 11 orang sebagai kelas kontrol.
1.5 Instrumen Penelitian
1. Tes
Dilakukan tes untuk mengambil data dalam mengukur kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan teks cerita rakyat Jepang. Tes diberikan kepada grup eksperimen, setelah dilakukan pembelajaran honyaku
2. Angket
Angket digunakan untuk menghimpun data langsung dari responden
melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan seputar penelitian. Dalam
penelitian ini angket disebarkan untuk mendapatkan informasi mengenai kesan dan pendapat responden mengenai kegiatan pembelajaran honyaku
menggunakan pendekatan interpretatif.
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
sebenarnya harus diuji kembali. Nazir (2009:151) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran
sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis penelitian ini adalah;
Hk : Pembelajaran Honyaku menggunakan pendekatan interpretatif efektif terhadap kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan cerita rakyat Jepang;
H0 : Pembelajaran Honyaku melalui pendekatan interpretatif tidak efektif terhadap kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan cerita rakyat Jepang.
1.7 Definisi Operasional
Pada bagian ini akan diberikan definisi operasional untuk menghindari
Pembelajaran honyaku dalam penelitian ini merupakan kegiatan pembelajaran penerjemahan tulis dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia.
2. Pendekatan interpretatif (Thèorie Interpretative de la Traduction)
Herman (2009) menyatakan bahwa ” Thèorie Interpretative de la Traduction ”
merupakan teori penerjemahan yang pertama kali dikembangkan oleh Marianne Ledererdan Danica Seleskovitch .
3. Efektifitas
Hidayat (1986) menyatakan bahwa efektifitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa besar target (kualitas, kuantitas, waktu) telah tercapai.
Makin besar target yang tercapai maka makin tinggi besaran efektifitasnya. Dalam penelitian ini efektifitas yang diukur adalah penggunaan pendekatan
interpretatif dalam pembelajaran honyaku.
1.8 Sistematika Penulisan Laporan
Tesis ini terdiri atas 5 bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi
latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, Hipotesis dan sistematika penulisan laporan. Latar
belakang masalah merupakan alasan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang menjadi fokus utama
penelitian. Batasan masalah merupakan garis yang menentukan sejauh mana atau dari sudut pandang mana peneliti akan menggali jawaban dari pertanyaan yang
dicapai lewat penelitian ini, sekaligus menjawab pertanyaan penelitian yang dimuat dalam rumusan masalah. Manfaat penelitian adalah gambaran mengenai
kebermanfaatan hasil penelitian bagi dunia pengajaran bahasa Jepang. Sistematika penulisan laporan merupakan gambaran singkat mengenai urutan dan isi dari
laporan penelitian.
Bab II merupakan bab kajian teori yang menyajikan teori dan rujukan yang relevan dan menjadi landasan dalam penelitian. Meliputi teori pembelajaran, teknik
penerjemahan, teknik penerjemahan dengan pendekatan interpretatif, Penelitian terdahulu dan pembelajaran penerjemahan.
Bab III berisikan metode penelitian meliputi metode penelitian, langkah-langkah penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, sumber data,
teknik analisa data.
Bab IV berisikan analisa data berupa analisa hasil tes dan analisa angket. Data yang telah didapat diolah, direduksi dan diambil kesimpulan dengan
menggunakan teknik statistik dan deskriptif.
Bab V berisikan simpulan dan rekomendari atas hasil penelitian dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Penggunaan metode ini dikarenakan penulis akan megujicoba pendekatan interpretasi
dalam pembelajaran honyaku. Apakah perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen
memberikan pengaruh tertentu terhadap kemampuan mahasiswa dalam menerjemahkan
teks cerita rakyat Jepang. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2011:72) bahwa
metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Secara lengkap
penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment
atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam pendidikan
adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu
perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji
hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan
lain. Dalam hal ini adalah pengaruh penggunaan teori interpretasi dalam pembelajaran
honyaku.
Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1) pre-experimental
(nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group pretest posttest,intec-group
group design; (3) factorial experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series
design dan nonequivalent control group design (Sugiyono.2011:73).
