PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU KEKERASAN
DI KALANGAN PELAJAR
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Kedokteran Keluarga
Oleh:
Fransiska Septiana Sulistyowati S541302040
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU KEKERASAN
DI KALANGAN PELAJAR
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Kedokteran Keluarga
Oleh:
Fransiska Septiana Sulistyowati S541302040
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan
segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan ususlan tesis yang
berjudul “Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan terhadap Perilaku
Kekerasan di Kalangan Pelajar”. Penulisan usulan tesis ini diajukan untuk
memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat
Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Dalam penyusunan usulan tesis ini penulis banyak mengalami hambatan dan
rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang
akhirnya penulisan usulan tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini,
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM., selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga dan pembimbing II yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta dan meluangkan
waktu, pikiran , dan tenaga dalam memberikan pengarahan, bimbingan, dan
saran dalam penyusunan tesis.
4. Dr. Nunuk Suryani, M. Pd., selaku Sekretaris Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, MM., M. Kes., PAK., selaku
pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran , dan tenaga dalam
memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran dalam penyusunan tesis.
6. Seluruh dosen pengajar, karyawan dan karyawati Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Keluarga yang telah mendukung secara material dan immaterial.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa usulan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Surakarta, April 2014
Penulis
ABSTRAK
Fransiska Septiana Sulistyowati. S541302040. 2014. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, M.M., M. Kes., PAK., Pembimbing II: Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F., M. M.Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang: penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 50% dari sampel sebanyak 609 pelajar sekolah melakukan tindakan kekerasan secara verbal. Peristiwa bullying marak terjadi di Indonesia, contohnya peristiwa bullying yang terjadi di SMA Don Bosco dan SMA 70 Jakarta. Tak jarang geng sekolah juga melakukannya, seperti yang dilakukan oleh Geng Nero di Pati jumlah populasi perokok aktif terus meningkat di Indonesia. Perilaku kekerasan di kalangan pelajar dapat dipengaruhi lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan.
Tujuan: penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.
Metode: penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan jumlah sampel 104 siswa SMK Murni 1 Surakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan regresi linier ganda.
Hasil: terdapat pengaruh positif yang signifikan baik antara lingkungan sekolah dan perilaku kekerasan dengan nilai t sebesar
4,334, maupun antara pengetahuan dan perilaku kekerasan dimana dengan nilai t sebesar 3,753, terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku kekerasan, serta terdapat pengaruh positif yang signifikan antara lingkungan sekolah dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar dengan nilai F sebesar 31,764 dan memberikan kontribusi sebesar 37,4%.
Simpulan: terdapat pengaruh bersama lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.
Kata Kunci: lingkungan sekolah, pengetahuan, perilaku kekerasan di kalangan pelajar
ABSTRACT
Fransiska Septiana Sulistyowati. S541302040. 2014 Influence of the School Environment and Knowledge against Violence Behaviour among Student . THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, M. M., M. Kes., PAK., Supervisor II: Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F., M.M. Master of Family Medicine, Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta
Background: American study says that 50% of a sample of 609 high school students perform verbal violence. Events bullying rife in Indonesia, for example bullying incident that occurred at Don Bosco Senior High School and Senior High School of 70 Jakarta. Not infrequently also do school gang, as is done by gang Nero in Pati number of active smoking population continues to rise in Indonesia. Violent behavior among students can be influenced by the school environment
and konowledge of violent behavior.
Objective: the study aimed to analyze the influence of the school environment and knowledge of the violent behavior among students. Methods: This study uses cross-sectional approach. The sampling technique used is random sampling with a sample of 104 students of SMK Murni 1 Surakarta. The instrument used was a questionnaire. Analysis using multiple linear regression.
Results: There were significant positive effect between the school environment and violent behavior with t values is 4,334, and between knowledge and violent behavior in which the t value is 3.753, there is a significant positive effect between knowledge and violent behavior, and there is a positive influence significantly between the school environment and knowledge together to violent behavior among students with F value is 31,764 and accounted for 37.4%. Conclusion: there is the joints influence of the school environment and knowledge against violent behavior among students.
Keywords: school environment, knowledge, violent behavior among students
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ... iv
KATA PENGANTAR... vi A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
4. Perilaku Kekerasan ……… 14
B. Penelitian yang Relevan………. 24
C. Kerangka Berpikir……..………. 27
D. Hipotesis ……… 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Populasi dan Sampel ... 29
D. Variabel Penelitian ... 30
E. Definisi Operasional ... ... 30
F. Instrumen Penelitian... 33
G. Validitas dan Reliabilitas... 34
H. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44
B. Pembahasan ... 59
C. Keterbatasan Penelitian ... 66
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Implikasi ... 68
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Skoring Kuesioner Lingkungan Sekolah………....……… 31
Tabel 3.2 : Skoring Kuesioner Perilaku Kekerasan …….. …..………… 33
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Sekolah….….……… 33
Tabel 3.4 : Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan …………...……… 34
Tabel 3.5 : Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Kekerasan………. 34
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden berdasarkan Umur ………... 44
Tabel 4.2 : Karakteristik Responden berdasarkan Tempat Tinggal …... . 45
Tabel 4.3 : Karakteristik Responden berdasarkan Perilaku Kekerasan yang Dilakukan ………... 45
Tabel 4.4 : Satistik Deskriptif ……...……… 46
Tabel 4.5 : Uji Statistik Bivariat ……… 48
Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test…… 50
Tabel 4.7 : Hasil Uji Linieritas ……….. 51
Tabel 4.8 : Hasil Uji Multikolinieritas ……….….. 51
Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ……….…… 52
Tabel 4.10 : Hasil Uji Heterokesdastisitas ……….…….. .53
Tabel 4.11 : Hasil Uji Regresi Linier Ganda ……….….. 54
Tabel 4.12 : Hasil Uji F ……….... 55
Tabel 4.13 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ……….…. 56
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Surat Permohonan menjadi Responden
Lampiran 3 : Surat Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi
Lampiran 5 : Kuesioner
Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7 : Rekapitulasi Data untuk Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 9 : Hasil Uji Univariat
Lampiran 10 : Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Lampiran 11 : Uji Asumsi Klasik
Lampiran 12 : Hasil Kuesioner Penelitian
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah sarana untuk menimba ilmu, wawasan dan
menciptakan lingkungan pembelajaran dengan guru sebagai mediatornya
untuk menyiapkan pelajarnya menjadi penerus bangsa yang berkualitas dan
berguna bagi bangsa Indonesia. Maraknya kasus kekerasan yang terjadi di
kalangan pelajar saat ini sangat memprihatinkan pendidik dan orang tua.
Sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang nyaman, aman dan mendukung
siswa untuk berkembang secara mental, fisik, emosional dan sosial, serta
membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat
subur tumbuhnya praktek bullying, sehingga memberi ketakutan bagi anak
untuk memasukinya (Woolfolk dalam Rahmawan, 2013; Usman, 2013).
Kita sering mendengar terjadinya kasus kekerasan terjadi di
sekolah. Masa orientasi sekolah, training, dan latihan dasar kepemimpinan
sering digunakan sebagai wahana untuk melakukan bullying. Tak jarang
kasus kekerasan juga terjadi pada saat pertemanan. Bullying menjadi
persoalan yang penting yang harus ditangani secara serius. Sebenarnya
kekerasan merupakan masalah yang klasik, berkesinambungan dan
kompleks. Bullying terjadi hampir di segala aspek kehidupan baik keluarga,
sekolah, masyarakat dan dunia kerja (Abdullah, 2013).
1
Penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 50% dari sampel
sebanyak 609 pelajar sekolah melakukan tindakan kekerasan secara verbal
(Spencer dan Carter dalam Rahmawan, 2013). Peristiwa bullying marak
terjadi di Indonesia, contohnya peristiwa bullying yang terjadi di SMA Don
Bosco dan SMA 70 Jakarta. Tak jarang geng sekolah juga melakukannya,
seperti yang dilakukan oleh Geng Nero di Pati (Rohmah, 2012; Akuntono,
2011; Mujiran, 2008). Menurut Edwards (dalam Usman, 2013), perilaku
kekerasan sering terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah atas (SMA)
dikarenakan pada masa ini remaja memiliki egosentrisme yang tinggi.
Sekolah harus memiliki peraturan dan pengawasan yang konsisten
agar tercipta lingkungan yang aman dan kondusif bagi siswa untuk belajar
dan beraktivitas di dalamnya. Kurangnya pengawasan yang dilakukan pihak
sekolah akan menimbulkan masalah yang beragam termasuk terjadinya
perilaku kekerasan di sekolah (Rahmawan, 2013).
Tingkat pengawasan di sekolah akan menentukan seberapa banyak
dan seberapa sering terjadinya perilaku kekerasan. Rendahnya tingkat
pengawasan di sekolah mengakibatkan berkembangnya perilaku kekerasan di
kalangan siswa. Pengawasan sangat penting dilakukan terutama di
tempat-tempat yang kerap digunakan untuk tindakan kekerasan, contohnya di
lapangan (Novianti dalam Usman, 2013).
Perilaku kekerasan atau bullying termasuk tindakan yang sengaja
dilakukan pelaku pada korbannya, yang bertujuan untuk mengganggu orang
faktor individu yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku kekerasan.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku bullying maka
akan dapat meminimalkan terjadinya perilaku bullying di kalangan siswa
(Usman, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan
terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan di
kalangan pelajar ?
2. Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di
kalangan pelajar?
3. Apakah ada pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan pengetahuan
terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap
perilaku kekerasan di kalangan pelajar .
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku
kekerasan di kalangan pelajar.
b. Menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di
kalangan pelajar.
c. Menganalisis pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan
pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung
teori yang sudah ada tentang pengaruh lingkungan sekolah dan
pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada sekolah
untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan pengawasan terhadap perilaku
kekerasan dalam upayanya untuk meminimalkan perilaku kekerasan yang
terjadi di sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Lingkungan
Lingkungan adalah kesatuan ruang suatu benda, daya , keadaan dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Menurut Hadi (2005), aspek lingkungan meliputi :
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan yang pertama berhubungan dengan anak adalah
orang tua, saudara atau kerabat dekat yang tinggal serumah.
Lingkungan keluarga merupakan bentuk kecil dari masyarakat dan
kehidupannya, dimana pandangan anak dalam masyarakat akan
dipengaruhi oleh pola dalam keluarga tersebut (Hadi, 2005).
Keluarga merupakan kunci penting anak dalam berperilaku
karena di dalam keluarga inilah norma dan nilai akan ditanamkan
kepada anak. Di dalam keluarga, anak diajarkan kemampuan untuk
menahan perilaku negatif yang akan diterimanya dalam pergaulan.
Perlakuan yang diterima anak dalam keluarga baik dari orang tua
maupun saudara turut membentuk perilaku anak di sekolah maupun
masyarakat. Oleh karena itu, sudah merupakan keharusan untuk
membentuk iklim keluarga yang kondusif bagi pembentukan perilaku
anak (Frutos, 2013).
b.Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan tempat anak melakukan kegiatan belajar.
Sekolah adalah sarana untuk menimba ilmu, wawasan dan
menciptakan lingkungan pembelajaran dengan guru sebagai
mediatornya. Di sekolah, anak belajar berinteraksi dengan orang lain,
baik guru maupun teman (Hadi, 2005; Usman, 2013).
