ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATERI KUBUS DAN BALOK
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs UNGGULAN AN-NUR PUTRI BULULAWANG
SKRIPSI
OLEH
NURUL MAHFIROH NPM 217.010.72.016
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
MEI 2021
vi ABSTRAK
Mahfiroh, Nurul. 2021. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Materi Kubus dan Balok Ditinjau dari Gaya Kognitif Peserta Didik Kelas VIII MTs Unggulan An-Nur Putri Bululawang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uuniversitas Islam Malang. Pembimbing I: Alifiani, S.Pd., M.Pd; Pembimbing II: Tri Candra Wulandari, M.Pd
Kata-kata kunci: kemampuan pemecahan masalah matematis, kubus dan balok, gaya kognitif.
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kecakapan peserta didik dalam memecahkan atau menyelesaikan masalah matematis dengan menemukan caranya sendiri. Kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda. Hal ini dikarenakan gaya kognitif dari masing-masing peserta didik berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Gaya kognitif pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok ditinjau dari gaya kognitif peserta didik kelas VIII MTs Unggulan An-Nur Putri Bululawang. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Unggulan An-Nur Putri Bululawang yang beralamatkan di Jalan Diponegoro IV Bululawang Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Instrumen yang digunakan adalahtes GEFT (Group Embedded Figure Test) untuk mengetahui gaya kognitif peserta didik, tes kemampuan pemecahan masalah matematis, dan pedoman wawancara.
Subjek penelitian adalah 4 peserta didik yang dipilih berdasarkan hasil tes GEFT yaitu 2 peserta didik bergaya kognitif field independent dan 2 peserta didik bergaya kognitif field dependent. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan wawancara. Validasi data pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara membandingkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan hasil wawancara pada sumber yang sama.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa 1) peserta didik dengan gaya kognitif field independent (FI) memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok dengan kategori baik. Hal ini dibuktikan subjek dapat memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis dengan baik yaitu mampu memahami masalah dengan cara menuliskan dan menjelaskan hal yang diketahui serta ditanyakan pada soal, mampu menyusun rencana dengan membuat dan menjelaskan pemisalan dari data
vii
yang ada, mampu melaksanakan rencana dengan menyelesaikan soal
menggunakan pemisalan yang telah disusun dan rumus-rumus yang sesuai, serta mampu melihat kembali hasil pengerjaannya, menuliskan kesimpulan, dan hasil akhir, 2) peserta didik dengan gaya kognitif field dependent (FD) memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok dengan kategori kurang. Hal tersebut dibuktikan subjek tidak mampu memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu dalam memahami masalah kurang tepat saat menuliskan dan menjelaskan hal yang diketahui serta ditanyakan pada soal, tidak mampu menyusun rencana, dalam melaksanakan rencana kurang tepat saat menggunakan rumus sehingga hasil yang diperoleh salah, dan dalam melihat kembali proses pengerjaannya kurang tepat ketika membuat kesimpulan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Konteks Penelitian
Pada era globalisasi saat ini dunia pendidikan mengalami perkembangan begitu pesat. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia sekaligus sebagai komponen yang sangat berpengaruh terhadap usaha pembangunan suatu bangsa. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dalam keadaan sadar serta terarah untuk menciptakan proses belajar mengajar dan suasana pembelajaran yang baik supaya peserta didik dapat sungguh-sungguh dalam menumbuh kembangkan kemampuannya untuk menjadi individu yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan undang-undang tersebut terlihat jelas bahwa arah pendidikan di Indonesia bertujuan untuk menyiapkan warga negara sebagai generasi penerus bangsa yang lebih baik.
Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui proses pendidikan formal maupun non formal. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 14, pendidikan formal dibagi menjadi tiga jenjang. Jenjang pertama yaitu pendidikan dasar yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Menengah Pertama. Jenjang kedua adalah pendidikan menengah yang terdiri dari madrasah aliyah, sekolah menengah
2
Atas, madrasah aliyah kejuruan, serta Sekolah Menengah Kejuruan. Jenjang ketiga yaitu pendidikan tinggi yang meliputi program Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor. Pada semua tahapan pendidikan formal tersebut,
matematika adalah mata pelajaran yang selalu diajarkan di sekolah.
