• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Struktur Atas Pada Proyek Kampus Psikologi Universitas Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perencanaan Struktur Atas Pada Proyek Kampus Psikologi Universitas Indonesia"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Perencanaan Struktur Atas Pada Proyek Kampus Psikologi Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda di dalam sebuah struktur.

Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana bangunan (durability) (Hartono, 1999).

Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) menjadi bahan perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dapat dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim, 1993).

Pada perencanaan struktur atas ini harus mengacu pada peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan, 1999).

(2)

1.2. Tujuan Tugas Akhir

Tujuan Tugas Akhir ini adalah:

a. Mendapatkan beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja pada struktur b. Menganalisa struktur portal

c. Mendesain penampang dan tulangan pada kolom, balok, plat, dan tangga.

1.3. Batasan Penulisan Tugas Akhir

Pada penulisan ini, pembahasan dibatasi pada analisa struktur portal, desain penampang dan tulangan pada kolom, balok, plat, dan tangga, serta penggunaan software SAP 2000 pada analisa struktur portal.

1.4. Metodologi Penelitian

Analisa struktur pada perencanaan struktur gedung ini menggunakan software SAP 2000. Sedangkan untuk analisa penampang kolom, balok, dan plat menggunakan standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-1991-03).

Pada perencanaan pembebanan gedung tersebut berdasarkan pada Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987, dan untuk menentukan beban geser akibat gempa berdasarkan pada Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung 1987.

1.5. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN.

Berisi mengenai latar belakang masalah, tujuan Tugas Akhir, batasan penulisan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

Berisi uraian sistematika tentang penelitian struktur atas sebelumnya, dan teori-teori yang ada hubungannya dengan struktur atas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.

Berisi mengenai langkah-langkah menganalisa data-data struktur yang diperoleh dari proyek.

(3)

BAB IV DATA-DATA PERENCANAAN.

Menguraikan tentang data-data perencanaan pada proyek, yaitu data teknis dan data struktural.

BAB V ANALISIS DATA.

Berisi tentang perencanaan kolom, balok, plat, dan tangga serta analisis dari data-data struktur atas yang diperoleh dari proyek.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.

Berisi mengenai kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil perencanaan yang telah dilakukan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beban-beban Pada Struktur Bangunan Bertingkat

Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah bekerjanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (PPI, 1983)

1. Beban Vertikal (Gravitasi).

a. Beban mati (Dead Load).

b. Beban Hidup (Live Load).

c. Beban Air Hujan.

2. Beban Horizontal (Lateral).

a. Beban Gempa (Earthquake).

b. Beban Angin (Wind Load).

c. Tekanan Tanah dan Air Tanah.

Selain beban-beban tersebut diatas, masih ada beban lain yang perlu diperhitungkan, yaitu : (Soetoyo, 2000)

1. Beban Temperatur.

Beban akibat temperatur ini perlu diperhitungkan jika letak bangunannya berada di daerah yang perbedaan temperaturnya sangat tinggi.

2. Beban Konstruksi (Construction Load).

Beban konstruksi ini timbul pada saat pelaksanaan pembangunan fisik gedung.

Pada perencanaan konstruksi bangunan bertingkat ini, beban-beban yang diperhitungkan adalah beban mati, beban hidup, beban gempa, dan beban angin.

(4)

2.2. Beban Vetikal (Gravitasi)

Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya (PPI, 1983).

Beban mati merupakan berat sendiri bangunan yang senantiasa bekerja sepanjang waktu selama bangunan tersebut ada atau sepanjang umur bangunan.

Pada perhitungan berat sendiri ini, seorang analisis struktur tidak mungkin dapat menghitung secara tepat seluruh elemen yang ada dalam konstruksi, seperti berat plafond, pipa-pipa ducting, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam menghitung berat sendiri konstruksi ini dapat meleset sekitar 15 % - 20 % (Soetoyo, 2000).

Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Sedangkan pada atap, beban hidup termasuk air hujan yang menggenang (Benny, 1996).

Beban gravitasi pada bangunan yang berupa beban mati dan beban hidup ini akan diterima oleh lantai dan atap bangunan, kemudian didistribusikan ke balok anak dan balok induk. Setelah itu akan diteruskan ke kolom dan ke pondasi.

