• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MURID KELAS V SD INPRES ANDI TONRO KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MURID KELAS V SD INPRES ANDI TONRO KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH :

NUR AISYAH. S 10540 7702 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2016

(2)
(3)
(4)

vi

“Tak ada yang tak mungkin di dunia ini selagi kita berusaha pasti kita dapat meraihnya”

Ilmu dan kebijaksanaan itu adalah sahabat yang setia dalam hidup sampai ketika nafas terlepas dari badan.

Banggalah pada dirimu sendiri, meski ada yang tak menyukai. Kadang mereka membenci karena mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai ungkapan rasa cinta dan banggaku

sebagai seorang anak atas segala pengorbanan dan kasih sayang ibundaku dan ayahandaku, saudara- saudariku, serta keluargaku yang senantiasa mendoakanku.

Dan sahabat yang selalu setia menemani saat suka maupun duka.

(5)

vii

Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh:

Hj. Maryati Z dan H. M. Syukur Hak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang-tua terhadap hasil belajar pada murid kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan analisis statistic inferensial koefisien korelasi produk moment. Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar sebanyak 443 orang, sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 37 orang. Data dikumpulkan melalui teknik kuesioner dan observasi.

Setelah menganalisis data penulis menemukan bahwa nilai r hitung yang diperoleh lebih besar yaitu 0,446 dari pada nilai r tabel yaitu 0,325 atas dasar tarafsignifikan 5%. Dengan demikian maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima.

Kata Kunci : Pola Asuh Orang-Tua, Hasil Belajar Murid

(6)

viii

Segala pujian hanyalah bagi Allah SWT yang telah memberikan curahan kasih sayang, rahmat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Hasil Belajar pada Murid Kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar”

ini dengan cukup baik walaupun dengan keterbatasan pengetahuan, waktu, tenaga dan sebagainya yang dimiliki penulis.

Tak lupa pula penulis panjatkan salawat dan salam atas junjungan nabi Muhammad SAW, Rasul Allah Swt yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang dengan segala da’wahnya yang sarat dengan petunjuk dan nasehat agama.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada program studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan, banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi penulis. Namun berkat rahmat-Nya dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat material maupun nonmaterial, sehingga skripsi ini dapat terwujud seperti yang ada ditangan pembaca saat ini.

(7)

ix

membimbing dan memberikan dukungan baik moril maupun materi sejak kecil sampai sekarang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini serta saudaraku yang terkasih Kakanda Nurul Muslimat S yang selalu menemani baik suka maupun duka.

Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada ; (1) Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, (2) Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar , (3) Sulfasyah, MA., Ph. D., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. (4) Dra. Hj. Maryati Z, M.Si pembimbing I (5) Drs. H. M. Syukur Hak, M.M. pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberi waktu serta ilmu pengetahuan dengan penuh bijaksana sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memberikan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai dengan materi selama penulis menempuh studi di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Dra. Hj. Ahkamah, M.M. Kepala Sekolah SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta Ibunda Nuraini, S.Pd yang selalu

(8)

x

terbaikku Nur Hafidah, S.M., Musdalifah N, S.Psi., Nur Hidayah Yasid, SE., dan kepada teman-teman mahasiswa yang memberikan banyak suka duka selama di kampus.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

WassalamualaikumWr.Wb.

Makassar, Juli 2016

Penulis

(9)

xi

HALAMAN PENGESAHAN...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

SURAT PERTNYATAAN ...iv

SURAT PERJANJIAN ...v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. ManfaatPenelitian...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7

A. KajianPustaka...7

1. Pengertian PolaAsuh Orang-Tua...7

2. Bentuk-Bentuk Pola Asuh Orang-Tua...8

3. Elemen yang Mempengaruhi Pola Asuh Anak ...17

4. Pengertian Belajar ...19

5. Tujuan Belajar ...22

6. Fakto-Faktor Psikologis dalam Belajar ...23

7. Pengertian HasilBelajar ...26

B. KerangkaPikir...29

(10)

xii

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...32

C. PopulasidanSampel ...33

D. DefinisiOperasionalVariabel ...34

E. InstrumenPenelitian...37

F. TeknikPengumpulan Data ...38

G. TeknikAnalisis Data ...39

BAB IV HASIL PENELITIAN ...41

A. Pelaksanaan Penelitian ...41

1. Deskripsi Pola Asuh Orang Tua pada Murid SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar ...41

2. Deskripsi Hasil Belajar pada Murid Kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar ...43

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...51

A. Simpulan ...51

B. Saran...51

DAFTAR PUSTAKA ...53 LAMPIRAN

(11)

xiii

1. Angket Penelitian... 56

2. Hasil Penelitian Angket ... 59

3. Hasil Analisis Korelasi dan Reliabilitas ... 61

4. Hasil Belajar Murid... 70

5. Nilai-Nilai r Product Moment... 74

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tuntutan akan kualitas sumber daya manusia semakin dirasakan sangat penting dan dibutuhkan.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut terutama melalui pendidikan juga tampak belum banyak membuahkan hasil yang optimal.

Pendidikan sebagai sebuah proses pembelajaran merupakan salah satu kebutuhan vital dan strategi dalam menunjang kemajuan suatu bangsa dan negara.

Menurut Pasal 1 ayat 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar murid secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Pemeringkatan internasional menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia yang berdaya saing rendah secara global. Hasil penelitian UNDP pada tahun 2007 tentang HDI (Human Development Index), Indonesia menduduki peringkat ke 107 dari 177 negara yang diteliti, dan dibanding dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian Indonesia pada peringkat yang paling rendah (HD Rekort 2007/2008). Unsur utama dalam penentuan komposit Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) adalah tingkat pengetahuan bangsa atau pendidikan bangsa tersebut. Peringkat Indonesia yang rendah dalam

1

(13)

kualitas SDM memberikan gambaran mutu pendidikan yang tidak menggembirakan(Depdiknas, 2007).

Fenomena rendahnya kualitas SDM Indonesia akan menjadi batu sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persaingan mutu atau kualitas. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam dunia global maka langkah pertama yang harus dilaksanakan adalah menata SDM, baik dari aspek intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moral maupun tanggungjawabnya, di mana penataan tersebut perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan nasional yang berkualitas (Depdiknas, 2007).

