• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Tingkat Kualitas Pelayanan Travel "X", Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Tingkat Kualitas Pelayanan Travel "X", Bandung."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kepuasan konsumen pada Travel “X”, Bandung, dengan menggunakan metode studi deskriptif dengan penyebaran kuesioner terhadap 54 orang konsumen Travel “X”, Bandung.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 50 item yang merupakan modifikasi dari alat ukur Service Quality yaitu, Servqual : A Multidimensional Scale to Capture Customer Perceptions and Expectation of Service Quality, oleh Valerie A. Zeithaml (2009) yang dibuat berdasarkan lima dimensi kualitas jasa, yaitu : reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan), emphaty (empati), dan tangible (bukti langsung). Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus Rank Spearman dan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, juga pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17.0 diperoleh 38 item yang diterima dengan validitas Expected Service sebesar 0,328 s/d 0,802 dan reliabilitas Expected Service sebesar 0,976. Pada item Perceived Service, validitas sebesar 0,320 s/d 0.689 dan reliabilitas sebesar 0,899.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa terdapat 51 orang (94,4%) konsumen yang tidak puas terhadap pelayanan Travel “X”, Bandung dan 3 orang (5,6%) konsumen yang sangat puas terhadap pelayanan Travel “X”, Bandung.

Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagian besar konsumen merasa tidak puas terhadap kualitas pelayanan Travel “X”, Bandung. Ketidakpuasan terbesar dirasakan dalam dimensi tangible dan reliability.

(2)

iii Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research was conducted to know a description of customer satisfaction in retail outlets Travel “X”, Bandung, using descriptive study with distribution of questionnaires to 54 Costumer Travel “X”, Bandung.

Measuring instruments used in this study consisted of 50 items was modificated by researcher, based on instruments of the Service Quality, SERVQUAL: A Multidimensional Scale to Capture Customer Perceptions and Expectations of Service Quality, by Valerie A. Zeithaml (2009) which is based on the five dimensions of service quality, consist of: reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangible. Based on test validity using Spearman Rank formula and reliability by using Cronbach Alpha formula, also processing the data using SPSS 17.0 obtained 38 items received with expected service validity of 0,328 until 0,802 and expected service reliability of 0.976. in perceived service items, have a validity of 0,320 until 0.689 and reliability of 0,899.

Based on the research and discussion concluded that there are 51 people (94.4%) of consumers who are not satisfied with the service quality of Travel “X”, Bandung and 3 people (5.6%) of consumers are very satisfied with the service quality Travel “X”, Bandung.

The conclusions obtained are the majority of consumers are not satisfied with the service quality of Travel “X”, Bandung. The Biggest dissatisfaction are in tangible and reliability dimensions.

(3)

iv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……..………. i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR TABEL………...ix

DAFTAR BAGAN………......xi

DAFTAR GAMBAR………...xii

DAFTAR LAMPIRAN………...……….xiii BAB I (PENDAHULUAN)………..1

1.1.Latar Belakang Masalah……….1

1.2.Identifikasi Masalah………...………..10

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……….10

1.3.1 Maksud Penelitian………10

1.3.2 Tujuan Penelitian………..11

1.4.Kegunaan Penelitian……….11

1.4.1 Kegunaan Teoritis………....11

1.4.2 Kegunaan Praktis……….11

(4)

v Universitas Kristen Maranatha

1.6.Asumsi………..25

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)………....26

2.1. Kepuasan Konsumen………....26

2.1.1 Definisi Kepuasan Konsumen………..26 2.1.2 Tingkat Kepuasan Konsumen………...27

2.1.3 Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen………...27

2.2. Jasa………29

2.2.1 Pengertian Jasa……….29

2.2.2 Karakteristik Jasa………..30

2.2.3 Kualitas Jasa……….32

2.2.3.1 Expected Service………..32

2.2.3.2 Perceived Service………..36 2.2.4 Model Kualitas Jasa………..37

2.2.5 Dimensi Kualitas Jasa………...37

2.3. Teori Importance-Performance Matrices………...………..39

2.4. Teori Persepsi………...………40

(5)

vi Universitas Kristen Maranatha 3.2.1 Variabel Penelitian………..………..45 3.2.2 Definisi Operasional………...45

3.3. Alat Ukur ……….…47

3.3.1 Jenis Alat Ukur………..……...47

3.3.1.1 Rincian Alat Ukur………...………..48

3.3.1.2 Rincian Skoring Alat Ukur………...49

3.3.2 Data Penunjang………..……….…..50

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian………51 3.4.1 Karakteristik Populasi dan Sampel Penelitian…..………..………..51 3.3.2 Teknik Penarikan Sampel………..………...51 3.5. Uji Coba Alat Ukur………..51

3.5.1 Validitas Alat Ukur……….…..52

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur………..……….53

3.6. Teknik Analisis……….53

3.7. Teknik Analisis Gap...54

BAB IV (HASIL DAN PEMBAHASAN)...58

4.1. Gambaran responden...58

4.1.1. Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin...58

4.1.2. Gambaran responden berdasarkan usia...59

(6)

vii Universitas Kristen Maranatha 4.1.4 .Gambaran responden berdasarkan Frekuensi Penggunaan Travel “X”,

Bandung dalam 3 bulan terakhir………...60

4.2. Hasil Penelitian………...61

4.2.1. Gambaran Kepuasan Konsumen pada Setiap Dimensi...62

4.2.1.1 Kepuasan Konsumen pada Dimensi Reliability………62

4.2.1.2. Kepuasan Konsumen pada Dimensi Responsiveness………..62

4.2.1.3. Kepuasan Konsumen pada Dimensi Assurance………...63

4.2.1.4. Kepuasan Konsumen pada Dimensi Tangible……….63

4.2.1.5 Kepuasan Konsumen pada Dimensi Emphaty………...64

4.3. Gambaran Matrix Importance-Performance Analysis untuk melihat tingkat kepentingan konsumen pada setiap dimensi kepuasan konsumen……...…65

4.4. Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Expected Service dan Perceived Service yang signifikan di Travel “X”, Bandung………..……68

4.4.1.Expected Service………68

4.4.1.1.Personal Needs ………..………68

4.4.1.2. Explicit service promises ……….………69

4.4.1.3. implicit service promises……….71

4.4.1.4.Predicted Service ………..……….72

(7)

viii Universitas Kristen Maranatha

4.4.2.1.Evidence of service_people ……….………76

4.4.2.2.Evidence of service_physical………..………77

4.4.2.3.Evidence of service_process ……….………78

4.4.2.1.Service encounters ……….………79

4.5. Pembahasan...81

BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN)...82

5.1. Kesimpulan...82

5.2. Saran...83

5.2.1. Saran Praktis...83

5.2.2. Saran Teoritis...83

DAFTAR PUSTAKA……...……….……85

DAFTAR RUJUKAN...86

(8)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Rincian Alat Ukur………...………...48