Bentuk pendistribusian beban dari plat terhadap balok dalam bentuk trapesium maupun segitiga dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1. Distribusi Beban Pada Balok.

(5)

2.3. Beban Lateral

Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa. Pertama kali di Indonesia ketetapan perencanaan gempa untuk bangunan dimasukkan dalam Peraturan Muatan Indonesia 1970, lalu peraturan ini diperbaharui dengan diterbitkannya Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.

Pada dasarnya ada dua metode Analisa Perencanaan Gempa, yaitu : (Soetoyo, 2000)

a. Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load Analysis).

Analisis ini adalah suatu cara analisa struktur, dimana pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa yang sesungguhnya akibat gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk bangunan struktur yang beraturan dengan ketinggian tidak lebih dari 40 m.

b. Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).

Metode ini digunakan untuk bangunan dengan struktur yang tidak beraturan.

Perhitungan gempa dengan analisis dinamik ini terdiri dari : - Analisa Ragam Spektrum Respons.

Analisa Ragam Spektrum Respons adalah Suatu cara analisa dinamik struktur, dimana suatu model dari matematik struktur diberlakukan suatu spektrum respons gempa rencana, dan berdasarkan itu ditentukan respons struktur terhadap gempa rencana tersebut.

- Analisa Respons Riwayat Waktu.

Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu cara analisa dinamik struktur, dimana suatu model matematik dari struktur dikenakan riwayat waktu dari gempa-gempa hasil pencatatan atau gempa-gempa tiruan terhadap riwayat waktu dari respons struktur ditentukan.

(6)

Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau (Benny, 1996).

Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, besarnya tekanan tiup angin ini harus diambil minimum 25 kg/m2 luas bidang bangunan yang ditinjau. Sedangkan untuk di laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai tekanan tiup angin ini diambil minimum 40 kg/m2, serta untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain dimana kemungkinan terdapat kecepatan angin yang mungkin dapat menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar dari yang ditentukan di atas, maka tekanan tiup angin tersebut harus dihitung dengan rumus:

16 V2

p= kg/m2………...… (2.1) Dimana: p = tekanan tiup angin (kg/m2).

V = kecepatan angin (m/detik).

2.4. Kombinasi Pembebanan

Struktur dan komponennya harus memenuhi syarat kekuatan dan laik pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka menurut SK SNI T-15- 1991-03 pasal 3.2.2 harus dipenuhi ketentuan dan faktor beban berikut ini :

1. Kuat perlu U yang menahan beban mati DL dan beban hidup LL paling tidak harus sama dengan :

U = 1,2 DL + 1,6 LL

2. Perencanaan struktur yang diperhitungkan terhadap beban gempa E, maka nilai U yang harus diambil adalah :

U = 1,05 (DL + LL + E)

3. Perencanaan Struktur yang diperhitungkan terhadap beban angin W, maka kombinasi beban yang diambil adalah :

U = 0,9 DL + 1,2 LL + 1,2 W

(7)

2.5. Aplikasi Menggunakan SAP 2000

Analisa struktur pada perencanaan struktur gedung ini dilakukan dengan menggunakan program SAP 2000 yang merupakan salah satu program analisis struktur yang telah dikenal luas dalam dunia teknik sipil dan juga merupakan program versi terakhir yang paling lengkap dari seri-seri program analisis struktur SAP. Program SAP 2000 ini merupakan perangkat lunak untuk analisis dan desain struktur ini menggunakan operasi windows (Haryanto, 2001).

Graphis user interface dari SAP 2000 digunakan untuk merancang, menganalisa, mendesain, dan menampilkan geometri struktur, property dan hasil analisis. Prosedur dari analisis ini dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu : (Haryanto, 2001)

1. Preprocessing (Pra Proses).

2. Solving (Penyelesaian).

3. Post Processing (Pasca Proses).

2.6. ANALISA PENAMPANG

Analisa penampang yang dilakukan pada perencanaan struktur gedung ini meliputi analisa balok, kolom, plat, dan tangga yang mengacu pada Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK-SNI T-15-03- 1991), dan didasarkan pada hasil dari analisa struktur yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan porgram SAP2000.