Iklim sekolah mengacu pada kulaitas dan karakter dari
kehidupan sekolah. Iklim sekolah yang positif mendorong
terbentuknya pelajar yang produktif dalam masyarakat, karena di
sekolah ditanamkan nilai, norma, dan harapan yang mendukung
pelajar dalam kehidupan sosial (Frutos, 2013).
c.Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di sekitar
individu yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
seseorang. Seseorang yang tinggal di suatu daerah tidak akan lepas
dari interaksi dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya (Hadi,
2005).
Perilaku anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakatnya. Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi perilaku
anak adalah teman sebaya, adat istidat dan pola kehidupan
seseorang yang berperiaku baik pula (Frutos, 2013; Magklara et al,
2012).
2. Lingkungan Sekolah
a. Pengertian Lingkungan Sekolah
Lingkungan adalah kesatuan ruang suatu benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta mahluk hidup lainnya. Sekolah adalah wahana kegiatan dan
proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan
pendidikan, pembelajaran dan latihan. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa
agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut
aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Tu’u,
2004).
Lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga
pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap
dan pengembangan potensi siswa. Lingkungan sekolah merupakan
lingkungan dimana guru dan siswa melakukan kegiatan belajar
mengajar dan komunikasi antar warga sekolah (Hadi, 2005).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah
kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang di dalamnya
sekolah dalam rangka membentuk sikap dan mengembangkan
potensi siswa.
b. Faktor- faktor sekolah yang mempengaruhi perilaku kekerasan
1) Kedisiplinan
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan
kerajinan siswa dalam sekolah. Kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dan siswa dalam melaksanakan
tata tertib, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola
seluruh staf beserta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim
bimbingan konseling dalam memberikan pelayanan kepada
siswa (Slameto, 2010).
Pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan
perilaku kekerasan ini, mengakibatkan anak-anak sebagai
pelaku kekerasan akan mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain
(Hazler dalam Curelaru, 2009).
2) Relasi guru dengan siswa
Relasi guru dan siswa yang baik, akan membuat siswa
menyukai gurunya. Kekerasan di sekolah banyak berasal dari
sesama teman.. Namun jika menekankan pada hubungan antara
anak dengan orang dewasa, pelaku kekerasan yang dominan
adalah para guru., terlepas dari soal motivasi tindakan
Kekerasan terhadap siswa yang dilakukan guru di sekolah
berdampak pada hilangnya motivasi belajar dan kesulitan
dalam memahami pelajaran sehingga pada umumnya prestasi
belajar juga rendah. Kekerasan guru terhadap siswa juga akan
menyebabkan siswa benci dan takut pada guru (Wiyani, 2012).
3) Relasi siswa dengan siswa (teman sebaya)
Pengaruh kelompok teman sebaya memberikan
pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku kekerasan di sekolah.
Teman di lingkungan sekolah idealnya berperan sebagai
“partner” siswa dalam proses pencapaian program-program
pendidikan. Namun kelompok teman sebaya yang memiliki
masalah di sekolah akan memberikan dampak yang negatif
bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos, dan
rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru.
Perilaku kekerasan yang terjadi di sekolah juga sebagian
disebabkan karena adanya dorongan dari teman-temannya.
4) Iklim sekolah
Freiberg (dalam, Magfirah, 2009) mengartikan iklim
sekolah sebagai suatu suasana untuk membantu masing-masing
individu merasa berharga secara pribadi, bermartabat dan
penting secara serentak agar tercipta suatu rasa memiliki
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah.
Iklim sekolah yang positif dapat meningkatkan
performansi staf, mempromosikan moral yang lebih tinggi dan
meningkatkan prestasi siswa. Hal tersebut dapat dicapai
dengan berbagai cara, antara lain menerapkan peraturan yang
jelas dan konsisten terhadap perilaku kekerasan, dukungan
guru dan melibatkan siswa sendiri dalam membuat keputusan
dan rancangan intervensi untuk pencegahan kekerasan di
sekolah (Kassabri dalam Magfirah, 2009).
3. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan
teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan itu diperoleh baik dari pengalaman langsung
maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkatan Pengetahuan
Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang materi yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap materi harus dapt menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam di dalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dikatakan bahwa sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi
yang telah ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi. Penilaian didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang telah ada.
c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan
1) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin
mudah menerima dan memahami informasi tersebut.
2) Informasi
Sumber informasi yang didapatkan dapat memberikan
peningkatan terhadap pengetahuan. Informasi dapat diperoleh
melalui media massa seperti majalah, koran, berita televisi dan
juga melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
3) Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.
Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring sesuai
dengan budaya dan agama yang dianut.
4) Pengalaman
Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan yang terkait dengan umur dan
pendidikan seseorang. Semakin seseorang bertambahnya umur
dan jenjang pendidikan maka pengalaman juga akan semakin
luas.
5) Sosial ekonomi
Untuk memperoleh informasi yang memerlukan biaya,
contohnya sekolah, tingkat sosial ekonomi seseorang
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh. Tingkat sosial
seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang,
maka semakin tinggi intelektual dan pengetahuan orang
tersebut serta semakin baik orang tersebut dalam berperilaku
(Jansen, 2012)..
4. Perilaku Kekerasan (Bullying)
a. Pengertian Perilaku Kekerasan (Bullying)
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan bullying
sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata “bull” yang
berarti banteng yang senang menyeruduk kesan kemari. Dalam
bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti penggertak,
orang yang mengganggu orang lemah (Wiyani, 2012).