Tabel 3.3 Skala Penilaian………49

Tabel 4.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...58

Tabel 4.2. Gambaran Responden Berdasarkan Usia………...59

Tabel 4.3.Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan...59

Tabel 4.4. Gambaran responden berdasarkan Frekuensi Penggunaan Travel “X”, Bandung dalam 3 bulan terakhir………...…60 Tabel 4.5. Gambaran Tingkat Kepuasan Konsumen Travel “X”,Bandung………....61

Tabel 4.6. Gambaran Kepuasan Konsumen pada Dimensi Reliability...62

Tabel 4.7. Gambaran Kepuasan Konsumen pada Dimensi Responsiveness...62

Tabel 4.8. Gambaran Kepuasan Konsumen pada Dimensi Assurance...63

Tabel 4.9. Gambaran Kepuasan Konsumen pada Dimensi Tangible...63

Tabel 4.10. Gambaran Kepuasan Konsumen pada Dimensi Emphaty...64

Tabel 5.1. Personal needs ………68

Tabel 5.2. Explicit service promises……….69

Tabel 5.3. Implicit service promises……….71

Tabel 5.4. Predicted Service………..………72

Tabel 5.5. Past Experience……….74

(9)
(10)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(11)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

(12)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. --- Kisi-Kisi Alat Ukur Lampiran 2. --- Kisi Data Penunjang

Lampiran 3 --- Kuesioner Kepuasan Konsumen Lampiran 4 --- Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

(13)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di zaman sekarang ini, perkembangan usaha di dunia bisnis berkembang

pesat. Sulitnya mendapatkan pekerjaan sehingga banyak juga orang yang

membuka usaha sendiri. Banyaknya usaha bisnis di bidang yang sama, termasuk

salah satunya di bidang transportasi, membuat persaingan antar usaha semakin

ketat dan pilihan konsumen menjadi lebih banyak. Dalam menjalankan sebuah

usaha, ada hal - hal yang harus dipertimbangkan, yaitu tempat yang nyaman dan

mudah terjangkau, serta pelayanan yang ramah dan komunikatif. Agar dapat

memenangkan persaingan dan mampu menarik konsumen, suatu usaha harus

dapat memberi nilai dan kepuasan kepada konsumen melalui penyampaian produk

maupun jasa yang berkualitas dengan harga yang bersaing.

Usaha di bidang transportasi merupakan usaha yang cukup berpotensi,

karena di zaman sekarang ini, orang-orang membutuhkan transportasi untuk

perjalanan yang cukup jauh dari suatu tempat ke tempat lain. Salah satu usaha di

bidang transportasi adalah travel. Travel menyediakan perjalanan dengan rute

tertentu dari suatu kota ke kota tertentu dengan fasilitas dan harga yang ditentukan

oleh masing-masing travel. Dibukanya tol Cipularang pada tahun 2005, menjadi

peluang dibukanya usaha travel di kota Bandung, termasuk Travel “X” yang

mulai beroperasi sejak tanggal 21 Oktober 2005. Travel “X” saat ini adalah salah

(14)

2

Universitas Kristen Maranatha

bertambahnya cabang yang dimiliki dan semakin meningkatnya permintaan dari

konsumen. Saat ini, Travel “X” sudah memasuki tahun kedelapan beroperasi dan

memiliki seratus unit armada, dengan 9 outlet di Bandung dan Kantor Pusat

Bandung yang terletak di areal SPBU wilayah “X”.

Di awal masa promosinya, Travel “X” menekankan pada harga yang

relatif lebih murah 50% daripada travel lain. Seiring berjalannya waktu dan juga

mengikuti kenaikan harga bahan bakar dan biaya produksi, Travel “X” menaikkan

tarif perjalanan tetapi masih lebih murah dibandingkan travel lain dengan

perbedaan harga 20% lebih rendah dari travel lain. Travel “X” menekankan pada

harga yang relatif murah karena melihat pengguna jasa yang tidak hanya dari

kalangan atas, tetapi juga menengah ke bawah seperti karyawan dan mahasiswa.

Travel “X” juga berusaha memberi kemudahan, kecepatan dan ketepatan

waktu bagi para konsumennya dengan waktu keberangkatan yang setiap jam

mulai dari pukul 06.00 hingga 21.00 dan pool yang tersebar sesuai lokasi dan rute tujuan konsumen. Cara pemesanan tiket Travel “X” dapat dilakukan dengan cara

pemesanan melalui telepon (booking) dari beberapa hari sebelumnya atau datang langsung ke pool terdekat. Pemesanan tiket melalui telepon dilakukan dengan cara menghubungi Call Center Travel “X”. Travel “X”,Bandung hanya memiliki satu nomor Call Center untuk semua pool-nya dengan harapan memberi kemudahan konsumen dalam mengingat kontak Travel “X”.

Pemesanan juga dapat dilakukan pada hari-H keberangkatan. Jika di waktu

keberangkatan yang diinginkan konsumen sudah penuh, pihak Travel “X” akan

(15)

3

Universitas Kristen Maranatha

berikutnya yang masih kosong. Pemesanan yang dilakukan oleh konsumen

kemudian dicatat oleh Customer Service (CS) Travel “X”, Bandung untuk konfirmasi sebelum keberangkatan. Setiap harinya, dari seluruh outlet yang ada,

konsumen yang melakukan pemesanan melalui telepon (booking) maupun pemesanan langsung di tempat terhitung kurang lebih hingga 2000 orang. Untuk

di Travel “X”, Bandung, terhitung 25% dari keseluruhan atau ± 500 orang setiap

harinya.

Berdasarkan wawancara dengan Manager Travel “X”, didapatkan data

bahwa seluruh keberangkatan menuju setiap pool di Jakarta berkumpul di kantor pusat. Namun, jarak dari kantor pusat hingga pintu tol terbilang cukup jauh,

sehingga terkadang memakan waktu lama dan kurang tepat waktu dalam

keberangkatan (faktor situasional). Kantor Pusat Travel “X” di Bandung yang

sempat berpindah tempat tidak menjadikannya sepi pengunjung, tetap ramai

didatangi oleh konsumennya. Pusat Travel “X” sebelumnya berada di Jalan “X”,

tepatnya di depan restoran dan tempat olahraga golf, dirasakan lebih nyaman oleh

konsumen.

