• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS BATUYANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS BATUYANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN IBU DAN ANAK

DI PUSKESMAS BATUYANG

HASANAH, S. Sos, MM., Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Muhammadiyah Selong

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Batuyang kecamatan Pringgabaya kabupaten Lombok Timur.

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif-kualitatif. Bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di dalam masyarakat, dan berupaya untuk menarik realitas itu sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambar tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena. Pengumpulan informan menggunakan FGD. Analisis menggunakan SWOT.

Hasil penelitian menunjukan bahwa capaian strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Batuyang bila diperbandingkan maka Daya Dorong lebih tinggi dari Daya Hambat maka dapat dinyatakan strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Batuyang POSITIF, sehingga SANGAT LAYAK untuk dilanjutkan.

Keywords: manajemen strategis; kesehatan ibu dan anak

PENDAHULUAN

Salah satu misi pembangunan kesehatan 2015 yaitu memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau (Depkes RI, 2014). Oleh karena itu, adanya pembangunan di bidang kesehatan perlu dilaksanakan dan terus ditingkatkan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional.

Karena pada dasarnya pembangunan nasional di bidang kesehatan berkaitan erat dengan peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan modal dasar dalam melaksanakan pembangunan (Soleha, 2009, hal. 1). Salah satu indikator yang dapat menentukan keberhasilan pembangunan di sektor kesehatan masyarakat suatu bangsa dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Di sini, partisipasi masyarakat dalam memelihara kesehatannya, sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut (Yustina, 2008, 3).

Salah satu tujuan program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah meningkatkan

kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Di dalam keluarga, ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti gangguan gizi yang sering berakhir dengan kecacatan dan kematian.

Mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan, selanjutnya telah pula dirumuskan strategi baru pembangunan kesehatan. Strategi baru itu adalah pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, profesionalisme, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM), dan desentralisasi. Disamping itu untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga, melalui penggunaan buku kesehatan ibu dan anak (Buku KIA).

Hanya saja, kesehatan untuk penduduk yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah masih sangat terbatas dan perlu diperjuangkan secara terus menerus, dengan cara pendekatan akses pelayanan

(2)

kesehatan dan memberdayakan kemampuan mereka. Disamping itu kesadaran masyarakat, bahwa kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi. Karenanya sasaran yang dicapai dalam pembangunan kesehatan adalah : 1. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, 2. Meningkatkan akses masyarakat

terhadapan pelayananan kesehatan yang berkualitas, 3. Meningkatkan sistem

surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, dan 4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Padahal sasaran pembangunan menetapkan di tahun 2015 angka tersebut harus ditekan hingga mencapai 102 kematian/100.000 kelahiran hidup. Kasus di kabupaten Lombok Timur, pada tahun 2015 jumlah ibu hamil 28,771 jiwa, ibu melahirkan 27,463 jiwa, ibu yang meninggal 28 dan bayi yang meninggal 205 jiwa (Dikes Lombok Timur, 2016). Oleh sebab itu, program kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana dilaksanakan secara berkesinambungan dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI, AKN, AKB, dan AKBAL.

Untuk itu pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/

komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.

Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-

kanak.

Berdasarkan pada latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu : Bagaimanakah strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur ?

Mencermati rumusan masalah tersebut serta dalam rangka memberikan pelayanan publik yang lebih baik, maka sangat diperlukan adanya suatu strategi yang dilakukan oleh suatu organisasi yang memberikan pelayanan publik. Di sini istilah strategi (Siagian, 2000:15) semula bersumber dari kalangan militer dan secara populer sering dinyatakan sebagai “kiat”

yang digunakan oleh para Jenderal untuk memenangkan suatu peperangan. Dewasa ini istilah strategi sudah digunakan oleh semua jenis organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan hanya saja aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi. Karena dalam arti yang sesungguhnya, manajemen puncak memang terlibat dalam satu bentuk peperangan tertentu.

Pada dasarnya setiap organisasi mempunyai strategi, karena tentunya untuk mewujudkan tujuan-tujuannya organisasi tersebut harus mempunyai rencana kegiatan.

Model strategi-strategi dalam organisasi itu akan kelihatan pada pola-pola tujuan, kebijakan, program, kegiatan, keputusan dan pengalokasian sumber daya manusianya.