2.6.1. BALOK

Balok merupakan komponen struktur yang berfungsi untuk meratakan beban plat atau dinding dan sebagai pengikat antar kolom. Seluruh beban yang diterima balok akan dilimpahkan ke kolom dan selanjutnya ke pondasi bangunan.

Penampang balok yang digunakan pada struktur gedung ini adalah balok persegi (Rectangular Beam), dan balok T (Tee Beam). Pada balok tersebut, penulangan yang direncanakan, yaitu:

1. Penulangan balok terlentur 2. Penulangan Geser

3. Penulangan Torsi

(8)

2.6.2. PLAT

Struktur bangunan gedung umumnya tersusun atas komponen plat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang umumnya dapat merupakan satu kesatuan monolit atau terangkai seperti halnya pada sistem pracetak. Petak plat dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan oleh balok induk pada kedua sisi pendek (Istimawan, 1999).

Plat yang didukung sepanjang keempat sisinya dinamakan sebagai plat dua arah, dimana lenturan akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus. Namun, apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari 2, plat dapat dianggap hanya bekerja sebagai plat satu arah dengan lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek. Struktur plat satu arah dapat didefinisikan sebagai plat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan sehingga lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi (Istimawan, 1999).

2.6.3. KOLOM

kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Sebagai bagian dari suatu keragka bangunan dengan fungsi dan peran seperti tersebut, kolom menempati posisi penting di dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan (Istimawan, 1999).

2.6.4. TANGGA

Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya.

Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs),

(9)

dan tangga melayang (Free Standing Stairs). Sedangkan tipe tangga yang digunakan pada gedung kampus ini adalah tangga melayang (Free Standing Stairs). Pemilihan tipe tangga seperti ini pada gedung kampus ini dikarenakan tidak membutuhkan ruangan yang besar.

3. CARA PENGUMPULAN DATA

Analisa studi ini dilakukan 2 pendekatan yaitu dengan pendekatan internal dan eksternal yaitu :

1. Pendekatan internal terkait dengan karekteristik struktur bangunan dan gambar-gambar perencanaan gedung.

2. Pendekatan eksternal berkaitan dengan survey pelaksanaan pembangunan di lapangan.

4. DATA-DATA PERENCANAAN 4.1. Data Teknis

1. Jumlah Lantai : 4 Lantai + 1 Lantai dasar.

2. Tinggi Bangunan

a. Lantai Dasar : ± 0,000 m.

b. Lantai 1 : + 4,000 m.

c. Lantai 2 : + 8,000 m.

d. Lantai 3 : + 12,000 m.

e. Lantai 4 : + 16,000 m.

d. Lantai Atap : + 20,000 m

4.2. Data Struktural 1. Pondasi

a. Tipe : Pondasi tiang pancang

beton pracetak prategang.

b. Ukuran Tiang Pancang : 250 x 250 mm.

c. Besi Beton : φ 8 ~ 16 U 24.

d. Daya Dukung Ijin Tiang Pancang : 35 Ton.

2. Tebal Plat : 150 mm.

(10)

3. Mutu Bahan Yang Digunakan : a. Beton.

Elemen Struktur Notasi

Tiang Pancang K-400

Pile cap K-400

Kolom K-250 Balok K-250

Plat Lantai K-250

Tangga K-250 b. Besi Beton.

Tipe Notasi Tegangan Leleh

Ulir BJTD 40 Fy = 4000 kg/cm2

Polos BJTP 24 Fy = 2400 kg/cm2

Adapun penentuan penggunaan mutu besi beton yang digunakan pada gedung kampus ini adalah sebagai berikut:

- untuk ∅ ≤ 12 mm menggunakan besi beton polos.

- untuk ∅ > 12 mm menggunakan besi beton ulir.

5. CARA MENGANALISA

Data-data yang telah diperoleh dilakukan analisa dengan menggunakan perhitungan-perhitungan sebagai berikut :

5.1. Analisa Beban Gempa

1. Waktu Getar Alami Struktur Bangunan.

Waktu getar alami suatu struktur bangunan dapat ditentukan dengan rumus- rumus pendekatan seperti berikut ini :

a. Untuk struktur gedung bertingkat yang berupa portal-portal atau unsur- unsur pengaku yang membatasi simpangan :

Portal Baja : T = 0,085 H3/4. Portal Beton : T = 0,06 H3/4. b. Untuk struktur gedung yang lain :

B T = 0,09.H

Dimana: T = Waktu getar alami (detik).

