Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
“A-symmetric Agglomerate” merupakan judul dari koleksi ready-to-wear dengan mengangkat tren 2015/2016 “Re+habitat” dan mengambil tema “Alliance” dan sub tema “Terrain”. “Terrain”sendiri mendiskripsikan tentang pengertian akan perubahan alam, cuaca, pergerakan air, dan kontur tanah yang telah menginspirasi penulis dengan garis-garis lengkung yang seirama dan terstruktur, memiliki karakter smooth, seamless, curve, dan gentle. Penulis memadukan sub tema “Terrain” dengan inspirasi pesona alam, yaitu terasering, dengan mengambil outline berupa garis organik yang dimiliki oleh terasering, baik yang simetris maupun yang asimetris.
Terasering yang direalisasikan ke dalam busana ready-to-wear memiliki keunikan dalam fashion masa kini. Koleksi “A-symmetric Agglomerate” menggunakan reka bahan layering
dan structured layered dengan konsep unfinished serta digital print yang dibuat untuk mendukung visual terasering. Garis lengkung yang seirama untuk bentuk reka bahan juga terlihat terkonsep.
Metode pembuatan yang digunakan dalam proses mewujudkan koleksi busana ini, baik dari segi bentuk, siluet dan bahan yang digunakan, disesuaikan dengan konsep dan inspirasi yang diambil. Dengan teknik jahit reka bahan berupa layering dan structured layering juga pola busana yang berlayer serta pengaplikasian reka bahan dioptimalkan dengan teknik digital print
dengan motif garis organik dan memainkan tebal tipisnya garis. Mengambil karakter warna
nature beauty seperti green canary, lime green, olive brown, brown camel dan white ivory
serta permainan gradasi warna maroon brown, nude, brown falcon, apricot dan beige.
“A-symmetric Agglomerate” ini ditujukan pada mereka yang menyukai keunikan dan bergaya
edgy. Wanita dewasa muda kalangan menengah ke atas dengan rentang usia 20-30 tahun. Life style yang baik, dekat dan peduli dengan alam adalah hal yang penulis harapkan sehingga para pemakai dapat membawakan busananya dengan percaya diri, unik dan tetap tampak eksklusif. Koleksi “A-symmetric Agglomerate” ini diharapkan mampu mendekatkan masyarakat dengan keindahan alam serta dapat menaikan kualitas alam Indonesia dengan hal-hal yang lebih
modern.
Perpaduan warna, reka bahan, bentuk dan siluet yang dipilih memberikan keseimbangan di setiap looks serta memberikan kesan smooth karena efek gradasi warna yang diaplikasikan pada reka bahan. Material yang digunakan untuk menyesuaikan karakter koleksi “A -symmetric Agglomerate” adalah jetsilk, satin viscose, organdi, dan organdi sutra. Secara garis besar koleksi ini bergaya edgy, feminin, dan structured layering, dilihat dari siluet serta reka bahan yang ditonjolkan pada koleksi ready-to-wear ini.
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
“A-symmetric Agglomerate” is a title from ready-to-wear collections picking up the
2015/2016 trend, “Re+Habitat”, and takes “Alliance” and “Terrain” as the theme and the
sub-theme respectively. Terrain itself describes about the understanding of the changes in nature, weather, water movement and earths conture; which has inspired the writer with in tune and structured wavy lines; having smooth, seamless, curve, and gentle characteristics. The writer combines the "Terrain" sub-theme with the inspiration of natural charm,
“terracing”, by taking the outline of the organic lines the terracing has, both symmetrical and
asymmetric.
The terracing that is realized into the ready-to-wear clothing has some uniqueness in today's
fashion. “A-symmetric Agglomerate” collections use the layering and structured layered material design with the unfinished as well as the digital print concept that is made to support the visual of terracing. The in tune wavy line for the material design is also looked well-concepted.
The method that is used in the process of making this collections; in terms of design, silhouette, and the fabric material, is adjusted with the picked up concept and inspiration. With the sewing technic for the material design, which is layering and structured layering, as well as layered clothing pattern, and also the application of material design is optimized with the digital print technique withal the organic line pattern and the line's thickness adjustment. Using the characteristic of the natural beauty colors such as green canary, lime green, olive brown, brown camel andwhite ivory and the use of maroon brown's, nude's, brown falcon's, apricot's andbeige's colors gradation.