Bullying adalah perilaku negatif yang mengkibatkan
seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka dan biasanya
terjadi berulang-ulang (Olweus dalam Wiyani, 2012). Sedangkan
menurut Rigby (dalam Astuti, 2008), bullying adalah suatu hasrat
untuk menyakiti yang diperlihatkan dalam aksi yang dapat
menyebabkan penderitaan pada korbannya. Aksi ini dapat
dilakukan oleh individu ataupun kelompok yang lebih berkuasa,
tidak bertanggung jawab dan dilakukan berulang kali dengan
sengaja untuk menyakiti korban. Sehingga dapat disimpulkan
negatif yang bertujuan untuk menyakiti atau mengakibatkan
seseorang dalam keadaan tidak nyaman yang dilakukan oleh
individu atau kelompok dan biasanya terjadi secara berulang-ulang.
b. Bentuk Perilaku Kekerasan (Bullying)
Perilaku kekerasan (bullying) secara garis besar dibagi menjadi 2
kategori yaitu secara fisik dan non fisik, yang kemudian dibagi
menjadi beberapa kategori :
1) Fisik
(a) Kontak fisik langsung, contohnya memukul, mendorong,
menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang
dalam ruangan, mencakar, memeras dan merusak
barang-barang yang dimiliki orang lain, termasuk menyentuh
seseorang secara sensual.
(b) Perilaku fisik secara tidak langsung, contohnya mengajak
seseorang untuk memukuli orang lain.
2) Non fisik
(a) Kontak verbal langsung, contohnya mengancam,
mempermalukan, mengganggu, memberi panggilan nama
(name calling), sarkasme, merendahkan (puts down),
mencela/ mengejek, mengintimidasi, memaki
(b) Perilaku verbal secara tidak langsung, contohnya
mempengaruhi seseorang untuk mengucilkan orang lain,
menyebarkan gosip, memanipulasi pertemanan sehingga
menjadi retak.
(c) Perilaku non-verbal langsung, contohnya melihat dengan
sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekpresi muka yang
merendahkan.
(d) Perilaku non-verbal secara tidak langsung, contohnya
mendiamkan seseorang, sengaja mengucilkan seseorang
atau mengabaikan dan mengirimkan surat kaleng.
c. Dampak Perilaku Kekerasan (Bullying)
Perilaku kekerasan di sekolah (bullying) memiliki dampak
yang negatif baik bagi korban maupun pelaku. Akibat perilaku
kekerasan yang diterima, pada diri korban akan timbul perasaan
tertekan oleh karena pelaku menguasai korban. Kondisi tersebut
akan mengakibatkan korban mengalami kesakitan secara fisik dan
psikologis, kepercayaan diri (self esteem) yang merosot, malu,
trauma, merasa sendiri dan takut kepada sekolah (school phobia).
Dalam kondisi selanjutnya, ditemukan bahwa korban
mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial (social
phobia) dan akibat terburuknya adalah korban cenderung ingin
bunuh diri (Astuti, 2008).
Kekerasan dalam dunia pendidikan merupakan perilaku
melampaui batas kode etik dan aturan dalam pendidikan, baik
perilaku kekerasan sampai melampaui batas otoritas lembaga, kode
etik guru dan peraturan sekolah, kekerasan tersebut dapat mengarah
pada pelanggaran atas Hak Asasi Manusia (HAM) dan bahkan
tindak pidana.
Siswa mempunyai hak untuk mendapat pendidikan dalam
lingkungan yang aman dan bebas dari rasa takut. Meskipun tidak
ada peraturan mewajibkan sekolah harus memiliki kebijakan
program anti bullying, tetapi di dalam Undang–undang
Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 pasal 54 dinyatakan bahwa
anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah,
teman- temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau
lembaga pendidikan lainnya (Wiyani, 2012).
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, menegaskan kekerasan terhadap anak
merupakan tindak pidana dan terhadap pelakunya diancam
hukuman pidana. Undang-undang ini merupakan upaya negara
untuk meminimalkan kekerasan terhadap anak. Pasal 80 secara
tegas menyatakan :
1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau
ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00
(tujuh puluh dua juta rupiah).
2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka
berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati,
maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan atau denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaiman
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang
melakukan penganiayaan tersebut orangtuanya.
d. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kekerasan
1) Faktor predisposisi
Adalah faktor yang mendasari terjadinya perilaku tertentu.
Yang termasuk di dalamnya adalah:
(a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung
maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
(b) Sikap
Sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap
suatu respon sosial. Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
obyek. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memeperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
apabila diberi tugas, adalah suatu indikasi sikap karena
dengan usaha menjawab atau mengerjakan tugas yang
diberikan. Terlepas benar atau salah, berarti orang
tersebut menerima ide kita.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu
masalah adalah suatu indkasi sikap menghargai.
4. Bertanggungg jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala yang dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paing
tinggi (Notoatmodjo, 2003).
(c) Jenis kelamin
Salah satu penyebab terjadinya perilaku kekerasan adalah
jenis kelamin. Remaja laki-laki cenderung lebih banyak
melakukan perilaku kekerasan dibanding perempuan. Hal
ini disebabkan karena kadar testosteron pada laki-laki
meningkat delapan kali lipat dari sebelumnya, jumlah
testosteron yang tinggi akan menimbulkan perasaan mudah
tersinggung, tegang dan gelisah. Remaja yng memiliki
kadar testosteron yang tinggi, lebih rentan untuk melakukan
perilaku kekerasan (Myers dalam Nopriandi, 2013).
2) Faktor pemungkin
Adalah faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku tertentu,
dalam hal ini adalah perilaku kekerasan. Faktor yang
memungkinkan terjadinya perilaku kekerasan yaitu paparan
media massa. Tingginya intensitas menyaksikan perilaku
kekerasan di media massa menyebabkan semakin tinggi pula
sikap dan perilaku kekerasan orang tersebut. Jika seseorang
terlalu sering menyaksikan tayangan kekerasan di media massa,
orang tersebut. Kepekaan terhadap perbuatan yang
membahayakan orang lain akan hilang sehingga seseorang
tidak akan lagi takut melakukan kekerasan pada orang lain
(Nopriandi, 2013).
