BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tuberkulosis paru
2.1.1 Definisi Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh parasit (Mycobacterium Tuberculosis). Tanda awalnya merupakan batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk beserta dengan gejala tambahan ialah dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa berolahraga, demam lebih dari satu bulan (Widyaningrum, 2019).
Tuberkulosis paru masih menjadi salah satu pembunuh awal bagi manusia, jika tidak melakukan pengobatan dengan benar maka penyakit ini bisa menimbulkan kematian pada hampir setengah tahun kasus selama 5 tahun setelah menderita penyakit ini. Terdapat kontak langsung dengan Batang Tahan Asam (BTA) positif dapat menyebabkan asal penyebrangan yang kronis sebab berlandaskan analisis tahap penularan 65% orang di sekelilingnya. Awal penularan yaitu pasien tuberkulosis dengan BTA positif terutama pada saat batuk dan bersin. Dimana pasien menebarkan kuman pada udara dengan rupa percikan dahak (droplet nuclei) apabila tidak segera melakukan pengobatan dalam tempo satu tahun akan menular pada 10-15 orang (Safii, 2018)
2.1.2 Penyebab Tuberkulosis (TBC)
Menurut Kemenkes tahun (2011) Tuberkulosis merupakan penyakit yang menular dengan langsung, sebagian besar bakteri Tuberkulosis Menyerang paru, bukan hanya diparu saja tetapi juga berdampak pada organ lainnya. Bakteri tersebut bentuknya menyerupai batang, memiliki sifat khusus ialah tahan pada asam dan pewarnaan. Maka dari itu disebut juga Basil Tahan Asam (BTA) (Fitrianda, 2013).
2.1.3 Penularan Tuberkulosis (TBC)
Penularan penyakit tuberkulosis paru yaitu melalui udara yang telah tercemar Mycobacterium Tuberculosis dan tidak dilepaskan/dikeluarkan oleh pasien ketika sedang batuk. Dimana pada anak – anak umunya berawal dari infeksi yang disebarkan oleh orang dewasa yang memiliki riwayat tuberkulosis. Bakteri tersebut masuk kedalam paru setelah itu berkumpul dan berkembang menjadi banyak, (paling utama pada orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah), dan bakteri ini juga bisa menyebar melalui pembuluh darah dan kelenjar getah bening sehingga terjadilah infeksi pada organ, seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya, tetapi yang paling banyak yaitu organ paru (Fitrianda, 2013).
Apabila bakteri tuberkulosis dihirup oleh banyak orang sehat maka orang tersebut berpotensi terjangkit bakteri tuberkulosis.
Penularan bakteri melalui udara disebut dengan istilah air-born infection parasit dapat bertahan hidup beberapa waktu dibawah
sinar matahari sampai memungkinkan bakteri bisa menghilang terbawa aliran udara, tetapi bila berpindah ke tempat yang gelap dan lembab bisa membuat bakteri tahan lama. Persebaran parasit bisa juga terjadi pada saat sore maupun malam hari kemudian tidak terpapar oleh sinar matahari yang menimbulkan parasit tetap berkembang (Kenedyanti & Sulistyorini, 2017).
2.1.4 Gejala Tuberkulosis (TBC)
Menurut Fitrianda (2013) gejala yang mencakup penyakit tuberkulosis merupakan :
1) Gejala paling utama yang dirasakan ialah batuk terus - menerus, berdahak selama tiga minggu atau lebih
2) Gejala tambahan yang mungkin selalu ditemukan yaitu: dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas disertai nyeri dada, badan lemah, tidak nafsu makan, berat badan menurun, malaise,
berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan, serta demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala – gejala tersebut sering ditemui pada penyakit Tb paru. Maka dari itu semua orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut, bisa dianggap “suspek tuberculosis” atau tersangka pasien yang harus dilakukan pemeriksaan dahak menggunakan mikroskopis langsung.