Peningkatan mutu pendidikan merupakan isu yang terus-menerus digulirkan pemerintah dan masyarakat. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka berbagai upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah seperti penambahan jumlah buku pelajaran, penyempurnaan kurikulum, pengadaan media, penambahan sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar dan mengajar sekaligus pemantapan proses pembelajaran.

Setiap murid pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan. Namun, dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa murid itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang murid dengan murid lainnya. Para murid seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak

(14)

memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan, sehingga murid mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar menyebabkan murid tidak termotivasi dalam belajarsehingga berdampak pada hasil belajar murid.

Murid-murid SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar sudah mempunyai hasil belajar yang baik, sudah banyak yang disiplin dalam mengikuti pembelajaran, namun masih perlu ditingkatkan karena masih ada yang belum disiplin dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas- tugas yang diberikan.

SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar mengemban visi adalah menciptakan murid yang unggul, berakhlak mulia, beriman dan berbudaya serta berwawasan luas. Sedangkan misi yang diemban adalah: (1) Menyeimbangkan perkembangan intelektual, emosi dan spiritual sehingga terbentuk pribadi yang unggul dan berkualitas; (2) Mengemban pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; (3) Meningkatkan kualitas tenaga kependidikan dan sarana penunjang pendidikan; (4) Menggalakkan kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh murid; (5) Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah, orang tua dan masyarakat.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, maka perlu peran dari tanggung-jawab pendidikan khususnya di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Tanggung-jawab pendidikan dijalankan oleh tiga komponen pendidikan, yakni: orang-tua, sekolah dan masyarakat. Mengingat luasnya lingkup materi, maka peneliti membatasi pada tanggung jawab orang-tua

(15)

atas pendidikan anak.Orang-tua memegang peranan utama dalam keseluruhan tanggungjawab pendidikan anak. Peran kunci dalam meningkatkan hasil belajar anak dipegang orang-tua dalam bentuk pola asuh di lingkungan keluarga.

Orang-tua dan pola asuh memiliki peran yang sangat besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa kelak. Orang-tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola asuh tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orang-tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang-tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang-tua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang-tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya.

Pola asuh orang-tua adalah cara orang-tua mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: faktor budaya, agama, kebiasaan, dan kepercayaan, serta pengaruh kepribadian orang- tua (orang-tua sendiri atau orang yang mengasuhnya).

Menurut Stewart dan Koch (Al.Tridhonanto, 2014:12) terdiri dari tiga kecendrungan pola asuh orang tua yaitu: (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan (3) pola asuh permisif.

(16)

Penerapan ketiga bentuk pola asuh orang-tua tersebut di atas menjadi variabel bebas yang perlu dikaji dan diteliti agar dapat diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar pada murid kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pola Asuh Orang- Tua terhadap Hasil Belajar pada Murid Kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar”.

B. Rumusah Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pokok adalah:

Apakah pola asuh orang-tua berpengaruh terhadap hasil belajar pada murid kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

Mengetahui pengaruh pola asuh orang-tua terhadap hasil belajar pada murid kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(17)

Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia

pendidikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan khususnya bagi orang-tua dalam hal meningkatkan hasil belajar murid denganmemperhatikan pola asuh yang diterapkan orang-tua kepada anaknya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan serta keterampilan khususnya yang berkaitan dengan pola asuh orang-tua .

b. Bagi guru

1) Mendapat pengalaman pada masalah peningkatan hasil belajar murid.

2) Mendapatkan bahan pustaka dengan memperhatikan pola asuh yang diterapkan orang-tua kepada anaknya dalam meningkatkan hasil belajar.

c. Bagi murid

1) Murid menjadi lebih memahami kepribadian yang ada pada dirinya serta berusaha membentuk karakter yang lebih baik.

2) Murid lebih termotivasi mencapai keberhasilannya.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pola Asuh Orang-Tua

Setiap orang-tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang-tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Hurlock (Tridhonanto, 2014:3) bahwa perlakuan orang tua terhadap anak akan memengaruhi sikap anak dan perilakunya.

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pola” berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Jadi, kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.

Pola asuh adalah cara yang digunakan orang-tua dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti.

7

(19)

Pola asuh dalam pandangan Singgih D Gunarsa (Tridhonanto, 2014:4) sebagai gambaran yang dipakai orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga, mendidik) anak. Sedangkan ahli teori lain berpendapat pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa tanggung jawab kepada anak serta pola asuh dapat diartikan pula dengan kedisiplinan. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan kepada anak perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Adapun tujuan kedisiplinan adalah memberitahukan kepada anak sesuatuyang baik dan buruk serta mendorongnya untuk berperilaku dengan standar yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang-tua adalah cara orang-tua memperlakukan anaknya dengan menjaga, merawat, dan mendidik anaknya. Dari cara perlakuan orang-tua akan mencerminkan karakteristik tersendiri yang mempengaruhi pola sikap anak kemudian hari.

2. Bentuk-Bentuk Pola Asuh Orang-Tua

Baumrind (Andyda Meliala, 2012:9), membagi pola asuh orang-tua menjadi empat bagian, yaitu: otoriter, permisif, cuek, dan demokratis.

a. Pola asuh otoriter

Orang-tua yang mempunyai gaya otoriter cenderung memberi dukungan rendah, tetapi mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap anak. Orang-tua seperti ini selalu berusaha mengontrol dan memaksakan kehendaknya pada anak.Mereka memiliki disiplin yang kaku dan biasanya dilakukan tanpa ekspresi kehangatan dan kasih sayang. Standar perilaku pada orang-tua yang otoriter biasanya kaku

(20)

dan cenderung suka mengkritik anak jika tidak patuh.Mereka juga kerap mendikte anak hal yang harus dilakukan, memaksa anak untuk patuh dan tidak memberikan pilihan bagi anak.

