1
Beban Limbah Tambak Udang Intensif : Ancaman Dan Solusi Unggul Adi Utama
Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Ilmu Perikanan Universitas Hasanuddin
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tingginya padat tebar dalam system budidaya tambak udang intensif tentunya memerlukan pemenuhan pakan buatan yang banyak yang dapat menghasilkan limbah.
Limbah yang dihasilkan dari system budidaya ini berupa sedimen yang berasal dari sisa pakan yang tidak termakan dan hasil metabolisme udang yang dibudidayakan.
Sisa pakan dan hasil metabolism udang yang mengendap dan berbentuk sedimen mengandung bahan organic berupa N, P2O5, K2O dan C-Organik, dapat menimbulkan permasalah berupa penurunan kualitas air, racun dan penyebab sumber penyakit, bukan hanya di lingkungan budidaya tetapi juga pada sungai/laut sebagai tempat pembuangan limbah. Oleh karena itu diperlukan adanya solusi dalam penanganan beban limbah tambak udang intensif tersebut guna mencegah kerusakan lingkungan akibat dampat negative yang ditimbulkan. Upaya yang dapat dilakukan dalm proses pengelolan produksi menggunakan system budidaya diantaranya adalah: 1) meningkatkan efisiensi pakan; 2) pengontrolan feeding program; 3) pemahaman tentang feeding behavior serta nutritional physiology; 4) meminimalkan jumlah pakan yang hilang atau tidak termakan; 5) mengalokasikan kolam pengendapan yang berfungsi sebagai Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL); 6) memanfaatkan peran ekologi komoditas budidaya; 7) pemanfaatan limbah sedimen sebagai pupuk organic.
Kata Kunci – System Budidaya Intensive, Tambak, Limbah, Sedimen, Lingkungan
PENDAHULUAN
Perkembangan tambak di Indonesia secara intensif meningkat sejak tahun 1990 (Gunarto, 2004). Selama kurun waktu 2010-2014 produksi perikanan budidaya memperlihatkan peningkatan yang signifikan dengan rata-rata peningkatan per tahun mencapai 23,74% (Akuakultur, 2014). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini mampu mengubah pola teknik pengelolaan budidaya dari tradisional menjadi pengelolaan budidaya tambak intensif yang menerapkan teknologi dan sains bertujuan untuk mengoptimalkan hasil produksi.
2
Pesatnya pembangunan tambak intensif tidak lepas dari permintaan pasar akan udang yang tinggi untuk pemenuhan protein hewani. Produksi udang nasional pada 2012 sebesar 415.703 ton atau meningkat 4% dari 2011. Sementara, produksi udang nasional pada 2013 sebesar 608.000 ton dan tahun 2014 ditargetkan mencapai 699.000 ton (Anonim, 2014 dalam Suwoyo, et al., 2015). Berdasarkan data Shrimp Club Indonesia (SCI) luas tambak intensif di Indonesia mencapai kurang lebih 30.000 hektar (MAInfo, 2018).
Budidaya udang dengan menerapkan teknik pengelolaan secara intensif degan pada penebaran tinggi sepenuhnya bergantung pada input pakan berupa yang menyerap sekitar 60-70% biaya produksi (Atjo,2013). Tingginya padat tebar dalam system budidaya ini tentunya memerlukan pemenuhan pakan buatan yang banyak.
Padat tebar dan pemberian pakan buatan yang banyak tentu selain menjanjikan hasil produksi (good output) juga menghasilkan beban limbah (bad output) yang besar pula. Limbah yang dihasilkan dari system budidaya ini berupa sedimen yang berasal dari sisa pakan yang tidak termakan dan hasil metabolisme udang yang dibudidayakan.
Sisa pakan dan hasil metabolism udang yang mengendap dan berbentuk sedimen mengandung bahan organic berupa N, P2O5, K2O dan C-Organik (Suwoyo et al., 2016) dapat menimbulkan permasalah dan menurunkan kualitas air bukan hanya di lingkungan budidaya tetapi juga pada sungai/laut sebagai tempat pembuangan limbah. Dekomposisi dari sisa pakan tersebut akan menghasilkan racun dan penyebab timbulnya penyakit (Patang, 2016). Jika limbah tersebut dibuang kelingkungan tanpa dikelola terlebih dahulu akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Oleh karena itu diperlukan adanya solusi dalam penanganan beban limbah tambak udang intensif tersebut guna mencegah kerusakan lingkungan akibat dampat negative yang ditimbulkan.
3 PEMBAHASAN
Ancaman Beban Limbah Tambak Udang Intensif Bagi Lingkungan
Sistem budidaya tambak udang intensif yang dapat digunakan dengan padat penebaran tinggi memberikan dampak pada beban limbah sebagai hasil sampingan dari hasil kegiatan produksi. Beban limbah yang dihasilkan berpotensi mempengaruhi kelayakan lingkungan hidup udang serta lingkungan perikanan secara umum. Adanya beban limbah disebabkan oleh tingginya pada tebar tinggi dan penggunaan pakan buatan (pellet) sebagai ciri utama dalam penerapan system budidaya intensif.
