• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH APLIKASI KOMBINASI BAHAN ORGANIK TERHADAP KETERSEDIAAN DAN SERAPAN HARA P TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DI TANAH SAWAH ASAL SERDANG BEDAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH APLIKASI KOMBINASI BAHAN ORGANIK TERHADAP KETERSEDIAAN DAN SERAPAN HARA P TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DI TANAH SAWAH ASAL SERDANG BEDAGAI"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ACIP SATRIA NAPITUPULU NIM : 130301189

MINAT ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(2)

SKRIPSI

Oleh:

ACIP SATRIA NAPITUPULU NIM : 130301189

MINAT ILMU TANAH

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agronomi (S.Agr) Pada Fakultas Pertanian USU Medan.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

(Oryza sativa L.) Pada Tanah Sawah Asal Serdang Bedagai Nama : Acip Satria Napitupulu

Nim : 130301189 Program Studi : Agroteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP) (Ir. M.M.B. Damanik, MSc.) Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Sarifuddin, MP

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(4)

bahan organik, untuk mengetahui perbedaan efek antara kompos jerami dan jerami cacah, untuk mengetahui perbedaan efek dari kombinasi kompos jerami dengan berbagai pupuk kandang, dan untuk mengetahui perbedaan efek dari kombinasi jerami cacah dengan berbagai pupuk kandang terhadap ketersediaan P dan serapan P tanaman padi di tanah sawah asal serdang bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2016. Tanah yang digunakan diambil dari Desa Lubuk Dendang, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai yang memiliki kadar P total tinggi dan C organik tanah yang rendah. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 7 perlakuan, yaitu : A (Kontrol), B (Kompos Jerami + Kotoran Ayam, 50g + 50g/pot), C (Kompos Jerami + Kotoran Kambin, 50g + 50g/pot), D (Kompos Jerami + Kotoran Sapi, 50g + 50g/pot), E (Jerami Cacah + Kotoran Ayam, 50g + 50g/pot), F (Jerami Cacah + Kotoran Kambing, 50g + 50g/pot), G (Jerami Cacah + Kotoran Sapi, 50g + 50g/pot). Data dianalisis dengan sidik ragam dan uji lanjut Kontras Ortogonal.

Hasil penelitian menunjukkan aplikasi kombinasi bahan organik berpengaruh nyata terhadap ketersediaan P, P tanah (HCl 25%), dan jumlah anakan namun tidak berpengaruh nyata terhadap C-Organik, tinggi tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akarm ladar P tanaman, dan serapan P tanaman.

Aplikasi kompos jerami dan jerami cacah memiliki potensi yang sama dalam meningkatkan ketersediaan P, P tanah (HCl 25%), dan jumlah anakan.

Penambahan kotoran kambing pada kompos jerami dan penambahan kotoran ayam pada jerami cacah, nyata meningkatkan ketersediaan P, P tanah (HCl 25%), dan jumlah anakan.

Kata Kunci : Bahan organik, P tersedia, serapan P, tanah sawah

(5)

know difference effect of straw compost and hay cuts, to know difference effect by adding many manure for straw compost, and to know differenc effect by adding many manure for hay cuts on available P and P uptake of rice in the paddy soil origin of Serdang Bedagai. The research was conducted on the greenhouse, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. The soil which used from the paddy soil in Lubuk Dendang, Perbaungan, Serdang Bedagai which has the high total P. The experiment was carried out using completely randomized design with 7 treatment: A (control), B (straw compost + chicken manure, 50g+50g/pot), C (straw compost + goat droppings 50g+50g/pot), D (straw compost + cow dung 50g+50g/pot), E (hay cuts + chicken manure, 50g+50g/pot), F (hay cuts goat droppings 50g+50g/pot), G (hay cuts + cow dung 50g+50g/pot). The Analysis of data used the analysis of variance and contrast orthogonal test.

Experimental results showed that a combination of orgacnic matter has significant effect on levels available P, P total (HCl 25%), and tillers but not significant effect on C-organic soil, plant height, plant dry weight, root dry weight, levels P plant, and P uptake. Straw compost has same potential with hay cuts to increase levels on available P, P total (HCl 25%), and tillers. Levels on available P, P total (HCl 25%), and tillers increase by adding goat droppings to a straw compost and adding a chicken manure to a hay cuts.

Keywords : Organic matter, available P, P uptake, paddy soil

(6)

Pematangsiantar. Putra dari Ayahanda Toga Napitupulu (+) dan Ibunda Rosmawaty Hutauruk (+). Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara.

Adapun pendidikan yang ditempuh penulis adalah :

1. Pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta GKPS 2 Pematangsiantar, lulus tahun 2007.

2. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Pematangsiantar, lulus tahun 2010.

3. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Pematangsiantar, lulus tahun 2013.

4. Diterima di Universitas Sumatera Utara, Medan tahun 2013 di Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi melalui jalur SBMPTN tertulis.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa organisasi dan tercatat sebagai koordinator kerohanian agama kristen protestan HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi) Fakultas Pertanian USU tahun 2016-2017, anggota GAMADIKSI (Gabungan Mahasiswa Bidikmisi) USU tahun 2013-2017.

Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Anglo Eastern Plantation Kebun Hijau Pryan Perdana, Sungai Berombang pada bulan Juli – Agustus 2016. Penulis mulai melaksanakan penelitian pada bulan Maret 2017 dan menyelesaikannya pada bulan Juli 2017.

(7)

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Aplikasi Kombinasi Bahan Organik Terhadap Ketersediaan dan Serapan hara P Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Tanah Sawah Asal Serdang Bedagai” yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. MMB Damanik, MSc., selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga sangat berterima kasih kepada kakanda dan abangda penulis yang telah banyak berdoa, berkorban, serta memberi dukungan penuh baik secara materi maupun psikis sehingga penulis selalu dalam kondisi sehat dan baik selama waktu penelitian untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2017

Penulis

(8)

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis ... 4

Kegunaan Penulisan ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Hitam ... 6

Sifat Kimia Tanah Sawah ... 7

Fosfor ... 8

Bahan Organik ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode penelitian ... 14

Model Linear... 15

PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Media Tanam ... 16

Analisis Tanah Awal ... 16

Persiapan Bahan Organik ... 16

Persiapan Bibit ... 16

Aplikasi Bahan Organik ... 17

Penanaman ... 17

Pemeliharaan ... 17

Pemanenan ... 17

Parameter Pengamatan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 28

(9)

Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA ... 34

(10)

1. Komposisi Berbagai Jenis Beras ... 7 2. Kandungan unsur hara berbagai pupuk kandang ... 13 3. C-Organik Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik .. 19 4. P-Tersedia Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik . 20 5. Uji Kontras P Tersedia Tanah ... 20 6. P (HCl 25%) pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik ... 21 7. Uji Kotras P (HCl 25%) ... 22 8. Tinggi Tanaman pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik ... 22 9. Jumlah Anakan pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik ... 23 10. Uji Kontras Jumlah Anakan 4 MST ... 23 11. Uji Kontras Jumlah Anakan 8 MST ... 24 12. Bobot Kering Tajuk pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan

Organik... 25 13. Bobot Kering akar pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan

Organik... 26 14. Kadar P Tanaman pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik .. 26 15. Serapan P Tanaman pada Berbagai Perlakuan Biochar ... 27

(11)

1. Bagan Percobaan ... 37 2. Data Analisis Tanah Awal ... 37 3. Data Analisis Bahan Organik ... 38 4. C-Organik Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik .. 39 5. Daftar sidik analisis ragam C-organik ... 39 6. P tersedia Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik .... 40 7. Daftar sidik analisis ragam P tersedia Metode Ortogonal kontras ... 40 8. P HCl 25% Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik . 41 9. Daftar sidik analisis ragam P HCl 25% Metode Ortogonal kontras ... 41 10. Tinggi Tanaman 4 MST pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan

Organik... 42 11. Daftar sidik analisis ragam Tinggi Tanaman 4 MST... 42 12. Tinggi Tanaman 8 MST pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan

Organik... 43 13. Daftar sidik analisis ragam Tinggi Tanaman 8 MST... 43 14. Jumlah Anakan 4 MST pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan

Organik ... 44 15. Daftar sidik analisis ragam Tinggi Tanaman 4 MST... 44 16. Jumlah Anakan 8 MST pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan

Organik... 45 17. Daftar sidik analisis ragam Tinggi Tanaman 8 MST... 45 18. Bobot Kering Tajuk pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan

Organik... 46 19. Daftar sidik analisis ragam bobot kering tajuk ... 46

(12)

21. Daftar sidik analisis ragam bobot kering akar ... 47

22. Kadar P Tanaman pada Berbagai Perlakuan Biochar ... 48

23. Daftar sidik analisis Kadar P Tanaman ... 48

24. Serapan P Tanaman pada Berbagai Perlakuan Biochar ... 49

25. Daftar sidik analisis Serapan P Tanaman ... 49

26. Kriteria Kadar Hara Tanaman Padi ... 49

27. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah ... 50

28. Foto Akhir Pertumbuhan Vegetatif Tanaman ... 51

(13)

Beras merupakan sumber bahan pangan fungsional yang mengandung komponen sebagai pembentuk fungsi fisiologis yang bermanfaat bagi kesehatan.

Beras organik dihasilkan dari padi yang ditanam menggunakan pupuk organik dengan mendaur ulang hara dari limbah tanaman, ternak dan atau limbah lain yang mampu memperbaiki kualitas kesuburan dan struktur tanah. Sistem pertanian organik menjadi salah satu alternatif solusi untuk membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan pupuk dan pestisida sintetik.

Indonesia memiliki banyak varietas beras, salah satunya adalah beras hitam. Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa beras hitam merupakan sumber makanan sehat dan sebagai alternatif terapi atau obat karena beras hitam mengandung antosianin sebagai antioksidan (Cristanti dan Arisoesilaningsih, 2013).

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.

Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya (Hardjowigeno, 2003).

Kandungan bahan organik tanah yang rendah merupakan salah satu permasalahan utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas lahan sawah.

(14)

Berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (2005) diketahui bahwa tingkat kesuburan tanah setiap tahunnya menurun. Kebutuhan pupuk untuk tanaman padi sawahpun dari tahun ketahun mengalami peningkatan, hal ini menggambarkan bahwa adanya penurunan produktivitas tanah sawah.

Penggunaan pupuk yang semakin meningkat menyebabkan pengeluaran biaya produksi semakin meningkat pula sehingga mengurangi pendapatan petani. Tidak mampunya petani memenuhi kebutuhan pupuk tiap tahunnya akan menyebabkan marginalisasi lahan akan terus terjadi dan menyebabkan kecendrungan degradasi lahan baik fisik maupun kimia (Simamora, 2016). Penurunan kesuburan tanah dimana kandungan bahan organik yang semakin menurun diakibatkan oleh pengolahan tanah secara terus menerus tanpa menambahkan sisa hasil panen tanaman ke dalam tanah.

Kategorisasi tingkat kandungan bahan organik tanah menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), 2003 dalam Ompusunggu dkk, (2015) adalah rendah apabila kurang dari 2%, sedang apabila kandungan

bahan organik tanah 2-3%, dan tinggi apabila lebih dari 3%. Keadaan tanah dengan kategori rendah perlu ditingkatkan kandungan C-organik nya, karena penambahan bahan organik ke dalam tanah mengandung karbon, pengaturan jumlah karbon dalam tanah dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien.

Selain dari kandungan bahan organik tanah sawah yang rendah, jumlah unsur hara P di tanah sawah cukup tinggi namun tidak dalam keadaan tersedia akibat fiksasi P oleh Al dan Fe. Peranan bahan organik di tanah sawah secara

(15)

tidak langsung terhadap ketersediaan P berkaitan dengan perannya dalam menurunkan redoks potensial. Bahan organik merupakan prasyarat untuk terjadinya reduksi pada kondisi tergenang. Pada potensial redoks yang rendah, ferioksida akan tereduksi dan P akan dilepaskan ke larutan tanah (Willet, 1991 dalam Hanum, 2004). Sementara itu, senyawa organik dan logam dapat pula membentuk metal-organo-complex sehingga aktivitas Fe dan Al dalam tanah

yang diketahui dapat menjerap P menjadi berkurang (Ahmad, 1990 dalam Hanum, 2004).

Sumber bahan organik dapat berasal dari kotoran hewan bahkan dari tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang dan limbah pertanaman, hijauan tanaman, rerumputan dan limbah agroindustri (Ketaren, 2008). Dari penelitian Harahap (2008), menyatakan bahwa pemberian jerami segar yang diinkubasi dapat meningkatkan produksi padi, dan berpengaruh nyata meningkatkan P- tersedia, bahan organik, dan KTK.

Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro yang lebih lengkap yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ini berbeda-beda tergantung pada jenis hewan, umur hewan, kesehatan hewan serta pemeliharaan dan pengolahan kotoran sebelum digunakan.

Namun, jumlah dan mutu pupuk organik yang dapat disediakan seringkali menjadi faktor pembatas dalam penerapan teknologi pertanian organik. Oleh sebab itu, perlu dicari sumber pupuk organik yang potensial dalam hal menyediakan unsur hara P serta serapan P. Salah satu sumber pupuk organik yang potensial dalam menyediakan unsur P adalah kotoran ternak dan pupuk hijau.

(16)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai ketersediaan dan serapan P tanaman padi (Oryza sativa L.) akibat pemberian kombinasi dari berbagai sumber bahan organik.

Tujuan Penelitian

- Untuk Mengetahui potensi dari berbagai kombinasi bahan organik terhadap ketersediaan P dan serapan P tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah

- Untuk Mengetahui perbedaan efek antara kompos jerami dan jerami cacah terhadap ketersediaan P dan serapan P tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah

- Untuk Mengetahui pengaruh perbedaan antara kombinasi dari kompos jerami dengan berbagai pupuk kandang terhadap ketersediaan P dan serapan P tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah

- Untuk Mengetahui pengaruh perbedaan antara kombinasi dari jerami cacah dengan berbagai pupuk kandang terhadap ketersediaan P dan serapan P tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah

Hipotesis Penelitian

- Kombinasi bahan organik berpotensi untuk meningkatkan P tersedia dan serapan P tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah

- Ada perbedaan potensi dari kompos jerami dan jerami cacah untuk meningkatkan P tersedia dan serapan P tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah

(17)

- Ada pengaruh perbedaan berbagai pupuk kandang yang dikombinasikan dengan kompos jerami dalam meningkatkan P tersedia dan serapan P tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah

- Ada pengaruh perbedaan berbagai pupuk kandang yang dikombinasikan dengan jerami cacah dalam meningkatkan P tersedia dan serapan P tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agronomi (S.Agr) pada Fakultas Pertanian USU, Medan

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Padi termasuk dalam keluarga padi-padian atau Poaceae (Graminae). Padi termasuk tenaman semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang (Darmoko, 2008).

Selain kandungan antosianin yang tinggi, beras hitam mengandung protein, vitamin, dan mineral yang lebih tinggi dari pada beras putih pada umumnya. Apabila dibandingkan dengan beras putih, beras hitam lebih kaya kandungan unsur besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn) dan fosfor (P). Beras hitam memiliki kandungan zat besi yang tinggi, yaitu 15,52 ppm, jauh lebih tinggi dibanding beras dari varietas IR64, Ciherang, Cisadane, Sintanur, Pandanwangi, dan Batang Gadis yang kandungan besinya berkisar antara 2,9-4,4 ppm. Zat besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan sel darah merah (Kristamtini dkk, 2010).