Saat ini Pusat Travel “X” berada di tengah kota yang ramai, tepatnya di

dalam areal SPBU di wilayah “X”. Dari hasil observasi peneliti, di depan SPBU,

berjajar beberapa minibus yang digunakan oleh Travel “X” untuk perjalanan

Bandung-Jakarta. Di dalam pool pusat Travel “X”, disediakan ruang tunggu bagi para konsumennya dengan fasilitas toilet, kantin, dan musholla. Proses

perpindahan kantor Pusat Travel “X” sempat membuat konsumen kesulitan

(16)

4

Universitas Kristen Maranatha

dijangkau. Travel “X” kemudian berusaha menyiasati dengan menyediakan

operator dan supir di kantor pusat yang lama di masa-masa awal perpindahan,

kemudian konsumen segera diarahkan dan diantar ke Pusat Travel “X” yang baru.

Dari hasil wawancara dengan Manajer Travel “X”, konsep penawaran

yang diberikan kepada konsumen, yaitu berupa harga yang murah tetapi berusaha

untuk tidak disebut murahan. Agar tidak dikatakan murahan, pihak Travel “X”

mengatakan bahwa prioritasnya adalah berusaha meningkatkan pelayanan dengan

keramahan pada Customer Service (CS), tampilan desain kendaraan seperti tambahan kaca film dan gorden, kenyamanan di kendaraan dengan

memperhatikan kondisi Air Conditioner (AC), jok, dan suspensi.

Ketika permintaan sedang meningkat, yakni saat konsumen sedang ramai,

maka pihak Travel “X” menyiasati dengan menggunakan seratus unit armada

yang pada hari biasanya tidak digunakan seluruhnya. Permintaan meningkat

umumnya terjadi menjelang weekend dan akhir weekend, yakni Jumat s/d Senin. Pihak Travel “X” juga menambahkan jumlah Customer Service di Call Center

yang pada hari biasa hanya 6 orang, menjadi 7-8 orang. Di setiap pool-nya, Travel

“X” memiliki leader yang mengawasi pemesanan dan pekerjaan operator

(Customer Service). Leader kemudian harus turun tangan ketika konsumen sedang ramai untuk membantu pemesanan agar lebih cepat dan efektif.

Manajer Travel “X” mengakui bahwa usahanya masih memiliki

kekurangan, seperti pencatatan pemesanan dengan cara manual (tulis tangan).

Travel “X” tidak menggunakan teknologi komputer karena lebih mementingkan

(17)

5

Universitas Kristen Maranatha

kendaraan. Manajer Travel “X”, Bandung juga mengakui bahwa Call Center yang hanya berada di satu lokasi terkadang membuat kesulitan antar pegawai karena

terjadi miskomunikasi. Miskomunikasi antar pegawai ini kemudian menyebabkan kesalahan dalam pencatatan pemesanan konsumen atau tidak tercatatnya nama

konsumen yang sudah memesan. Hal ini biasanya membuat konsumen langsung

mendatangi pool terdekat dan mengkonfirmasi waktu keberangkatan. Jika nama konsumen belum tertera dan masih ada kursi yang kosong, maka konsumen dapat

langsung berangkat di waktu yang diinginkan. Namun, jika daftar penumpang

sudah penuh, maka konsumen ditawarkan di jam berikutnya. Hal ini dapat

membuat pemesanan konsumen menjadi tidak sesuai dengan yang telah dipesan

melalui call center.

Konsumen pada umumnya terfokus pada harga yang akan dibayarkan,

kemudian melihat dan merasakan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa.

Harga yang relatif lebih murah yang ditawarkan oleh Travel “X” membuat

konsumen tertarik tetapi belum tentu sesuai dengan pelayanan yang didapatkan

dan belum tentu dihayati murah oleh seluruh konsumennya. Kenyataannya, ada

saja keluhan yang diberikan konsumen terhadap Travel “X”. Bahkan para

konsumen membentuk suatu komunitas khusus pengguna Travel “X” di situs

jejaring sosial facebook untuk dapat saling berbagi informasi ataupun keluhan setelah menggunakan jasa Travel “X”.

Berdasarkan informasi dari Komunitas Pengguna Travel “X” di Jejaring

(18)

6

Universitas Kristen Maranatha

menghubungi Call Center, tidak tercatatnya nama konsumen yang sudah melakukan booking via Call Center, dan kurangnya pelayanan yang baik saat pemesanan di pool karena Customer Service sibuk mengangkat telepon atau berbicara dengan pegawai lain sehingga konsumen harus menunggu lama dan

terkadang harus memanggil Customer Service beberapa kali. Ada juga keluhan konsumen mengenai nomor Call Center yang sulit dihubungi dan supir yang ugal-ugalan dalam membawa kendaraan.

Pada dasarnya, bila sebuah usaha di bidang jasa ingin maju dan

berkembang pesat, pelayanan merupakan hal yang utama dan tidak boleh

dilupakan, karena dari pelayanan dapat membentuk kepuasan konsumennya

melalui harapan dan kebutuhan yang dimiliki konsumen. Kepuasan konsumen

adalah penilaian terhadap suatu produk atau jasa yang menghasilkan tingkat

kepuasan dari pelayanan yang dirasakan oleh konsumen (Zeithaml, 2009).

Kepuasan konsumen yang timbul akan dapat membangun loyalitas konsumen

yang kemudian membuat sebuah usaha mampu mempertahankan konsumennya

(Tjiptono, 2004).

Menurut Kotler (2002), jika pelayanan yang diberikan kepada konsumen

melebihi harapan atau kebutuhan konsumen, maka akan muncul perceived service

yang melebihi expected service (PS>ES) dan membuat konsumen merasa sangat puas. Bila konsumen merasa sangat puas, maka konsumen akan kembali

menggunakan jasa tersebut dan memungkinkan untuk menceritakan

pengalamannya kepada orang lain. Jika pelayanan yang diberikan sama dengan

(19)

7

Universitas Kristen Maranatha

sama dengan expected service (PS=ES) dan membuat konsumen merasa puas. Bila konsumen puas, konsumen belum tentu akan kembali menggunakan jasa

tersebut, tetapi bisa saja menjadikannya sebagai alternatif jika ada jasa lain yang

memberikan penawaran yang sama namun tidak memberikan pelayanan yang

lebih berkualitas.

Sedangkan jika harapan atau kebutuhan konsumen melebihi pelayanan

yang dirasakan, maka akan muncul expected service yang melebihi perceived service (PS<ES) dan membuat konsumen merasa tidak puas. Bila konsumen tidak puas, maka konsumen bisa saja tidak akan kembali lagi menggunakan jasa

tersebut atau komplain mengenai keluhannya selama merasakan pelayanan yang

didapatkan, terkecuali bila konsumen mempertimbangkan harga daripada

pelayanan yang didapatkan (Kotler,2002).