“A-symmetric Agglomerate” is targeted to those who keen on uniqueness and edgy style, especially for the upper middle class, young adult women between 20-30 years old. A good life style, close and care towards nature are the things that the writer expected, so whoever wear the clothes can wear it confidently, feel unique, yet still look exclusive. The “A-symmetric
Agglomerate” collections is expected to bring sociaty closer to natural beauty as well as to increase the value of Indonesia’s nature with more modern things.
The color combinations, material design, design, and silhouette that has been chosen give balance in every looks and give the impresion of smoothness because of the effect of the color gradation that is applied to the material design. The material used to adjust the characteristic
of the “A-symmetric Agglomerate” collections are jetsilk, satin viscose, organdi, and organdi silk. Overall, this collections have the edgy style, feminine and structured layering, as seen from the silhoutte and material design that are emphasized in this ready-to-wear collections.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Perancangan 4
1.5 Metode Perancangan 4
1.6 Sistematika Penulisan 5
BAB II KERANGKA TEORI 6
2.1 Teori Desain 6
2.1.1 Unsur Desain 6
2.1.2 Prinsip Desain 7
2.2 Teori Fashion 8
2.2.1 Pengertian Fashion 8
2.2.2 Pengertian Tren 10
2.2.3 Style 12
2.3 Teori Busana 13
2.3.1 Pengertian Busana 13
2.3.2 Fungsi Busana 14
2.3.3 Bentuk Busana 17
2.3.4 Siluet Busana 18
Universitas Kristen Maranatha
BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI 32
Universitas Kristen Maranatha
BAB V PENUTUP 47
5.1 Kesimpulan 47
5.2 Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Bagan Metode koleksi “A-symmetric Agglomerate” 4
Gambar 2.1. Layering 25
Gambar 2.2. Structured Layering 25
Gambar 2.3. Color Combination Image Scale sebagai pedoman dalam pengambilan warna koleksi “A-symmetric Agglomerate” 29 Gambar 3.1. Visual Subtema “Terrain” pada buku “Trend Forecasting 2015/2016 :
Re+Habitat” 34
Gambar 3.2. Visual “Terasering” sebagai inspirasi dalam koleksi ready-to-wear “A
-symmetric Agglomerate” 34
Gambar 4.1. Image Board koleksi “A-symmetric Agglomerate” 36 Gambar 4.2. Koleksi Busana “A-symmetric Agglomerate” 37
Gambar 4.3. Desain I “A-symmetric Agglomerate” 39
Gambar 4.4. Desain II “A-symmetric Agglomerate” 40
Gambar 4.5. Desain III “A-symmetric Agglomerate” 41
Gambar 4.6. Desain IV “A-symmetric Agglomerate” 42
Gambar 4.7. Manipulating Fabric Structured Layering adalah reka bahan yang digunakan dalam koleksi “A-symmetric Agglomerate” 44 Gambar 4.8. Manipulating Fabric Layering adalah reka bahan yang digunakan
dalam koleksi ready-to-wear “A-symmetric Agglomerate” 45 Gambar 4.9. Manipulating Fabric Digital Print adalah reka bahan yang digunakan
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Mind Map 52
LAMPIRAN B Rincian Ukuran Model 53
LAMPIRAN C Pola Kecil (Skala 1:4) 54
LAMPIRAN D Rincian Harga 67
LAMPIRAN E Foto Busana 71
LAMPIRAN F Material 82
LAMPIRAN G Reka Bahan Tekstil 83
LAMPIRAN H Proses Pembuatan 85
LAMPIRAN I Technical Drawing 88
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kebutuhan fashion terutama busana ready-to-wear di Indonesia semakin meningkat seiring perkembangan zaman busana digunakan bukan hanya
berdasarkan fungsinya, tetapi juga sebagai simbol kelas sosial atau kedudukan bagi penggunanya. Menurut buku “The Style Mentors” fashion diartikan sebagai “identity, fantasy, protection and communication”. Oleh karena itu fashion memegang peranan penting dalam kehidupan karena mempengaruhi cara seseorang melihat dirinya
sendiri, hubungan dengan orang disekitarnya, dan peranan seseorang dalam
masyarakat. Peranan penting fashion tersebut mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan akan busana yang deluxe namun tetap wearable.
