• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR “INILAH.COM” PADA SITUS GOOGLE DALAM PENCARIAN GAMBAR DIMUAT 22 NOVEMBER 2009 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “Inilah.com” Pada Situs Google Dalam Pencarian Gambar Dimuat 22 November 2009).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR “INILAH.COM” PADA SITUS GOOGLE DALAM PENCARIAN GAMBAR DIMUAT 22 NOVEMBER 2009 (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “Inilah.com” Pada Situs Google Dalam Pencarian Gambar Dimuat 22 November 2009)."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

QEIS GHIFARI KUSNADI

NPM. 0643010322

YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA

(2)

Disusun Oleh :

Qeis Ghifari Kusnadi 0643010322

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Proposal

Menyetujui, PEMBIMBING

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NIP. 030203679

Mengetahui, KETUA PROGDI

Juwito, S.Sos, Msi NPT. 3 6704 95 0036 1

(3)

Allah SWT, serta tidak lupa sholawat dan salam penulis ucapkan kepada baginda Rasul nabi Muhammad SAW. Karena karunia – Nya, penulis bisa menyelesaikan Skripsi penelitian ini. Hanya kepadaNya – lah rasa syukur yang dipanjatkan atas selesainya Skripsi penelitian ini. Sejujurnya penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan Skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Semua proses kelancaran pada saat pembuatan Skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun yang tidak sengaja telah memberikan sumbangsihnya. Maka penulis “wajib” mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang disebut berikut :

1. Papa, Mama, serta adikku yang telah mendukung, membimbing dengan penuh kasih sayang dan perhatiannya secara moril maupun materiil, serta do’a yang tak henti – hentinya dihaturkan untuk penulis.

2. Ibu Dra Ec. Hj. Suparwati, MSi, Dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, MSi, Dosen Pembimbing.

5. Dosen – dosen ilmu komunikasi terima kasih buat semua ilmunya.

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih kepada teman – teman yang telah membantu dalam pembuatan Skripsi ini, baik dari dukungan, bimbingan maupun doanya :

(4)

v mungkin disebutkan satu – persatu.

2. Teman satu kampus, Renato Harsaputra, Rangga Hardiansyah, Afi, terima kasih atas dukungannya.

3. Teman Slankers “Kamikaze” UPN JATIM, Hendrie kusbandono, Indra Setiadi, Laurentius, Mas Dwi, Ryan, Bang Andhy, Dito, Andreas, Bertha Rizky dan semua teman yang tak mungkin disebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan – kekurangan dalam penyusunan Skripsi penelitian ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima kasih.

Surabaya, Juni 2010

(5)

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...ii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

ABSTRAKSI...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...13

1.3 Tujuan Penelitian ...13

1.4 Kegunaan Penelitian ...13

1.4.1 Kegunaan Teoritis ...13

1.4.2 Kegunaan Praktis ...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...15

2.1 Landasan Teori ...15

2.1.1 Media Elektronik ...15

2.1.2 Komunikasi Non Verbal ...16

2.1.3 Pemaknaan Warna ...17

(6)

2.1.6 Pendekatan Semiotika...26

2.1.7 Semiotika Charles Sanders Peirce ...29

2.1.8 Konsep Makna ...32

2.2 Kerangka Berpikir ...35

BAB III METODE PENELITIAN ...36

3.1 Metode Penelitian ...36

3.2 Korpus...37

3.3 Unit Analisis ...38

3.3.1 Ikon ...38

3.3.2 Indeks ...39

3.3.3 Simbol ...39

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...40

3.6 Teknik Analisis Data...40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...43

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...43

4.1.1 Karikatur “Inilah.com” ...43

4.1.2 Google Indonesia ...44

4.2 Penyajian Data ...46

4.3 Analisis Pemaknaan Karikatur “Inilah.com” ...50

4.3.1 Ikon ...51

4.3.2 Indeks...53

(7)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...59

5.1 Kesimpulan ...59

5.2 Saran ...60

DAFTAR PUSTAKA...62

(8)

Interpretan (Interpretant)...30 Gambar 2. Model Kategori Tanda Peirce ...31 Gambar 3. Gambar Karikatur “Inilah.com”

Dalam Model Semiotik Peirce... 49

(9)
(10)

GAMBAR DIMUAT 22 NOVEMBER 2009

(Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur “Inilah.com” Pada Situs

Google Dalam Pencarian Gambar Dimuat 22 November 2009)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur pada situs Google “Inilah.com” yang dimuat 22 November 2009.

Teori yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce yang mengemukakan membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).

Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Hasil yang didapat dari interpretasi karikatur adalah adanya sebuah aksi melawan korupsi yang dilakukan karikaturis dalam sebuah karikatur.

Kesimpulan yang didapat adalah karikaturis tidak menginginkan adanya sistem pemerintahan atau politik yang kotor, tetapi karikaturis dan lembaga pemerintahan yang lain menginginkan suasana baru, suasana yg lebih baik dan lebih maju, yaitu sistem politik atau pemerintahan yg bersih.

(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak, dan media massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain – lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam disbanding media lainnya (Cangara, 2005:128)

Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan – pesan yang diterima panca indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap suatu hal sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media cetak sebagai salah satu media massa memiliki fungsi utama yaitu memberikan informasi kepada khalayak. Media elektronik khususnya internet, memiliki kualitas yang tinggi dan baik, serta dapat disimpan di file penyimpanan didalam komputer. Sewaktu – waktu bisa dicari di folder

(12)

penyimpanan. Sehingga, informasi yang terkandung didalamnya dapat dibaca berulang kali.

Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang menandai kehidupan masyarakat modern dalam menyampaikan informasinya, media mempunyai cara pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan dengan segmentasi, konsumen, orientasi internal diri media itu sendiri dan banyak faktor – faktor kepentingan yang lain. Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media massa bukan berarti hanya suatu variasi media yang menyajikan informasi kepada khalayak, tetapi khalayak juga yang menggunakan media massa dengan cara yang beragam. Beberapa orang yang menggunakan media untuk mendapatkan informasi, ada juga yang menggunakan media untuk mendapatkan hiburan atau mengisi waktu luang. Media elektronik bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan membawa pesan yang spesifik dengan penyajian yang mendalam. Internet atau dunia virtual atau biasa disebut dunia maya, mempunyai kualitas permanen sehingga bisa disimpan dalam waktu yang lama.

(13)

jaringan antara atau penghubung. Memang itulah fungsinya, INTERNET menghubungkan berbagai jaringan yang tidak saling bergantung pada satu sama lain sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berkomunikasi. Sistem apa yang digunakan pada masing-masing jaringan tidak menjadi masalah, apakah sistem DOS atau UNIX. Sementara jaringan lokal biasanya terdiri atas komputer sejenis (misalnya DOS atau UNIX), INTERNET mengatasi perbedaan berbagai sistem operasi dengan menggunakan “bahasa” yang sama oleh semua jaringan dalam pengiriman data. Pada dasarnya inilah yang menyebabkan besarnya dimensi INTERNET. Semakin banyak jumlah berita atau informasi yang dimuat di internet, maka secara otomatis akan membuat pembaca atau pengguna internet menjadi lebih selektif dalam memilih informasi dan hiburan yang disajikan, sesuai dengan kebutuhan mereka.

(14)

Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita temui didalam berbagai media elektronik. Didalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan opini. Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel-artikel yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel, namun pesan-pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar itu terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.

(15)

Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna sosial dibalik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud dari karikatur sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru Nugroho, bahwa dibalik tindakan manusia ada makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui saling memahami makna dari masing-masing tindakan (Indarto, 1999: 1).

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif melauli seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan dikemas secara humoris. Dengan demikian memahami karikatur juga perlu memiliki referensi-referensi sosial agar mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.

(16)

Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal). Sobur (2003: 163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan, dan banyak hal lain.

(17)

menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.

Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik menulis, psikologis, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana tanggapan atau opini secara subjektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran, atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003: 140).

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung), artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam gambar kartun tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol-simbol pada gambar kartun tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang menerimanya.

(18)

Karikatur sebenarnya memiliki arti sebagai gambar yang didistorsikan, diplesetkan atau dipelototkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda-tanda komunikatif. Lewat bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul, subjudul, dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian, analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual dalam iklan layanan masyarakat. (http://www.desaingrafisindonesia.com) diakses 09 Juni 2010, pukul 19.30 WIB).

(19)

Definisi korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sbb:

1. Perbuatan melawan hukum

2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana 3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi 4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya:

1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan) 2. Penggelapan dalam jabatan

3. Pemerasan dalam jabatan

4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)

5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

(20)

pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harfiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

(21)

sakit, punggung juga ikut berubah bentuk untuk meringankan tekanan dari kaki yang sakit.

Kaki juga merupakan cerminan masalah dibagian tubuh lainnya, misalnya : 1. Luka borok pada kaki, bisa berarti anda menderita Diabetes, Ateroklerosis, atau Sifilis.

2. Jari kaki yang terus bengkak, bisa berarti ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder).

3. Rasa menggelenyar pada kaki, bisa berarti adanya anda menderita Diabetes, atau gangguan syaraf.

4. Adanya benjolan di pangkal jari kaki dan terasa sakit. Bisa berarti anda menderita gout (merupakan sebuah kondisi yang mempengaruhi persendian). Alas kaki (terutama sepatu) yang tidak pas di gunakan dapat menimbulkan beragam masalah. Bukti menunjukan, 80% dari seluruh masalah kaki dialami oleh wanita yang seringkali menggunakan sepatu berhak tinggi. Beberapa masalah kaki yang diakibatkan pemilihan alas kaki yang salah di antaranya termasuk cantengan, kapalan, kuku yang tumbuh ke dalam, bau kaki, rasa sakit di tumit, membengkoknya satu atau lebih persendian pada jari kelingking.

(22)

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Hal inilah yang mendorong karikaturis untuk bergerak dalam melawan korupsi dengan membuat karikatur anti korupsi yang kreatif dan unik. Dan setiap visual ataupun gambar yang muncul (lewat karikatur) memiliki pengertian yang berbeda – beda, sehingga akan memunculkan makna dibalik pemberitaan tersebut. Oleh karena itu, para karikaturis dari berbagai media massa menyampaikan pesan, aspirasi atau memberikan sebuah informasi salah satunya melalui karikatur tersebut.

Penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur kontroversial tentang penggambaran seorang koruptor yang “ditendang” atau “diusir” oleh suatu lembaga yang mengatasnamakan rakyat pada situs google dalam pencarian gambar.

Di situs google 22 November 2009 ditampilkan sebuah karikatur yang menggambarkan seorang koruptor yang “didepak” atau “dibuang” dari sistem pemerintahan oleh lembaga pemerintahan yang mengatasnamakan rakyat. Dengan adanya penyampaian pesan lewat foto akan didapatkan persepsi yang berbeda – beda dari khalayak sasaran yang memaknainya.

(23)

1.1 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana makna karikatur “Inilah.com” pada situs google dalam pencarian gambar yang diakses 08 Juni 2010 18.35 WIB ?

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur “Inilah.com” pada situs google dalam pencarian gambar yang diakses 08 Juni 2010 dengan menggunakan pendekatan semiotika.

1.3 Kegunaan Penelitian 1.3.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai karikatur “Inilah.com” pada situs google dalam pencarian gambar yang diakses 08 Juni 2010.

1.3.2 Kegunaan Praktis

(24)
(25)

2.1. Landasan Teori 2.1.1 Media Elektronik

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti, 2003: 3)

Media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan elektromagnetis. Media elektronik menyampaikan berita atau informasi dengan cara memperdengarkan suara dan memperlihatkan gambar, serta dengan menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa, seperti pada televisi. (http://halamansebelas.co.cc/2009/07/23) diakses tanggal 02 Maret 2010 pukul 07.06 WIB

(26)

2.1.2 Komunikasi Non Verbal

Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melakukan semua peristiwa komunikasi diluar kata – kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui simbol – simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku non verbal itu tidak sungguh – sungguh bersifat non verbal (Mulyana, 2001: 312).

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa bagian, antara lain:

1. Isyarat Tangan

Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama.

2. Postur Tubuh

(27)

3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan padangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.

2.1.3 Pemaknaan Warna

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah, kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003: 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam. Putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi, kata hitam umumnya berkonotasi negatif, sedangkan warna putih berkonotasi positif (Sobur, 2001: 25).

(28)

kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari situasi.

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992 dalam bukunya “periklanan”, memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah

Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, eksentrik, aktif, bersaing. Warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.

2. Biru

(29)

menenangkan namun juga dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.

3. Putih

Putih melambangkan positif, ketetapan, ketidakbersalahan, steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral, dan fleksibel.

4. Hitam

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran sesuatu yang negatif, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

5. Abu-abu

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, professional, kualitas, dan diam.

(30)

2.1.4 Kartun dan Karikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun.

Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2006: 140)

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik (Sobur, 2006: 40).

2.1.4 Karikatur Dalam Media Massa

(31)

massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang diampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang hangat di permukaan.

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan direct speech (komunikasi langsung) dan Symbolic speech (Komunikasi tidak langsung). Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung, seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain-lain. Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun diteliti seperti patung, monument dan simbol-simbol lainnya (Bintoro dalam Marliani, 2004: 49).

(32)

2.1.5 Kritik Sosial

Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas, ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya, ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1999: 42).

Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama saja dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik itu sendiri.

(33)

pemisahan, Krinoo = memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil (Susanto, 1986: 7).

Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain, kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed, 1999: 47).

(34)

berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan – kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa tanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya, sehingga diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. (Susanto, 1986: 105).

Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan – ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya (Panuju, 1999: 49).

(35)

Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan – kelemahan pihak lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).

Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan, masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya “pihak sana” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan pemerintah. Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya berarti melawan. Kritik itu mengandung muatan – muatan saling memberi arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999: 84).

Kritik – kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.

(36)

Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu sendiri.

2.1.6 Pendekatan Semiotika

(37)
(38)

Menurut John Fiske pada intinya semua model yang membahas mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu membahas tiga elemen antara lain:

1. Sign atau tanda itu sendiri

Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna yang terkandung di dalamnya dan juga bagaimana mereka saling berhubung dengan orang-orang yang menggunakannya. Dalam hal ini tanda dipahami sebagai komunikasi makna dan hanya bisa dimaknai oleh orang-orang yang telah mempersiapkannya.

2. Codesi atau kode

Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka. 3. Budaya

Lingkungan dimana tanda atau kode itu berada. Kode dan lambang tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.

(39)

akan digunakan adalah model semiotik milik Peirce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

2.1.7 Semiotika Charles Sanders Peirce

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur, 2004: 83). Bagi Peirce tanda “is something which stand to somebody for something in some respect or capacity”. Kita misalnya dapat menjadikan teori segitiga makna (triangel meaning) menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (Sign atau represetamen) selalu terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground, object dan interpretant (Sobur, 2004: 41).

(40)

Charles Sanders Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat (Sobur, 2004: 42). Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut

(Fiske dalam Sobur, 2001: 85)

Sign

Interpretant Object

(41)

Menurut Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan, dan representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari tanda itu sendiri yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Pierce ingin mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan mengembangkannya kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Dalam pendekatan semiotik model Charles S. Pierce, diperlukan adanya 3 unsur utama yang bisa digunakan sebagai model analisis, yaitu tanda, objek, dan interpretant.

Charles S. Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut :

Icon

Index Simbol

(42)

2.1.8 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of meaning, (Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27) telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur, 2004: 248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner. “Tetapi”, (kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008: 47), “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan pekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah.”

(43)

Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur, 2004: 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997: 123 – 125) sebagai berikut :

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata – kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata – kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata – kata tersebut tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang ingin kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.

2. Makna berubah. Kata – kata relative statis, banyak dari kata – kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata – kata ini dan berubah khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna.

(44)

masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkiran berlebihan akun mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan konsep – konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

(45)

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda – beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda – beda dari setiap individu tersebut. Begitu juga penelitian yang memahami lambang dan tanda yang ada, dalam obyek yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemahaman terhadap suatu tanda dan lambang berbentuk gambar dengan menggunakan metode semiotik Peirce, sehingga dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai pemaknaan karikatur “Inilah.com”.

(46)

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moeloeng, 2002: 33).

Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif interpretatif, yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut (Christomy dan Yuwono dalam Marliani, 2004: 48).

Oleh karena itulah peneliti harus memperhatikan beberapa hal dalam penelitian ini, pertama adalah konteks atau situasi sosial di seputar dokumen atau teks yang diteliti. Disini peneliti diharapkan dapat memahami makna dari teks yang diteliti. Kedua adalah proses atau bagaimana suatu produksi media atau isi pesannya dikemas secara actual dan diorganisasikan secara bersama.

(47)

Ketiga adalah pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi.

Dalam penelitian ini, menggunakan metode semiotik. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur, 2004: 15). Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan sepanjang gambar dalam cover karikatur. Pendekatan semiotik termasuk dalam metode kualitatif. Tipe penelitian ini adalah deskriptif , dimana peneliti berusaha untuk mengetahui pemaknaan karikatur “Inilah.com” pada situs google dalam pencarian gambar dimuat 22 November 2009.

3.2 Korpus

Korpus sebagai kumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan perkembangannya oleh analisa dengan semacam kesemenaan. Korpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur – unsurnya akan memelihara sebuah sistem kemiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus itu juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf substansi maupun homogen pada taraf waktu (sinkroni). (Kurniawan, 2001: 70).

(48)

Sedangkan Korpus pada penelitian ini adalah foto “Slank melawan korupsi” yang dimuat di situs Google dalam pencarian gambar pada 22 November 2009.

3.3 Unit Analisis

Untuk mempermudah interpretasi dari digunakan tiga hubungan dalam menyelami semiotik karikatur pada karikatur “Inilah.com” yang dimuat pada situs google dalam pencarian gambar, mengekspresikan kekecewaan karikaturis terhadap para koruptor di lembaga pemerintahan. Dimana kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan ikon (icon), indeks (index), simbol (symbol).

3.3.1 Ikon

(49)

3.3.2 Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat (Sobur, 2004: 42), atau disebut juga dengan tanda sebagai bukti. Pada karikatur “Inilah.com” ditunjukkan dengan beberapa tulisan, seperti “atas nama rakyat” yang terdapat pada gambar kaki, serta tulisan “koruptor, pergi sana!” yang seolah-olah diucapkan oleh “si penendang”, serta gambar garis-garis yang memanjang di sebelah gambar kaki, menunjukkan identik dengan “kekuatan” tendangan tersebut.

3.3.3 Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda penanda dengan petandanya, bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat) (Sobur, 2004: 42). Pada karikatur “Inilah.com” ditunjukkan dengan :

Warna merah yang sangat dominan pada tulisan “atas nama rakyat” di kaki “si penendang”. Kemudian warna abu-abu pada langit dan gedung. Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks, simbol, tergantung dari kebutuhan dan sudut pandang khalayak (point of interest) yang memaknainya.

(50)

memaknai karikatur “Inilah.com” pada situs google sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melakukan pengamatan secara langsung pada karikatur “Inilah.com” pada situs google dalam pencarian gambar dimuat 22 November 2009. Pengumpulan data dalam penelitian ini, melalui bahan studi kepustakaan, situs google dalam pencarian gambar, bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi serta penggunaan internet. Selanjutnya data-data akan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotik Peirce dan data dari penelitian ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui penafsiran makna karikatur “Inilah.com” pada situs google dalam pencarian gambar dimuat 22 November 2009.

3.5 Teknik Analisis Data

(51)

dengan acuannya yang dibuat oleh Charles Sanders Peirce terbagi dalam tiga kategori yaitu ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol).

Dengan studi semiotik penelitian dapat memaknai gambar dan pesan yang terdapat dalam karikatur “Inilah.com” serta membentuk berbagai pemaknaan terhadap karikatur ini. Karikatur “Inilah.com” akan diinterpretasikan dengan cara mengindentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam setiap penggambaran karikatur, untuk mengetahui makna yang ada dalam karikatur tersebut.

Untuk mengetahui hubungan antara tanda, penggunaan tanda dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Peirce. Sistem tanda (gambar, warna, perilaku non verbal dan atribut pendukung) yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif karikatur “Inilah.com” pada situs google dalam pencarian gambar dimuat pada 22 November 2009.

(52)

kata kabur atau keruhada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legsign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Berdasarkan pada Interpretant, tanda (sign/representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang tersebut mengalami iritasi, atau menderita penyakit mata, bahkan dapat disebut juga orang tersebut sedang menangis. Dicent sign atan dicisign adalah tanda sesuai dengan kenyataan. Misalnya, apabila di suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan harus dipasang rambu-rambu yang menunjukkan di area tersebut sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsug memberi alasan tertentu.

(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Karikatur “Inilah.com”

Karikatur “INILAH.COM” yang menjadi objek dalam penelitian ini dimuat pada situs google dalam pencarian gambar pada 22 November 2009. Karikatur yang mengangkat tentang suatu aksi melawan korupsi yang dilakukan oleh karikaturis. Aksi tersebut diwujudkan dalam sebuah karikatur memprotes para anggota DPR yang terlibat korupsi. Dalam aksi tersebut, karikaturis menggambarkan adanya sebuah kaki yang “mendepak” seorang koruptor. Pada gambar telapak kaki tersebut, bertuliskan “atas nama rakyat”. Hal ini sebagai tanda yang mengekspresikan keinginan karikaturis agar pemerintah melakuakn tindakan yang agresif dalam memberantas koruptor.

Karikatur yang diberi judul INILAH.COM tersebut adalah sebagai suatu reaksi atau refleksi terhadap fenomena yang sedang berkembang dan menonjol di tengah-tengah masyarakat yaitu tentang kasus korupsi yang melibatkan sejumlah anggota DPR. Karikatur ini merupakan salah satu bentuk pesan dalam bentuk komunikasi non verbal yang memang

(54)

diciptakan dengan kesengajaan agar pembaca dapat dengan aktif memahami pesan yang terkandung didalamnya.

Karikatur INILAH.COM diciptakan sebagai sebuah wahana untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang suatu usaha atau aksi melawan korupsi yang dilakukan oleh karikaturis dalam sebuah karikatur tentang para anggota DPR yang terlibat kasus korupsi.

4.1.2 Google Indonesia

Tentang Google

Google mempunyai misi untuk memberikan pengalaman pencarian di Internet yang terbaik dengan mewujudkan informasi dunia yang mudah diakses dan bermanfaat. Google, pembuat mesin pencarian terbesar di dunia, menawarkan kecepatan, kemudahan pencarian informasi di internet. Dengan mengakses lebih dari 1.3 milyar halaman web, Google mengantarkan hasil yang relevan dengan semua pemakai di seluruh dunia kurang dari setengah detik. Sampai hari ini, Google telah merespon lebih dari 100 juta permintaan pencarian dalam sehari.

(55)

juta. Sumber pendanaan perusahaan meliputi Kleiner Perkins Caufield & Byers dan Sequioa Capital. Google menyajikan layanan melalui situs publik miliknya, www.google.com. Perusahaan juga menawarkan solusi pencarian web secara co-branded untuk para penyedia informasi.

Tentang Teknologi Google

Teknologi pencarian Google yang inovatif dan tata muka pemakainya yang elegan menempatkan Google pada posisi yang jauh berbeda dari mesin pencarian generasi pertama yang tersedia saat ini. Dibandingkan dengan hanya menggunakan teknologi kata kunci atau metasearch, Google memakai teknologi terbaru PageRank yang sedang dipatenkan, teknologi ini menjamin informasi-informasi yang terpenting akan ditampilkan dahulu.

(56)

berdasarkan perolehan suara yang diperoleh. Google juga menganalisa halaman yang memberikan suara.

Metode-metode pencarian Google yang otomatis dan kompleks tidak membolehkan adanya gangguan dari manusia. Tidak seperti mesin pencari yang lain, Google disusun agar tak seorangpun dapat membeli "tempat yang lebih tinggi" di hasil pencarian atau mengubah hasil pencarian untuk tujuan komersial. Pencarian Google adalah pencarian yang jujur dan obyektif dalam mencari website yang bermutu tinggi dengan cara yang mudah.

4.2 Penyajian Data

Dari hasil pengamatan peneliti yang dilakukan pada gambar karikatur INILAH.COM maka akan disajikan data-data yang didapat dari gambar karikatur yang dimuat 22 November 2009 pada situs google dalam pencarian gambar. Data-data yang dianalisis terdiri dari sekumpulan tanda-tanda yang secara spesifik akan dipilah-pilah yang disesuaikan dengan materi data yang tersedia.

(57)

yang terkandung dalam karikatur INILAH.COM pada situs google dalam pencarian gambar yang dimuat 22 November 2009.

Peirce membagi tanda menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks, simbol. Untuk mengungkap makna serta pesan yang disampaikan dalam karikatur tersebut, sistem tanda dibagi berdasarkan pembagian fungsi tanda Peirce.

Dalam pendekatan semiotik Peirce terdapat tiga komponen, yaitu : Tanda (sign), Objek (object), dan Interpretan (interpretant).

Sebagai interpretan, peneliti menganalisa karikatur INILAH.COM pada situs google dalam pencarian gambar, yang dijadikan corpus (sample terbatas) dengan menggunakan hubungan antara tanda dengan acuan tanda dalam model Semiotik Peirce yang membagi tanda atas tiga bagian kategori yaitu : ikon, indeks, simbol, sehingga akan diperoleh interpretasi dari karikatur melalui kategori tanda tersebut.

Ikon, dalam tampilan karikatur INILAH.COM adalah ditunjukkan dengan gambar kaki yang “mendepak” serta seseorang yang “ditampilkan” sebagai koruptor yang keluar dari sistem pemerintahan. Ekspresi wajah, gerakan tubuh, serta isyarat tangan yang menggambarkan bahwa “koruptor” tersebut merasa sakit akibat tendangan yang keras.

(58)

serta tulisan “koruptor, pergi sana!” yang seolah-olah diucapkan oleh “si penendang”, serta gambar garis-garis yang memanjang di sebelah gambar kaki, menunjukkan identik dengan “kekuatan” tendangan tersebut.

Simbol, dalam tampilan karikatur INILAH.COM adalah Warna merah yang sangat dominan pada tulisan “atas nama rakyat” di kaki “si penendang”. Kemudian warna abu-abu pada langit dan gedung. Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks, simbol, tergantung dari kebutuhan dan sudut pandang khalayak (point of interest) yang memaknainya.

(59)

Ikon

penggemar slank yang disebut

slankers, beramai-ramai berjalan

kaki untuk berdemonstrasi sambil

membawa bendera slank serta

spanduk-spanduk yang bertuliskan

“Slank KPK lawan korupsi”.

Indeks Simbol

ditunjukkan dengan beberapa

spanduk yang backgroundnya

berwarna putih dengan

tulisan Slank KPK lawan korupsi.

warna tulisan yang sangat dominan

pada spanduk yang dibawa oleh

slankers yaitu kombinasi antara

warna merah, biru dan hitam serta

background dari spanduk itu

sendiri yang berwarna putih.

Gambar 4

(60)

Gambar di atas merupakan gambar interpretasi yang dilakukan terhadap karikatur INILAH.COM pada Komunitas Kartun WordPress. Karikatur INILAH.COM merupakan suatu bentuk sistem yang merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri yang ada didalam karikatur tersebut. Karikatur INILAH.COM digunakan oleh peneliti untuk menginterpretasikan sistem tanda dalam penelitian ini.

4.3 Analisis Pemaknaan Karikatur “INILAH.COM”

Menurut Peirce, sebuah tanda itu adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau keputusan. Dalam pendekatan Semiotik model Charles Sanders Peirce, diperlukan adanya model analisis, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant). Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata, karena tanda itu sendiri adalah pencitraan indrawi yang menampilkan pengertian dari objek yang dimaksudkan. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada di dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

(61)

terdapat dalam karikatur INILAH.COM berdasarkan model Semiotik Peirce tersebut di atas.

4.3.1 Ikon

Gambar kaki yang “mendepak” serta seseorang yang “ditampilkan” sebagai koruptor yang keluar dari sistem pemerintahan. Ekspresi wajah, gerakan tubuh, serta isyarat tangan yang menggambarkan bahwa “koruptor” tersebut merasa sakit akibat tendangan yang keras. Mengkreasikan sebuah gambar karikatur dalam membuat karikatur tentang melawan korupsi dan memberantas koruptor yang melibatkan sejumlah anggota DPR. Hal ini merupakan ikon dari karikatur INILAH.COM .

Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari salah satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia.

(62)

berdosa, bingung, puas) dianggap “campuran” yang umumnya lebih bergantung pada interpretasi (Mulyana, 2001: 334).\

Isyarat tangan atau “ berbicara dengan tangan” temasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama (Mulyana, 2001: 312).

Sebagian orang berpendapat bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia seorang yang sederhana, religius, modern, atau berjiwa muda. Tidak dapat pula dibantah bahwa pakaian, seperti juga rumah, kendaraan dan perhiasan digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu yang diinginkan pemakainya (Mulyana, 2001: 347).

(63)

melaksanakan kritik kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.

4.3.2 Indeks

Indeks adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi penanda yang mengisyaratkan penandanya. Indeks dalam karikatur ini adalah beberapa tulisan, seperti “atas nama rakyat” yang terdapat pada gambar kaki, serta tulisan “koruptor, pergi sana!” yang seolah-olah diucapkan oleh “si penendang”, serta gambar garis-garis yang memanjang di sebelah gambar kaki, menunjukkan identik dengan “kekuatan” tendangan tersebut.

(64)

4.3.3 Simbol

Simbol pada dasarnya merupakan tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya atau sesuatu tanda yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lainnya berdasarkan sekelompok orang yang disepakati bersama, bersifat arbiter atau semena (Sobur, 2004: 42). Simbol dari karikatur pada Komunitas Kartun WordPress yang dimuat pada situs google dalam pencarian gambar ini adalah warna tulisan yang ada di kaki maupun warna background spanduk tersebut. Warna abu-abu yang mendominasi background karikatur itu melambangkan bahwa gedung DPR atau lembaga pemerintahan yang lainnya, seakan menunjukkab bahwa para anggota DPR memiliki intelektual yang berkualitas, kemudian ingin membawa Indonesia bebas dari korupsi untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, serta kepandaian, tenang, serius, Warna merah pada tulisan “atas nama rakyat” melambangkan emosi terhadap kasus korupsi yang terjadi serta para koruptor yang tertangkap. Melambangkan agresif serta kekuatan, yang ditunjukkan oleh “kekuatan” kaki dalam menendang koruptor

(65)

panutan dan inspirasi bagi semua orang agar tidak melakukan kejahatan korupsi.

Warna hitam yang mendominasi pada “awan yang bertuliskan koruptor, pergi sana !” melambangkan kegigihan serta keberanian yang dimiliki pemerintah dalam mengusut tuntas kasus-kasus korupsi serta koruptornya yang ada. Sedangkan warna merah dalam tulisan “atas nama rakyat”, melambangkan keagresifan pemerintah yang penuh semangat didalam memberantas kasus-kasus korupsi.

4.4 Makna keseluruhan Pemaknaan Karikatur “INILAH.COM” (dalam model Triangel of Meaning Peirce)

Melalui segitiga makna Peirce (Triangel of Meaning), peneliti memaknai secara keseluruhan tampilan karikatur “INILAH.COM” pada Komunitas Kartun WordPress yang dimuat 22 November 2009 di situs google dalam pencarian gambar. Segitiga tersebut terdiri atas tanda yaitu setiap bentuk pemaknaan yang bisa ditimbulkan oleh rubrik suatu Koran, baik konotatif maupun denotatif.

(66)

WordPress online dan dimuat oleh situs google dalam pencarian gambar pada 22 November 2009 secara keseluruhan dengan menghubungkan antara tanda dan acuan tanda dalam model kategori Peirce, yaitu : ikon, indeks, simbol. Hasil dari interpretasi merupakan hasil yang diserap peneliti. Pemilihan karikatur “INILAH.COM” ” pada Komunitas Kartun WordPress online dan dimuat oleh situs google dalam pencarian gambar pada 22 November 2009 menjadi pertimbangan tersendiri bagi pihak peneliti.

Pemilihan karikatur “INILAH.COM” pada Komunitas Kartun WordPress online dan dimuat oleh situs google dalam pencarian gambar pada 22 November 2009 menjadi pertimbangan tersendiri bagi pihak peneliti, karena pada karikatur ini menunjukkan bahwa adanya suatu aksi inisiatif dari pemerintah yang tidak dapat diremehkan itu berusaha untuk tidak membela siapa pun, khususnya didunia politik serta menginginkan politik dan sistem pemerintahan yang bersih dari korupsi.

Tanda-tanda non verbal berupa adanya ekspresi wajah dan isyarat tangan dari orang yang terjatuh menatap kebelakang dengan tatapan mata yang kecil mengikuti arah “tendangan”, mempunyai ekspresi bahwa dari orang tersebut “murni”, karena merupakan keadaan ketakutan yang tinggi

(67)

kartun komik. Sedangkan, untuk penyajian pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa lembaga-lembaga serta masyarakat menginginkan politik dan sistem pemerintahan yang bersih dari korupsi yang diwujudkan dalam sebuah karikatur.

Dengan adanya karikatur yang merupakan sebuah perwujudan dari ekspresi yang dimiliki oleh karikaturis, menunjukkan kegigihan serta rasa emosional yang sangat tinggi untuk memberantas korupsi dan juga keinginan atau harapan mereka terhadap sistem pemerintahan atau politik yang bebas dan bersih dari kejahatan korupsi.

Oleh karena itu, kritik sosial yang disampaikan dalam karikatur tersebut menginginkan suasana baru, suasana yang lebih baik dan lebih maju, seperti halnya, lembaga pemerintahan yang bersih dari tindak korupsi. Kritik yang dilakukan oleh karikaturis dalam sebuah karikatur tidak selamanya berarti melawan, tetapi mengandung muatan saling memberi arti, setidaknya masukan yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah.

(68)

Kemudian dari sisi “kaki penendang” yang digambarkan sangat panjang dan besar tersebut, menunjukkan bahwa kekuatan serta antusiasme yang dimiliki oleh pemerintah didalam memberantas kasus-kasus korupsi maupun koruptor.

(69)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil interpretasi dan penjelasan peneliti dalam pemaknaan secara keseluruhan pada karikatur “INILAH.COM” pada situs google dalam pencarian gambar yang dimuat 22 November 2009, maka kesimpulan yang didapat adalah karikaturis serta lembaga pemerintahan tidak menginginkan adanya sistem pemerintahan atau politik yang kotor, seperti halnya korupsi yang dilakukan oleh sebagian besar anggota DPR. Mereka menginginkan suasana baru, suasana yg lebih baik dan lebih maju, yaitu sistem politik atau pemerintahan yg bersih, transparan, serta melayani dengan sepenuh hati. Karikaturis, berusaha mewujudkan aksi protes tersebut, salah satunya dengan cara membuat sebuah karikatur. Kritik yang diwujudkan dalam sebuah karikatur, tujuannya bukan memberikan nilai yang negatif untuk para anggota DPR, namun tujuannya adalah memberikan sebuah kritik yang bersifat membangun, yang harus dipelajari serta dipertimbangkan oleh pemerintah.

(70)

5.1 Saran

Konsep pemaknaan karikatur “INILAH.COM” pada situs google dalam pencarian gambar yang dimuat 22 November 2009 ini cukup menarik. Namun dalam bab ini peneliti akan memberikan saran bagi penelitian yang akan datang agar karikatur yang ada di situs google, terutama pada pilihan pencarian gambar, hendaknya memiliki makna yang jelas, tidak ambigu kata atau bermakna ganda. Meskipun judul harus dibuat dengan kata yang singkat, jelas dan mewakili pesan yang disampaikan. Agar orang merasa tidak bingung atau bahkan kecewa karena setiap orang memiliki Field of Experience dan Frame of Reference yang berbeda-beda.

(71)
(72)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Novel. 1999. Peradaban Komunikasi Politik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Cangara, Hafid, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Effendy, Onong Uchyana, Prof. MA. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat

Komunikasi, Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Konsep dan Aplikasinya di

Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti

Kusmiati.R, Artini, 1999, Desain Komunikasi Visual, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya

Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthez, Yogyakarta: Yayasan Indonesia

Lexi, Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Masoed, Mochtar, 1999. Kritik Sosial dalam Wacana

Pembangunan, Yogyakarta: UII Press

Mulyana, Deddy. 1999. Nuansa – Nuansa Komunikasi meneropong

Politik Budaya Indonesia, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nimno, Dan. 1989. Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan

Media Kontemporer. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Panuju, Redi, 2005. Nalar Jurnalistik (Dasar – Dasarnya Jurnalistik), Malang: Bayu Media Publishing

(73)

Susanto, Astrid, 1986. Makna dan Fungsi sosial dalam Masyarakat

Negara dalam Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta:

LP3ES

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tinarbuko, Sumbo. 2003. Semiotika Analisis Tanda pada Karya

Desain Komunikasi Visual, Surabaya: Nirmana Journal Vol.

05 No. 1 Univ. Kristen Petra.

(74)

64

26sa%3DN%26ndsp%3D20%26tbs%3Disch:1&start=36&um

=1&sa=N&ndsp=20&tbs=isch:1#tbnid=dojyHYDiFy4SWM&

start=40)

(http://www.thejakartapost.com)

(http://merdekacreatipe.google.com/2009/01/penggal-koruptor_22.html)

(http://kartoen.google.com/galeri-karikatur/)

(

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce
Gambar 2.2 Model Kategori Tanda Oleh Peirce
Gambar 4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui adanya kecemasan terhadap sebelum datangnya rasa sakit pada penderita rematik yang mengalami kecemasan

STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda Bila hendak mengganti jawaban, coretlah jawaban yang telah anda pilih dan silanglah jawaban yang baru.. Contoh SS

From the above description it can be seen that loyalty not only involves making a purchase or even repeat purchases, but also represents a positive level

Dalam penelitian Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis menggunakan data yang tepat dan akurat sebagai sumber informasi untuk mendukung penyajian laporan ini. Sumber

semakin tinggi dividend payout ratio yang diterapkan suatu perusahaan, maka.. semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali

Apakah Kebijakan Dividen berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Apakah Kebijakan Dividen mampu memediasi pengaruh ROA

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waste dari alumunium foil dengan menggunakan diagram tulang ikan [2], memberikan

[r]