Menurut Zeithaml (2009), terdapat 5 dimensi utama yang mempengaruhi

kualitas pelayanan suatu jasa, yaitu: Reliability, yakni kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan dapat dipercaya.

Kedua, Responsiveness, yaitu keinginan untuk melayani konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat, tanggap dan cekatan bagi konsumen. Ketiga,

Assurance, merupakan pengetahuan, kesopanan, keramahan dan kemampuan karyawan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan konsumen. Keempat, Empathy,

merupakan kepedulian dan atensi karyawan terhadap konsumennya secara

individual. Kelima, Tangible merupakan tampilan dan fasilitas fisik, peralatan, personel dan aturan / petunjuk tertulis yang berhubungan dengan pelayanan dari

(20)

8

Universitas Kristen Maranatha

Selain membentuk harapan dan pelayanan yang dirasakan oleh konsumen,

kelima dimensi kualitas pelayanan juga membentuk tingkat kepentingan

konsumen, yaitu keyakinan konsumen sebelum menggunakan suatu jasa, yang

akan dijadikannya acuan (standar) dalam menilai kinerja produk atau jasa tersebut

(Rangkuti,2003). Tingkat kepentingan yang dirasakan konsumen pada setiap

dimensi kualitas pelayanan, kemudian akan menunjukkan dimensi kualitas

pelayanan yang sudah memuaskan dan perlu dipertahankan, yang perlu

ditingkatkan, maupun yang pelayanannya dirasakan sudah berlebihan.

Hal ini akan dirasakan oleh konsumen secara psikologis, yang kemudian

akan disebut persepsi. Persepsi konsumen mengenai pelayanan di Travel “X”

bermacam-macam. Berdasarkan survei awal menggunakan metode wawancara

yang dilakukan oleh peneliti kepada sepuluh orang konsumen yang telah

menggunakan jasa Travel “X” lebih dari tiga kali, didapatkan hasil bahwa 20% (2

orang) mengatakan akan kembali dan terus menggunakan Travel “X” karena

sudah merasa nyaman dan selama ini tidak ada keluhan. Responden mengatakan

bahwa Travel “X” adalah travel yang konsisten dari segi waktu (on time) karena akan meninggalkan konsumen bila konsumen terlambat datang, sehingga

konsumen lah yang harus berusaha datang tepat waktu. Hal ini merujuk pada

aspek reliability yang berusaha dipenuhi oleh Travel “X” untuk memberikan kepuasan konsumennya.

30% (3 orang) dari responden mengatakan bahwa pelayanan di Travel “X”

sudah cukup baik dan membuat mereka merasa nyaman karena tidak pernah

(21)

9

Universitas Kristen Maranatha

merujuk pada aspek reliability yang berusaha dipenuhi oleh Travel “X” sesuai dengan janjinya yang menekankan ketepatan dan kemudahan bagi konsumennya.

Selain itu, lokasi SPBU Suci yang dekat dari tempat tinggal konsumen dan lokasi

tujuan konsumen yang dekat dengan pool Travel “X” di Jakarta menjadi alasan konsumen merasa puas terhadap pelayanan yang telah dirasakan selama

menggunakan Travel “X”.

Sedangkan, terdapat 50% (5 orang) mengatakan bahwa pegawai Travel

“X” lamban dalam melayani konsumen, pemesanan yang seringkali penuh bila

melalui Call Center hingga konsumen harus datang ke pool dan keberangkatan yang seringkali kurang tepat waktu sehingga membuat konsumen menunggu,

keramahan supir yang kurang dan ketidakjelasan pegawai maupun supir saat

memberi informasi mengenai tempat tujuan, serta keluhan konsumen yang tidak

dipedulikan oleh pegawai ketika konsumen sudah mengomel. Selain itu, kurang

bersihnya ruang tunggu, AC yang terlalu dingin di mobil travel, kursi yang sempit

di mobil Travel “X” sehingga terkadang mengganggu bila ada konsumen lain

yang tidur dan bersandar pada konsumen lain, membuat konsumen merasa tidak

puas terhadap pelayanan Travel “X”. Hal ini merujuk pada semua aspek kepuasan

konsumen yang masih kurang dipenuhi oleh pihak Travel “X” dalam memuaskan

(22)

10

Universitas Kristen Maranatha emphaty dalam hal pemberian perhatian dari pihak Travel “X” kepada konsumennya.

Penawaran yang diberikan oleh Travel “X” akan memunculkan harapan

dalam diri konsumen. Kenyataannya, keluhan masih saja ada dan hal ini dapat

menimbulkan kesenjangan (gap) yang kemudian akan memunculkan rasa

ketidakpuasan konsumen. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada

konsumen Travel “X”, konsumen berharap Travel “X” dapat meningkatkan

kualitas pelayanannya dengan menggunakan tempat yang lebih nyaman dan lebih

bersih. Konsumen juga mengharapkan adanya penambahan mobil travel dan

waktu keberangkatan hingga memungkinkan jam operasi Travel “X” 24 jam yang

akan memudahkan konsumen untuk berangkat di waktu kapanpun. Penghayatan

konsumen Travel “X” yang berbeda-beda dan banyaknya keluhan terhadap Travel

“X” membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan

konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh Travel “X”, Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana tingkat kepuasan konsumen

terhadap kualitas pelayanan Travel “X”, Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai tingkat kepuasan konsumen terhadap

(23)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2. Tujuan Penelitian

Mengetahui informasi yang menyeluruh mengenai tingkat kepuasan

konsumen terhadap kualitas pelayanan Travel “X”, Bandung yang dilihat dari

dimensi reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance

(jaminan), emphaty (empati), dan tangible (bukti langsung yang terlihat dengan kasat mata), mengetahui dimensi kualitas pelayanan yang paling memuaskan

hingga yang paling tidak memuaskan, serta melihat tingkat kepentingan dimensi

kualitas pelayanan di Travel “X”, Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Menambah pemahaman di bidang Psikologi Industri dan Organisasi dan

Psikologi Konsumen, khususnya yang berkaitan dengan kepuasan

konsumen terhadap kualitas pelayanan.

2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk penelitian

yang berhubungan dengan kepuasan konsumen.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi mengenai gambaran dimensi kualitas pelayanan

yang tinggi dan yang rendah di Travel “X”, Bandung sehingga dapat

dijadikan bahan pertimbangan bagi Customer Service untuk memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan Travel “X”,

(24)

12

Universitas Kristen Maranatha

2. Memberikan informasi mengenai gambaran tingkat kepentingan

(importance) dan performance dari setiap dimensi kualitas pelayanan di

Travel “X”, Bandung kepada pihak manajemen sehingga dapat diketahui

dimensi kualitas pelayanan yang perlu diperbaiki, ditingkatkan atau

dipertahankan di Travel “X”, Bandung.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi Manajer Travel “X”, Bandung untuk

mengadakan pelatihan atau training demi meningkatkan kualitas pelayanan Customer Service dan Supir Travel “X”, Bandung.

4. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemilik (Owner) Travel “X”, Bandung untuk mengadakan perbaikan fasilitas dan tempat yang digunakan demi

meningkatkan kebersihan ruangan dan kenyamanan bagi konsumen Travel

“X”, Bandung.

1.5. Kerangka Pikir

Tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diberikan

oleh Travel “X”, Bandung didapatkan dengan cara membandingkan penilaian

antara expected service dan perceived service (Zeithaml, 2009). Perbandingan antara expected service dan perceived service akan menjadi dasar untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen, yakni sangat puas, puas atau tidak puas

(Kotler,2004). Perbandingan ini didapatkan oleh konsumen saat merasakan

(mempersepsikan) pelayanan di Travel “X”, Bandung.

(25)

13

Universitas Kristen Maranatha

diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai

kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang

diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik

tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam

memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Hal ini berarti bahwa kinerja

kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang pihak penyedia jasa,

melainkan berdasarkan sudut pandang pengguna jasa, yaitu konsumen. (Tjiptono,

2004)

Dalam hal ini, untuk dapat memuaskan kebutuhan konsumen Travel “X”,

Bandung, diperlukan adanya kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang buruk

akan membuat konsumen kurang berminat dan pada akhirnya lebih memilih travel

lain, sedangkan kualitas pelayanan yang baik akan membuat konsumen merasa

puas sehingga konsumen kembali menggunakan jasa Travel “X” dan

memungkinkan untuk menceritakan pengalamannya kepada orang lain. Kepuasan

konsumen adalah evaluasi konsumen terhadap produk atau jasa dalam hal produk

atau jasa tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan mereka (Zeithaml,

2009).

(26)

14

Universitas Kristen Maranatha Expected service mulai terbentuk saat konsumen menyadari personal needsnya, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang yang akan menentukan harapannya, meliputi kebutuhan fisik, sosial, psikologis dan fungsional ketika

konsumen Travel “X”, Bandung berusaha memenuhi kebutuhannya secara pribadi

maupun bersama teman atau keluarga menggunakan jasa Travel “X”, Bandung

dan merasakan pelayanan selama menggunakan jasa Travel “X”, Bandung.

Meningkatnya sensitivitas personal needs terhadap pelayanan yang diberikan

Travel “X”, Bandung dapat terjadi karena adanya faktor lasting service

intensifiers dan temporary service intensifiers.

Lasting service intensifiers merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap jasa. Hal ini

meliputi harapan konsumen yang didorong oleh orang lain atau kelompok dan

pandangan pribadinya mengenai pelayanan yang diinginkan. Seperti konsumen

yang mendapat saran dari orang terdekat untuk menggunakan Travel “X”,

Bandung akan memiliki harapan mengenai pelayanan yang diinginkan karena

adanya dorongan dari orang lain.

Temporary service intensifiers merupakan faktor individual yang dapat meningkatkan kesadaran akan kebutuhan terhadap pelayanan. Faktor ini berkaitan

dengan situasi darurat pada saat konsumen membutuhkan pelayanan dan pihak

Travel “X”, Bandung bersedia untuk membantunya. Dalam jangka pendek, dari

pelayanan yang diberikan oleh Travel “X” diharapkan dapat membantu konsumen

(27)

15

Universitas Kristen Maranatha

di suatu tempat selain di pool tujuan dan konsumen meminta izin atau menanyakan terlebih dahulu kepada pengemudi Travel “X”, Bandung.

Harapan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa

juga dipengaruhi oleh adanya alternatif penyedia jasa lain yang dapat memberikan

pelayanan dengan penawaran yang sama kepada konsumen, yang disebut dengan

faktor perceived service alternatives. Jika konsumen memiliki beberapa alternatif, maka harapannya terhadap suatu jasa cenderung akan semakin besar. Selain

Travel “X”, Bandung, terdapat banyak travel di kota Bandung yang memiliki

fasilitas serupa bahkan yang lebih lengkap. Dengan adanya alternatif bagi

konsumen dalam memilih travel, maka harapan konsumen terhadap pelayanan

Travel “X”, Bandung dapat semakin besar. Penting bagi pihak Travel “X”,

Bandung untuk mengetahui hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam

memilih Travel “X”, Bandung untuk perjalanannya ke Jakarta.

Self-perceived service roles merupakan persepsi konsumen mengenai tingkat keterlibatannya dalam mempengaruhi jasa yang diterima. Jika terjadi

kesalahan dalam pelayanan, maka konsumen tidak dapat sepenuhnya

menyalahkan pihak Travel “X”, Bandung karena konsumen juga terlibat dalam

proses penyampaian faktor tersebut. Salah satu bentuk keterlibatan konsumen

dalam pelayanan di Travel “X”, Bandung adalah saat di perjalanan, konsumen

menyampaikan keinginan atau harapannya kepada pengemudi travel, seperti

mengendarai dengan hati-hati, menyalakan AC lebih dingin, atau mengatakan

(28)

16

Universitas Kristen Maranatha

Faktor yang juga penting dalam expected service tetapi tidak dapat dikendalikan oleh pihak Travel “X”, Bandung adalah situasional factors, seperti ramainya konsumen sehingga menyebabkan antrian panjang di Customer Service Travel “X”, demo di sekitar pool, kebanjiran atau kemacetan. Hal ini bergantung

kepada konsumen Travel “X” yang mentoleransi atau tidak mentoleransi situasi

yang terjadi diluar kendali Travel “X”, Bandung.

Setelah mengetahui kebutuhannya, yakni memesan tiket atau melakukan

booking untuk perjalanan ke Jakarta, maka konsumen akan berusaha mencari informasi mengenai pool dan kualitas pelayanan Travel “X”, Bandung. Informasi ini dapat diperoleh dari pihak Travel “X”, Bandung langsung dengan memberikan

informasi mengenai tempat dan pelayanan yang akan diberikan. Explicit service promises, merujuk pada pernyataan, janji dan komunikasi yang dilakukan oleh tempat pelayanan, yakni Travel “X”, Bandung memberikan janji kepada

konsumen seperti ketepatan pemesanan tempat duduk yang sudah di booking,

ketepatan nama dan waktu keberangkatan, serta ketepatan harga yang harus

dibayarkan.