Dalam suatu strategi yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria (Bryson,1995) : Pertama strategi itu secara tehnis dapat dikerjakan. Kedua, secara politis dapat diterima oleh para stakeholders kunci (key stakeholders) Ketiga, harus sesuai dengan filosofi dan nilai-nilai organisasi. Keempat strategi juga harus bersifat etis, moral, legal dan merupakan keinginan organisasi untuk menjadi lebih baik. Serta kelima harus pula sesuai dengan isu strategis yang ingin dipecahkan.

Strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak terdiri atas lima langkah:

(3)

1. Peningkatan kesadaran masyarakat;

2. Pengorganisasian masyarakat;

3. Peningkatan upaya advokasi;

4. Penggalangan kemitraan dan partisipasi LS, swasta, dan dunia usaha;

5. Peningkatan pemanfaatan potensi dan

sumber (Kemenkes RI, 2015).

Strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan bayi tersebut dapat dibuat dalam bentuk diagram seperti pada gambar berikut.

Gambar 1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Sumber: Kemenkes RI, 2015.

Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif-kualitatif. Bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di dalam masyarakat, dan berupaya untuk menarik realitas itu sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambar tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena.

Lokasi Penelitian di Puskesmas Batuyang kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur. Pengumpulan informan menggunakan prosedur purposif.

Teknis pengumpulan data yaitu Fokus Group Discution (FGD), merupakan teknik pengambilan data secara bersama-sama dengan para informan melalui kegiatan diskusi bersama secara partisipatif. Hasil FGD dianalisis menggunakan analisis SWOT.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dari kegiatan Fokus Group Discusion (FGD) yang telah dilakukan terkumpul banyak pernyataan yang terdiri dari hal-hal positif maupun negatif, sebagai berikut :

1. Kekuatan

a. Terdapat visi, misi, dan program kerja Puskesmas yang jelas dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak.

b. Adanya SK Bupati tentang penentuan sasaran dan target pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas.

c. Adanya SK Kepala Puskesmas tentang pembagian tugas pokok dan bagi tenaga pengelola KIA di Puskesmas.

d. Adanya SK Camat tentang Tim Kerja Kesehatan Ibu dan anak yang melibatkan sektor lainnya.

(4)

e. Tersedianya tenaga kesehatan khususnya bidan yang cukup lengkap.

f. Tersedianya Sarana dan Prasarana pelayanan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak yang lengkap. Bahkan Puskesmas Batuyang menjadi rujukan 3 Puskesmas sekitarnya.

g. Puskesmas memiliki Bahan Habis Pakai lengkap, serta kemandirian dalam mengelolanya. Sekalipun untuk pengadaannya masih dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur.

h. Anggaran Puskesmas khususnya untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak cukup tapi penempatan Pos yang tidak sesuai kebutuhan.

i. Keinginan kuat untuk Puskesmas menjadi BLUD

j. Puskesmas memiliki pangkal / basis data perihal bidang pelayanan kesehatan ibu dan anak.

k. Terdapat komitmen yang kuat pada tenaga kesehatan di Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan Ibu dan Anak.

l. Puskesmas telah memiliki jaringan pelayanan pemberdayaan masyarakat bidang KIA hingga ke tingkat terbawah / Dusun dalam bentuk Polindes dan Posyandu.

m. Memiliki program pemberdayaan Kader, Toga dan Toma, termasuk menyelenggarakan kegiatan pelatihan.

n. Adanya penghargaan / reward untuk kader yang melayani pemberdayaan masyarakat bidang KIA.

o. Tersedianya Kotak Saran di masing-masing Puskesmas, serta telah melembaganya mekanisme untuk menjamin kepuasan pasien dan keluarganya.