Ciri-cirinya adalah orang-tua membatasi anak, berorentasi pada hukuman, mendesak anak untuk mengikuti aturan-aturan tertentu, serta orang-tua sangat jarang dalam memberikan pujian pada anak. Orang-tua seperti ini cenderung memfokuskan pada kesalahan anak atau perilaku yang tidak disetujui orang-tua, bukan pada perilaku anak yang positif. Anak dikritik, dimaki, atau dihukum seringkali dengan cara yang kasar jika anak tidak menurut pada aturan yang dibuatnya.

Pola asuh otoriter akan timbulbanyak kekhawatiran apabila tidakmengikuti kehendak orang-tuanya sehingga anak tidak dapat mengembangkan sikap kreatif serta hubungan orang-tua yang digunakan memungkinkan anak untuk menjaga jarak dengan orang-tuanya. Anak dari keluarga otoriter biasanya tidak belajar untuk berpikir mandiri dan tidak berusaha memahami mengapa orang-tua menuntut perilaku tertentu.

b. Pola Asuh Permisif

Orang-tua yang mempunyai gaya permisif lebih cenderung memberi dukungan tinggi, tetapi mempunyai ekspektasi yang rendah terhadap anak. Orang- tua permisif menyerahkan kontrol sepenuhnya pada anak.Sangat sedikit atau hampir tidak ada aturan yang diterapkan di rumah. Orang-tua tidak menciptakan batasan, disiplin, atau tuntutan bagi perilaku anak dan cenderung menerima anak apa adanya dan tetap hangat pada anak yang nakal sekalipun.

(21)

Ciri-cirinya adalahorang-tua lemah mendisiplinkan anak dan tidak memberi hukuman serta tidak memberikan perhatian dalam melatih kemandirian dan kepercayaan diri. Kadang-kadang anak merasa cemas karena melakukan sesuatu yang salah atau benar. Hasil negatif dari orang-tua permisif adalah anak yang minder, anak yang pintar memanipulasi orang-tua, dan anak tidak punya disiplin.Anak yang dibesarkan dengan pola tersebut juga cenderung kurang bertanggungjawab, agresif, menuruti impuls seksual, egois dan suka menuntut.

c. Pola Asuh Cuek

Orang-tua yang mempunyai gaya cuek cenderung memberi dukungan minimum dan juga mempunyai ekspektasi yang rendah terhadap anak. Orang-tua dengan tipe ini cenderung mengabaikan perasaan anak.Orang-tua menginginkan emosi negatif anak untuk segera berakhir dengan mengalihkan perhatian anak menghentikan emosi anak. Orang-tua cuek tidak berusaha menyelesaikan masalah pada anak dan percaya saja bahwa masalah yang datang akan pergi dengan sendirinya.

Efek dari daya pengasuhan cuek akan menghasilkan anak dengan perasaan yang selalu salah, tidak tepat, dan anak merasa dirinya tidak penting. Anak percaya bahwa tidak keberhasilannya karena salah asuh.Anak-anak tersebut belajar untuk mengabaikan perasaannya dan tidak belajar untuk mengenali dan mengatasi emosinya.

d. Pola Asuh Demokratis

Orang-tua yang mempunyai gaya demokratis memberi dukungan tinggi dan mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap anak. Ekspektasi orang-tua yang

(22)

tinggi terhadap anak dibarengi dengan dukungan yang tinggi pula untuk memastikan pencapaian tujuan. Orang-tua membantu anak untuk belajar bertanggungjawab dan memikirkan konsekuensi dari perbuatannya. Orang-tua melakukan dengan cara menerangkan ekspektasi mereka dengan jelas dan sesuai dengan usia perkembangan anak. Mereka juga mengambil waktu untuk menerangkan alasan tuntutan mereka.

Orang-tua akan memonitor perilaku anak untuk memastikan bahwa anak mengikuti aturan dan harapan orang-tuanya. Orang-tua melakukan semua itu tidak dengan kekerasan, namun dengan penuh kehangatan dan kasih sayang, Orang-tua demokratis memberikan pilihan pada anak dan membimbing perilaku anak dengan mengajar bukan dengan hukuman.Orang-tua demokratis juga tegas, disiplin, dan konsisten dalam menaati aturan yang diterapkan.

Pola asuh demokratis menggunakan pendekatan rasional dan demokratis.

Orang-tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan yang realistis. Orang-tua semata-mata tidak menuruti keinginan anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak mengenai kebutuhan yang penting bagi kehidupannya.

Andyda Meliala (2012:13) mengatakan bahwa hasil yang paling positif bagi anak muncul ketika orang-tua menerapkan gaya demokratis. Anak yang diasuh oleh orang-tua permisif cenderung menjadi agresif, sedangkan anak orang- tua otoriter cenderung penurut dan memiliki harga diri rendah.Sementara anak orang-tua cuek memiliki prestasi rendah dan minder.

(23)

Stewart dan Koch (Al. Tridhonanto, 2014:12) bahwa ada tiga kecenderungan dari pola asuh orang-tua yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis.

a. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting)

Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:

1) Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua

2) Pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak yang sangat ketat 3) Anak hampir tidak pernah memberi pujian

4) Orang-tua yang tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.

Pola asuh otoriter lebih banyak menerapkan pola asuhnya dengan aspek- aspek sebagai berikut:

1. Orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milih orang yang menjadi teman anaknya.

2. Orang tua memberikan kesempatan pada anaknya untuk berdialog, mengeluh dan mengemukakan pendapat. Anak harus menuruti kehendak orang tua tanpa peduli keinginan dan kemampuan anak.

3. Orang tua menemukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun di luar rumah. Aturan tersebut harus ditaati oleh anak walaupun tidak sesuai dengan keinginan anak.

(24)

4. Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk berinisiatif dalam bertindak dan menyelesaikan masalah.

5. Orang tua melarang anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

6. Orang tua menuntut anaknya untuk bertanggungjawab terhadap tindakan yang dilakukannya tetapi tidak menjelaskan kepada anak mengapa anak harus bertanggungjawab.

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter, anak memiliki sifat dan sikap, seperti: (a) mudah tersinggung, (b) penakut, (c) pemurung dan merasa tidak bahagia, (d) mudah terpengaruh, (e) mudah stress, (f) tidak mempunyai arah masa depan yang jelas, dan (g) tidak bersahabat.

b. Pola Asuh Permisif (Permissive Parenting)

Pola asuh permisif yaitu pola asuh orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya.

