• Tidak ada hasil yang ditemukan

FRANSISKA SS S541302040

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FRANSISKA SS S541302040"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU KEKERASAN

DI KALANGAN PELAJAR

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Kedokteran Keluarga

Oleh:

Fransiska Septiana Sulistyowati S541302040

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU KEKERASAN

DI KALANGAN PELAJAR

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Kedokteran Keluarga

Oleh:

Fransiska Septiana Sulistyowati S541302040

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014

i

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan

segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan ususlan tesis yang

berjudul “Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan terhadap Perilaku

Kekerasan di Kalangan Pelajar”. Penulisan usulan tesis ini diajukan untuk

memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat

Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Dalam penyusunan usulan tesis ini penulis banyak mengalami hambatan dan

rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang

akhirnya penulisan usulan tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini,

perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM., selaku Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga dan pembimbing II yang telah memberi kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta dan meluangkan

(7)

waktu, pikiran , dan tenaga dalam memberikan pengarahan, bimbingan, dan

saran dalam penyusunan tesis.

4. Dr. Nunuk Suryani, M. Pd., selaku Sekretaris Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

5. Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, MM., M. Kes., PAK., selaku

pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran , dan tenaga dalam

memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran dalam penyusunan tesis.

6. Seluruh dosen pengajar, karyawan dan karyawati Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Keluarga yang telah mendukung secara material dan immaterial.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa usulan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Surakarta, April 2014

Penulis

(8)

ABSTRAK

Fransiska Septiana Sulistyowati. S541302040. 2014. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, M.M., M. Kes., PAK., Pembimbing II: Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F., M. M.Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang: penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 50% dari sampel sebanyak 609 pelajar sekolah melakukan tindakan kekerasan secara verbal. Peristiwa bullying marak terjadi di Indonesia, contohnya peristiwa bullying yang terjadi di SMA Don Bosco dan SMA 70 Jakarta. Tak jarang geng sekolah juga melakukannya, seperti yang dilakukan oleh Geng Nero di Pati jumlah populasi perokok aktif terus meningkat di Indonesia. Perilaku kekerasan di kalangan pelajar dapat dipengaruhi lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan.

Tujuan: penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

Metode: penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan jumlah sampel 104 siswa SMK Murni 1 Surakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan regresi linier ganda.

Hasil: terdapat pengaruh positif yang signifikan baik antara lingkungan sekolah dan perilaku kekerasan dengan nilai t sebesar

4,334, maupun antara pengetahuan dan perilaku kekerasan dimana dengan nilai t sebesar 3,753, terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku kekerasan, serta terdapat pengaruh positif yang signifikan antara lingkungan sekolah dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar dengan nilai F sebesar 31,764 dan memberikan kontribusi sebesar 37,4%.

Simpulan: terdapat pengaruh bersama lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

Kata Kunci: lingkungan sekolah, pengetahuan, perilaku kekerasan di kalangan pelajar

(9)

ABSTRACT

Fransiska Septiana Sulistyowati. S541302040. 2014 Influence of the School Environment and Knowledge against Violence Behaviour among Student . THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, M. M., M. Kes., PAK., Supervisor II: Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F., M.M. Master of Family Medicine, Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta

Background: American study says that 50% of a sample of 609 high school students perform verbal violence. Events bullying rife in Indonesia, for example bullying incident that occurred at Don Bosco Senior High School and Senior High School of 70 Jakarta. Not infrequently also do school gang, as is done by gang Nero in Pati number of active smoking population continues to rise in Indonesia. Violent behavior among students can be influenced by the school environment

and konowledge of violent behavior.

Objective: the study aimed to analyze the influence of the school environment and knowledge of the violent behavior among students. Methods: This study uses cross-sectional approach. The sampling technique used is random sampling with a sample of 104 students of SMK Murni 1 Surakarta. The instrument used was a questionnaire. Analysis using multiple linear regression.

Results: There were significant positive effect between the school environment and violent behavior with t values is 4,334, and between knowledge and violent behavior in which the t value is 3.753, there is a significant positive effect between knowledge and violent behavior, and there is a positive influence significantly between the school environment and knowledge together to violent behavior among students with F value is 31,764 and accounted for 37.4%. Conclusion: there is the joints influence of the school environment and knowledge against violent behavior among students.

Keywords: school environment, knowledge, violent behavior among students

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ... iv

KATA PENGANTAR... vi A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

4. Perilaku Kekerasan ……… 14

B. Penelitian yang Relevan………. 24

C. Kerangka Berpikir……..………. 27

D. Hipotesis ……… 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

(11)

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Definisi Operasional ... ... 30

F. Instrumen Penelitian... 33

G. Validitas dan Reliabilitas... 34

H. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 59

C. Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

x

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Skoring Kuesioner Lingkungan Sekolah………....……… 31

Tabel 3.2 : Skoring Kuesioner Perilaku Kekerasan …….. …..………… 33

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Sekolah….….……… 33

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan …………...……… 34

Tabel 3.5 : Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Kekerasan………. 34

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden berdasarkan Umur ………... 44

Tabel 4.2 : Karakteristik Responden berdasarkan Tempat Tinggal …... . 45

Tabel 4.3 : Karakteristik Responden berdasarkan Perilaku Kekerasan yang Dilakukan ………... 45

Tabel 4.4 : Satistik Deskriptif ……...……… 46

Tabel 4.5 : Uji Statistik Bivariat ……… 48

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test…… 50

Tabel 4.7 : Hasil Uji Linieritas ……….. 51

Tabel 4.8 : Hasil Uji Multikolinieritas ……….….. 51

Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ……….…… 52

Tabel 4.10 : Hasil Uji Heterokesdastisitas ……….…….. .53

Tabel 4.11 : Hasil Uji Regresi Linier Ganda ……….….. 54

Tabel 4.12 : Hasil Uji F ……….... 55

Tabel 4.13 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ……….…. 56

xi

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Surat Permohonan menjadi Responden

Lampiran 3 : Surat Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Lampiran 5 : Kuesioner

Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 7 : Rekapitulasi Data untuk Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 9 : Hasil Uji Univariat

Lampiran 10 : Rekapitulasi Data Hasil Penelitian

Lampiran 11 : Uji Asumsi Klasik

Lampiran 12 : Hasil Kuesioner Penelitian

xii

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah sarana untuk menimba ilmu, wawasan dan

menciptakan lingkungan pembelajaran dengan guru sebagai mediatornya

untuk menyiapkan pelajarnya menjadi penerus bangsa yang berkualitas dan

berguna bagi bangsa Indonesia. Maraknya kasus kekerasan yang terjadi di

kalangan pelajar saat ini sangat memprihatinkan pendidik dan orang tua.

Sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang nyaman, aman dan mendukung

siswa untuk berkembang secara mental, fisik, emosional dan sosial, serta

membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat

subur tumbuhnya praktek bullying, sehingga memberi ketakutan bagi anak

untuk memasukinya (Woolfolk dalam Rahmawan, 2013; Usman, 2013).

Kita sering mendengar terjadinya kasus kekerasan terjadi di

sekolah. Masa orientasi sekolah, training, dan latihan dasar kepemimpinan

sering digunakan sebagai wahana untuk melakukan bullying. Tak jarang

kasus kekerasan juga terjadi pada saat pertemanan. Bullying menjadi

persoalan yang penting yang harus ditangani secara serius. Sebenarnya

kekerasan merupakan masalah yang klasik, berkesinambungan dan

kompleks. Bullying terjadi hampir di segala aspek kehidupan baik keluarga,

sekolah, masyarakat dan dunia kerja (Abdullah, 2013).

1

(15)

Penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 50% dari sampel

sebanyak 609 pelajar sekolah melakukan tindakan kekerasan secara verbal

(Spencer dan Carter dalam Rahmawan, 2013). Peristiwa bullying marak

terjadi di Indonesia, contohnya peristiwa bullying yang terjadi di SMA Don

Bosco dan SMA 70 Jakarta. Tak jarang geng sekolah juga melakukannya,

seperti yang dilakukan oleh Geng Nero di Pati (Rohmah, 2012; Akuntono,

2011; Mujiran, 2008). Menurut Edwards (dalam Usman, 2013), perilaku

kekerasan sering terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah atas (SMA)

dikarenakan pada masa ini remaja memiliki egosentrisme yang tinggi.

Sekolah harus memiliki peraturan dan pengawasan yang konsisten

agar tercipta lingkungan yang aman dan kondusif bagi siswa untuk belajar

dan beraktivitas di dalamnya. Kurangnya pengawasan yang dilakukan pihak

sekolah akan menimbulkan masalah yang beragam termasuk terjadinya

perilaku kekerasan di sekolah (Rahmawan, 2013).

Tingkat pengawasan di sekolah akan menentukan seberapa banyak

dan seberapa sering terjadinya perilaku kekerasan. Rendahnya tingkat

pengawasan di sekolah mengakibatkan berkembangnya perilaku kekerasan di

kalangan siswa. Pengawasan sangat penting dilakukan terutama di

tempat-tempat yang kerap digunakan untuk tindakan kekerasan, contohnya di

lapangan (Novianti dalam Usman, 2013).

Perilaku kekerasan atau bullying termasuk tindakan yang sengaja

dilakukan pelaku pada korbannya, yang bertujuan untuk mengganggu orang

(16)

faktor individu yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku kekerasan.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku bullying maka

akan dapat meminimalkan terjadinya perilaku bullying di kalangan siswa

(Usman, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan

terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan di

kalangan pelajar ?

2. Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di

kalangan pelajar?

3. Apakah ada pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan pengetahuan

terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap

perilaku kekerasan di kalangan pelajar .

(17)

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku

kekerasan di kalangan pelajar.

b. Menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di

kalangan pelajar.

c. Menganalisis pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan

pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung

teori yang sudah ada tentang pengaruh lingkungan sekolah dan

pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada sekolah

untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan pengawasan terhadap perilaku

kekerasan dalam upayanya untuk meminimalkan perilaku kekerasan yang

terjadi di sekolah.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Lingkungan

Lingkungan adalah kesatuan ruang suatu benda, daya , keadaan dan

makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lainnya. Menurut Hadi (2005), aspek lingkungan meliputi :

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan yang pertama berhubungan dengan anak adalah

orang tua, saudara atau kerabat dekat yang tinggal serumah.

Lingkungan keluarga merupakan bentuk kecil dari masyarakat dan

kehidupannya, dimana pandangan anak dalam masyarakat akan

dipengaruhi oleh pola dalam keluarga tersebut (Hadi, 2005).

Keluarga merupakan kunci penting anak dalam berperilaku

karena di dalam keluarga inilah norma dan nilai akan ditanamkan

kepada anak. Di dalam keluarga, anak diajarkan kemampuan untuk

menahan perilaku negatif yang akan diterimanya dalam pergaulan.

Perlakuan yang diterima anak dalam keluarga baik dari orang tua

maupun saudara turut membentuk perilaku anak di sekolah maupun

masyarakat. Oleh karena itu, sudah merupakan keharusan untuk

(19)

membentuk iklim keluarga yang kondusif bagi pembentukan perilaku

anak (Frutos, 2013).

b.Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan tempat anak melakukan kegiatan belajar.

Sekolah adalah sarana untuk menimba ilmu, wawasan dan

menciptakan lingkungan pembelajaran dengan guru sebagai

mediatornya. Di sekolah, anak belajar berinteraksi dengan orang lain,

baik guru maupun teman (Hadi, 2005; Usman, 2013).

Iklim sekolah mengacu pada kulaitas dan karakter dari

kehidupan sekolah. Iklim sekolah yang positif mendorong

terbentuknya pelajar yang produktif dalam masyarakat, karena di

sekolah ditanamkan nilai, norma, dan harapan yang mendukung

pelajar dalam kehidupan sosial (Frutos, 2013).

c.Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di sekitar

individu yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

seseorang. Seseorang yang tinggal di suatu daerah tidak akan lepas

dari interaksi dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya (Hadi,

2005).

Perilaku anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan

masyarakatnya. Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi perilaku

anak adalah teman sebaya, adat istidat dan pola kehidupan

(20)

seseorang yang berperiaku baik pula (Frutos, 2013; Magklara et al,

2012).