Penelitian ini akan menggunakan metode true experimental dengan menggambil
disain posttest only control design. Dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua
variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas
pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari
true experiments menurut Suryabrata (1997) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling
hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya
dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan.
Dalam Posttest only control group design ini terdapat dua grup yang dibentuk dan
diasumsikan memiliki karakteristik yang sama (homogen). Grup pertama diberi perlakuan
(X) dan grup yang lain tidak. Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.
K1 X O1
K2 ---- O2
Tabel 3.1 Bagan disain penelitian
(Nursyahidah:2012)
Keterangan:
K1 = kelompok eksperimen
K2 = kelompok kontrol
X = perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen
O1 = hasil tes akhir kelompok eksperimen
Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh
perlakuan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang
signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan
berpengaruh secara signifikan.
Dalam penelitian ini grup kontrol adalah grup yang tidak diberi perlakuan yakni
tidak menggunakan pendekatan interpretasi dalam pembelajaran honyaku sedangkan grup
eksperimen merupakan grup yang diberi perlakuan yakni menggunakan pendekatan
interpretasi dalam pembelajaran honyaku.
Kedua kelas dianggap memiliki kemampuan yang sama sehingga pretest tidak
diperlukan. Perbandingan hanya akan dilakukan pada hasil posttest saja. Kedua kelas
sama-sama melakukan kegiatan pembelajaran honyaku dengan materi yang sama-sama. Grup
eksperimen menggunakan pendekatan interpretasi sedangkan grup kontol menggunakan
metode penerjemahan gramatikal. Setelahnya diberikan posttest dengan soal yang sama
untuk mengukur kemampuan dan melihat perbedaan dari hasil perlakuan terhadap
kemampuan pembelajar.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Bentuk Data
a. Data Kuantitatif
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan menggunakan beberapa rumus
untuk mendapatkan ketepatan sistematika penelitian dan hasil yang sesuai. Data kuantitatif
kesukaran, daya pembeda, dan uji reliabilitas soal tes. Ada pula data berupa angka yang
menunjukkan skor hasil tes untuk kemudian diolah menggunakan rumus statistik. Hasil
pengolahan dari data kuantitatif akan dibahas pada bab selanjutnya.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini merupakan data untuk menggambarkan
keadaan pembelajaran honyaku dengan menggunakan teori interpretasi. Diambil melalui
angket tipe campuran. Dengan angket bentuk campuran diharapkan informasi terkumpul
akan lebih jelas dan mampu menampung pendapat responden.
3.2.2 Sumber Data
a. Instrumen
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian ini. Menurut Sutedi (2008:155) bahwa yang dimaksud dengan
instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai
data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Maka penelitian ini menggunakan
instrumen berupa tes dan angket.
1. Tes
Dilakukan tes untuk mengambil data dalam mengukur kemampuan pembelajar
dalam kegiatan penerjemahan teks cerita rakyat Jepang. Setelah dilakukan pembelajaran
honyaku menggunakan pendekatan interpretasi untuk grup eksperimen dan tes untuk grup
2. Angket
Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk menghimpun data langsung dari
responden melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sehingga dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan seputar penelitian. Dalam penelitian ini angket disebarkan untuk
mendapatkan informasi mengenai kesan dan pendapat responden mengenai kegiatan
pembelajaran honyaku menggunakan teori interpretasi.
Angket yang digunakan adalah angket tertutup dan angket terbuka. Menurut
Arikunto (1993:137), angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda silang (x) pada kolom atau
tempat yang sesuai, sedangkan angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga respAnden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan
keadaannya.
No. Indikator Pertanyaan Jumlah
Pertanyaan No. Pertanyaan
1. Pembelajaran Honyaku dengan Teori
Interpretasi 7 1,2,3,4,5,6,7
2. Indikator Materi 2 8,9,10
3. Proses Penerjemahan Melalui
Pendekatan Interpretasi 7 11,12,13,14,15,16,17
Tabel 3.2 Tabel kisi-kisi angket
b. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa program studi sastra Jepang
c. Sampel
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.