Matematika merupakan mata pelajaran yang mendasari berbagai disiplin ilmu dan pendukung dalam mendefinisikan beraneka macam ide serta kesimpulan.
Hal tersebut sependapat dengan Aditya (2016:171) yang menyatakan bahwa matematika bisa dimanfaatkan dalam kehidupan manusia untuk menyelesaikan masalah sehingga penting dipelajari. Setiap individu dapat memiliki kemampuan untuk berpikir secara ilmiah, sistematis, realistis, logis, kritis, serta kreatif melalui belajar matematika. Oleh karena itu, matematika wajib diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika di sekolah adalah supaya peserta didik mempunyai kemampuan pemecahan masalah. Sejalan dengan standar proses dalam National Council of Teachers of Mathematics (2000:29) bahwa peserta didik perlu memiliki kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, serta representasi. Merujuk pada standar proses tersebut kemampuan pemecahan masalah wajib dimiliki oleh setiap individu, karena lebih memprioritaskan proses dari pada hasil akhir yang telah dilakukan peserta didik dalam memecahkan masalah.
National Council of Teachers of Mathematics (dalam Winarti, dkk.
2019:389) mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan
3
integral dari seluruh pelaksanaan pengajaran matematika. Selain itu, pemecahan masalah juga dapat membantu mengembangkan kecakapan khusus peserta didik.
Lebih lanjut, Mustangin (2020:76) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah usaha yang konsisten dalam menemukan jawaban. Kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda dalam memecahkan masalah. Sedangkan menurut Andriani (2016:95), kemampuan pemecahan
masalah adalah kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah non rutin yang membutuhkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dalam
penyelesaiannya.
Berdasarkan hasil PISA tahun 2018 yang disampaikan oleh Schleicher (2018:7), negara anggota Organitation for Economic Coperation and
Development (OECD) memiliki rata-rata skor PISA Internasional untuk mata
pelajaran matematika sebesar 489. Sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke 73 dari 79 negara dengan skor rata-rata 379 dalam PISA tahun 2018 di bidang matematika. Berdasarkan hasil PISA, tampak bahwa kemampuan literasi
matematika peserta didik di Indonesia hanya mampu berada di level 1. Informasi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan matematika peserta didik masih rendah.
Perihal ini sesuai dengan pemikiran Kertayasa (dalam Suratmi dan Purnami, 2017:184) yang menyatakan bahwa lemahnya kemampuan pemecahan masalah disebabkan ketika peserta didik menghadapi soal tingkat paling tinggi dari PISA di mana soal tersebut merupakan soal kontekstual.
4
Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama seorang pendidik matematika di MTs An-Nur Putri Bululawang menyatakan bahwa pembelajaran di sekolah tersebut sudah merujuk pada pemecahan masalah. Akan tetapi kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik belum seutuhnya baik, terutama dalam materi kubus dan balok. Hal ini dapat diketahui dari hasil pembelajaran ketika diberi soal kontekstual sekitar 85% peserta didik mampu menjawab dengan benar tetapi tidak lengkap, sedangkan 15% peserta didik menjawab salah atau tahu caranya akan tetapi hasil akhirnya salah.
Pada materi kubus dan balok juga banyak membahas masalah kontekstual.
Materi tersebut dipelajari peserta didik kelas VIII saat berada di semester 2. Pada kehidupan sehari-hari, kubus dan balok diaplikasikan dalam penghitungan volume sebuah ruangan, luas permukaan benda, serta masih banyak lagi
pengimplementasian lainnya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmmatiya dan Miatun (2020) yang menyimpulkan bahwa peserta didik dengan resiliensi tinggi mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematis dan tingkat kepercayaan diri yang baik ketika menghadapi beragam permasalahan dalam soal. Sedangkan peserta didik dengan resiliensi sedang, kemampuan pemecahan masalah matematisnya kurang, karena belum dapat mengikuti prosedur kemampuan pemecahan masalah matematis secara sistemik, sedikit tidak teliti, serta lebih mudah putus asa jika menemukan soal yang sulit ditemukan solusinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilaksanakan Umrana, dkk. (2019) yang menyimpulkan bahwa peserta
5
didik dengan gaya belajar visual dapat memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Polya secara baik; peserta didik bergaya belajar auditori dapat melaksanakan seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Polya secara baik; serta peserta didik dengan gaya belajar kinestetik dapat melakukan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Polya di antaranya memahami masalah matematika dengan baik, mampu merencanakan pemecahan, akan tetapi kurang mampu dalam melaksanakan rencana dan mengecek kembali solusinya. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa tidak hanya aspek kesulitan menyelesaikan masalah saja, akan tetapi rendahnya kemampuan pemecahan masalah juga dapat dipengaruhi cara peserta didik dalam menerima dan mengolah materi yang disampaikan pendidik.
