MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Pengenalan Rekayasa Keselamatan Jalan. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta pendidikan dan pelatihan di bidang jalan yang berasal dari kalangan pegawai pemerintah daerah dan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Modul Pengenalan Rekayasa Keselamatan Jalan ini disusun dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari Pendahuluan dan Kegiatan Belajar. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami segala kebutuhan terkait jalan berkeselamatan. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini diisi oleh adanya pergeseran aktivitas peserta latih dan pelatih yakni dengan menonjolkan peran serta aktif peserta latih.
Akhirya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain modul ini dapat memberikan manfaat.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ...ii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 2
1.2. Deskripsi Singkat ... 2
1.3. Standar Kompetensi ... 2
1.4. Kompetensi Dasar ... 3
1.5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 3
1.6. Estimasi Waktu ... 4
BAB 2 KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PERANAN AHLI TEHNIK ... 5
2.1. Latar Belakang ... 6
2.2. Kerugian akibat Kecelakaan Lalu Lintas... 7
2.3. Manusia, Kendaraan dan Jalan dalam kecelakaan lalu lintas ... 10
2.4. Peran Ahli Teknik ... 14
2.5. Rangkuman ... 15
2.6. Latihan ... 15
BAB 3 FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS ... 16
3.1. Latar Belakang ... 17
3.2. Faktor Manusia ... 18
3.3. Faktor Kendaraan ... 27
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN iii
3.4. Faktor Jalan dan Lingkungan ... 28
3.5. Rangkuman ... 38
3.6. Latihan ... 38
BAB 4 ANALISA PENCEGAHAN KECELAKAAN LALU LINTAS ... 39
4.1. Matrik Haddon ... 40
4.2. Pencegahan pada Fa ktor Manusia ... 44
4.3. Pencegahan pada Faktor Kendaraan ... 45
4.4. Pencegahan pada Faktor Jalan dan Lingkungan ... 47
4.5. Rangkuman ... 48
4.6. Latihan ... 48
BAB 5 METODA/KEGIATAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN ... 49
5.1. Titik Rawan Kecelakaan/Blackspot ... 50
5.2. Audit Keselamatan Jalan ... 59
5.3. Rangkuman ... 63
5.4. Latihan ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
GLOSARIUM ... 65
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kematian Berdasarkan Pengguna Jalan... 8
Gambar 2 Kematian Berdasarkan Kelompok Umum ... 9
Gambar 3 Kematian Berdasarkan Jenis Kelami ... 9
Gambar 4 Tipe tabrakan (%) untuk Jalan Told an Non Tol ... 10
Gambar 5 Faktor Manusia, Kendaraan, dan Jalan dalam Kecelakaan ... 11
Gambar 6 Faktor Penyebab Kecelakaan ... 18
Gambar 7 Interaksi Antar Manusia, Kendaraan, Jalan dan Lingungan ... 19
Gambar 8 Elemen Fisiologis dan Psikologis Penentu Perilaku Manusia ... 20
Gambar 9 Hubungan antar Kecepatan dan Kemampuan Penglihatan Mata ... 22
Gambar 10 Pentahapan pada Superelevasi ... 29
Gambar 11 Alinyemen dengan Kondisi Buruk ... 32
Gambar 12 Jenis-Jenis Persimpangan ... 35
Gambar 13 Diagram Matrik Haddon ... 41
Gambar 14 Matrik Haddon Terkait Manusia, Kendaraan, Jalan dan Lingkungan42 Gambar 15 Langkah-Langkah dalam Investigasi Lokasi Rawan Kecelakaan ... 51
Gambar 16 Diagram Tabrakan di Lokasi Rawan Kecelakaan... 53
Gambar 17 Langkah Pelaksanaan Audit Keselamatan Jalan ... 62
Gambar 18 Alat Pengamanan Lalu Lintas pada Tahap Pelaksanaan Pekerjaan .. 63
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Efek Gradien pada Kecepatan Kendaraan ... 30 Tabel 2 Matrik Haddon yang Terkait dengan AKibat Kecelakaan Lalu Lintas ... 43 Tabel 3 Matrik Terkait Faktor Manusia dan Upaya Pencegahan Terhadap
Kecelakaan ... 44 Tabel 4 Matrik Terkait Faktor Kendaraan dan Peralatan dengan Upaya
Pencegahan ... 45 Tabel 5 Matrik terkait Faktor Jalan dan Lingkunga serta Upaya Pencegahan .... 47 Tabel 6 Matriks Faktor Kecelakaan ... 53 Tabel 7 Faktor Reduksi Kecelakaan (Australia) ... 55
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Petunjuk penggunaan modul Diklat Jalan Berkeselamatan ini digunakan untuk mempermudah peserta dalam memahami materi Pengenalan Rekayasa Keselamatan Jalan. Adapun teknik penggunaannya adalah sebagai berikut :
1. Peserta Diklat Jalan Berkeselamatan membaca dengan seksama setiap bab dan coba dibandingkan dengan pedoman dari peraturan yang ada dan ketentuan terkait, kemudian disesuaikan dengan pengalaman peserta yang telah dialami di lapangan.
2. Jawablah pertanyaan dan latihan, apabila masih belum dapat menjawab dengan sempurna, hendaknya peserta Diklat Jalan Berkeselamatan latihan mengulang kembali materi yang belum dikuasai.
3. Selanjutnya buatlah rangkuman, kemudian buatlah latihan dan diskusi dengan sesama peserta Diklat Jalan Berkeselamatan untuk memperdalam materi.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 1
BAB 1
PENDAHULUAN
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 2
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Di dalam memasuki era globalisasi sangat diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar mampu berkompetisi dalam persaingan global. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku aparatur harus menjadi prioritas utama.
Salah satu upaya yang strategis dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku aparatur sipil negara adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Jalan Berkeselamatan dengan Modul Pengenalan Rekayasa Keselamatan Jalan
Dengan demikian para aparatur sipil negara diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat Pendidikan dan Pelatihan teknis ini diselenggarakan bagi aparatur sipil negara dengan standar kompetensi Pejabat Fungsional Ahli Muda bidang perencanaan atau pelaksanaan jalan dan jembatan tingkat dasar
Pendidikan dan pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan tentang pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (sikap) dalam perencanaan atau pelaksanaan jalan dan jembatan sesuai dengan tugas pokok jabatan fungsional teknik jalan dan jembatan.
1.2. Deskripsi Singkat
Modul ini membekali peserta dengan pengetahuan dan pengertian tentang rekayasa keselamatan jalan yang merupakan serangkaian metoda/ kegiatan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kematian serta kerugian materi pengemudi, penumpang dan pejalan kaki dalam kecelakaan lalu lintas, akan disajikan dengan menggunakan metoda pelatihan orang dewasa (andragogi) meliputi ceramah, tanya jawab, pemaparan serta diskusi.
1.3. Standar Kompetensi
Setelah selesai mengikuti pembelajaran modul ini diharapkan peserta mampu menjelaskan tata cara (metoda) mengurangi resiko kerugian akibat kecelakaan lalu lintas dengan melakukan rekayasa keselamatan jalan pada faktor-faktor
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 3
penyebab kecelakaan lalu lintas sehingga dapat mewujudkan jalan berkeselamatan.