Pola asuh permisif memiliki ciri sebagai berikut:

1) Orang tua bersikap acceptance tinggi namun kontrolnya rendah, anak diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehandaknya sendiri.

2) Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya.

3) Orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak, bahkan hamper tidak menggunakan hukuman.

(25)

Pola asuh permisif menerapkan pola asuhnya dengan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Orang tua tidak peduli terhadap pertemanan atau persahabatan anaknya.

2. Orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya. Jarang sekali melakukan dialog terlebih untuk mengeluh dan meminta pertimbangan.

3. Orang tua tidak peduli terhadap terhadap pergaulan anaknya dan tidak pernah menentukan norma-norma yang harus diperhatikan dalam bertindak.

4. Orang tua tidak peduli dengan masalah yang dihadapi oleh anaknya.

5. Orang tua tidak peduli terhadap kegiatan kelompok yang diikuti anaknya 6. Orang tua tidak peduli anaknya bertanggungjawab atau tidak atas tindakan

yang dilakukannya.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini membawa pengaruh atas sikap-sifat anak, seperti: (a) bersikap impulsive dan agresif, (b) suka memberontak, (c) kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri, (d) suka mendominasi, (e) tidak jelas arah hidupnya, (f) prestasinya rendah.

c. Pola Asuh Demokratis (Authoritative Parenting)

Pola Asuh Demokratis adalah pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran- pemikiran.

Pola asuh demokratis mempunyai cirri-ciri, yaitu:

1) Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal.

(26)

2) Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

3) Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak.

4) Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.

5) Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

6) Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.

7) Pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Pola asuh demokratis menerapkan pola asuhannya dengan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Orang tua bersikap mengontrol tinggi

2. Orang tua bersikap responsip terhadap kebutuhan anak

3. Orang tua mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan 4. Orang tua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan

yang buruk

5. Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak

6. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan

7. Orang tua menjadikan dirinya sebagai model panutan bagi anak 8. Orang tua hangat dan berupaya membimbing anak

9. Orang tua melibatkan anak dalam membuat keputusan

(27)

10. Orang tua berwenang untuk mengambil keputusan akhir dalam keluarga 11. Orang tua menghargai disiplin anak.

Adapun dampak dari pola asuh ini bisa membentuk perilaku anak seperti:

(a) memiliki rasa percaya diri, (b) bersikap bersahabat, (c) mampu mengendalikan diri (self control), (d) bersikap sopan, (e) mau bekerja sama, (f) memiliki rasa ingin tahunya yang tinggi, (g) mempunyai tujuan atau arah hidup yang jelas, (h) berorientasi terhadap prestasi.

Ini didukung berdasarkan penelitian sebelumnya antara lain:

Amiruddin (2003), dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan kerja guru pada SMK Negeri 5 Makassar, dan variabel yang paling dominan berpengaruh adalah variabel pola asuh demokratis.

Syamsiah (2008), dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang-tua, dan kebiasaan belajar berpengaruh signifikan dan positif terhadap motivasi belajar siswa pada SMA Negeri I Tinangukung Kabupaten Banggai Kepulauan, dan variabel pola asuh orang-tua yang berpengaruh dominan.

Arika (2008), dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif yang sangat signitikan antara pola asuh demokratis dengan kemandirian pada remaja.

Berdasarkan uraian diatas bahwa pola asuh merupakan suatu cara bagaimana orang-tua membentuk kepribadian anak sesuai keinginan orang tua.

(28)

Sebagai penerimaan sistem pola asuh yang berlaku biasanya anak akan mencerminkan sikap dan perilaku serta pola pikir dari orang-tuanya. Jadi, penerapan suatu jenis pola asuh pada anak, maka tentu orang-tua dan anak harus siap menerima hasil dari penerapan tersebut.

Penerapan dari jenis pola asuh orang-tua sangat mempengaruhi hasil belajar anak, berdasarkan hasil belajar anak dapat menentukan prestasi. Oleh karena itu, ketiga jenis pola asuh orang-tua, yakni: pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis menjadi variabel bebas yang perlu dikaji dan diteliti agar dapat diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar murid.

3. Elemen Yang Mempengaruhi Pola Asuh Anak

Beberapa elemen yang dapat mempengaruhi pola asuh anak dengan baik:

1) Usia orang tua

Tujuan dari Undang-Undang Perkawinan sebagai salah satu upaya di dalam setiap pasangan dimungkinkan untuk siap secara fisik maupun psikososial untuk membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua. Walaupun demikian, rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Bila terlalu muda atau terlalu tua, maka tidak akan dapat menjalankan peran-peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.

2) Keterlibatan orang tua

Pendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi yang baru lahir, sama pentingnya dengan hubungan antara ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, suami

(29)

diperbolehkan untuk menggendong langsung setelah ibunya mendekap dan menyusuinya. Dengan demikian, kedekatan hubungan antara ibu dan anaknya sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut.

3) Pendidikan orang tua

Bagaimanapun pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan. Agar menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan yaitu dengan terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat, memperhatikan keamanan dan melaksanakan praktik pencegahan kecelakaan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan anak.

4) Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

Hasil penelitian membuktikan bahwa orang tua yang telah memiliki pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih tenang. Dalam hal lain, mereka akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.

5) Stress orang tua

Stress yang dialami oleh ayah atau ibu atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan peran sebagai pengasuh, terutama dalam kaitannya dengan strategi menghadapi masalah yang dimiliki dalam

(30)

menghadapi permasalahan anak. Walaupun demikian, kondisi anak juga dapat menyebabkan stress pada orang tua, misalnya anak dengan temperamen yang sulit atau anak dengan masalah keterbelakangan mental.

Stress adalah istilah yang muncul bersamaan kehidupan masyarakat saat ini.orang tua mengatasi stress dengan cara yang berbeda-beda. Orang tua yang mengalami stress, akan mencari kenyamanan atas kegelisahan jiwanya dengan cara berbicara kepada anak.

6) Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri akan berpengaruh atas kemampuan mereka dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia karena satu sama lain dapat saling member dukungan dan menghadapi segala masalah dengan strategi yang positif.

4. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang dan dilandasi dengan adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik. Perubahan yang ingin dicapai melalui belajar pada dasarnya adalah perubahan yang diperlihatkan oleh individu dalam bentuk tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya dengan melalui suatu yang mengarah kepada tujuan.

Perubahan yang dimaksudkan dapat berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, pemahaman dan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.

Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang belajar terutama

(31)

belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar didefinisikan oleh banyak ahli dengan rumusan yang berbeda, namun pada hakekatnya prinsip dan tujuannya sama. Pengertian belajar menurut Najib Sulhan (Erwin Widiasworo, 2015:18) bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dalam perubahan kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).

Menurut Sardiman (2014: 20-21) dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap atau permanen, yang diperoleh dari pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut tidak hanya bertambahnya ilmu pengetahuan, namun juga berwujud keterampilan, kemampuan, sikap, tingkah laku, minat, kepribadian dan lain-lain.

Sehubungan dengan pernyataan diatas, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar, antara lain:

a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.

b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para murid.

c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi.

(32)

d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan pembiasaan.

e. Kemampuan belajar seorang murid harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

f. Belajar dapat melakukan tiga cara, yaitu:

1) Diajar secara langsung;

2) Kontrol, kontak,penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar berbicara, sopan santun, dan lain-lain);

3) Pengenalan dan peniruan.

g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

i. Bahan pelajaran yang bermakna/ berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan murid, banyak membantu kelancarandan gairah belajar.

k. Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

(33)

5. Tujuan Belajar

Ahli-ahli teori berpendapat bahwa secara umum tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajaran lebih menonjol.

2. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan.

Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru.

3. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

(34)

6. Faktor-Faktor Psikologis dalam Belajar

Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku murid, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor psikologis dalam belajar itu adalah sebagai berikut:

a. Perhatian

Pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.

b. Pengamatan

Cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indra. Jadi dalam belajar itu unsur keseluruhan jiwa dengan segala panca indranyaharus bekerja untuk mengenal pelajaran tersebut.

c. Tanggapan

Gambaran atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar setiap murid.

d. Fantasi

Sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realitas. Dengan fantasi ini, maka dengan belajar akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena dididik untuk memahami diri atau pihak lain.

(35)

e. Ingatan

Secara teoritis ingatan akan berfungsi: (1) mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar; (2) menyimpan kesan; (3) memproduksi kesan. Oleh karena itu, ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari keluapan lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.

f. Berfikir

Aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.

g. Bakat

Salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.

h. Motivasi

Arden N.Frandsen (Sardiman, 2014: 46) menyatakan ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

2) Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk selalu maju;

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang-tua, guru dan teman-temannya;

4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi;

5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;

6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar

Menurut Maslow (Sardiman, 2014: 47) dorongan-dorongan untuk belajar itu adalah:

(36)

1. Adanya kebutuhan fisik;

2. Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari ketakutan;

3. Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain;

4. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat;

5. Sesuai dengan sifat seseorang untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri.

Adapun menurut Erwin Widiasworo (2015) hal-hal yang dapat mematikan motivasi belajar murid antara lain sebagai berikut:

a. Kehilangan harga diri b. Ketidak nyamanan fisik c. Frustasi

d. Teguran yang tidak dimengerti e. Menguji yang belum diajarkan f. Anggapan materi terlalu sulit/mudah g. Persaingan yang tidak sehat

h. Pembelajaran yang membosankan

i. Guru tidak antusias dalam menyajikan pembelajaran j. Tidak mendapat umpan balik

k. Keharusan belajar dengan kecepatan yang sama

l. Berada pada satu kelompok dengan semua anggotanya mempunyai kemampuan rendah

m. Terkekang dengan situasi dan kondisi yang selalu dipaksakan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka ada beberapa persoalan yang biasa dihadapi dalam proses belajar, antara lain: tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran yang diperlukan, metode dan alat yang digunakan, dan prosedur yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi. Selain itu, perlu memahami dengan segenap aspek pribadi murid, seperti:latar belakang keluarga, terutama kebiasaan dan motivasi, kecerdasan dan bakat.

(37)

7. Pengertian Hasil Belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh murid dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah.

Untuk mengetahui perkembangan sampai dimana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Evaluasi dalam konteks ini dimaknai sebagai penilaian program, proses, dan hasil pembelajaran.

Jika evaluasi ditinjau dari proses pembelajaran yang merupakan kegiatan bertahap dan berkesinambungan, maka evaluasi merupakan titik puncak dari proses kegiatan keseluruhan. Akan tetapi, bukan berarti pelaksanaan evaluasi hanya dilakukan pada akhir proses tersebut.

Evaluasi bisa dilakukan terus-menerus untuk mengecek keberlangsungan proses pembelajaran, khususnya terkait dengan pemahaman murid. Sementara itu, sebagai titik puncak, evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran.

Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Berikut di kemukakan definisi hasil belajar menurut para ahli:

1. Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh murid menjadi

(38)

acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

2. Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh murid setelah dilakukan aktifitas belajar.

3. Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukut bentuk, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

4. Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar murid secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai murid perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar murid yang mengacu pada pengalaman langsung.

5. Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

6. Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki murid setelah menerima pengalaman belajar.

7. Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

(39)

8. Hamalik (Asep J dan Abdul H, 2013:15) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap- sikap, serta apersepsi dan abilitas.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah merupakan istilah suatu keberhasilan murid selama dan setelah proses belajar yang diukur melalui suatu alat tertentu. Dalam hal ini alat tersebut adalah berupa tes, baik tes tertulis maupun tes lisan.

Sehingga dalam tulisan ini, hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid setelah melalui proses belajar mengajar yang diukur dengan menggunakan alat ukur keberhasilan belajar yang disebut dengan tes hasil belajar.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai murid, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki murid. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan murid dalam proses pembelajaran.