Implicit service promises menyangkut petunjuk yang berkaitan dengan jasa, yang memberikan kesimpulan bagi konsumen tentang jasa yang bagaimana

yang seharusnya dan jasa seperti apa yang akan diberikan. Petunjuk yang

memberikan gambaran jasa ini meliputi biaya untuk memperolehnya (harga) dan

alat-alat pendukung jasanya. Di Travel “X”, Bandung, konsumen memperoleh

(29)

17

Universitas Kristen Maranatha

didapatkannya. Hal ini kemudian dapat membuat konsumen membandingkan

kesesuaian harga dengan pelayanan yang didapatkan.

Word of mouth merupakan pernyataan secara personal atau nonpersonal yang disampaikan oleh orang lain selain organisasi kepada pelanggan. Sumber

informasi ini dapat diperoleh dari teman, tetangga atau bahkan keluarga.

Informasi yang diperoleh konsumen dari orang lain yang sudah pernah merasakan

pelayanan yang memuaskan ataupun tidak memuaskan dari Travel “X”, Bandung,

akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk

menggunakan jasa pelayanan Travel “X”, Bandung. Konsumen kemudian

mengolah sumber-sumber informasi tadi untuk memperoleh gambaran mengenai

harapan kualitas pelayanan di Travel “X”, Bandung.

Past experience merupakan informasi yang dimiliki subjek di masa lalu mengenai suatu jasa dan bersikap menetap sehingga di kemudian hari. Jika

konsumen sebelumnya sudah pernah merasakan pelayanan di Travel “X”,

Bandung, maka konsumen dapat mengetahui kualitas pelayanannya sehingga

memunculkan harapan untuk mendapatkan pelayanan yang sama atau lebih baik

dari sebelumnya.

Faktor yang terakhir adalah predicted service, yaitu faktor yang berkaitan dengan kepercayaan konsumen atas jasa yang diberikan oleh penyedia pelayanan.

Semakin konsumen percaya, maka semakin mempengaruhi kepuasan konsumen

terhadap Travel “X” , Bandung. Hal ini juga mempengaruhi konsumen dalam

memprediksi pelayanan yang akan diberikan oleh Travel “X”, Bandung dalam

(30)

18

Universitas Kristen Maranatha Expected service akan semakin kuat jika konsumen percaya bahwa pihak

Travel “X”, Bandung mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan

dan harapannya. Setiap orang akan memiliki harapan yang berbeda-beda

tergantung dari persepsi setiap konsumen terhadap kualitas pelayanan penyedia

jasa (Zeithaml,2009). Untuk dapat menentukan tingkat kepuasan konsumen,

konsumen akan melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan ketika sudah

menerima pelayanan dan merasakan perjalanan menggunakan Travel “X”,

Bandung.

Perceived service adalahpersepsi terhadap kualitas pelayanan Travel “X”, Bandung yang diterima oleh konsumen setelah konsumen menggunakan dan

mendapatkan pelayanan dari Travel “X”, Bandung. Menurut Zeithaml (2009), ada

2 faktor yang membentuk Perceived service, yaitu Service Encounters dan Evidence of Service.

Service encounters atau moment of truth terjadi ketika konsumen berinteraksi dengan penyedia jasa. Service encounters merupakan gambaran kualitas layanan yang diterima oleh konsumen dan mempengaruhi kesuluruhan

kepuasan konsumen serta kemauan untuk menggunakan jasa kembali. Merujuk

pada lokasi, fasilitas, dan pelayanan yang diberikan oleh pegawai. Jika dilihat dari

sudut pandang pengguna jasa, service encounters akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Maksudnya, lokasi suatu usaha seringkali menentukan kesuksesan

suatu jasa, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial suatu perusahaan

(31)

19

Universitas Kristen Maranatha

cukup jauh dari pintu tol dan berada di dalam areal SPBU akan mempengaruhi

dalam menarik konsumen yang banyak.

Evidence of service merupakan bukti dari pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen, meliputi tiga kategori, yaitu people, process, dan

physical. Sifat pelayanan yang tidak dapat diamati membuat konsumen mencari bukti dari pelayanan melalui setiap interaksi konsumen dengan penyedia jasa. Di

Travel “X”, Bandung, people adalah orang-orang yang terlibat dalam pelayanan

seperti Customer Service, leader, pengemudi travel dan konsumen Travel “X”, Bandung. Process adalah cara kerja, aktivitas, penggunaan teknologi dan standar di Travel “X”, Bandung, termasuk proses transaksi dalam pemesanan tiket.

Physical adalah alat komunikasi dan fasilitas fisik yang disediakan oleh Travel

“X”, Bandung seperti musholla, toilet, dan kantin. Dalam hal ini, komunikasi

dengan Customer Service dan pengemudi travel, proses transaksi dan fasilitas yang menunjang di Travel “X”, Bandung dapat mempengaruhi kepuasan

konsumen.

Expected service dan perceived service yang dimiliki oleh konsumen memiliki beberapa dimensi yang dapat menentukan kepuasan konsumen terhadap

kualitas pelayanan. Menurut Zeithaml (2009), terdapat 5 dimensi utama yang

mempengaruhi kualitas pelayanan jasa, yaitu: Reliability, yakni kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan dapat dipercaya.

Dalam hal ini, Travel “X”, Bandung memenuhi janjinya dalam ketepatan waktu

(32)

20

Universitas Kristen Maranatha

kursi yang dipesan. Reliability terkait dengan faktor yang mempenngaruhi

Expected Service, yaitu explicit service promises dan implicit service promises. Responsiveness adalah keinginan untuk melayani konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat, tanggap dan cekatan bagi konsumen. Di

Travel “X”, Bandung, hal ini terlihat dalam kecepatan melayani konsumen,

mencatat pemesanan, menanggapi keluhan konsumen, dan kesigapan untuk

melakukan sesuatu saat mobil travel belum juga datang, sementara konsumen

sudah menunggu lama. Responsiveness terkait dengan faktor yang mempengaruhi, yaitu self perceived service roles dan situasional factors.

Assurance, merupakan pengetahuan, kesopanan, keramahan dan kemampuan pegawai dalam melayani konsumen untuk menumbuhkan rasa

kepercayaan konsumen. Di Travel “X”, Bandung, hal ini terlihat dalam

keramahan Customer Service dan pengemudi travel, komunikasi dengan baik, kesopanan dan pengetahuan pegawai dalam memberi informasi mengenai waktu

keberangkatan, rute tujuan, dan daerah di Jakarta. Dimensi ini terkait dengan

faktor-faktor personal needs, past experience, dan evidence of service_people. Empathy, merupakan kepedulian dan atensi karyawan penyedia jasa untuk melayani konsumennya secara individual. Emphaty menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan konsumen dan kepekaan terhadap yang diinginkan konsumen.

