• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA NAMA ORANG DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK SKRIPSI MARTUA ABADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKNA NAMA ORANG DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK SKRIPSI MARTUA ABADI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA NAMA ORANG DALAM MASYARAKAT

MINANGKABAU DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK

SKRIPSI

OLEH

MARTUA ABADI 140701040

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau ditertibkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Agustus 2018 Penulis,

Martua Abadi NIM. 140701040

(4)

MAKNA NAMA ORANG DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna nama orang dalam masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo kajian antropolinguistik dan mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam nama tersebut ditinjau dari pendekatan antropolinguistik. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Luhak Nan Duo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah antropolinguistik, onomastika, dan nilai-nilai budaya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nama orang Minangkabau mengandung makna futuratif, makna situasional, dan makna kenangan. Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam nama orang masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo yaitu, nilai kesejahteraan. Nilai kerja keras, nilai pendidikan, nilai peduli lingkungan, nilai kedamaian, nilai kesopansantunan, nilai kejujuran, dan nilai kerukunan dan penyelesaian konflik.

Kata Kunci: antropolinguistik, makna, nilai-nilai budaya

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Makna Nama Orang dalam Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitan, tetapi penulis juga banyak mendapat bantuan berupa dukungan, nasihat, perhatian, bimbingan dan juga doa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas untuk belajar di kampus bagi penulis.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah memberi dukungan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Sastra Indonesia.

3. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. Sekretaris Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan informasi terkait perkuliahan kepada penulis.

4. Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, masukan, ilmu, perhatian, motivasi, serta selalu meluangkan waktu kepada penulis selama menyelesaikan skripi ini.

Penulis merasa beryukur sekaligus berterima kasih atas kesabaran, waktu, dan tenaga yang telah bapak berikan pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Tanpa bantuan bapak, penulis tentu tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini.

(6)

5. Kepada Pak Slamet dan Pak Joko yang telah memberikan banyak bantuan serta dukungannya dalam administrasi perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

6. Seluruh pegawai dan dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai materi perkuliahan.

7. Orang yang paling istimewa dalam hidup penulis sekaligus penulis banggakan yaitu Ayahanda M.Situmeang dan Ibunda tercinta R.Hutagalung yang telah membesarkan, melindungi, menyayangi, serta membimbing penulis dengan cinta dan kasih sayang, serta memberikan doa yang tulus kepada penulis.

Kemudian untuk abang, kakak dan adik.

8. Kepada Teman-teman THE BALING , Lamganda simbolon, Jonathan sitanggang, Veronika sihombing, Siska rajagukguk, Gita tarigan, Cristina sianturi dan seluruh teman-teman stambuk 2014 program studi Sastra Indonesia yang selalu membantu dalam kegiatan perkuliahan dan juga dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Teman-teman penulis yaitu Amris sihombing dan Hertina sitinjak yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena yang sempurna hanya milik Tuhan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga tulisan ini lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat menjadi salah satu bahan informasi pengetahuan bagi pembaca sekalian.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK………ii

PRAKATA………...………...iii

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Makna ... 7

2.1.2 Nama ... 8

2.1.3 Masyarakat Minangkabau ... 8

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Antropolinguistik ... 9

2.2.2 Nilai Budaya ... 10

(8)

2.2.3 Onomastika ... 11

2.3 Kajian Pustaka ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Metode Penelitian ... 17

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.3 Data dan Sumber Data ... 18

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 18

3.5 Teknik Analisis Data ... 21

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 23

BAB IV PEMBAHASAN ... 24

4.1 Makna Nama Orang dalam Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo ... 24

4.1.1 Makna Nama Futuratif ... 24

4.1.2 Makna Nama Situasional ... 46

4.1.3 Makna Nama Kenangan ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Simpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ………...………...…65

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku atau etnik yang sangat kaya akan budaya. Setiap suku bangsa memiliki budaya masing-masing sebagai ciri khas yang membedakannya dari suku-suku bangsa lain. Salah satu yang dimiliki setiap suku ialah bahasa. Bahasa adalah suatu alat yang paling penting dan sangat berperan pada manusia. Manusia yang nalurinya selalu hidup bersama perlu berkomunikasi dengan sesamanya. Dengan menggunakan bahasa, seseorang dapat berbicara dengan orang lain untuk dapat dipahami dan dimengerti. Bentuk dan keinginan apapun yang dimiliki manusia memerlukan bahasa. Menurut Keraf (dalam Sibarani 1984:16), bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Menurut Ridwan (dalam Ritonga dkk, 2016: 9) bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, bahkan sering pula disebutkan sebagai faktor dominan dari kebudayaan.

Kebudayaan juga dipahami dari proses penamaan (naming process), sebuah proses penggunaan bahasa yang paling awal dalam kehidupan manusia. Menurut Sibarani (dalam Fasya, 2006: 6 ) ada dua macam proses penamaan, yakni common naming atau proses penamaan untuk benda-benda umum sehingga membentuk kata-kata benda umum (common nouns) dan proper naming atau proses penamaan untuk nama-nama diri sehingga membentuk kata benda nama diri (proper nouns) .

(10)

Suku Minangkabau merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Bahasa Minangkabau adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau yang beranggotakan sekitar 6.500.000 jiwa. Separuhnya dewasa ini menetap di Provinsi Sumatra Barat di pantai Barat Pulau Sumatra. Sebenarnya, wilayah bahasa Minangkabau jauh melampaui batas-batas provinsi itu. Secara tradisional, ranah Minangkabau dahulu membentang hingga Sungai Kampar di sebelah Timur dan masuk jauh ke pedalaman di sepanjang Sungai Indragiri dan Sungai Batang Hari di sebelah Tenggara. Di sebelah Selatan, negeri itu membentang hingga Kerinci dan Bengkulu.

Kini, dapat dianggap bahwa bahasa Minangkabau digunakan sampai Padangsidimpuan tempat bermulanya wilayah bahasa Batak ke arah Utara. Di sebelah Timur sampai Bangkinang dan Kuantan yang berbatasan dengan wilayah bahasa melayu Riau.

Gunung Kerinci dan Gunung Seblat merupakan batas dengan wilayah bahasa Kerinci dan bahasa Rejang Lebong (Moussay, 1998:9).

Dalam kalangan masyarakat tertentu, nama bukan hanya sekadar memunyai nilai yang praktis akan tetapi, nama itu memunyai nilai magis dan ritual. Seperti halnya dengan masyarakat Minangkabau sebagai suku yang akan diteliti. Sebuah nama tidak hanya berfungsi sebagai panggilan tetapi di dalam nama terkandung suatu maksud, suatu makna, suatu harapan, suatu cita-cita yang diharapkan kelak dapat dicapai oleh anak. Selain itu, di dalam suatu nama, tersimpan sejuta kenangan terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang pernah dialami oleh orang tuanya.

Pada zaman sekarang ini banyak pemuda yang tidak mengerti dan mengetahui makna namanya sendiri, hal tersebut disebabkan oleh orang tua yang sudah jarang dan bahkan tidak pernah memberitahukan apa makna nama yang disandang anak-anaknya.

(11)

Begitu juga sebaliknya, kurangnya keingintahuan anak untuk mengetahui apa makna namanya tersebut.

Nama adalah suatu kata atau kelompok kata untuk mengidentifikasi dan menyebut orang, hewan, benda, dan tempat (Robert dan Henry, 1993:8). Memiliki sebuah nama adalah hak istimewa atau kehormatan bagi setiap orang.

Nama itu dibuat dan diberikan kepada seseorang untuk membedakannya dengan orang lain, agar anggota keluarga atau masyarakat tahu memanggilnya. Nama itu memiliki peranan penting dalam hubungan antarmanusia sehingga nama itu sering digayuti oleh hal magis, gaib, serta tabu.