Semakain baik proses pembelajaran dan keaktifan murid dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh murid akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

(40)

B. Kerangka Pikir

Tanggung-jawab pendidikan dijalankan oleh tiga komponen utama pendidikan, yakni: orang-tua, sekolah dan masyarakat. Salah satu komponen yang memegang peranan utama dalam keseluruhan tanggung jawab pendidikan anak adalah orang-tua. Oleh karena itu, orang-tua memegang peranan kunci dalam meningkatkan hasil belajar anak dalam bentuk pola asuh orang-tua di lingkungan keluarga.

Orang-tua dan pola asuh memiliki peran yang sangat besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian anak setelah dewasa kelak. Orang-tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.

Pola asuh orang-tua adalah cara orang-tua mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: faktor budaya, agama, kebiasaan, dan kepercayaan, serta pengaruh kepribadian orang- tua (orang-tua sendiri atau orang yang mengasuhnya).

Stewart dan Koch (Al. Tridhonanto, 2014:12) bahwa ada tiga kecenderungan dari pola asuh orang-tua, yaitu:

“(1) Pola asuh otoriter yaitu pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman- ancaman; (2) Pola asuh permisif yaitu pola asuh orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya; (3) Pola asuh demokratis yaitu pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk

(41)

kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran-pemikiran”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka skema kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Pengamatan Murid Kelas V Pembelajaran Murid Kelas V

SD Inpres Andi Tonro Kec.

Tamalate Kota Makassar

Pola Asuh Orang-Tua

Hasil Belajar Murid

Temuan

Pengaruh Pola Asuh Orang-Tua Terhadap Hasil Belajar Pada

Murid

(42)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis, yaitu:

: Ada pengaruh pola asuh orang-tua terhadap hasil belajar pada murid kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

 Ho : Tidak ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil belajar pada murid kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian ex-postfacto.Kerlinger (1986) dalam Sukardi (2003:165) mengemukakan bahwa penelitian ex-postfacto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini, keterikatan antarvariabel bebas dengan variabel bebas, maupun antarvariabel bebas dengan variabel terikat, sudah terjadi secara alami, dan peneliti dengan setting tersebut ingin melacak kembali jika dimungkinkan apa yang menjadi

faktor penyebabnya, yakni:

Pola asuh orang-tua terhadap anak, yang mempengaruhi hasil belajar pada murid.

Dengan demikian penelitian ini menjelaskan pengaruh pola asuh orang- tua terhadap hasil belajar murid.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Makassar tepatnya pada SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar, pemilihan lokasi ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu:

a. Perlunya ditingkatkan hasil belajar pada murid kelas V

32

(44)

b. Penulis lebih mudah dalam pengumpulan data penelitian, dalam melakukan observasi dan pembagian angket.

C. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan murid di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar tahun ajaran 2016/2017. Adapun Jumlah keseluruhan murid SD Inpres Andi Tonro yaitu 443 murid.

No. Kelas

Rombel

Jumlah

A B

1. I 33 31 64

2. II 40 37 77

3. III 40 41 81

4. IV 38 37 75

5. V 37 37 74

6. VI 36 36 72

Jumlah 224 219 443

2) Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan

(45)

metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2004), purposive sampling adalah pemilihan sampel bersifat tidak acak, karena sampel dipilih berdasar pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu orang tua murid kelas VB SD Inpres Andi Tonro. Purposive sampling dalam penelitian ini yaitu, sebanyak 37 orang dengan pertimbangan mereka mampu memberikan penilaian secara umum dan objektif terhadap pola asuh orang-tua terhadap hasil belajar anaknya pada SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Jadi, sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau secara sengaja karena dianggap mampu mewakili populasi yang ada ditentukan sebanyak 37 orang responden.

Kelas Jenis Kelamin Anak

Jumlah

L P

VB 20 17 37

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai, dan variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan tingkatannya.

Untuk menyamakan persepsi dalam penelitian ini, maka ditetapkan definisi operasional dengan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Variabel terikat (Y):

Hasil belajar adalah istilah suatu keberhasilan murid selama dan setelah proses belajar yang diukur melalui suatu alat tertentu meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Untuk mengukur variabel Y menggunakan alat bantu

(46)

berupa tes, baik tes tertulis maupun tes lisan pada murid kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar tahun ajaran 2016/2017.

2. Variabel bebas (X):

Pola asuh adalah cara yang digunakan orang-tua dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti. Kecendrungan pola asuh orang tua terdiri dari tiga, yaitu:

a. Pola asuh otoriter adalah cara mendidik anak dengan peraturan-peraturan yang ketat dan harus dipatuhi anak dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Jika anak tidak menurut pada aturan yang dibuat orang tua akan menghukumnya.

2. Orang tua melarang anak berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

3. Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua.

4. Anak harus bergaul dan memilih-milih orang yang menjadi teman atas aturan orang tua.

5. Orang tua sangat jarang dalam memberikan pujian.

6. Orang tua membatasi yang akan dilakukan

7. Orang tua mendesak anak untuk mengikuti aturan-aturan.

8. Orang tua memberikan hukuman apabila berbuat kesalahan tanpa menanyakan penyebabnya.

(47)

b. Pola asuh permisif adalah cara mendidik anak dengan memberikan kebebasan kepada anak tanpa pengawasannya dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Kurang memperhatikan kedisiplinannya.

2. Orang tua tidak memberikan hukuman apabila berbuat salah 3. Orang tua tidak memberikan perhatian mengerjakan tugas anak.

4. Orang tua tidak melatih kemandirian anak

5. Orang tua memberikan kepercayaan diri pada anak.

6. Orang tua membebaskan anak untuk menyatakan dorongan atau keinginan

7. Anak bisa bergaul dan bersahabat dengan teman tanpa sepengetahuan orang tua

8. Orang tua tidak menentukan aturan atau norma-norma terhadap pergaulan anak

c. Pola asuh demokratis adalah cara mendidik orang tua terhadap anak ditandai dengan adanya perhatian, memberikankebebasan yang bertanggung jawab, musyawarah, adanya komunikasi dua arah,dan saling menghormati antar anggota keluarga dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Orang tua menghargai pendapat anak.