2. Kelemahan

a. Target sasaran pelayanan kesehatan ibu dan anak sering terlambat dari

Kabupaten dan selalu berubah- ubah / tidak jelas.

b. Kemampuan dan kepedulian pegawai dalam pelaksanaan kesehatan Ibu dan anak masih kurang.

c. Pemahaman dan kepedulian sektor lain di Kecamatan tentang kerjasama dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak kurang.

d. Jumlah tenaga Dokter umum dan Dokter spesialis kurang.

e. Keahlian dan kompetensi tenaga kesehatan khususnya bidan tidak merata. Mereka juga bekerja multi fungsi dan banyak yang belum mandiri.

f. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah ibu dan anak yang membutuhkan pelayanan masih timpang.

g. Daya jangkau Puskesmas untuk melakukan pemberdayaan masyarakat bidang KIA masih rendah, karena masih banyak wilayah yang belum memiliki agensi kesehatan khususnya Polindes.

h. Sarana dan Prasarana terutama Bangunan Puskesmas tidak nyaman, tata ruang mengganggu alur pelayanan.

i. Volume pertemuan dengan mitra masih kurang. Dilakukan pertemuan 3 bulan sekali dengan lintas sektor dan 1 X setahun melakukan pelatihan kader, toga dan toma.

j. Masih lebih banyak melakukan penanganan kuratif, sehingga bersifat pasif menunggu pasien yang datang.

k. E-catalog bermasalah, terutama proses yang bermasalah untuk pengadaan obat-obatan.

l. Pelaksanaan manajemen Puskesmas belum maksimal, masih terdapat banyak hambatan dalam pelayanan pemberdayaan masyarakat bidang KIA.

(5)

m. Puskesmas masih berorientasi proyek dan terjebak dalam rutinitas kerja.

n. Tingkat pemahaman pegawai Puskesmas terhadap tugas dan fungsi pokok bidang KIA terbatas, serta banyak pegawai tidak mempunyai kepedulian pada bidang KIA.

o. Belum memiliki sumber-sumber pendanaan yang kuat, masih tergantung pada pembiayaan luar khususnya bantuan Pemerintah Pusat dan daerah.

3. Peluang

a. Animo masyarakat untuk mengikuti program JPS Bidang Kesehatan tinggi, sehingga memudahkan bagi Puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

b. Adanya anggaran yang tersedia dari dana JKN, APBN, BOK, APBD dan dari sumber lainnya.

c. Pendistribusian tenaga ahli dari Pemerintah Pusat dan Daerah ke Puskesmas untuk bidang kesehatan ibu dan anak yang memadai.

d. Adanya kelompok peminat KIA di masing-masing desa, kegiatan P4K, dan lain-lain.

e. Terdapat BPJS Kesehatan. Pojok JKN, hingga ke pembayaran preminya.

f. Mulai terbangun kemitraan khususnya operasional Polindes dianggarkan dari ADD hanya belum maksimal.

g. Masyarakat bersikap sangat terbuka dan menerima sepenuhnya keberadaan Puskesmas dan mengharapkan pelayanan maksimal well come untuk bidang kesehatan ibu dan anak.

h. Terdapat dan digunakannya teknologi informasi CATpor ACSM yang berkemajuan.

i. Kepala Daerah atau Bupati memiliki kepemimpinan yang amanah, cakap, tanggap,

berwibawa, dan komitmen tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak.

j. Tersedia prasarana alat, bahan obat yang memadai, efektif dan update untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

k. Banyaknya stakeholders kesehatan dari dalam dan luar negeri yang memiliki konsens tinggi atas pelayanan kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur.

l. Belum banyak tersedia agensi jasa kesehatan seperti Rumah sakit, Klinik, dan Pusat kesehatan lainnya (baca: swasta) di wilayah Puskesmas Batuyang.

m. Terdapatnya komitmen dan kesediaan dari Pemerintah setempat khususnya Pemerintah

Desa untuk membantu

pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak.

n. Dilakukan audit secara rutin atas kinerja Puskesmas dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak.

o. Infrastruktur jalan dan moda transportasi sudah baik dan mudah diakses oleh pasien ibu dan anak.

Bilamana terdapat kejadian emergensi, dapat secara cepat dan mudah tertangani.