Penelitian dengan menggunakan teknik sampling ini digunakan apabila peneliti telah
memahami secara jelas bahwa informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui
kelompok yang segala kriteria dan sasarannya sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata
lain bahwa dengan purposive sampling peneliti mengambil sampel dengan tujuan tertentu
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Purposive sampling menurut Zainal ( 2011: 221) adalah suatu cara pengambilan
sampel yang berdasarkan pada pertimbangan atau tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah
untuk mengetahui perbedaan hasil tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi sastra Jepang STIBA INVADA
semester 6 yang berjumlah 11 orang sebagai kelas eksperimen dan mahasiswa semester 8
kelas A yang berjumlah 11 orang sebagai kelas kontrol. Pengambilan semester 6 sebagai
sampel kelas eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas teori interpretasi pada
tingkatan mahasiswa yang lebih rendah dibandingkan kelas kontrol (mahasiswa semestet 8).
Kelas eksperimen baru 1 kali mendapatkan mata kuliah honyaku sedangkan kelas kontrol
3.3 Teknik Pengolahan Data
3.3.1 Data Kuantitatif
Pengolahan data tes dengan menggunakan metode statistik menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membuat tabel persiapan untuk menghitung t hitung.
No
Table 3.3 Tabel persiapan untuk menghitung t hitung
Keterangan:
1) Kolom (1) diisi dengan nomor urut, sesuai dengan jumlah sampel.
2) Kolom (2) diisi dengan skor yang diperoleh kelas eksperimen.
3) Kolom (3) diisi dengan skor yang diperoleh kelas kontrol.
4) Kolom (4) deviasi dari skor X.
5) Kolom (5) deviasi dari skor Y.
6) Kolom (6) diisi dengan hasil kuadrat angka-angka pada kolom (4).
7) Kolom (7) diisi dengan hasil kuadrat angka-angka pada kolom (5).
8) Isi baris sigma (jumlah) dari setiap kolom tersebut, untuk kolom (4) dan (5)
9) M (mean) adalah nilai rata-rata dari kolom (2) dan (3).
2. Menilai hasil posttest dengan memberikan nilai tiap butir soal menggunakan pedoman.
Nilai Kategori Kriteria
4 Sangat Mendekati
Hasil terjemahan memiliki kedekatan dengan teks kunci dari segi pemakaian kosakata, alur cerita, kesesuaian tata bahasa mencapai kesamaan sebesar 86%-90%
3 Cukup Mendekati
Hasil terjemahan memiliki cukup kedekatan dengan teks kunci, Kesalahan satu atau dua pada pemakaian kosakata alur cerita, kesesuaian tata bahasa mencapai kesamaan sebesar 76%-85%
2 Kurang Mendekati
Hasil terjemahan kurang memiliki kedekatan dengan teks kunci ditinjau dari dari pemilihan kosakata, alur cerita dan struktur kalimat hanya mencapai kesamaan sebesar 61%-71%
1 Tidak Mendekati
Hasil terjemahan tidak memiliki kedekatan dengan teks kunci dari pemakaian kosakata alur cerita dan struktur kalimat hanya mencapai kesamaan sebesar 46%-60%
Table 3.4 Tabel criteria penilaianhasil tes per butir soal
1) Mencari nilai rata-rata (Mean) hasil posttest kelas eksperimen (x) dan kelas control (y)
Mx =
My =
Keterangan:
Mx = mean kelompok eksperimen
My = mean kelompok kontrol
∑X = jumlah seluruh nilai kelompok eksperimen
∑Y = jumlah seluruh nilai kelompok kontrol
N2 = jumlah sampel kelompok control
2) Mencari standar deviasi dari variable X dan Y dengan rumus sebagai berikut.
Sdx = Sdy =
Keterangan:
Sdx = standar deviasi dari variabel X
Sdy = standar deviasi dari variabel Y
3) Mencari standar error mean kedua variabel tersebut dengan rumus sebagai berikut.
SEMx = SEMy =
Keterangan:
SEMx = Standar error mean X
SEMy = Standar error mean Y
4) Mencari standar error perbedaan mean X dan Y denagn rumus sebagai berikut.