2. Orang tua mendorong untuk mengerjakan pekerjaan dan tugas sendiri.

3. Orang tua berwenang untuk mengambil keputusan akhir.

(48)

4. Dapat penjelasan dari orang tua tentang dampak perbuatan yang baik dan yang buruk.

5. Turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga 6. Orang tua bersikap akrab pada anak

7. Orang tua senantiasa membuka diri untuk mendengarkan pendapat anak

8. Orang tua member pujian pada anak apabila berbuat baik atau benar

Untuk mengukur variabel X ini, penulis menggunakan instrumen kuesioner yang disebarkan kepada orang tua murid yang dijadikan sampel penelitian. Instrumen kuesioner terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu:

Kriteria Pola Asuh

No Nilai Kriteria

1 5 Selalu (Sl)

2 4 Sering Sekali (SS)

3 3 Sering (Sr)

4 2 Pernah (P)

5 1 Tidak Pernah (TP)

E. Intrumen Penelitian

1. Pedoman Kuesioner, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data melalui beberapa pertanyaan yang berhubungan erat dengan pola asuh orang-tua terhadap anak, yang mempengaruhi hasil belajar pada murid.

(49)

2. Pedoman Observasi, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti ketika mengumpulkan data melalui observasi (pengamatan) dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner (Questioner)

Kuesioner adalah salah satu media untuk mengumpulkan data dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial. Kuesioner ini juga sering disebut sebagai angket di mana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah peneliti yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.

Penelitian melakukan pengumpulan data melalui angket sebanyak kurang lebih 37 orang, mengenai pola asuh orang tua murid untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Observasi (Observation)

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara mengamati langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi.

Observasi sebagai alat pengumpul data hasil belajar murid ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi buatan.

(50)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip angket, catatan lapangan dan bahan-bahan yang lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan agar dapat dipresentasikan semua pada orang lain. “Analisa data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.” Analisis diamati dengan mempelajari seluruh data dari berbagai sumber setelah itu mengadakan reduksi data dengan membuat rangkuman inti, langkah selanjutnya menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan dalam satu kelompok yang sama, kemudian pemeriksaan keabsahan data dan tahap yang terakhir disimpulkan. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang menggambarkan data-data. Yaitu penggambaran dengan kata-kata keadaan dengan agar mudah dipahami dan untuk penarikan suatu kesimpulan

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument.Suatu instrumentyang sahih atau valid mempunyai validitas tinggi.Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Ujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagaimana dikemukakan Arikunto (2006: 213) sebagai berikut:

(51)

Dimana:

r = nilai koefisien x = butir x

y = butir y

∑ x = jumlah skor butir x

∑ y = jumlah skor butir y

∑ x = jumlah kuadrat butir x

∑ y = jumlah kuadrat butir y n = responden uji coba

untuk menentukan valid atau tidaknya suatu butir pernyataan digunakan tabel interprestasi nilai r dengan N= 37 pada taraf kepercayaan 95% yaitu r tabel sebesar 0,325. Kriterianya adalah apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka butiran pernyataan dikatakan valid.

rxy= (∑ )(∑ )

{ ∑ ∑ ( ∑ ∑ )}

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi PolaAsuh Orang pada Murid Kelas VSD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Pada bagian proses pelaksanaan penelitian akan membahas mengenai keadaan kelas sampel yang akan diteliti yaitu kelas VB dengan menggunakan angket berdasarkan indikator pola asuh orang tua berjumlah 24 item pertanyaan ataupun pernyataan. Tujuan dari pengunaan angket berdasarkan indikator tersebut sebagai salah satu strategi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar murid. Proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan terhadap satu kelas yang menjadi sampel dengan mengedarkan angket tersebut. Selain itu, diawal pertemuan peneliti memberikan informasi mengenai tujuan dari pelaksanaan pembelajaran sebelum membagikan angket dan menyampaikan bahwa proses pengisianangketuntuk orang tua yang diberikan pada tanggal 18 juli 2016 dan pengembaliannya pada tanggal 19 juli 2016, diharapkan mampu menyelesaikan pengisian angket dengan benar yaitu orang tuamurid memilih satu option saja dari lima option yang telah disediakan oleh peniliti dalam angket serta menyampaikan bahwa hasil dari angket berindikator pola asuh orang tua terhadap hasil belajar anaknya.

Setelah angket itu diisi selanjutnya peneliti mentabulasi dari angket tersebut sesuai dengan isinya. Hasil angket ditabulasikan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

41

(53)

Tabel 1. Hasil Angket Pola Asuh Orang Tua

Sampel

Aspek Penilaian Pertanyaan Selalu

(Sl)

Sering Sekali (SS)

Sering (Sr)

Pernah (P)

Tidak Pernah

(TP)

Skor (X)

001 10 4 2 3 5 83

002 8 7 3 1 5 84

003 8 7 3 1 5 84

004 6 7 3 5 2 79

005 8 7 3 1 5 84

006 8 5 1 5 4 82

007 8 7 3 1 5 84

008 7 5 5 3 4 80

009 10 4 2 3 5 83

010 8 7 3 1 5 84

011 3 10 5 2 4 78

012 6 7 3 5 2 79

013 7 5 5 3 4 80

014 7 6 3 5 3 81

015 3 7 6 4 3 75

016 6 7 3 5 2 79

017 3 7 6 4 3 75

018 8 7 3 1 5 84

019 8 7 3 1 5 84

020 10 4 2 3 5 83

021 8 7 3 1 5 84

022 8 7 3 1 5 84

023 6 7 3 5 2 79

024 3 7 6 4 3 75

025 3 7 6 3 5 72

(54)

026 3 7 6 4 3 75

027 3 7 6 3 5 72

028 3 7 6 4 3 75

029 3 7 6 3 5 72

030 2 7 8 4 3 73

031 3 7 6 3 5 72

032 3 7 6 4 3 75

033 2 8 7 5 2 75

034 8 5 1 5 4 82

035 8 5 1 5 4 82

036 8 5 1 5 4 82

037 8 5 1 5 4 82

∑= 224 ∑= 239 ∑= 143 ∑= 121 ∑=146 ∑X= 2936 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa variable pola asuh orang tua terhadap hasil belajar pada murid kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

2. Deskripsi Hasil Belajar pada Murid Kelas VSD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat yaituhasil belajar. Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang menyatakan sejauh mana tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh murid melalui pengalaman yang telah diberikan oleh guru.