4. Ancaman

a. Terdapat persepsi negatif masyarakat terutama di lapisan bawah atas pelayanan Puskesmas untuk kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur.

b. Terdapat banyak aturan atau kebijakan dari Pemerintah Pusat dan Daerah yang mempersulit kerja pelayanan Puskesmas.

c. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat atas kesehatan ibu dan anak masih rendah.

d. Pelaku dan sasaran program kerja bidang kesehatan ibu dan anak banyak bersikap masa bodoh atau

(6)

cuek.

e. Sering mutasi pegawai sehingga mengganggu irama dan ritme pelayanan kesehatan.

f. Kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang KIA belum menjadi gerakan perubahan perilaku yang responsif.

g. Terbatasnya anggaran dari Pemerintah Pusat dan Daerah untuk pemberdayaan masyarakat bidang KIA.

h. Lintas sektor kurang peduli terhadap pelayanan KIA karena kesibukan dan bukan merupakan tugas pokoknya.

i. Koordinasi antar lintas sektor dalam bidang KIA masih kurang dan tidak efektif.

j. Banyak kebijakan yang merugikan;

melakukan mutasi terhadap tenaga pegawai yang diandalkan, dalam arti dikasih tenaga yang tidak sesuai.

k. Terdapat Juklak dan Juknis dalam bidang KIA yang menghambat pelayanan.

l. Penempatan tenaga pegawai oleh pemerintah Daerah yang tidak sesuai spesifikasi.

m. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tidak menyediakan tenaga dan alat kesehatan yang memadai.

n. Masih lemahnya kemitraan dengan stakeholders lainnya terutama pihak luar negeri di bidang KIA.

o. Liberalisasi jasa kesehatan yang membuat Puskesmas kurang memiliki kontrol atas derajat kesehatan ibu dan anak.

Analisis SWOT merupakan sebuah metode prosedur analisis kondisi yang mengklarifikasi kondisi objek dalam empat kategori Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Faktor Pendukung) and Threat (Faktor Penghambat/Ancaman). Dalam pembagiannya SWOT dibagi 2 bidang, yaitu faktor internal atau eksternal.

1. Faktor Internal (Strength dan Weakness) Faktor internal terdiri dari strength dan weakness yaitu faktor yang berasal dari dalam objek itu sendiri. Dari sini kita sepakati objek yang kita bahas adalah pemberdayaan bidang kesehatan ibu dan anak.

a. Strength (Kekuatan)

Strength adalah sebuah faktor pendorong dan kekuatan yang berasal dari dalam organisasi, dimana kekuatan di sini meliputi semua komponen-komponen organisasi baik sumber daya maupun kemampuan yang dapat dioptimalkan sehingga bermakna positif untuk pengembangan organisasi ataupun pelaksanaan sebuah program kerja (proker).

Misalnya, kepemimpinan yang efektif, keadaan keuangan yang kuat, SDM yang berkualitas, dan lain-lain.

b. Weakness (Kelemahan)

Weakness adalah suatu faktor kekuatan “yang seharusnya dimiliki oleh organisasi” namun tidak ada, yang akhirnya menjadi kelemahan dalam organisasi tersebut. Maka weakness berarti kekurangan-kekurangan yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri. Misalnya, kualitas SDM yang rendah, kuantitas SDM yang kurang, keterbatasan dana dan lain- lain.

2. Faktor Eksternal (Opportunity dan Threat)

Faktor eksternal terdiri dari opportunity dan threat yaitu faktor yang berasal dari luar objek. Jika objeknya adalah Pemberdayaan Bidang Kesehatan Ibu dan Anak, maka faktor eksternalnya meliputi bagaimana dengan dukungan Pemda Lombok Timur dan Puskesmas dan lain-lain. Dari sini kita sepakati objek yang kita bahas adalah pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak.

a. Opportunity (Faktor Pendukung)

Opportunity merupakan faktor-faktor pendukung dalam pengembangan maupun stabilitas organisasi maupun pelaksanaan proker. Faktor pendukung ini merupakan faktor yang berasal dari luar program, bukan dari dalam program. Misalnya

(7)

dukungan dari pemerintah, perkembangan teknologi dan lain-lain.

b. Threat (Faktor Penghambat/Ancaman) Threat merupakan faktor-faktor penghambat atau hal-hal yang dapat mengancam perkembangan maupun stabilitas strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur atau pelaksanaan proker, atau bahkan dapat mengancam keberadaan program atau

proker. Faktor ini juga berasal dari luar program, bukan dari dalam program.

Misalnya, kebijakan pemerintah yang merugikan, hilangnya sumber dana dan lain-lain.