Beras hitam (Oryza sativa L.) memiliki perikarp, aleuron dan endosperm yang berwarna merah-biru-ungu pekat, warna tersebut menunjukkan adanya kandungan antosianin. Beras hitam mempunyai kandungan serat pangan (dietary

(19)

fiber) sangat tinggi apabila dibandingkan dengan beras putih dan beras merah, yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Berbagai Jenis Beras

Nama Bahan Energi Protein Karbohidrat Lemak Serat --Kcal-- ---g--- Beras Hitam 351 8 1,3 76,9 20,1 Beras Putih 357 8,4 1,7 77,1 0,2 Beras Merah 352 7,3 0,9 76,2 0,8 (Sumber : Ok et al, 2001 dalam Sa’adah dkk, 2013).

Beras hitam memiliki kandungan energi, protein, karbohidrat, dan lemak yang tidak jauh berbeda dengan beras putih dan beras merah namun beras hitam memiliki keunggulan dalam kandungan jumlah serat yang sangat tinggi yaitu sebesar 20,1 g, berbeda sangat jauh apabila dibandingkan dengan beras putih sebesar 0,2g, dan beras merah 0,8 g dalam bobot yang sama.

Sifat Kimia Tanah Sawah

Secara umum, tanah sawah memiliki ciri khas yang membedakannya dengan tanah tergenang lainnya, yaitu adanya lapisan oksidasi di bawah permukaan air akibat difusi O2 setebal 0,8-1,0 cm dan selanjutnya lapisan reduksi setebal 25-30 cm dan diikuti oleh lapisan tapak bajak yang kedap air. Lapisan tapak bajak ini merupakan lapisan yang terbentuk sebagai akibat dari adanya praktek pengolahan tanah sawah dalam keadaan tergenang. Sedangkan penggenanangan tanah selama masa pertanaman padi dapat mereduksi Fe dan Mn, sehingga mudah larut dan terjadi proses eluviasi Fe dan Mn. Dalam keadaan tergenang, reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ menyebabkan warna tanah menjadi abu-abu.

Namun, dalam keadaan tergenang, dijumpai adanya lapisan tipis yang teroksidasi berwarna kecoklatan. Pada saat tanah dikeringkan, Fe2+ kembali teroksidasi dan akan menimbulkan karatan coklat pada tanah sawah (Mukhlis dkk, 2011).

(20)

Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan-perubahan sifat kimia tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan- perubahan sifat kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : 1. penurunan kadar oksigen, 2. perubahan potensial redoks (Eh), 3. perubahan pH tanah, 4. reduksi Ferri (Fe3+) menjadi Ferro (Fe2+), 5. perubahan mangani (Mn4+) menjadi mangano (Mn2+), 6. terjadinya denitrifikasi, 7. reduksi sulfat (SO42-) menjadi sulfit (SO32-), 8. peningkatan ketersediaan Zn dan Cu, 9.

terjadinya pelepasan CO2, CH4, H2S dan asam organik (De datta, 1981).

Perubahan sifat kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah yang menentukan tingkat ketersediaan hara dan produktifitas tanah sawah. Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara. Keadaan reduksi akibat penggenangan akan merubah aktifitas mikroba tanah dimana mikroba aerob akan digantikan oleh mikroba anaerob, yang menggunakan sumber energi dari senyawa teroksidasi yang mudah di reduksi yang berperan sebagai elektron seperti ion NO3-, SO42- , Fe3+, Mn4+

(Prasetyo dkk, 2004).

Fosfor di Tanah Sawah

Kebutuhan fosfor (P) bagi tanaman adalah mutlak karena fosfor merupakan hara makro dan esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peranan unsur ini selain untuk mempersiapkan energi kimia dan mengatur metabolisme juga terlihat dalam berbagai proses enzimatik lainnya.

Kekurangan hara fosfor disamping dapat menghambat pertumbuhan tanaman juga dapat mencegah penyerapan unsur hara penting lainnya. Hal ini disebabkan oleh

(21)

terjadinya hambatan pertumbuhan akar yang akan berakibat terganggunya absorpsi unsur hara. Pada daerah tropis, unsur P diperkirakan sebagai pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman urutan ketiga setelah air dan nitrogen. Karena itu ketersediaan fosfor dalam tanah merupakan syarat utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Ilyas dkk, 2000).

P-tanah dapat dibedakan menjadi tak tersedia (non-available), potensial tersedia (potentially available), dan segera tersedia (immediatelly available). P segera tersedia adalah bentuk P anorganik di larutan tanah dalam bentuk orthofosfat. Bentuk P yang potensial tersedia meliputi bentuk P organik dan beberapa bentuk P anorganik yang relatif tidak tersedia seperti bentuk P terendapkan (P-Al, P-Fe, P-Mn atau P-Ca). Bentuk P ini cenderung terakumulasi dalam keadaan sangat stabil, namun dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi tersedia, misalnya oleh pengapuran tanah masam yang mampu meningkatkan P-tersedia atau penggenangan tanah sawah yang mengubah bentuk P-Fe menjadi tersedia (Mukhlis, 2007).

Pada tanah sawah tergenang, fosfor tersedia lebih tinggi dibandingkan bila tanah dikeringkan. Peningkatan ini disebabkan oleh :

a. Reduksi ferri-fosfat menjadi ferro-fosfat yang mudah larut.

b. Tersedianya P-reductance soluble karena lapisan pembalut yang mengelilingi partikel fosfor menjadi larut.

c. Hidrolisis beberapa Fe dan Al yang mengikat P di tanah masam, sehingga P yang terfiksasi menjadi tersedia pada pH yang lebih tinggi.

d. Meningkatnya mineralisasi P organik di tanah masam, karena proses tersebut akan meningkat pada pH 6-7.

(22)

e. Meningkatnya kelarutan mineral apatit di tanah berkapur karena pH turun menjadi 6-7.

f. Semakin besarnya diffusi H2PO4-

di dalam volume larutan tanah yang lebih besar.

(Mukhlis dkk, 2011).

Tingkat penjerapan P dipengaruhi oleh pH dan Eh tanah, luas permukaan jerapan (Fe dan Al aktif) dan suhu. Fe ekstrak oksalat penting peranannya dalam penjerapan P di tanah sawah. Diduga Fe3+ oksihidroksida lebih banyak menjerap P tetapi Fe3+ oksihidroksida memiliki luas permukaan yang kurang terekspos ke larutan tanah daripada Fe2+ oksida atau Fe(OH)2. Selanjutnya dilaporkan bahwa pada fase penggenangan dominasi jerapan P oleh Fe2+ dan selama fase penggenangan lebih lanjut dominasi jerapan P oleh kristal Fe3+ oksihidroksida yang lemah ( Diamond, 1985 dalam Hanum, 2004).

Bahan Organik

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik yang berasal dari tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya dan nilai C-organik menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-

(23)

organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik (<1,00%) maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan sintesis atau alami, organik atau

mineral (Simanungkalit dkk, 2006).

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Bahan organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: 1. penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; 2. meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan 3. dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion

logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Simanungkalit dkk, 2006).

Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melalui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi. Ketersediaan P di dalam tanah dapat ditingkatkan

(24)

dengan penambahan bahan organik melalui 5 aksi seperti tersebut di bawah ini: 1.

melalui proses mineralisasi bahan organik terjadi pelepasan P mineral (PO43-); 2. melalui aksi dari asam organik atau senyawa pengkelat yang lain hasil

dekomposisi, terjadi pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak larut menjadi bentuk terlarut, Al (Fe)(H2O)3 (OH)2 H2 PO4 + Khelat ===> PO42- (larut) + Kompleks AL-Fe- Khelat; 3. bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat karena asam humat dan asam fulvat berfungsi melindungi sesquioksida dengan memblokir situs pertukaran; 4. penambahan bahan organik mampu

mengaktifkan proses penguraian bahan organik asli tanah;

dan 5. membentuk kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapat ditukar dan lebih tersedia bagi tanaman, sebab fosfat yang dijerap pada bahan organik secara lemah (Atmojo, 2003).

Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa

makanan (tanaman). Dengan demikian susunan kimianya tergantung dari:

1. jenis ternak, 2. umur dan keadaan hewan, 3. sifat dan jumlah amparan, dan 4.

cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Hewan hanya menggunakan setengah dari bahan organik yang dimakan, dan selebihnya dikeluarkan sebagai kotoran.

Sebagian dari padatan yang terdapat dalam pupuk kandang terdiri dari senyawa organik serupa dengan bahan makanannya, antara lain selulosa, pati dan gula, hemiselulosa dan lignin seperti yang kita jumpai dalam humus ligno-protein.

(Atmojo, 2003).

(25)

Tabel 2. Kandungan unsur hara berbagai pupuk kandang

Kandungan Sapi Kambing Ayam

Kadar Air ( %) 34.15 55.83 4.87

N (%) 0.26 0.73 0.53

P (%) 0.07 0.56 1.56

K (%) 0.19 0.47 0.1

Ca (%) 0.14 1.85 6.09

Mg (%) 0.1 0.4 0.28

Na (%) 0.05 0.03 0.05

Fe (%) 43.75 17.62 18.26

Mn (%) 130 378 450

Cu (%) 38 135 56

Zn (%) 137 208 295

C-organik 9.46 12.46 10.98

C/N organik 36 17 21

(Sumber: Leonawaty, 2010)

Dinas Pertanian (2008), menyatakan kandungan hara yang terdapat pada jerami, antara lain seperti N 0.64%, P 0.05%, K 2.03%, Ca 0.29%, Mg 0.14%, Zn 0.02%,Si 8.8%. Aplikasi penggunaan bahan organik dari jerami, pupuk hijau, dan sisa tanaman ada dua cara: 1. bahan dipotong-potong terlebih dahulu lalu dibenamkan dan diaduk bersamaan dengan pengolahan tanah pertama, dan 2.

mengomposkan bahan organik segar di pematang/ galengan atau disebar merata di permukaan lahan sawah. Untuk mempercepat proses pengomposan dapat ditambahkan dekomposer yang berisi bakteri selulolitik dengan dosis sesuai anjuran (Adiningsih dan Agus, 2005).

(26)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat +25 m di atas permukaan laut dan dimulai pada bulan Maret 2017 sampai dengan Juni 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi hitam, tanah sawah yang diambil dari Sei Rampah sebagai media tanam pada kedalaman 0-25cm, dan berbagai sumber bahan organik seperti kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran kambing, kompos jerami dan jerami padi.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengambil dan menghomogenkan tanah, ember sebagai wadah tanah, timbangan untuk mengukur berat tanah dan pupuk yang akan digunakan, spidol, pensil, kamera, gunting,dan sejumlah alat-alat yang mendukung untuk penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan sehingga di dapat 21 unit percobaan. Dengan perlakuan sebagai berikut :

a. A = Kontrol

b. B = Kompos Jerami + Kotoran Ayam ( 50g + 50g/pot) c. C = Kompos Jerami + Kotoran Kambing( 50g + 50g/pot) d. D = Kompos Jerami + Kotoran Sapi( 50g + 50g/pot) e. E = Jerami Cacah + Kotoran Ayam( 50g + 50g/pot) f. F = Jerami Cacah + Kotoran Kambing( 50g + 50g/pot)

(27)

g. G = Jerami Cacah + Kotoran Sapi( 50g + 50g/pot)

Dosis kebutuhan bahan organik 20 ton/ha setara dengan 100g/pot ukuran 10kg tanah per pot.

Model Linear Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan sidik ragam menggunakan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + αi ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan biochar ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai rataan

αi = pengaruh perlakuan biochar sekam padi dan kulit biji kopi ke-i εij = pengaruh galat

Untuk melihat perbedaan hasil perlakuan digunakan uji F pada taraf 5%

dan jika nyata selanjutnya dilakukan uji Kontras Ortogonal.

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan diambil di Desa Walang, Kelurahan Tualang Lingkungan 10, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai dan pada titik koordinat N 3034’4,51308 E 98058’20,74728, contoh tanah diambil secara komposit pada kedalam 0-25 cm.

Tanah yang telah diaduk merata dimasukkan ke dalam pot sebanyak 8 kg/pot, kemudian pot disusun sesuai denah (Lampiran 1). Sebagian dari tanah ini diambil untuk dianalisis tanah awal.

Analisis Tanah Awal

Sampel tanah dianalisis di Laboratorium PT. Socfin Indonesia, desa Martebing, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang bedagai, yang meliputi pH H2O C-Organik, P-Tersedia, dan P HCl 25 % (Lampiran 2).

Persiapan Bahan Organik

Bahan organik yang terdiri dari kompos jerami, jerami cacah, kotoran sapi, kambing, dan ayam yang digunakan didapat dari para pengusaha ternak lokal yang kemudian dianalisis kandungan hara dari masing-masing bahan organik di Laboratorium PT. Socfin Indonesia, desa Martebing, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang bedagai (Lampiran 3).

Persiapan Bibit

Benih padi hitam diperoleh dari Petani padi organik padi hitam di desa walang, benih kemudian direndam dengan air selama 24 jam untuk memudahkan proses perkecambahan kemudian disemaikan pada wadah (seedbag) yang telah berisi top soil dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.

(29)

Aplikasi Perlakuan Bahan Organik

Tanah yang telah dimasukkan ke dalam pot, digenangi air setinggi 3-5 cm di atas permukaan tanah. Kemudian diaplikasikan pupuk organik sesuai perlakuan, kemudian diaduk hingga bahan organik tercampur dengan tanah, kemudian diinkubasi selama 4 minggu.

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah bibit padi berumur 21 hari. Jumlah bibit yang ditanam sebanyak 3 bibit per pot. Penanaman dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam tanah di bagian tengah pot, sedalam 2 – 3 cm.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penambahan volume air , pemberantasan gulma, serta pengendalian hama, penyakit dengan cara teknis. Untuk minggu pertama dan kedua setelah tanam tinggi air diatur setinggi 3cm, dan untuk selanjutnya air diatur setinggi 5 cm.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 minggu. bagian tajuk dipotong dan bagian akar diambil lalu dibersihkan dan dikeringkan untuk selanjutnya diovenkan guna mendapat bobot keringnya.

Parameter Pengamatan

Analisis tanah dilakukan setelah 4 minggu setelah inkubasi (MSI) di, terdiri dari : - P-HCl 25% (ppm) dengan metode Spectrophotometri

- P tersedia (ppm) dengan metode Olsen - C-Organik (% ) metode walkley and Black

(30)

Tanaman:

- Tinggi tanaman, diukur dari pangkal akar sampai ujung daun tertinggi (pada saat 4, 8 MST).

- Jumlah anakan, dihitung seluruh anakan (pada saat 4, 8 MST).

- Bobot kering tanaman, tajuk dan akar yang dipanen setelah masa vegetatif dioven selama 48 jam pada suhu 70oC, kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

- Kadar P tanaman, dengan menggunakan metode destruksi basah.

- Serapan P tanaman (mg/tanaman), dihitung dengan rumus % P tanaman x bobot kering tajuk (g).