Cara menerima atau menanggapi informasi masing-masing peserta didik tentu saja berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
dikarenakan setiap individu pasti memiliki ciri khas tersendiri. Karakteristik atau ciri khas ini disebut dengan gaya kognitif. Alasan disebut sebagai gaya dan bukan sebagai kemampuan dikarenakan hal ini mengacu pada cara peserta didik dalam mengolah informasi yang diterima serta memecahkan masalah, bukan pada bagaimana proses penyelesaian yang baik dan benar.
Zhang dan Sternberg (2006:6) menyatakan gaya kognitif adalah cara individu dalam pengolahan informasi yang telah diterimanya. Gaya kognitif dibagi menjadi dua, yaitu Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD). Gaya
6
kognitif Field Independent (FI) adalah kecenderungan individu dalam
menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan persoalan tanpa bergantung terhadap hal-hal di sekitarnya. Sedangkan gaya kognitif Field
Dependent (FD) merupakan kecenderungan individu dalam menyelesaikan suatu
hal dengan bergantung kepada lingkungannya. Meskipun terdapat dua tipe gaya kognitif, peserta didik dengan gaya kognitif Field Independent (FI) tidak bisa dikatakan lebih baik dari pada yang bergaya kogntitif Field Dependent (FD) ataupun sebaliknya. Setiap peserta didik baik tipe Field Independent (FI) maupun Field Dependent (FD) memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik memerlukan pengkajian lebih lanjut, khususnya pada materi kubus dan balok. Hal ini dikarenakan tidak menutup kemungkinan dalam menyelesaikan masalah matematis peserta didik dipengaruhi dan bergantung pada faktor-faktor disekitarnya. Selain itu, pada penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti tentang kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan gaya kognitif.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Materi Kubus dan Balok Ditinjau dari Gaya Kognitif Peserta Didik Kelas VIII MTs Unggulan An-Nur Putri Bululawang”.
7
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan oleh peneliti, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok ditinjau dari gaya kognitif pada peserta didik kelas VIII MTs Unggulan An-Nur Putri Bululawang?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok ditinjau dari gaya kognitif peserta didik kelas VIII MTs Unggulan An-Nur Putri Bululawang.
1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan manfaat pada dunia Pendidikan.
1) Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan deskripsi tentang kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok ditinjau dari gaya kognitif peserta didik kelas VIII MTs Unggulan An-Nur Putri Bululawang.
2) Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis pada penelitian ini yang diharapkan sebagai berikut.
8
a. Bagi Peserta Didik
Mampu mengembangkan minat peserta didik untuk mempelajari matematika setelah mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok.
b. Bagi Pendidik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pedoman bagi pendidik dalam merencanakan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan melakukan peningkatan terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti sebagai calon pendidik mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik pada materi kubus dan balok, sehingga dapat membuat alternatif lain dengan menerapkan model/metode/strategi/pendekatan yang relevan pada pembelajaran matematika.
9
1.5. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dalam menafsirkan istilah yang digunakan peneliti dan untuk memudahkan supaya penelitian ini lebih terencana, maka dibutuhkan penegasan istilah sebagai berikut.
1) Analisis
Analisis adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengujian secara sistematis dan menggunakan metode yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
2) Masalah
Masalah merupakan suatu hal yang ada dalam pikiran seseorang dan merasa sulit untuk dihadapinya dikarenakan kurangnya informasi sehingga
menjadikan orang tersebut termotivasi untuk menyelesaikan persoalan yang belum ditemukan cara untuk memecahkannya.