SEMxy =
Keterangan:
SEMxy = standar error perbedaan mean X dan Y
5) Mencari nilai t hitung untuk soal essai dengan rumus berikut.
Keterangan:
t hitung = nilai t hitung
SEMxy = standar error perbedaan mean x dan y
6) Pengujian hipotesis
Dilakukan dengan menentukan signifikansi perbedaan dua variabel dengan
kriteria jika t hitung lebih besar dari t tabel dapat disimpulkan kedua variabel
memiliki perbedaan yang signifikan, namun jika t hitung lebih kecil atau sama
dengan t tabel maka kedua variabel tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
3.3.2 Data Kualitatif
Data angket yang terkumpul dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membuat tabulasi jawaban responden untuk tiap butir soal;
2. Pengolahan data angket dengan rumus pesentase sebagai berikut.
(Sudjiono, 2001)
Keterangan:
P = Prosentase frekuensi
f = Frekuensi jawaban dari responden
N = Jumlah responden
3. Melakukan interpretasi data angket dengan menggunakan pedoman di bawah ini.
Prosentase Interpretasi
0% Tidak ada seorangpun
1%-5% Hampir tidak ada
6% - 25% Sebagian kecil
26 % – 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51%-75% Lebih dari setengahnya
76%-95% Sebagian besar
96%-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
(Sudjiono, 2004)
4. Melakukan proses pelaporan untuk data kualitatif.
3.4 Hasil Uji Coba instrumen
Menurut Sutedi (2007) Instrumen yang baik yaitu instrumen yang memiliki
validitas dan reliabilitas. Sehingga dalam penelitian ini, penulis melakukan uji butir soal,
uji validitas dan uji reliabilitas terhadap instrumen yang akan diberikan kepada sampel.
Arikunto (1998) menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
a. Analisis butir soal
yang diberikan pada 10 (sepuluh) orang sampel di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol
namun masih memiliki sifat yang sama. Soal yang diberikan merupakan rangkaian cerita
utuh dari judul cerita rakyat Jepang “Ayah Dalam Cermin” yang dibagi kedalam 10 nomor
soal essai. Pemberian skor tertinggi adalah 4 dan terendah adalah 1.
1. Tingkat kesukaran soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sulit.
Tingkat kesukaran soal esai dihitung dengan menggunakan rumus :
TK =
Keterangan :
TK = tingkat kesukaran
SkA = jumlah skor jawaban kelompok atas
SkB = jumlah jawaban kelompok bawah
n = jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah
Sk.mak = skor maksimal
Sk.min = skor minimal
Rentang Tingkat Kesukaran Klasifikasi Indeks Kesukaran
0,00 – 0,25 Sukar
0,26 – 0,75 Sedang
0,76 – 1,00 Mudah
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Dari perhitungan 10 butir soal dengan menggunakan rumus di atas diperoleh hasil
0,26 – 1,00 dengan kategori soal dari sedang sampai mudah. 1 soal mudah 9 soal sedang.
(perhitungan terlampir).
2. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda dihitung
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
DP = Daya pembeda
SkA = Jumlah skor jawaban kelompok atas
SkB = Jumlah skor jawaban kelompok bawah
n = Jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah
Sk.mak = skor maksimal
Sk.min = skor minimal
Rentang Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 – 0,25 Rendah
0,26 – 0,75 Sedang
0,76 – 1,00 Tinggi
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh hasil rentang
0,26 – 0,75. Dengan demikian soal dikategorikan dalam klasifikasi sedang. (perhitungan
terlampir).
b. Validitas
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan
reliabel. Menurut Arikunto (1998) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi sedangkan instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah.
Suatu tes hasil belajar dapat dikatan valid apabila tes tersebut dapat mengukur
hasil belajar. Validitas tes dalam penelitian ini adalah rasional validitas (logical validity)
sebab pengujian pada validitas tersebut didasarkan atas analisa rasional. Untuk
mendapatkan analisa rasional harus mengandung unsur-unsur validitas isi dan validitas
susunan. Validitas isi artinya kejituan dari pada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut.