1.4. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang akan dicapai dari pembelajaran ini antara lain:
1. Peserta mampu memahami kerugian akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia serta peranan ahli teknik jalan dalam mengurangi resiko tersebut
2. Peserta mampu memahami faktor manusia, faktor kendaraan serta faktor jalan dengan lingkungannya sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas
3. Peserta mampu memahami perangkat analisa pencegahan kecelakaan lalu lintas untuk menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas terkait faktor penyebab kecelakaan lalu lintas
4. Peserta mampu memahami cara (metoda/ kegiatan) mengurangi resiko kerugian dalam rekayasa keselamatan jalan.
1.5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Dalam modul Pengenalan Rekayasa Keselamatan Jalan ada 4 (empat) materi yang akan dibahas, yaitu:
1. Kerugian Akibat Kecelakaan Lalu Lintas dan Peranan Ahli Tehnik, meliputi:
a. Latar Belakang
b. Kerugian Akibat Kecelakaan Lalu lintas
c. Manusia, Kendaraan dan Jalan dalam Kecelakaan Lalu Lintas d. Peran Ahli Teknik Jalan
2. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas, meliputi:
a. Latar Belakang b. Faktor Manusia c. Faktor Kendaraan
d. Faktor Jalan dan Lingkungan
3. Analisa Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas, meliputi:
a. Pengenalan Matrik Hadon
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 4
b. Pencegahan pada Faktor Manusia c. Pencegahan pada Faktor Kendaraan
d. Pencegahan pada Faktor Jalan dan Lingkungan 4. Metoda/ Kegiatan Rekayasa Keselamatan Jalan, meliputi:
a. Titik Rawan Kecelakaan, Laporan Black Spot b. Audit Keselamatan Jalan
1.6. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata diklat “Pengenalan Rekayasa Keselamatan Jalan” pada peserta diklat teknis ini adalah 6 (lima) jam pelajaran.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 5
BAB 2
KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS
DAN PERANAN AHLI TEHNIK
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 6
2. Kerugian Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Dan Peranan Ahli Tehnik
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta memahami bahwa kecelakaan lalu lintas sangat merugikan dan perlu
dikurangi dengan peranan ahli tehnik 2.1. Latar Belakang
Saat ini peringkat kematian nomor 9 (sembilan) di dunia adalah tingkat kematian yang diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas dan ini setara dengan 2,2
% kematian dunia. Terjadi sekitar 1,3 juta orang meninggal tiap tahun, 3.287 kematian per hari dan 20 - 50 juta orang terluka atau menderita cacat permanen setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas. Kira-kira separuh angka kematian tersebut terjadi pada generasi muda dengan kisaran umur 15- 44 tahun.
Kecelakaan di jalan merupakan penyebab kematian utama daripada generasi muda berumur 15 – 29 tahun; 73 % dari seluruh kematian akibat kecelakaan lalu lintas di dunia adalah laki-laki. (Di Indonesia angka ini lebih tinggi, mencapai 90 %).
Lebih dari 90 % kecelakaan lalulintas terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang jumlah kendaraannya kurang dari 50 % jumlah total kendaraan dunia. Kecelakaan di jalan menyebabkan kerugian total dunia mencapai 518 miliar US$ dan merupakan kerugian tiap-tiap di dunia negara sebesar 1 s/d 2 % GDP/ tahun. Merugikan senilai 65 miliar US$ setiap negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan nilai kerugian ini melebihi nilai bantuan pengembangan yang diterima.
Kondisi ini semakin memburuk di banyak negara di dunia sejalan dengan tingginya laju kepemilikan kendaraan bermotor. Mengurangi kecelakaan lalu lintas di jalan, tidak hanya akan menolong individu dan keluarganya, namun juga berkontribusi positif bagi perekonomian suatu negara.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 7
Pemakai jalan yang rentan (pejalan kaki, pesepeda dan pengendara sepeda motor) memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang lebih besar di negara berpenghasilan rendah dan menengah dibandingkan di negara berpenghasilan tinggi. Apabila tidak dilakukan tindakan apapun maka kecelakaan lalu lintas di dunia diprediksi akan menjadi penyebab kematian ke 5 (lima) terbesar di dunia pada tahun 2030.
Namun demikian, di beberapa negara maju telah terjadi penurunan tingkat kecelakaan akibat telah dilaksanakannya Program Keselamatan Jalan secara aktif selama 50 tahun terakhir.
2.2. Kerugian akibat Kecelakaan Lalu Lintas
Di negara maju, jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas menurun sangat tajam, sekitar 10 % dalam dua dasawarsa terakhir.
Namun, di sebagian besar negara berkembang termasuk Indonesia kondisi ini bertambah buruk. Disadari bahwa tanpa adanya tindakan maka tingkat kecelakaan lalu lintas akan terus meningkat secara signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian terkini di Indonesia, kerugian yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas mencapai 2,9 % dari pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Indonesia.
Banyak keluarga yang jatuh miskin setelah kecelakaan lalu lintas membunuh atau membuata tidak berdayanya anggota keluarga mereka. Kebanyakan korban kecelakaan lalu lintas adalah pencari nafkah keluarga, sehingga keluarga yang ditinggalkan menderita kerugian menderita kerugian ekonomi yang amat besar. Oleh karena itu kematian atau cedera akibat kecelakaan lalu lintas bukan hanya sebatas masalah kesehatan masyarakat namun juga memberi beban kerugian ekonomi yang besar bagi negara dan masyarakat.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 8
Gambar 1 Kematian Berdasarkan Pengguna Jalan
Sangat sulit menggambarkan secara tepat besaran kecelakaan lalu lintas di Indonesia akibat banyaknya kejadian kecelakaan yang tidak terlaporkan.
Menurut data resmi Kepolisian jumlah kematian pada 2010 adalah 31.234 jiwa.
Hasil penelitian dari profesional keselamatan jalan, menunjukkan angka kematian melebihi 40.000 jiwa.
Gambar 2.1 menunjukkan persentase korban meninggal berdasarkan pengguna jalan di Indonesia. Pengendara sepeda motor menduduki persentase tertinggi, mencapai 61 %. Meskipun demikian, di area perkotaan seperti Jabodetabek, kematian pengendara sepeda motor berada lebih di atas 70 %.
Meningkatkan keselamatan pengendara sepeda motor menjadi hal yang penting dalam keselamatan jalan di Indonesia saat ini. Pemakai jalan rentan lainnya (pejalan kaki dan pesepeda) tercatat sekitar 28 % dari korban kecelakaan. Melindungi pejalan kaki dan pesepeda (non motoris) juga harus menjadi prioritas utama dalam perancangan dan pengelolaan jalan.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 9
Gambar 2 Kematian Berdasarkan Kelompok Umum
Hal yang menarik yang perlu dicatat bahwa hingga saat ini bahwa para perencana jalan lebih memfokuskan keselamatan kendaraan roda empat dalam desain jalan, sedangkan pada kenyataan bahwa korban kecelakaan lalu lintas dari pengguna kendaraan roda empat hanya 7 % dari total kematian di jalan.
Data kecelakaan di Indonesia menurut data global menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas terjadi pada kelompok umur 15 hingga 44 tahun.
Gambar 3 Kematian Berdasarkan Jenis Kelami
Sekitar 77 % korban kematian di jalan adalah laki- laki. Hal ini sesuai dengan gambaran global yang menunjukkan bahwa mayoritas kematian akibat
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 10
kecelakaan di jalan adalah laki-laki (lihat Gambar 2.3. Kematian Berdasarkan Jenis Kelamin)
Gambar 4 Tipe tabrakan (%) untuk Jalan Told an Non Tol
Data kecelakaan pada jalan tol di Indonesia lebih komprehensif dibandingkan pada jalan non tol. Jenis kecelakaan tunggal (terguling/ keluar jalur) merupakan jenis tabrakan paling umum yang terjadi baik di jalan tol maupun jalan non-tol (Lihat Gambar 2.4. Tipe Tabrakan (%) untuk Jalan Tol dan Non-Tol).
Secara ekonomis tabrakan di jalan sangat merugikan, menghambat pembangunan ekonomi, dan dapat menghancurkan kesejahteraan keluarga bila salah seorang anggota keluarga (khususnya pencari nafkah) tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 63% dari keluarga korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, mengalami penurunan tingkat perekonomian.
2.3. Manusia, Kendaraan dan Jalan dalam kecelakaan lalu lintas Sistem transportasi jalan terdiri dari tiga komponen utama:
pengguna jalan (manusia),
kendaraan, dan
jalan (termasuk lingkungan sekitarnya).
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 11
Masing-masing faktor dapat berkontribusi pada terjadinya kecelakaan lalu lintas. Namun, pada umumnya suatu kejadian kecelakaan melibatkan interaksi yang rumit di antara ketiga komponen tersebut :
Interaksi antara kendaraan dan jalan adalah isu dalam desain geometrik jalan. Hal ini menjadi pertimbangan utama para perancang jalan.
Interaksi antara pengguna jalan dan kendaraan merupakan hubungan (interface) manusia dengan mesin. Hal ini menjadi pertimbangan utama industri kendaraan bermotor.
