STRATEGI PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG
PADA SISWA TUNANETRA KELAS IV
SLB NEGERI A PAJAJARAN BANDUNG
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Hidayah
1204707
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCA SARJANA
Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Pada Siswa Tunanetra SLB Negeri A Pajajaran bandung
Oleh Hidayah
S.Pd Universitas Negeri Makassar, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Hidayah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING
Dr. Djadja Rahardja, M.Ed.
NIP. 19590414 198503 1 005
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Khusus
Dr. Djadja Rahardja, M.Ed.
ABSTRAK
STRATEGI PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PADA SISWA TUNANETRA KELAS IV SLB NEGERI A PAJAJARAN BANDUNG
Hidayah/1204707/Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus/SPs UPI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang strategi pembelajaran operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari delapan siswa dan guru yang berada di SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumen. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih menggunakan RPP yang ada di sekolah, alat bantu yang digunakan dalam strategi belajar siswa adalah alat bantu abakus dalam menanamkan konsep operasi hitung bilangan dan belum ada alat bantu yang dimodifikasi dalam belajar siswa. (2) pelaksanaan pembelajaran dalam proses KBM, kegiatan guru harus menyesuiakan dengan kondisi dan kebutuhan siswa tunanetra (stimulus) dan apa yang diekspresikan oleh siswa tunanetra (respons) harus di amati dan diukur. (3) rancangan yang dibutuhkan oleh siswa tentang operasi hitung bilangan bulat menghasilkan jenis alat bantu peraga yang bisa disesuikan dengan kondisi siswa penggunaan sistem baca tulis braille, alat bantu dan bentuk dimodifikasi yang bisa diraba oleh siswa tunanetra kertas yang berukuran 30cm x 20cm yang berbahan dari karton/kertas continous form yang biasa dipakai untuk print Brille. (4) validasi alat bantu melalui expert judgment dari tingkat kualitas isi, tingkat kebutuhan siswa, tingkat kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam hal memahami konsep bilangan sudah baik dan sesuai. Rekomendasi yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian (1) guru yang mengajar di kelas perlu mengembangan alat bantu/media/sarana prasarana yang dibutuhkan oleh siswa tunanetra. (2) sekolah harus memfasilitasi agar ada waktu khusus untuk menyiapkan perangkat pembelajaran utamanya alat bantu yang bisa di modifikasi digunakan sebagai bahan ajar yang lebih menarik dan interaktif sesuai kebutuhan siswa.
ABSTRACT
TEACHING AND LEARNING STRATEGIES FOR COUNTING OPERATION AMONG VISUALLY IMPAIRED STUDENTS OF THE FOURTH GRADE OF
STATE SPECIAL NEEDS SCHOOL A PAJAJARAN BANDUNG
Hidayah/1204707/Special Needs Education Program/School of Postgraduate Studies Indonesia University of Education
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ………. i
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. ii
ABSTRAK ………. iv
KATA PENGANTAR .………... vi
DAFTAR ISI ………..…… viii
DAFTAR TABEL ………. xi
DAFTAR GAMBAR ……… xii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Penelitian ………...………... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian .………...….………….. 7
C. Batasan Masalah Penelitian ..….……….………. 7
D. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ..……….. 8
E. Tujuan Penelitia ….……… 8
F. Manfaat Penelitian……….. 9
G. Defisi Operasional ………. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 11
A. Ketunanetraan .……..,,……….……… 11
C. Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra .……..……….. 21
D. Strategi Pembelajaran Matematika ……….. 24
BAB III METODE PENELITIAN ……… 38
A. Metode dan Pendekatan Penelitian ……….. 38
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 43
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian…… 44
D. Teknik Analisis Data ………..……...……… 56
E. .Teknik Keabsahan Data …….………..……... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 59
A. Hasil Penelitian ……….. 59
1. Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Saat ini Sesuai dengan Kebutuhan Siswa kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung. ……… 60
2. Pertimbangan-pertimbangan yang harus Diperhatikan dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Pada Siswa Tunanetra Kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung.……… 74
3. Rancangan Strategi pembelajaran Operasi Hitung yang Sesuai Kebutuhan Siswa Tunanetra kelas IV SLBN A jajaran Bandung. ….……….. 83
4. Hasil Validasi Rancangan Alat Pembelajaran Operasi Hitung Siswa Tunanetra kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung. .……… 97
1. Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Saat ini
Sesuai dengan Kebutuhan Siswa kelas IV SLBN A
Pajajaran Bandung……… 111
2. Pertimbangan-pertimbangan Yang Harus Diperhatikan Dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Pada Siswa tunanetra kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung. ………. 114
3. Rancangan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung yang Sesuai Kebutuhan Siswa Tunanetra Kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung.……….. 116
4. Hasil Validasi Rancangan Alat Pembelajaran Operasi Hitung Siswa Tunanetra kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung. .……… 117
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……..……… 121
A. Kesimpulan …..……….. 121
B. Rekomendasi ……….. 122
DAFTAR PUSTAKA ……… 124
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Skema Proses Belajar dan Pembelajaran ……. 21
2.2. Skema Bilangan ……… 35
4.1. Pengenalan Konsep Garis bilangan ……….. 105
4.2. Pengenalan Bilangan Bulat……… 105
4.2a. Alat yang di Braillekan ………. 106
4.3. Pengenalan Bilangan Bulat ………... 106
4.3a. Alat yang di Braillekan ………. 107
4.4. Pengurangan Bilangan Posisif dengan Positif…... 107
4.4a. Alat yang di Braillekan Pengurangan Bilangan Positif dengan Positif .……….. 108
4.5. Pengurangan Bilangan Positif dengan Negatif …. 108
4.5a Alat yang di Braillekan Pengurangan Bilangan Positif dengan Negatif ……….. 109
4.6. Pengurangan Bilangan Negaitif dengan Positif … 109
4.6a Alat yang di Braillekan Pengurangan Bilangan Negatif dengan Positif ……….………. 110
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Kompetensi Dasar dan Standar Kompetesi ……… 36
3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ……… 51
4.1. Data Hasil Wawancara Strategi Perencanaan
Pengajaran ……….. 61
4.2. Data Hasil Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran 64
4.3. Data Hasil Wawancara Penilaian Siswa …………. 66
4.4. Data Hasil Wawancara Kendala-kendala ………… 68
4.5. Data Hasil Observasi tentang Strategi
Pembelajaran Operasi Hitung.……… 69
4.6. Data Hasil Wawancara Siswa tentang Strategi
Pembelajaran Operasi………. 72
4.7. Data Hasil Wawancara Pemahaman Terhadap
Kondisi Siswa ……… 76
4.8. Data Hasil Wawancara Ketersediaan Sarana/media
Belajar ……… 77
4.9. Data Hasil Wawancara Penerapan Materi …………. 79
4.10 Data Hasil Wawancara Penguasaan Materi ……….. 80
4.11. Data Hasil Observasi Pertimbangan-Pertimbangan
Yang harus Diperhatikan dalam Menerapkan Strategi
Pembelajaran Operasi hitung ..………. 82
4.12. Data Hasil Wawancara Tingkat Kualitas Isi Alat
4.13. Data Hasil Wawancara Tingkat Kebutuhan Siswa
Tantang Operasi Hitung bilangan Bulat ……….. 100
4.14. Data Hasil Wawancara Tingkat Kualitas Rancangan 102
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Pedoman Wawancara dan Observasi .……… 128
2 Alat bantu garis bilangan hasil pengembangan I… 141
3 Alat bantu garid bilangan hasil pengembangan II.. 144
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang Penelitian
Setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajarnya, hanya
saja masalah tersebut ada yang bisa diatasi sendiri tanpa memerlukan
perhatian khusus dari orang lain, namun demikian ada juga yang masalah
dalam belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatkan perhatian dan
bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak
berkebutuhan khusus (children with special needs) tidak selalu mengalami
masalah dalam belajarnya, namun demikian ketika mereka berinteraksikan
dengan anak-anak sebaya lainnya yang mendapatkan pendidikan regular,
dalam beberapa hal tertentu harus mendapatkan perhatian khusus dari guru
dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Karakteristik dari
anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional, meliputi tingkat perkembangan sensori motor,
kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan
berinteraksi sosial serta kreativitasnya.