Artinya suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila materi tes tersebut betul-betul
merupakan reprensentatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Untuk mengukur
validitas instrumen tes pada penelitian ini, penulis mengkonsultasikan instrumen tes kepada
seorang pakar bahasa Jepang (Native Speaker) dan seorang pakar bahasa Indonesia yang
bertugas di STIBA INVADA. Setelah melakukan bimbingan dan mendapatkan expert
judgement terhadap instrument tes maka dinyatakan instrument tes tersebut valid dan dapat
c. Reliabilitas
Arikunto (1998) menerangkan reliabilitas adalah instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Instrumen
yang reliable berarti instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data
yang bias dipercaya. Sedangkan menurut Sutedi (2007), Reliabel yaitu ajeg, artinya dapat
menghasilkan data yang sama meskipun digunakan berkali-kali. Reliabilitas terdiri dari dua
macam, yaitu reliabilitas eksternal dan internal. Reliabilitas eksternal dapat dilakukan
dengan cara tes ulang atau membandingkan dengan perangkat tes lain (ekuivalensi).
Sedangkan reliabilitas internal dapat diukur dengan cara teknik belah dua atau dengan
menggunakan KR 20 dan KR 21.
Pada penelitian ini, penulis mengukur tingkat reliabilitas instrumen tes bentuk esai
dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach. Uji coba dilakukan terhadap 10
(sepuluh) orang mahasiswa semester 8 kelas B TA 2012/2013. Menggunakan rumus Alpha
Cronbach sebagai berikut.
Keterangan:
r : angka koefisien reliabilitas yang dicari
k : jumlah butir soal
: jumlah varian seluruh butir soal (mulai soal 1,2,3 dst.)
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan rumus ini adalah
sebagai berikut.
1) Menganalisis setiap jawaban sampel perbutir soal. Skor diberikan dari 4 untuk nilai
tertinggi dan 1 untuk nilai terendah.
2) Menghitung setiap skor sampel kemudian menjumlahkannya menjadi skor total tiap
sampel, lalu mengkuadratkan setiap skor tersebut.
3) Menghitung jumlah skor perbutir soal (secara vertical) dan jumlah kuadrat dari
setiap skor, kemudian mencari jumlah seluruh kuadrat tersebut.
Rentang Angka Korelasi Penafsiran
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Kuat
0,81 – 1,00 Sangat Kuat
Tabel 3.7 Tabel Penafsiran Angka Koefisien Reliabilitas
(Sutedi, 2007 : 214)
Dari perhitungan rumus diatas diketahui bahwa koefisien reliabilitas soal tes
sebesar 0,81 termasuk kedalam kategori sangat kuat dan layak untuk dijadikan sebagai
instrumen dalam penelitian.(perhitungan terlampir)
3.5 Rancangan Ekperimen
Untuk dapat merumuskan masalah penelitian maka dilakukan langkah-langkah
1. Observasi awal terhadap sampel bertujuan untuk mendapatkan gambaran perihal
kesiapan dan pendapatnya terhadap kegiatan pembelajaran honyaku selama ini. Dengan
menentukan indikator seperti dibawah ini.
1) Pendapat mengenai pentingnya pembelajaran honyaku ;
2) Untuk menerjemahkan kemampuan apakah yang dianggap penting dimiliki oleh diri
pribadi;
3) Kesan terhadap pembelajaran honyaku;
4) Materi apa yang dianggap mudah dalam pembelajaran honyaku.
2. Persiapan pembelajaran dengan membuat rancangan pembelajaran/SAP, mempersiapkan
kelengkapan pembelajaran untuk 5 kali tatap muka;
3. Melakukan kegiatan pembelajaran Honyaku dengan menggunakan teori interpretasi.
Tahapan pembelajaran seperti dibawah ini.
1) Tahap comprende yakni membaca bersama teks cerita rakyat Jepang;
2) Tahap decodage dengan cara membuat kelompok kecil (2 anggota) dengan
bersama-sama memahami makna teks;
3) Tahap reformuler dengan cara diskusi. Menuangkan kembali gagasan kedalam
Berikut rancangan kegiatan tiap pertemuan.