Interaksi antara pengguna jalan dan jalan merupakan isu di bidang faktor manusia. Hal ini masih belum banyak dibahas dalam pedoman- pedoman teknis. Ahli teknik jalan sering kali mengabaikan fakta bahwa mereka membuat jalan yang akan digunakan oleh manusia.
Gambar 5 Faktor Manusia, Kendaraan, dan Jalan dalam Kecelakaan Kecelakaan lalu lintas telah lama diakui dunia (oleh PBB) sebagai hambatan besar dalam pencapaian sasaran pembangunan dan kesehatan di seluruh dunia.
Baru beberapa tahun belakangan ini isu kecelakaan lalu lintas mulai mengemuka sebagai suatu masalah global yang menyita perhatian dunia.
Banyak negara telah mengembangkan Strategi Keselamatan Jalan Nasional sebagai panduan untuk mengarahkan sumber dayanya dalam upaya meningkatkan keselamatan jalan. Strategi Nasional ini berbeda antar negara
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 12
karena perbedaan tingkat pembangunan dan masalah kecelakaan lalu lintas yang dialaminya.
Terdapat beberapa persamaan yang secara umum dapat dituangkan dalam 5 pilar Indonesia menerbitkan Instruksi Presiden No. 4 tahun 2013 yang mencerminkan pemikiran “sistem berkeselamatan” dan dituangkan dalam 5 pilar :
1. Pilar 1 – Manajemen Keselamatan Jalan; dengan program:
Penyelarasan dan Koordinasi Keselamatan Jalan
Protokol Kelalulintasan Kendaraan Darurat
Riset Keselamatan Jalan
Survailans Cedera (Surveilance Injury) dan Sistem Informasi Terpadu
Dana Keselamatan Jalan
Kemitraan Keselamatan Jalan
Sistem Manajemen Keselamatan Angkutan Umum
Penyempurnaan Regulasi Keselamatan Jalan 2. Pilar 2 – Jalan yang Berkeselamatan; dengan program:
Badan Jalan yang berkeselamatan
Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan yang Berkeselamatan
Perencanaan dan Pelaksanaan Perlengkapan Jalan
Penerapan Manajemen Kecepatan
Menyelenggarakan Peningkatan Standar Kelaikan Jalan yang Berkeselamatan
Lingkungan Jalan yang Berkeselamatan
Kegiatan Tepi Jalan yang Berkeselamatan
3. Pilar 3 – Kendaraan yang Berkeselamatan; dengan program:
Penyelenggaraan dan Perbaikan Prosedur Uji Berkala dan Uji Tipe
Pembatasan Kecepatan pada Kendaraan
Penanganan Muatan Lebih (Overloading)
Penghapusan Kendaraan (Scrapping)
Penetapan Standar Keselamatan Kendaraan Angkutan Umum
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 13 4. Pilar 4 – Perilaku Pengguna Jalan yang Berkeselamatan; dengan program:
Kepatuhan Pengoperasian Kendaraan
Pemeriksaan Kondisi Pengemudi
Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi
Peningkatan Sarana dan Prasarana Sistem Uji Surat Izin Mengemudi
Penyempurnaan Prosedur Uji Surat Izin Mengemudi
Pembinaan Teknis Sekolah Mengemudi
Penanganan terhadap 5 (lima) Faktor Risiko Utama Plus
Penggunaan Elektronik Penegakan Hukum
Pendidikan Formal Keselamatan Jalan
Kampanye Keselamatan
5. Pilar 5 – Penanganan Pra dan Pasca Kecelakaan; dengan program:
Penanganan Pra Kecelakaan
Penanganan Pasca Kecelakaan
Penjaminan Korban Kecelakaan yang Dirawat di Rumah Sakit Rujukan
Pengalokasian Sebagian Premi Asuransi untuk Dana Keselamatan Jalan
Riset Pra dan Pasca Kejadian Kecelakaan pada Korban
Fungsi dari strategi nasional keselamatan jalan adalah untuk memandu dan mengarahkan sumber daya nasional secara efektif dengan sasaran mengurangi korban kecelakaan.
Beberapa negara telah menetapkan sasaran pengurangan tingkat kematian sebesar 10%, 20 %, atau 50 % dalam jangka waktu 3 tahun, 5 tahun atau 10 tahun.
Peningkatan keselamatan jalan di Indonesia merupakan program jangka panjang yang terkait dengan peningkatan standar hidup, meningkatkan efektifitas pemerintahan dan memperkuat kemampuan manajemen institusi di berbagai sektor pemerintahan.
Upaya peningkatan keselamatan jalan di Indonesia melingkupi manusia, kendaraan dan jalan yang berkeselamatan.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 14
2.4. Peran Ahli Teknik
Banyak ahli teknik di negara berkembang seperti Indonesia, tidak/ kurang menyadari perannya dalam mengurangi kecelakaan lalu lintas.
Banyak yang beranggapan bahwa kecelakaan lalu lintas terjadi sepenuhnya karena kesalahan dan kelengahan pemakai jalan saja. Sehingga pemikiran bahwa satu-satunya cara untuk meningkatkan keselamatan di jalan adalah dengan penegakkan hukum yang lebih keras oleh Polisi.
Para ahli teknik itu harusnya menyadari bahwa banyak kesalahan manusia disebabkan oleh kegagalan seorang ahli teknik dapat diatasi seperti misalnya :
Saluran terbuka yang tidak seharusnya terletak dekat dengan jalan,
Marka jalan yang salah yang menyebabkan pengguna jalan bertabrakan depan-depan,
Rambu lalu lintas yang terhalang, atau
Ketiadaan fasilitas penyeberangan untuk anak-anak sekolah di lokasi jalan raya yang padat lalu lintasnya.
Jalan di Indonesia pada umumnya masih sangat jauh dari kata berkeselamatan.
Banyak “kejutan” bagi pengguna jalan. Jalan di Indonesia harus dapat dibuat lebih baik untuk dapat menyelamatkan nyawa manusia.
Keselamatan jalan di Indonesia dapat dan perlu ditingkatkan secara bertahap.
Kecelakaan “keluar jalur” dapat dicegah dengan memperjelas delineasi tikungan. Keselamatan pejalan kaki dapat ditingkatkan dengan membuat
‘refugee’ yang baik, memberi penerangan lampu jalan, membuat jalur pejalan kaki dan pembatasan kecepatan kendaraan. Persimpangan dapat didesain secara lebih berkeselamatan dan bahu jalan dapat diperkeras.
Para ahli teknik dapat membuat perubahan; menyelamatkan nyawa dan mencegah cedera. Desain, konstruksi, pemeliharaan, dan pengoperasian jalan dapat direkayasa agar lebih berkeselamatan. Pesan utamanya adalah bahwa para ahli teknik memainkan peran vital dalam membangun jalan yang lebih berkeselamatan.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 15
2.5. Rangkuman
1. Tingkat kematian, kerugian materil cenderung meningkat dan masih terus meningkat sampai pada nilai yang sangat signifikan dan disadari perlu suatu usaha untuk menurunkannya.
2. Rekayasa keselamatan jalan yang merupakan serangkaian metoda/
kegiatan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kematian serta kerugian materil
3. Para ahli teknik dapat membuat perubahan untuk menyelamatkan banyak nyawa , mencegah cedera serta membuat faktor-faktor penyebab kecelakaan lebih berkeselamatan
2.6. Latihan
1. Perkiraan pada tahun 2030 ke depan, apabila kita tidak melakukan tindakan dan usaha apapun maka kecelakaan lalu lintas di dunia diprediksi akan menjadi penyebab kematian nomor berapa di dunia?
2. Sebutkan tingkat kecelakaan lalu lintas untuk jenis kendaraan jenis apakah yang paling tinggi di Indonesia?
3. Sebutkan tingkat kecelakaan lalu lintas untuk rentang umur berapakah yang paling sering mengalami kecelakaan di Indonesia?
4. Pada Pilar berapa kaitan Saudara sebagai ASN dengan Strategi Keselamatan Jalan Nasional yang dituangkan dalam kebijakan 5 pilar yang mencerminkan pemikiran sistem berkeselamatan?