Seperti, apabila terdapat konsumen yang ingin memilih kursi di mobil travel,

diharapkan Customer Service Travel “X”, Bandung dapat memberikan bantuan dan perhatian kepada konsumen tersebut, ataupun menawarkan bantuan selain

(33)

21

Universitas Kristen Maranatha

mempengaruhi expected service, yaitu temporary service intensifiers.

Tangible merupakan tampilan dan fasilitas fisik, peralatan, personel dan aturan/petunjuk tertulis yang berhubungan dengan pelayanan, seperti ketersediaan

petunjuk rute tujuan dan waktu keberangkatan, petunjuk nomor telepon Call Center, adanya toilet, musholla, kondisi mobil travel yang digunakan, kebersihan ruang tunggu, penampilan dan kerapihan karyawan di Travel “X”, Bandung.

Dimensi ini terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu : service encounters, evidence of service_physical, evidence of service_process, dan

predicted service.

Kelima dimensi ini harus diperhatikan oleh Travel “X”, Bandung karena

menjadi acuan untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan

yang diberikan. Bila Travel “X”, Bandung dapat menunjukkan pelayanan yang

berkualitas melalui responsiveness, reliability, asssurance, emphaty dan tangible

terhadap konsumen, maka konsumen akan merasa puas dan kembali lagi

menggunakan jasa Travel “X”, Bandung.

Untuk dapat mengetahui kepuasan konsumen Travel “X”, Bandung,

konsumen membandingkan penilaian terhadap expected service dan perceptions service pada dimensi-dimensi kualitas pelayanan di Travel “X”, Bandung. Perbandingan antara expected service dan perceived service akan menimbulkan kesenjangan (gap) (Zeithaml, 2009). Gap terjadi bila konsumen merasa kualitas

(34)

22

Universitas Kristen Maranatha

Jika perceived service melebihi expected service (PS>ES), maka konsumen akan merasa sangat puas. Hal ini berarti pelayanan yang didapatkan

dan dirasakan oleh konsumen lebih dari yang diharapkannya. Hal tersebut dapat

membuat konsumen kembali ke Travel “X”, Bandung dan memungkinkan untuk

menceritakan pengalamannya kepada orang lain.

Bila perceived service sama dengan expected service (PS=ES), maka konsumen akan merasa puas. Ini berarti bahwa pelayanan yang didapatkan dan

dirasakan oleh konsumen sama dengan yang diharapkan. Hal ini belum tentu

membuat konsumen Travel “X”, Bandung kembali, tetapi Travel “X”, Bandung

akan menjadi alternatif bila tidak ada travel lain yang memiliki penawaran sejenis

tetapi tidak dapat menyediakan pelayanan yang lebih berkualitas.

Sebaliknya, bila perceived service berada di bawah expected service

(PS<ES), maka konsumen akan merasa tidak puas. Ini berarti bahwa yang

diharapkan oleh konsumen tidak sesuai dengan yang dirasakan dan

didapatkannya. Hal ini dapat membuat konsumen merasa kecewa karena

pelayanan yang diberikan tidak optimal dan tidak sesuai dengan harapan

konsumen. Ini juga dapat menyebabkan konsumen tidak akan kembali

menggunakan jasa Travel “X”, Bandung, terkecuali jika konsumen

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti harga atau lokasi

poolTravel “X” yang mudah dijangkau oleh konsumen.

Selain hal tersebut, hasil dari penilaian terhadap kinerja (performance)

Travel “X”, Bandung yang dirasakan konsumen disatukan tingkat kepentingan

(35)

23

Universitas Kristen Maranatha

diagram importance-performance analysis (IPA). Grafik IPA dibagi menjadi empat buah kuadran, yaitu : Kuadran satu, merupakan prioritas utama untuk

diperbaiki karena dianggap sebagai faktor yang sangat penting oleh konsumen

namun kondisi pada saat ini belum memuaskan; Kuadran dua, “Pertahankan

Kinerja”karena dianggap sebagai faktor penunjang bagi kepuasan konsumen dari

kinerja yang dirasakan telah baik; Kuadran tiga, “Prioritas Rendah” karena

dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen; dan Kuadran empat, “Berlebihan”

karena dianggap tidak terlalu penting sehingga pihak manajemen perlu

mengalokasikan sumber daya yang terkait faktor-faktor lain yang mempunyai

prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan.

Melalui persepsinya, konsumen akan memaknakan pelayanan yang

didapatkan, mengacu pada penghayatan konsumen saat menerima dan merasakan

pelayanan jasa yang diberikan oleh Travel “X”, Bandung. Selain itu, Berdasarkan

pemetaan tingkat kepuasan konsumen pada setiap dimensi kualitas pelayanan,

kepuasan atau ketidakpuasan konsumen Travel “X”, Bandung perlu

ditindaklanjuti untuk melihat seberapa penting dimensi tersebut bagi konsumen,

sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pihak Travel “X” Bandung untuk

perbaikan ke depannya. Untuk mengetahui lebih jelasnya, kita dapat melihat

(36)

24

(37)

25

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

1. Setiap konsumen memiliki expected service dan perceived service yang berbeda-beda yang akan memunculkan tingkat kepuasan konsumen.

2. Konsumen memberikan penilaian berdasarkan penghayatan dari persepsi

dan harapan yang berbeda-beda terhadap pelayanan yang diberikan oleh

Travel “X”, Bandung.

3. Bila yang didapatkan konsumen melebihi harapan, maka konsumen akan

merasa sangat puas. Hal ini akan membuat konsumen kembali

menggunakan jasa pelayanan di Travel “X”, Bandung.

4. Bila yang didapatkan konsumen sama dengan harapannya, maka

konsumen akan merasa puas. Hal ini belum tentu membuat konsumen

kembali menggunakan jasa pelayanan di Travel “X”, Bandung, tetapi

Travel “X”, Bandung akan menjadi alternatif saat tidak ada travel lain

yang dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas.

5. Bila yang didapatkan konsumen lebih rendah atau tidak sesuai dengan

harapannya, maka konsumen akan merasa tidak puas. Hal ini akan

membuat konsumen merasa kecewa dan tidak akan menggunakan kembali

jasa pelayanan di Travel “X”, Bandung.