Masyarakat Indonesia memiliki lifestyle yang adaptable seiring perkembangan zaman. Penggunaan busana yang simple dan praktis menjadi pilihan masyarakat dengan memilih busana ready-to-wear. Perkembangan fashion di Indonesia terutama busana
ready-to-wear semakin berkembang tetapi kejenuhan juga meningkat dikala ready-to-wear hanya memiliki siluet dan bentuk yang monoton. Hiasan yang digunakan juga terbatas pada brocade, lace yang biasanya bermotif floral atau reka bahan siap pakai lainnya. Desainer fashion sebagai perancang dituntut untuk dapat kreatif menciptakan
busana ready-to-wear dengan teknik reka bahan dan bentuk yang menarik juga menciptakan kesan yang berbeda dari produk lain di pasaran.
Desainer mengambil konsep Re+habitat dari buku fashion Trendforecasting 2015-2016 dengan mengangkat Terrain yang merupakan subtema dari Alliance. Terrain
memiliki karakter smooth, seamless dan curve. Karakter yang ditonjolkan Terrain
menggugah desainer untuk mengolahnya dengan inspirasi tambahan yaitu keindahan
pesona alam di Bali dengan mengangkat terasering (sistem pengairan tradisional Bali),
masyarakat Bali mampu mengemas terasering menjadi produk wisata yang menarik
wisatawan. Berjalan menyusuri pematang sawah dikala pagi sembari menghirup udara
Universitas Kristen Maranatha wisata yang menarik dikawasan Tegalalang, Kab.Gianyar,Ubud. Masyarakat Bali
mayoritas beragama Hindu memiliki keyakinan tentang alam semesta yang berarti
alam memiliki hubungan yang harmonis dengan manusia dan tubuh manusia berasal
dari alam semesta maka jika manusia mencintai tubuhnya maka harus mencintai dan
melestarikan alam.
Terinspirasi dari recovery atau pemulihan yang merupakan kata kunci dari konsep “Re+habitat” ini desainer ingin mengangkat salah satu objek alam di Bali yaitu terasering (sistem pengairan tradisional Bali) yang sering kali tidak diperhatikan
wisatawan untuk menjadi alam yang dilestarikan dan dinikmati keindahannya,
terasering juga memiliki fungsi yang baik untuk membantu ekosistem alam yang lain.
Dalam koleksi ready-to-wear ini desainer ingin mengambil siluet dari terasering sendiri yang organik dan bertumpuk sebagai focal point dari koleksi “A-Symmetric Agglomerate”
Terasering adalah kontur tanah berbentuk organik yang disusun dengan tinggi rendah
yang seimbang, memiliki fungsi sebagai stabilitas lereng agar lereng yang curam tidak
mudah longsor dan melestarikan organisme tanah. Terasering memiliki bentuk organik
yang teratur. Ada pula tujuan dari pembuatan terasering yaitu run off, memperbesar peresapan air, mencegah longsor dan landscaping.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka desainer memberikan sentuhan tren edgy.
“A-Symmetric Agglomerate” adalah tema yang diangkat oleh desainer untuk mendiskripsikan koleksi ready to wear dengan siluet pakaian loose. Menggunakan bahan satin viscose, organdi sutra, organdi dan jetsilk dengan warna-warna cool tone
yang memberi kesan fresh namun tidak berkesan terlalu dingin. Warna-warna nature
dan feminin seperti green canary, lime green, olive brown, brown camel dan white ivory serta permainan gradasi warna maroon brown, nude, brown falcon, apricot dan
Universitas Kristen Maranatha “A-symmetric Agglomerate” memiliki karakteristik yang identik dengan siluet loose.
Manipulating fabrics digunakan sebagai focal point untuk setiap busana. Berdasarkan rancangan ini maka desainer ingin memberikan sebuah pandangan baru pada
masyarakat bahwa alam dapat diolah lebih lanjut, tidak hanya dimanfaatkan untuk
pelestarian lingkungan tetapi juga dapat dijadikan inspirasi untuk koleksi busana.