3) Masalah Matematis
Masalah matematis adalah masalah yang berkaitan dengan konsep
matematika non rutin atau tidak biasa yang mana dapat berbentuk problem situation atau masalah kontekstual.
4) Pemecahan Masalah Matematis
Pemecahan masalah matematis adalah proses yang harus dilakukan guna mendapatkan penyelesaian dari masalah matematis dengan menggunakan wawasan yang dimiliki sebelumnya.
10
5) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kecakapan peserta didik dalam memecahkan masalah matematis dengan menemukan caranya sendiri.
6) Gaya Kognitif
Gaya kognitif merupakan cara yang dimiliki individu ketika menerima, menyimpan, dan mengeksplorasikan informasi yang diperolehnya. Gaya kognitif Field Independent (FI) adalah kecenderungan individu saat menggunakan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan tanpa bergantung terhadap hal-hal disekitarnya. Sedangkan gaya kognitif Field Dependent (FD) merupakan kecenderungan individu saat menyelesaikan
suatu hal dengan bergantung kepada lingkungannya.
7) Kubus dan Balok
Materi pada penelitian ini yaitu kubus dan balok yang merupakan subpokok materi bab bangun ruang sisi datar yang disusun berdasarkan kompetensi dasar 3.9 dan 4.9 kelas VIII kurikulum 2013 yaitu membedakan dan menentukan luas permukaan beserta volume bangun ruang sisi datar; dan menyelesaikan masalah berkaitan dengan luas permukaan serta volume bangun ruang sisi datar.
107 BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan fokus penelitian, tujuan penelitian, hasil penelitian serta pembahasan tentang kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok ditinjau dari gaya kognitif pada peserta didik kelas VIII MTs Unggulan An-Nur Putri Bululawang Tahun Ajaran 2020/2021, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Peserta didik dengan gaya kognitif field independent (FI) memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok dengan kategori baik. Hal ini dibuktikan subjek dapat memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis dengan baik yaitu mampu memahami masalah dengan cara menuliskan dan menjelaskan hal yang diketahui serta ditanyakan pada soal, mampu menyusun rencana dengan membuat dan menjelaskan pemisalan dari data yang ada, mampu melaksanakan rencana dengan menyelesaikan soal menggunakan pemisalan yang telah disusun dan rumus-rumus yang sesuai, serta mampu melihat kembali hasil pengerjaannya, menuliskan kesimpulan, dan hasil akhir.
2) Peserta didik dengan gaya kognitif field dependent (FD) mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi kubus dan balok dengan kategori kurang. Hal tersebut dibuktikan subjek tidak dapat
108
memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu dalam memahami masalah kurang tepat saat menuliskan dan menjelaskan hal yang diketahui serta ditanyakan pada soal, tidak mampu menyusun rencana, dalam melaksanakan rencana kurang tepat saat menggunakan rumus sehingga hasil yang diperoleh salah, dan dalam melihat kembali proses pengerjaannya kurang tepat ketika membuat kesimpulan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti akan menyampaikan saran demi keberhasilan dan kesuksesan dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar sebagai berikut.
1) Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari gaya kognitif, disarankan untuk melihat dari segi aspek yang lainnya, misal gaya kognitif sistematis dan intuitif.
2) Bagi pendidik dan calon pendidik diharapkan dapat memahami jenis gaya kognitif yang dimiliki oleh setiap peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal tersebut dikarenakan peserta didik dengan gaya kognitif field independent (FI) lebih mudah menerima dan mengolah informasi yang disampaikan oleh pendidik, sementara itu peserta didik dengan gaya
109
kognitif field dependent (FD) cenderung lama dalam menerima informasi yang diberikan.
110
DAFTAR RUJUKAN
Aditya, D. Y. 2016. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Resitasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. SAP. Vol 1 (2): 165–174.
Alifah, Nur dan Aripin, Usman. 2018. Proses Berpikir Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematik Ditinjau dari Gaya Kognitif Field
Dependent dan Field Independent. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif.
Vol 1 (4): 505–512.