Anak tunanetra sebagai bagian dari anak berkebutuhan khusus juga
membutuhkan perhatian yang khusus. Anak tunanetra sebagaimana anak
lainnya, membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal. Oleh karena adanya gangguan penglihatan, anak
tunanetra membutuhkan layanan khusus untuk merehabilitasi kelainannya,
yang meliputi: latihan membaca dan menulis huruf Braille, penggunaan
tongkat, orientasi dan mobilitas, serta latihan visual/fungsional penglihatan.
Anak tunanetra adalah anak yang indera penglihatannya tidak berfungsi
sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya
anak yang awas, ia tidak mampu lagi memanfaatkan indera penglihatannya,
tetapi menggunakan indera peraba yang lebih dominan, sehingga memberi
informasi kepada anak tunanetra tidak melewati penglihatannya tetapi lewat
2
Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra pada dasarnya sama dengan
strategi pembelajaran bagi anak yang normal, hanya dalam pelaksanaannya
memerlukan modifikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yang
disampaikan dapat diterima atau ditangkap oleh anak tunanetra melalui
indera-indera laninnya yang masih berfungsi. Permasalahan strategi
pembelajaran anak tunanetra dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan
pada dua hal yakni: upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan
kondisi anak di satu sisi, dan di sisi yang lain adalah upaya memanfaatkan
secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi
kelemahan yang disebabkan hilangnya atau kurang berfungsinya penglihatan.
Strategi pembelajaran anak tunanetra pada hakekatnya adalah strategi
pembelajaran umum yang diterapkan dalam kerangka dua pemikiran di atas.
Pertama guru harus menguasai strategi pembelajaran umum untuk anak awas,
meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dengan aspek-aspek lainnya.
Langkah berikutnya adalah menganalisis komponen-komponen mana saja
yang perlu dimodifikasi atau tidak, dan sejauh mana modifikasi bisa
dilakukan. Pada langkah selanjutnya pemanfaatan indera yang masih
berfungsi secara optimal dan terpadu dalam proses pembelajaran, karena hal
ini sangat menentukan keberhasilan belajar siswa tunanetra.
Terdapat empat prinsip dalam pembelajaran bagi anak tunanetra bila
dibandingkan anak awas pada umumnya Subagya (2004), yakni: 1)
melakukan duplikasi, dengan mengambil seluruh materi dan strategi
pembelajaran pada anak awas ke dalam pembelajaran pada anak tunanetra
tanpa melakukan perubahan, penambahan, dan pengurangan apapun; 2).
melakukan modifikasi terhadap materi, media dan strategi pembelajaran baik
sebagian atau keseluruhan materi, media, prosedur dan strategi pembelajaran
yang dipergunakan pada pembelajaran anak awas dimodifikasi, sedemikian
rupa sehingga baik materi, media, dan strategi pembelajarannya sesuai
dengan karakteristik anak; 3). melakukan substitusi, dengan mengganti
materi, media, dan strategi pembelajaran yang berlaku pada pembelajaran
3
pelajaran menggambar diganti dengan apresiasi seni suara atau sastra; 4).
melakukan omisi, dengan menghilangkan materi tertentu yang berlaku pada
pembelajaran anak awas, apabila ketiga prinsip di atas sudah tidak dapat
dilakukan.
Pada hakekatnya belajar tidak lebih dari sekedar mengingat, akan
tetapi merupakan kegiatan yang lebih kompleks dari itu. Karena bagi siswa,
untuk benar-benar mengerti dan menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus
bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri
dan selalu bergulat dengan ide. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan
sejumlah informasi ke benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar
konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa
(Nur dan Wulandari 2000). Hal ini menjadi kendala bagi siswa pada
umumnya, khususnya bagi siswa tunanetra karena keterbatasan indera yang
dimilikinya, dan oleh karena itu strategi pembelajaran juga dirasakan sangat
diperlukan agar mereka dapat mengikuti proses pembalajaran dengan baik.
Pembelajaran matematika merupakan bagian integral dari pendidikan
nasional, dan memegang peranan penting bagi perkembangan ilmu dan
teknologi. Sepanjang jaman matematika selalu memberi kontribusi yang
cukup bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan peradaban umat
manusia. Oleh karenanya guru-guru bidang studi matematika perlu
membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat
dalam menghadapi tantangan masa depan yang penuh dengan persaingan.
Sehubungan dengan itu matematika sebagai ilmu dasar, baik ditinjau dari
aspek terapan maupun penalarannya mempunyai peranan yang sangat penting
dalam penguasaan ilmu dan teknologi.
Khusus bagi anak tunanetra dalam menyelesaikan permasalahan
matematika tidak dapat diperoleh secara lengkap dan utuh, sehingga
perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat jika
dibandingkan dengan anak-anak awas pada umumnya. Hal ini disebabkan
perkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan, tetapi
4
rangsang atau informasi akan diterima dan diolah di otak, sehingga timbul
persepsi dan pengertian tertentu terhadap rangsang tersebut. Dengan
demikian anak tunanetra memiliki keterbatasan atau bahkan ketidakmampuan
menerima rangsang atau informasi dari luar melalui indera penglihatannya,
mereka hanya memanfaatkan indera-indera lainnya, khususnya indera
pendengarannya sebagai saluran utama penerima informasi. Berdasarkan
suara seseorang hanya akan mampu mendeteksi dan menggambarkan tentang
arah, sumber, jarak suatu obyek informasi, tetapi ukuran dan kualitas ruangan
mereka tidak mampu memberikan gambaran yang kongkrit mengenai bentuk,
kedalaman, warna, dan dinamika perubahannya. Namun demikian
berdasarkan pengalaman beberapa guru pembimbing khusus bagi anak
tunanetra di SLB, banyak keluhan guru kelas dan para orang tua mengenai
sulitnya belajar matematika.