Setelah dilakukan FGD, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah memisahkan informasi yang merupakan hal positif atau negatif.

POSITIF NEGATIF

Kekuatan, dukungan dll

Kelemahan, ancaman dll

A. Internal

INTERNAL No

.

Strength Nilai No. Weakness Nilai

1. Visi, misi, & program kerja 4 1. Target sasaran terlambat 4 2. SK sasaran dan target 5 2. Kepedulian pegawai kurang 4

3. SK Tupoksi 4 3. Kepedulian sektor lain kurang 2

4. SK Tim Kerja Kesehatan 5 4. Tenaga Dokter kurang 2 5. Tenaga Kesehatan lengkap 4 5. Keahlian Bidan tidak merata 2 6. Tersedianya Sarpras 4 6. Rasio tenaga keshatn timpang 4

7. BHP lengkap 3 7. Daya jangkau rendah 4

8. Tersedia anggaran 3 8. Sarpras Puskes tidak nyaman 3 9. Keinginan kuat BLUD 3 9. Volume kemitraan kurang 4 10. Memiliki pangkal data 3 10. Lebih banyak bersifat pasif 3 11. Komitmen yang kuat 2 11. E-catalog masih bermasalah 2 12. Jaringan pelayanan 5 12. Manajemen belum maksimal 3

13. Program pemberdayaan 3 13. Berorientasi proyek 2

14. Penghargaan untuk Kader 5 14. Pemahaman Tupoksi terbatas 3

15. Kotak Saran 2 15. Sumber pendanaan terbatas 2

Jumlah Nilai 55 Jumlah Nilai 44

B. Eksternal

EKSTERNAL

No. Opportunity Nilai No. Threat Nilai

1. Animo PJS Kesehatan tinggi 3 1. Persepsi negatif masy tinggi 3 2. Dana JKN, APBN/D, BOK 3 2. Banyak aturan mempersulit 4 3. Distribusi tenaga ahli 4 3. Kesadaran masyarakt rendah 4

4. Kelompok peminat KIA 3 4. Sasaran masa bodoh 4

(8)

EKSTERNAL

No. Opportunity Nilai No. Threat Nilai

5. BPJS Kesehatan 3 5. Seringnya mutasi pegawai 2

6. Terbangunnya kemitraan 2 6. Pemberdayaan blm responsif 3

7. Masyarakat terbuka 2 7. Terbatasnya anggaran 2

8. Teknologi informasi CATpor 2 8. Lintas sektor kurang peduli 3 9. Komitmen kuat KeplaDaerah 1 9. Koordinasi kurang efektif 3 10. Tersedia prasarana alat&obat 2 10. Banyak kebijakan merugikan 3 11. Banyaknya stakeholders 5 11. Juklak &Juknis menghambat 4 12. Agensi jasa kesehatan 4 12. Pegawai tidak sesuai spesifik 2 13. Komitmen Pemdes tinggi 5 13. Tenaga dan alat tdk memadai 1 14. Dilakukan audit rutin 5 14. Lemahnya kemitraan 3 15. Infrastuktur sudah baik 2 15. Liberalisasi jasa kesehatan 2

Jumlah Nilai 46 Jumlah Nilai 43

Setelah setiap faktor telah masuk dalam matriks SWOT, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah pembobotan / penilaian / penetapan skala untuk masing- masing kekuatan. Hal ini berguna dalam penetapan skala prioritas pemecahan masalah. Jangan lupa bahwa pembobotan dibuat setelah kita yakin bahwa setiap elemen strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur telah dimasukkan ke dalam tabel identifikasi.

Pembobotan dapat dilakukan dengan pendekatan skala Likert. Skala ini digolongkan menjadi 2 kelas utama, yaitu kelas Pendukung dan Penghambat, yang sebenarnya memiliki prinsip yang sama.

a. Skala Likert terhadap Faktor Pendukung:

• 5 : menyatakan dampak sangat kuat mendukung

• 4 : menyatakan dampak kuat mendukung

• 3 : menyatakan dampak cukup kuat mendukung

• 2 : menyatakan dampak kurang kuat mendukung

• 1 : menyatakan dampak sangat kurang kuat mendukung

b. Skala Likert terhadap Faktor Penghambat:

• 5 : menyatakan dampak sangat kuat menghambat

• 4 : menyatakan dampak kuat menghambat

• 3 : menyatakan dampak cukup kuat menghambat

• 2 : menyatakan dampak kurang kuat menghambat

• 1 : menyatakan dampak sangat kurang kuat menghambat

Penghitungan Akhir dan Penetapan Kondisi

Hasil perhitungan akhir dimasukkan dan diolah dengan rumus prosentase didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Prosentase Daya Dorong

(9)

2. Prosentase Daya Hambat

Berdasarkan penghitungan akhir tersebut dilakukan penetapan kondisi.