H = Tinggi bangunan (m).

B = Panjang struktur dasar gedung dalam arah yang ditinjau (m).

(11)

Rumus perhitungan waktu getar alami di atas diperlukan untuk analisis pendahuluan struktur dan pendimensian pendahuluan dari unsur-unsur bangunan.

2. Faktor Keutamaan (Importance Factor).

Faktor Keutamaan (I) dapat diperoleh dari tabel di bawah ini yang dikutip dari Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.

Tabel Faktor Keutamaan (I) (PPTGI 1983)

Jenis Gedung Faktor

Keutamaan

1 Gedung-gedung Monumental 1,5

2 Fasilitas-fasilitas penting yang harus tetap berfungsi setelah gempa terjadi Contoh: Rumah sakit, Pusat Pembangkit Tenaga, Bangunan

Air minum, Sekolah, dan lain-lain

1,5 3 Fasilitas distribusi bahan gas dan minyak bumi 2,0 4 Gedung-gedung yang menyimpan bahan-bahan berbahaya, seperti asam,

bahan beracun, dan lain-lain 2,0

5 Gedung-gedung lainnya 1,0

3. Faktor Jenis Struktur (Structural Type Factor).

Faktor Jenis Struktur (K) dapat diperoleh dari tabel di bawah ini yang dikutip dari Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.

Tabel Faktor Jenis Struktur (K) (PPTGI 1983)

Jenis Struktur Gedung Bahan bangunan dari unsur-unsur pemencar

energi gempa

Faktor Jenis Struktur (K)

1,0 1,4 Portal daktail 1,0

Beton bertulang Beton pratekan Baja

Kayu 1,7

Dinding geser berangkai Beton bertulang 1,0

1,2 2,5 Dinding geser kantilever daktail Beton bertulang

Tembok berongga bertulang

Kayu 2,0

1,5 Dinding geser kantilever dengan 3,0

daktilitas terbatas

Beton bertulang

Tembok berongga bertulang

Kayu 2,5

2,5 2,5 Portal dengan ikatan diagonal

Beton bertulang Baja

Kayu 3,0

Struktur kantilever tak bertingkat Beton bertulang 2,5

Baja 2,5

Cerobong, tangki kecil Beton bertulang 3,0

Baja 3,0

(12)

4. Gaya Geser Horizontal Total Akibat Gempa.

Besarnya beban gempa rencana menurut Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan gedung [3] dapat dinyatakan dalam:

V = C.I.K.Wt

dengan: V = gaya geser dasar horizontal total akibat gempa.

C = koefisien gempa dasar.

I = faktor keutamaan.

K = faktor jenis struktur.

Wt = berat total bangunan.

Gaya geser horisontal total akibat gempa dari gedung ini adalah : Vx = Vy = C . I . K . Wt.

= 0,05 . 1,5 . 1,0 . 3951356 = 296351,7 Kg.

5. Pembagian Beban Geser Dasar Akibat Gempa.

Gaya geser gempa dasar (V) ini harus dibagikan sepanjang tinggi gedung menjadi beban-beban horizontal (lateral) yang bekerja pada masing-masing taraf tingkat lantai menurut rumus di bawah ini :

h V W

h F W

i i

i

i i .

.

.

=

dimana: Fi = beban horizontal akibat gempa pada ketinggian i.

Wi = kombinasi antara DL dan LL pada tingkat ke i.

hi = ketinggian tingkat i sampai taraf penjepitan lateral.