No. Tanggal Kegiatan Kegiatan
1. 24 April 2013
Melakukan kegiatan pembelajaran honyaku
menggunakan pendekatan interpretasi dengan kajian materi cerita rakyat Jepang dengan judul “Toufu To Omiso No Kenka”
2. 1 Mei 2013
Melakukan kegiatan pembelajaran honyaku
menggunakan pendekatan interpretasi dengan kajian materi cerita rakyat Jepang dengan judul “Ushi No Ongaeshi”
3. 8 Mei 2013
Melakukan kegiatan pembelajaran honyaku
menggunakan pendekatan interpretasi dengan kajian materi cerita rakyat Jepang dengan judul “Ten No Hagoromo”
4. 15 Mei 2013
Melakukan kegiatan pembelajaran honyaku
menggunakan pendekatan interpretasi dengan kajian
materi cerita rakyat Jepang dengan judul “Okane O
Hirottara”
5. 22 Mei 2013
Melakukan kegiatan pembelajaran honyaku
menggunakan pendekatan interpretasi dengan kajian materi cerita rakyat Jepang dengan judul “Kaguya
nomor soal. Cerita yang dijadikan sebagai soal tes adalah kisah “Ayah dalam cermin”. Tiap
soal berbobot nilai tertinggi adalah 4 dan bobot nilai terendah adalah 1.
5. Menganalisis data menggunakan pengolahan statistik dengan langkah sebagai berikut.
1) Rumus untuk mencari mean X (kelas eksperimen) dan Y (kelas kontrol) adalah
sebagai berikut :
2) Rumus untuk mencari standar deviasi X dan Y adalah sebagai berikut :
Sdx = Sdy =
3) Rumus untuk mencari standar error mean kedua variabel adalah sebagai berikut :
SEMx = SEMy =
4) Rumus untuk mencari standar error perbedaan mean kedua variabel adalah sebagai
berikut :
SEMxy =
5) Rumus untuk mencari nilai t hitung adalah sebagai berikut :
thitung =
6. Pengujian hipotesis
Pengujian dilakukan dengan menentukan signifikan perbedaan dua variabel
dengan kriteria jika “t hitung” lebih besar dari “t tabel”, dapat disimpulkan kedua variabel
mempunyai perbedaan yang signifikan. Tetapi jika “t hitung” lebih kecil atau sama dengan
“t tabel”, kedua variabel itu tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.
7. Menyebarkan angket;
8. Menyusun laporan penelitian.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
sebenarnya harus diuji kembali. Nazir (2009:151) menyatakan bahwa hipotesis adalah
pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya,
pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.
Hipotesis penelitian ini adalah;
Hk : Teknik pembelajaran Honyaku melalui pendekatan interpretasi efektif terhadap
kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan cerita rakyat Jepang;
H0 : Teknik pembelajaran Honyaku melalui pendekatan interpretasi tidak efektif terhadap
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data pada penelitian ini, masalah penelitian
dapat dijawab. Berikut adalah simpulan hasil penelitian.
1. Diketahui hasil bahwa kelas eksperimen yakni kelas yang diberi perlakuan
pembelajaran penerjemahan cerita rakyat Jepang menggunakan pendekatan
interpretasi memiliki rata-rata nilai post test 3,21. Sedangkan nilai rata-rata kelas
kontrol 2,73. Dapat diambil kesimpulkan bahwa kemampuan menerjemahkan teks
cerita rakyat Jepang kelas eksperimen masuk dalam kategori baik dan kemampuan
kelas kontrol masuk ke dalam kategori cukup.
2. Melalui uji t didapatkan hasil 2,12. Untuk db 21 memiliki nilai ttabel: 2,08 (5%) dan
2,83 (1%). Yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melalui perhitungan t test didapatkan
hasil hasil t hitung sebesar 2,12 dalam taraf signifikansi 5% memiliki nilai t tabel
2,08. Hal ini menunjukkan bahwa teknik pembelajaran honyaku melalui pendekatan
interpretasi efektif terhadap kemampuan pembelajar dalam menerjemahkan cerita
rakyat Jepang.