2. Lingkungan Sekolah

a. Pengertian Lingkungan Sekolah

Lingkungan adalah kesatuan ruang suatu benda, daya,

keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia

serta mahluk hidup lainnya. Sekolah adalah wahana kegiatan dan

proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan

pendidikan, pembelajaran dan latihan. Sekolah merupakan lembaga

pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program

bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa

agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut

aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Tu’u,

2004).

Lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga

pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap

dan pengembangan potensi siswa. Lingkungan sekolah merupakan

lingkungan dimana guru dan siswa melakukan kegiatan belajar

mengajar dan komunikasi antar warga sekolah (Hadi, 2005).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah

kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang di dalamnya

(21)

sekolah dalam rangka membentuk sikap dan mengembangkan

potensi siswa.

b. Faktor- faktor sekolah yang mempengaruhi perilaku kekerasan

1) Kedisiplinan

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan

kerajinan siswa dalam sekolah. Kedisiplinan sekolah

mencakup kedisiplinan guru dan siswa dalam melaksanakan

tata tertib, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola

seluruh staf beserta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim

bimbingan konseling dalam memberikan pelayanan kepada

siswa (Slameto, 2010).

Pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan

perilaku kekerasan ini, mengakibatkan anak-anak sebagai

pelaku kekerasan akan mendapatkan penguatan terhadap

perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain

(Hazler dalam Curelaru, 2009).

2) Relasi guru dengan siswa

Relasi guru dan siswa yang baik, akan membuat siswa

menyukai gurunya. Kekerasan di sekolah banyak berasal dari

sesama teman.. Namun jika menekankan pada hubungan antara

anak dengan orang dewasa, pelaku kekerasan yang dominan

adalah para guru., terlepas dari soal motivasi tindakan

(22)

Kekerasan terhadap siswa yang dilakukan guru di sekolah

berdampak pada hilangnya motivasi belajar dan kesulitan

dalam memahami pelajaran sehingga pada umumnya prestasi

belajar juga rendah. Kekerasan guru terhadap siswa juga akan

menyebabkan siswa benci dan takut pada guru (Wiyani, 2012).

3) Relasi siswa dengan siswa (teman sebaya)

Pengaruh kelompok teman sebaya memberikan

pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku kekerasan di sekolah.

Teman di lingkungan sekolah idealnya berperan sebagai

“partner” siswa dalam proses pencapaian program-program

pendidikan. Namun kelompok teman sebaya yang memiliki

masalah di sekolah akan memberikan dampak yang negatif

bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos, dan

rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru.

Perilaku kekerasan yang terjadi di sekolah juga sebagian

disebabkan karena adanya dorongan dari teman-temannya.

4) Iklim sekolah

Freiberg (dalam, Magfirah, 2009) mengartikan iklim

sekolah sebagai suatu suasana untuk membantu masing-masing

individu merasa berharga secara pribadi, bermartabat dan

penting secara serentak agar tercipta suatu rasa memiliki

terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah.

(23)

Iklim sekolah yang positif dapat meningkatkan

performansi staf, mempromosikan moral yang lebih tinggi dan

meningkatkan prestasi siswa. Hal tersebut dapat dicapai

dengan berbagai cara, antara lain menerapkan peraturan yang

jelas dan konsisten terhadap perilaku kekerasan, dukungan

guru dan melibatkan siswa sendiri dalam membuat keputusan

dan rancangan intervensi untuk pencegahan kekerasan di

sekolah (Kassabri dalam Magfirah, 2009).

3. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan

teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan

masalah yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan itu diperoleh baik dari pengalaman langsung

maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkatan Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

(24)

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang materi yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap materi harus dapt menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam situasi yang lain.

(25)

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam di dalam

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dikatakan bahwa sintesis adalah

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang telah ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap

suatu rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi. Penilaian didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang telah ada.

c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan

(26)

1) Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin

mudah menerima dan memahami informasi tersebut.

2) Informasi

Sumber informasi yang didapatkan dapat memberikan

peningkatan terhadap pengetahuan. Informasi dapat diperoleh

melalui media massa seperti majalah, koran, berita televisi dan

juga melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

3) Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.

Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring sesuai

dengan budaya dan agama yang dianut.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan yang terkait dengan umur dan

pendidikan seseorang. Semakin seseorang bertambahnya umur

dan jenjang pendidikan maka pengalaman juga akan semakin

luas.

5) Sosial ekonomi

Untuk memperoleh informasi yang memerlukan biaya,

contohnya sekolah, tingkat sosial ekonomi seseorang

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh. Tingkat sosial

(27)

seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang,

maka semakin tinggi intelektual dan pengetahuan orang

tersebut serta semakin baik orang tersebut dalam berperilaku

(Jansen, 2012)..

4. Perilaku Kekerasan (Bullying)

a. Pengertian Perilaku Kekerasan (Bullying)

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan bullying

sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata “bull” yang

berarti banteng yang senang menyeruduk kesan kemari. Dalam

bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti penggertak,

orang yang mengganggu orang lemah (Wiyani, 2012).

Bullying adalah perilaku negatif yang mengkibatkan

seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka dan biasanya

terjadi berulang-ulang (Olweus dalam Wiyani, 2012). Sedangkan

menurut Rigby (dalam Astuti, 2008), bullying adalah suatu hasrat

untuk menyakiti yang diperlihatkan dalam aksi yang dapat

menyebabkan penderitaan pada korbannya. Aksi ini dapat

dilakukan oleh individu ataupun kelompok yang lebih berkuasa,

tidak bertanggung jawab dan dilakukan berulang kali dengan

sengaja untuk menyakiti korban. Sehingga dapat disimpulkan

(28)

negatif yang bertujuan untuk menyakiti atau mengakibatkan

seseorang dalam keadaan tidak nyaman yang dilakukan oleh

individu atau kelompok dan biasanya terjadi secara berulang-ulang.

b. Bentuk Perilaku Kekerasan (Bullying)

Perilaku kekerasan (bullying) secara garis besar dibagi menjadi 2

kategori yaitu secara fisik dan non fisik, yang kemudian dibagi

menjadi beberapa kategori :

1) Fisik

(a) Kontak fisik langsung, contohnya memukul, mendorong,

menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang

dalam ruangan, mencakar, memeras dan merusak

barang-barang yang dimiliki orang lain, termasuk menyentuh

seseorang secara sensual.