Proses pelaksanaan terhadap hasil belajar ini dilakukan dengan menggunakan tes tertulis pada setiap mata pelajaran yang dilaksanakan pada tanggal 20 juli 2016 sampai 23 juli 2016 oleh guru kelas VB kepada murid.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 37 murid yang telah dilakukan di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar yang diperoleh

(55)

dengan teknik observasi yang berupa tes tertulis. Berikut skor hasil belajar murid kelas V yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Skor Hasil Belajar pada Murid Kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar

N A M A S K O R

(Y) 1.Ahmad Tri Faldi

8.5 2. Algowie Syahputra

8.5 3. Andi Muh. Asrul

8.6 4.Ariel Saputra

8.1 5.Arifin

8.9 6.Arman

8.3 7.A. Haris

8.6 8.Baso Saenal

7.9 9.Chairul Anwar

8.3 10.Dimas

8.5 11.Erlang Agung Tri

7.7 12.Faisal

7.8 13.Haikal Anugrah

7.9 14.I Gustin Ngurah P

8 15.Muhammad Agung

7.9 16.Muh. Akbar Aditya

7.7 17.Muh. Riswandi

7.1 18.Muh. Sultan Rafli

7.4 19.Nabil

7.7 20.Syahril Radiansyah

7.7 21.Asrianti

7.1 22.Aulia Ramadani

7 23.Fadilah Irwan

7.8

(56)

24.Fitrah

7 25.Fitri Asriani

7.2 26.Kartika Sari

7.8 27.Mawar

7 28.Mirnawati

7.7 29.Noni Amelia

7 30.Nur Aisyah

7.4 31.Nur Angraeni

7.1 32.Nurbianti

7.6 33.Nurul Fadillah

7.6 34.Putri Nabila

7 35.Selvi

7.1 36.Siti Adya Salsa

7 37.Shafa Aliyah Sita

7.1

J U M LA H ∑Y = 284,6

Sumber Data: Dokumen SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2016/2017

Untuk menghitung korelasi dengan product moment dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual dan di bantu dengan program SPSS 22.0 for Windows. Adapun dengan cara manual, peneliti membuat tabel-tabel penolong

untuk memudahkan dalam menghitung nilai rhitungyang telah diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan nilai rtabel product moment. Apabila rhitung yang diperoleh lebih besar atau sama dengan rtabel maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan atau pengaruh yang positif. Begitu pula sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka tidak terdapat hubungan atau pengaruh positif.

Berdasarkan hasil penelitian maka selanjutnya hasil tersebut dimasukkan ke dalam korelasi product moment dengan rumus angka kasar berikut ini :

(57)

Tabel 3. Analisis Korelasi Variabel X dan Y Indeks Korelasi

Antara Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Hasil Belajar pada Murid Kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Subjek X Y X2 Y2 XY

1 2 3 4 5 6

1 83 8.5 6889 72.25 705.5

2 84 8.5 7056 72.25 714

3 84 8.6 7056 73.96 722.4

4 79 8.1 6241 65.61 639.9

5 84 8.9 7056 79.21 747.6

6 82 8.3 6724 68.89 680.6

7 84 8.6 7056 73.96 722.4

8 80 7.9 6400 62.41 632

9 83 8.3 6889 68.89 688.9

10 84 8.5 7056 72.25 714

11 78 7.7 6084 59.29 600.6

12 79 7.8 6241 60.84 616.2

13 80 7.9 6400 62.41 632

14 81 8 6561 64 648

15 75 7.9 5625 62.41 592.5

16 79 7.7 6241 59.29 608.3

17 75 7.1 5625 50.41 532.5

18 84 7.4 7056 54.76 621.6

19 84 7.7 7056 59.29 646.8

20 83 7.7 6889 59.29 639.1

21 84 7.1 7056 50.41 596.4

(58)

22 84 7 7056 49 588

23 79 7.8 6241 60.84 616.2

24 75 7 5625 49 525

25 72 7.2 5184 51.84 518.4

26 75 7.8 5625 60.84 585

27 72 7 5184 49 504

28 75 7.7 5625 59.29 577.5

29 72 7 5184 49 504

30 73 7.4 5329 54.76 540.2

31 72 7.1 5184 50.41 511.2

32 75 7.6 5625 57.76 570

33 75 7.6 5625 57.76 570

34 82 7 6724 49 574

35 82 7.1 6724 50.41 582.2

36 82 7 6724 49 574

37 82 7.1 6724 50.41 582.2

∑N=037 ∑X= 2936 ∑Y=284.6 ∑ X2= 233640 ∑Y2= 2200.4 ∑XY = 22623.2 Diketahui :

∑X = 2936

∑Y = 284.6

∑X2 = 233640

∑Y2 = 2200.4

∑XY = 22623.2

∑N = 37

Hasil perhitungan di atas selanjutnya dimasukan ke dalam rumus sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Pola asuh orang tua terutama jika anak tidak menurut pada aturan yang dibuat, orang tua akan menghukum anak, tidak ada responden yang menjawab selalu, dan tidak ada

Pola asuh menurut Baumrind (dalam Yusuf 2008) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: “pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh

Hasil penelitian penulis mengenai pola asuh yang diberikan oleh orang tua tunggal yaitu pola asuh otoriter dalam pengawasan diri anak dan hubungan dengan lawan jenis, pola

Pola asuh demokratis merupakan salah satu bentuk perlakuan yang dapat diterapkan orang tua dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan

Tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi pola asuh anak dari data hasil penelitian yang diperoleh orang tua yang cenderung menggunakan gaya pengasuhan otoriter

Bagi orang tua yang selama ini menerapkan pola asuh otoriter perlu memperbaiki pola asuh yang diterapkannya, sebab pola asuh otoriter memberikan dampak yang

single parent dalam perkembangan kepribadian anak di Desa Jetis Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung yaitu: 1) Pola asuh otoriter terjadi pada orang tua

Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua Variabel Sub Variabel Indikator Pola Asuh Authoritarian Menetapkan peraturan yang kaku dan memaksa Menghukum perilaku anak yang buruk