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 16
BAB 3
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 17
3. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat memahami faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas 3.1. Latar Belakang
Karena kejadian kecelakaan di jalan melibatkan interaksi yang rumit antar ketiga komponen faktor manusia, faktor kendaraan dan faktor jalan termasuk lingkungan, maka ahli teknik harus memahami masing-masing faktor tersebut berkontribusi pada kecelakaan. Sehingga akan lebih mudah untuk melakukan upaya perbaikan pada ke 3 (tiga) faktor sehingga dapat meminimalisasikan kejadian serta dampak kerugian akibat kecelakaan di jalan.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 18
3.2. Faktor Manusia
Manusia untuk mengemudikan kendaraan pada jalan dan lingkungan tertentu (Gambar 3,2. Interaksi antar Manusia, Kendaraan serta Jalan dan Lingkungan) dilakukan dengan cara memutar kemudi, menekan pedal akselerator (i.e. pedal gas), menginjak pedal kopling dan pedal rem.
Interaksi ini terjadi sangat rumit, sehingga bila menginginkan tingkat keberhasilan mengemudi yang baik akan dan sebenarnya memerlukan kepekaan, kecepatan reaksi, kecerdasan, pengalaman pengemudi yang sangat tinggi. Kecelakaan biasanya terjadi karena adanya defisiensi/ masalah di atas
tadi.
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan dari faktor manusia didahului dengan terjadinya pelanggaran rambu-rambu atau pengaturan lalu lintas.
Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau mengabaikan/ pura-pura tidak tahu. Selain itu manusia sebagai pengguna jalan raya dapat saja lalai, bahkan ugal ugalan dalam mengendarai kendaraan,
FAKTOR MANUSIA
FAKTOR JALAN DAN LINGKUNGAN FAKTOR
KENDARAAN
Gambar 6 Faktor Penyebab Kecelakaan
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 19
mengendara dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing/
terprovokasi ulah pengguna jalan lainnya sehingga terjadi balapan.
Gambar 7 Interaksi Antar Manusia, Kendaraan, Jalan dan Lingungan Faktor manusia sebagai pengendara dari hasil analisis punya andil besar sebagai penyebab kecelakaan di jalan raya dapat disebabkan dari kondisi fisik dan mental, sikap berkendara, keterampilan mengemudi yang buruk serta mengemudi dibawah pengaruh alkohol/ obat-obatan.
Perilaku pengguna jalan terbentuk dari elemen Fisiologis dan Psikologis.
Perilaku itu ada yang bersifat permanen dan temporer akibat faktor kelelahan atau pengaruh akohol dan obat/ psikotropika.
Perilaku inilah yang mempengaruhi sistem saraf dan dapat terjadi penurunan kemampuan khususnya pada pengguna jalan berusia lanjut karena kemampuan motorik (pengendalian saraf atau perintah dari otak) dan sensoris (menangkap informasi dari luar dan diubah menjadi pesan ke otak) menurun dan membutuhkan waktu di atas rata-rata pengguna jalan lain.
MANUSIA
KENDARAAN
JALAN/ LINGKUNGAN
Mengendalikan kemudi dan pedal
Menapak pada jalur lintasan sesuai arah dan perputaran roda
Memberikan input pada panca indera manusia
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 20
Gambar 8 Elemen Fisiologis dan Psikologis Penentu Perilaku Manusia Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci kondisi fisiologis dan psikologis seorang manusia terkait dengan kegiatan mengemudikan kendaraan sebagai berikut : a. Kondisi Fisik Manusia
Saat sedang mengemudi maka seseorang membutuhkan kondisi fisik yang lengkap dan unjuk kerja yang prima, berikut adalah hal-hal yang penting dalam kondisi manusia yang normal :
1. Sistem Saraf
Manusia memiliki sistem saraf untuk pengambilan keputusan bereaksi dalam waktu tertentu untuk mengambil keputusan menghadapi sesuatu kejadian di hadapannya. Waktu yang diperlukan antara melihat suatu kejadian, mengolah informasi di otak untuk kemudian mengambil reaksi disebut sebagai waktu reaksi, atau di dalam berbagai referensi disebut sebagai PIEV (Perception, Intelection, Emotion dan Volition).
Perception, merupakan saat pandangan mata yang menangkap adanya suatu keadaan/ ancaman dihadapan pengemudi.
Intelection, informasi dari mata selanjutnya dikirim ke otak oleh saraf mata, diolah oleh otak dengan menggunakan kecerdasan otak, dengan menggunakan ingatan masa lalu, ataupun analisis keadaan.
Emotion, pengambilan keputusan diotak, mengenai langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi keadaan/ancaman dengan berbagai pertimbangan yang seringkali dipengaruhi oleh emosional pengemudi.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 21
Volition, merupakan instruksi yang telah diolah untuk diteruskan melalui saraf kepada tindakan yang akan diambil oleh tangan dan kaki pengemudi.
Waktu PIEV seorang pengemudi rata-rata 2,5 detik tetapi dapat lebih cepat pada orang-orang tertentu seperti pembalap yang harus mengambil tindakan/ langkah dengan sangat cepat, atau membutuhkan waktu yang lebih lama pada orang yang lebih tua, sedang minum obat, kelelahan, gangguan phisik pada penderita cacat dan adanya gangguan cuaca.
Besarnya waktu reaksi ini penting dalam merancang berbagai perangkat lalu lintas seperti pada survai arus jenuh pada persimpangan, dalam perhitungan waktu hijau/ merah pada Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas (APILL), penempatan rambu, perhitungan jarak pandang dan lain sebagainya.
2. Penglihatan
Karakteristik fisik yang juga penting dari seorang pengemudi adalah kemampuannya untuk bisa melihat dengan jelas objek tetap berupa jalan dan perlengkapan jalan di atasnya yang mencakup bidang penglihatannya dan buta warna. Demikian juga penglihatan yang baik harus bisa melihat dengan jelas berbagai obyek bergerak seperti mobil, sepeda motor, gerobak dan manusia yang sedang bergerak terutama terkait dengan lintasan gerak kendaraannya.
Ketajaman penglihatan pengemudi sangat perlu diperhatikan pengemudi dalam melakukan estimasi terhadap jarak dan kecepatan kendaraan lain serta pada penempatan rambu-rambu. Pengemudian kendaraan dengan estimasi waktu dan jarak yang buruk dapat berakibat lambannya rekasi mengemudi dan ini membutuhkan sikap sangat berhati-hati pada saat mengemudikan kendaraan pada malam hari.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 22
Gambar 9 Hubungan antar Kecepatan dan Kemampuan Penglihatan Mata Perlu dipahami bahwa semakin tinggi kecepatan pengemudian, maka akan makin sempit sudut pandangannya dan termasuk juga dengan penurunan kemampuan persepsi warna, serta kecenderungan semakin jauhnya titik fokus penglihatannya.
3. Pendengaran
Mengemudi adalah kegiatan yang memerlukan kemampuan kombinasi indera yang memadai untuk mengurangi risiko kecelakaan dan sampai tiba dengan selamat di tujuan. Pengemudi dengan gangguan pendengaran harus mengambil tindakan pencegahan dengan menggunakan peralatan dengar tambahan karena berkurangnya pendengaran dapat menimbulkan risiko.
Pengemudi kendaraan bergantung pada pendengaran untuk mengetahui adanya kendaraan ambulan/ darurat mendekati, mendengar peringatan bunyi klakson dari pengemudi kendaraan lain, atau untuk mendeteksi bahaya lain di jalan.
Suatu masa dahulu orang-orang dengan gangguan pendengaran tidak diizinkan untuk mengemudi sama sekali. Bahkan ketika mobil mulai diproduksi secara masal beberapa negara bagian, negara Amerika Serikat menciptakan undang-undang mengemudi pertama yang bahkan melarang pengemudi dengan gangguan pendengaran untuk mengoperasikan kendaraan. Undang-undang tersebut tidak diberlakukan terlalu lama. Pada tahun 2013 Departemen Perhubungan
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 23
bahkan meluluskan undang-undang yang memungkinkan pengemudi dengan gangguan pendengaran untuk mengajukan permohonan lisensi pengemudi komersial untuk kendaraan bermuatan besar.