(b) Perilaku fisik secara tidak langsung, contohnya mengajak

seseorang untuk memukuli orang lain.

2) Non fisik

(a) Kontak verbal langsung, contohnya mengancam,

mempermalukan, mengganggu, memberi panggilan nama

(name calling), sarkasme, merendahkan (puts down),

mencela/ mengejek, mengintimidasi, memaki

(b) Perilaku verbal secara tidak langsung, contohnya

mempengaruhi seseorang untuk mengucilkan orang lain,

(29)

menyebarkan gosip, memanipulasi pertemanan sehingga

menjadi retak.

(c) Perilaku non-verbal langsung, contohnya melihat dengan

sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekpresi muka yang

merendahkan.

(d) Perilaku non-verbal secara tidak langsung, contohnya

mendiamkan seseorang, sengaja mengucilkan seseorang

atau mengabaikan dan mengirimkan surat kaleng.

c. Dampak Perilaku Kekerasan (Bullying)

Perilaku kekerasan di sekolah (bullying) memiliki dampak

yang negatif baik bagi korban maupun pelaku. Akibat perilaku

kekerasan yang diterima, pada diri korban akan timbul perasaan

tertekan oleh karena pelaku menguasai korban. Kondisi tersebut

akan mengakibatkan korban mengalami kesakitan secara fisik dan

psikologis, kepercayaan diri (self esteem) yang merosot, malu,

trauma, merasa sendiri dan takut kepada sekolah (school phobia).

Dalam kondisi selanjutnya, ditemukan bahwa korban

mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial (social

phobia) dan akibat terburuknya adalah korban cenderung ingin

bunuh diri (Astuti, 2008).

Kekerasan dalam dunia pendidikan merupakan perilaku

melampaui batas kode etik dan aturan dalam pendidikan, baik

(30)

perilaku kekerasan sampai melampaui batas otoritas lembaga, kode

etik guru dan peraturan sekolah, kekerasan tersebut dapat mengarah

pada pelanggaran atas Hak Asasi Manusia (HAM) dan bahkan

tindak pidana.

Siswa mempunyai hak untuk mendapat pendidikan dalam

lingkungan yang aman dan bebas dari rasa takut. Meskipun tidak

ada peraturan mewajibkan sekolah harus memiliki kebijakan

program anti bullying, tetapi di dalam Undang–undang

Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 pasal 54 dinyatakan bahwa

anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari

tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah,

teman- temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau

lembaga pendidikan lainnya (Wiyani, 2012).

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, menegaskan kekerasan terhadap anak

merupakan tindak pidana dan terhadap pelakunya diancam

hukuman pidana. Undang-undang ini merupakan upaya negara

untuk meminimalkan kekerasan terhadap anak. Pasal 80 secara

tegas menyatakan :

1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau

ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6

(31)

(enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00

(tujuh puluh dua juta rupiah).

2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka

berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati,

maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan atau denda paling banyak Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaiman

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang

melakukan penganiayaan tersebut orangtuanya.

d. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kekerasan

1) Faktor predisposisi

Adalah faktor yang mendasari terjadinya perilaku tertentu.

Yang termasuk di dalamnya adalah:

(a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung

maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan

(32)

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

(b) Sikap

Sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap

suatu respon sosial. Sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau

obyek. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memeperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

apabila diberi tugas, adalah suatu indikasi sikap karena

dengan usaha menjawab atau mengerjakan tugas yang

diberikan. Terlepas benar atau salah, berarti orang

tersebut menerima ide kita.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu

masalah adalah suatu indkasi sikap menghargai.

(33)

4. Bertanggungg jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang dipilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paing

tinggi (Notoatmodjo, 2003).

(c) Jenis kelamin

Salah satu penyebab terjadinya perilaku kekerasan adalah

jenis kelamin. Remaja laki-laki cenderung lebih banyak

melakukan perilaku kekerasan dibanding perempuan. Hal

ini disebabkan karena kadar testosteron pada laki-laki

meningkat delapan kali lipat dari sebelumnya, jumlah

testosteron yang tinggi akan menimbulkan perasaan mudah

tersinggung, tegang dan gelisah. Remaja yng memiliki

kadar testosteron yang tinggi, lebih rentan untuk melakukan

perilaku kekerasan (Myers dalam Nopriandi, 2013).

2) Faktor pemungkin

Adalah faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku tertentu,

dalam hal ini adalah perilaku kekerasan. Faktor yang

memungkinkan terjadinya perilaku kekerasan yaitu paparan

media massa. Tingginya intensitas menyaksikan perilaku

kekerasan di media massa menyebabkan semakin tinggi pula

sikap dan perilaku kekerasan orang tersebut. Jika seseorang

terlalu sering menyaksikan tayangan kekerasan di media massa,

(34)

orang tersebut. Kepekaan terhadap perbuatan yang

membahayakan orang lain akan hilang sehingga seseorang

tidak akan lagi takut melakukan kekerasan pada orang lain

(Nopriandi, 2013).

3) Faktor penguat

Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya

perilaku tertentu. Yang termasuk faktor penguat adalah:

(a) Orang tua

Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orang tuanya

dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakukan

tindakan kekerasan kepada anaknya sendiri, sehingga

perilaku kekerasan diwarisi dari generasi ke generasi. Oleh

karena itu anak harus dididik sejak dini untuk melindungi

diri dari segala bentuk potensi yang dapat menjadikan anak

sebagai korban tindak kekerasan agar tidak menjadikan

anak tersebut pelaku kekerasan saat dewasa.

(b) Teman

Teman sebaya berperan sangat penting dalam pembentukan

sikap dan perilaku remaja. Remaja yang berteman dengan

seseorang yang sering melakukan perilaku kekerasan akan

cenderung mengikuti perilaku tersebut. Apabila kelompok

teman sebaya menunjukkan nilai yang positif maka remaja

(35)

akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif pula,

begitupula sebaliknya (Kaplan, 2010).