Tabel Distribusi gaya geser dasar horizontal total akibat gempa ke sepanjang tinggi gedung dalam arah X dan Y untuk tiap portal

hi Wi Wi.hi Fix,y

(m) (t) (tm) (t)

Atap 20.00 545.010 10900.202 72.74

4 16.00 786.206 12579.296 83.94

3 12.00 869.708 10436.496 69.64

2 8.00 873.380 6987.040 46.62

1 4.00 877.052 3508.208 23.41

3951.356 44411.242 296.352 Tingkat

(13)

5.2. Analisa Balok

Mulai

. 2

. db k Mu

=φ

b, h, d’, Mu, fy, fc, Es

fy

4 , 1

min = ρ

ρmaks

ρ ρmin

ρ y y

b c

f f

f

+

= 600

600 '

. 85 , 0 β1 ρ

d b As =ρ. .

b f f a A

c y s

'.

. 85 , 0

= .

β1

c= a

(

0,003

)

.

= − c

c d εs

s y

y E

= f ε

Selesai

b

maks ρ

ρ =0,75.

s'

y

s ε ε

ε > < Ya

Tidak

Diperoleh :

Tulangan baja tarik dan tekan belum meluluh setelah beton mencapai

regangan maksimum 0,003

d = h - d’

(

0,003

)

' .

'

= − c

d c εs

Tulangan baja tarik dan tekan telah meluluh sebelum beton mencapai

regangan maksimum 0,003

Flowchart Perencanaan Penulangan Terlentur

(14)

Mulai

d b f Vc =1/6. c.' w.

c

u V

V12.φ.

c u

s V V

V = −

φ

Spasi untuk keseluruhan panjang balok. Dipilih yang terkecil

s y v

V d f s A. .

=

d s=1/2.

b f s 3.Av. y

=

Selesai b, h, d’, Vu, fy, fc

Diperlukan tulangan sengkang

Ya

Tidak

Spasi pada penampang kritis

Ya

Tidak Perbesar diameter tulangan sengkang Menentukan

tulangan sengkang d = h - d’

s > 50 mm

Tidak diperlukan tulangan sengkang

Selesai

Flowchart Perencanaan Penulangan Geser

(15)

Mulai

Luas Balok:

Menentukan : torsi keseimbangan

atau torsi keserasian

x .2 y

Kuat momen torsi nominal

Kuat torsi nominal

( )

[

. fc'

x .y

]

. 124 2

φ

φu

n

T =T

Untuk torsi keseimbangan : Untuk torsi keserasian :

( )

2 2 115

. . 4 , 1 0

' .



 

 +

=

u t

u c c

T C

V y x T f

=

y x

d Ct bw

. .

2

(

fy

)

x y Tc

Ts = 13. '.

13. 2.Tidak

Ya

Ts > 4 Tc Penampang diperbesar Ya

Tidak C

bw, h, hf, d, Vu, Tu, fy, fc

< Tu Ya

Tidak Stop

c

u T

T >φ.

c n

s T T

T = −

(16)

( )

2 16

. 5 , 2 1

. ' .



 

 +

=

u t u

w c c

V C T

d b V f

c

u V

Vs V − φ

d f

V s A

y s v

= .

s A s A s

Avt t v +

= 2 C

(

1 1

)

14. x y

s= +

Luas tulangan memanjang

Diambil yang terbesar, tapi tidak melebihi:









− +









+

= s

y A x

C T V

T f

s

A x t

t u u

u y

1

. 1

2 .

3 .

. 8 , 2 l

s y x f

s b

C T V

T f

s A x

y w

t u u

u y

1

. 1

3. 1 .

3 .

. 8 ,

2 +













− 









+ l=

Aslapangan = 14.Al +As

s y A x

A 2 t 1+ 1 l=

Selesai

y t

s t

f y x

T s

A

. . . 1 1

5 , 1 3 2

1

1

1 1<

 

 +

= x

α y

Dipilih spasi terkecil

Flowchart Perencanaan Penulangan Torsi Balok T

(17)

Hasil perhitungan dari balok induk no. 18 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tulangan Lapangan Tumpuan

(KNm) (KNm) (KN) (KNm) (m) (m)

72.33 164.61 136.5 4.05 0.3 0.6 4 D19 3 D19 D10 Sengkang

h Tulangan

Atas Bawah

Mu Vu Tu b

600 4 D19

3 D19

300 300

Lapangan Tumpuan

3 D19

3 D19

2 D8 2 D8

Gambar Penampang Penulangan Lentur Balok Persegi (BI-18) Hasil perhitungan dari balok anak no. 10 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tulangan Lapangan Tumpuan