4. Indera Lainnya (penciuman dan sentuhan)
Indera penciuman dibutuhkan untuk sensor/ alarm adanya sesuatu yang terbakar (Kabel, kanvas rem, kanvas kopling), menandakan ada yang tidak beres. Terkadang dibutuhkan penciuman yang tajam dan pengalaman bahwa bau hangus menandakan bahwa mesin penggerak kendaraan terlalu panas.
Indera sentuhan dibutuhkan untuk kepekaan ketika kaki menekan, menginjak pedal rem, pedal percepatan dan ketika tangan memutar lingkar/ roda kemudi. Bahkan pada beberapa kondisi, pengemudi dapat merasakan daya cengkram roda depan ketika mengalami selip cukup dengan merasakannya melalui tangannya pada roda kemudi.
5. Faktor Kelelahan
Kondisi kelelahan secara signifikan meningkatkan risiko kecelakaan.
Kelelahan membuat kurangnya kesadaran akan hal yang terjadi di jalan dan mengganggu kemampuan untuk merespon dengan cepat dan aman pada situasi berbahaya. Kelelahan pada pengemudi diyakini mempunyai kontribusi lebih dari 30 % menjadi penyebab kecelakaan di jalan.
Adalah sulit bagi seorang pengemudi untuk menilai sendiri tingkat kelelahan dengan akurat. Kemampuan untuk menilai kondisi lingkungan jalan semakin menurun sejalan dengan kelelahan tersebut, yang tersisa hanya tinggal rasa percaya diri. Ada beberapa tanda peringatan kelelahan yang timbul adalah :
Kesulitan berfikir fokus, atau terbatasnya kemampuan memperhatikan;
Kepala tergangguk-angguk, atau ketidakmampuan untuk tetap menjaga mata terbuka;
Tidak dapat mengingat beberapa menit terakhir;
Penilaian yang buruk, waktu reaksi lebih lambat;
"Zonasi keluar" / Kesulitan tetap pada batas wilayah;
Melamun dan pikiran mengembara;
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 24
Selalu/ konstan menguap atau menggosok mata;
Hanyut/ mengapung di dalam jalur;
Kemampuan normal seseorang mengemudikan kendaraaan dengan baik tergantung dengan tingkat kelelahan pengemudi, semakin lelah kondisi pengemudi, akan semakin buruk kemampuan mengemudinya.
Faktor kelelahan salah satunya tergantung dengan lamanya waktu mengemudi. Tiap negara membuat peraturannya masing-masing yang disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.
Dalam UU nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 90 diatur waktu mengemudi adalah 4 jam untuk kemudian beristirahat selama ± 30 menit. Atau dalam keadaan tertentu dapat dipekerjakan selama 12 jam/ hari termasuk 1 jam waktu istirahat.
Kelelahan fisik juga dapat disebabkan karena sikap duduk yang kurang nyaman pada saat berkendara, faktor cuaca, waktu siang hari atau malam hari saat berkendara.
6. Modifikasi pengaruh obat/ alkohol
Mengkonsumsi beberapa jenis obat dan minuman berkadar alkohol tertentu dapat menimbulkan berbagai efek tertentu yang menurunankan kemampuan mengemudi. Artinya dalam kadar tertentu secara umum dapat berakibat melambatkan aktivitas sistem saraf pusat dan otak. Minuman berkadar alkohol, narkoba dan beberapa jenis obat dapat mempengaruhi cara pengemudian karena menyebabkan:
Daya pandang menurun
Penurunan waktu reaksi
Penurunan konsentrasi dan kewaspadaan
Perasaan lebih santai dan mengantuk, yang dapat menyebabkan tertidur saat mengendara
Kesulitan memahami informasi panca indera
Kesulitan melakukan beberapa tugas sekaligus (misalnya tetap di jalur dan dalam arah yang benar, sementara berkonsentrasi pada lalu lintas lainnya)
Kegagalan untuk mematuhi peraturan lalu lintas
Terlalu percaya diri, sehingga dapat memilih mengambil risiko
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 25
Pengendara yang memiliki kondisi kesehatan tidak prima dapat dengan mudah melakukan kesalahan selama berkendara. Salah satu kondisi kesehatan yang buruk adalah mabuk. Dalam kasus kecelakaan maut di Tugu Tani yang menyebabkan 9 orang meninggal dunia, adalah murni dikarenakan kondisi pengemudi yang berada di bawah pengaruh alkohol dan narkoba. Kondisi seperti ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keandalan pengemudi dalam berkendara, dan menyebabkan pengemudi mudah melakukan kesalahan.
b. Kondisi Mental
Kondisi mental pengendara kendaraan di jalan raya secara umum tergantung beberapa faktor yaitu di antaranya :
1. Motivasi 2. Kepandaian
3. Pengalaman/ proses pembelajaran 4. Emosi
5. Kedewasaan 6. Perilaku
Menjadi pengendara yang baik dan aman harus menjadi motivasi diri yang ditanamkan ke dalam pemikiran dan perilaku seorang pengendara sejak dari awal belajar mengemudi. Pengendara pemula baik mobil maupun sepeda motor pada awalnya akan merasa sedikit kesulitan saat berkendara.
Pengendara mobil harus menyeimbangkan tekanan pedal kopling dan pedal gas pada saat terjebak di jalanan menanjak yang sedang macet. Jika terjadi kehilangan konsentrasi, pengendara dapat melakukan kesalahan dan mobil mendadak maju menabrak kendaraan di depan atau malah mundur menabrak kendaraan di belakangnya.
Bagi pengendara sepeda motor lebih mudah kehilangan keseimbangan yang menyebabkannya terjatuh. Kemungkinan terjatuh menjadi lebih besar ketika mengendarai sepeda motor berboncengan dan atau cuaca hujan. Hal ini harus dipahami oleh pengendara untuk selalu belajar dan berlatih dengan benar sehingga menjadi pengendara yang handal dan berpengalaman.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 26
Pengendara yang tidak sabar/ emosional cenderung akan melajukan kendaraannya lebih cepat hanya karena tersusul oleh kendaraan lainnya ataupun merasa terganggu oleh cara mengemudi pengendara yang dianggap tidak menyenangkan. Kecenderungan perilaku tidak sabar/
emosional ini cenderung akan menurun pada umur yang lebih dewasa dibandingkan daripada remaja.
Perilaku berkendara yang baik dan benar sangat dibutuhkan untuk menciptakan kondisi mengemudi secara berkeamanan. Dibutuhkan kesadaran untuk tidak mengemudi tergesa-gesa, tidak berspekulatif karena sadar akan besarnya bahaya di jalan raya, pemakai jalan yang lainnya juga punya hak sama di jalan dan untuk aman sampai ketujuan.
c. Sikap Berkendara
Sikap berkendara yang aman sangat diperlukan untuk menekan angka kecelakaan. Setidaknya ada beberapa hal penting yang harus dimiliki pengendara untuk sikap berkendara yang yaitu :
1. Tahu dan paham terhadap peraturan lalu lintas 2. Mematuhi peraturan lalu lintas
3. Ketrampilan berkendara yang baik
Untuk tahu dan paham terhadap peraturan lalu lintas maka pengemudi harus menjalani proses pembelajaran yang didapat dari sekolah mengemudi yang berijin resmi dan untuk kemudian dilakukan pengujian untuk mendapatkan surat ijin mengemudi (SIM). Dari sekolah mengemudi selain berlatih mengemudi pengendara juga diberikan peraturan lalu lintas dan etika berlalu lintas.
Masalah tingkat kecelakaan yang tinggi untuk pengendara sepeda motor saat ini adalah bahwa sekolah mengemudi untuk kendaraan roda 2 (sepeda motor) tidak mudah untuk didapati. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang minim, asalkan sudah memenuhi unsur umur biasanya calon pengendara sepeda motor lebih mudah mendapatkan SIM C, sehingga tidak terlalu mengherankan tingginya angka kecelakaan pada jenis kendaraan ini karena sikap berkendara yang buruk.
Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas biasanya berbanding lurus dengan kelancaran lalu lintas dan penegakan hukum. Sebaliknya pada situasi jalan yang macet dan atau tanpa kawalan polisi lalu lintas kepatuhan terhadap
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 27
peraturan lalu lintas akan menurun sangat tajam. Pengendara akan cenderung tidak mematuhi APILL, menyerobot jalur berlawanan, mengokupasi bahu jalan ataupun malah trotoar pejalan kaki. Kelancaran lalu lintas juga harus menjadi perhatian dari penyelenggara jalan, pengatur lalu lintas dan penindakan terhadap pelanggaran.
Ketrampilan berkendara dimulai dari saat mulai mengikuti sekolah mengemudi dan makin membaik jika melakukan pelatihan mengemudi yang baik dan konsisten.
3.3. Faktor Kendaraan
Kendaraan terutama kendaraan bermotor, baik beroda 2 (dua) ataupun lebih mempunyai faktor yang sangat berhubungan dalam menentukan jumlah serta tingkat fatalnya kecelakaan lalu lintas. Untuk menjamin faktor kendaraan lebih meningkatkan keselamatan mak perlu perhatian pada :
a. Perawatan dan Uji Laik Kendaraan
Kelalaian dalam perawatan rutin maupun berkala terhadap kendaraan.
Untuk mengurangi dampak faktor kendaraan menjadi penyebab dalam kecelakaan lalu lintas maka perawatan dan perbaikan kendaraan yang baik sangat diperlukan sehingga semua aspek kendaraan dalam kondisi prima.
Disamping perawatan terdapat kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor umum secara reguler. Kelalaian perawatan kendaraan dapat menyebabkan:
Kondisi ban licin akibat keausan dan ban tidak seimbang (balance)
Suspensi dan peredam kejut yang buruk,
Sistem rem yang gagal berfungsi (blong)
Pengemudian yang sulit (Power Steering/ kemudi/ setir macet, Spooring salah)
Sudut tinggi penyinaran lampu tidak sesuai, lampu sinyal rem dan berbelok yang tidak lengkap menyala
Kekuatan mesin melemah (akibat pelumasan, kompresi dan pengapian buruk)
b. Pengendalian Kendaraan
Pengendalian kendaraan menjadi sulit dan tidak mudah sehingga membahayakan dapat terjadi dan disebabkan karena :
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 28
Muatan berlebih (termasuk berboncengan yang berlebih pada sepeda motor)
Penempatan muatan salah (tidak seimbang, terlalu tinggi)
Modifikasi kendaraan yang salah (ukuran bak muatan, ukuran dan profil ban)
Kecepatan kendaraan yang terlalu tinggi
c. Perlengkapan Pengamanan Kecelakaan pada Kendaraan
Rem ABS dan EBD
Power assisted brake (populer dengan rem angin dan boster rem)
Power steering
Seat belt/ sabuk pengaman
Air bag/ kantong udara keselamatan
Pemakaian helm pelindung kepala 3.4. Faktor Jalan dan Lingkungan
Faktor jalan terkait dengan kecepatan, rencana jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/ berlobang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda dan sepeda motor.
Faktor jalan dan lingkungan yang sifatnya permanen dan terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab kecelakaan pada yaitu :
a. Geometrik jalan
Lengkungan dan Superelevasi
Jarak Pandang
Tanjakan/ turunan
Harmonisasi antara alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal
Pertimbangan keselamatan dalam lengkungan adalah besarnya radius (R=
jari-jari) tikungan horizontal dan juga superelevasi pada setiap tikungan.
Tikungan dengan radius yang besar akan memberikan pengendalian kendaraan lebih baik serta jarak pandang yang lebih leluasa, pengemudi dapat melihat melalui tikungan dan membuat keputusan yang
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 29
berkeselamatan lebih dini. Manfaat keselamatan ini berkurang jika terdapat tumbuhan dan bangunan di sisi jalan yang memotong garis pandang.
Tikungan dengan radius kecil selain membatasi garis pandang juga membatasi pengendara yang rasional untuk menurunkan kecepatan atau kendaraannya akan beresiko tergelincir (selip) jika melewati kecepatan aman.
Gambar 10 Pentahapan pada Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan jalan pada perkerasan melengkung yang dirancang untuk mengatasi gaya sentrifugal yang menjaga pergerakan kendaraan yang sedang menikung pada lintasan jalan, seringkali sangat diperlukan jika radius lengkung tikungan horizontal kecil. Besarnya kemiringan superelevasi dibatasi pada nilai tertentu agar kecepatan operasional tidak menurun lebih daripada 85 persentil dan masih berkeamanan terutama untuk kecenderungan tergulingnya kendaraan besar dan bermuatan berat ke arah pusat tikungan pada saat lalu lintas macet.
Pada umumnya tanjakan/ turunan harus dibuat selandai mungkin, konsisten dengan persyaratan ekonomi dan kemiringan memanjang drainase.
Tanjakan yang landai memudahkan semua jenis kendaraan berjalan dengan kecepatan nyaris sama. Tanjakan yang lebih tinggi dan panjang terjal mengakibatkan variasi perbedaan kecepatan antar kendaraan yang beragam sesuai dengan rasio daya terhadap berat dan muatan kendaraan.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 30
Variasi kecepatan dapat berakibat pada :
Perbedaan kecepatan relatif yang lebih besar antar kendaraan, berdampak meningkatkan risiko tabrakan depan-belakang
Peningkatan panjang antrean dan kebutuhan mendahului, yang menambah masalah keselamatan, khususnya bila volume lalulintas yang lebih tinggi.
Penambahan biaya angkutan karena kecepatan cenderung lebih rendah terutama untuk kendaraan berat.
Tabel 1 Efek Gradien pada Kecepatan Kendaraan
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 31
Lengkungan vertikal yang curam berdampak langsung pada kekuatan dan kecepatan kendaraan yang membawa muatan berat dan berlebih. Truk yang kelebihan muatan pada lengkungan vertikal menciptakan situasi berbahaya, tanjakan yang terjal dapat menjadi lokasi tabrakan “bergulir- mundur” ketika truk kehilangan daya menanjaknya dan remnya gagal mencegah bergulir ke belakang.
Turunan curam dan panjang menjadi lokasi truk kehilangan daya rem akibat rem yang terlalu panas, atau tabrakan “keluar-jalan” karena kecepatan yang tinggi.
Alinyemen horizontal dan vertikal sebuah jalan harus dibuat selaras untuk menghindari jarak pandang terputus yang tidak memadai dan ilusi “putus- sambung” di lengkungan belokan.
Perencana jalan berusaha mencapai keselarasan dengan membuat semua titik tempat tikungan horizontal dan lengkung vertikal berubah, bersinggungan satu sama lain. Jika hal itu tidak memungkinkan dan tikungan tidak dapat dipisahkan sepenuhnya, lengkung vertikal harus ditampung secara keseluruhan didalam, atau secara keseluruhan ditampung di luar tikungan horizontal.
Di tikungan horizontal dan lengkung vertikal yang bertumpang tindih, ilusi optikal yang dihasilkan dapat merusak penampilan jalan dan mudah memicu tabrakan.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 32
Gambar 11 Alinyemen dengan Kondisi Buruk b. Kondisi perkerasan/ permukaan jalan
Jalan berlobang
Jalan bergelombang
Jalan beralur
Jalan Retak
Kerusakan jalan yang berlobang, bergelombang dan beralur mempengaruhi konsistensi lintasan pengendalian. Kendaraan cenderung berkelak-kelok untuk menghindari kerusakan dan mengurangi laju kecepatan dengan signifikan sehingga berpotensi tabrakan depan-belakang ataupun juga
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 33
bersinggungan samping. Adalah sangat bijaksana bagi penyelenggara jalan memasang rambu pembatasan kecepatan pada lokasi kerusakan tersebut.
c. Marka, delineasi dan rambu lalu lintas
Marka tidak standar, buram dan tidak konsisten
Delineasi tidak jelas, membingungkan
Rambu lalu lintas rusak, tidak standar, buram, terhalang
Marka jalan digunakan untuk panduan ketika mereka pengendara berada di jalan. Tanpa marka jalan pengemudi dapat keluar dari lintasan yang seharusnya.