(c) Guru

Guru terkadang memberikan terkadang memberikan contoh

yang kurang baik kepada muridnya. Ketika murid

melakukan kesalahan, seperti salah menjawab pertanyaan

atau salah mengerjakan tugas, guru tak segan mengeluarkan

kata-kata yang kasar dan menjatuhkan mental murid yang

bersangkutan. Belum lagi bila ada murid yang berperilaku

tidak tertib seperti ramai di kelas, terlibat perkelahian,

tertangkap basah mencontek, atau mencuri, tindak

kekerasan yang biasanya dilakukan guru adalah secara

fisik, seperti mencubit, menjewer, menampar, bahkan

menjambak. Murid yang sering mendapat perlakuan kasar

dari guru mengakibatkan murid tersebut melakukan hal

yang sama kepada murid lain. Guru seharusnya

memberikan contoh yang baik agar meminimalisir perilaku

kekerasan di sekolah.

(36)

(d) Psikologis

Faktor psikologis yang menyebabkan perilaku kekerasan

terjadi adalah :

1. Kontrol diri

Kontrol diri adalah kemampuan membimbing tingkah

laku sendiri, kemampuan untuk menekan impuls-impuls

atau tingkah laku impulsif. Kontrol diri merupakan

kemampuan individu untuk menahan keinginan atau

dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku

yang tidak sesuai dengan norma sosial. Remaja yang

tidak bisa melakukan kontrol diri atau mengendalikan

emosi dengan baik, akan cenderung melakukan perilaku

kekerasan di saat yang tidak menyenangkan. Perilaku

kekerasan merupakan perilaku yang timbul akibat

ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol diri.

Kontrol diri yang buruk atau kurang baik,

mengakibatkan remaja menunjukkan sikap dan perilaku

negatif dan lebih cenderung melakukan perilaku

kekerasan, begitupula sebaliknya (Nopriandi, 2013).

2. Pengalaman kekerasan di masa lalu

Pengalaman kekerasan yang dialami seseorang di masa

lalu, baik secara langsung maupun tidak langsung

(37)

melakukan perilaku kekerasan. Apabila seseorang

dalam kondisi yang mengingatkan mereka pada

pangalaman yang pernah mereka alami, maka mereka

akan cenderung melakukan hal yang serupa (Nopriandi,

2013)

B. Penelitian yang Relevan

1. Usman, I (2013) dengan judul penelitian “Kepribadian Komunikasi,

Kelompok Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan kepribadian, komunikasi,

kelompok teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying

pada siswa SMA di Kota Gorontalo. Subjek penelitian ini adalah

siswa-siswi dari tiga SMA di Kota Gorontalo yang berjumlah 103 siswa. Data

dikumpulkan melalui beberapa skala yaitu skala kepribadian, skala

komunikasi, skala pengaruh teman sebaya, dan skala perilaku bullying.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan

teknik analisis regresi untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian,

komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua, peran kelompok

teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying pada siswa

SMA di kota Gorontalo.

2. Waasdorp,T E; Bradshaw, CP; Leaf, PJ (2012) dengan judul penelitian

“The Impact Schoolwide Positive Behavioral Interventions and Supports

(38)

Trial. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa besar manfaat dari

Schoolwide Positive Behavioral Interventions and Supports pada iklim

sekolah. Penelitian ini dilakukan di sebanyak 37 sekolah dasar di

Maryland. Penelitian ini merupakan penelitian randimozed control trial.

Penelitian ini menyebutkan bahwa keterlibatan anak baik sebagai pelaku

maupun korban bullying dapat dicegah dengan meningkatkan iklim

sekolah.

3. Khairiah, S; Muhdi, N; Budiono (2012) dengan judul penelitian “Korelasi

antara Perilaku Bullying dan Tingkat Self-Esteem pada Pelajar Dua Buah

SMPN di Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi

antara perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada pelajar dua buah

SMPN di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional

analitik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling.

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara

perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada pelajar dua buah SMPN di

Surabaya.

4. Magfirah, U & Racmawati, MA (2009) dengan judul penelitian

“Hubungan Iklim Sekolah dan Kecenderungan Perilaku Bullying”.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Iklim sekolah

dengan kecenderungan perilaku bullying. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara iklim

sekolah dengan kecenderungan perilaku bullying. Semakin negatif

(39)

Sebaliknya semakin positif Iklim sekolah maka semakin rendah

kecenderungan perilaku bullying. Subjek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 73 siswa/siswi SMP Negeri 2 Bantul, Yogyakarta.

Pengumpulan data menggunakan dua jenis skala, yaitu skala

kecenderungan perilaku bullying dan skala iklim sekolah. Metode

analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Product

Moment Pearson dengan bantuan program SPSS 11,5. Hasil penelitian

uji hubungan dalam hipotesis iklim sekolah dengan kecenderungan

perilaku bullying menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson

menunjukkan bahwa kofisien korelasi r=- 0.459 dengan p=0.000

(p<0.01), artinya hipotesis penelitian diterima.

5. Adilla, N (2009) dengan judul penelitian “Pengaruh Kontrol Sosial

terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah control sosial berpengaruh

secara signifikan terhadap perilaku bullying pelajar di Sekolah Menengah

Pertama. Uji korelasi dengan metode Pearson digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen

dengan skala pengukuran interval. Berdasarkan pengujian kepada 183

sampel menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,472 dan positif. Hal ini

menggambarkan bahwa hubungan antara variabel kontrol sosial dan

perilaku bullying aialah kuat dan bernilai searah. Semakin kuat kontrol

sosial yang dimiliki pelajar, semakin negatif pelajar melakukan perilaku

(40)

regresi sederhana.Berdasarkan pengujian dua sisi, didapatkan hasil uji

regresi pada kedua variabel adalah 8,500 . Hal ini memperlihatkan bahwa

ada pengaruh secara signifikan antara kontrol sosial dengan perilaku

bullying dengan nilai T hitung > T table (8,500 > 1,977).

C. Kerangka Berpikir

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

D. Hipotesis

1. Ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan di

(41)

2. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan

pelajar.