6. Tingkat kepentingan konsumen dan kinerja Travel “X”, Bandung akan

menunjukkan dimensi kualitas pelayanan yang perlu diperbaiki,

ditingkatkan, dipertahankan maupun dimensi yang sudah berlebihan dalam

(38)

82 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan Travel “X”, Bandung, yaitu :

1. Sebagian besar konsumen merasa tidak puas terhadap kualitas pelayanan Travel “X”, Bandung.

2. Ketidakpuasan konsumen yang terbesar terdapat pada dimensi kualitas tangible dan reliability. Ketidakpuasan pada tangible dalam hal fasilitas fisik yang kurang menarik dan peralatan yang kurang memadai, seperti ketidaknyamanan Air Conditioner (AC) dan kursi di bagian belakang mobil Travel “X”, Bandung. Sedangkan ketidakpuasan pada dimensi Reliability,

dirasakan dalam hal Travel “X”, Bandung kurang memberikan pelayanan sesuai waktu yang dijanjikan, yakni keberangkatan yang tidak tepat waktu, kurang memperlihatkan kesungguhan dalam melayani komplain, dan kurangnya pemberlakuan waiting list yang adil.

3. Dimensi kualitas pelayanan yang dirasakan penting oleh konsumen dan menjadi prioritas untuk ditingkatkan adalah responsiveness, assurance dan tangible.

(39)

83

Universitas Kristen Maranatha 5. Dimensi kualitas pelayanan yang kurang penting bagi konsumen, sehingga

prioritasnya rendah untuk ditingkatkan adalah dimensi emphaty.

6. Konsumen Travel “X”, Bandung merasakan ketidakpuasan pada dimensi kualitas pelayanan, namun dari segi faktor-faktor yang mempengaruhi harapan dan pelayanan yang diterima, tidak ada masalah dan konsumen merasa sudah cukup menerima pelayanan yang diberikan oleh Travel “X”, Bandung.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

1. Melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat kepentingan konsumen (customer importance) pada tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan Travel “X”, Bandung.

2. Melakukan penelitian sejenis dengan mengambil subjek penelitian di travel yang berbeda.

5.2.2. Saran Praktis

1. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi Tangible, Travel “X”, Bandung disarankan untuk menyediakan Air Conditioner (AC) kursi

(40)

84

Universitas Kristen Maranatha 2. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi Responsiveness, kepada Manajer disarankan untuk meningkatkan disiplin kepada Customer Service Travel “X”, Bandung.

3. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi Assurance, Customer Service dan Pengemudi di Travel “X”, Bandung disarankan untuk lebih komunikatif dalam memberikan jawaban kepada konsumen dan diberikan training mengenai informasi rute-rute tujuan keberangkatan dan daerah di Jakarta sehingga mampu menjawab dan menjelaskan kepada konsumen Travel “X”, Bandung.

4. Untuk mempertahankan kualitas pelayanan pada dimensi Reliability, disarankan untuk tetap konsisten dalam keberangkatan tepat waktu dan lebih sungguh-sungguh dalam menangani komplain konsumen.

(41)

85

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran-Analisis,Perencanaan,Implementasi dan Kontrol / Philip Kotler; alih bahasa, Hendra Teguh, Ronny A. Rusli; penyunting, agus H. P. anggawijaya,– Jakarta : Prenhallindo, 1997.

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran / Philip Kotler; alih bahasa, Hendra Teguh, Ronny A. Rusli da Benyamin Molan; penyunting, agus H. P. anggawijaya, Bambang Sarwiji, dan Yenna Waldemar – Jakarta : Prenhallindo, 2000.

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran / Philip Kotler; alih bahasa, Hendra Teguh, Ronny A. Rusli da Benyamin Molan; penyunting, agus H. P. anggawijaya, Bambang Sarwiji, dan Yenna Waldemar – Jakarta : Prenhallindo, 2002.

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik. Jakarta: Salemba Empat

Narbuko, Kholid. 2001. Metodologi Penelitian : memberikan bekal teoritis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta diharapkan dapat

melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar. Jakarta : Bumi Aksara

Rahmat, Jalalludin. 1996. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Rangkuti, Freddy. 2002. Measuring Customer Satisfaction : gaining customer relationship strategy - Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan

Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Rangkuti, Freddy. 2003. Measuring Customer Satisfaction : gaining customer relationship strategy - Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan

Kepuasan Pelanggan – plus Analisis Kasus PLN JP. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Siregar, Syofian. 2010. Statitika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.

Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Penerbit CV Alfabeta.

Tjiptono, Fandy. 2004. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Penerbit Andi

(42)

86

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ariyoso. 2010. Statistik 4 Life : Metode IPA. (Online). (http://ariyoso.wordpress.com/2009/12/15/konsep-importance-performance-analysis/, diakses 12 Februari 2012).

Ariyoso. 2010. Statistik 4 Life: Multidimensional Scaling. (Online). (http://ariyoso.wordpress.com/2010/01/26/multidimensional-scaling-mds/, diakses 12 Februari 2012).

Ayuningtias, Hani Gita. 2011. Studi Deskriptif mengenai Kepuasan Pelanggan tentang Kualitas Pelayanan Internet Akses Speedy Paket Family Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Basri, Seta. 2011. Analisis Deskriptif dengan Importance Performance Analysis(IPA) (Online). (http://setabasri01.blogspot.com/2011/04/analisis-deskriptif-dengan-importance.html, diakses 12 Februari 2012).

Fatoni, A. 2007. Penerapan Importance Performance Analysis sebagai Dasar Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen (Suatu Kajian Jasa Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Pada Rumah Sakit Islam UNISMA Malang). Skripsi. Malang : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. Februari 2009. Edisi Revisi III. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Referensi

Dokumen terkait

This study also proved that all factors, that are: independence, objectivity, work experience, competence, and integrity has influence to audit quality in local government.. So,

Alat peraga fisika hukum kekekalan energi, gaya, kecepatan dan percepatan pada bidang miring dirancang untuk mempermudah siswa dalam mempelajari fisika kususnya

Kesimpulan yang dari penelitian ini adalah bahwa Transmisi citra digital pada kanal yang dipengaruhi oleh noise AWGN menyebabkan terjadinya cacat pada citra rekonstruksi yang

Menurut data dari Survey Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI) tahun 2015, pelaku seks bebas tertinggi yaitu di Kota Bandung, yaitu sebesar 54% penduduknya sudah

Although many researches did not support the use of L1 in L2 classroom, the reasons and purposes why the students use Javanese or Indonesian in an English

[r]

1). Untuk saat ini manfaat ekonomi sumberdaya perikanan kawasan konservasi laut TNKj belum dirasakan secara nyata, baik bagi komunitas nelayan lokal maupun bagi perekonomian

Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Yusron (2006) ,tentang keanekaragaman Echinodermata di perairan Morotai bagian selatan, Maluku utara terdapat 6