Andriani, Ade. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Mahasiswa FMIPA Pendidikan Matematika Melalui Model Pembelajaran Improve. Tarbiyah. Vol 23 (1): 95.
As’ari, A. R., Tohir, M., Valentino, E., Imron, Zainul, s. 2017. Matematika SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Dewi, Ratna. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Cakrawala Pedagogik. Vol 4 (1): 112–120.
Estiningrum, T., Hidayati, D. W. dan Wahyuni, A. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis melalui Implementasi Pogil Ditinjau dari Gaya Kognitif. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika AL-QALASADI. Vol 3 (2): 69–75.
Fahrurrozi dan Hamdi. 2017. Metode Pembelajaran Matematika. Pancong Selor Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi Press.
Gasong, Dina. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Gazali, R. Y. 2016. Pembelajaran Matematika yang Bermakna. Math Didactic:
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2 (3): 181–190.
Hajar, S., Bernard, H. dan Djam’an, N. 2018. Karakteristik Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Issues in Mathematics Education. Vol 2 (1): 92–99.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hanafi, H., Adu, L. dan Muzakkir, H. 2018. Profesionalisme Guru dalam Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Deepublish.
Harahap, M. S. dan Fauzi, R. 2017. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berbasis WEB. Education and Development STKIP Tapanuli Selatan. Vol 4 (5): 13–17.
Hardianto dan Seno, E. N. 2018. Deskripsi Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal PISA Berdasarkan Gaya Kognitif. Prosiding Seminar Nasional. Vol 3 (1): 371–385.
Hasanuddin. 2017. Biopsikologi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press Darussalam.
111
Hendriana, H., Rohaeti, E. E. dan Sumarmo, U. 2017. Hard Skills dan Soft Skiils Matematika Siswa. Bandung: PT Refika Aditama.
Kirom, Askhabul. 2017. Peran Guru dan Peserta Didik dalam Proses
Pembelajaran Berbasis Multikultural. Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol 3 (1): 69–80.
Lahir, S., Ma’ruf, M. H. dan Tho’in, M. 2017. Peningkatan Prestasi Belajar melalui Model Pembelajaran yang Tepat pada Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Edunomika. Vol 1 (1).
Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M. R. 2018. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama.
Mairing, J. P. 2018. Pemecahan Masalah Matematika Cara Siswa Memperoleh Jalan untuk Berpikir Kreatif dan Sikap Positif. Bandung: Alfabeta.
Mustangin. 2020. Pendidikan dan Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit Kota Tua.
National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. United States of America: NCTM.
Polya, G. 1973. How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. United States of America: Princeton University Press.
Prabawa, E. A. dan Zaenuri. 2017. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa pada Model Project Based Learning Bernuansa Etnomatematika. Unnes Journal of Mathematics Education Research. Vol 6 (1): 120–129.
Prabawanto, Sufyani. 2019. Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar.
Vol 6 (1): 1–40.
Pritchard, A. 2009. Ways of Learning : Learning Theories and Learning Styles in the Classroom Second Edition. London and New York: Routledge Taylor &
Francis Group.
Rahmmatiya, Rizqa dan Miatun, Asih. 2020. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari Resiliensi Matematis Siswa SMP. Teorema:
Teori dan Riset Matematika. Vol 5 (2): 187–202.
Riyadi, Slamet. 2008. Be Smart Matematika untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Rochmawati, A. dan Hariastuti, R. M. 2017. Analisis Pemahaman Siswa pada Pokok Bahasan Garis dan Sudut Berdasarkan Gaya Kognitif Field
Independent dan Field Dependent. Transformasi-Jurnal Pendidikan Matematika & Matematika. Vol 1 (1): 1–15.
Rohman, I. M. 2021. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Higher Order Thingking Skills (HOTS)
Berdasarkan Motivasi Belajar pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang.
112
Rostika, Deti dan Junita, Herni. 2017. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD dalam Pembelajaran Matematika dengan Model Diskursus Multy Representation (DMR). EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar.
Vol 9 (1): 35–46.
Sari, N. L. I. 2012. Asyiknya Belajar Bangun Ruang Sisi Datar. Jakarta Timur: PT Balai Pustaka.