3. Dari hasil penyebaran angket, seluruh responden dapat memahami tiap tahapan yang
disajikan oleh teori tersebut. Memudahkan dalam proses tiap tahapannya. Namun
pada kegiatan tersebut pembelajar merasakan beberapa hambatan. Hambatan yang
huruf kanji dan tata bahasa. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan interpretasi
memberikan kemudahan dalam membimbing pembelajar menemukan jalannya
proses penerjemahan yang sederhana, sistematis dan mudah dipahami, namun
kesulitan yang dirasakan berasal dari kurangnya kesiapan kompetensi pembelajar itu
sendiri bukan dari tahapan yang disajikan oleh teori ini.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini dapat diambil saran untuk penelitian selanjutnya,
sebagai berikut;
1. Penelitian selanjutnya dapat menyoroti apakah pendekatan ini dapat menjadi efektif
apabila digunakan pada teks yang bukan merupakan teks sastra.
2. Banyak unsur pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian
selanjutnya dapat dilakukan penelitian perihal unsur keterlibatan pengajar dalam
kegiatan pembelajaran penerjemahan.
3. Penelitian selanjutnya dapat menyoroti perihal analisa hasil terjemahan mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Fraida. 2007. Peningkatan Kemampuan Menerjemahkan Bahasa Perancis kedalam
Bahasa Indonesia Melalui Model Penerjemahan Pedagogis-Profesional. Thesis.
UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Anjani, Irna. 2012. Analisa Kesulitan Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Honyaku I. Cirebon:
STIBA INVADA. Tidak diterbitkan.
Arifin Zainal 2011, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung:
Rineka Cipta.
Choi Jungwha. 2003. “The Interpretative Theory of Translation and Its Current
Aplications”. Interpretation Studies. No.3, December 2003, page 1-15.
Herman. 2009. Model Pembelajaran Penerjemahan Sastra dengan Théorie Interpretative de
la Traduction.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sumber dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132309875/artikel%20laporan%20penelitia
n%201.pdf (Penulis: Herman (2009), diakses 18 Februari 2013).
Hewson, L. and Martin, J. 1991. Redefining Translation: The Variational Approach.
London: Routledge.
Hidayat. 1986. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Yogyakarta: Gajah Mada
Hurtado Albir, A. & Molina L. 2002. “Translation Technique Revisited: A Dynamic and
Functional Approach”. META, vol. 47, no. 4, 2002. Barcelona, Spanyol:
Universitat Autonoma Barcelona.
Larson, Mildred L. 1989. Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan
Antarbahasa (Terj.). Jakarta: Penerbit Arcan.
Mizutani Nobuko. 1984. Nihon Go Kyouiku Jiten. Jepang.
Muhlisian, Asep Achmad. 2013. Analisis Kesalahan Terjemahan Bahasa Jepang yang
Terdapat Dalam Karya Ilmiah Mahasiswa S2. Tesis-Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Tidak diterbitkan.
Nazir Moh .2009. Metode penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia.
Newmark, Peter .1988. A Book Of Translation. London: A Wheaton &. Co.Ltd.
Rasiban Linna Meilia. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menerjemahkan Tingkat
Dasar melalui Teknik Peer Learning. Bandung: Sumber dari
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=
view&typ=html&buku_id=28898&obyek_id=4 (Penulis: Linna M R, diakses 21
Februari 2013)
Robinson Douglas .2005. Menjadi Penerjemah Profesional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Simatupang Mourits D.S. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Dirjen Dikti.
Sugiyono .2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryawinata, Zuchridin. 1989. Pengantar Teori dan Praktek (Terj.), Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Press.
__________ __2007. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Press.
Taufik. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Inti Prima.
Viaggio Sergio . 2006. A General Theory of Interlingual Mediation. Berlin: Framk &
Timme.
http://www.honyaku-tsuuhin.net/100/jugyo.html (Penullis: Shirokawa Ritsuko, diakses 8