(KNm) (KNm) (KN) (KNm) (m) (m)

77.51 200.05 132.56 2.48 0.25 0.6 4 D19 3 D19 D10

Mu Vu Tu b

Sengkang

h Tulangan

Atas Bawah

150

600 4 D19

2 D19

250 250

Lapangan Tumpuan

2 D19

3 D19

2 D8 2 D8

Gambar Penampang Penulangan Lentur Balok T (BA-10)

(18)

5.3. Analisa Plat Lantai

Mulai

Sistem plat dua arah

Sistem plat satu arah Tidak Ya

>2

x y

l l

( )

d

n1= l1−2 l

( )

d

n2 = l2−2 l

2 1 n n

l

= l β

> hf >

( )

n

fy

β l . 9 36

8 1500 , 0

+

+

( )

n

fy

36 l 8 1500 , 0 +

(

f

)

w

e h h b

b = 2 − +

( ) [ ( ) ] [ ( ) ] ( )

(

e f

) [

w

(

f

) ]

f f

w f f f e

h h b h b

h h h h b h h h h y b

− +

×

− +

= × 12 12

Ib = 1/12.be.hf3 + be.hf.y12 + 1/3.bw(y1-1/2 hf)3 + 1/3.bw.y3

Ib = 1/12.be.hf3 + be.hf.y12 + 1/12(h-hf)3 + bw(h-hf)[y-1/2(h-hf)]2

D

F

' , , , ,' , ,

, w 1 2 y c

f b h d f f

h l l

(19)

Kekakuan plat .l . 3

112 f

s h

I =

cs i bi cb

Is E

I E

i .

= . α

( ) ( )

[ ]

4 2

2 + +1

= i i

m

α α α

Wu = 1,2 WDL + 1,6 WLL

Momen untuk arah memanjang :

Momen untuk arah melebar :

( )

2

18

0 Wu. i 1 ni

M = l + l

( )

2

18

0 = Wu. i ni+1

M l l

Distribusi momen : Mu = faktor distribusi x M0

Memeriksa tebal plat berdasarkan syarat gaya geser

ni Wu

Vu = 12.1,15. .l D

d = h - 20 - ½ Ø Ø Vc = Ø (1/6 )bw . d

Vu < Ø Vc

Tebal plat cukup aman dan

tahan terhadap gaya geser

E

Tidak

Ya

Tebal plat tidak aman dan

tidak tahan terhadap gaya geser Rencanakan

plat lebih tebal Redesign

(20)

As batang tulangan S = x 1000 As

b f f a A

c y s

'.

. 85 , 0

= .

(

d a 2

)

f As Mn

y

=

(d - ½ a) = 0,9 d E

selesai

Mn = As.fy (d - ½ a)

Luas tulangan

Flowchart Perencanaan Penulangan Plat Lantai Dua Arah

(21)

F

Tebal plat minimum

Momen rencana

min = 28l h

Wu = 1,2 WDL + 1,6 WLL

2 18.Wu.l Mu=

d = h - 20 - ½ (19)

. 2

. db

kperlu Mu

fy

4 , 1

min = ρ

ρmaks

ρ ρmin ≤ ≤

ρ

d b As =ρ. . Diperoleh :

Tulangan pokok

T u l a n g a n s u s u t ,

- u n t u k b a j a m u t u 3 0 : A s = 0 , 0 0 2 . b . h - u n t u k b a j a m u t u 4 0 : A s = 0 , 0 0 1 8 . b . h

Selesai

y y

b c

f f

f

⋅ +

= 600

' 600 .

85 , 0 β1 ρ

b

maks ρ

ρ =0,75.