Pada pendekatan di sebuah persimpangan kebutuhan marka menjadi sangat penting. Arah pergerakkan kendaraan pada jenis persimpangan dan kendali lalu lintas yang disediakan dapat ditentukan dengan pemasangan marka yang jelas. Marka jalan yang salah menyebabkan pengendara bertabrakan depan-depan.
Ada tiga kelompok marka di perkerasan : o Garis longitudinal
o Garis melintang
o Marka kata atau marka simbol
Kekuatan dari marka adalah karena letaknya di atas perkerasan jalan sehingga perhatian pengemudi/ pengendara tercurah penuh. Marka jalan memberikan delineasi yang menerus bagi lintasan kendaraan. Kelemahan marka pada perkerasan adalah kurang terlihat saat cuaca buruk atau dan ketika di malam hari. Pemakaian marka yang reflektif, menonjol dan memiliki garis tepi yang taktil (berprofil, terasa) dapat membantu mengatasi masalah ini.
Marka perkerasan juga rentan pudar akibat gesekan dengan roda kendaraan, efek sinar matahari serta panas tinggi.
Marka pada perkerasan dibuat dengan memakai cat atau material termoplastik. Karena dibutuhkan untuk beroperasi pada malam hari maka marka harus bersifat reflektif, sehingga saat ini digunakan butiran kaca yang dicampur dalam cat. Marka pada perkerasan juga harus anti-selip dan tahan lama. Pesan yang disampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 34
kebingungan. Marka simbol harus dibuat sederhana dan mudah dimengerti penyampaian pesan dari simbol tersebut, karena hanya terlihat dalam selang waktu yang singkat.
Pemasangan rambu lalu lintas untuk memberi larangan, perintah dan petunjuk merupakan cara yang sangat efektif, akan tetapi akan berkurang manfaatnya bila rambu tersebut dalam kondisi rusak, buram dan terhalang dari garis pandang. Perawatan sederhana adalah hal yang sangat diperlukan untuk menjaga efektifitas rambu lalu lintas.
d. Tata Letak (layout) Persimpangan
Jumlah Kaki
Sudut Simpang
Lebar Persimpangan
Persimpangan jalan merupakan lokasi yang mempunyai resiko kecelakaan tinggi karena pengguna jalan yang berbeda (truk, bus, mobil, pejalan kaki dan pengendara sepeda motor) menggunakan ruang yang sama, sedangkan tabrakan akan dapat dihindari jika penggunaannya pada waktu yang berbeda.
Peningkatan keselamatan di persimpangan dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas secara signifikan.
Berdasarkan data 50 % lokasi kecelakaan di perkotaan dan 10 % - 20 % lokasi kecelakaan di pedesaan terjadi di persimpangan. Jumlah persimpangan serta volume lalu lintas yang tinggi mengakibatkan resiko kecelakaan lebih besar. Kecelakaan di persimpangan beresiko keparahan tinggi akibat kecepatan relatif tabrakan yang tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan merancang persimpangan yang memiliki potensi kecepatan relatif tabrakan yang rendah.
Kategori persimpangan adalah :
Persimpangan empat kaki
Persimpangan T
Persimpangan Y
Persimpangan multi kaki
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 35
Gambar 12 Jenis-Jenis Persimpangan
Prinsip keselamatan kecelakaan pada perancangan persimpangan baru atau menyelidiki sebuah persimpangan yang telah menjadi titik rawan kecelakaan adalah :
Nilai jarak pandang persimpangan, jarak pandang pendekat serta jarak pandang henti di persimpangan yang cukup memadai.
Minimalkan jumlah titik konflik;
Mengurangi kecepatan relatif antar kendaraan;
Pengutamaan pergerakan lalu lintas yang ramai;
Memisahkan konflik (jarak dan waktu);
Mendefiniskan dan meminimalkan wilayah konflik;
Mendefinisikan pergerakan kendaraan;
Menentukan kebutuhan ruang milik jalan;
Mengakomodasi semua pergerakan pengguna jalan (kendaraan dan non-kendaraan);
Menyederhanakan persimpangan;
Meminimalkan tundaan bagi pengguna jalan.
e. Gangguan samping
Lalulintas kendaraan dan pedestrian tercampur aduk
Gangguan kegiatan lingkungan sekitar jalan (sekolah, pasar, pertokoan, dll)
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 36
Lokasi akses jalan masuk yang salah
Gangguan samping atau biasa juga disebut hazard sisi jalan didefinisikan sebagai objek tetap yang berdiameter 100 mm atau lebih yang berada dalam zona bebas. Dapat berupa tiang listrik, tiang PJU, pohon, batu, bangunan, halte bus, pedestrian, saluran terbuka, dan lereng tepi jalan (timbunan dan galian) yang tak dapat dilintasi kendaraan. Pada lokasi persimpangan, arus utama lalu lintas mengalami banyak gangguan yang disebabkan oleh kendaraan dari jalan minor. Arus yang terganggu dapat menimbulkan resiko kecelakaan kendaraan keluar jalur dan menabrak hazard sisi jalan. Pemisahan kegiatan pedestrian dengan pemasanagan pagar terhadap lalu lintas kendaraan secara tegas sangat efektif mencegah kecelakaan yang fatal sampai mengorbankan jiwa.
Penerapkan prinsip manajemen hazard sisi jalan pada rekayasa keselamatan jalan dilakukan untuk dapat meminimalkan resiko gangguan samping ini.
f. Hirarki Jalan
Terjadinya perubahan fungsi jalan tidak sesuai dengan hirarki jalan
Persimpangan jalan dengan perbedaan hirarki lebih dari 1 tingkatan Dalam Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006 tentang Jalan dijelaskan bahwa fungsi jalan terdapat pada Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
Suatu jalan yang diperuntukan untuk lalu lintas jalan jarak dekat (local traffic) dengan jumlah akses tidak dibatasi, maka jalan tersebut tidak boleh dilalui oleh lalu lintas jarak sedang (antar wilayah) maupun jarak jauh dan juga kendaraan berat atau kendaraan yang dimensinya tidak sesuai dengan infrastruktur yang ada. Yang lebih baik lagi mungkin saja daerah disekitar jalan tersebut dijadikan kawasan pejalan kaki (pedestrian area) bilamana aktifitas sampingnya sangat tinggi.
Suatu jalan yang diperuntukan untuk lalu lintas jarak jauh tidak boleh dilalui oleh lalu lintas jarak pendek, dan juga harus ada pembatasan atas pengembangan lahan didaerah sekitar jalan tersebut dengan memperhatikan antara fungsi pergerakan dengan fungsi akses. Jadi dengan kata lain pengaturan dan pengendalian lalu lintas (to regulate & to manage the traffic ) serta aksesibilitas (to regulate & to control accessibility) sangat
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 37
memerlukan klasifikasi dan fungsi jalan yang pada akhirnya jalan-jalan tersebut harus memiliki hirarki dalam kaitannya dengan tata guna lahan.
Faktor jalan dan lingkungan yang sifatnya tidak permanen, dan dapat berhubungan jadi penyebab kecelakaan pada yaitu :
a. Cuaca
Daerah berkabut
Genangan akibat hujan b. Bencana Alam
Daerah Longsoran Jalan
Daerah Longsoran Tebing c. Keamanan
Gangguan daerah perampokan
Daerah konflik
Kondisi kabut sangat mengganggu jarak pandangan sehingga berbahaya bagi pengendara kesulitan memposisikan kendaraan pada lintasan yang seharusnya, pada kondisi seperti itu marka jalan sulit terlihat karena jarak pandang sangat pendek.
Genangan air pada permukaan jalan menimbulkan efek aquaplaning atau hydroplaning pada ban kendaraan. Efek ini karena terdapat lapisan air antara roda kendaraan dan permukaan jalan yang menyebabkan hilangnya daya cengkram/ traksi ban yang menyulitkan pengendalian kendaraan dengan kecepatan agak tinggi. Menurunkan kecepatan sampai batas hilangnya efek hydroplaning dan pemakaian ban yang mempunyai profil baik sangat efektif mencegah kecelakaan fatal. Penyelenggara jalan perlu untuk menjaga fungsi drainase jalan tetap berfungsi baik, atau penggunaan lapisan aus permukaan khusus porous asphalt pavement mulai lazim digunakan.