Penamaan dalam masyarakat Minangkabau pada masa lampau berpegang pada falsafah Alam Takambang Jadi Guru. Mereka biasanya menamai kampung, daerah- daerah baru, dan nama-nama suku dengan falsafah ini, termasuk dalam memberikan gelar atau nama kepada seseorang. Memasuki pertengahan abad ke-14, nama- nama Arab mulai bermunculan seiring dengan masuknya Islam ke Minangkabau.

Nama para nabi dan rasul serta para sahabat, atau istri dan anak-anaknya adalah nama- nama yang paling sering digunakan. Penamaan dan makna nama orang bagi masyarakat Minangkabau tidak terlepas dari nilai-nilai budaya masyarakat. Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang sangat terbuka terhadap pengaruh luar.

Karena sifat yang terbuka itu maka dapat diasumsikan bahwa masyarakatnya mendapat pengaruh luar dalam berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali aspek penamaan.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Luhak Nan Duo. Kecamatan Luhak Nan duo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Secara geografis, Kecamatan Luhak Nan Duo memiliki luas 278.000

(12)

km2 dengan ketinggian 50 meter di atas permukaan laut. Jumlah penduduk Kecamatan Luhak Nan Duo pada tahun 2008 adalah sebanyak 33.987 jiwa. Salah satu contoh nama pada masyarakat Minangkabau ialah, Rancak „cantik‟. Nama Rancak merupakan kata adjektiva. Contoh penggunaan kalimat yang menunjukkan kata adjektiva dalam bahasa Minangkabau adalah tulisan si upiak tu rancak bana „tulisan perempuan itu sangat cantik‟. Nama tersebut bermakna bahwa orang tua yang memberikan nama Rancak kepada anaknya berharap supaya dia memiliki paras yang cantik, baik rupa maupun hatinya. Nama Rancak bermakna futuratif. Makna nama futuratif ini adalah makna nama yang mengandung pengharapan agar kehidupan pemilik nama sama seperti makna namanya. Nilai budaya yang terkandung dalam makna nama Rancak ialah nilai gender. Di dalam sosiolinguistik nilai gender merupakan nilai-nilai budaya yang berhubungan dengan bahasa dan jenis kelamin. Nama Rancak pada umumnya diberikan kepada seorang wanita.

Bertitik tolak dari pemaparan di atas, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian mengenai makna nama orang pada masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo dengan menggunakan kajian antropolinguistik yang dapat memperkaya khazanah kajian makna nama dalam penelitian sebelumnya sekaligus menjadi inventaris salah satu bahasa daerah yang ada di negara ini yaitu, bahasa Minangkabau.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

(13)

1. Bagaimanakah makna nama orang pada masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo ?

2. Bagaimanakah nilai-nilai budaya yang terkandung dalam makna nama orang pada masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo ?

1.3 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian pada dasarnya harus memiliki suatu tujuan sebagai arah dalam pelaksanan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan makna nama orang pada masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo.

2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam makna nama orang pada masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian tentang makna nama orang masyarakat Minangkabau ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu:

a. Sebagai pengetahuan bagi masyarakat khususnya bagi mahasiswa program studi Sastra Indonesia agar berminat mengadakan penelitian terhadap bahasa-bahasa daerah di Indonesia.

b. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan penelitian mengenai makna nama orang pada waktu yang akan datang pada suku-suku yang ada di Indonesia.

(14)

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dengan teori yang ada.

b. Sebagai sumber pengetahuan mengenai ragam budaya khususnya mengenai nama sebagai salah satu wujud ragam budaya Minangkabau.

(15)

BAB II

KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

2.1 Konsep

Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi dkk, 2005:588). Dalam penelitian ini, istilah yang hendak diberikan pada konsep ini adalah makna, nama, masyarakat Minangkabau, uraiannya sebagai berikut.

2.1.1 Makna

Makna adalah arti, maksud pembicara atau penulis, dan pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (Alwi dkk, 2005:703). Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar. Dari pengertian tersebut dapat diketahui adanya unsur pokok yang mencakup di dalamnya, yaitu:

a. Makna adalah hasil hubungan bahasa dengan dunia luar,

b. Penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta

c. Perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.

Dalam penelitian ini, makna yang digunakan peneliti adalah makna untuk menyampaikan informasi secara langsung kepada orang lain sehingga orang lain dapat mengetahui apa makna nama, serta peristiwa apa yang ada di balik nama tersebut (Alwi, dkk. 2005).

(16)

2.1.2 Nama

Nama adalah suatu kata atau kelompok kata untuk mengidentifikasi dan menyebut orang, hewan, benda, tempat (Robert dan Henry, 1990:8). Memiliki sebuah nama adalah hak istimewa atau kehormatan bagi setiap orang. Dalam Odyssey (Ulmann, 2007:84-85) dinyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang rendah maupun tinggi derajatnya yang hidup tanpa nama begitu dia lahir di dunia, setiap orang diberi nama oleh orang tuanya ketika dia lahir. Setiap orang pasti memiliki setidaknya satu nama yang disandangnya. Nama begitu dekat dengan pemiliknya sehingga nama itu menggambarkan reputasi baik atau buruk, cerita baik, sedih, maupun bahagia di balik nama itu.

2.1.3 Masyarakat Minangkabau

Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Alwi Hasan dkk, 2005:721). Masyarakat Minangkabau merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500 – 2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah Timur pulau Sumatera, menyusuri aliran Sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau. Minangkabau atau disingkat Minang merujuk pada entitas kultural dan geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan identitas agama Islam.

Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian Utara Bengkulu, bagian Barat Jambi, Pantai Barat Sumatera Utara, Barat Daya

(17)

Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat Kota Padang. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo sebagai wilayah penelitian.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Antropolinguistik

Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang menaruh perhatian pada: (a) pemakaian bahasa dalam konteks sosial dan budaya yang luas dan (b) peran bahasa dalam mengembangkan dan mempertahankan aktifitas budaya serta struktur sosial.

Dalam hal ini, antropolinguistik memandang bahasa melalui konsep antropologi yang hakiki dan melalui budaya, menemukan makna di balik penggunaannya, serta menemukan bentuk-bentuk bahasa, register, dan gaya.

Bahasa dan antropologi memunyai hubungan yang sangat erat, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan (Halliday, dalam Suryatna, 1996:59).

Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dengan kebudayaan dalam suatu masyarakat (Sibarani, 2004:50). Selanjutnya, Kridalaksana menggunakan istilah kajian antropolinguistik ini adalah kajian linguistik kebudayaan. Linguistik kebudayaan adalah cabang ilmu lingustik yang mempelajari variasi dan pemakaian bahasa dalam hubungannya dengan pola kebudayaan dan ciri-ciri bahasa yang berhubungan dengan kelompok sosial, agama, pekerjaan dan kekerabatan (Sibarani dan Henry, 1993:128).

(18)

Linguistik kebudayaan merupakan kajian tentang kedudukan dan fungsi bahasa di dalam konteks sosial dan budaya secara lebih luas yang memiliki peran untuk membentuk dan mempertahankan praktik-praktik kebudayaan dan struktur sosial masyarakat (Beratha 1998:42).

Hubungan kekerabatan, serta adat istiadat yang berkaitan dengan ini dilakukan dengan tata cara adat sesuai dengan daerah masing-masing tetapi masyarakat Minangkabau juga dapat melakukan pesta adat Minangkabau di daerah yang bukan merupakan daerah suku yang bersangkutan tetapi dengan syarat harus meminta izin kepada pengetua adat atau masyarakat setempat. Dalam hal ini, tampak adanya usaha untuk membentuk dan mempertahankan praktik kebudayaan tersebut.