Flowchart Perencanaan Penulangan Plat Lantai Satu Arah

(22)

a. Perencanan plat dua arah Pemeriksaan tebal plat : 105,2 mm > Hf < 152 mm Pemeriksaan gaya geser :

Vu = 2726,9 Kg ; f Vc = 6118,2 Kg

karena Vu < f Vc, maka tebal plat cukup aman dan tahan terhadap gaya geser

ln . 25 , n 0

.l 3 , 0

ln . 125 , 0

3200 150

10−250 D

250 10 D

10−250 D

3500 10−250

D D10−250

Gambar Penampang dan Penulangan Plat Dua Arah b. Perencanaan plat satu arah

Pemeriksaan tebal plat : Hmin = 79,6 mm Momen rencana :

Wu = 1,2 (360) + 1,6 (250) = 832 KN/m2 Mu = 1/8 x 832 x 32 = 936 Kgm

Luas tulangan pokok yg dibutuhkan :

As = 421,75 mm2 (dipilih tulangan D10-150 mm ; As = 523,6 mm2) Luas tulangan susut yg dibutuhkan :As = 0,0018.b.h = 270 mm2 (dipilih tulangan D10-250 mm ; As = 314,2 mm2)

20 mm Tulangan Susut

D10-250 Tulangan Pokok

D10-150 150 mm

Panjang dukungan

Bentang bersih

Gambar Penampang dan Penulangan Plat Satu Arah

(23)

5.4. Analisa Kolom

Mulai

Menentukan kekakuan kolom

Kolom Pendek Kolom Panjang

Ya Tidak

b b

M M r

lu k

2

12 1

. 34

>

Eksentrisitas >

Pu e= Mu

d b

As

= . ρ

d b As =ρ. .

2

%

' . penulangan d

bAs =

=

=ρ ρ

G

b, h, d’, lu, Pu, Mu, fy, fc

) 1 .(

5 , 2

.

d g c I EI E

β

= +

emin = 15 + 0,03h

d = h - d’

H

(24)

Pnb = 0,85.fc'.a.b + As'.fy - As .fy Ya Tidak Ø.Pnb = 0,65.Pnb

' . 85 ,

0 c

y

f m= f

Pemeriksaan kekuatan penampang

c b f Pn a= 0,85. '.

β1 c= a

Memeriksa tegangan pada tulangan tekan

( )

c c Es

fs 0,003 70 .

'

=

Selesai G

d fy

c .

600 600

= +

c a1.

c s 0,003(c 70)

'

ε =

' . ' s s

s E

f = ε

fs' > fy











 

 

 

+

+

= d

m d d

e h d

e d h cb n f

P '

1 . . . 2 2 2

2 2

. 2 . . 85 ,

0 ρ

Ø.Pnb > Pu Kolom hancur diawali

beton di daerah tekan Kolom hancur diawali

luluhnya tulangan tarik

Ya Tidak

fs' > fy Ya

Tidak Redesign penampang dan tulangan

Flowchart Perencanaan Penulangan Kolom Pendek

(25)

Perhitungan penulangan kolom,

Kekangan ujung atas dan bawah kolom :

Y = 0,62 Þ dari nomogram faktor panjang efektif didapat k = 0,715

maka kelangsingan diabaikan dan diperhitungkan sebagai kolom pendek 85

, 25 33 , 17 2

. 1 34 12

. < − ⇔ <

M b M b r

lu k

Cek regangan : es’ > ey

Cek kapasitas penampang : φ.Pn > Pu (Penampang memenuhi persyaratan) Hasil perhitungan dari kolom dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Penampang Pu Mu EI I As Tulangan Sengkang

(mm2) (KN) (KNm) (KNm2) (mm4) (mm2)

450 x 550 2948,86 374,4 39,098,125 54.108 2592 6 D25 D10 - 400

As’ = 6 D25

As = 6 D25

480 mm 550 mm

450 mm

20 D25

Gambar Penampang dan Diagram Regangan Kolom

(26)

5.5. Analisa Tangga 1. Bordes

Mulai

Selesai h, d’, Mu, fy, fc

d = h - d’

l

u n

M = M



 −

=0,85. '. . . 2a d a b f

Mn c

Menentukan nilai a dari rumus :

y c

f a b As = 0,85.f '. .

fy

d As 1,4.b.

min =

Menentukan luas tulangan utama

dipilih nilai yang terbesar

Menentukan luas tulangan bagi As = 0,0025.b.h

Flowchart Perencanaan Penulangan Bordes

(27)

2. Tangga

Mulai

Selesai h, d’, Mu, Pu, fy, fc

d = h - d’

Memeriksa kekuatan penampang

Menentukan luas tulangan bagi As = 0,0025.b.h

Pu

e= Mu emin = 15 + 0,03h Cek eksentrisitas

>

Menentukan

% penulangan

penulangan

2 %

1× ρ=

Menentukan rasio penulangan

Menentukan luas tulangan utama

2

. . 3

' . . 5 , ' 0 '.

d l h

f h b

d d

l f

Pn As y + c

− +

=

d b As As= '=ρ. .