Target market koleksi “A-symmetric Agglomerate” ini ditujukan pada mereka yang
menyukai keunikan dan edgy. Wanita dewasa muda dengan rentang usia 20-30 tahun.
Life style yang sehat, dekat dan peduli dengan alam adalah hal yang desainer harapkan sehingga para pemakai dapat membawakan busananya dengan percaya diri, unik dan
tetap tampak eksklusif.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan yaitu
sebagai berikut:
(1) Bagaimana pengaplikasian reka bahan seperti layering, printing dan structured layering yang menjadi focal point agar tidak terlihat couture dalam busana
ready-to-wear
(2) Bagaimana mewujudkan unsur-unsur visual fashion dengan tema Terrain
(3) Bagaimana mengkombinasikan warna-warna cool tone (bernuansa cool atau sejuk) tetapi tidak membuat kesan menjadi terlalu dingin
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian masalah diatas maka terdapat batasan masalah, adapun batasan masalah
terdiri dari :
(1) Inspirasi yang diangkat dibatasi dengan kombinasi tema recovery dari buku
Trendforcasting 2015/2016 dengan inspirasi tambahan terasering yang mengusung keindahan alam atau nature beauty dari alam di Bali.
(2) Warna yang digunakan adalah warna-warna cool tone yang memberikan kesan
edgy dan sejuk
Universitas Kristen Maranatha (4) Target market koleksi “A-symmetric Agglomerate” ini ditujukan pada wanita
dewasa muda yang masih dalam usia produktif 20-30 tahun.
1.4 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan perancangan koleksi “A-symmetric Agglomerate” yang diharapkan desainer sebagai berikut:
(1) Mengangkat terasering sebagai salah satu produk wisata yang bisa dinikmati
keindahannya melalui koleksi ready-to-wear “A-symmetric Agglomerate” dengan memanfaatkan reka bahan layering, structured layering dan printing
agar menjadi koleksi ready-to-wear yang unik dan eksklusif.
(2) Menghasilkan busana yang dapat menjadi alternatif atau variasi pilihan busana
ready-to-wear yang eksklusif di Indonesia yang mengangkat inspirasi alam Indonesia.
(3) Menjadikan pemakai semakin percaya diri, unik dan edgy dengan busana tren 2015/2016, khususnya dalam busana siap pakai.
1.5 Metode Perancangan
Gambar 1.1 Bagan Metode Perancangan koleksi “A-symmetric Agglomerate”.
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Sistematika Penulisan
Laporan Tugas Akhir ini berisi lima bab utama yang masing-masing menjelaskan
dengan rinci mengenai koleksi busana dengan judul “A-symmetric Agglomerate”.
Penjelasan-penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, bab ini terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan dan sistematika penulisan
sebagai landasan perancangan koleksi ready to wear“A-symmetric Agglomerate”.
BAB II LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan berbagai teori yang melandasi
perancangan koleksi busana, yaitu teori fashion, teori desain, teori warna,
manipulating fabric, teori pola dan menjahit yang berhubungan dengan konsep desain busana.
BAB III OBJEK PERANCANGAN, bab ini berisi penjelasan mengenai objek studi
dalam merancang koleksi ready to wear, membahas mengenai trend 2015/2016 dan terasering, segmentasi pasar yaitu remaja dewasa dan wanita yang edgy.
BAB IV KONSEP PERANCANGAN, bab ini menjelaskan proses perancangan
busana dimulai dari perancangan umum, perancangan khusus dan perancangan detail.
Setiap proses dilengkapi dengan penjelasan moodboard, konsep, fashion illustration
dan lampiran.
BAB V KESIMPULAN, bab ini berisi kesimpulan dari awal perancangan koleksi
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Re+habitat adalah tema utama yang diangkat dalam Trendforecasting 2015/2016,
desainer mengambil subtema “Terrain” dan memadukannya dengan inspirasi pesona
alam Indonesia, yaitu terasering dengan mengambil bentuk outline dari terasering
sendiri yang berlayer. “A-symmetric Agglomerate” merupakan koleksi ready-to-wear
dengan siluet loose seperti I dan A-line agar menampilkan karakter free saat melihat pemandangan alam dan keindahannya. Penggunaan layering dan structured layering
yang menjadi focal point dari koleksi busana ready-to-wear ini menampilkan kesan alam terasering yang kuat, terstruktur dan beralur.