2.1.5 Pencegahan Tuberkulosis (TBC)
Menurut Maria Ulfa (2013) pencegahan tuberkulosis dengan cara yaitu :
1) Hindari bertatap muka ketika sedang berbicara dengan pesien Tuberkulosis
2) Mencuci peralatan makan menggubakan desinfektan (contohnya : lysol, kreolin, dan alat lain yang bisa di dapatkan diapotik) atau pisahkan peralatan makan pasien
3) Berolahraga dengan teratur untuk menjaga stamina tubuh
4) Menjelaskan kepada pasien untuk menutup mulut menggunakan sapu tangan ketika batuk dan tidak meludah serta membuang dahak disembarang tempat, sarankan kepada untuk menyediakan tempat pembuangan dahak yang berisi Lysol dan hindari aktivitas yang berat, anjurkan penderita untuk menenangkan pikiran.
2.2 Konsep dukungan keluarga Tuberkulosis
2.2.1 Definisi dukungan keluarga pada Tuberkulosis (TBC)
Menurut Irnawati, Siagian, & Ottay, (2016) Dukungan keluarga adalah faktor penting pada kepatuhan pengobatan tuberkulosis paru. Dukungan keluarga juga merupakan pendorong pasien untuk tetap mengkonsumsi obatnya, tunjukan pada pasien rasa simpatik dan rasa kepedulian, dengan tidak menyakiti perasaanya. Di dalam memberikan dukungan pada penderita tuberkulosis, dukungan dan motivasi dari keluarga sangat penting untuk proses kesembuhan bagi pasien.
Sedangkan menurut Shoewu (2016) keluarga adalah sumber dukungan penting bagi setiap penderita khususnya mempunyai penyakit kronik contohnya Tuberkulosis paru.
Motivasi dan semangat dari keluarga merupakan faktor penting untuk membantu proses kesembuhan penderita serta dengan membantu mengingatkan untuk minum obat tepat waktu.
Dukungan keluarga yang mendorong keberhasilan pengobatan pasien Tuberkulosis paru menggunakan cara sering mengingatkan pasien untuk mengkonsumsi obat, definisi memberikan semangat pasien yang sedang dalam proses pengobatan dengan membangunkan semangat supaya rajin berobat.
Dukungan keluarga dibutuhkan untuk mendukung pasien dengan menunjukan kepedulian serta simpati, untuk merawat penderita (Septia, 2019).
2.2.2 Jenis dukungan keluarga pada Tuberkulosis (TBC)
Menurut Puspita (2015) ada empat macam dukungan keluarga yaitu :
a) Dukungan informasional, yaitu jaringan komunikasi dan tanggungan bersama, termasuk dalam memberikan solusi dari masalah, memberikan semangat, memberikan nasehat, usulan maupun saran, petunjuk dan pengarahan dalam memberikan informasi
b) Dukungan penilaian, menekankan kepada keluarga sebagai umpan balik, membimbing, mengatasi masalah, serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
c) Dukungan instrumental, merupakan dukungan yang fokus kepada keluarga sebagai sumber penolong yang kongkrit ialah berupa pertolongan secara langsung dari orang terdekat misalnya materi, tenaga, maupun sarana
d) Dukungan emosional yang di berikan oleh keluarga seperti rasa empati, selalu ada mendampingi individu ketika mengalami permasalahan, dan keluarga menyediakan suasana yang hangat
di keluarga dapat membuat individu merasa diperhatikan, nyaman, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga individu akan lebih mampu menghadapi masalah dengan lebih baik.
2.2.3 Manfaat dukungan keluarga pada Tuberkulosis (TBC)
Manfaat dukungan menurut Fauziyah (2010) Dukungan keluarga sangat penting untuk keberhasilan pengobatan bagi penderita Tuberkulosis paru sebagai pengingat untuk mengkonsumsi obat memberikan perhatian kepada anggota keluarga yang sedang dalam kondisi tidak sehat, serta memberikan motivasi supaya memiliki keinginan untuk berobat.
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Menurut Savira & Suharsono (2013) faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga merupakan :
2.2.4.1 Faktor intrinsik 1. Usia
Dukungan yang di dasari dengan faktor usia dalam arti pertumbuhan serta perkembangan dan memiliki rentang usia (bayi – lansia) mempunyai arti dan tanggapan pada perubahan kesehatan yang berbeda.
2. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap dukungan. Keahlian berpikir seseorang dapat mempengruhi dalam pehaman faktor yang bersangkutan dengan penyakit dan kesehatan.
Minimnya pengetahuan masyarakat dan keluarga terkait penyakit yang di derita dapat menunda tingkat kesembuhan penderita karena kurangnya dukungan yang diberikan oleh keluarga.
3. Faktor emosi
Individu yang mengalami respon stres pada setiap perubahan hidupnya cenderung merespon pada setiap
tanda sakit, bisa dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit yang di derita bisa mengancam nyawa. Faktor emosi sangat penting untuk seseorang yang menderita penyakit kronik karena penderita membutuhkan kasih sayang semangat dari kelurga agar penderita merasa tenang dalam proses pengobatan.
4. Spiritual
Aspek spiritual bisa dilihat bagaimana individu menikmati kehidupan, nilai dan keyakinan yang di percaya, hubungan dengan keluarga, teman dan mencari harapan dalam hidup.
2.2.4.2 Faktor ekstrinsik 1. Praktik di keluarga
Biasanya keluarga memberikan dukungan dengan mempengaruhi pasien untuk melakukan aktivitas yang membuat pasien menjadi sehat. Contohnya penderita mungkin akan melakukan tindakan pencegahan dan minum obat secara rutin.
2. Faktor sosial ekonomi
Semakin meningkat status ekonomi individu maka akan lebih cepat tanggap pada gejala penyakit yang di derita, sehingga individu tersebut dengan cepat untuk mencari pertolongan. Faktor sosial ekonomi mencakup tingkat pengahasilan dan pendapatan keluarga pasien, semakin meningkat tingkat ekonomi keluarga sehingga maka akan semakin tingi tingkat dukungan dan pengambilan keputusannya.
3. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi kepercayaan, nilai serta kebiasaan penderita, dalam memberikan
dukungan dan cara pelaksanaan kesehatan pada diri sendiri.
2.3 Konsep kepatuhan pada Tuberkulosis (TBC) 2.3.1 Definisi Kepatuhan Tuberkulosis (TBC)
Menurut (Silvia, 2016), kepatuhan berawal dari kata patuh yang bermaknakan taat, ingin mengikuti, disiplin. Kepatuhan yaitu derajat perilaku penderita dalam meningkatkan sesuatu tindakan pengobatan misalnya dalam menyimpulkan tradisi hidup sehat serta ketentuan berobat. Pada pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh ketika orang yang bersangkutan mengabaikan kewajibannya berobat, kemudian akan mendatangkan hambatan kesembuhan. Sedangkan menurut Safii (2018) kepatuhan bisa diukur dengan memerlukan dua pengertian, ialah pengertian yang berorientasi pada proses dan pengertian yang berorientasi pada pengobatan. Indikator yang berorientasi pada cara penggunaan variabel misalnya penerapan janji untuk berjumpa (antara dokter dengan pasien) maupun pengumpulan obat dipakai selaku ukuran kepatuhan. Sedangkan pengertian yang berorientasi saat gejala penggunaan hasil akhir pengobatan, misalnya skor pemulihan seperti sesuatu indikator pemulihan tuberkulosis paru.
Sejumlah strategi yang akan dilakukan untuk mengembangkan pemahaman yaitu melaksanakan konseling dn memberikan informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan secara matang untuk pasien TB paru. Hal tersebut akan membantu pasien dalam melaksanakan pengobatan (Silvia, 2016).
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Tuberkulosis Kepatuhan pasien tuberkulosis paru untuk mengkonsumsi obat secara teratur merupakan aktivitas secara langsung dengan bentuk kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor dalam diri pasien (faktor internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal merupakan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan,
sikap dan kepercayaan. Yang dimaksud dengan faktor eksternal ialah dukungan keluarga, peran tugas, lama minum obat, efek samping obat, kesediaan obat dan tempat pengobatan yang jauh (Maria Ulfa, 2013).