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Sifat Kimia Tanah C-Organik

Data pengamatan C-Organik tanah dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4 dan 5) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh tdak nyata terhadap C-organik tanah.

Tabel 3. Rataan C-Organik Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perlakuan C-Organik Kriteria*

Kontrol (A)

---%---

0,75 Sangat Rendah Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 0,81 Sangat Rendah Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 0,72 Sangat Rendah Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 0,78 Sangat Rendah Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 0,81 Sangat Rendah Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 0,80 Sangat Rendah Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 0,64 Sangat Rendah Keterangan * : Kriteria berdasarkan Jones, Wolf and Mills. 1991

Dari Tabel 3 di atas diketahui bahwa kandungan C-organik tanah pada semua perlakuan berada pada kriteria sangat rendah, namun pemberian komposisi bahan organik meningkatkan persen C-organik di dalam tanah sawah. Rataan C- organik tertinggi adalah pada perlakuan dengan Kompos Jerami + Kotoran Ayam dan Jerami Cacah + Kotoran Ayam yaitu sebesar 0,81%.

P - Tersedia Tanah

Data pengamatan P Tersedia tanah dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6 dan 7) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh nyata terhadap P Tersedia di dalam tanah sawah.

(32)

Tabel 4. Rataan P – Tersedia Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perlakuan P Tersedia Kriteria*

Kontrol (A)

---ppm---

220,83 Sangat Tinggi Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 228,13 Sangat Tinggi Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 245,13 Sangat Tinggi Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 242,62 Sangat Tinggi Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 254,79 Sangat Tinggi Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 193,27 Sangat Tinggi Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 216,87 Sangat Tinggi Keterangan * : Kriteria berdasarkan LPT. 1983

Dari Tabel 4 diatas diketahui bahwa kandungan P Tersedia tanah pada semua perlakuan berada pada kriteria sangat tinggi. Perlakuan dengan kombinasi bahan organik terbaik dalam meningkatkan P Tersedia didalam tanah terdapat pada perlakuan kombinasi jerami cacah + kotoran ayam yaitu sebesar 254,79 ppm. Hasil dari uji lanjut Kontras Ortogonal disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji Kontras P – Tersedia Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perbandingan Rataan Signifikasi

A vs BCDEFG 220,83 230,53 tn

BCD vs EFG 238,86 221,64 tn

B VS CD 228,13 244,22 tn

C vs D 245,13 242,62 tn

E vs FG 254,79 205,07 **

F vs G 193,27 216,87 tn

Berdasarkan hasil uji lanjut Kontras Ortogonal (Tabel 5), diketahui bahwa perlakuan permberian kombinasi bahan organik dengan bahan dasar kompos jerami tidak berbeda nyata dengan jerami cacah. Kombinasi jerami cacah + kotoran ayam nyata lebih tinggi dari kombinasi jerami cacah + kotoran kambing dan kombinasi jerami cacah + kotoran sapi dalam meningkatkan P tersedia didalam tanah sawah.

(33)

P HCL 25%

Data pengamatan P tanah (HCl 25%) dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8 dan 9) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh nyata terhadap P tanah (HCl 25%) di dalam tanah.

Tabel 6. Rataan P Tanah (HCl 25%) pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perlakuan P (HCl 25%) Kriteria*

Kontrol (A)

---ppm---

248,49 Sangat Tinggi Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 255,82 Sangat Tinggi Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 500,10 Sangat Tinggi Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 251,04 Sangat Tinggi Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 305,43 Sangat Tinggi Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 257,74 Sangat Tinggi Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 305,47 Sangat Tinggi Keterangan * : Kriteria berdasarkan LPT. 1983

Dari Tabel 6 di atas diketahui bahwa kandungan P tanah (HCl 25%) pada semua perlakuan berada pada kriteria sangat tinggi. Perlakuan dengan kombinasi bahan organi terbaik dalam meningkatkan P tanah (HCl 25%) terdapat pada kombinasi kompos jerami + kotoran sapi yaitu sebesar 500,10 ppm. Hasil dari uji lanjut Kontras Ortogonal disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji Kontras P (HCl 25%) Tanah pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perbandingan Rataan Signifikasi

A vs BCDEFG 248,49 312,60 tn

BCD vs EFG 335,65 289,55 tn

B VS CD 255,82 375,57 *

C vs D 500,10 251,04 **

E vs FG 305,43 281,61 tn

F vs G 257,74 305,47 tn

Berdasarkan hasil uji lanjut Kontras Ortogonal (Tabel 7), diketahui bahwa perlakuan kombinasi bahan organik kompos jerami + kotoran kambing nyata

(34)

---cm--- meningkatkan kadar P tanah (HCl 25%). Kombinasi jerami cacah + kotoran ayam nyata lebih tinggi dari kombinasi jerami cacah + kotoran kambing dan kombinasi jerami cacah + kotoran sapi dalam meningkatkan P tanah (HCl 25%).

Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 10, 11, 12 dan 13) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh tdak nyata terhadap tinggi tanaman.

Tabel 8. Rataan Tinggi Tanaman pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perlakuan Tinggi Tanaman

4 MST 8 MST

Kontrol (A) 63,17 93,17

Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 64,93 91,60

Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 63,50 91,63

Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 64,33 93,63

Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 58,00 109,70

Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 66,17 89,57

Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 61,77 91,90

Dari Tabel 8 di atas diperoleh rataan tinggi tanaman terbaik pada 4 MST yaitu perlakuan kombinasi jerami cacah + kotoran kambing (66,17Cm), pada 8 MST yaitu perlakuan jerami cacah + kotoran ayam (109,70Cm). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman dan hasil analisis sidik ragam, pemberian kombinasi bahan organik berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua perlakuan.

(35)

---pohon--- --

Jumlah Anakan

Data pengamatan jumlah anakan dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 14, 15, 16 dan 17) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi.

Tabel 9. Rataan Jumlah Anakan pada Berbagai Perlakuan Kombinasi bahan Organik

Perlakuan Rataan Jumlah Anakan

4 MST 8 MST

Kontrol (A) 10,00 23,00

Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 12,00 26,33

Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 14,00 28,33

Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 11,00 23,67

Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 11,00 25,33

Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 12,00 25,00

Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 12,00 24,33

Dari Tabel 9 di atas diketahui bahwa perlakuan kombinasi bahan organik nyata meningkatkan jumlah anakan pada tanaman berumur 4 MST, dan 8 MST.

Rataan jumlah anakan tertinggi pada 4 MST, dan 8 MST yaitu perlakuan kombinasi Kompos Jerami + Kotoran Kambing dengan angka berturut turut 14,00, dan 28,33. Hasil dari uji lanjut Kontras Ortogonal disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Uji Kontras Jumlah Anakan 4 MST pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perbandingan Rataan Signifikasi

A vs BCDEFG 10,00 11,78 *

BCD vs EFG 12,11 11,44 tn

B VS CD 12,00 12,33 tn

C vs D 14,00 11,00 **

E vs FG 11,00 11,83 tn

F vs G 12,00 12,00 tn

(36)

Berdasarkan hasil uji lanjut Kontras Ortogonal (Tabel 10), diketahui bahwa semua perlakuan kombinasi bahan organik nyata meningkatkan jumlah anakan tanaman padi hitam apabila dibandingkan dengan kontrol. Pemberian kombinasi bahan organik kompos jerami + kotoran kambing nyata lebih tinggi meningkatkan jumlah anakan tanaman padi hitam 4 MST dibandingkan dengan kompos jerami + kotoran sapi.