Hasilnya sebagai berikut : a. Interpretasi Daya Dorong

• 100 % - 75% : Kondusif

• 74,9% - 50% : Sub Kondusif

• 49,9% - 25% : Sub Kritis

• 24,9% - 0% : Kritis

Data dihitung, ditemukan bahwa Daya Dorong strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur mencapai 55,61 % berarti SUB KONDUSIF.

b. Interpretasi Daya Hambat

• 100 % - 75% : Kritis

• 74,9% - 50% : Sub Kritis

• 49,9% - 25% : Sub Kondusif

• 24,9% - 0% : Kondusif

Data dihitung, ditemukan bahwa Daya Hambat strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur mencapai 44,38 % berarti SUB KONDUSIF.

Berdasarkan capaian strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur; Daya Dorong 55,61 % yang berarti SUB KONDUSIF dan Daya Hambat 44,38 % berarti SUB KONDUSIF.

Bila diperbandingkan maka Daya Dorong lebih tinggi dari Daya Hambat maka dapat dinyatakan strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur POSITIF, sehingga SANGAT LAYAK untuk dilanjutkan.

KESIMPULAN DAN SARAN Mengacu kepada uraian yang telah dideskripsikan, maka dapat ditarik

kesimpulan strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Batuyang dilihat dari variabel peningkatan kesadaran kesehatan ibu dan anak, pengorganisasian kesehatan ibu dan anak, dan peningkatan upaya advokasi kesehatan ibu dan anak Daya Dorong mencapai 55,61 % berarti SUB KONDUSIF dan Daya Hambat mencapai 44,38 % berarti SUB KONDUSIF.

Berdasarkan capaian strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur tersebut bila diperbandingkan maka Daya Dorong lebih tinggi dari Daya Hambat maka dapat dinyatakan strategi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lombok Timur POSITIF, sehingga SANGAT LAYAK untuk dilanjutkan.

Bertitik tolak dari apa yang diuraikan di atas maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Saran yang dapat diberikan yaitu peran tenaga kesehatan perlu dipertanyakan apakah sudah melaksanakan kewajibannya atau tidak. Dan juga apakah kompetensi yang dimiliki sudah baik atau perlu bimbingan dan belajar untuk meningkatkan pengetahuannya.

2. Dalam rangka mengimbangi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, maka Puskesmas Batuyangdituntut untuk senantiasa menyiapkan sumber daya aparatur khususnya Pegawai Puskesmas yang lebih berkualitas, dengan jalan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada mereka yang berpotensi, untuk mengikuti berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan.

3. Terhadap karakteristik individu/

pegawai, akan lebih efektif apabila kebutuhan yang ingin dipenuhi, sikap terhadap pekerjaan dan minat, baik dari bawahan maupun dari pimpinan pada tingkat bawah, memperoleh perhatian yang lebih dari Dinas Kesehatan,

(10)

artinya langkah-langkah yang telah diambil dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pegawai, seperti pemberian bantuan dana sosial, pemberian penghargaan dan lain sebagainya, perlu untuk terus dipertahankan dan dikembangkan, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih terhadap peningkatan kinerja aparatur di masa mendatang.

4. Terhadap karakteristik pekerjaan, Puskesmas Batuyang hendaknya selalu meningkatkan dan mengembangkan terus bentuk pengembangan motivasi kerja dari sisi karakteristik pekerjaan.

Artinya tidak hanya selalu menekankan pada program pendidikan dan latihan aparatur saja, tetapi juga harus memperhatikan faktor lainnya yang terkait seperti, peningkatan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh masing-masing pimpinan unit terhadap bawahannya yang telah mengikuti program pendidikan dan pelatihan, sehingga bagi mereka yang telah mengikuti pendidikan dan latihan dapat berdaya guna dan berhasil guna, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk organisasi secara keseluruhan.