Anak kelas IV tingkat Sekolah Dasar memiliki pemahaman dasar
operasi hitung utamanya operasi hitung bilangan bulat, pemahaman itu
ditandai dengan kemampuan dalam menyelesaikan soal yang diberikan
dengan benar dan mencapai kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran
matematika. Hal ini berbeda dengan anak tunanetra kelas IV tingkat dasar
SLB A, mereka mempunyai kendala dalam pemahaman konsep operasi
hitung bilangan bulat, sehingga memerlukan upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut bagi anak tunanetra.
Tujuan umum diberikannya mata pelajaran matematika pada siswa
tunanetra di tingkat SLB Bagian A adalah untuk mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu
berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional,
kritis, cermat, dan efektif, walaupun mereka berada dalam keterbatasan
indera yang dihadapinya. Hal itu menjadi acuan bahwa mata pelajaran
matematika pada umumnya dan operasi hitung khususnya begitu penting
diberikan siswa, walaupun sebagian besar orang memandangnya sebagai mata
pelajaran yang sulit, akan tetapi semua orang harus mempelajarinya karena
5
Bertitik tolak dari kenyataan di lapangan seperti tersebut di atas, guru
memegang peranan yang sangat menentukan dalam proses pembelajaran,
guru perlu menguasai bahan ajar, strategi pembelajaran yang dapat
mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan topik yang akan
diajarkan, sehingga materi yang akan disampaikan dapat mudah dipahami
siswa (khususnya anak tunanetra), serta dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Tidak kalah pentingnya perlu dipertimbangkan oleh guru, bagaimana
memberikan umpan balik, memilih alat peraga, metode permainan yang
menarik minat belajar siswa, menggugah semangat dan motivasi belajar,
sehingga siswa merasa senang dalam mempelajari matematika, tidak
terkecuali siswa tunanetra.
Berbagai usaha dan upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan operasi hitung pada kelas IV ke bawah SLB A, baik oleh
guru-guru SLB A maupun beberapa peneliti yang konsens pada permasalahan ini,
antara lain :
1. Susanto (2009), meneliti tentang proses berpikir anak tunanetra kelas IV
dalam menyelesaikan operasi aljabar, dan menyimpulkan bahwa anak
tunanetra menggunakan strategi penyelesaian masalah dengan
menggunakan cara coba-coba (trial and error) yang diperoleh dari hasil
pemikirannya secara lisan, dan mereka enggan menggunakan strategi
yang lain (misalnya membuat model), dan ini disebabkan oleh kesulitan
mereka dalam menulis secara sistematis dalam bentuk huruf Braile dan
menuliskannya dengan ringlet, serta anak tunanetra lebih cocok memilih
cara yang dipilihnya sendiri.
2. Dessy H. dan kawan-kawan (2011) meneliti tentang pengaruh metode
jarimatika terhadap prestasi belajar matematika tunanetra SD SLB Negeri
1 Pemalang, mereka menyimpulkan bahwa metode jarimatika dapat
metode alternatif untuk belajar berhitung, dan ada pengaruh yang
signifikan dari metode itu terhadap prestasi belajar siswa tunanetra.
3. Kurniadi, D. (2007) melakukan lokakarya penerapan pelatihan tindakan
6
(SLB A) Wilayah Bandung Timur, untuk membantu guru-guru SLB A
dalam memecahkan masalah yang timbul di kelas, antara lain :
bagaimana pendekatan realistik dalam pembelajaran soal cerita melalui
diskusi, bagaimana model pembelajaran realistik pada soal cerita melalui
diskusi.
Adanya permasalahan yang berkaitan dengan pemahaman dasar
operasi hitung dalam mata pelajaran matematika pada siswa tunanetra
diasumsikan dapat berdampak pada pemahaman konsep pembelajaran
matematika, maka meningkatkan peran guru dalam proses pembelajaran
matematika merupakan suatu upaya yang harus dilakukan agar tujuan dan
target pembelajaran tercapai secara optimal, dan perlu juga disimak apakah
strategi pembelajaran operasi hitung yang selama ini dilakukan sesuai dengan
strategi pembelajaran pada siswa tunanetra pada umumnya.
Dari beberapa penelitian tersebut di atas jika disimak dengan seksama
semuanya akan bermuara pada bagaimana sebaiknya strategi yang tepat harus
dilakukan dalam pembelajaran matematika untuk siswa tunanetra, karena dari
model pembelajaran, metode pembelajaran, rencana pembelajaran semuanya
diturunkan dari bagaimana merancang strategi pembelajaran matematika yang
tepat untuk anak tunanetra. Dengan demikian dalam proses pembelajaran
operasi hitung, khususnya untuk siswa tunanetra, perlu dirancang strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dikelas IV. Rancangan ini
harus dapat memotivasi belajar siswa, siswa merasa nyaman, nikmat, senang,
dan percaya diri dalam belajar matematika, khususnya dalam mempelajari
operasi hitung bilangan bulat. Dalam rancangan ini juga perlu dievaluasi
untuk mendapatkan masukan yang bermanfaat untuk guru dalam merancang
strategi pembelajaran, yang akhirnya akan berdampak positip bagi hasil
belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran operasi hitung bilangan bulat.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, peneliti ingin mengkaji lebih
dalam mengenai “Strategi Pembelajaran Operasi Hitung Pada Siswa
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Tidak berfungsinya indera penglihatan pada siswa tunanetra merupakan
faktor penyebab yang utama kurangnya pemahaman mereka terhadap
materi mata pelajaran matematika.
2. Siswa tunanetra mengalami keterlambatan dalam pembelajaran
matematika pada umumnya, khususnya mengenai operasi hitung
(penjumlahan, pengurangan) bilangan bulat pada siswa Kelas IV SLB A.
3. Diduga strategi pembelajaran yang digunakan siswa tunanetra Kelas IV
SLB A dalam mata pelajaran operasi hitung tidak sesuai dengan
kebutuhan siswa dalam memahami dan menyelesaikan opersi hitung
bilangan bulat.
C. Batasan Masalah Penelitian
Agar penelitian ini dapat lebih terfokus terhadap masalah penelitian,
maka batasan masalah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengungkap hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menerapkan
strategi pembelajaran operasi hitung dibidang operasi hitug bilangan
bulat siswa tunanetra kelas IV SLB A.