2.2.2 Nilai Budaya

Dalam antropolinguistik, bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi nilai-nilai budaya. Sibarani (2004:59) mengatakan bahwa nilai-nilai budaya yang dapat disampaikan oleh bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan terbagi atas tiga bagian kebudayaan yang saling berkaitan, yaitu kebudayaan ekspresi, kebudayaan tradisi, dan kebudayaan fisik. Kebudayaan ekspresi mencakup perasaan, keyakinan intuisi, ide, dan imajinasi kolektif, kebudayaan tradisi mencakup nilai-nilai religi, adat-istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan; kebudayaan fisik mencakup hasil-hasil karya asli yang dimanfaatkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai budaya tersebut akan terdapat pada masing-masing makna nama masyarakat Minangkabau yang akan diperoleh di Kecamatan Luhak Nan Duo.

(19)

Nilai budaya dipahami sebagai nilai yang mengacu kepada berbagai hal.

Basaria dalam artikelnya yang berjudul ‟Hipotesis Sapir-Whorf pada umpasa Batak Toba‟ menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara adat dan budaya yang dianut penutur dengan bahasa Batak Toba. Ia menyebutkan bahwa hubungan antara kosakata dan nilai budaya bersifat multidireksional. Bahasa mempunyai hubungan erat dengan kebudayaan ditunjukkan dengan sifat dari keduanya. Selain mencerminkan kebudayaan, bahasa dan kebudayaan disebut saling menentukan. Dalam artikelnya Basaria mengaitkan hipotesis Sapir-Whorf pada penggunaan umpasa. Dalam hal penamaan dan makna nama orang pada masyarakat Batak Toba, proses penamaan juga menggunakan acara adat. Pada umumnya nilai-nilai budaya masyarakat Batak Toba meliputi nilai kekerabatan, religi, hukum, dan konflik

Terdapat enam belas jenis kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai budaya:

(1) kesejahtraan, (2) kerja keras, (3) displin, (4) pendidikan, (5) kesehatan, (6) gotong royong, (7) pengelolaan gender, (8) pelestarian dan kreativitas budaya, (9) peduli lingkungan, (10) kedamaian, (11) kesopansantunan, (12) kejujuran, (13) kesetiakawanan sosial, (14) kerukunan dan penyelesaian konflik, (15) komitmen, (16) pikiran positif dan rasa syukur Sibarani, (2012:135).

2.2.3 Onomastika

Secara umum kajian mengenai makna adalah semantik. Semantik adalah, (a) ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal yang ditandainya, (b) ilmu tentang makna atau arti (Parera, 1991:25). Namun, semantik telah berkembang lagi menjadi kajian yang lebih khusus. Kajian khusus mengenai

(20)

nama disebut onomastik. Onomastik dibagi lagi menjadi antroponomastik dan toponimi. Antroponomastik adalah cabang ilmu onomastik yang menyelidiki seluk- beluk nama orang. Toponimi adalah cabang ilmu onomastik yang mempelajari nama tempat (Sibarani dan Henry 1993:8). Dari pengertian tersebut nama itu dibuat dan diberikan kepada seseorang untuk membedakan dengan orang lain, untuk anggota keluarga dan masyarakat memanggilnya, menyuruhnya bila perlu. Menurut Thatcher, dkk. 1970:332 (dalam Sibarani dan Henry 1993:10) ada tujuh persyaratan dalam pemberian nama yaitu:

1. Nama harus berharga, bernilai dan berfaedah, 2. Nama harus mengandung makna yang baik, 3. Nama harus asli,

4. Nama harus mudah dilafalkan, 5. Nama harus bersifat membedakan,

6. Nama harus menunjukkan nama keluarga, dan 7. Nama harus menunjukkan jenis kelamin.

Syarat pertama, menyatakan bahwa pemberian nama harus didasarkan pada pertimbangan kasih sayang dan pertimbangan keindahan bunyi. Dengan demikian orang tua sebaiknya memberi nama yang dapat menimbulkan inspirasi dan kebanggaan kepada anaknya. Bunyi nama yang indah dan asosiasi nama yang baik tentu akan memberikan kesan tersendiri atau kebanggaan pada pemilik nama tersebut.

Seluk beluk nama orang yang disebutkan di atas tidak terlepas dari makna yang terdapat pada nama tersebut. Berhubungan dengan hal itu, Sibarani (2004 :114-118) dalam antropolinguistik membagi tiga makna nama yaitu:

(21)

1. Makna Nama Futuratif mengandung pengharapan agar kehidupan pemilik nama seperti makna namanya. Selanjutnya, Sibarani mengemukakan makna nama futuratif banyak terdapat pada nama orang, nama usaha dan nama tempat. Hal ini, mengacu pada makna nama diri pemilik nama yang mengandung pengharapan.

2. Makna Nama Situasional yang mengandung harapan pada situasi pemberian nama.

Selanjutnya, Sibarani mengemukakan makna nama situasional ini diberikan sesuai dengan nama yang mengacu pada situasi pada saat itu. Pada makna nama situasional, pemaknaan dikaitkan dengan nilai-nilai budaya atau suatu kepercayaan bagi pemilik nama terhadap suatu hal yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi.

Makna nama situasional ini banyak ditemukan di tengah masyarakat, dan makna situasional mengandung harapan sesuai dengan situasi.

3. Makna Nama Kenangan yang mengandung kenangan. Selanjutnya Sibarani mengemukakan makna nama kenangan ini diberikan sesuai dengan kenangan yang dialami pemberi nama. Makna nama kenangan memiliki pengharapan di dalamnya sesuai dengan kenangan yang dialaminya.

2.3 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penamaan dan maknanya adalah sebagai berikut :

Sinaga (2010), dalam skripsinya yang berjudul Makna Nama Orang pada Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Balige, mengatakan bahwa penelitian ini berusaha menguraikan proses (upacara) menyambut kelahiran seorang anak sampai

(22)

proses pemberian nama pada anak dalam masyarakat Batak Toba, menguraikan jenis nama dalam masyarakat Batak Toba, dan menguraikan makna dan kategorisasi makna nama orang dalam masyarakat Batak Toba yang terdapat di kecamatan Balige. Data penelitian ini adalah data lisan yang bersumber dari masyarakat Batak Toba yang berada di Kecamatan Balige. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik yaitu teori onomastik yang menyatakan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal yang ditandainya. Pengumpulan data didukung oleh metode cakap yaitu percakapan dengan penutur sebagai narasumber dan teknik yang digunakan adalah teknik dasar, teknik lanjutan I, teknik lanjutan II, teknik lanjutan III, dan teknik lanjutan IV. Dari hasil pengkajian data dapat disimpulkan bahwa pemberian nama orang pada masyarakat Batak Toba di kecamatan Habinsaran dilakukan dengan cara adat istiadat (proses) berupa upacara penyambutan sampai kelahiran hingga pemberian nama. Penelitian Sinaga memberikan banyak sumbangan terhadap penelitian makna nama dalam masyarakat Minangkabau dari segi makna nama dan model analisis makna nama tersebut.

Bukit (2017), dalam skripsinya yang berjudul Makna Nama Orang pada Masyarakat Batak Karo di Kecamatan Juhar Kabupaten Karo: Kajian Antropolingustik, mengatakan bahwa pemberian nama orang pada masyarakat Batak Karo di Kecamatan Juhar dilakukan dengan cara adat istiadat dalam pemberian nama.

Penelitian ini mendeskripsikan nama makna orang pada masyarakat batak karo di kecamatan juhar kabupaten karo yang syarat-syaratnya pemberian nama, jenis nama orang, kategorisasi makna nama orang dan nilai-nilai budaya dalam nama orang pada masyarakat Batak Karo. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik

(23)

yang dikemukakan oleh Kridalaksana dan Beratha yang menyatakan bahwa lingusitik kebudayaan merupakan kajian tentang kedudukan dan fungsi bahasa dalam konteks sosisal dan budaya secara lebih luas yang memiliki peran untuk membentuk dan mempertahankan praktik-praktik kebudayaan dan struktur sosisal masyarakat.