Sedangkan terhadap program

pendidikan dan latihan itu sendiri, Puskesmas Batuyang juga harus mampu mengembangkannya, dalam arti bagaimana program pendidikan dan latihan itu dilaksanakan tidak hanya sekedar didasarkan pada pemenuhan target semata, tetapi didesain berdasarkan analisis kebutuhan organisasi, sehingga hasil dari program pendidikan dan latihan itu dapat dijadikan sebagai salah satu unsur pertimbangan yang utama dalam menempatkan dan mempromosikan pegawai pada jabatan tertentu.

5. Terhadap karakteristik organisasi, Puskesmas Batuyang dalam upaya meningkatkan kinerja pegawainya melalui bentuk pengembangan motivasi kerja semacam itu, tidak hanya cukup melakukan kegiatan pendataan dan pengambilan sumpah / janji serta melakukan penegakan disiplin kerja saja, tetapi harus pula melakukan kegiatan yang mengarah pada peningkatan komitmen bersama, meningkatkan kesadaran berbudaya kerja dan mempertahankan diri dari pengaruh negatif yang datang dari luar organisasi terhadap proses kegiatan kerja pegawai.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan, M. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Utama.

……… .Ed. 2011.

Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.

Bryson, John M. 2000. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hikmat, Harry. 2001 Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung:

Humaniora Utama.

Nawawi Hadari. H. 2000. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, Yogyakarta:

Gadjahmada University Press.

Pranarka. 1996. Membangun Sistem Pelayanan Publik yang memihak pada Rakyat, Makalah. Yogyakarta: Fisipol UGM.

Pratiwi, Niniek L. 2007. Penilaian Peranserta Masyarakat Dalam Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, Jakarta:

Berita Kedokteran Masyarakat.

Priyono, Onny. S dan Pranarka, AMW.

1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi, CSIS, Jakarta

Rose & Black. 1983. Empowering People,

(11)

terjemahan, Agus M. Hardjana, Yogyakarta: Kanisius

Siagian, Sondang P. 2000. Manajemen Stratejik, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Soleha. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta: Rineka Cipta.

Sri Wahyudi Agustinus. 1996. Manajemen Strategik Pengantar Proses Berpikir Strategik, Jakarta: Binarupa Aksara.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.

Sumodiningrat, Gunawan. 1996.

Membangun Perekonomian Rakyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yustina, 2008, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Trans Info Media.

Artikel, Makalah, Internet : 1. http://pnpm-support.org/id.

2. http://www.indianscribes.com/

3. id.wiktionary.org

4. Buku Pedoman PNPM-GSC

5. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 10, Mei 2013

6. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 2, Juni 2007

7. Kemenkes RI, 2015, Pemantauan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan

8. Kemenkes RI No.

585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

10. Wijaya27.com. Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan Ibu Dan Anak Di NTB

11. Wikipedia Indonesia, 2016).

Gambar

Gambar 1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Secara akademis, diharapkan dari penelitian ini mampu mengembangkan wawasan dan wacana dengan memberikan kontribusi akademis dalam bidang Ilmu Sosial dan Ilmu

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara dan

Tingkat pengetahuan dilihat dari segi usia menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar dari kategori usia 30-35 tahun yaitu 23.3%, dilihat

Rumah Sakit sebagai institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian dan kecacatan, dalam

Merawat tali pusat adalah kegiatan yang merawat tali pusat dengan benar untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir sampai tali pusatnya lepas..   Cara

"Persepsi Peserta Didik tentang Kompetisi Mahasiswa PPLBK Sekolah (Studi di Kelas VIII SMP Negeri I Sutera Pesisir Selatan).".. Fitria Kasih,

Independent Sample J-Jest untuk rnelihat perbedaan kedua kelornpok penelitian pada variabel uang saku, pengeluaran pangan, jarak ternpat tinggal dari warung

Yang kedua Sebagai ilmu pengetahuan praktis/aplikatif, yang mana implikasinya adalah pendidik ataupun guru harus menanamkam sistem, nilai/norma, aturan tingkah laku