3) Faktor penguat
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya
perilaku tertentu. Yang termasuk faktor penguat adalah:
(a) Orang tua
Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orang tuanya
dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakukan
tindakan kekerasan kepada anaknya sendiri, sehingga
perilaku kekerasan diwarisi dari generasi ke generasi. Oleh
karena itu anak harus dididik sejak dini untuk melindungi
diri dari segala bentuk potensi yang dapat menjadikan anak
sebagai korban tindak kekerasan agar tidak menjadikan
anak tersebut pelaku kekerasan saat dewasa.
(b) Teman
Teman sebaya berperan sangat penting dalam pembentukan
sikap dan perilaku remaja. Remaja yang berteman dengan
seseorang yang sering melakukan perilaku kekerasan akan
cenderung mengikuti perilaku tersebut. Apabila kelompok
teman sebaya menunjukkan nilai yang positif maka remaja
akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif pula,
begitupula sebaliknya (Kaplan, 2010).
(c) Guru
Guru terkadang memberikan terkadang memberikan contoh
yang kurang baik kepada muridnya. Ketika murid
melakukan kesalahan, seperti salah menjawab pertanyaan
atau salah mengerjakan tugas, guru tak segan mengeluarkan
kata-kata yang kasar dan menjatuhkan mental murid yang
bersangkutan. Belum lagi bila ada murid yang berperilaku
tidak tertib seperti ramai di kelas, terlibat perkelahian,
tertangkap basah mencontek, atau mencuri, tindak
kekerasan yang biasanya dilakukan guru adalah secara
fisik, seperti mencubit, menjewer, menampar, bahkan
menjambak. Murid yang sering mendapat perlakuan kasar
dari guru mengakibatkan murid tersebut melakukan hal
yang sama kepada murid lain. Guru seharusnya
memberikan contoh yang baik agar meminimalisir perilaku
kekerasan di sekolah.
(d) Psikologis
Faktor psikologis yang menyebabkan perilaku kekerasan
terjadi adalah :
1. Kontrol diri
Kontrol diri adalah kemampuan membimbing tingkah
laku sendiri, kemampuan untuk menekan impuls-impuls
atau tingkah laku impulsif. Kontrol diri merupakan
kemampuan individu untuk menahan keinginan atau
dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan norma sosial. Remaja yang
tidak bisa melakukan kontrol diri atau mengendalikan
emosi dengan baik, akan cenderung melakukan perilaku
kekerasan di saat yang tidak menyenangkan. Perilaku
kekerasan merupakan perilaku yang timbul akibat
ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol diri.
Kontrol diri yang buruk atau kurang baik,
mengakibatkan remaja menunjukkan sikap dan perilaku
negatif dan lebih cenderung melakukan perilaku
kekerasan, begitupula sebaliknya (Nopriandi, 2013).
2. Pengalaman kekerasan di masa lalu
Pengalaman kekerasan yang dialami seseorang di masa
lalu, baik secara langsung maupun tidak langsung
melakukan perilaku kekerasan. Apabila seseorang
dalam kondisi yang mengingatkan mereka pada
pangalaman yang pernah mereka alami, maka mereka
akan cenderung melakukan hal yang serupa (Nopriandi,
2013)
B. Penelitian yang Relevan
1. Usman, I (2013) dengan judul penelitian “Kepribadian Komunikasi,
Kelompok Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan kepribadian, komunikasi,
kelompok teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying
pada siswa SMA di Kota Gorontalo. Subjek penelitian ini adalah
siswa-siswi dari tiga SMA di Kota Gorontalo yang berjumlah 103 siswa. Data
dikumpulkan melalui beberapa skala yaitu skala kepribadian, skala
komunikasi, skala pengaruh teman sebaya, dan skala perilaku bullying.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan
teknik analisis regresi untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian,
komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua, peran kelompok
teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying pada siswa
SMA di kota Gorontalo.
2. Waasdorp,T E; Bradshaw, CP; Leaf, PJ (2012) dengan judul penelitian
“The Impact Schoolwide Positive Behavioral Interventions and Supports
Trial. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa besar manfaat dari
Schoolwide Positive Behavioral Interventions and Supports pada iklim
sekolah. Penelitian ini dilakukan di sebanyak 37 sekolah dasar di
Maryland. Penelitian ini merupakan penelitian randimozed control trial.
Penelitian ini menyebutkan bahwa keterlibatan anak baik sebagai pelaku
maupun korban bullying dapat dicegah dengan meningkatkan iklim
sekolah.
3. Khairiah, S; Muhdi, N; Budiono (2012) dengan judul penelitian “Korelasi
antara Perilaku Bullying dan Tingkat Self-Esteem pada Pelajar Dua Buah
SMPN di Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi
antara perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada pelajar dua buah
SMPN di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara
perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada pelajar dua buah SMPN di
Surabaya.
4. Magfirah, U & Racmawati, MA (2009) dengan judul penelitian
“Hubungan Iklim Sekolah dan Kecenderungan Perilaku Bullying”.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Iklim sekolah
dengan kecenderungan perilaku bullying. Hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara iklim
sekolah dengan kecenderungan perilaku bullying. Semakin negatif
Sebaliknya semakin positif Iklim sekolah maka semakin rendah
kecenderungan perilaku bullying. Subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 73 siswa/siswi SMP Negeri 2 Bantul, Yogyakarta.
Pengumpulan data menggunakan dua jenis skala, yaitu skala
kecenderungan perilaku bullying dan skala iklim sekolah. Metode
analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Product
Moment Pearson dengan bantuan program SPSS 11,5. Hasil penelitian
uji hubungan dalam hipotesis iklim sekolah dengan kecenderungan
perilaku bullying menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson
menunjukkan bahwa kofisien korelasi r=- 0.459 dengan p=0.000
(p<0.01), artinya hipotesis penelitian diterima.