Tabel 11. Uji Kontras Jumlah Anakan 8 MST pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perbandingan Rataan Signifikasi

A vs BCDEFG 23,00 25,50 *

BCD vs EFG 26,11 24,89 tn

B VS CD 26,33 26,00 tn

C vs D 28,33 23,67 **

E vs FG 25,33 24,67 tn

F vs G 25,00 24,33 tn

Berdasarkan hasil uji lanjut Kontras Ortogonal (Tabel 11), diketahui bahwa semua perlakuan kombinasi bahan organik nyata meningkatkan jumlah anakan tanaman padi hitam apabila dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Pemberian kombinasi bahan organik kompos jerami + kotoran kambing nyata lebih baik meningkatkan jumlah anakan tanaman padi hitam 8MST dibandingkan dengan kompos jerami + kotoran sapi.

Bobot Kering Akar

Data pengamatan bobot kering akar dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 18 dan 19) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh tdak nyata terhadap bobot kering akar tanaman.

(37)

Tabel 12. Rataan Bobot Kering Akar pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perlakuan Bobot Kering Akar

Kontrol (A)

---g--- 51,17

Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 39,97

Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 38,70

Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 40,30

Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 31,07

Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 42,00

Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 38,40

Dari Tabel 12 di atas diketahui bahwa pemberian kombinasi bahan organik pada tanah sawah memliki rataan bobot kering akar tanaman berkisar antara 38,40-51,17g.

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan bobot kering tajuk dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 20 dan 21) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh tdak nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman.

Tabel 13. Rataan Bobot Kering Tajuk pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perlakuan Bobot KeringTajuk

Kontrol (A)

---g---- 42,40

Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 38,87

Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 71,97

Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 56,97

Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 63,33

Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 62,33

Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 56,13

(38)

Dari Tabel 13 di atas diketahui bahwa pemberian kombinasi bahan organik pada tanah sawah memliki rataan bobot kering tajuk tanaman berkisar antara 38,87-71,97g.

Kadar Hara P Tanaman

Data pengamatan kadar hara P tanaman dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 20 dan 21) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh tdak nyata terhadap kadar hara P tanaman.

Tabel 14. Rataan Kadar Hara P Tanaman pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perlakuan Kadar P

Tanaman Kriteria*

Kontrol (A)

---%---

0,27 Tinggi

Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 0,30 Tinggi

Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 0,30 Tinggi

Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 0,30 Tinggi

Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 0,31 Tinggi

Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 0,26 Tinggi

Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 0,25 Tinggi

Keterangan * : Kriteria berdasarkan Jones, Wolf and Mills. 1991

Dari Tabel 14 di atas diketahui bahwa rataan kadar P tanaman berada pada kriteria tinggi pada semua perlakuan. Pemberian kombinasi bahan organik pada tanah sawah memliki kadar hara P tanaman berkisar antara 0,25-0,31%.

Serapan Hara P Tanaman

Data pengamatan serapan hara P tanaman dan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 22 dan 23) memperlihatkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik berpengaruh tdak nyata terhadap serapan hara P tanaman.

(39)

Tabel 15. Rataan Serapan Hara P Tanaman pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Bahan Organik

Perlakuan Serapan P Tanaman

Kontrol (A)

---g--- 11.82

Kompos Jerami + Kotoran Ayam (B) 11.91

Kompos Jerami + Kotoran Kambing (C) 21,33

Kompos Jerami + Kotoran Sapi (D) 17,05

Jerami Cacah + Kotoran Ayam (E) 19,60

Jerami Cacah + Kotoran Kambing (F) 16,36

Jerami Cacah + Kotoran Sapi (G) 13,90

Dari Tabel 15 di atas diketahui pemberian kombinasi bahan organik yang tertinggi meningkatkan serapan hara P tanaman terdapat pada perlakuan kombinasi kompos jerami + kotoran kambing yaitu sebesar 21,33g, dan untuk perlakuan terendah yaitu kontrol sebesar 11,82g.

(40)

Pembahasan Sifat Kimia Tanah C-Organik Tanah

Pemberian kombinasi bahan organik pada tanah sawah berpengaruh tidak nyata terhadap C-organik namun cenderung meningkatkan kadar persen C- organik didalam tanah sawah, hal ini diduga karena bahan organik belum terdekomposisi sempurna setelah inkubasi 4 minggu yang dimana nilai C/N dari bahan organik mencapai 41,17% termasuk dalam kategori bahan organik mentah, besaran rasio C/N sangat mempengaruhi terhadap tingkat dekomposisi dari bahan organik.Berdasarakan analisis yang dilakukan Harahap (2008), bahwa kandungan nilai C/N bahan Organik >20 masih tergolong tinggi dan tidak memenuhi syarat bahan organik yang dapat menyumbangkan unsur hara dalam tanah. dan didukung oleh Kaderi (2004) yang menyebutkan bahwa proses dekomposisi bahan organik berjalan lambat (slow release), sehingga pemberian kombinasi bahan organik belum mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap C- organik di dalam.

Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), 2003 dalam Ompusunggu dkk, (2015) menyatakan bahwa nilai C-organik 1-2 % termasuk kriteria rendah, sehingga nilai C-organik pada kondisi awal dan akhir inkubasi termasuk dalam kriteria rendah.

P-Tersedia dan P (HCl 25%)

Pemberian kombinasi bahan organik pada tanah sawah berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia dan P (HCl 25%), peranan kombinasi bahan organik secara tidak langsung terhadap ketersediaan P berkaitan dengan peranan bahan

(41)

organik dalam menurunkan potensial redoks, bahan organik merupakan prayarat untuk terjadinya reduksi pada kondisi tergenang, sesuai dengan Neue (1985) dan Willet (1991) dalam Hanum (2004) menyatakan bahwa bahan organik merupakan substrat bagi mikroorganisme anaerob, dan akibatnya terjadi penurunan kadar oksigen sehingga menyebabkan perubahan potensial redoks dan pH, pada potensial redoks yang rendah, ferioksida akan tereduksi dan P akan dilepas ke larutan tanah.

Tingkat penjerapan P pada tanah sawah dipengaruhi oleh pH dan Eh tanah, luas permukaan jerapan (Fe dan Al aktif), dan suhu. P yang terjerap oleh oksida Fe dan Al dalam tanah akan dibebaskan karena adanya reduksi besi, adanya peran bahan organik dalam meningkatkan reduksi Fe tersebut mendukung hasil penelitian yang diungkapkan oleh Ponnamperuma (1985) yang menyimpulkan bahwa semakin banyak bahan organik semakin cepat proses reduksi Fe. Bahan organik sebagai sumber elektron dan energi bagi mikroba pereduksi, memicu terjadinya proses reduksi Fe. Berikut merupakan reaksi reduksi Fe pada tanah tergenang, yaitu :

Fe(OH)3 + 3H+ + e- Fe2+ + 3H2O.

Proses mineralisasi bahan organik juga mempengaruhi jumlah unsur hara P di dalam tanah sehingga terjadi pelepasan P mineral (PO43-), dan juga dari proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik yang mampu mengkhelat logam pengikat Posfat tidak larut menjadi larut dengan reaksi sebagai berikut :

Al (Fe)(H2O)3 (OH)2 H2 PO4 + Khelat ===> PO43- (larut) + Kompleks AL Fe- Khelat

(42)

Hal ini didukung olehMorgo dkk, (1988) Dekomposisi bahan organik juga menghasilkan asam - asam organik seperti asam sitrat, oksalat, tartat, malat dan asam malonat. Asam ini menghasilkan ion yang akan membentuk senyawa komplek yang sukar larut dengan Al dan Fe. Sejalan dengan Atmojo (2003) Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melalui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi.