Kandungan protein pakan buatan cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, sehingga proses dari dekomposisi pakan yang tidah termakan akan menghasikan senyawa nitrogen anorganik berupa NH3-N (amoniak) yang merupakan salah satu senyawa yang bersifat racun. Limbah buangan (effluent) yang mengandung konsentrasi nitrogen tinggi berakibat pada penurunan kualitas air baik dalam tambak budidaya maupun badan air yang dilalui limpasan limbah budidaya intensif (sungai/laut).
Adanya akumulasi bahan organic (nitrogen, posfor) dapat mengakibatkan pada penurunan oksigen terlarut dalam air karena terjadi eutrofikasi (Bayu et al., 2016).
Sisa pakan akan menghasilkan limbah berbentuk sedimen yang terdiri atas bahan organik dan anorganik sebagai bahan penyusunnya. Bahan organik dapat berupa protein, karbohidrat dan lemak sedangkan bahan anorganik terdiri atas partikel lumpur. Seiring dengan pertumbuhan udang maka presentase pemberian pakan akan semakin bertambah sehingga sisa pakan juga akan bertambah. Penumpukan limbah sedimen yang mengendap di dasar akan mengalami proses penguraian (dekomposisi) yang menghasilkan nitrat, nitrit, amonia, karbondioksida dan hidrogen sulfida.
Kandungan tersebut apabila berada diatas ambang batas akan mempengaruhi kualitas air dan membahayakan lingkungan dan berdampak pada sintasan udang yang dibudidayakan (Suwoyo et al., 2015).
Bahan organic berupa total Nitrogen (TN) dan total Phospat (TP) yang bersumber dari sisa pakan tentu memiliki beban limbah yang dapat ditorelir oleh
4
kapasitas daya dukung lingkungan. Semakin padat tingkat penebaran maka beban limbah yang dihasilkan juga semakin besar, sebagai contoh yang diperlihatkan pada Table 1.
Tabel 1. Estimasi daya dukung kawasan pengembangan tambak udang vaname superintensif
Sumber : Rachmansyah et al., 2014
5
Table. 1 menunjukkan bahwa beban limbah budidaya udang vaname superintensif yang terbuang ke lingkungan perairan sebanyak 43,09-50,12 kgTN/ton produksi udang dan 14,21-15,73 kgTP/ton produksi udang. Mengacu pada batasan beban limbah N, P, dan C, maka beban limbah tambak udang vaname superintensif pada tingkat produktivitas 6-8 ton/1.000 m2/mt, telah melebihi standar beban limbah tambak yang diperkenankan sehingga berpotensi menimbulkan dampak terhadap kemunduran kualitas lingkungan perairan. Tingginya beban limbah yang demikan diatas maka diperlukan adanya solusi ataupun penanganan dalam pengelolaan limbah tambak intensif.
Solusi Pengelolaan Limbah Tambah Udang Intensif
Peningkatan jumlah produksi secara signifikan lewat penerapan system budidaya intensif ini juga memberi ancaman dalam upaya peningkatan jumlah produksi. Oleh karena itu diperlukan adanya pengelolaan yang tepat baik dalam proses produksi sampai pada pengelolaan buangan beban limbah (effluent).
Upaya yang dapat dilakukan dalm proses pengelolan produksi menggunakan system budidaya intensif menurut Rachmansyah et al. (2014) di antaranya adalah: (1) meningkatkan efisiensi pakan yang tercermin pada rendahnya nilai Rasio Konversi Pakan (RKP). Nilai RKP antara 1,0-1,2 merupakan nilai optimal yang paling diharapkan; (2) pengontrolan feeding program terkait dengan penentuan dosis dan frekuensi pemberian pakan yang tepat; (3) meningkatkan pemahaman tentang keterpaduan antara praktek budidaya yang diaplikasikan dengan feeding behavior serta nutritional physiology dari spesies atau komoditas yang dibudidayakan; (4) meminimalkan jumlah pakan yang hilang atau tidak termakan karena menjadi sumber utama limbah budidaya melalui aplikasi automatic feeder; (5) mengalokasikan kolam pengendapan yang berfungsi sebagai Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) agar buangan air limbah ke lingkungan berada pada standar yang diperkenankan; serta (6) memanfaatkan peran ekologi komoditas budidaya seperti rumput laut secara
6
terintegrasi di perairan pesisir dalam upaya meminimasi potensi limbah nutrien dari budidaya.
Selain dalam proses budidaya penanganan limbah hasil budidaya juga dapat dilakukan melalui pemanfaat sedimen limbah tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwoyo et al. (2016) limbah padat sedimen tambak udang super intensif memiliki kandungan nutrien (unsur hara) yang cukup tinggi seperti N total 0,67%, P2O5 4,78%, K2O 1%, C-Organik 17,84% dan pH 6,25 yang berpotensi dijadikan pupuk tambak seperti yang telah dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri Pertanian (Table. 2).