5. Adilla, N (2009) dengan judul penelitian “Pengaruh Kontrol Sosial
terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah control sosial berpengaruh
secara signifikan terhadap perilaku bullying pelajar di Sekolah Menengah
Pertama. Uji korelasi dengan metode Pearson digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen
dengan skala pengukuran interval. Berdasarkan pengujian kepada 183
sampel menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,472 dan positif. Hal ini
menggambarkan bahwa hubungan antara variabel kontrol sosial dan
perilaku bullying aialah kuat dan bernilai searah. Semakin kuat kontrol
sosial yang dimiliki pelajar, semakin negatif pelajar melakukan perilaku
regresi sederhana.Berdasarkan pengujian dua sisi, didapatkan hasil uji
regresi pada kedua variabel adalah 8,500 . Hal ini memperlihatkan bahwa
ada pengaruh secara signifikan antara kontrol sosial dengan perilaku
bullying dengan nilai T hitung > T table (8,500 > 1,977).
C. Kerangka Berpikir
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
D. Hipotesis
1. Ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan di
2. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan
pelajar.
3. Ada pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan pengetahuan
terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental
dengan desain observasional analitik menggunakan pendekatan cross
sectional.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di SMK Murni 1 Surakarta.
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 140
siswa.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian dihitung berdasarkan rumus dan teknik sampling
yang digunakan yaitu simple random sampling.
D. Variabel Penelitian
Kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan
pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa
meliputi kedisiplinan, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa dan iklim sekolah.
b. Alat ukur data
c. Satuan data
Satuan data lingkungan sekolah adalah unit. Lingkungan sekolah
diukur menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam bentuk
favourable dan unfavourable dengan empat alternatif pilihan jawaban,
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (S) dan Sangat
Tidak Setuju (STS).
Tabel 3.1. Skoring Kuesioner Lingkungan Sekolah
No. Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable
1. Sangat setuju (SS) 4 1
2. Setuju (S) 3 2
3. Tidak setuju (TS) 2 3
4. Sangat tidak setuju (STS) 1 4
d. Skala data
Skala data variabel lingkungan sekolah adalah interval.
2. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah pemahaman mengenai pengertian, bentuk dan
dampak perilaku kekerasan.
b. Alat ukur data
Alat ukur data pengetahuan menggunakan kuesioner
c. Satuan data
Satuan data pengetahuan berupa unit. Pengetahuan diukur dengan
menggunakan skala Gutmann berbentuk closed-ended dichotomy
question. Pertanyaan dalam bentuk favourable dan unfavourable.
favourable apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0,
sedangkan untuk pertanyaan unfavourable yaitu skor benar nilainya 1
dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2009).
d. Skala data
Skala data variabel pengetahuan adalah interval.
3. Perilaku Kekerasan
a. Definisi
Perilaku kekerasan adalah perilaku negatif yang bertujuan untuk
menyakiti atau mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak
nyaman yang dilakukan oleh individu atau kelompok dan biasanya
terjadi secara berulang-ulang dalam bentuk fisik (langsung dan tidak
langsung) dan non fisik (verbal secara langsung dan tidak langsung,
non verbal langsung dan tidak langsung).
b. Alat ukur data
Alat ukur data perilaku kekerasan menggunakan kuesioner.
c. Satuan data
Satuan data perilaku kekerasan adalah unit. Perilaku kekerasan diukur
menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam bentuk favourable dan
unfavourable dengan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (S) dan Sangat Tidak Setuju
(STS).
Tabel 3.2. Skoring Perilaku Kekerasan (Bullying)
No. Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable
1. Sangat setuju (SS) 4 1
2. Setuju (S) 3 2
3. Tidak setuju (TS) 2 3
4. Sangat tidak setuju (STS) 1 4
d. Skala data
Skala data perilaku kekerasan adalah interval.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur variabel lingkungan sekolah, pengetahuan
dan perilaku kekerasan menggunakan kuesioner tertutup dimana responden
hanya memilih jawaban yang telah disediakan (Sumarsono, 2004) . Kuesioner
disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut:
1. Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Sekolah
Tabel 3.3. Kisi-kisi kuesioner lingkungan sekolah
Variabel Indikator Nomor Item
2. Kisi-kisi Pengetahuan
Tabel 3.4. Kisi-kisi pengetahuan
Variabel Indikator Nomor Item
Favourable Unfavourable
Jumlah
Tabel 3.5. Kisi-kisi perilaku kekerasan (Bullying)
Variabel Indikator Nomor Aitem
Unfavourable
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari
subjek penelitian maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
sebaiknya jumlah responden untuk ujicoba paling sedikit 30 orang.
Penghitungan dilakukan dengan bantuan aplikasi program komputer SPSS
(Statistical Package For Social Science) for Windows versi 17 dengan tingkat
signifikansi (α) yaitu 5%.
1. Uji validitas
Uji validitas dilakukan dengan analisis butir soal yaitu skor yang
ada pada butir soal dinyatakan sebagai nilai x dan skor total dinyatakan
sebagai nilai y. Selanjutnya dihitung dengan korelasi product moment.
Kuesioner diuji cobakan pada 30 murid kelas XI SMK Murni 1
Surakarta. Setelah diperoleh harga rxy hasilnya dikonsultasikan dengan
harga kritik product moment. Jika harga rxy > rtabel maka dapat dikatakan
butir itu valid dengan = 5% (Notoatmodjo, 2006).