Penelitian ini juga menggunakan teori onomastik yang menyatakan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal yang ditandainya. Pengumpulan data didukung oleh metode cakap yaitu percakapan dengan penutur sebagai narasumber dan teknik yang digunakan adalah teknik dasar teknik lanjutan I, teknik lanjutan II , teknik lanjutan III, teknik lanjutan IV. Dari hasil pengkajian data dapat disimpulkan bahwa pemberian nama orang pada masyarakat Batak Karo di Kecamatan Juhar dilakukan dengan cara adat istiadat dalam pemberian nama. Jenis nama orang pada masyarakat Batak Karo di Kecamatan Juher yaitu:

Pranama, gelar kitik, dan merga. Nama-nama orang di Kecamatan Juhar mengandung makna pengharapan dan makna kenangan. Selanjutnya, nama-nama orang pada masyarakat Batak Karo di Kecamatan Juhar mengandung nilai praktis yaitu konotasi formal, konotasi non formal, konotasi kelaki-lakian, dan konotasi kewanitaan.

Penelitian ini memberi banyak sumbangan terhadap makna nama masyarakat Minangkabau yang akan dikaji peneliti.

Mungkur (2017), dalam skripsinya Makna Nama Orang dalam Masyarakat Pakpak Dairi: Kajian Antropolinguistik, mengatakan bahwa proses pemberian nama, dan nilai-nilai budaya yang berhubungan dengan nama tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pemberian nama orang di kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Menunjukkan makna nama orang pada masyarakat Batak Pakpak

(24)

Dairi. Menunjukkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam makna nama orang pada masyarakat Batak Dairi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Antropolinguistik. Daerah penelitian yang ditetapkan di Desa Maholida yang terdapat di kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Pengumpulan data menggunakan metode cakap dengan teknik pancing, teknik cakap semuka, teknik catat, dan teknik rekam.

Kemudian, dalam menganalisa data digunakan metode padan dengan menggunakan alat penentu pertama dan ketiga. Alat yang digunakan bersifat mental yaitu daya pilah referensial. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa makna nama di kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dalam bidang antropolinguistik dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: Makna nama situasional, makna nama pengharapan, dan makna nama kenangan.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentag apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2017:6). Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini karena peneliti langsung terjun ke lapangan dengan penelitian pada beberapa orang yang paham dengan makna nama.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun lokasi penelitian berada di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Daerah ini merupakan daerah penutur asli bahasa Minangkabau. Penulis menganggap tempat ini layak dijadikan lokasi penelitian karena penduduknya asli suku Minangkabau dan masih banyak masyarakat yang tahu apa makna nama yang disandang oleh mereka. Penelitian ini dilakukan setelah seminar proposal.

(26)

3.3 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder, data primer berupa data utama yang didapatkan dari informan. Sumber data ini diperoleh melalui informan yang berhubungan dengan kepemilikan nama orang yang bersangkutan.

Sumber informasi tersebut sekaligus bahasa yang digunakan mewakili kelompok tutur di daerah atau desa yang sudah ditetapkan. Sumber data tersebut diperoleh dengan menanyakan beberapa daftar pertanyaan kepada informan di Kecamatan Luhak Nan Duo. Oleh karena itu, seorang informan harus memunyai kriteria tertentu agar informasi yang didapatkan akurat dan tidak menimbulkan keragu-raguan.

Data sekunder adalah data yang berasal dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data sekunder bisa berupa jurnal ilmiah, buletin statistik, laporan-laporan, arsip organisasi, publikasi pemerintah, informasi dari organisasi, analisis yang dibuat oleh para ahli, hasil survei terdahulu, catatan-catatan publik mengenai peristiwa-peristiwa resmi, serta catatan-catatan perpustakaan (Silalahi, 2006: 266-268).

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap atau lebih dikenal dengan wawancara, serta mencatat hal-hal yang perlu untuk penelitian ini.

Adanya percakapan antara peneliti dengan informan menimbulkan terjadinya kontak antar mereka. Dalam penelitian antropolinguistik, kontak tersebut dimaksudkan sebagai kontak antara peneliti dengan informan di setiap daerah pengamatan.

(27)

Agar keterangan dan data terkumpul, kita harus memilih informan yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik pula. Adapun syarat-syarat sebagai informan menurut Mahsun, (1995:166) adalah:

a. Berjenis kelamin pria atau wanita.

b. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun).

c. Orang tua, istri, dan suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak memiliki mobilitas yang tinggi.

d. Berstatus sosial menengah ke atas.

e. Dapat berbahasa Indonesia.

f. Sehat jasmani dan rohani.

g. Berpendidikan minimal tamat SD atau sederajat.

h. Pekerjaannya bertani atau buruh.

i. Menguasai dialek atau bahasa yang diteliti dan mampu mempergunakannya dengan baik.

Metode cakap menggunakan teknik dasar berupa teknik pancing karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode cakap itu hanya dimungkinkan muncul jika peneliti memberi pancingan pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan peneliti (Mahsun, 1995). Selanjutnya teknik dasar tersebut dijabarkan ke dalam dua teknik lanjutan, yaitu teknik lanjutan catat semuka dan cakap tak semuka.

Teknik lanjutan cakap semuka juga didukung oleh teknik catat dan teknik rekam. Kedua teknik ini berguna untuk melengkapi data dan memperkuat data dalam pengumpulannya. Teknik catat digunakan untuk membantu dan mempermudah peneliti

(28)

dalam mengumpulkan data, kemudian digabungkan dengan teknik rekam untuk memperkuat data pada teknik catat dengan memeriksa data pada teknik rekam, di setiap daerah pengamatan. Metode cakap menggunakan teknik dasar berupa teknik pancing karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode cakap itu hanya dimungkinkan muncul jika peneliti memberi pancingan pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan peneliti (Mahsun, 1995).

Selanjutnya teknik dasar tersebut dijabarkan ke dalam dua teknik lanjutan, yaitu teknik lanjutan catat semuka dan cakap tak semuka.

Pada pelaksanaan teknik cakap semuka peneliti langsung melakukan percakapan dengan pengguna bahasa sebagai informan dengan bersumber pada pancingan yang sudah disiapkan (berupa daftar tanya) atau secara spontanitas (pancingan dapat muncul di tengah-tengah percakapan). Penelitian ini menggunakan teknik lanjutan berupa teknik tatap semuka. Peneliti langsung mendatangi setiap orang yang menjadi target penelitian dan melakukan percakapan melalui daftar pertanyaan yang telah disediakan kepada informan.

Teknik lanjutan cakap semuka juga didukung oleh teknik catat dan teknik rekam. Kedua teknik ini berguna untuk melengkapi data dan memperkuat data dalam pengumpulannya. Teknik catat digunakan untuk membantu dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, kemudian digabungkan dengan teknik rekam untuk memperkuat data pada teknik catat dengan memeriksa data pada teknik rekam.

(29)

3.5 Teknik Analisis Data

Metode dalam pengkajian data dalam penelitian “Makna Nama Orang pada masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo” ini adalah metode padan.

Disebut metode padan karena metode ini menggunakan alat penentu referen bahasa, organ wicara, bahasa, dan mitra wicara (Sudaryanto,1993:13). Alat penentunya berada di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan ini dapat dilakukan dengan teknik dasar yang dimaksud teknik pilah unsur penentunya. Makna nama orang pada masyarakat Minangkabau akan diketahui berkat daya pilah yang digunakan oleh peneliti.

Sub-jenis metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode referensial dengan alat penentunya bahasa dan metode pragmatis dengan alat penentunya adalah mitra wicara. Bila tercapai suatu penentuan bahwa suatu nama mengandung makna tambahan dari unsur subjektif pemakainya, nama itu termasuk sub-jenis referensial atau dilihat dari hubungannya dengan dunia luar.

Sesuai dengan teori antropolinguistik yang menyatakan kedudukan dan fungsi bahasa dalam konteks sosial dan budaya secara lebih luas memiliki perbedaan struktur sosial masyarakat, maka Minangkabau juga memiliki adanya upaya tersebut. Salah satunya adalah proses (upacara ) menyambut kelahiran hingga pemberian nama anak pada masyarakat Minangkabau.

Perumusan masalah pertama pada penelitian ini adalah mencari data. Data didapat dari hasil wawancara, pengamatan, dan dari surat kabar, majalah, dan buku yang berkaitan dengan makna nama masyarakat Minangkabau. Setelah dilakukan wawancara untuk mendukung data yang diperoleh melalui metode pengamatan.

(30)

Kemudian mencari data sekunder dengan cara menambahkan data dengan mencarinya dari dokumen tertulis (buku, majalah, dan surat kabar), setelah data didapat kemudian data tersebut dicari makna nama yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat Minangkabau dan menunjukkan nilai-nilai budaya pada nama orang masyarakat Minangkabau.

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema Moleong (2006:103). Metode analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Adapun prosedur dalam menganalisis data kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1994) dalam Denzim dan Lincoln (2009:592) adalah sebagai berikut :

a. Reduksi Data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikanan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.

c. Kesimpulan atau Verifikasi, langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

(31)

dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan biasanya mendeskripsikan secara mendalam apa yang menjadi inti permasalahan dalam suatu penelitian sehingga siap untuk di sajikan dan dinikmati oleh para pembacanya . Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik penyajian informal. Sudaryanto mendefenisikan metode penyajian informal ini sebagai hasil analisis yang disajikan dilakukan dengan kata-kata biasa (a natural language) (Sudaryanto, 2015:240).

(32)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Makna Nama Orang dalam Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo

Tidak ada seorang pun yang rendah maupun tinggi derajatnya yang hidup tanpa nama begitu dia lahir di dunia; tiap orang diberi nama oleh orang tuanya ketika dia lahir (Odssey dalam Stephen Ulmann, 2007:84-85). Setiap orang pasti memiliki setidaknya satu nama yang disandangnya. Nama begitu dekat dengan pemiliknya sehingga nama itu menggambarkan reputasi baik atau buruk, cerita baik, sedih, maupun bahagia di balik nama itu. Masyarakat Minangkabau memilik tiga kategori makna yaitu makna futuratif, makna situasional, dan makna kenangan.

4.1.1 Makna Nama Futuratif

Makna nama futuratif mengandung pengharapan agar kehidupan pemilik nama seperti makna namanya. Selanjutnya, Sibarani mengemukakan makna nama futuratif banyak terdapat pada nama orang, nama usaha dan nama tempat. Hal ini, mengacu pada makna nama diri pemilik nama yang mengandung pengharapan. Berikut beberapa nama yang mengandung nama futuratif dalam masyarakat Minangkabau Kecamatan Luhak Nan Duo.

1. Abdul Hafiz „hamba pelindung‟ (peduli, berani)

Dalam hal pemberian nama orang Minang sering sekali mengambil nama dari bahasa Arab. Orang tua si anak memberi nama Abdul Hafiz yang maknanya adalah „hamba

(33)

pelindung‟. Orang tua si anak mengharapkan agar kelak ia menjadi anak yang melindungi atau dapat diartikan seorang anak yang peduli.

2. Abdul Salam „hamba perdamaian‟

Nama Abdul Salam memiliki makna „hamba perdamaian‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Abdul Salam diharapkan menjadi anak laki-laki yang membawa kedamaian dan peduli kepada sesama manusia.

3. Afandi „dermawan‟

Nama Afandi adalah nama yang memiliki makna orang yang „dermawan‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Afandi menjadi orang yang dermawan, dihormati, dan membawa kebaikan.

4. Afifa „suci‟ (baik hati)

Nama di atas merupakan nama yang diambil dari bahasa Arab. Nama Afifa memunyai makna „baik hati‟. Makna yang terkandung dalam nama anak tersebut adalah semoga menjadi anak yang baik hati dan dapat menjadi contoh bagi orang lain.

(34)

5. Ahsan„baik‟

Nama di atas memunyai arti „baik‟. Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif. Orang tua memunyai harapan agar si anak kelak dapat menjadi orang yang murah hati dan pemurah kepada orang yang disekitarnya.

6. Alfiani „banyak kebaikan‟

Nama di atas merupakan nama yang memiliki makna pengharapan berupa makna futuratif. Nama Alfiani sangat sering digunakan dalam masyarakat Minang. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga ia kelak melakukan banyak kebaikan terhadap sesamanya.

7. Alfariz „cerdas‟

Alfariz merupakan nama yang bagus dan indah untuk anak laki-laki. Nama Alfariz berasal dari bahasa Arab, Alfariz berarti yang „cerdas‟.Nama Alfariz memiliki makna futuratif. Orang tua berharap, anak yang diberi nama Alfariz akan tumbuh dewasa menjadi laki-laki yang cerdas, berilmu, dan berwawasan luas. Hal tersebut yang melatarbelakangi pemberian nama Alfariz kepada seorang anak laki-laki.

8. Ali „tinggi, pemimpin Islam, dan mulia‟ (orang yang sangat berambisi untuk menjadi seorang pemimpin, memiliki tekad yang tinggi, memunyai karakter yang jujur dan setia).

(35)

Nama di atas merupakan kata yang diambil dari Al-qur‟an.Makna yang terkandung dalam nama tersebut yaitu semoga menjadi anak yang memiliki sifat yang mulia dan jujur. Nama di atas mengandung makna futuratif.

9. Al-Maliq „raja pemberani‟

Nama di atas merupakan makna futuratif. Harapan orang tua anak tersebut adalah agar menjadi raja yang berkuasa dan berdaulat sebagai doa agar anak tersebut menjadi laki- laki yang pemberani, dihargai dan tegas.

10. Aliya „tinggi, mulia dan terkenal‟

Nama Aliya adalah nama yang memiliki makna „tinggi,mulia, dan terkenal‟. Harapan orang tua anak tersebut adalah menjadi orang yang tinggi, mulia, dan terkenal ketika sudah dewasa nanti. Makna yang terkandung dalam nama anak tersebut adalah makna futuratif.

11. Amir „penguasa‟ (pemimpin, berkarakteristik, lembut, baik dan pekerja keras).

Harapan yang terdapat pada nama tersebut adalah makna futuratif. Harapan orang tua dalam nama di atas yaitu semoga hidup dengan jiwa berkepemimpinan dan pekerja keras.

(36)

12. Ani „pintar dan bermartabat‟

Nama di atas memunyai makna„pintar dan bermartabat‟. Harapan yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Ani menjadi anak perempuan yang pintar dan menjaga martabat keluarga. Makna yang terkandung dalam nama anak tersebut adalah makna futuratif.

13. Asilah „harum‟

Nama Asilah adalah nama yang memiliki makna „harum‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Asilah menjadi anak perempuan yang menyebarkan keharuman namanya dan nama keluarganya.

14. Asyraf „ mulia‟

Nama Asyraf adalah nama yang memiliki makna „mulia‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Asyraf menjadi orang yang mulia. Diharapkan anak tersebut menjadi „orang yang terhormat, lebih baik, dan lebih terpuji di bandingkan orang lain‟.

15. Atika „aku datang padamu‟

Nama orang Minang identik nama-nama yang berasal dari bahasa Arab, uniknya kata ini ada pada arti dan maksud nama Atika yang memiliki makna „aku datang padamu‟.

Orang tuanya berharap agar si anak menjadi anak yang taat kepada Tuhan yang maha kuasa.

16. Aulia„pemimpin‟

(37)

Aulia memiliki makna „pemimpin‟. Nama Aulia merupakan nama yang diberikan kepada anak perempuan. Harapan orang tuanya agar anak perempuan tersebut tumbuh dewasa menjadi perempuan yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, semangat yang besar, sehingga mampu menjadi penolong dan teman yang baik. Hal tersebut yang melatarbelakangi pemberian nama Aulia.

17. Azizah„bijaksana‟

Nama Azizah adalah nama yang memiliki makna „bijaksana‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Azizah menjadi perempuan yang menjaga harga diri, dan bijaksana.

18. Azmi „memunyai kelebihan‟

Azmi berarti seseorang yang „memunyai kelebihan‟.Orang tua memberikan nama ini biasanya kepada anak perempuan mereka dengan harapan agar anak perempuan tersebut tumbuh menjadi anak yang memunyai banyak kelebihan ketika ia dewasa nanti.

Kelebihan yang diharapkan orang tuanya adalah kelebihan yang positif dan membanggakan.

19. Azyan Alilah„perhiasan‟

(38)

Azyan Alilah memiliki makna „perhiasan dan wangi‟. Orang tua memberikan nama di atas kepada seorang anak perempuan dengan harapan agar anak tersebut menjadi anak perempuan yang berharga, menarik, dan cantik.

20. Baharuddin „memiliki wawasan yang luas‟

Baharuddin artinya laki-laki yang „beriman dan memiliki wawasan yang luas‟. Nama ini diberikan dengan harapan agar anak tersebut bisa menjadi anak yang beriman dan berwawasan yang luas serta mampu menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat.

21. Chairunnisa„perempuan yang baik‟

Nama Chairunnisa adalah nama yang memiliki makna „wanita yang baik‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Chairunnisa menjadi anak perempuan yang baik bagi orang lain.

22. Fahreza„tangguh‟

Fahreza merupakan nama Islam yang diberikan kepada anak laki-laki. Nama ini berasal dari bahasa Arab, Fahreza memiliki makna „tangguh‟. Nama ini diberikan orang tua kepada anak mereka dengan harapan dan doa agar anaknya akan tumbuh dan dewasa menjadi laki-laki yang kuat, tangguh, gagah, dan perkasa seperti seorang ksatria‟. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pemberian nama Fahreza.

23. Fahruddin„pemimpin agama‟

(39)

Nama di atas diberikan kepada seorang anak laki-laki.Fahruddin memiliki makna

„pemimpin agama‟. Harapan yang terkandung dalam nama tersebut adalah agar anak tersebut menjadi pemimpin agama yang bijaksana. Makna yang terdapat dalam nama anak tersebut adalah makna futuratif.

24. Faisal„penengah‟

Faisal memiliki makna „penengah‟. Nama di atas diberikan kepada seorang anak laki- laki. Pemberian nama di atas didasarkan pada harapan orang tuanya agar anak tersebut tumbuh menjadi anak yang bijaksana dan mampu mencari jalan keluar untuk menyelesaikan konflik di masa yang akan datang.

25. Firdha„surga‟

Nama di atas merupakan kelas kata nomina.Nama di atas memunyai makna

„surga‟.Orang tua memberi nama tersebut memiliki harapan agar anak tersebut selalu diberkati dan menjadi penghuni surga kelak.

26. Fatimah„putri rasulullah‟ (lembut, dan pendiam)

Nama di atas merupakan kata nomina. Harapan yang terkandung dalam nama anak tersebut adalah adanya keinginan agar si anak memiliki sifat seperti Fatimah. Hal tersebut adalah harapan orang tuanya.

27. Ghina„makmur‟

(40)

Ghina berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti „makmur‟.Nama Ghina mengandung makna futuratif. Orang tua berharap anak perempuan yang diberi nama tersebut akan tumbuh menjadi anak yang makmur kehidupannya.

28. Halifah „cantik dan menarik‟

Nama Halifah adalah nama bagus dan indah yang tergolong dalam nama Islam dari asal bahasa Arab. Uniknya kata ini ada pada arti dan maksud nama Halifah yang memiliki makna „cantik dan menarik‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Halifah menjadi anak perempuan yang cantik, ayu dan menarik.

29. Hana „cantik‟

Hana memiliki makna „baik‟. Nama ini diberikan orang tua kepada anak perempuan mereka dengan harapan dan doa agar anak perempuan mereka akan tumbuh dewasa menjadi perempuan yang memiliki kehidupan yang selalu disukai masyarakat, cantik, indah, populer, dan sejahtera kehidupannya. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pemberian nama Hana kepada anaknya.

30. Hanafi„lurus, dan jujur‟

Hanafi yang berarti pengikut Imam Abu Hanifah. Hal yang melatar belakangi pemberian nama Hanafi kepada anak laki-laki didasarkan pada makna futuratif yang terkandung dalam nama Hanafi, yaitu harapan agar anak laki-laki tersebut tumbuh menjadi laki-laki yang lurus dan jujur.

(41)

31. Hanif „lurus dan jujur‟

Nama di atas merupakan nama yang mengandung makna futuratif. Nama di atas memiliki arti lurus dan jujur.Orang tua memberikan nama hanif memunyai harapan agar si anak „selalu teguh dalam agama maupun imannya, selalu lurus, bersih daa jujur‟.

32. Hannani„kesayangan‟

Nama di atas diberikan kepada seorang anak perempuan. Arti dari nama di atas adalah

„kesayanganku dan kecintaanku‟. Nama di atas diberikan oleh orang tuanya sebagai harapan agar anak perempuan tersebut menjadi perempuan yang sangat dikasihi, dicintai dan sangat berharga bagi orang tuanya.

33. Hayati „hidupku‟ (selalu sehat, bahagia baik dalam pikiran maupun jasmani, dan energik)

Nama di atas memunyai makna „semoga sehat selalu‟.Orang tua yang memberikan nama tersebut mengharapkan hal yang baik terhadap anak tersebut dan termasuk mendoakan agar selalu bahagia dan nama di atas merupakan harapan dari kedua orang tuanya. Nama tersebut mengandung makna futuratif.

34. Hazmi„pemberani‟

Nama di atas diberikan kepada seorang anak laki-laki. Nama Hazmi memiliki makna

„pemberani‟. Nama ini merupakandoa orang tua agar menjadi anak laki-laki yang teguh pendiriannya, berani, pantang menyerah, dan gagah.

(42)

35. Ibrahim „nama nabi‟

Nama di atas merupakan kelas kata nomina yang mengandung arti nama salah satu nabi yang ada di umat muslim. Nama tersebut mengandung harapan tersendiri yang diberikan orang tua kepada anaknya. Makna futuratif yang terdapat pada nama di atas ditunjukkan dengan tersiratnya harapan orang tua semoga anak tersebut memiliki sifat seperti nabi Ibrahim. Hal tersebut adalah harapan orang tuanya.

36. Ilham„ditunjuki‟

Nama di atas sangat sering kita jumpai khususnya untuk nama-nama umat muslim.

Nama di atas memiliki makna „ditunjuki‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama Ilham adalah selalu diberikan petunjuk oleh Tuhan.

37. Ismail „nabi kedelapan‟ (selalu diberkati, penuh keyakinan, dan pekerja keras)

Nama di atas merupakan kelas kata nomina.Nama di atas memiliki arti „nabi kedelapan‟.Orang tua memberi nama tersebut memiliki harapan agar si anak memunyai sifat seperti Nabi Ismail yang selalu taat, penuh keyakinan, dan bekerja keras.

38. Jamaludin„agama yang indah‟

Nama Jamaludin memiliki makna„agama yang indah‟. Orang tua memberikan nama Jamaludin kepada anak laki-laki mereka dengan harapan agar anak tersebut tumbuh

(43)

menjadi anak laki-laki yang hidup penuh dengan nilai-nilai agama, misalnya menjadi anak yang patuh ataupun taat kepada Tuhan.

39. Khairani„baik‟

Khairani memiliki makna „kebaikanku‟.Nama di atas diberikan kepada seorang anak perempuan. Nama di atas diberikan oleh orang tua anak tersebut agar anak tersebut menjadi anak perempuan yang baik dan memiliki moralitas tinggi. Makna yang terkandung dalam nama di atas adalah makna futuratif.

40. Khairuddin„agama yang baik‟

Nama di atas diberikan kepada seorang anak laki-laki. Arti nama Khairuddin adalah

„agama yang baik‟. Nama di atas diberikan oleh orang tuanya dengan harapan agar anak laki-laki tersebut menjadi orang memunyai iman yan baik, beriman, dan sholeh. Makna yang terkandung dari nama tersebut adalah makna futuratif.

41. Khalifah„wakil‟

Nama di atas diberikan kepada seorang anak perempuan. Nama Khalifah artinya „wakil ataupengganti‟. Harapan orang tua anak tersebut adalahsemoga anak tersebut menjadi perempuan berkepala dingin, bijaksana dan dapat menjadi wakil bagi orang disekitarnya.

(44)

42. Khaila „panjang umur‟

Nama Khaila adalah nama yang memiliki makna „panjang umur‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Khaila menjadi anak perempuan yang sehat, mulia, dan panjang umur. Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif.

43. Kholifah „pemimpin yang jujur‟

Nama Kholifah adalah nama yang memiliki makna „pemimpin yang jujur‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Kholifah menjadi anak perempuan yang jujur, adil dan bijaksana.

44. Kasyfa„jauh dari kesusahan‟

Kasyfa memiliki makna „jauh dari kesusahan‟.Nama di atas diberikan kepada seorang anak perempuan dengan harapan agar anak tersebut menjadi perempuan yang bergembira, ceria, dan riang.Nama di atas mengandung makna futuratif.

45. Lulu„mutiara‟

Nama di atas diberikan kepada seorang anak perempuan.Nama di atas merupakan kata nomina yang artinya adalah „mutiara‟.Nama tersebut mengandung harapan tersendiri yang diberikan oleh orang tuanya.Orang tua anak tersebut berharap agar anak tersebut menjadi perempuan yang indah, cantik, dan berharga di tengah masyarakat.

(45)

46. Mauza „lemah lembut‟

Nama Mauza adalah nama yang memiliki makna „lemah lembut‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Mauza menjadi anak perempuan yang lemah lembut, dan baik.

47. Mukhtar Firdaus‟Mukhtar(terpilih) dan Firdaus(surga)

Nama ini diberikan kepada anak dengan motivasiagar anak dapat memberikan

„kedamaian di dunia maupun di akhirat‟. Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif. Harapan orang tua yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak tersebut menjadi penghuni surga kelak.

48. Mustafa„terpilih‟

Mustafa merupakan nama yang diperuntukkan bagi anak laki-laki. Mustafa adalah nama yang sering digunakan dalam nama-nama Islam yang berasal dari bahasa Arab. Mustafa berarti yang „terpilih‟. Setelah diberikannya nama Mustafa kepada seorang anak laki- laki, orang tua dari anak tersebut menaruh harapan kepada anaknya akan tumbuh dewasa menjadi laki-laki yang berguna, diberkahi, agung, dan memiliki nama yang harum atau berpengaruh.

(46)

49. Nazril „baik hati‟

Nama Nazril memiliki arti „baik hati‟ .Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif. Harapan orang tua yang memberikan namaanak tersebut akan tumbuh menjadi laki-laki yang baik hati dan pemaaf. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pemberian nama Nazril.

50. Nasruddin„penolong agama‟

Nasruddin memiliki makna „pertolongan agama‟.Nama di atas diberikan kepada seorang anak laki-laki dengan harapan agar anaktersebut menjadi laki-laki yang rajin beribadah, penolong agama sholeh, dan taat kepada Tuhan.

51. Naysilah„pekerja keras‟

Nama Naysilah adalah nama yang memiliki makna „pekerja keras‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Naysilah menjadi perempuan yang pekerja keras. Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif.

52. Nazira„sehat‟

Nama Nazira adalah nama yang memiliki makna „sehat‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Nazira menjadi anak perempuan yang sehat dan panjang umur. Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif.

(47)

53. Nizam „tegas‟

Nama Nizam adalah nama yang memiliki makna „tegas‟. Makna dari nama anak tersebut adalah makna futuratif. Harapan yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Nizam menjadi anak laki-laki yang tegas, berani, gagah, dan kuat.

54. Nuraini „cahaya mataku‟

Nama di atas merupakan bentuk harapan untuk mendapat cahaya kehidupan, uniknya kata ini ada pada arti dan maksud nama Nuraini yang memiliki makna „cahaya mataku‟.

Kita pun dapat memaknai arti cahaya sebagai doa agar anak tersebut menjadi perempuan yang bersinar, cantik, dan dapat menjadi contoh yang baik untuk keluarga.

Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif.

55. Putri Nayla„perempuan sejahtera‟

Putri Nayla memiliki makna „perempuan yang sejahtera‟. Nama ini diberikan orang tua kepada anak perempuan mereka dengan harapan dan doa agar anak perempuan mereka akan tumbuh dan dewasa menjadi perempuan yang memiliki kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Hal tersebut yang melatarbelakangi pemberian nama Putri Nayla kepada anaknya.

56. Rahmi„kasih sayang‟

Rahmi memiliki makna „kasih sayang‟. Nama di atas adalah doa orang tuanya agar anak tersebut menjadi anak yang menyayangi keluarga maupun orang disekitarnya, dan

(48)

penolong sehingga anak tersebut bisa menjadi anak yang berdampak positif di tengah masyarakat.

57. Rahman „penuh belas kasih‟

Nama Rahman memunyai arti „penuh belas kasih‟. Harapan yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Rahman menjadi orang yang baik dan ramah kepada sesamanya.Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif.

58. Resti Haryani ‟kecerdasan dan keceriaan‟

Nama di atas memiliki arti ‟kecerdasan dan keceriaan‟. Orang tua anak ini berharap anaknya dapat menjadi seorang perempuan yang memiliki kecerdasan dan keceriaan dalam hidup ini serta menjadi anak yang berwatak mulia. Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif.

59. Rohaya„jiwaku‟

Rohaya merupakan nama yang bagus dan indah untuk anak perempuan dalam agama islam. Rohaya bermakna „jiwaku‟. Rohaya memiliki makna futuratif, ketika orang tua memberikan nama Rohaya kepada anak perempuan mereka, mereka berharap agar anak tersebut tumbuh dewasa menjadi perempuan yang berjiwa yang baik dan panjang umur.

Hal tersebut yang menjadi alasan orang tua memberikan nama Rohaya kepada anak perempuan mereka.

(49)

60. Ruslan „orang yang dapat dipercaya‟

Nama Ruslan bermakna „orang yang dapat dipercaya‟. Makna yang terkandung dalam nama anak tersebut adalah makna futuratif. Orang tua berharap, anak yang diberi nama Ruslan akan tumbuh dewasa menjadi laki-laki yang dapat dipercayai sehingga mampu menjadi contoh bagi orang lain.

61. Sarifah„bangsawan‟

Sarifah memiliki arti „bangsawan‟.Nama tersebut bagus diberikan untuk seorang anak perempuan. Nama ini merupakan doa dari orang tua anak tersebut agar anak perempuan itu menjadi perempuan yang bijaksana, tidak sombong, dan cerdas seperti keturunan bangsawan.