Tabel 2. Karakteristik Pupuk Jenis Urea, SP-36, Pupuk Organik Komersil dan Pupuk Limbah Tambak
Variabel Urea SP-36 Pupuk Limbah Tambak PERMENTAN
No. 70/Permentan/SR.140/10/2011
N-Total (%) 46 - 0,68
Hara makro; minimal 4%
(N+ P2O5+ K2O)
P2O5 (%) - 36 4,78
S (%) - 5
K2O (%) - - 1,00
pH - - 6,25 4-9
C-organik - - 17,84 Minimal 15
Kadar air - - 15,6 15-25
C/N - - 26 15-25
Fe (mg/L) - - 4.455 Maksimum 9.000
Mn (mg/L) - - 1 Maksimum 5.000
Cu (mg/L) - - 22 Maksimum 5.000
Zn (mg/L) - - 183 Maksimum 9.000
Pb (mg/L) - - 1,3 Maksimum 50
Cd (mg/L) - - 4 Maksimum 2
Co (mg/L) - - 4 Maksimum 700
Sumber : Suwoyo et al., (2016)
7
Penelitian yang juga telah dilakukan oleh Suwoyo et al. (2016) yang bertujuan untuk mengevaluasi respon pertumbuhan kelekap dan nener ikan bandeng yang diberikan pupuk organik limbah tambak udang super intensif (POLTASI) yang dibandingkan dengan pupuk organik komersil, menunjukkan bahwa rata-rata produksi biomassa kelekap yang dihasilkan dari POLTASI sebesar 3,94 g/100 cm2. Kelas plankton yang dominan sebagai penyusun kelekap adalah kelas Cyanophyceae dan Bacillariophyceae. Aplikasi POLTASI secara tunggal dan kombinasinya dengan pupuk anorganik menghasilkan sintasan nener yang tidak berbeda nyata dengan pupuk organik komersil, namun pertumbuhan nener cenderung lebih baik khususnya pada kombinasi POLTASI dengan pupuk anorganik. Hal ini membuktikan bahwa limbah tambak intensif berpotensi dijadikan pupuk dalam hal penumbuhan pakan alami.
Pengelolan dalam tahap proses produksi dan penanganan limbah merupakan hal yang mutlak dilakukan guna menjaga lingkungan dari paparan limbah yang dapat mengancam ekosistem. Dengan adanya pengelolan yang tepat maka tujuan untuk meningkatkan jumlah produksi dapat diralisasikan dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan ekosistem.
KESIMPULAN
Penerapan system budidaya tambak intensif selain bertujuan meningkatkan produktifitas tetapi juga memberikan ancaman kerusakan lingkungan akibat adanya beban limbah yang dihasilkan. Namun, pengelolaan produksi dan pemanfaatan limbah sebagai pupuk dapat menjadi solusi dalam mengantisipasi dan meminimalisiar dampak dari beban limbah tersebut.
SARAN
Pengelolan dan manajemen dalam proses produksi yang menerapkan system budidaya tambak intensif mutlak dilakukan demi menerapkan ekosistem berkelanjutan.
8 DAFTAR PUSTAKA
Akuakultur, 2014. Optimis Menuju Pasar Bebas ASEAN. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Edisi No.7 Tahun ke-I Bulan Januari-Februari.
Atjo, H, 2013. Budidaya udang vaname supra-intensif Indonesia. Dipresentasikan pada Launching Budidaya Udang Vaname Supra-intensif Indonesia. Barru, 24 Oktober 2013. MAI-SCI Sulawesi Selatan, 4 hlm.
Bayu, R., Yulianto, B & Sudarno, 2016. Fluktuasi Kandungan Amonia Dan Beban Cemaran Lingkungan Tambak Udang Vaname Intensif Dengan Teknik Panen Parsial Dan Panen Total.Jurnal Saintek Perikanan 11(2) : 84-93.
Gunarto, 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian 24(1) : 15-21.
MAInfo, 2018. Pentingnya Asosiasi Pembudidaya Udang, SCI. MAInfo edisi-3 Januari-April 2018.
Patang, 2016. Pengembangan Udang Windu Melalui Penerapan Pembantutan, Probiotik dan Pengendalian Lingkungan. Orasi ilmiah pengukuhan guru besar disampaikan pada sidang terbuka luar biasa senat Universitas Negeri Makassar pada Selasa, 27 Desember 2016.
Rachmansyah, Makmur & Undu, M.C., 2014.Estimasi Beban Limbah Nutrien Pakan Dan Daya Dukung Kawasan Pesisir Untuk Tambak Udang Vaname Superintensif.J. Ris. Akuakultur 9(3) : 439-448.
Suwoyo, S.H., Fahrurm M., Mkamur & Rachmansyah, 2014. Pemanfaatan Limbah Tambah Super Intensif Sebagai Pupuk Organik Untuk Pertumbuhan Biomassa Kelekap dan Nener Bandeng, Media Akuakultur 11(2) : 97-10.
Suwoyo, H.S., Tahe, S & Fahrur, M., 2015. Karakterisasi Limbah Sedimen Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Super Intensif Dengan Kepadatan Berbeda. Prossiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Hal 901-913.