Koleksi busana ready-to-wear ini di rancang sangat edgy dan modern dilihat dari pengolahan reka bahan layering dan structured layering serta penambahan printing
dengan motif organic line yang bermain gradasi warna dan tebal tipisnya garis. Warna yang digunakan dalam koleksi busana ini adalah warna-warna nature yang dominan
dengan warna hijau dan coklat. Warna cool tone yang digunakan disesuaikan dengan suasana alam, pengaplikasian gradasi warna hijau dan coklat dari muda ke tua dibuat
agar warna busana tidak terlihat terlalu dingin. Realisasi perancangan busana, baik dari
siluet, reka bahan, kombinasi bahan, dan teknik pembuatannya akan disesuaikan
dengan konsep dan judul sehingga tercapai suatu desain yang terintegrasi sebagai satu
koleksi busana fashion dan tetap memiliki nilai jual.
Hasil akhir dari perancangan busana ini hingga akhir sesuai dengan target yang dituju,
yakni ingin memberikan kesan edgy dan structured. Perancangan ini menonjolkan rancangannya dengan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan yang lain
tetapi tetap dalam konsep Terrain dan Terasering yang memiliki kecocokan karakter
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang dan memproduksi
koleksi perancangan “A-symmetric Agglomerate”. Salah satu permasalahan dalam proses awal perancangan ini adalah menentukan desain yang sesuai dengan konsep
dan mengkomposisikan reka bahan yang dominan agar tidak terlihat berlebihan dan
dapat tetap terlihat harmonis dengan reka bahan penunjang lainnya. Ada pula
permasalahan pemilihan warna-warna bahan terutama warna hijau, karena warna hijau
di pasaran Indonesia tidak terlalu baik maka pencarian warna yang sesuai dan
kombinasi warna agar tidak menurunkan nilai jual dari busana menjadi permasalahan
juga.
Ada pula pencarian organdi sutra yang akan digunakan untuk reka bahan structured layering dan layering, agar terlihat lebih bagus maka dibutuhkan organdi sutra dengan kepadatan yang cukup padat agar look unfinish dapat terlihat sempurna. Maka melalui pencarian ditemukanlah kain yang senada dan saling mendukung dengan cara
meninjau kembali imageboard dengan memadukan warna yang sesuai dengan pencitraan wanita yang edgy dan modern.
Dalam pemotongan dan penjahitan bahan dibutuhkan ketelitian, kerapihan dan
kesabaran karena bahannya yang tipis dan butuh ketelitian ekstra seperti organdi sutra
yang digunakan dalam reka bahan, dan unfinish look yang di tonjolkan pada reka bahan. Pada tahap penjahitan bagian-bagian yang berlayer atau bertumpuk dibutuhkan
ketelitian agar baju tidak terlihat berat dan tebal, solusi yang digunakan dengan cara
memotong kampuh yang ada sehinga tidak terlalu tebal dan dapat di-press dengan baik.
Koleksi “A-symmetric Agglomerate” ini dapat dikategorikan ke dalam level busana
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Barnard, Malcom. 2009, Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender.
BD+A,2014. Trend Forecasting 2015-2016 –Re-Habitat. Jakarta: BD+A
Davis, L. Marian. 1980. Visual Design In Dress. New Jersey: Englewood Cliffs Publishing
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Eundok, Kim, dkk. 2011. Fashion Trends Analysis and Forecasting. London-UK: Bloomsbury Publishing Plc.
Hopkins, John. 2012. Fashion Design – The Complete Guide. Singapore: AVA Book Production Pte.Ltd.
Kobayashi, Shigenobu. 1925. Color Image Scale. Japan: Kodansha, Ltd.
Oxford English Dictionary. 2006. Little Oxford English Dictionary. California: Oxford University Press
Universitas Kristen Maranatha
Artikel dan Laman Web Internet :
Piliang. 2004. Trend Busana. Artikel Online, http://www.pengertian fashion menurut
para ahli.com (diakses: 4 Maret 2015)
Yvistri. 2010. Siluet Busana. Artikel Online, http://www.siluet busana.com (diakses: