• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT PEMUNGUT MADU DI DESA KAWINDA TO I KECAMATAN TAMBORA KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT PEMUNGUT MADU DI DESA KAWINDA TO I KECAMATAN TAMBORA KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT SKRIPSI"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT PEMUNGUT MADU DI DESA KAWINDA TO’I KECAMATAN TAMBORA

KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

SKRIPSI

Oleh:

JULIANTI 105950050014

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2019

(2)

HALAMAN JUDUL

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT PEMUNGUT MADU DI DESA KAWINDA TO’I KECAMATAN TAMBORA KABUPATEN BIMA

JULIANTI 105950050014

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Strata Satu( S-1 )

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2019

(3)
(4)
(5)

@ Hak Cipta Milik Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2019 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Universitas Muhammadiyah Makassar.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul“

ANALISIS PENDAPATAN MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL TAMBORA KECAMATAN TAMBORA KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ” Sebagai salah satu syarat mendapat gelar serjana

S I. Salam dan salawat semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan kepada kita semua.

Penulis berharap apa yang dipaparkan dalam skripsi ini dapat memberikan informasi baru bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa apa yang sajikan dalam skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan masukan sangat penulis hargai.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi.,MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibunda Ir. Husnah Latifah S.Hut.,M.Si Selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Ir. Hikmah S.Hut.,M.Si Selaku Ketua Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar Sekalis Dosen Pembimbing 1 4. Dr. Hasanuddin S.Hut.,MP. IPM. Selaku Pembimbing ll yang telah

memberikan bimbingan sistem penyusunan skripsi, pengetahuan dan motivasi

(7)

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama dibangku perkuliahan

6. Kedua Orang Tua dan teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungan serta partisipasi yang sangat besar dalam penyusunan Skripsi ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.

Pada penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis hargai keritikan dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat mendorong kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya, semoga Allah SWT Memberikan rahmat dan kemanfaatan yang banyak atas penulisan Skripsi ini yang menjadi kita hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat-Nya Amin Ya Rabbal’Alamin.

Makassar, Juli 2019

Penyusun

(8)

ABSTRAK

JULIANTI (105950050014). Analiasis Pendapatan Masyarakat Pemungut Madu di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Dibimbing oleh Hikmah dan Hasanuddin Molo.

Untuk mengetahui pendapatan madu pertahun masyarakat sekitar hutan dan hasil pemungutan madu dalam kawasan hutan di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerimaan responden dari lebah madu pertahun di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima sebesar Rp. 50.288.000, dengan rata-rata pengeluaran Rp. 7.341.466 pertahun, dan rata-rata pendapatan responden dari lebah madu sebesar Rp.

42.946.533 peresponden/tahun.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI... iv

PERNYATAAN... v

RIWAYAT HIDUP ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... x

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

11. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengertian Pendapatan ... 4

2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan... 7

(10)

2.3. Hutan ... 8

2.4. LebahMadu ... 11

2.5. Kerangka Pikir ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 16

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ... 16

3.3. Populasi danS ampel ... 16

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 16

3.5. Jenis Data ... 17

3.6. Analisis Data ... 17

3.7. Devinisi Operasional ... 18

IV. KEADAAN UMUM LOKASI ... 20

4.1. Keadaan Fisik... 20

4.1.1. Letak dan Luas ... 20

4.1.2. Topografi ... 20

4.1.3. Klimatologi ... 21

4.1.4. Geologidan Tanah ... 23

(11)

4.1.5. Iklim ... 24

4.1.6. Zonasi ... 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1. Identitas Responden ... 35

5.1.1. Umur Responden ... 35

5.1.2.Tingkat Pendidikan Responden…... ... 37

5.1.3.Jumlah Tanggungan Keluarga ... 39

5.1.4. Jenis Pekerjaan Responden... 40

5.2. Penerimaan Lebah Madu ... 41

5.3. Pengeluaran Responden ... 43

5.4. Pendapatan Bersih Petani Madu ... 44

VI. PENUTUP ... 46

6.1.Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Data Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Tambora ... 30

2. Luas Wilayah Desa Sekitar Taman Nasional Tambora ... 31

3. Luas Wilayah Desa Piong dan Oi SaroKec. Sanggar Kab. Bima ... 32

4. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk ... 33

5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 34

6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 36

7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38

8. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ... 40

9. Penerimaan Responden ... 42

10. Penerimaan Responden Pertahun ... 43

11. Pengeluaran Responden ... 43

12. Pengeluaran Responden Pertahun ... 44

13. Pendapatan Responden ... 44

14. Pendapatan Responden Pertahun ... 45

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pikir. ... 15

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kusioner Penelitian. ... 53

2. Data Responden ... 56

3. Data Penelitian ... 57

4. Pendapatan Madu/Minggu ... 58

5. Pendapatan Madu/Bulan ... 59

6. Pendapatan Madu/Tahun ... 60

7. Penerimaan Responden dari Lebah Madu/Minggu ... 61

8. Penerimaan Responden dari Lebah Madu Perbulan ... 62

9. Penerimaan Responden dari Lebah Madu Pertahun ... 63

10. Pengeluaran Responden dari Lebah Madu / Minggu ... 64

11. Pendapatan Responden dari Lebah Madu / Minggu ... 65

12. Pengeluaran Responden dari Lebah Madu / Bulan ... 66

13. Pendapatan Responden dari Lebah Madu / Bulan ... 67

(15)

l. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hutan menurut Undang-Undang tentang kehutanan Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan yaitu suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas. Pengertian hutan menurut perundangan-undangan di atas menunjukkan bahwa hutan tidak hanya terbatas pada persoalan tumbuhan pohon dan sumberdaya yang ada di dalamnya melainkan adanya keterikatan hubungan antara hutan dan lingkungannya, seperti halnya masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yang hidup dan bergantung pada hasil hutan yang kaya akan sumberdaya alamnya, salah satu contohnya adalah masyarakat pengambil madu alam yang memanfaatkan hutan sebagai ladang mata pencaharian. Pada umumnya hutan merupakan suatu bentuk pengelolaan alam yang mengakomodasi kepentingan dan partisipasi masyarakat secara luas. Konsep ini menawarkan hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara masyarakat dengan lahan hutan. Disatu sisi, masyarakat mendapatkan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hutan dan disisi lain hutan mendapatkan penanganan pelestarian.

Taman Nasional Tambora adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai suatu ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang

(16)

budidaya, parawisata dan rekreasi. Pengelolaan Taman Nasional Tambora membuahkan hasil. Hasil tersebut berupa dukungan pengembangan dari beberapa kementrian terkait. Dukungan tersebut salah satunya melalui percepatan tambora menjadi Geopark Nasional sehingga memiliki nilai lebih dari kondisi saat ini.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani dan turunannya yang berasal dari hutan kecuali kayu (Permenhut No. 35 Tahun 2007). HHBK yang sudah biasa dikomersilkan diantaranya cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, sukun, bambu, sutera alam, madu, jernang, kemenyan, kayu putih, kayu manis, kilemo, pinang, alang-alang, gemor, masohi, aneka tanaman hias, dan tanaman obat, serta minyak atsiri. Hasil hutan tersebut dapat dikatakan sebagai HHBK unggulan. HHBK unggulan adalah jenis hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi ekonomi yang dapat dikembangkan budidaya maupun pemanfaatannya di wilayah tertentu sesuai kondisi biofisik setempat guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Madu merupakan cairan kental kaya karbohidrat, yang diproduksi oleh lebah dari nektar tanaman.Madu sejak dahulu tidak hanya dikenal sebagai bahan pangan, tetapi juga sebagai penyembuh penyakit. Masyarakat Mesir kuno sudah memanfaatkan madu sebagai obat luka, obat sakit perut dan pengawet mumi. Para ilmuwan sudah berhasil mengidentifikasi sejumlah nutrisi yang terdapat dalam madu serta manfaat - manfaatnya.

Kawasan Taman Nasional Tambora merupakan habitat lebah hutan, lebah ini banyak diburu oleh masyarakat sekitar kawasan sebagai penghasil madu, yang merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat yang tinggal disekitar kawasan Taman Nasional Tambora, yang belum tentu memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat dalam kawasan Taman Nasional Tambora Kecamatan Tambora Kabupaten Bima Provisi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Pendapatan Masyarakat Pemungut Madu di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

1.2.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah berapa besar tingkat pendapatan masyarakat sekitar hutan dari hasil pemungut madu dalam kawasan hutan di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima ?

(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah pendapatan masyarakat sekitar hutan dan hasil pemungutan madu dalam kawasan hutan di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi atau wawasan untuk pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta bahan masukan bagi para kelompok tani dan instansi terkait di Kabupaten Bima.

b. Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan- kebijakan dalam pembangunan sosial ekonomi yang berada di Desa.

c. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan manfaat agar terjadi suatu peningkatan bagi kesejahteraan masyarakat.

(18)

ll. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana Analisis pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala Analisi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia; pertama, perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut. ( Sukirno. 2006).

Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan. (Susilowati dkk, 2002).

Pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa varian pendapatan antara lain:

(19)

1. Pendapatan pribadi, yaitu: semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara.

2. Pendapatan disposibel, yaitu: pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3. Pendapatan Nasional, yaitu: nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.

Pendapatan perkapita dapat diartikan pula sebagai penerimaan yang diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka (Sumardi, 1982) Dalam hal ini pendapatan per kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas Negara serta penduduk suatu Negara (Todaro, 1998).

Pendapatan nasional adalah nilai netto dari semua barang dan jasa (Produk Nasional) yang diproduksi setiap tahunnya dalam suatu Negara. Pendapatan nasional dapat ditentukan dengan tiga cara (Sukirno, 2006), yaitu:

1. Cara produksi netto, output/produk dalam Negeri dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara.

Total output ini tidak mencakup nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor. Untuk mendapatkan produk Nasional bruto, produk domestik bruto harus ditambah dengan pendapatan bersih yang diterima dari luar negeri.

2. Cara pendapatan, total pendapatan yang diterima penduduk suatu Negara sebagai balas jasa dari produksi barang dan jasa yang sedang berlangsung.

(20)

Pendapatan ini disebut pendapatan faktor, sebab ditambahkan pada faktor- faktor produksi, dan pembayaran transfer (transfer payment) tidak dimasukkan dalam perhitungan, seperti tunjangan sakit, tunjangan pengangguran dimana tidak ada barang atau jasa yang diterima sebagai imbalannya.

3. Cara Pengeluaran, total pengeluaran domestik oleh penduduk suatu Negara pada konsumen dan investasi barang-barang. Hal ini mencakup pengeluran pada barang dan jasa jadi (tidak termasuk barang atau jasa setengah jadi) dan termasuk barang-barang yang tidak terjual dan yang ditambahkan pada persediaan (investasi persediaan).

Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi barang dan jasa non-pertanian di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang diterapkan. Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno. 2000).

(21)

2.2.Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Ada 5 faktor yang mempengaruhi pendapatan sebagai berikut : 1) Kualitas sumber daya manusia

Sudah kita ketahui bahwa untuk menghitung besarnya pendapatan nasional, yaitu dengan pendekatan yang diterima oleh pemilik faktor produksi.

Salah satu komponen didalam pendekatan tersebut adalah upah (W) yang diterima oleh pemilik faktor produksi tenaga kerja.Tenaga kerja yang unggul dan juga memiliki kompetensisesuai bidang pekerjaannya bisa menerima upah yang lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja yang memiliki kemampuan rendah, hingga bisa memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan nasional. Kualitas tenaga kerja yang tinggi itu yang bisa diperoleh melalui proses pendidikan formal maupun juga pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin memungkinkan pula untuk memperoleh jabatan pekerjaan yang lebih tinggi dan hasilkan gaji yang besar atau semakin terlatih seseorang tenaga kerja maka akan semakin besar pula upah yang diterima.

2) Keadaan Sumber Daya Alam

Keadaan alam suatu negara akan mempengaruhi pendapat nasional Negara tersebut. Keadaan alam meliputi keadaan geografis, sumber daya alam yang tersedia dan iklim suatu negara. Semakin banyak sumber daya alam disuatu negara dan digunakan untuk berproduksi maka akan semakin menghasilkan keuntungan yang banyak. Begitu juga dengan kondisi geografis dan iklim yang stabil (jarang terjadi bencana) memberikan peluang yang lebih besar untuk bisa menarik investor agar menanamkan modalnya dinegara tersebut. Dengan kata

(22)

lain, kondisi alam yang kondusif akan membantu meningkatkan pendapatan nasional.

3) Ketersedian Modal

Modal memiliki andil yang sangat besar untuk meningkatkan pendapatan nasional. Suatu negara yang memiliki modal yang besar untuk mengolah sumber daya dan melakukan produksi maka bisa dipastikan pendapatan nasionalnya akan tinggi, sementara Negara yang kekurangan modal sehingga tidak bisa melakukan kegiatan produksi maka pendapatan nasionalnya akan rendah.

4) Stabilitas dan Kebijakan Yang Mantap

Kebijakan pemerintah haruslah jelas, adil dan tegas karena tidak akan menghambat jalanya roda perekonomian. Kebijakan yang baik harus di dukung juga oleh aparatur negara yang berkualitas agar pelaksanaan kebijakan bisa dilakukan oleh semua pihak dengan penuh rasa tanggung jawab.

5) Kesehjahteraan Masyarakat

Masyarakat yang sejahterah akan memiliki daya beli yang tinggi, tingkat menabung dan investasi yang tinggi pula hingga bisa menggulirkanroda perekonomian dan juga meningkatkan pendapatan nasional suatu Negara.

2.3. Hutan

Hutan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam, lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat di pisahkan.Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar diseluruh dunia, kita dapat menemukan hutan

(23)

baik di daerah tropis maupun di daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumplan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lainnya, yang menempati daerah yang cukup luas.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat di ambil manfaatnya oleh masyarakat.Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999, hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani dan turunannya yang berasal dari hutan kecuali kayu (Permenhut No. 35 Tahun 2007). HHBK yang sudah biasa dikomersilkan diantaranya cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, sukun, bambu, sutera alam, madu, jernang, kemenyan, kayu putih, kayu manis, kilemo, pinang, alang-alang, gemor, masohi, aneka tanaman hias, dan tanaman obat, serta minyak atsiri. Hasil hutan tersebut dapat dikatakan sebagai HHBK unggulan.HHBK unggulan adalah jenis hasil hutan bukan kayu yang memiliki potensi ekonomi yang dapat dikembangkan budidaya maupun pemanfaatannya di wilayah tertentu sesuai kondisi biofisik setempat guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Berbagai manfaat dapat diperoleh dari HHBK ini antara lain; sandang, papan, pewangi, pewarna, pemanis, penyamak, pengawet, bumbu dapur, perekat, kerajinan, bahan obat-obatan, kosmetik dan bahan aneka industri lainnya.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No 35 tahun 2007, jenis komoditi HHBK digolongkan ke dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu kelompok hasil hutan dan tanaman dan kelompok hasil hewan. Kelompok Hasil Hutan dan Tanaman terdiri dari (a) Kelompok Resin, (b) Kelompok minyak atsiri, (c) Kelompok minyak lemak, (d) Kelompok karbohidrat, (e) Kelompok buah-buahan, (f) Kelompok tannin, (g) Bahan pewarna, (h) Kelompok getah, (i) Kelompok tumbuhan obat, (j) Kelompok tanaman hias, (k) Kelompok palma dan bambu, dan (l) Kelompok alkaloid. Sedangkan untuk Kelompok Hasil Hewan terdiri dari Kelompok Hewan buru, Kelompok Hasil Penangkaran (arwana irian, buaya, kupu-kupu, rusa), dan Kelompok Hasil Hewan (burung walet, kutu lak, lebah, ulat sutera) Berbagai jenis tanaman penghasil HHBK merupakan tanaman serbaguna yang dapat memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat setempat dan manfaat lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Pemanfaatan jenis HHBK hewani selama ini masih terbatas pada beberapa jenis hewan dan fokus pengelolaannya masih berorientasi untuk keperluan

(24)

konservasi (Surat Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial tentang Arahan Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu).Hasil hutan baik berupa kayu dapat memberikan nilai ekonomis yang tinggi.Nilai ekonomis ini membuat pengelolaan hutan lebih menitikberatkan pada produk kayu. Bahkan eksploitasi hutan pun dapat terjadi karena keuntungan yang dapat diraih dari hasil hutan kayu memberikan devisa bagi Negara. Hasil hutan bukan kayu pun memiliki nilai ekonomis.Namun jika dibandingkan, tentu saja hasil hutan berupa kayu dinilai lebih menguntungkan daripada hasil hutan bukan kayu.Walau demikian, hasil hutan bukan kayu terbukti lebih bernilai dibandingkan hasil kayu dalam jangka panjang (Oka, P dan A, Achmad 2005).

2.4. Lebah Madu

a. Pengertian Lebah Madu

Lebah madu adalah salah satu jenis serangga dari sekitar 20.000 spesies lebah. Saat ini ada sekitar tujuh spesies lebah madu yang dikenal dengan sekitar 44 sub spesies, semua spesies ini termasuk dalam genus Apis. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nektar bunga.Selain itu mereka juga membuat sarang dari lilin, yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu. Lebah madu yang ada di alam Indonesia adalah A.andreniformis, A. cerana dan A. dorsata, serta khusus di Kalimantan terdapat A.

koschevnikovi.(Warisno, 1996)

Setiap tipe lebah memiliki tugas masing-masing Lebah ratu hanya satu ekor dalam setiap koloni dan mengawal semua kegiatan lebah betina dan lebah jantan.Komposisi kromosom lebah ratu adalah diploid sehingga dapat menghasilkan keturunan. Badannya lebih besar karena sejak masih dalam bentuk larva ia diberi makan royal jelly yang kaya akan khasiat. Tugas utamanya adalah kawin dan bertelur.Lebah ratu yang aktif mampu bertelur kira-kira 2.000 butir sehari.Harapan hidup lebah ratu adalah tiga tahun. Lebah ratu akan dibuahi oleh lebah jantan, yang langsung mati begitu selesai membuahi lebah ratu. Jika ratu tidak dibuahi, maka larva tersebut akan menjadi lebah betina yang merupakan lebah pekerja. Lebah pekerja memiliki tanggung jawab membangun dan mempertahankan sarang, mencari nektar (cairan manis yang berasal dari bunga tumbuhan) yang digunakan untuk membuat madu dan mengumpulkan serbuk tumbuhan, memberi makan dan membesarkan anak ratu lebah, mengatur aliran udara dalam sarang dengan sayap mereka dan melindungi sarang dari makhluk asing.Lebah pekerja hanya hidup untuk satu musim, atau tiga bulan atau lebih sedikit. Lebah betina terbentuk tanpa melalui perkawinan atau disebut dengan partonegenesis dan mandul atau steril karena hanya memiliki satu set kromosom (haploid). (Sabir, 2005).

(25)

Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman atau bagian lain dari tanaman. Nektar kaya akan berbagai jenis karbohidrat (3-87%), seperti fruktosa, sukrosa dan glukosa. Selain karbohidrat nektar juga mengandung sedikit senyawa-senyawa yang memiliki unsure nitrogen seperti asam amino, amida-amida, asam-asam organic, vitamin-vitamin juga mineral-mineral.Kandungan zat-zat tersebut dalam nektar tergantung dari sumber nektar yang diperoleh. (Nasution, 2009).

b. Klasifikasi Lebah Madu

Apis mellifera, lebah madu ini merupakan lebah madu yang berasal dari Eropa dan paling banyak dibudidayakan.Jenis lebah ini juga sangat digemari diwilayah Indonesia.Sebenarnya lebah ini lebih menyukai daerah yang beriklim dingin. Selain itu, lebah ini banyak ditemukan di hutan-hutan.Apis mellifera tidak terlalu agresif dan kurang suka berimigrasi. Lebah ini biasanya istirahat (tidur) selama 8 jam semalam. Untuk memandu koloni yang lain seekor lebah akan mengibaskan sayapnya dengan melakukan tarian kibasan. Tarian inilah yang akan menunjukan arah terbang koloni lebah pekerja pencari nectar. Lebah Apis mellifera ini memiliki ciri khas gelang berwarna kekuningan dibelakang abdomen atau rongga perut.Warna tubuhnya bervariasi dari cokelat gelap sampai kuning hitam.Lebah Apis mellifera memiliki rambut yang memenuhi sekujur tubuhnya dan berfungsi untuk menangkap polen. (Adalina, 2008).

Mulutnya yang berbentuk tabung panjang bermanfaat sebagai wadah penghimpun nectar. Hanya saja, jenis lebah Apis mellifera ini memerlukan perawatan yang khusus dan teliti karena lebah ini sangat peka terhadap parasit tungau varroa.Sebagai lebah yang hidap berkoloni, jenis lebah ini memiliki sepasang sayap dimuka dan sepayang sayap di belakang.Keempat sayap ini, lebah pekerja dapat terbang dengan cepat untuk mencari nectar sebagai bahan makanannya.

c. Manfaat Lebah Madu dan Peranannya

Lebah madu bermanfaat sebagai pengobatan terhadap penyakit diabetes merupakan bagian manfaat medis yang luar biasa yang terkandung dalam madu lebah yang sudah menjadi rekomendasi dalam dunia kedokteran Islam.lebah madu dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya teknologi maka tingkat pemanfaatan produk yang dihasilkan oleh lebah madu semakin meningkat baik untuk kepentingan konsumsi dan obat-obatan.Yang baru dari penemuan tersebut ialah bahwa kalangan ilmuan Amerika merekomendasikan keharusan merujuk (menjadikan referensi) kepada warisan Islam terkait dengan pengobatan melalui madu lebah. (Hadisoesilo, 2001).

(26)

Madu lebah juga terdapat zat asam yang mudah berinteraksi dan tingkat kelembaban yang rendah sehingga menyebabkan madu lebah tersebut mudah membunuh bakteri.Di tambah lagi adanya enzim yang mengeluarkan acid hydrogen yang berfungsi membersihkan luka sehingga mudah membunuh semua bakteri yang ada.

Lebah Madu memiliki peranan penting di dalam strategi pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan dan sektor pertanian berkelanjutan.Kegiatan perlebahan menghasilkan produk pangan berkualitas yang dapat membantu meningkatkan gizi dan penghasilan masyarakat pedesaan.

2.5. Kerangka Pikir

Petani di dalam kawasan Taman Nasional Tambora adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti tanam padi, kacang tanah, jagung dan lain-lain ) dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut sebagai pekerjaan pokok. Hutan beserta hasilnya merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan.Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat setempat agar memenuhi standarnisasi kehidupan sosial.

Adapun bagan kerangka pikir dari analisis tingkat pendapatan masyarakat pemungut madu di Taman Nasional Tambora dapat disajikan pada Gambar 1 berikut.

(27)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Madu

Analisis Pendapatan

Tingkat Pendapatan Masyarakat

Masyarakat Pemungut Madu Taman Nasional Tambora

(28)

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 2 bulan dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2018.dilakukan di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kaupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk dokumentasi,alat tulis dan perangkat komputer untuk mengolah data.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner sebagai bahan wawancara.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani pemungut madu di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.Yang melakukan aktivitas pendapatan hasil hutan bukan kayu (pemungut madu).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi, adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.

2. Kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan secara sistematis yang dijawab responden

3. Wawancara, yaitu tanya jawab lisan antara dua orang secara langsung untuk menggali informasi dari tiap individu.

(29)

3.5. Jenis Data

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang berhubungan erat dengan penelitian ini, sedangkan data sekunder merupakan data penunjang dari penelitian ini.

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dengan melakukan observasi atau wawancara langsung dengan responden pada objek yang diteliti.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait serta berupa dokumen-dokumen dan literatur yang relevan dengan tugas akhir ini.

3.6. Analisi Data

Pengelolaan data yang dilakukan dalam penelitianini,sebagai berikut : 1. Pendapatan usaha tani

Pendapatan usaha tani dihitung dengan rumus : Y = TR – TC

Dimana :

TR = Total penerimaan TC = Total biaya 2. Total penerimaan

Total penerimaan dihitung dengan rumus : TR = P X Q

(30)

Dimana :

P = Harga produk ( Rp) Q = Jumlah Barang ( Kg) 3. Total biaya

Total biaya dihitung dengan rumus : TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = Total biaya (Rp) TFC = Total biaya tetap (Rp) TVC = Total biaya variable (Rp)

3.7. Defenisi Operasinal

Batasan-batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa istilah

1. Pendapatan adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu tempat selama periode tertentu.

2. Pendapatan masyarakat merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat sekitar hutan yang berada di Taman Nasional Tambora Kecamatan Tambora Kabupaten Bima.

3. Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga.

4. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang tinggal didalam dan disekitar hutan yang membentuk komunitas untuk mendapatkan matapencahrian yang berkaitan dengan hutan.

(31)

5. Responden adalah masyarakat yang berada di Taman Nasional Tambora Kecamatan Tambora Kabupaten Bima. Yang melakukan usaha pemungut madu untuk dimintai keterangan dalam penelitian ini.

(32)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Fisik

4.1.1. Letak dan Luas

Taman Nasional Tambora selatan, terletak di bagian Utara pulau Sumbawa. Kawasan ini masuk dalam kelompok hutan Register Tanah Kehutanan (RTK) 53 ha. Kelompok hutan, Gunung Tambora terletak pada posisi 08°07'- 08°30' Lintang Selatan dan 117°50'-118°25' Bujur Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Menhut nomor 418/kpts-II/1999, tanggal 15 juni 1999 kawasan Taman Nasional Tambora memiliki luas ± 26.130,25 ha. Kemudian dilakukan penunjukkan kembali berdasar keputusan Menteri Kehutanan nomor 598/menhut- II/2009 tanggal 2 Oktober 2009.Wilayah Utara Taman Buru seluas 16.586 hamasuk dalam wilayah kabupaten Bima, yaitu desa Piong dan desa Oi Saro di kecamatan Sanggar. Sedangkan dibagian Selatan masuk dalam wilayah kabupaten Dompu, yaitu desa Tolokalo, kecamatan Kempo.Kedua kabupaten tersebut terletak di wilayahPropinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Penunjukan kawasan Taman Nasional Tambora dilakukan dengan SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 111/MenLHK-II/2015 tanggal 7 April 2015. Taman Nasional ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 11 April 2015, bertepatan dengan peringatan 100 tahun letusan besar Gunung Tambora pada 11 April 1815. Status kawasan sebelum menjadi Taman Nasional terdiri dari cagar alam seluas 23.840,81 hektar, suaka margasatwa seluas 21.674,68 hektar, dan taman buru seluas 26.130,25 hektar. Mengingat status kawasan konservasi cagar alam, suaka marga satwa dan juga Taman buru tidak

(33)

dimungkinkan untuk mendukung pengembangan wisata alam, maka Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dua tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 11 April 2013 kepada Menteri Kehutanan mengusulkan perubahan fungsi kawasan cagar alam, suaka margasatwa dan Taman buru Gunung Tambora seluas 71.645,74 Ha menjadi Taman Nasional Tambora (Virna, 2015). Gunung Tambora dengan total luas 71.645,74 Ha memiliki tiga klasifikasi tipe ekosistem hutan yaitu hutan musim, hutan hujan tropis dan hutan savana merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar.

Kawasan Taman Nasional Tambora sebagian besar berbatasan dengan kawasan hutan dengan fungsi lainnya.

- Sebelah utara berbatasan dengan hutan produksi dan areal peruntukan lainnya, - Sebelah selatan berbatasan dengan hutan produksi, hutan lindung dan hutan

produksi terbatas,

- Sebelah barat berbatasan dengan areal peruntukan lainnya dan hutan produksi sedangkan

- Sebelah timur berbatasan dengan hutan produksi.

4.1.2. Topografi

Berdasarkan analisa citra satelit yang dipaduserasikan dengan Peta Topografi Pulau Sumbawa skala 1 : 250.000, kawasan Taman Nasional Tambora memiliki topografi berbukit sampai bergunung dengan kelerengan agak landai sampai curam dengan klasifikasi kelas kelerengan 8% - 45%. Bentang lahan kawasan Taman Nasional Tambora terdiri atas beberapa gugusan gunung antara lain : Gunung Tambora (2.851 mdpl), Gunung Ranu (1.128 mdpl), Gunung Lambubu (1.120 mdpl), Gunung Mbolo (1.180 mdpl), Gunung Peke (1.000 mdpl), Gunung Kancidong (950 mdpl), Gunung Tabbenae (833 mdpl), Gunung Donggo Tabbe (572 mdpl) dan Gunung Kadindingnae (505 mdpl)Gugusan gunung tersebut membentuk sungai-sungai yang berhulu di Gunung Tambora.

(34)

Sungai tersebut antara lain sungai Labuhan Kenanga, Sungai Pasumba, Sungai Labuhan Bili, Sungai Nangamiro, Sungai Hodo dan Sungai Maggae.

4.1.3. Klimatologi

Di tinjau dari letak astronomis, wilayah kelola Taman Nasional Tambora termasuk kedalam iklim tropis. Ciri khas dari iklim tropis adalah memiliki temperatur berkisar antara 20° - 23° C. Selain itu, wilayah beriklim tropis cenderung memiliki curah hujan yang lebih tinggi di bandingkan dengan wilayah beriklim selain tropis. Kondisi curah hujan suatu wilayah dapat di pengaruhi oleh keberadaan pegunungan.Daerah pegunungan memiliki curah hujan lebih tinggi daripada daerah dataran rendah dikarenakan suhu di atas gunung lebih rendah daripada suhu di permukaan laut.Taman Nasional Tambora yang terletak pada salah satu gugusan pulau besar yang ada di Nusa Tenggara Barat, yaitu Pulau Sumbawa dengan cakupan yang luas memiliki beberapa tipe iklim.

Menurut klasifikasi Schmicht dan Ferguson, yaitu dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama setahun, kawasan Taman Nasional Tambora yang masuk dalam kelompok hutan Gunung Tambora (RTK. 53) memiliki cakupan wilayah yang sangat luas dengan 3 tipe iklim, yaitu:

a. Tipe iklim D (sedang), di mana jumlah perbandingan bulan kering dan basah berkisar antara 60 – 100 %.

b. Tipe iklim E (agak kering), di mana jumlah perbandingan bulan kering dan basah berkisar antara 100 – 167 %, dan

c. Tipe iklim F (kering), di mana jumlah perbandingan bulan kering dan basah berkisar antara 167 – 300 %.

Tipe iklim tersebut sangat di pengaruhi oleh curah hujan dan perbandingan jumlah bulan kering dengan jumlah bulan basah selama periode waktu tertentu.

Untuk di ketahui curah hujan kawasan yang masuk wilayah Kabupaten Bima dan Dompu ini pada tahun 2012 hanya 92 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 14 hari/bulan, (Nusa Tenggara Barat dalam angka 2013).

4.1.4. Geologi dan Tanah

Sesuai analisa peta geologi skala 1 : 250.000 yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Bandung Tahun 1975 diketahui bahwa kawasan Taman Nasional Gunung Tambora memiliki formasi geologi yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas vulkanologi Gunung Tambora yang sebagian besar terdiri dari

(35)

Batuan Hasil Gunung Api dan sebagian kecil batuan gunung api tua. Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor (1965), jenis tanah di kawasan Taman Nasional Tambora terdiri dari Regosol (volkan), Mediteran (volkon) dan aluvial (daratan) yang mempunyai sifat sangat peka terhadap erosi dan sangat labil. Hal ini merupakan karakteristik jenis tanah pada kawasan gunung api.

(36)

4.1.5. Iklim

Menurut klasifikasi Schmicht & Ferguson kawasan Taman Nasional Tambora memiliki cakupan wilayah yang sangat luas memiliki 3 tipe iklim yaitu tipe iklim D dengan nilai Q antara 60% sampai dengan 100%, tipe iklim E dengan nilai Q antara 100% sampai dengan 167% dan tipe iklim F dengan nilai Q antara 167% sampai dengan 300%. Tipe iklim tersebut sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan perbandingan jumlah

4.1.6. Zonasi

Pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional adalah berdasarkan zonasi kawasan, adapun zona kawasan Taman Nasional Tambora adalah sebagai berikut :

a. Zona Inti

Zona inti Taman Nasional Tambora memiliki luas total 8.904,58 Ha terletak dibeberapa lokasi, antara lain :

1) Zona inti Doro Afi/Kawah secara geografis terletak pada 118o2’49,345” Bujur Timur - 118o6’59,825” Bujur Timur dan 08o10’43,672” Lintang Selatan - 08o13’36,919” Lintang Selatan dengan luas 2.471,18 Ha. Panjang trayek batas zona inti ini +24.988,17 meter,

2) Zona inti kawindato’i secara geografis terletak pada 117o59’39,327” Bujur Timur - 118o2’22,455” Bujur Timur dan 08o7’29,349” Lintang Selatan - 08o11’54,448” Lintang Selatan dengan luas 2.003,53 Ha.

3) Zona inti Oi Katupa secara geografis terletak pada 117o57’30,3” Bujur Timur - 118o32’32,066” Bujur Timur dan 08o12’52,906” Lintang Selatan- 08o16’30,566” Lintang Selatan dengan luas 2.285,67 Ha. Panjang trayek batas zona inti ini +22.891,26 meter

4) Zona inti Pancasila secara geografis terletak pada 117o54’16,593” Bujur Timur-117o55’50,142” Bujur Timur dan 08o13’34,77” Lintang Selatan-

(37)

08o15’4,534” Lintang Selatan dengan luas 376,82 Ha. Panjang trayek batas zona inti ini +8.496,67 meter.

5) Zona inti Gunung Sari secara geografis terletak pada 117o53’31,854” Bujur Timur - 117o57’31,533” Bujur Timur dan 08o15’54,04” LS - 08o18’32,621”

Lintang Selatan dengan luas 1.767,38 Ha. Panjang trayek batas zona inti ini +18.347,25 meter

b. Zona Rimba

Zona rimba adalah bagian Taman Nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona rimba Taman Nasional Gunung Tambora memiliki luas 41.776,94 Ha dengan lokasi, sebagai berikut :

1) Zona rimba Doro Afi Toi secara geografis terletak pada 118o2’49,345” Bujur Timur - 118o6’59,825” Bujur Timur dan 08o10’43,672” Lintang Selatan - 08o13’36,919” Lintang Selatan dengan luas 1.578,80 Ha. Panjang trayek batas zona rimba ini +50.726,25 meter

2) Zona rimba Doro Ncanga secara geografis terletak pada 117o58’34,353” Bujur Timur - 118o10’41,691” Bujur Timur dan 08o16’11,24” LS - 08o24’56,042”

Lintang Selatan dengan luas 20.596,00 Ha. Panjang trayek batas zona rimba ini + 63.978,98 meter

3) Zona rimba Gunung Sari secara geografis terletak pada 117o 53’ 17,215” BT - 117o 58’ 40,857” BT dan 08o15’21,185” Lintang Selatan - 08o22’37,026”

Lintang Selatan dengan luas 4.818,35 Ha. Panjang trayek batas zona rimba ini +38.833,40 meter

(38)

4) Zona rimba Kawinda to’i secara geografis terletak pada 117o 59’ 18,29” BT - 117o 10’ 3,632” BT dan 08o 07’16,638” Lintang Selatan - 08o 19’18,789”

Lintang Selatan dengan luas + 12.983,73 Ha. Panjang trayek batas zona rimba ini +74.424,16 meter

5) Zona rimba Oi Bura secara geografis terletak pada 117o55’29,355” Bujur Timur - 117o58’47,008” Bujur Timur dan 08o11’16,298” LS - 08o13’44,413”

LS dengan luas 1.123,46 Ha. Panjang trayek batas zona rimba ini + 16.451,31 meter

6) Zona rimba Pancasila secara geografis terletak pada 117o53’43,441” Bujur Timur - 117o56’50,785” Bujur Timur dan 08o13’22,538” LS - 08o15’28,687”

LS dengan luas 676,59 Ha. Panjang trayek batas zona rimba ini +16.322,54 meter

c. Zona Pemanfaatan

Pada zona pemanfaatan Taman Nasional Tambora dimungkinkan pengembangan sarana wisata alam serta pengembangan jasa wisata alam sesuai potensi yang ada tanpa mengabaikan kepentingan pelestarian ekosistem secara utuh dan menyeluruh. Zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Tambora secara geografis terletak pada 117o53’16,478” Bujur Timur - 118o12’52,3” Bujur Timur dan 08o6’48,567” Lintang Selatan - 08o25’15,517” Lintang Selatandengan luas 13.258,36 Ha. Panjang trayek batas zona pemanfaatan ini +384.359,21 meter.

d. Zona Rehabilitasi

Zona rehabilitasi merupakan bagian dari Taman Nasional Tambora dimana lokasi ruang kawasan ditentukan dengan pertimbangan bahwa kawasan

(39)

tersebut telah mengalami degradasi sehingga diperlukan upaya yang intensif dalam rangka memulihkan kembali kondisi biofisik kawasan. Zona rehabilitasi Taman Nasional Tambora terdiri dari :

1) Piong

Zona rehabilitasi Piong secara geografis terletak pada 118o7’49,436” BT - 118o11’20,255” BT dan 08o20’52,294” LS - 08o24’56,608” LS dengan luas 2.530,79 Ha. Panjang trayek batas zona rehabilitasi ini + 37.564,86 meter.

2) Gunung Sari

Zona rehabilitasi Gunung Sari secara geografis terletak pada 117°53'49.20" - 117°56'34.80" BT dan 8°20'14.93"S - 8°23'52.12"S LS dengan luas 932,67 Ha. Panjang trayek batas zona rehabilitasi ini + 21.566,70meter.

3) Donggo Ta’be

Zona rehabilitasi Donggo secara geografis terletak pada 118° 7'48.00" - 118°11'20.40" BT dan 08°20'52.80"S - 08°24'57.42” LS dengan luas 839,11 Ha.

Panjang trayek batas zona rehabilitasi ini +20.768,36 meter.

e. Zona Tradisional

Zona tradisional merupakan bagian dari Taman Nasional Tambora yang diperuntukkan bagi pemanfaatan potensi tertentu Taman Nasional oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk kawasan Taman Nasional Tambora, zona tradisional diarah pada lokasi ruang untuk mengakomodir kegiatan pengembalaan ternak dan pengambilan madu alam dan produk hasil hutan non kayu lainnya yang

(40)

dilakukan secara tradisional oleh masyarakat Zona tradisional Taman Nasional Tambora memiliki luas 2.310,69 Ha, dengan lokasi sebagai berikut :

1) Kawinda To’i

Zona pemanfaatan tradisional Kawinda to’i secara geografis terletak pada 117o53’24,918” BT - 117o56’36,942” BT dan 08o17’40,256” LS - 08o23’52” LS dengan luas 1.050,88 Ha. Panjang trayek batas zona tradisional ini +19.380,24 meter.

2) So Tompo

Zona tradisional Sotompo secara geografis terletak pada 118o4’35,209”

BT - 118o25’8,048” BT dan 08o24’24,41” LS - 08o25’59,534” LS dengan luas 586,76 Ha. Panjang trayek batas zona pemanfaatan tradisonal ini +15.764,44 meter.

3) Gunung Sari

Zona tradisional Gunung Sari secara geografis terletak pada 118o4’35,209” BT - 118o25’8,048” BT dan 08o24’24,41” LS - 08o25’59,534” LS dengan luas 673,05 Ha. Panjang trayek batas zona pemanfaatan tradisonal ini + 16.294,79 meter.

(41)

f. Zona Khusus

Zona khusus Taman Nasional Tambora diperuntukkan bagi kepentingan aktivitas kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut sebelum ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional dan sarana penunjang kehidupannya, serta kepentingan yang tidak dapat dihindari berupa sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan Iistrik. Zona khusus Taman Nasional Tambora memiliki luas 1.092,50 Ha, dengan lokasi sebagai berikut :

1. Karyasari

Zona khusus Karyasari secara geografis terletak pada 117o52’56,94” BT - 117o55’4,824” BT dan 08o19’59” LS - 08o22’36,825” LS dengan luas 994,72 Ha.

Panjang trayek batas zona khusus ini +14.363,15 meter.

2. So Tompo

Zona tradisional So Tompo secara geografis terletak pada 118o7’10,33”

BT-118o8’3,846” BT dan 08o25’49,362” LS - 08o26’17,234” LS dengan luas 97,79 Ha. Panjang trayek batas zona khusus ini +5.355,39 meter.

Secara administratif Kawasan konservasi Taman Nasional Tambora masuk dalam Wilayah Kecamatan Sanggar dan Kecamatan Tambora Kabupaten Bima Serta Kecamatan Kempo dan Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terdapat 14 Desa sekitar kawasan yang memiliki tingkat ketergantungan dan interkasi terhadap kawasan Taman Nasional Tambora dapat di lihat pada Tabel 1:

(42)

Tabel 1. Data Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Tambora : N

o

Nama Desa

Kecamatan Kabupate

n

1 .

2 .

3 .

4 .

5 .

6 .

7 .

8 .

9

Labuhan Kananga

Oi Panihi

Oi Bura

Kawinda Toi

Oi Katupa

Piong

Oi Saro

Tolo Kalo

Sori Tatanga

Doropeti

Nanga Kara

Sori Nomo

Tambora

Tambora

Tambora

Tambora

Tambora

Sanggar

Sanggar

Kempo

Pekat

Pekat

Pekat

Pekat

Pekat

Pekat

Bima

Bima

Bima

Bima

Bima

Bima

Bima

Dompu

Dompu

Dompu

Dompu

Dompu

Dompu

Dompu

(43)

.

1 0.

1 1.

1 2.

1 3.

1 4.

Tambora

Calabai

Sumber Data : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2018

Luas Kawasan Tambora 60% masuk dalam wilayah Kabupaten Bima mulai dari Kecamatan Sanggar sampai dengan Kecamatan Tambora.di Kecamatan Tambora terdapan 7 (tujuh) wilayah desa yaitu : Desa Labuhan Kananga, Desa Kawinda Nae, Desa Oi Bura, Desa Rasa Bou, Desa Oi Panihi, Desa Kawinda Toi, Desa Kawinda Nae. Sedangkan di Kecamatan Sanggar sendiri terdapat 6 (enam) Desa yaitu: Desa Oi Saro, Desa Piong, Desa Boro, Desa Kore, Desa Sandue, Desa Taloko.

Dari 13 (tiga belas) desa yang ada di lingkar ada 4 (empat) desa yang memiliki interaksi sangat tinggi di dalam kawasan Taman Nasional Gunung

(44)

Tambora, seperti untuk keperluan pemenuhan kebutuhan air, areal pelepas liaran ternak, pengambilan kayu bakar, pemanenan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan lain sebagainya. Desa tersebut yaitu : Desa Kawinda Toi, Desa Oi Katupa, Desa Oi Saro dan Desa Piong seperti yang terlihat pada table 3, dibawah ini.

Selain itu desa ini langsung berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Tambora.

Tabel 2. Luas Wilayah Desa Sekitar Taman Nasional Tambora Kecamatan Tambora Kabupaten Bima

No Desa

Luas Wilayah (Km2)

Tinggi (mdpl) 1.

2.

3.

4.

5.

Labuhan Kananga Kawinda Toi

Oi Panihi Oi Bura Oi Katupa

15,08 407,63

6,32 18,62

50

10 17 9 251

76 Sumber Data : Kecamatan Dalam Angka Tahun, 2015

(45)

Tabel 3. Luas Wilayah Desa Piong dan Oi Saro Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima

No Desa

Luas Wilayah (Km2)

Tinggi (mdpl) 1.

2.

3.

Oi Saro Piong Tolokalo

139,13 258,38 16,32

17 22 7

Sumber Data : Kecamatan Dalam Angka Tahun, 2015

Pertumbuhannya perekonomian dari sektor perdagangan, sumber daya alam serta terbukanya lapangan pekerjaan baru menjadi magnet bagi penduduk sekitar untuk datang dan tinggal di Tambora Kabupaten Bima, untuk jumlah penduduk dapat di lihat pada Tabel 5 berikut ini :

(46)

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan kepadatan penduduk Desa di sekitar kawasan Taman Nasional Tambora Wilayah Kec. Tambora dan Sanggar Kabupaten Bima

No Desa

Jumlah Penduduk ( Jiwa )

Rata-rata Per km ( Jiwa ) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Labuhan Kananga Oi Panihi

Kawinda Toi Oi Bura Oi Katupa Oi Saro Piong

1.682 1.432 2.579 1.412 1.762 816 2.269

111,54 226,58 6,33 75,83 35,24 5,9 8,8 Sumber Data : Kecamatan Dalam Angka, 2015

(47)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa di Sekitar Kawasan Taman Nasional Tambora Wilayah Kec. Tambora dan Sanggar Kabupaten Bima

N o

D esa

L a k i

(

J i w a

)

Per emp uan

( Jiwa

)

Ju mla h Pen dud uk

( Jiw a )

R asi o Je nis Ke

la mi

n

1

2

3

4

5

6

L ab uh an Ka na ng a

9 7 2

7 5 8

1 .

710

674

1.2 67

748

932

1.6 82

1.4 32

2.5 79

1.4

7 3

8 9

9 7

1

(48)

7 O i Pa nih i

K aw ind a To i

O i Bu ra

O i Ka tup a

O

3 1 2

6 6 4

8 6 0

3 7 6

1 . 1 2 6

440

1.1 43

12

1.7 62

81 6

2.2 69

13

1 05

8 5

9 9

(49)

i Sar o

Sumber Data : Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2015

Jumlah penduduk berdasarkan perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di wilayah Tambora Kabupaten Bima lebih banyak penduduk laki-laki. Perbandingan terendah ditemukan di Desa Oi Bura Kec.Tambora Kabupaten Bima, sedangkan sex ratio yang tertinggi di Desa Labuhan Kananga Kabupaten Bima.

(50)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Indentitas responden merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi umum dari responden masyarakat pemungut madu yang masih aktif, identitas responden yang dikaji dalam penelitian ini meliputi : umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan anggota keluarga.

5.1.1. Umur Responden

Penggolongan umur pada penelitian ini dibagi atas 3 kelompok yakni berdasarkan pada penggolongan usia produktif muda, usia produktif tua dan usia non produktif. Penggolongan umur 15-34 tahun dikategorikan usia produktif muda, umur 35-45 tahun dikategorikan usia produktif tua, dan diatas umur 54 tahun dikategorikan sebagai usia non produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6. Berdasarkan Hasanuddin (2016 ). Membagi kelompok umur menjadi tiga yaitu :

1. Kelompok Umur produktif Muda 15-34 Tahun 2. Kelompok Umur produktif Tua 35-54 Tahun 3. Kelompok Umur yang tidak produktif> 65

(51)

Tabel 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima

N o

Kelompo k usia (umur)

Jumlah responden

( jiwa )

Persenta se (%)

1

2

3

15-34

35-54

>65

12

13

5

40

43,33

16,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Tabel 6 menunjukkan bahwa usia petani pada umumnya dilakukan oleh usia sekitar 35-54 tahun dengan persentase (43,33%) dengan jumlah 13 orang, usia kelompok umur 15-34 tahun dengan persentase (40 %) dengan jumlah 12 orang, sedangkan kelompok umur diatas 65 tahun mempunyai presentase (16,67

%) dengan jumlah 5 orang. Hal ini menunjukan bahwa para pemungut lebah madu sangat diminati oleh usia produktif tua. Dikatakan usia produktif karena responden diasumsikan memiliki kemampuan baik kemampuan berfikir maupun untuk bekerja sehingga nantinya mereka dapat meningkatkan pendapatan.

Umur merupakan salah satu identitas yang mempengaruhi kerja dan pola pikir responden. Responden yang umur muda pada umumnya mempunyai kemampuan fisik yang lebih baik dalam bekerja mencari nafkah dan lebih cepat menerima hal- hal yang dianjurkan. Namun biasanyanya masih kurang memiliki

(52)

pengalaman untuk mengimbangi keragaman yang terjadi, cenderung yang lebih dinamis sehingga cepat menerima hal-hal yang berbeda bagi perkembangan hidupnya pada masa-masa yang akan datang. Jika dikaitkan dengan kemampuan fisik dalam bekerja dan mencari nafkah terutama dalam pengelolaan lahan akan sangat terbatas sehingga kegiatan pengelolaan hutan tidak berjalan secara optimal hal ini ditandai dengan banyaknya lahannya yang tidak tergarap dengan baik.

Banyaknya usia masyarakat yang berada pada kelompok usia produktif tua akan mempengaruhi proses pengelolaan hutan secara kemitraan. Masyarakat produktif tua akan mampu bekerja pada beberapa tahun kedepan setelah proses kemitraan berjalan. Namun seiring pertambahan usia masyarakat, akan di ikuti penurunan kualitas pengelolaan hutan. Diharapkan usia masyarakat produktif muda dapat melanjutkan kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh masyarakat sebelumnya yang disepakati dipola kemitraan sehingga proses pengelolaan hutan secara kemitraan dapat terus berjalan dan meningkatkan kualitas produksi lahan hutan. Sebagai kebutuhan hidup masyarakat terus terpenuhi melalui pendapatan dari lahan hutan.

5.1.2. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh responden yang dinyatakan dalam satuan tahun. Pendidikan responden di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima diklasifikasikan dalam 3 kategori, rendah jika tidak sekolah dan sekolah sampai SD, kategori menengah jika sekolah sampai SMP dan SMA, dan kategori tinggi

(53)

jika sekolah sampai gelar Sarjana S1. Penggolongan kategori pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima

N o .

Tingkat Pendidika

n

Jumlah Responden

( jiwa )

Persentas e

( % )

1

2

3

SD

SMP

SMA

14

11

5

46,66

36,66

16,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2019

Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa dari 30 orang responden di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima yang tamat Sekolah Dasar

sebanyak 14 orang responden dengan persentase (46,66% ), tingkat SMP sebanyak 11 orang responden dengan persentase ( 36,66 % ), sedangkan tingkat SMA sebanyak 5 orang responden dengan persentase ( 16,67 % ).

Pendidikan sangat penting untuk dimiliki seseorang. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitas yaitu dalam mencari pekerjaan. Dengan adanya pendidikan seseorang

(54)

akanmemiliki kemampuan berfikir yang baik dan mudah mencari solusi dari masalah-masalah yang dihadapinya khususnya yang dapat berhubungan dengan pengelolaan hutan. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam mengelolah usahanya yaitu bagaimana cara yang tepat dalam mengelolah usahannya untuk meningkatkan jumlah produksi dan juga pendapatannya. Tingkat pendidikan dan besar pendapatan seseorang juga mempunyai hubungan satu sama lain. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin banyak pula pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh, sehingga mereka mampu untuk menerapkan dalam kehidupan terutama dalam mengelolah hutan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi serta penerapannya dalam mengelolah hutan dengan baik maka pendapatan seseorang akan meningkat.

5.1.3. Jumlah Tangunggan Keluarga

Jumlah tanggugan dalam keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalm satu rumah dengan responden atau diluar rumah, namun masih menjadi tanggung jawab responden. Besarnya jumlah tanggungan keluarga responden mempengaruhi besarnya biaya hidup. Besarnya biaya hidup yang ditanggung responden akan mendorong yang lebih aktif berusaha guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Untuk lebih jelasnya klasifikasi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 8.

(55)

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima.

N o

Jumlah Tangungan

Keluarga

Jumlah Responden

( orang )

Persenta se

(%)

1

2

3

4

5

6

1

2

3

4

5

6

4

7

10

5

2

2

13,33

23,33

33,33

16,67

6,67

6,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah tanggunggan keluarga keseluruhan objek penelitian yang paling banyak adalah keluarga yang memiliki tanggungan keluarga berjumlah 10 orang dengan persentase ( 33,33 % ). Hal ini dikarenakan hampir semua penduduk desa anaknya menikah di usia muda sehingga tidak ditanggung oleh kepala keluarga lagi.

5.1.4. Jenis Pekerjaan Responden ( Mata Pencaharian )

(56)

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata responden memiliki pekerjaan utama sebagai petani, sedangkan rata-rata pekerjaan responden adalah pemungut madu di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima. Pemungut madu dilakukan rata – rata selama 6 bulan pertahun karena pada saat musim penghujan, masyarakat tidak memungut madu.

(57)

5.2.Penerimaan Lebah Madu

Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerimaan rumah tangga yaitu bersumber dari hasil pemungut madu. Untuk data hasil penerimaan responden dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Penerimaan Responden dari Lebah Madu Pertahun di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima.

N o

Peneriamaan Pertahun

Jumla h (Orang

)

Persenta se (% )

1

2

3

4

5

6

7

Rp: 23.520.000 – 30.240.000

Rp: 30.241.000 – 40.320.000

Rp: 40.321.000 – 50.400.000

Rp: 50.401.000 – 60.480.000

Rp: 60.601.000 – 87.360.000

Rp: 75.601.000 – 87.360.000

5

5

8

5

5

1

1

16,67

16,67

26,66

16.67

16,67

3,33

3,33

(58)

>100.800.000

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang memiliki penerimaan lebah madu paling banyak yaitu 1 orang dengan penerimaan Rp.

100.800.000 dengan persentase (3,33 % ) per tahun dengan jumlah 1.440 botol, Responden yang memiliki penerimaan paling sedikit ada 5 orang dengan penerimaan sebesar Rp: 23.520.000 – 30.240.000 pertahun dengan persentase (16,67 % ) dengan jumlah 316 botol.

Tabel 10. Total Penerimaan Responden dari Lebah Madu Pertahun di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima

N o

Us aha

Penerima an

( Rp)

Ju mlah

( Oran

g)

Rata- Rata Penerim

aan

(Rp)

1 Le

bah Ma

du

1.508.64 0.000

30 50.288.

000

(59)

Jumlah 1.508.64 0.000

30 50.288.

000

Sumbe : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 10. Menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan dari lebah madu pertahun yaitu Rp. 50.288.000 per orang per tahun.

5.3.Pengeluaran Responden

Tabel 11. Pengeluaran Responden dari Lebah Madu Pertahun di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima.

N o

Pengeluaran Pertahun

Jumlah (Orang )

Persenta se (% )

1

2

3

4

5

Rp: 3.644.000 – 5.992.000

Rp: 5.993.000 – 7.860.000

Rp: 7.861.000 – 9.704.000

Rp: 9.704.000 – 10.896.000

< 11.096.000

12

7

8

2

1

40

23,33

26,67

6,67

3,33

Jumlah 30 100

(60)

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengeluaran lebah madu paling banyak yaitu 1 orang dengan pengeluaran Rp.

11.096.000 dengan persentase (3,33 % ) per tahun.

Tabel 12. Total Pengeluaran Responden dari Lebah Madu Pertahun di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima

N o

Us aha

Pengelu aran

( Rp)

Jum lah

( Oran

g)

Rata- Rata Biaya

(Rp)

1 Le

bah Mad u

220.244.

000

30 7.341.

466

Sumbe : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 12. Menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh lebah madu pertahun yaitu Rp.7.341.466 per orang per tahun.

Gambar

Tabel 1. Data Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional  Tambora :  N o  Nama Desa  Kecamatan  Kabupaten  1
Tabel  2.  Luas  Wilayah    Desa  Sekitar  Taman  Nasional    Tambora  Kecamatan  Tambora Kabupaten Bima
Tabel  3.  Luas  Wilayah  Desa  Piong  dan  Oi  Saro  Kecamatan  Sanggar  Kabupaten  Bima  No  Desa  Luas Wilayah  (Km 2 )  Tinggi  (mdpl)  1
Tabel  4.  Jumlah  Penduduk  dan  kepadatan  penduduk  Desa  di  sekitar  kawasan  Taman  Nasional  Tambora  Wilayah  Kec
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini : Apakah faktor luas lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi padi sawah

Dalam penelitian ini ada tiga hal penting yang diteliti yaitu mengenai latar belakang terjadinya merarik pocol, pelaksanaan adat merarik pocol dan pandangan

Sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir saya dengan Judul “Analisis Peran Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) “Maju Bersama” Dalam Meningkatkan Kesejahteraan

“Analisis Konsentrasi Spasial Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Di Provinsi Nusa Tenggara Barat&#34; ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah

Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh umur babi terhadap titer antibodi pada Hog Cholera di Desa Naitimu Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu Provinsi Nusa