3. Ada pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan pengetahuan

terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental

dengan desain observasional analitik menggunakan pendekatan cross

sectional.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di SMK Murni 1 Surakarta.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 140

siswa.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian dihitung berdasarkan rumus dan teknik sampling

yang digunakan yaitu simple random sampling.

(43)

D. Variabel Penelitian

Kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan

pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa

meliputi kedisiplinan, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa dan iklim sekolah.

b. Alat ukur data

(44)

c. Satuan data

Satuan data lingkungan sekolah adalah unit. Lingkungan sekolah

diukur menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam bentuk

favourable dan unfavourable dengan empat alternatif pilihan jawaban,

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (S) dan Sangat

Tidak Setuju (STS).

Tabel 3.1. Skoring Kuesioner Lingkungan Sekolah

No. Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable

1. Sangat setuju (SS) 4 1

2. Setuju (S) 3 2

3. Tidak setuju (TS) 2 3

4. Sangat tidak setuju (STS) 1 4

d. Skala data

Skala data variabel lingkungan sekolah adalah interval.

2. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah pemahaman mengenai pengertian, bentuk dan

dampak perilaku kekerasan.

b. Alat ukur data

Alat ukur data pengetahuan menggunakan kuesioner

c. Satuan data

Satuan data pengetahuan berupa unit. Pengetahuan diukur dengan

menggunakan skala Gutmann berbentuk closed-ended dichotomy

question. Pertanyaan dalam bentuk favourable dan unfavourable.

(45)

favourable apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0,

sedangkan untuk pertanyaan unfavourable yaitu skor benar nilainya 1

dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2009).

d. Skala data

Skala data variabel pengetahuan adalah interval.

3. Perilaku Kekerasan

a. Definisi

Perilaku kekerasan adalah perilaku negatif yang bertujuan untuk

menyakiti atau mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak

nyaman yang dilakukan oleh individu atau kelompok dan biasanya

terjadi secara berulang-ulang dalam bentuk fisik (langsung dan tidak

langsung) dan non fisik (verbal secara langsung dan tidak langsung,

non verbal langsung dan tidak langsung).

b. Alat ukur data

Alat ukur data perilaku kekerasan menggunakan kuesioner.

c. Satuan data

Satuan data perilaku kekerasan adalah unit. Perilaku kekerasan diukur

menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam bentuk favourable dan

unfavourable dengan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (S) dan Sangat Tidak Setuju

(STS).

(46)

Tabel 3.2. Skoring Perilaku Kekerasan (Bullying)

No. Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable

1. Sangat setuju (SS) 4 1

2. Setuju (S) 3 2

3. Tidak setuju (TS) 2 3

4. Sangat tidak setuju (STS) 1 4

d. Skala data

Skala data perilaku kekerasan adalah interval.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mengukur variabel lingkungan sekolah, pengetahuan

dan perilaku kekerasan menggunakan kuesioner tertutup dimana responden

hanya memilih jawaban yang telah disediakan (Sumarsono, 2004) . Kuesioner

disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut:

1. Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Sekolah

Tabel 3.3. Kisi-kisi kuesioner lingkungan sekolah

Variabel Indikator Nomor Item

(47)

2. Kisi-kisi Pengetahuan

Tabel 3.4. Kisi-kisi pengetahuan

Variabel Indikator Nomor Item

Favourable Unfavourable

Jumlah

Tabel 3.5. Kisi-kisi perilaku kekerasan (Bullying)

Variabel Indikator Nomor Aitem

Unfavourable

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari

subjek penelitian maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

(48)

sebaiknya jumlah responden untuk ujicoba paling sedikit 30 orang.

Penghitungan dilakukan dengan bantuan aplikasi program komputer SPSS

(Statistical Package For Social Science) for Windows versi 17 dengan tingkat

signifikansi (α) yaitu 5%.

1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan dengan analisis butir soal yaitu skor yang

ada pada butir soal dinyatakan sebagai nilai x dan skor total dinyatakan

sebagai nilai y. Selanjutnya dihitung dengan korelasi product moment.

Kuesioner diuji cobakan pada 30 murid kelas XI SMK Murni 1

Surakarta. Setelah diperoleh harga rxy hasilnya dikonsultasikan dengan

harga kritik product moment. Jika harga rxy > rtabel maka dapat dikatakan

butir itu valid dengan = 5% (Notoatmodjo, 2006).

Perhitungan validitas kuesioner dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

r = koefisien korelasi xy = skor pernyataan

x = pernyataan N = jumlah sampel

y = skor total

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas mengandung maksud untuk menguji sejauh

mana instrumen menghasilkan pengukuran yang sama meskipun

digunakan pengamat yang berbeda pada waktu yang sama.

r

xy

(49)

Uji reliabilitas ini menggunakan rumus Alfa Cronbach dengan

rumus:

ri = k 1 - b2 

( k - 1) 2 t

Keterangan: ri = reliabilitas instrumen yang dicari

k = banyaknya butir pertanyaan

b2 = jumlah varian butir soal

2 t = varian total

Jika hasil ri > rtabel dengan taraf signifikansi 5%, maka aitem

dikatakan reliabel; sebaliknya jika ri < rtabel maka dikatakan tidak

reliabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha

Cronbach minimal 0,7 (Riwidikdo, 2007; Sugiyono, 2007;

Taufiqurrahman, 2008).

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30 murid di

SMK Murni 1 Surakarta didapatkan bahwa sebanyak 4 aitem

pernyataan dari kuesioner lingkungan sekolah dinyatakan tidak

valid, yaitu pernyataan nomor 10, 20, 29 dan 31.Dari kuesioner

pengetahuan tentang perilaku kekerasan didapatkan sebanyak 2

aitem pertanyaan dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 8

dan 15. Sedangkan pada kuesioner perilaku kekerasan didapatkan 3

aitem dinyatakan tidak valid yaitu nomor 6, 11 dan 25.

(50)

H. Analisis Data 1. Pengolahan Data

a) Editing, adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh. Langkah ini dapat dilakukan pada tahap pengumpulan atau

setelah data terkumpul.

b) Coding, merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c) Data entry, adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam komputer kemudian membuat tabel

kontingensi.

d) Tabulating, adalah pengklasifikasian data agar dengan mudah

dilakukan perhitungan statistik deskriptif.