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi bahan organik Jerami Cacah + Kotoran Ayam sangat nyata lebih tinggi meningkatkan P- tersedia dan P (HCl 25%) di dalam tanah sawah dibandingkan dengan kombinasi bahan organik Jerami Cacah + Kotoran kambing dan Jerami Cacah + Kotoran Sapi. Hal ini dikarenakan Kotoran Ayam memiliki sifat yang mudah terdekomposisi sehingga perannya sebagai donor elektron dalam reduksi juga lebih besar dan penyediaan unsur hara lebih cepat, dan diduga bahwa penambahan kotoran ayam pada jerami cacah mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme didalam tanah, sejalan dengan Fikrinda et al. (2011) bahan organik seperti pupuk kandang ayam dapat meningkatkan aktivitas Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada tanah-tanah yang memiliki bahan organik rendah. Penggunaan FMA potensial karena membentuk simbiosis mutualisme dengan tanaman inang dan berperan dalam meningkatkan penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah terutama unsur hara P (Zulfitri et al. 2011).

Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan hasil analisis data yang digunakan terhadap data pertumbuhan tanaman, pemberian kombinasi bahan organik berpengaruh tidak nyata terhadap

(43)

tinggi tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar, kadar P tanaman, dan serapan P tanaman. Hal ini terjadi dikarenakan tanaman memiliki kadar hara P yang hampir sama antara setiap perlakuan kombinasi bahan organik yaitu 0,25%- 0,31% sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan pada parameter tinggi tanaman (Lampiran 28), bobot kering akar dan bobot kering tajuk tanaman.

Namun dengan pemberian bahan organik cenderung meningkatkan kadar hara P dan serapan hara P pada tanaman padi.

Faktor luar yang juga mempengaruhi pemberian kombinasi bahan organik tidak nyata mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk, kadar hara P, dan serapan P tanaman yaitu adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi hitam, pengendalian dilakukan dengan cara teknis dikarenakan padi hitam yang mengkehendaki sistem pertanian organik dan ini kurang efektif dalam menekan serangan dari hama dan penyakit.

Kekurangan unsur hara N juga menjadi salah satu penyebab pemberian kombinasi bahan organik tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar. Ini didukung nilai bagan warna daun padi hitam pada saat memasuki masa akhir vegetatif yaitu 2, yang menunjukkan gejala bahwa tanaman mengalami kekurangan unsur hara N. Menurut De datta, 1981 Padi yang kekurangan nitrogen akan menunjukkan gejala seperti pertumbuhan terhambat, daun sempit dan pendek, berwarna hijau kekuningan dan daun tua menjadi berwarna coklat muda dan mati.

Pemberian kombinasi bahan organik pada tanah sawah berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan tanaman padi hitam pada 4 MST dan 8 MST.

Perbaikan sifat kimia tanah seperti pH, C-organik, dan menurunnya kandungan

(44)

Fe2+ akibat pemberian bahan organik mampu mengoptimalkan penyerapan hara dengan baik, selain itu bahan organik juga mengandung beberapa unsur hara yang dibutuhkan padi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah anakan dan tinggi tanaman padi, ini terlihat dari hasil analisis P-tersedia tanah yang meningkat.

Fahmi, dkk (2004) yang menyebutkan peningkatan pertumbuhan jumlah anakan dengan pemberian bahan organik diakibatkan perbaikan sifat kimia tanah seperti pH yang meningkat dan menurunnya kandungan Fe2+. Meningkatnya ketersediaan P mampu mengoptimalkan pertumbuhan padi yang ditandai dengan peningkatan jumlah anakan.

Dari hasil yang disajikan, dapat diketahui bahwa jumlah anakan tanaman padi hitam tertinggi pada perlakuan kompos jerami + kotoran kambing dengan rataan 14,00 dan 28,33 yang dimana perlakuan kombinasi ini juga berbeda sangat nyata meningkatkan jumlah anakan padi hitam pada 4 MST dan 8 MST dibandingkan dengan kombinasi kompos jerami + kotoran sapi. Hal ini sejalan dengan data yang diperoleh pada pada parameter jumlah serapan P tertinggi yang terdapat pada kombinasi bahan organik Kompos Jerami + Kotoran Kambing.

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian kombinasi bahan organik nyata meningkatkan P tersedia, P Total (HCl 25%), dan jumlah anakan tetapi berpengaruh tidak nyata pada kadar P daun, Serapan P, C-Organik, tinggi tanaman dan bobot kering tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) pada tanah sawah.

2. Pemberian kompos jerami dan jerami cacah memiliki potensi yang sama dalam meningkatkan P tersedia, serapan P, dan jumlah anakan.

3. Penambahan kotoran kambing terhadap kompos jerami lebih berpotensi meningkatkan P tersedia, serapan P dan jumlah anakan dibanding kotoran lain.

4. Penambahan kotoran ayam terhadap jerami cacah lebih berpotensi meningkatkan P tersedia, serapan P dan jumlah anakan dibanding kotoran lain.

Saran

Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan aplikasi komposisi bahan organik lain yang dapat menyumbangkan unsur hara N yang lebih tinggi pada tanah sehingga tanaman tidak mengalami gejala daun menguning akibat retensi hara N.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Sebelas Maret University Press. Surakarta. 3 Hal.

Adiningsih, J. S dan F. Agus. 2005. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (Paddy Soil Test Kit) Versi 1.0. Balai Besar Penelitian &

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Cristanti, E dan Arisoesilaningsih. 2013. Pertumbuhan Padi Hitam dan Serangan Beberapa Herbivor Di Sawah Padi Organik Kecamatan Kepanjen.

Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal Biotropika. Vol. 1 No. 5 thn 2013.

Darmoko, J. 2008. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.). E-Journal Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta. ISSN No. 2337- 6597 Vol 1 (4)

De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. A Wiley Inter Science Publ. John Wiley % Sons. New York.

Dinas Pertanian. 2008. Pedoman Pertanian Organik. http : // www. diperta.

jabarprov. go. id.

Dinesh R, Srinivasan V, Hamza S, Manjusha A. 2010. Short-term incorporation of organik manures and biofertilizers influences biochemical and microbial characteristics of soils under an annual crop turmeric (Curcuma longa L.). Bioresource Technol. 101:4697-4702.

Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Nutrient disorders and nutrient management. IRRI and Potash & PPI /PPIC. Manila, Philipina.

Fahmi, A., Radjagukguk, B., dan Purwanto, B. 2004. Kelarutan Fosfat dan Ferro Pada Tanah Sulfat Masam Yang Diberi Bahan Organik Jerami Padi. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa 1 : 1 -13

Fikrinda, Zuraida, Yusnizar, Marlina. 2011. Serapan hara N, P, dan K pada tanaman jagung dan status hara N, P, dan K pada tanah yang diinokulasi fungi mikoriza arbuskula dan diberi pupuk kandang sebagai upaya reklamasi lahan terkena tsunami. Di dalam: Budi SW, Turjaman M, Mardatin NF, Nusantara AD, Trisilawati O, Sitepu IR, Wulandari AS, Riniarti M, Setyaningsih L, editor. Percepatan Sosialisasi Teknologi Mikoriza untuk Mendukung Revitalisasi Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza II; 2007 Jul 17-21;

Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Seameo Biotrop. hlm 65-71

(47)

Goldschmidt, E. E. And A. Golomb. 1982. The Carbohydrate Balance Of Alternate-bearing Citrus Tress and The Significance of Reserves For Flowering and Fruiting J. Amer. Soc. Hort. Sei. 107: 206-208.

Hanum, H. 2004. Peningkatan Produktivitas Tanah Mineral Masam Yang Baru Disawahkan Berkaitan dengan P Tersedia Melalui Pemberian Bahan Organik, Fosfat Alam dan Pencucian Besi. Desertasi. IPB Bogor. Diakses pada 21 Februari 2017 di E-repository USU.

Harahap, S. 2008. Aplikasi Jerami Padi Untuk Perbaikan Sifat Tanah dan Produksi Padi Sawah. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas sumatera Utara, Medan. Diakses pada 21 februari 2017 di E-Repository USU.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.