Perhitungan validitas kuesioner dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
r = koefisien korelasi xy = skor pernyataan
x = pernyataan N = jumlah sampel
y = skor total
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas mengandung maksud untuk menguji sejauh
mana instrumen menghasilkan pengukuran yang sama meskipun
digunakan pengamat yang berbeda pada waktu yang sama.
r
xyUji reliabilitas ini menggunakan rumus Alfa Cronbach dengan
rumus:
ri = k 1 - b2
( k - 1) 2 t
Keterangan: ri = reliabilitas instrumen yang dicari
k = banyaknya butir pertanyaan
b2 = jumlah varian butir soal
2 t = varian total
Jika hasil ri > rtabel dengan taraf signifikansi 5%, maka aitem
dikatakan reliabel; sebaliknya jika ri < rtabel maka dikatakan tidak
reliabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha
Cronbach minimal 0,7 (Riwidikdo, 2007; Sugiyono, 2007;
Taufiqurrahman, 2008).
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30 murid di
SMK Murni 1 Surakarta didapatkan bahwa sebanyak 4 aitem
pernyataan dari kuesioner lingkungan sekolah dinyatakan tidak
valid, yaitu pernyataan nomor 10, 20, 29 dan 31.Dari kuesioner
pengetahuan tentang perilaku kekerasan didapatkan sebanyak 2
aitem pertanyaan dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 8
dan 15. Sedangkan pada kuesioner perilaku kekerasan didapatkan 3
aitem dinyatakan tidak valid yaitu nomor 6, 11 dan 25.
H. Analisis Data 1. Pengolahan Data
a) Editing, adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh. Langkah ini dapat dilakukan pada tahap pengumpulan atau
setelah data terkumpul.
b) Coding, merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.
c) Data entry, adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam komputer kemudian membuat tabel
kontingensi.
d) Tabulating, adalah pengklasifikasian data agar dengan mudah
dilakukan perhitungan statistik deskriptif.
(Hidayat, 2007)
2. Analisis Data
a. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dimaksudkan untuk menguji apakah data yang
terkumpul memenuhi persyaratan untuk analisis. Untuk uji
persyaratan analisis terhadap data penelitian, maka digunakan uji
normalitas, uji multikolinieritas, linearitas, autokorelasi dan
heteroskesdastisitas. Pengujian ini dilakukan sebelum dilakukan
analisis data untuk pengujian hipotesis.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji
kolmogorov-smirnov. Jika kolmogorov-smirnov hitung menunjukkan lebih
besar dari 0,05, maka sebaran data dikatakan mendekati distribusi
normal atau normal. Sebaliknya, jika kolmogorov-smirnov hitung
menunjukkan lebih kecil dari 0,05, maka sebaran data dikatakan
tidak mendekati distribusi normal atau tidak normal (Ghozali,
2009).
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model
regresi ada korelasi antar variabel bebas, dengan memperhatikan
nilai tolerance dengan VIF (Variance Inflation Factor). Sebagai
prasyarat model regresi harus mempunyai nilai tolerance > 0,10
dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas, sebaiknya jika
nilai tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka terjadi multikolinieritas
(Ghozali, 2009).
3) Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi
variabel bebas x terhadap variabel terikat y. Berdasarkan garis
regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji nilai keberartian
koefisien garis regresi serta linieritasnya. Apabila p value > 0,05,
maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Hal ini dapat diketahui dengan Uji Durbin-Watson
dengan membandingkan nilai D-W hitung dengan nilai D-W tabel.
5) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas berarti
penyebaran titik data populasi pada bidang regresi tidak konstan.
Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Glejser dimana dalam uji ini meregresi nilai absolut residual
terhadap variabel independen. Hal ini ditunjukkan jika nilai t
hitung > t tabel serta probabilitas signifikasinya diatas tingkat
kepercayaan 5% atau α > 0,05 maka model regresi tidak
mengandung adanya heterokedastisitas
b. Uji Hipotesis
1) Analisis Univariat
Variabel- variabel yang ada yaitu lingkungan sekolah, pengetahuan
dan perilaku kekerasan dianalisis secara deskriptif dengan
menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui
karakteristik subyek penelitian.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Pearson
Product Moment dengan taraf signifikansi p < 0,05 dengan rumus:
r
xyKeterangan : r = koefisien korelasi xy = skor pernyataan
x = pernyataan N = jumlah sampel
y = skor total
3) Analisis Multivariat
(a) Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
variabel bebas (lingkungan sekolah dan pengetahuan) terhadap
variabel terikat (perilaku kekerasan). Rumus yang digunakan
adalah :
(b) Uji t
Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikansi
pengaruh vairabel bebas (lingkungan sekolah dan
pengetahuan) terhadap variabel terikat (perilaku kekerasan)
secara parsial. Kriteria pengujian yaitu :
Ho diterima apabila p value ≥ 0,05
Ho ditolak apabila p value ≤ 0,05
Apabila p value > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat, sebaliknya apabila p value < 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
(c) Uji F
Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikansi
pengaruh varibel bebas (lingkungan sekolah dan pengetahuan)
terhadap variabel terikat (perilaku kekerasan) secara
bersama-sama. Kriteria pengujian yaitu :
Ho diterima apabila p value ≥ 0,05
Ho ditolak apabila p value ≤ 0,05
Apabila p value ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan lingkungan sekolah
dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap perilaku
dan Ha diterima, artinya ada pengaruh signifikan lingkungan
sekolah dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap
perilaku kekerasan.
(d) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa besar sumbangan pengaruh variabel bebas
(lingkungan sekolah dan pengetahuan) dalam menerangkan
variabel terikat (perilaku kekerasan). Nilai koefisien
determinasi adalah antara 0 -1. Nilai R2 yang kecil berarti
sumbangan atau pengaruh variabel bebas dalam menjelaskan
variasi model variabel terikat amat kecil. Sumbangan prediktor
digunakan untuk mengetahui berapa sumbangan (kontribusi)
masing-masing variabel bebas.