2. Merancang strategi pembelajaran operasi hitung bilangan bulat yang
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa tunanetra kelas IV SLB A.
D. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi
pembelajaran operasi hitung pada siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A
Pajajaran Bandung?. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan dalam
8
1. Apakah strategi pembelajaran operasi hitung saat ini sesuai dengan
kebutuhan siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran
Bandung?.
2. Pertimbangan-pertimbangan apa saja yang harus diperhatikan dalam
menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung bagi siswa tunanetra
kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung?.
3. Rancangan strategi pembelajaran operasi hitung seperti apakah yang
sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A
Pajajaran Bandung?.
4. Bagaimana hasil validasi alat strategi pembelajaran operasi hitung siswa
tunanetra di SLB Negeri A Pajajaran Bandung?.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran yang objektif mengenai rancanagan strategi
pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra di kelas IV SLBN A Pajajaran
Bandung . Adapun tujuan khusus dari penelitian ini nantinya peneleti akan
mendapatkan hasil:
1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran operasi hitung siswa
tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung saat ini.
2. Untuk mengetahui beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung bagi siswa
tunanetra kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung.
3. Untuk mengetahui hasil validasi alat bantu strategi pembelajaran
operasi hitung yang akan dicobakan pada siswa tunanetra kelas IV di
9
F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
informasi yang bermanfaat bagi guru, dalam menerapkan strategi
pembelajaran operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan siswa
tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung khususnya dan
SLB A pada umumnya.
2. Bagi Sekolah:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
aplikatif bagi sekolah yang memiliki siswa tunanetra. Dan sebagai
masukan untuk menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung yang
tepat dalam pembelajaran matemetika bagi siswa tunanetra.
G. Definisi Konsep
Untuk menghindari adanya kesalahan pahaman mengenai istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memberikan penjelasan istilah
yang digunakan yaitu :
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. (Kemp dalam Sanjaya, 2008).
Strategi pembelajaran terdapat suatu rencana atau tindakan (rangkaian
kegiatan) yang didalamnya termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini strategi pembelajaran yang dimaksud adalah
serangkaian kegiatan guru dalam pembelajaran meliputi menyusun
rencana program pembelajaran, metode pengajaran evaluasi siswa dan alat
10
2. Operasi Hitung
Operasi hitung adalah konsep yang mendasari operasi hitung dasar yang
meliputi penjumlahan (penambahan), pengurangan, perkalian dan
pembagian. (Caniago, 2011).
Dalam penelitian ini operasi hitung dibatasi dalam penjumlah dan
pengurangan. Penjumlahan, yaitu operasi hitung untuk memperoleh dua
bilangan bulat atau lebih. Pengurangan, yaitu operasi hitung untuk
memperoleh selisih dari dua bilangan atau lebih.
3. Tunanetra
Tunanetra adalah mereka yang mempunyai kombinasi ketajaman
penglihatan hampir kurang dari 0,3 (60/200) atau mereka yang mempunyai
tingkat kelainan fungsi penglihatan yang lainnya lebih tinggi, yaitu mereka
yang tidak mungkin atau berkesulitan secara signifikan untuk membaca
tulisan atau ilustrasi awas meskipun dengan mempergunakan alat bantu
kaca pembesar (Nakata dalam Rahardja, 2010;8).
Strategi pembelajaran operasi hitung pada siswa tunanetra dalam
penelitian ini yaitu rencana kegiatan guru dalam pembelajaran operasi hitung
bagi siswa tunanetra. Rencana kegiatan guru meliputi persiapan mengajar
dalam menyusun program, melaksanakan program, melakukan evaluasi dan
penggunaan alat bantu yang mendukung dalam pembelajaran operasi hitung
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode dan teknik pengumpulan data merupakan faktor yang sangat
penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Metode
penelitian adalah cara berfikir dan bertindak yang dipersiapkan dengan baik untuk
melakukan suatu penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian sebagaimana
yang direncanakan.
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan sifat data dalam penelitian ini maka digunakan metode
deskriptif. Terkait dalam penelitian ini, maka penelitian deskriptif ini
digunakan untuk memperoleh informasi yang mendalam kemudian
dilakukan analisis dan menggambarkan Strategi Pembelajaran Operasi
Hitung Siswa Tunanetra Kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung.
Whitney dalam Nasir (2009: 54), menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif
berusaha untuk mendekripsikan dan menginterpretasikan data yang ada,
mengenai kondisi dan hubungan yang ada, proses yang sedang berlangsung
akibat efek yang tengah terjadi, dan sesuai untuk bisa mengungkap berbagai
fenomena di lapangan yang terkait dengan penelitian. Tujuan dari penelitian
deskripsi adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki kedudukan (status) fenomena atau
faktor dan melihat hubungan antar satu faktor dengan faktor yang lain.
Penelitian deskriptif ini diarahkan untuk mengidentifikasi situasi
pada waktu penyelidikan (investigasi) dilakukan, melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam situasi menurut Nasution (1992). Dari kepustakaan tersebut juga dijelaskan karakteristik penelitian deskriptif
39
1. Penelitian deskriptif menuturkan sesuatu secara sistematis tentang data atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat, serta menganalisis dan menginterpretasikan data yang ada;
2. Penelitian deskriptif lebih menekankan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting), ia mencari teori (Hypothesis-generating) dan bukan menguji teori (Hypothesis-testing), serta heuristic bukan verivikatif;
3. Terdapat beberapa jenis penelitian deskriptif, antara lain: studi kasus (case study), survei, studi peningkatan (development study), studi perkembangan (longitudinal study), studi tindak lanjut (follow-up studies), analisis dokumen (document analysis), analisis kecenderungan (trend analysis), analisis tingkah laku (behavior analysis), studi waktu dan gerak (time and motion studies), dan studi korelasional (correlational study).
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa substansi penelitian ini tidak dirancang untuk
menguji hipotesis, tetapi hanya mendeskripsikan
kecenderungan-kecenderungan fenomena-fenomena simbolik dan merefleksikan secara apa
adanya, sehingga penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitan yang
menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengutamakan teknik studi
deskriptif.