Ilyas, Syekhfani, dan Sugeng, P. 2000. Analisis Pemberian Limbah Pertanian Abu Sekam Sebagai Sumber Silikat Pada Andisol dan Oxisol Terhadap Pelepasan Fosfor Terjerap dengan Teknik Perunut 32P. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi.

Jones, J. B., B. Wolf and H.A Mills. 1991. Plant Analysis Handbook. A Practical Sampling, Preparation, Analysis and Interpretation Guide. Micro-Macro Publ. Inc.

Kaderi, Husin. 2004. Teknik Pemberian Bahan Organik Pada Pertanaman Padi Di Tanah Sulfat Masam Potensial. Buletin Teknik Pertanian 9 : 39 – 41 Ketaren, S. N., 2008 Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem

Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Organik. Skripsi Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Laonawaty, Vebby. 2010. Pemanfaatan pupuk kandang untuk mengurangi pemakaian pupuk nitrogen pada tanaman padi sawah (oryza sativa l.).

Skripsi Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Lembaga Penelitian Tanah, 1983. Pedoman Pengamatan Tanah di Lapangan.

Bogor. 86 hal

Morgo, S., Abdul Rahim, dan Yosep S. 2015. Pengaruh Berbagai Jenis Bokashi Terhadap Serapan Fosfor Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccarata).

Palu. ISSN : 2338-3011. e-J. Agrotekbis 3 (3) : 329 - 337 Mukhlis. 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press. Medan.

(48)

Mukhlis, Sarifuddin, dan Hamidah, H. 2011. Kimia Tanah: Teori dan Aplikasi.

USU Press. Medan. Hal. 254-255.

Ompusunggu, G., Hardy Guchi, & Razali. 2015. Pemetaan Status C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Agroekoteknologi FP USU. Medan. . E-ISSN No. 2337- 6597 Vol.4. No.1 (577) :1830- 1837

Ponnamperuma, F. N. 1985. Chemical Kinetics of Wetland Rice Soils Relative to Soil Fertility. In Wetland Soils: Characterization, Classification, and Utilization. IRRI. Los Banos. Philippines.

Prasetyo, H.P., J. S. Adiningsih, K. Subagyono, dan R.D.M. Simanungkalit. 2004.

Mineralogi, kimia, fisika, dan biologi lahan sawah. hlm. 29-82 dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian.

Sa’adah, Supriyanta, dan Subejo. 2013. Keragaman Warna Gabah Dan Warna Beras Varietas Lokal Padi Beras Hitam (Oryza Sativa L.) Yang Dibudidayakan Oleh Petani Kabupaten Sleman, Bantul, Dan Magelang.

FP UGM. Yogyakarta. Vegetalika Vol.2 No.3, 2013 : 13-20.

Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, Rasti Saraswati, Diah Setyorini, dan Wiwik Hartatik. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer And Biofertilizer). . Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor. ISBN 978-979-9474-57-5.

Simamora, J. 2016. Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Tanah Sawah Akibat Pemberian Bahan Organik Pada Pertanaman Semangka (Citrullus Lanatus). Skripsi Jurusan agroekoteknologi Fakultas pertanian.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Yohana, O. Hamidah, H. dan Supriadi. 2013. Pemberian Bahan Silika pada Tanah Sawah Berkadar P Total Tinggi untuk Memperbaiki Ketersediaan P dan Si Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1(4) : 5-8.

Zulfitri A, Sukarno N, dan Prawitasari T. 2011. Peran Fungi Mikoriza Arbuskula Glomus manihotis dan Fungi Endofitik Akar, Aspergillus niger, terhadap Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn). Di dalam:

Budi SW, Turjaman M, Mardatin NF, Nusantara AD, Trisilawati O, Sitepu IR, Wulandari AS, Riniarti M, Setyaningsih L, editor. Percepatan Sosialisasi Teknologi Mikoriza untuk Mendukung Revitalisasi Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza II;

2007 Jul 17-21; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Seameo Biotrop. Hal 52- 59.

(49)

---%--- Lampiran 1. Bagan Percobaan

V

U

Keterangan:

A = Kontrol

B = Kompos Jerami + Kotoran Ayam ( 50g + 50g/Pot) C = Kompos Jerami + Kotoran Kambing( 50g + 50g/Pot) D = Kompos Jerami + Kotoran Sapi( 50g + 50g/Pot) E = Jerami Cacah + Kotoran Ayam( 50g + 50g/Pot) F = Jerami Cacah + Kotoran Kambing( 50g + 50g/pot) G = Jerami Cacah + Kotoran Sapi( 50g + 50g/pot)

Lampiran 2. Data Analisis Tanah

ANALISIS TANAH pH H2O C Org N P Bray II P Total Tanah Sawah 5,6 0,5 0,23 44,34 0,16 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

C A F B D G E

F B

A G

D C

C B

E D

G E

A F

(50)

---%--- Lampiran 3. Data Analisis Bahan Organik

Analisis Bahan Organik pH C-Org N P K C/N

Kotoran Ayam 8,12 44,47 1,08 0,32 0,34 41,17

Kotoran Sapi 7,61 48,21 1,14 0,58 0,68 42,28

Kotoran Kambing 7,83 18,02 3,02 1,28 0,50 5,96 Kompos Jerami 7,42 32,96 1,98 0,27 0,34 16,64

Jerami Cacah 8,52 36,23 1,22 0,17 0,72 29,69

(51)

Lampiran 4. C organik (%) tanah pada berbagai perlakuan kombinasi bahan organik

Lampiran 5. Daftar sidik ragam C organik

SK db JK KT Fhit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 6 0,06759 0,011265 0,370504tn 2,99612 4,014637

Galat 14 0,43 0,030405

Total 20 0,49

KK 22,98%

Keterangan :

KK = Koefisien Keragaman tn = Tidak Nyata

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II III

A 219,36 232,48 210,65 662,49 220,83

B 228,13 228,13 228,13 684,39 228,13

C 254,73 245,81 236,93 737,47 245,82

D 245,81 236,25 245,81 727,87 242,62

E 272,74 245,81 245,81 764,36 254,79

F 180,43 201,24 198,13 579,8 193,27

G 263,71 195,01 191,89 650,61 216,87

Total 1664,91 1584,73 1557,35 4806,99

Rataan 237,84 226,39 222,48 228,90

Referensi

Dokumen terkait

Bambang Yuwono, Yuli Fauziah, Yenny Rachma Setyaningsih, Universitas Pembangunan Nasional Veteran (2011) dalam jurnalnya yang berjudul Sistem Pakar Website Untuk

 T erminal Towo’e Tahuna merupakan salah satu prasarana yang penting di kota Tahuna maupun Kabupaten Kepulauan Sangihe karena memiliki fasilitas umum yang

Asli Lampiran Bukti Milik/Sewa/Dukungan Peralatan yang tercantum dalam data Teknis Pengalaman Perusahaan (Dumptruk,BPKB/STNK, Peralatan lain berupa Kuitansi/Nota Pembelian

[r]

kiranya kegiatan tersebut bisa diumumkan di laman LPSE ITS agar bisa diketahui.. dan diakses oleh penyedia

29 April 2016 dan Penetapan Pemenang oleh Kelompok Kerja (Pokja) ULPD Kementerian Keuangan. Provinsi Sumatera Utara tanggal 29 April 2016 melalui Aplikasi SPSE Kementerian

Program penelaahan dan penyusunan pengajuan akreditasi internasional dan peningkatan akreditasi internasional dengan kebijakan sesuai keadaan tiap fakultas (pentahapannya dapat

High Intensity Interval Training (HIIT) merupakan latihan intensitas tinggi dengan waktu yang singkat serta dilakukan secara berulang – ulang.. Oleh karena HIIT