Berkendara pada daerah longsoran jalan berpotensi “kehilangan” permukaan jalan karena jalan terputus. Atau mendapat kejutan karena kendaraan tertimpa runtuhan tanah berbatu. Beberapa kejadian dapat memutuskan lalu lintas dan merusak kendaraan karena besarnya ukuran material yang menimpa kendaraan.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 38
3.5. Rangkuman
1. Kecelakaan lalu lintas pada umumnya disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
Manusia, Kendaraan dan Jalan serta Lingkungan jalan
2. Kemampuan fisik, mental dan sikap berkendara manusia sangat diperlukan untuk berkendara dengan berkeselamatan
3. Faktor kendaraan yang paling sering menyebabkan tidak berkeselamatan adalah tidak rutinnya melakukan pemeriksaan dan perawatan kendaraan.
4. Kelebihan beban dan penempatan muatan yang lebih tinggi dari yang seharusnya akan sangat berpengaruh pada keselamatan kendaraan.
5. Faktor jalan dan lingkungan jalan agar berkeselamatan ditentukan oleh banyak hal diantaranya : Geometrik, kondisi permukaan dan perlengkapan jalan, persimpangan jalan dan gangguan samping 3.6. Latihan
1. Apakah pendapat Saudara bahwa peraturan mengenai kadar alkohol dalam darah dan obat berbahaya bagi manusia saat mengemudi di Indonesia perlu untuk lebih tegas dan rinci? Jelaskan
2. Bagaimana pendapat Saudara tentang penghapusan jembatan timbang?
3. Perlukah uji laik kendaraan terutama kendaraan umum diberlakukan lebih tegas? Jelaskan kondisi saat ini
4. Apa sebab banyak kondisi geometrik jalan di Indonesia masih kurang berkeselamatan?
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 39
BAB 4
ANALISA PENCEGAHAN KECELAKAAN LALU
LINTAS
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 40
4. Analisa Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat memahami metoda Haddon untuk menganalisa
pencegahan dampak kecelakaan lalu lintas 4.1. Matrik Haddon
Kecelakaan lalu lintas memerlukan suatu metoda yang bila digunakan dapat menganalisa sehingga dapat meminimalkan dampak yang merugikan.
Matrik Haddon adalah suatu paradigma/ model/ skema yang umum digunakan dibidang pencegahan cedera/ kerugian. Matrik ini dikembangkan oleh William Haddon pada tahun 1970, memperlihatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan atribut pribadi/ personal dalam masalah kecelakaan lalu lintas adalah faktor manusia, vektor atau atribut agen/ perantara (yang membawa energi) dalam hal ini adalah faktor kendaraan dan atribut lingkungan/ tempat dalam hal ini faktor jalan dan lingkungan, pada tahap/ fase tahap sebelum, tahap saat kejadian (kecelakaan) dan tahap setelah kejadian yaitu tahap cedera atau kematian.
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 41
Gambar 13 Diagram Matrik Haddon
Matrik Haddon menggabungkan epidemiologi/ faktor segitiga host, agent dan enviroment (tuan rumah, agen, lingkungan) yang berinteraksi saling mempengaruhi dan tingkat pencegahan pada setiap tahap. Kombinasi/
penggabungan ini dapat memberi cara untuk merencanakan intervensi dan strategi pencegahan cedera pada suatu tahapan kejadian dengan mengisi kotak-kotak kosong 12 yang merupakan potongan antar dua elemen dengan faktor risiko atau potensi strategi intervensi.
Dengan memanfaatkan kerangka keterhubungan di atas dapat dipikirkan, dievaluasi dan dirancang suatu tindakan intervensi pada faktor-faktor penting penyebab kecelakaan yang terlibat.
Selanjutnya dengan memahami faktor-faktor penyebab kecelakaan: manusia, kendaraan serta jalan dan lingkungan, Haddon membuat suatu matrik tentang upaya peningkatan keselamatan jalan dengan melihat fase/ tahapan waktu proses sebelum, saat kejadian dan sesudah kejadian kecelakaan.
Gambaran kotak/ sel-sel yang telah diisikan dengan pemahaman di atas adalah seperti contoh tabel matrik di bawah ini :
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 42
Alur pikir yang dipergunakan untuk mengisi sel/ kotak matrik dalam melakukan analisa adalah sebagai berikut :
Tahap Pra Kecelakaan/ Pre event untuk faktor manusia :
1. Mencegah faktor manusia, kendaraan dan jalan jadi penyebab.
Gambar 14 Matrik Haddon Terkait Manusia, Kendaraan, Jalan dan Lingkungan
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 43
2. Mencegah faktor manusia, kendaraan dan jalan menimbulkan sebab.
3. Memisahkan faktor manusia, kendaraan.
4. Memberikan pencegahan faktor manusia oleh manusia.
Tahap Saat Kecelakaan/ Event untuk faktor kendaraan :
1. Meminimalkan jumlah manusia dan kendaraan yang terpapar kecelakaan.
2. Kendaraan dapat meminimalkan jenis, bentuk dan akibat kerusakan.
3. Kendaraan dapat mengurangi akibat kerusakan pada manusia.
4. Meningkatkan ketahanan manusia saat mengalami kecelakaan Tahap Setelah Kecelakaan/ Post Event untuk faktor jalan dan lingkungan : 1. Fasilitas pebyelamatan pada jalan.
2. Fasilitas prioritas bagi kendaraan keselamatan (ambulan, pemadam kebakaran)
Tabel 2 Matrik Haddon yang Terkait dengan AKibat Kecelakaan Lalu Lintas
Faktor Manusia Faktor Kendaraan dan Peralatan
Faktor Jalan dan Lingkungan
Tahap Pra Kecelakaan
Informasi
Sikap pengemudi
Gangguan pada manusia
Peraturan lalu lintas
Kelaikan kendaraan
Pencahayaan
Pengereman
Manajemen kecepatan
Desain dan tata letak jalan
Pembatasan kecepatan
Fasilitas untuk pejalan kaki
Tahap Saat Kecelakaan
Penggunaan alat
pencegahan
Melemahkan dampak
Pencegahan Penumpang
Perangkat pelindung lainnya
Desain kendaraan aman kecelakaan
Perangkat pelindung kecelakaan pinggir jalan
Zone Keamanan jalan
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 44
4.2. Pencegahan pada Fa ktor Manusia
Dengan matriks Haddon, maka terhadap fokus faktor manusia dapat dianalisa tindakan dan upaya pencegahan yang efektif untuk menurunkan akibat kecelakaan seperti contoh sebagai berikut di bawah ini :
Tabel 3 Matrik Terkait Faktor Manusia dan Upaya Pencegahan Terhadap Kecelakaan
Faktor Manusia Upaya Pencegahan
Tahap Pra Kecelakaan
Informasi
Sikap pengemudi
Gangguan pada manusia
Peraturan lalu lintas
Perambuan yang dipahami baik
Pendidikan berlalu lintas sejak dini dan kontinyu
Kesadaran bahaya kelelahan, tidak mabuk saat berkendara
Pengaturan dan Penegakan hukum Tahap
Setelah Kecelakaan
Keterampilan pertolongan pertama
Kemudahan mendapat akses pengobatan
Kemudahan akses paramedis
Resiko kebakaran
Fasilitas penyelamatan
Kemacetan
MODUL 2 | PENGENALAN REKAYASA KESELAMATAN JALAN 45
Tahap Saat Kecelakaan
Penggunaan alat pencegahan
Melemahkan dampak
Desain helm yang lebih berkeselamatan
Desain sabuk pengaman yang lebih
berkeselamatan
Tahap Setelah Kecelakaan
Keterampilan pertolongan pertama
Kemudahan mendapat akses pengobatan
Pendidikan P3K pada pengemudi
Fasilitas asuransi thd kecelakaan
4.3. Pencegahan pada Faktor Kendaraan
Terhadap fokus faktor kendaraan dan peralatan (kendaraan) dapat dianalisa tindakan dan upaya pencegahan yang efektif untuk menurunkan akibat kecelakaan seperti sebagai berikut di bawah ini :
Tabel 4 Matrik Terkait Faktor Kendaraan dan Peralatan dengan Upaya Pencegahan
Faktor Kendaraan dan
Peralatan Upaya Pencegahan