Studi deskriptif dalam penelitian ini merupakan studi eksplorasi yang
difokuskan pada penelaahan subjek dan lokasi penelitian sebagai pra-kondisi
dalam memperoleh informasi tentang strategi pembelajaran operasi hitung
siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung saat ini. Data
berkaitan dengan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang
strategi pembelajaran operasi hitung bagi siswa tunanetra kelas IV di SLB
Negeri A Pajajaran Bandung. Kebutuhan informasi untuk merancang strategi
pembelajaran operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra
kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Untuk memperoleh data hasil
validasi rancangan strategi pembelajaran pada siswa tunanetra kelas IV
40
Penelitian pada dasarnya merupakan alat untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Dalam usaha untuk
mengejar atau memperoleh kebenaran diperlukan suatu cara pendekatan pada
fakta-fakta empiris agar dapat dipahami dalam suatu keteraturan. Pendekatan
biasanya dimaksudkan dengan arah atau cara yang diambil untuk menuju
sesuatu sasaran. Dalam pengertian yang lebih luas pendekatan juga dapat
diartikan sebagai to come near to in any sense atau jalan yang diambil untuk
melakukan sesuatu. Pendekatan-pendekatan yang dipilih biasanya berasaskan
teori-teori atau generalisasi tertentu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah Sugiyono
(2010:9). Selain itu, masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara,
tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di
lapangan Sugiyono (2010: 238).
Berdasarkan fokus, tujuan, subjek penelitian dan karakteristik data
maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bertujuan
untuk mengkaji permasalahan dan memperoleh informasi/data yang lebih
mendalam mengenai strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra
kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung saat ini. Data berkaitan dengan
beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang strategi
pembelajar operasi hitung bagi siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A
Pajajaran Bandung. Kebutuhan informasi untuk merancang strategi
pembelajaran operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan pada siswa
tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Padjadjaran Bandung. Untuk mengetahui
data hasil validasi rancangan strategi pembelajaran pada siswa tunanetra
kelas IV SLBN A Pajajaran Bandung.
Penelitian ini menggunakan paradigma alamiah (naturalistic
paradigm) dengan pendekatan penelitian kualitatif. Dengan menggunakan
paradigma alamiah dan pendekatan kualitatif serta jenis penelitian deskriptif
41
dari kerangka acuan si pelaku sendiri. Melalui pendekatan ini, diharapkan
terangkat gambaran mengenai aktualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran
penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal sehingga dapat
memberikan gambaran yang otentik terhadap apa yang terjadi serta
bagaimana mereka memahami kejadian-kejadian tersebut.
Teknik penelitian melalui pengungkapan banyak cerita yang bersifat
ideosinkratis namun penting, yang diceritakan oleh orang-orang yang ada
dilapangan, tentang peristiwa-peristiwa nyata dengan cara-cara yang
alamiah. Karena itu akan diusahakan keterlibatan peneliti, namun tanpa
intervensi terhadap variabel-variabel proses yang sedang berlangsung apa
adanya. Penelitian ini disebut penelitian naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa manipulasi yang diatur dengan eksperimen atau test.
Dengan penelitian ini maka apa yang terlaksana dilapangan,
dianalisis dan dievaluasi berdasarkan suatu kriteria tertentu sesuai dengan topik permasalahan yang menjadi fokus. “Dalam hal ini masalah penelitian merupakan fokus penelitian”, (Nasution 2002). Selanjutnya Nasution (2002), mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berintegrasi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.
Lebih jauh ciri-ciri pokok dari penelitian kualitatif (Qualitative Inquiry)
dijelaskan sebagai berikut :
1. Sumber data: situasi yang wajar atau “natural setting”, data dikumpulkan berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya. Peneliti berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian atau memegang peranan utama sebagai alat penelitian. Karena sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.
42
4. Mementingkan proses maupun produk, sehingga juga memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu. 5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga
dapat memahami masalah atau situasi.
6. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Peneliti sendiri terjun langsung ke lapangan mengadakan observasi atau wawancara.
7. Triangulasi: membandingkan data atau informasi yang sama dengan cek silang menggunakan metode berbeda untuk mencegah subjektivitas.
8. Menonjolkan rincian kontekstual. Data tidak dipandang lepas-lepas tetapi saling berkaitan dan merupakan suatu keseluruhan atau struktur.
9. Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti.
10. Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.
11. Verifikasi: antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif. Maksudnya untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi tingkat kepercayaannya yang mencakup situasi yang lebih luas, sehingga apa yang semula tampak berlawanan akhirnya dapat diliputi dan tidak lagi mengandung aspek-aspek yang tidak sesuai. 12. Sampling yang purposif bukan random atau acak tetapi dipilih
menurut tujuan penelitian.
13. Menggunakan “audit trail”: yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.
14. Partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh situasi yang “natural” atau wajar.
15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Disain penelitian tampil dalam proses penelitian, bersifat “emergent, envolving, developing”, artinya tidak tetap.
16. Disain yang telah dibuat harus di disain kembali. Peneliti tidak perlu terikat pada rumusan semula dan dapat mengubahnya kembali bila diperoleh data baru.
Dari pendapat di atas nampak bahwa penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang memerlukan kecermatan dalam pelaksanaannya, hal ini tidak
lain karena setting alamiah perlu tetap terjaga agar data yang diperoleh dapat
benar-benar menunjukkan kondisi lapangan yang sebenarnya. Selain itu
analisis dilakukan bersifat induktif dari hal-hal khusus berdasarkan fakta
43
keseluruhan kejadian yang bersifat holistik, serta data yang dikumpulkan
merupakan data yang berkategori kualitatif.
Di samping itu penelitian kualitatif juga menunjukkan suatu
penelitian yang menunjukkan penggunaan manusia sebagai alat dalam
pengumpulan data dengan titik berat kepada proses ketimbang hasil dari
suatu fenomena lapangan dan karena apa yang terjadi di lapangan banyak
yang sulit atau tidak mungkin diperkirakan sebelumnya maka desain
penelitian ini bersifat fleksibel dalam arti memungkinkan untuk berubah
sesuai dengan perkembangan yang terjadi.
Penelitian kualitatif tidak hanya mengumpulkan data, tetapi
merupakan pendekatan dunia empiris, seperti yang dijelaskan oleh Bogdan
dan Taylor dalam Moleong (2013: 4), bahwa ”metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Selanjutnya Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2012: 13) menjelaskan bahwa “karakteristik dari penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), langsung ke sumber data dan peneliti adalah
instrumen kunci, lebih bersifat deskriptif dengan data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka”.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Adapun pemilihan sekolah untuk menjadi lokasi penlitian dilatar
belakangi oleh:
1. SLB ini merupakan sekolah khusus yang menangani siswa tunanetra.
2. SLB ini sebagai pengambilan data tentang strategi pembelajaran operasi
hitung pada siswa tunanetra.
Subjek dari penelitian ini adalah tiga orang guru, dan delapan siswa
dengan kebutuhan khusus tunanetra. Tiga guru yang dipilih sebagai guru yang
bertanggung jawab lansung kepada siswa tunanetra. Kedelapan siswa
44
merupakan siswa yang menjadi subjek berdasarkan informasi dari guru dan
pihak sekolah.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Intrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang tepat dan relevan akan
bermanfaat dalam mengungkap masalah yang akan diteliti dan sesuai
dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara, dan data
dikumpulkan pada setting alamiah.