(Hidayat, 2007)

2. Analisis Data

a. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dimaksudkan untuk menguji apakah data yang

terkumpul memenuhi persyaratan untuk analisis. Untuk uji

persyaratan analisis terhadap data penelitian, maka digunakan uji

normalitas, uji multikolinieritas, linearitas, autokorelasi dan

heteroskesdastisitas. Pengujian ini dilakukan sebelum dilakukan

analisis data untuk pengujian hipotesis.

(51)

1) Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji

kolmogorov-smirnov. Jika kolmogorov-smirnov hitung menunjukkan lebih

besar dari 0,05, maka sebaran data dikatakan mendekati distribusi

normal atau normal. Sebaliknya, jika kolmogorov-smirnov hitung

menunjukkan lebih kecil dari 0,05, maka sebaran data dikatakan

tidak mendekati distribusi normal atau tidak normal (Ghozali,

2009).

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model

regresi ada korelasi antar variabel bebas, dengan memperhatikan

nilai tolerance dengan VIF (Variance Inflation Factor). Sebagai

prasyarat model regresi harus mempunyai nilai tolerance > 0,10

dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas, sebaiknya jika

nilai tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka terjadi multikolinieritas

(Ghozali, 2009).

3) Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi

variabel bebas x terhadap variabel terikat y. Berdasarkan garis

regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji nilai keberartian

koefisien garis regresi serta linieritasnya. Apabila p value > 0,05,

maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah

(52)

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Hal ini dapat diketahui dengan Uji Durbin-Watson

dengan membandingkan nilai D-W hitung dengan nilai D-W tabel.

5) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas berarti

penyebaran titik data populasi pada bidang regresi tidak konstan.

Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji

Glejser dimana dalam uji ini meregresi nilai absolut residual

terhadap variabel independen. Hal ini ditunjukkan jika nilai t

hitung > t tabel serta probabilitas signifikasinya diatas tingkat

kepercayaan 5% atau α > 0,05 maka model regresi tidak

mengandung adanya heterokedastisitas

b. Uji Hipotesis

1) Analisis Univariat

Variabel- variabel yang ada yaitu lingkungan sekolah, pengetahuan

dan perilaku kekerasan dianalisis secara deskriptif dengan

(53)

menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui

karakteristik subyek penelitian.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Pearson

Product Moment dengan taraf signifikansi p < 0,05 dengan rumus:

r

xy

Keterangan : r = koefisien korelasi xy = skor pernyataan

x = pernyataan N = jumlah sampel

y = skor total

3) Analisis Multivariat

(a) Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari

variabel bebas (lingkungan sekolah dan pengetahuan) terhadap

variabel terikat (perilaku kekerasan). Rumus yang digunakan

adalah :

(54)

(b) Uji t

Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikansi

pengaruh vairabel bebas (lingkungan sekolah dan

pengetahuan) terhadap variabel terikat (perilaku kekerasan)

secara parsial. Kriteria pengujian yaitu :

Ho diterima apabila p value ≥ 0,05

Ho ditolak apabila p value ≤ 0,05

Apabila p value > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak,

artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat, sebaliknya apabila p value < 0,05

maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

(c) Uji F

Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikansi

pengaruh varibel bebas (lingkungan sekolah dan pengetahuan)

terhadap variabel terikat (perilaku kekerasan) secara

bersama-sama. Kriteria pengujian yaitu :

Ho diterima apabila p value ≥ 0,05

Ho ditolak apabila p value ≤ 0,05

Apabila p value ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak,

artinya tidak ada pengaruh yang signifikan lingkungan sekolah

dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap perilaku

(55)

dan Ha diterima, artinya ada pengaruh signifikan lingkungan

sekolah dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap

perilaku kekerasan.

(d) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur

seberapa besar sumbangan pengaruh variabel bebas

(lingkungan sekolah dan pengetahuan) dalam menerangkan

variabel terikat (perilaku kekerasan). Nilai koefisien

determinasi adalah antara 0 -1. Nilai R2 yang kecil berarti

sumbangan atau pengaruh variabel bebas dalam menjelaskan

variasi model variabel terikat amat kecil. Sumbangan prediktor

digunakan untuk mengetahui berapa sumbangan (kontribusi)

masing-masing variabel bebas.

Ada 2 jenis sumbangan, yaitu sumbangan efektif dan

sumbangan relatif. Jumlah sumbangan efektif untuk semua

variabel sama dengan koefisien determinasi, sedangkan jumlah

sumbangan relatif untuk semua variabel bebasnya sama

dengan 1 atau 100%. Rumus sumbangan efektif dan

sumbangan relatif sebagai berikut:

a) Sumbangan Relatif (SR)

(i) Sumbangan relatif lingkungan sekolah

SR(X1)% = SE (X)% x 100%

R2

(56)

(ii) Sumbangan relatif pengetahuan

SR(X2)% = x 100%

b) Sumbangan Efektif (SE)

(i) Sumbangan efektif lingkungan sekolah

SE(X1)% = β x1 x

r

xy1 x 100%

(ii) Sumbangan efektif pengetahuan

SE(X2)% = β x2 x

r

xy2 x 100%

Semua perhitungan prasyarat penelitian dan uji hipotesis menggunakan

program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi

16.

SE (X)% R2

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara

lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan dengan

perilaku kekerasan pada kalangan pelajar. Pengambilan data dilaksanakan

pada hari Rabu, tanggal 21 Mei 2014 di SMK Murni 1 Surakarta, dengan

jumlah responden sebanyak 104 siswa kelas XI yang diambil secara random

sampling. Proses pengambilan data menggunakan kuesioner. Pengisian

kuesioner dilakukan pada tempat dan waktu yang sama di SMK Murni 1

Surakarta. Berikut karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,

dan tempat tinggal responden.

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1 Distribusi umur responden

Umur Jumlah Presentase

16 tahun

Sumber : Data Primer (2014)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari seluruh sampel, yang

terbanyak berusia 17 tahun yaitu sejumlah 65 siswa.