Saudi, L., Sudia, M. dan Anggo, M. 2018. Profil Berpikir Krtitis Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif.
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 9 (1): 92–101.
Schleicher, A. 2018. PISA 2018 Insights and Interpretations.
Siagian, M. D. 2017. Pembelajaran Matematika dalam Persfektif
Konstruktivisme. Nizhamiyah : Jurnal Pendidikan Islam dan Teknologi Pendidikan. Vol 7 (2): 61–73.
Siahaan, E. M., Dewi, S. dan Said, H. B. 2018. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Teori POLYA Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent pada Pokok Bahasan Trigonometri Kelas X SMA N 1 Kota Jambi. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2 (2):
100–110.
Suardi, Moh. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2020. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suhatini, P. U., Trapsilasiwi, D. dan Yudianto, E. 2019. Profil Pemecahan Masalah Siswa dalan Memecahkan Masalah SPLDV Berdasarkan Tahapan POLYA Ditinjau dari Gaya Kognitif FI dan FD. Kadikma. Vol 10 (1): 35–44.
Sukrening, E. dkk. 2020. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Jurnal Pembelajaran Berpikir
Matematika. Vol 5 (1): 1–12.
Suratmi dan Purnami, A. S. 2017. Pengaruh Strategi Metakognitif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Matematika. Union: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 5 (2): 183–194.
Susanto, H. A. 2015. Pemahaman Pemecahan Masalah Berdasar Gaya Kognitif.
Yogyakarta: Deepublish.
Sutiah. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Taifah. 2020. Proses Representasi Matematika Siswa SMP dalam Pemecahan Masalah Ditinjau dari Gaya Kognitif. Universitas Muhammadiyah Malang.
U, Moertiningsih. E. P., Riyadi dan Usodo, B. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang Dimodifikasi Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Grobogan Tahun 2010/2011. JMEE. Vol 2 (1): 36–53.
113
Umrana, Cahyono, E. dan Sudia, M. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Jurnal Pembelajaran Berpikir Matematika. Vol 4 (1): 67–76.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2007. Jakarta: Visimedia.
Vandini, Intan. 2015. Peran Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Formatif. Vol 5 (3): 210–219.
Vendiagrys, L., Junaedi, I. dan Masrukan. 2015. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Soal Setipe TIMSS Berdasarkan Gaya Kognitif Siswa pada Pembelajaran Model Problem Based Learning. Unnes Journal of Mathematics Education Research. Vol 4 (1): 34–41.
Wahyudi dan Anugraheni, I. 2017. Strategi Pemecahan Masalah Matematika.
Salatiga: Satya Wacana University Press.
Wahyuni, S. 2019. Upaya Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika dengan Materi Luas dan Volume Kerucut Melalui Penerapan Metode Drill di Kelas VI Semester 2 SD Negeri Danukusuman Serengan Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019. Konvergensi. Vol 7: 67–75.
Widoyoko, E. P. 2018. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wijaya, A. P. 2016. Gaya Kognitif Field Dependent dan Tingkat Pemahaman Konsep Matematis Antara Pembelajaran Langsung dan STAD. Derivat. Vol 3 (2): 1–16.
Winarti, E. R., Waluya, B., Rochmad. dan Kartono. 2019. Pemecahan Masalah dan Pembelajarannya dalam Matematika. Prisma. Vol 2: 389-394.
Witkin, H. A. and Goodenough, D. R. 1973. The Role of Cognitive Style in Academic Performance and in Teacher-Student Relations. Research Bulletin.
New Jersey: Educational Testing Service.
Wooldridge, B. and Bartolf, M. H. 2006. The Field Dependence/Field
Independence Learning Styles: Implications for Adult Student Diversity, Outcomes Assessment and Accountability. Nova Science Publishers, Inc:
237–257.
Wulan, E. R. and Anggraini, R. E. 2019. Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent sebagai Jendela Profil Pemecahan Masalah Polya dari Siswa SMP. Jurnal Focus Action of Research Mathematic. Vol 1(2): 123–
142.
Zhang, L. and Sternberg, R. J. 2006. The Nature of Intellectual Styles. United States of America: Lawrence Erlbaum Associates.