Bila dilihat dari sumbernya, dapat menggunakan sumber primer yaitu data yang langsung memberikan langsung pada pengumpul data, dan data sekunder yakni data yang diperoleh dari sumber yang tidak langsung dari pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen Sugiyono (2012).
Berdasarkan tujuan penelitian, dan pendekatan yang digunakan serta
model penelitian maka teknik untuk mengumpulkan data dan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah teknik observasi
(pengamatan), wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi digunakan selama penelitian berlangsung untuk
mencermati beragam fenomena sejak tahap studi orientasi suasana
lingkungan penelitian hingga evaluasi hasil. Observasi yang dilakukan
dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena-fenomena yang
berkaitan dengan Strategi Pembelajaran Operasi Hitung pada Siswa
Tunanetra Kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung.
Adapun observasi tersebut bersifat langsung non partisipatori,
artinya dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara
langsung tanpa terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan sehingga
tidak mempengaruhi kealamian dari segala sesuatu yang terjadi di
45
fenomena yang berkaitan dengan Strategi Belajar Operasi Hitung
Siswa Tunanetra.
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif
obervasi (pengamatan) dimanfaatkan sebesar-besarnya, seperti
yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong
(2013:174), bahwa:
observasi didasarkan atas pengalaman langsung, observasi bisa melihat dan mengamati sendiri, memungkinkan mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung dari data, untuk menghindari data yang bias, peneliti mampu memahami situasi yang rumit, dan jika teknik komunikasi tidak memungkinkan observasi menjadi alat yang bermanfaat.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang
dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya. Metode kualitatif lebih
manusiawi karena manusia sebagai instrumen utama, peneliti
mendengarkan, berbicara, melihat, berinteraksi, bertanya, meminta
penjelasan, mengekspresikan kesungguhan, dan menangkap yang
tersirat dari semua perilaku manusia. Di dalam penelitian kualitatif
metode observasi ini sangat penting karena memungkinkan peneliti
untuk mendapatkan informasi yang lengkap sesuai dengan latar yang
dikehendaki.
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan peneliti
mengambil peran sebagai pengamat partisipan aktif, yaitu peneliti
terlibat langsung dalam proses pembelajaran matematika kelas IV
SLB Negeri A Pajajaran Bandung. Alasan peneliti menggunakan
model pengamatan ini dimaksudkan agar peran serta peneliti dapat
terwujud seutuhnya apabila membaur secara fisik dengan kelompok
komunitas yang ditelitinya. Di samping itu peran serta peneliti akan
mudah diterima kelompok komunitas yang diteliti dengan jalan
46
upaya pemecahan masalah yang dibahas dalam kegiatan manajemen
hubungan sekolah dengan masyarakat. Peneliti berusaha untuk selalu
hadir di tempat penelitian dengan maksud agar terjalin hubungan
yang akrab antara peneliti dengan informan dan lebih lanjut
diharapkan para informan tidak ragu-ragu atau bebas memberikan
informasi berkisar pada fokus penelitian. Dengan langkah tersebut
diharapkan dapat terungkap data obyektif yang terjadi di lapangan.
b. Wawancara
Selain pengamatan, untuk menjaring data digunakan teknik
wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu wawancara yang
memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan.
Teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai para
responden yang dianggap sebagai tokoh kunci dalam penelitian ini.
Peneliti menggunakan pedoman wawancara agar tidak keluar dari
fokus yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan melalui
wawancara bersifat uraian kata. Dalam penelitian ini, wawancara
ditujukan terhadap guru matematika dan siswa tunanetra di SLB
Negeri A Pajajaran Bandung.
Dengan wawancara seperti yang ditegaskan oleh Guba dan
Lincoln dalam Moleong (2013: 186) bahwa:
47
Sutrisno dalam Sugiyono (2012:138), mengemukakan
bahwa anggapan peneliti menggunakan metode wawancara adalah
sebagai berikut:
1) Bahwa subjek (informan atau responden) adalah orang yang
paling tahu dirinya sendiri.
2) Bahwa apa yang dikatakan kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya.
3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti adalah sama dengan apa yang dimaksudkan
oleh peneliti.
Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan
informasi yang berhubungan dengan pengetahuan, pengalaman,
pendapat, perasaan, latar belakang. Wawancara dilakukan secara
mendalam kepada informan kunci, dalam hal ini guru yang aktif
mengajar di kelas IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung, siswa kelas
IV SLB Negeri A Pajajaran Bandung, dan melakukan wawancara
terhadap informan lain di sekolah tersebut bila diperlukan.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah pertanyaan-pernyataan yang diajukan
peneliti kepada informan telah dipersiapkan sebelumnya dan
sebaliknya wawancara tak terstruktur adalah pertanyaan yang tidak
dipersiapkan terlebih dahulu. Wawancara terstruktur dilakukan untuk
memperoleh keterangan secara umum mengenai pelaksanaan
kegiatan proses pembelajaran di kelas IV SLB Negeri A Pajajaran
Bandung. Wawancara tak terstruktur digunakan pula apabila ada
jawaban-jawaban dari wawancara terstruktur yang berkembang
namun masih relevan dengan masalah penelitian yang dilaksanakan.
Wawancara terstruktur dilakukan untuk mengumpulkan informasi
48
a) Strategi pembelajaran operasi hitung siswa tunanetra kelas IV di
SLB Negeri A Pajajaran Bandung saat ini.
b) Data berkaitan dengan beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam merancang strategi pembelajaran operasi hitung pada
siswa tunanetra kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung.
c) Kebutuhan informasi untuk merancang strategi pembelajaran
operasi hitung yang sesuai dengan kebutuhan siswa tunanetra
kelas IV di SLB Negeri A Pajajaran Bandung.
d) Untuk memperoleh data hasil validasi rancangan strategi
pembelajaran pada siswa tunanetra kelas IV SLB NEegeri A
Pajajaran Bandung.
c. Dokumentasi
Guna melengkapi data yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara maka peneliti menggunakan dokumentasi. Dokumen
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sugiyono (2011: 326)
mengemukakan bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu”. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk karya-karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung dan
lain-lain.
Mengutip pendapat Guba dan Lincoln dalam Moleong
(2013: 217), yang menyatakan bahwa:
49
Untuk menentukan dokumen yang tepat dan mendukung
pelaksanaan penelitian, maka peneliti akan melakukan telaah
terhadap keaslian dokumen, kebenaran isi dokumen itu dan
menentukan relevan tidaknya isi dari dokumen yang dimaksud
dalam penelitian. Secara rinci yang dikumpulkan melalui dokumen
adalah : (1) Gambaran umum sasaran penelitian, (2) Identitas guru,
guru pemandu mata pelajaran, dan Pembina, (3) Notulen kegiatan
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, (4)
Program-program kegiatan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat,
dan (5) Catatan penting lainnya yang terkait dengan kegiatan
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.