(58)

b. Karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal

Tabel 4.2 Distribusi tempat tinggal responden

Tempat tinggal Jumlah Presentase

Boyolali 4 3,84%

Sumber : Data Primer (2014)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sampel paling banyak tinggal di

Surakarta yaitu sejumlah 73 siswa.

c. Karakteristik responden berdasarkan perilaku kekerasan yang dilakukan

Tabel 4.3 Distribusi perilaku kekerasan yang dilakukan

Bentuk Jumlah Presentase

Fisik 20 19,23%

Non fisik 84 80,77%

Total 104 100%

Sumber : Data Primer (2014)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan murid melakukan

perilaku kekerasan berbentuk non fisik yaitu verbal sebesar 84 orang.

(59)

2. Analisis Univariat

Secara keseluruhan berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan pada

semua variabel didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Statistik deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Lingkungan

sekolah 104 78 120 100.98 9.006

Pengetahuan 104 7 18 13.00 12.67

Perilaku kekerasan 104 66 126 110.81 12.502 Valid N (listwise) 104

a. Deskripsi Data Lingkungan Sekolah

Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden

(N) = 104 siswa dengan jumlah skor lingkungan sekolah tertinggi = 120

dan jumlah lingkungan sekolah terendah = 78 , mean ( ) = 100,98 ,

median (Me) = 101 , Standar Deviasi (σ) = 9,006, dan Modus (Mo) = 95.

Adapun grafik histogramnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Histogram lingkungan sekolah

(60)

b. Deskripsi Data Pengetahuan tentang Perilaku Kekerasan

Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden

(N) = 104 siswa dengan total nilai pengetahuan tertinggi = 18 dan

pengetahuan terendah = 7 , mean ( ) = 12,67 , median (Me) = 13 ,

Standar Deviasi (σ) = 2,304, dan Modus (Mo) = 13. Adapun grafik

histogramnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2. Histogram pengetahuan tentang perilaku kekerasan

c. Deskripsi Data Perilaku Kekerasan

Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden

(N) = 104 siswa dengan total nilai perilaku kekerasan tertinggi = 66 dan

terendah = 126 , mean ( ) = 114 , median (Me) = 114 , Standar Deviasi

(σ) = 12,502, dan Modus (Mo) = 118. Adapun grafik histogramnya

adalah sebagai berikut:

(61)

3. Analisis Bivariat

Berdasarkan uji statistik bivariat Pearson’s Product Moment, dapat

diketahui bahwa terdapat pengaruh antara masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen.

a. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan

Dari hasil analisis didapat koefisien korelasi antara lingkungan

sekolah dengan perilaku kekerasan adalah 0,548 dan nilai t hitung pada

variabel lingkungan sekolah sebesar 4,334 dengan nilai signifikansi

0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan dengan

lingkungan pengetahuan perilaku lingkungan Pearson Correlation 1 .484** .548**

Sig. (2-tailed) .000 .000 N 104 104 104 pengetahuan Pearson Correlation .484** 1 .522**

Sig. (2-tailed) .000 .000 N 104 104 104 perilaku Pearson Correlation .548** .522** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 104 104 104 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4.5 Uji statistik bivariat

Gambar 4.3. Histogram perilaku kekerasan

(62)

kekuatan sedang antara lingkungan sekolah dan perilaku kekerasan.

Lingkungan sekolah juga cukup berpengaruh terhadap perilaku

kekerasan. Arah pengaruh adalah positif karena nilai r positif, berarti

semakin baik lingkungan sekolah maka semakin baik pula perilaku

pelajar untuk tidak melakukan perilaku kekerasan di sekolah.

Sedangkan dari output didapatkan signifikasi sebesar 0,000.

Karena signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan

bahwa lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perilaku kekerasan.

b. Pengaruh pengetahuan tentang perilaku kekerasan dengan perilaku

kekerasan

Dari hasil analisis didapat koefisien korelasi antara pengetahuan

tentang perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan adalah 0,522 dan

nilai t hitung pada variabel penegtahuan sebesar 3,753 dengan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan

dengan kekuatan sedang. Pengetahuan tentang perilaku kekerasan juga

cukup berpengaruh terhadap perilaku kekerasan. Sedangkan arah

pengaruh adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin tinggi

pengetahuan maka semakin baik pula perilaku pelajar untuk tidak

melakukan perilaku kekerasan.

Sedangkan dari output didapatkan signifikasi sebesar 0,000.

Karena signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada pengetahuan tentang perilaku kekerasan berpengaruh terhadap

perilaku kekerasan.

Gambar

Tabel 3.1. Skoring Kuesioner Lingkungan Sekolah No. Pilihan Jawaban
Tabel 3.2. Skoring Perilaku Kekerasan (Bullying) No. Pilihan Jawaban
Tabel 3.4. Kisi-kisi pengetahuan Variabel Indikator
Tabel 4.1 Distribusi umur responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka hal inilah yang mendorong penulis untuk menganalisis masalah tuntutan hak asuh anak oleh suami yang terdapat dalam putusan Pengadilan Agama Semarang yang

As Kalecki emphasized, the rise in prices and in money wages due to increases in employment and production, leads to a rise in the ‘money value of turnover’; this also causes a rise

Hasil dari Penelitian ini adalah Pada perencanaan pengadaan RSUD Kota Semarang tidak membuat kerangka acuan kerja dan berita acara serah terima, pengadaan obat

Tahapan evaluasi merupakan tahap dalam asuhan keperawatan yang dimana mahasiswa menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan evaluasi pada An. A sesuai dengan

Mahasiswa mampu mengerti interaksi antara gelombang laut dengan pantai serta faktor-faktor yang berpengaruh Mahasiswa diberikan Tugas Mahasiswa mengerjakan tugas di kelas

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Konsep Energi

Meskipun hasil penelitian tentang jenis – jenis MP-ASI dalam kategori baik, akan tetapi pengetahuan responden tentang waktu yang tepat untuk pemberian MP-ASI yaitu sebanyak

Jika peraturan daerah telah diubah lebih dari satu, pasal I memuat, selain mengikuti ketentuan pada nomor 154 pada huruf , juga tahun dan nomor dari peraturan daerah perubahan yang