Pn > Pu Ya Tidak

Flowchart Perencanaan Penulangan Tangga

(28)

Hasil perhitungan tangga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Positif Negatif Utama Bagi

Kg/m Kg/m Kgm Kgm mm2 mm2 Utama Bagi

Tangga 988 292,5 1814 2084 845 375 D14-150 D10-200

Bordes 601 292,5 269 2084 758,3 375 D13-150 D10-200

Luas Tulangan Tulangan Yg Digunakan

DL LL Momen

6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Struktur gedung kampus ini dianalisis dengan metode analisa beban statik ekivalen, karena bentuk bangunan gedung ini sangat beraturan dan memiliki ketinggian kurang dari 40 m.

2. Momen, gaya geser, dan torsi terbesar yang didapat dari hasil analisis struktur gedung kampus ini adalah akibat dari kombinasi pembebanan 2, yaitu : Wu = 1,05 DL + 1,05 LL + 1,05 E.

3. Hasil dari cek regangan yang dilakukan baik pada balok maupun kolom, tulangan baja tarik telah mencapai luluh sebelum beton mencapai regangan maksimum 0,003.

4. Gaya geser cukup besar terjadi pada balok BI-24, maka setelah dilakukan perhitungan didapatkan jarak spasi sengkang yang cukup rapat.

5. Besarnya torsi (puntir) yang terjadi pada balok hasil dari analisa struktur cukup kecil. Setelah dilakukan perhitungan, momen torsi rencana yang didapat lebih besar dibandingkan dengan momen torsi keseimbangan hasil dari analisa struktur. Oleh karena itu, dampak torsi dalam perencanaan ini dapat diabaikan dan diberikan tulangan torsi minimum.

6. Pada perhitungan perencanaan plat dua arah yang telah dilakukan, diperoleh hasil tulangan minimum. Hal ini dikarenakan oleh jarak pusat ke pusat antara balok cukup dekat. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan lagi dimensi penampang balok yang digunakan.

(29)

6.2. Saran

Analisa yang dilakukan pada beberapa komponen struktur gedung kampus ini, ada beberapa yang diperoleh hasil tulangan minimum yang disyaratkan. Oleh karena itu, perlu lebih diperhatikan perkiraan perencanaan awal dimensi dari komponen struktur tersebut dengan tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana bangunan (durability).

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai siaran televisi swasta nasional (RCTI, SCTV, AN-TV, Indosiar, Trans 7, Trans TV, Metro TV) juga dapat dinikmati melalui jasa pelayanan TV kabel maupun

meminjamkan sejumlah uang atau barang tertentu kepada pihak lain, ia akan member kembali sejumlah uang yang sama sesuai dengan persetujuan yang disepakati. Dalam perkara

Selain pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis Hidrosefalus Tekanan Normal; sesuai konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk tanda dan

Ke- arifan lokal kategori (a) mencakup berbagai pengetahuan, pandangan, nilai serta prak- tik-praktik dari sebuah komunitas baik yang diperoleh dari generasi sebelumnya dari

(4) Setelah dilakukan pengkajian dan Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Naskah Rancangan Peraturan Daerah yang pada setiap halamannya sudah diparaf oleh

Formulasi untuk permasalahan ukuran sampel yang lebih general, berdasarkan rancangan studi tertentu, dan statistik uji tertentu yang lebih lengkap akan dibahas dalam

In this paper we investigate the trinomial model for European call option pricing theory using pseudoinverse matrix.. Here we use pseudoinverse matrix to find the risk

Berbeda dengan kajian yang disebutkan di atas, kajian ini merekonstruksi secara bersama memori kolektif dan identitas kultural antar komunitas umat beragama Kristen