2. Instrumen Penelitian
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Sesuai
metode dan karakteristik penelitian kualitatif, maka instrumen penelitian
untuk penggalian data adalah peneliti sendiri dibantu oleh pedoman
wawacara secara terbuka. Ia berperan sebagai perencana, pelaksana
pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelapor hasil penelitiannya. Pengertian peneliti sebagai instrumen disini
karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Sehingga
di dalam penelitian ini, peneliti berupaya seoptimal mungkin untuk
mempelajari, memahami, mendalami dan menerapkan hal-hal seperti
tersebut di atas. Dengan demikian diharapkan data yang terkumpul
memiliki tingkat kepercayaan yang cukup meyakinkan peneliti sehingga
hasil penelitian yang diperoleh memenuhi syarat untuk penelitian
kualitatif.
Peneliti sebagai instrumen penelitian atau memegang peranan
utama sebagai alat penelitian. Karena sebagai instrumen dapat
memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka,
50
perbuatan responden. Nasution dalam Sugiono (2011), menjelaskan
bahwa:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai intrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti, masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hsil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri, maka
peneliti harus memiliki kesiapan ketika melakukan penelitian, mulai dari
tahap persiapan sebelum ke lokasi, maka peneliti ketika akan kegiatan
dilakukan, maka sebagai pedoman dalam melakukan penelitian sebagai
intrumen utama dalm menjarin data, peneliti menggunakan intrumen
pengumpulan data berupa pedoman wawancara, observasi dan
dokumentasi untuk mendukung hasil wawancara dan observasi.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya dapat dijabarkan dalam bentuk
kisi-kisi instrument penelitian yang peneliti susun berdasarkan dari
rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang kemudian peneliti
perjelas ke dalam aspek dan indikator seperti dalam tabel 3.1 sebagai
51
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
STRATEGI PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG PADA SISWA TUNANETRA KELAS IV SLB NEGERI A PAJAJARAN BANDUNG
No Pertanyaan
Penelitian Aspek Indikator Informan
Tehnik
Penyiapan alat yang dibutuhkan
52
1 2 3 4 5 6
3. Penilaian Siawa Evaluasi yang dikembangkan
Waktu pelaksanaan evaluasi
Kerja sama guru dalam memberikan nilai
4. Kendala-kendala Faktor pemghambat
Faktor pendukung
1. Pemahaman guru terhadap
kondisi siswa.
Pemahaman guru terhadap
kebutuhan siswa dan pemahaman
strategi guru dalam strategi belajar.
Latar belakang pendidikan guru
Pengalaman lamanya guru
Strategi belajar didukung oleh
ketersediaan sarana/media
53
1 2 3 4 5 6
yang tidak dimiliki oleh sekolah
Alat- alat yang dibutuhkan siswa
3. Penerapan materi Penerapan materi
Kenyamanan mengerjakan operasi
hitung bilangan bilangan bulat
Kesesuaia materi
4. Penguasaan materi Tingkat kesulitan
Tingkat pengusaan
1. Strategi rancangan materi Perencanaan rancangan strategi
54
Dapat membawa dampak bagi dan guru
d. Rekomendasi terhadap rancangan
55
1 2 3 4 5 6
Rencana Program Pembelajaran.
56
D. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen
pribadi, dokumen resmi. Data yang telah terkumpul tersebut diolah sesuai
dengan kaidah pengolahan data yang relevan dengan pendekatan penelitian
kualitatif. Bogdan & Biklen dalam Moleong (2013: 248), menjelaskan bahwa “analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja sama dengan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, dan selanjutnya menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain”. Sementara itu menurut Seiddel masih dalam
Moleong (2013: 248), menjelaskan bahwa “analisis data merupakan proses
mencatat sebagai catatan lapangan, diberi kode agar sumber datanya mudah
ditelusuri, mengumpulkan, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat
ikhtisar, dan membuat indeks, dan selanjutnya berpikir dengan jalan membuat
kategori data agar mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum”. Sedangkan Miles
dan Huberman (1992), mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya menjadi jenuh”. Aktivitas dalam analisis data itu
menurutnya dibagi menjadi tiga proses sebagai berikut:
a. Reduksi data: data yang dikoleksi dari lapangan cukup banyak dan perlu
dicatat secara teliti dan rinci, kemudian merangkum dan memilih hal-hal
yang pokok dan fokus pada hal-hal yang penting, mengkategorisasikan,
serta dicari tema dan polanya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan
dipandu oleh tujuan yang akan dicapai, yakni temuan yang dipandang
asing, tidak dikenal, dan belum memiliki pola, dan itu harus dijadikan
perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Misalnya dalam
penelitian ini, setelah peneliti memasuki setting sekolah sebagai tempat
penelitian, dalam mereduksi data peneliti akan memfokuskan pada siswa
57
pada aspek strategi belajar, perilaku sosial di kelasnya, interaksi dengan
teman dan gurunya di kelas.
b. Penyajian data: setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah
penyajian data baik dalam bentuk teks naratif maupun dalam bentuk
tabel, grafik, phie chard, network (jejaring kerja) atau pictogram agar
data dapat terorganisasikan dengan baik, tersusun dalam bentuk
hubungan sehingga mudah dipahami. Karena fenomena sosial bersifat
kompleks dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat
memasuki lapangan dan setelah berlangsung di lapangan akan
mengalami perkembangan data. Untuk itu peneliti harus menguji apa
yang ditemukan pada saat memasuki lapangan ternyata hipotesis yang
dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di
lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi: kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya, akan tetapi bila kesimpulan awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
bersifat kredibel. Sehingga kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin saja dapat menjawab rumusan masalah atau mungkin saja tidak.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada, temuan itu dapat berupa deskripsi suatu
obyek yang sebelumnya masih bersifat abu-abu akan menjadi jelas
setelah diteliti, apakah merupakan hubungan kausal, hipotesis atau teori.
E. Teknik Keabsahan Data
Sebagai tehnik keabsahan data mempunyai tujuan untuk menetapkan
keabsahan (trustworthiness) suatu data. Pelaksanaan pemeriksaan keabsahan
data itu sendiri didasarkan pada kriteria yang digunakan dalam suatu
58
keabsahan data didasarkan atas empat kriteria, yakni : derajad kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability)”.