Ada 2 jenis sumbangan, yaitu sumbangan efektif dan
sumbangan relatif. Jumlah sumbangan efektif untuk semua
variabel sama dengan koefisien determinasi, sedangkan jumlah
sumbangan relatif untuk semua variabel bebasnya sama
dengan 1 atau 100%. Rumus sumbangan efektif dan
sumbangan relatif sebagai berikut:
a) Sumbangan Relatif (SR)
(i) Sumbangan relatif lingkungan sekolah
SR(X1)% = SE (X)% x 100%
R2
(ii) Sumbangan relatif pengetahuan
SR(X2)% = x 100%
b) Sumbangan Efektif (SE)
(i) Sumbangan efektif lingkungan sekolah
SE(X1)% = β x1 x
r
xy1 x 100%(ii) Sumbangan efektif pengetahuan
SE(X2)% = β x2 x
r
xy2 x 100%Semua perhitungan prasyarat penelitian dan uji hipotesis menggunakan
program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi
16.
SE (X)% R2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan dengan
perilaku kekerasan pada kalangan pelajar. Pengambilan data dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 21 Mei 2014 di SMK Murni 1 Surakarta, dengan
jumlah responden sebanyak 104 siswa kelas XI yang diambil secara random
sampling. Proses pengambilan data menggunakan kuesioner. Pengisian
kuesioner dilakukan pada tempat dan waktu yang sama di SMK Murni 1
Surakarta. Berikut karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
dan tempat tinggal responden.
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1 Distribusi umur responden
Umur Jumlah Presentase
16 tahun
Sumber : Data Primer (2014)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari seluruh sampel, yang
terbanyak berusia 17 tahun yaitu sejumlah 65 siswa.
b. Karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal
Tabel 4.2 Distribusi tempat tinggal responden
Tempat tinggal Jumlah Presentase
Boyolali 4 3,84%
Sumber : Data Primer (2014)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sampel paling banyak tinggal di
Surakarta yaitu sejumlah 73 siswa.
c. Karakteristik responden berdasarkan perilaku kekerasan yang dilakukan
Tabel 4.3 Distribusi perilaku kekerasan yang dilakukan
Bentuk Jumlah Presentase
Fisik 20 19,23%
Non fisik 84 80,77%
Total 104 100%
Sumber : Data Primer (2014)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan murid melakukan
perilaku kekerasan berbentuk non fisik yaitu verbal sebesar 84 orang.
2. Analisis Univariat
Secara keseluruhan berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan pada
semua variabel didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4 Statistik deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Lingkungan
sekolah 104 78 120 100.98 9.006
Pengetahuan 104 7 18 13.00 12.67
Perilaku kekerasan 104 66 126 110.81 12.502 Valid N (listwise) 104
a. Deskripsi Data Lingkungan Sekolah
Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden
(N) = 104 siswa dengan jumlah skor lingkungan sekolah tertinggi = 120
dan jumlah lingkungan sekolah terendah = 78 , mean ( ) = 100,98 ,
median (Me) = 101 , Standar Deviasi (σ) = 9,006, dan Modus (Mo) = 95.
Adapun grafik histogramnya adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Histogram lingkungan sekolah
b. Deskripsi Data Pengetahuan tentang Perilaku Kekerasan
Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden
(N) = 104 siswa dengan total nilai pengetahuan tertinggi = 18 dan
pengetahuan terendah = 7 , mean ( ) = 12,67 , median (Me) = 13 ,
Standar Deviasi (σ) = 2,304, dan Modus (Mo) = 13. Adapun grafik
histogramnya adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2. Histogram pengetahuan tentang perilaku kekerasan
c. Deskripsi Data Perilaku Kekerasan
Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden
(N) = 104 siswa dengan total nilai perilaku kekerasan tertinggi = 66 dan
terendah = 126 , mean ( ) = 114 , median (Me) = 114 , Standar Deviasi
(σ) = 12,502, dan Modus (Mo) = 118. Adapun grafik histogramnya
adalah sebagai berikut:
3. Analisis Bivariat
Berdasarkan uji statistik bivariat Pearson’s Product Moment, dapat
diketahui bahwa terdapat pengaruh antara masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
a. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan
Dari hasil analisis didapat koefisien korelasi antara lingkungan
sekolah dengan perilaku kekerasan adalah 0,548 dan nilai t hitung pada
variabel lingkungan sekolah sebesar 4,334 dengan nilai signifikansi
0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan dengan
lingkungan pengetahuan perilaku lingkungan Pearson Correlation 1 .484** .548**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 104 104 104 pengetahuan Pearson Correlation .484** 1 .522**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 104 104 104 perilaku Pearson Correlation .548** .522** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 104 104 104 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 4.5 Uji statistik bivariat
Gambar 4.3. Histogram perilaku kekerasan
kekuatan sedang antara lingkungan sekolah dan perilaku kekerasan.
Lingkungan sekolah juga cukup berpengaruh terhadap perilaku
kekerasan. Arah pengaruh adalah positif karena nilai r positif, berarti
semakin baik lingkungan sekolah maka semakin baik pula perilaku
pelajar untuk tidak melakukan perilaku kekerasan di sekolah.
Sedangkan dari output didapatkan signifikasi sebesar 0,000.
Karena signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan
bahwa lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perilaku kekerasan.
b. Pengaruh pengetahuan tentang perilaku kekerasan dengan perilaku
kekerasan
Dari hasil analisis didapat koefisien korelasi antara pengetahuan
tentang perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan adalah 0,522 dan
nilai t hitung pada variabel penegtahuan sebesar 3,753 dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan
dengan kekuatan sedang. Pengetahuan tentang perilaku kekerasan juga
cukup berpengaruh terhadap perilaku kekerasan. Sedangkan arah
pengaruh adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin tinggi
pengetahuan maka semakin baik pula perilaku pelajar untuk tidak
melakukan perilaku kekerasan.
Sedangkan dari output didapatkan signifikasi sebesar 0,000.
Karena signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ada pengetahuan tentang perilaku kekerasan berpengaruh terhadap
perilaku kekerasan.