62. Salsabila Alifia „mata air dari surga‟

Nama di atas memiliki makna „mata air dari surga‟.Orang tua memberikan nama anak tersebut berharap si anak memiliki sifat yang baik dan menjadi contoh bagi orang lain.

Makna yang terkandung dalam nama tersebut adalah makna futuratif.

63. Siti Azizah „wanita mulia‟

Nama di atas sering kita jumpai dalam nama-nama masyarakat Minang. Makna yang terkandung dalam nama Siti Azizah adalah makna futuratif. Orang tua mengharapkan anaknya menjadi anak yang lebih baik ataupun mulia di hadapan Tuhan dan masyarakat.

(50)

64. Syahrul „mulia‟

Nama Syahrul adalah nama yang memiliki makna „mulia‟. Harapan yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Syahrul menjadi anak laki-laki yang berhati mulia.Nama tersebut mengandung makna futuratif.

65. Syamsul „matahari‟

Nama Syamsul adalahnama yang memiliki makna „matahari‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Syamsul menjadi cahaya bagi keluarganya atau anak yang dapat membawa kebahagiaan bagi orang disekitarnya.

66. Syifa „obat‟

Nama di atas diberikan kepada seorang anak perempuan.Syifa memiliki makna „obat, dan penolong‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama di atas adalah agar anak tersebut menjadi seorang perempuan yang disenangi dan ia dapat berdampak baik kepada orang di sekitarnya.

67. Syarifuddin„pemuka agama‟

Nama Syarifuddin adalah nama yang memiliki makna „pemuka agama‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Syarifuddin menjadi anak laki-laki yang beriman dan berguna bagi keluarganya, taat pada agama, dan menjadi pemimpin.

(51)

68. Syaqilla „kebiasaan‟

Nama di atas diberikan kepada seorang anak perempuan. Nama Syaqilla memiliki makna „kebiasaan‟. Nama ini diberikan oleh orang tuanya agar anak perempuan tersebut menjadi anak perempuan yang melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif. Makna dari nama tersebut adalah makna futuratif.

69. Ubay „ramah‟

Nama Ubay adalah nama yang memiliki makna orang yang „ramah‟. Makna futuratif yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Ubay menjadi laki-laki yang baik, peduli dan ramah.

70. Umar abdul hakim „memiliki hati yang adil‟

Nama di atas memunyai makna laki-laki yang terpuji, memilki hati yang bersih dan diberkahi oleh Tuhan. Makna yang terkandung dalam nama anak tersebut adalah makna futuratif. Harapan orang tua dari nama anak tersebut adalah semoga menjadi anak yang bisa dibanggakan di tengah keluarga maupun masyarakat sekelilingnya.

71. Vega „dambaan‟

Nama Vega bermakna „dambaan‟. Nama Vega mengandung makna futuratif bahwa seorang anak perempuan yang diberikan nama Vega diharapkan akan tumbuh menjadi perempuan yang didambakan, diharapkan, dan menjadi perempuan yang populer.

(52)

4.2. Nilai-nilai Budaya yang Terkandung dalam Nama Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo

Nilai adalah hal yang sangat berguna untuk kehidupan manusia dalam menjalani kehidupannya. Menurut Bertens (dalam Subur 2007:2), nilai adalah suatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan. Singkatnya, nilai adalah sesuatu yang baik. Menurut Koentjaraningrat, nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebahagian besar warga masyarakat dalam hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan oriemtasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam mengambil alternative, cara-cara, alat-alat dan tujuan-tujuan pembuatan yang tersedia.

(www.gudangteori.com/2016/10/pengertian-nilai-budaya-para-ahli.html?m=1)

Dalam antropolinguistik, bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi nilai-nilai budaya.

Sibarani (2004:59) mengatakan bahwa nilai-nilai budaya yang dapat disampaikan oleh bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, hasil penelitian mencakup nilai – nilai budaya yang terdapat dalam nama orang minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo akan dijelaskan pada bagian ini.

1. Nilai Kesejahteraan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan, dan ketentraman. Kesejahteraan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat terutama dalam masyarakat minangkabau di Kecamatan Luhak Nan Duo. Nilai kesejateraan terdapat pada nama-nama berikut ini.

a. Afandi „dermawan‟

(53)

Harapan orang tuanya adalah semoga anak yang bernama Afandi menjadi orang yang di hormati, dermawan dan membawa kebaikan.

b. Amir „penguasa‟

Harapan yang terkandung dalam nama di atas yaitu semoga hidup dengan jiwa berkepemimpinan dan pekerja keras.

c. Ghina „makmur‟

Tumbuh menjadi anak yang memiliki banyak harta, sejahtera, dan makmur kehidupannya.

d. Putri Nayla „bahagia dan sejahtera‟

Orang tua mengharapakan anak tersebut tumbuh menjadi perempuan yang memiliki kehidupan yang bahagia dan sejahtera.

2. Nilai Kerja Keras

Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target tercapai dan selalu mengutamakan atau memperhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan.

(http://www.temukanpengertian.com/2013/09/pengertian-kerja-keras.html). Nilai kerja keras terdapat pada nama-nama berikut ini.

a. Naysilah „pekerja keras‟

Harapan yang terkandung dalam nama tersebut adalah semoga anak yang bernama Naysilah menjadi perempuan yang pekerja keras.

b. Fahreza‟ tangguh

(54)

Nama ini diberikan orang tua kepada anak mereka dengan harapan dan doa agar anaknya akan tumbuh dan dewasa menjadi laki-laki yang kuat, tangguh, gagah, dan perkasa seperti seorang ksatria.

3. Nilai Pendidikan

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Nilai pendidikan terdapat pada nama-nama berikut ini.

a. Alfariz‟ cerdas

Orang tua mengharapakan anaknya tumbuh dewasa menjadi laki-laki yang cerdas, berilmu, dan berwawasan luas.

b. Sarifah „bangsawan‟

Nama ini merupakan doa dari orang tua anak tersebut agar anak perempuan itu menjadi perempuan yang bijaksana, tidak sombong, dan cerdas seperti keturunan bangsawan.

4. Nilai Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejatera dari badan, jiwa, dan sosial yang menunjukkan

setiap hidup produktif secara sosial dan ekonomis

(hhtp//id.m.wikipedia.org/wiki/kesehatan). Nilai kesehatan terdapat pada nama-nama berikut ini.

Gambar

Tabel 1 Daftar Nama Orang dalam Masyarakat Minangkabau

Referensi

Dokumen terkait

Uji efektifitas Trichoderma harzianum dengan formulasi granular ragi untuk mengendalikan penyakit jamur akar putih ( Rigidoporus microporus (Swartz:Fr.) Van Ov) pada

Pemberian Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap. Pertumbuhan Tanaman

dalam menangani hambatan komunikasi pada anak autis di Rumah Terapi Kudos.

Hal lain adalah siswa menjadi menyukai matematika karena pembelajaran berbasis masalah, hal ini didasarkan karena siswa merasa pembelajaran berbasis masalah lebih

Laporan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Komputer pada Program Studi Diploma Teknik Informatika Fakultas Teknologi

Berdasarkan banyak kelompok yang dapat menyelesaikan soal maka soal tersebut mengundang siswa dalam mencari alasan serta bersikap secara sistematis dan teratur dengan

Ketika anak autis menceritakan sesuatu tentang dirinya sendiri, misalnya tentang mainannya, temannya atau apapun secara spontan, selalu sempatkan untuk memberi tanggapan dengan

Penggunaan teknologi maklumat dan komunikasi secara terancang boleh mengukuhkan proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah-sekolah serta memberi peluang kepada