“Pencapaian keabsahan data menggunakan derajad kepercayaan (crebility) dapat menggunakan teknik pemeriksaan data, yakni: perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan atau keajegan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan
teman sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan anggota,
uraian rinci, dan auditing” (Moleong, 2013: 327). Namun dalam penelitian
ini, dengan pertimbangan untuk keefektifan dan efisiensi pemeriksaan
keabsahan data, maka peneliti hanya memilih triangulasi dan pemeriksaan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi, maka penelitian
strategi pembelajaran operasi hitung pada siswa tunanetra SLB Negeri A
Pajajaran Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan strategi pembelajaran operasi hitung di kelas IV di
SLBN A Pajajaran, tidak ada yang salah dengan rancangan strategi
pembelajaran yang dibuat oleh guru, bahwa sarana yang tersedia cukup
lengkap untuk membantu siswa dalam kebutuhan sehari-harinya dalam
mengerjakan soal matematika. Guru juga menyiapkan alat-alat paraga
sebelum proses kegiatan belajar mengajar, yang sesuai dengan
karakteristik siswa dalam hal memahami konsep bilangan, guru sudah
menyiapkan alat peraga yang bisa mendukung dalam proses belajar
operasi hitung bilangan bulat di kelas IV. Hanya saja dalam proses KBM
perlu adanya rekayasa sistem lingkungan yang mendukung siswa,
perangkat pembelajaran yang perlu disesuiakan dengan karakteristik
siswa dan seperangkat keterampilan yang perlu dikuasai, menciptakan
kondisi lingkungan yang kondusif termasuk penyediaan sarana/prasarana
media, alat bantu peraga, yang perlu dimodifikasi.
2. Perlu dipertimbangkan dalam menerapkan strategi pembelajaran kepada
siswa tunanetra guru perlu mengetahui kebutuhan siswa di kelas dalam
hal memahami karakteritik siswa dengan memperhatikan
keterbatasannya, memahami kondisi siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran atau dalam proses KBM, kerja guru harus disesuiakan
dengan berkebutuhan khusus untuk hambatan penglihatan (Tunanetra).
Oleh karena itu, apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diekspresikan oleh siswa (respons) harus dapat di amati dan diukur.
3. Rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilakukan
122
bisa disesuikan dengan kondisi siswa penggunaan sistem baca tulis
braille, alat bantu dan bentuk dimodifikasi yang bisa diraba oleh siswa
tunanetra kertas yang berukuran 30cm x 20cm yang berbahan dari
karton/kertas continus from yang biasa dipakai untuk print Brille.
4. Validasi dengan Expert Judgment terhadap alat bantu pembelajaran pada
operasi hitung bilangan bulat yang telah dikembangkan bagi siswa
tunanetra di SLBN A Pajajaran bahwa: a) dari aspek tingkat kualitas isi
dari alat bantu peraga, dapat dijadikan sebagai alat bantu alternatif dalam
pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Isi dan tujuan dapat
dijadikan pelengkap penyampaian materi operasi hitung bilangan bulat
bagi siswa, b) dari aspek tingkat kebutuhan siswa pada operasi hitung
bilangan bulat yang telah dikembangkan akan membawa dampak yang
positif karena siswa bisa lebih fokus menerima materi yang disampikan
guru, c) dari aspek tingkat kualiatas RPP dapat lebih membantu guru dan
siswa dalam proses KBM dan siswa lebih memahami konsep bilangan
dalam hal garis bilangan yang dirubah menjadi alat bantu peraga yang
telah dimodifikasi dan setelah diperbaiki berdasarkan rekomendasi yang
telah dikembangkan dan mudah digunakan oleh siswa.
B. Rekomendasi
Bagi guru:
1. Sebaiknya para guru yang mengajar di kelas, untuk mengembangkan
pembelajaran di kelas perlu disediakan alat bantu/media/sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh siswa. Media atau alat bantu yang telah
dikembangkan untuk anak yang berkebutuhan khusus, kebutuhan bahan,
jenis, dan bentuk alat peraga yang berbeda dapat membantu siswa dalam
pembelajran, karena mengingat karakteristik siswa yang berbeda-beda,
gaya belajar yang berbeda, dan pemahaman materi yang berbeda dan
123
Bagi sekolah:
2. Pihak sekolah harus memfasilitasi agar waktu khusus untuk yang
digunakan untuk menyiapkan perangkat pembelajaran utamanya alat
bantu yang bisa di modifikasi digunakan sebagai bahan ajar yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.
Chaniago, Amran YS. (1995). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Caniago, R. (2011) Operasi Hitung Dasar Matematika, Tersedia online:
http://best-profesi.blogspot.com/2011/12/operasi-hitung-dasar-matematika.html. Diakses tanggal 3 Januari 2014.
Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Dessy, H. Zainal A dan Jati A. (2011). Pengaruh Metode Jaritmatika Terhadap Prestasi Belajar Tunanetra SD SLB Negeri Pemalang. [Online]
tersedia:http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2880 [25 Februari 2012]
Gintings A. (2010). Belajar dan Pembejaran. Bandung: Humaniora
Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ismunanto, (2011) Ensiklopedia Matematika. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi
Johnsen B.H dan Skjorten M.D (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung: Unipud Forlaq.
Kurniadi, D (2007), Alternatif Penerapan Pelatihan Tindakan Kelas Pada Bidang [Online] Studi Matematika SD bagi Guru-guru SLB A Wilayah Bandung Timur.[Online]
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195603221 982031-DEDY_KURNIADI/ULASAN/Penelitian_Tindakan_Kelas.pdf [21 April 2013]
Kusuma D. (2012). Tunanetra (Hambatan Dalam Penglihatan). [Online] http://dakubelajar.blogspot.com/2012/03/tunenetra-hambatan-dalam-penglihatan.html [28 Maret 2013]
125
Moleong, L.J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasir, M. (2009). Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia
Nasution, S. (1992). Metode Risearch. Bandung: Jemmard
Nasution, S. (2002). Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif. Bandung: Penerbit PT Tarsito.
Negoro,ST dan Harahap (2005). Ensiklopedia Matematika. Bogor: Chalia Indonesia.
Nur, M. dan Wulandari, P. R. (2000). Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Study Matematika dan IPA Sekolah UNESA.
Pakasi Supartina. (1970). Didaktik Berhitung. Jakarta: Bhratara.
Pertuni (2004). Anggaran Rumah Tangga Persatuan Tunanetra Indonesia. Jakarta: Pertuni.
Rahardja D. (2010) Sistem Pengajaran Modul Orientasi dan Mobilitas. Jurasan Pendidikan Luar Biasa Upi Bandung.
Rahardja,D.(2008).Ketunanetraan.[Online]
tersedia:blogspot.com/2008/09/ketunanetraan.html. [6 Juni 2013].
Rahardja,D.(2010).Ketunanetraan.[Online]
tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/Jur. Pendidikan Luar Biasa. [7 Juni 2013].
Rahyubi H. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.
Ruseffendi. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern. Bandung: Tarsito
Seifert K. (1983). Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Jokjakarta: IRCisoD
Silver , F, Harvey & Strong W. Richard dkk (2012). Strategi-Strategi Pengajaran. Jakarta, PT. Indeks