• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI PEJABAT POLITIK DENGAN PEJABAT KARIR DALAM PENERIMAAN CPNS DI BAGIAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDRAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INTERAKSI PEJABAT POLITIK DENGAN PEJABAT KARIR DALAM PENERIMAAN CPNS DI BAGIAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDRAP"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

1 Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh PAKSI

Nomor Stambuk : 10561 2691 07

Kepada

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Paksi, Interaksi pejabat politik dengan pejabat karir dalam penerimaan CPNS di badan kepegawaian Daerah kabupaten Sidrap ( di bimbing oleh Muhlis Madani dan Burhanuddin )

Terkait dengan persoalan rekruitmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dapat disebutkan beberapa situasi problematis yang dihadapi oleh birokrasi di Indonesia. Proses rekruitmen masih belum dilakukan secara profesional dan masih terkait dengan hubungan-hubungan kolusi, korupsi dan nepotisme. Rekruitmen pegawai masih dipandang seakan-akan menjadi kebutuhan proyek tahunan dan bukan sebagai kebutuhan akan peningkatan kualitas pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan. Indikasi ini sangat nyata apabila dilihat bahwa job analisis sebagai persyaratan untuk menentukan job requirement masih belum dimiliki oleh pemerintah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan makna data-data empirik yang bekaitan dengan interkasi pejabat Politik dengan Pejabat karir pada penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Sekretariat Pemerintahan Kabupaten Sidrap.

Hasil penelitian menunjukan Pola interaksi antara pejabat karir dan pejabat politik dalam pelaksanaan penerimaan CPNS di kabupaten sidrap baik karena hal tersebut dilihat dari segi hubungan komunikasi dalam penerimaan CPNS dilakukan secara transparansi tanpa ada keberpihakan untuk meloloskan para pendaftar yang menjadi anggota dari para pejabat.

Keyword : interaksi,, pejabat politik, pejabat karir.

(6)

INTERAKSI PEJABAT POLITIK DENGAN PEJABAT KARIR DALAM PENERIMAAN CPNS DI BAGIAN KEPEGAWAIAN DAERAH

KABUPATEN SIDRAP

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh PAKSI

Nomor Stambuk : 10561 2691 07

Kepada

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

ABSTRAK

Paksi, Interaksi pejabat politik dengan pejabat karir dalam penerimaan CPNS di badan kepegawaian Daerah kabupaten Sidrap ( di bimbing oleh Muhlis Madani dan Burhanuddin )

Terkait dengan persoalan rekruitmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dapat disebutkan beberapa situasi problematis yang dihadapi oleh birokrasi di Indonesia. Proses rekruitmen masih belum dilakukan secara profesional dan masih

(7)

terkait dengan hubungan-hubungan kolusi, korupsi dan nepotisme. Rekruitmen pegawai masih dipandang seakan-akan menjadi kebutuhan proyek tahunan dan bukan sebagai kebutuhan akan peningkatan kualitas pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan. Indikasi ini sangat nyata apabila dilihat bahwa job analisis sebagai persyaratan untuk menentukan job requirement masih belum dimiliki oleh pemerintah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan makna data-data empirik yang bekaitan dengan interkasi pejabat Politik dengan Pejabat karir pada penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Sekretariat Pemerintahan Kabupaten Sidrap.

Hasil penelitian menunjukan Pola interaksi antara pejabat karir dan pejabat politik dalam pelaksanaan penerimaan CPNS di kabupaten sidrap baik karena hal tersebut dilihat dari segi hubungan komunikasi dalam penerimaan CPNS dilakukan secara transparansi tanpa ada keberpihakan untuk meloloskan para pendaftar yang menjadi anggota dari para pejabat.

Keyword : interaksi,, pejabat politik, pejabat karir.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya semoga kita senantiasa berada dalam lindunga-Nya. Teriring salam dan salawat pada junjungan Rasulullah SAW dan keluarga yang dicintainya beserta sahabat- sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini diberi judul “ Interaksi Pejabat Politik Dan Pejabat karir dalam Penerimaan CPNS Di badan Kepegawaian daerah Kabupaten Sidrap “ dalam format sederhana penulis menyusun skripsi ini sebagai karya Ilmiah yang merupakan persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan pada program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyususnan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada :

1. Kedua orang tua dan segenap keluarga atas pengorbanan doa, cinta dan kasih sayang yang tak pernah putus tercurah sejak penulis berada dalam kandungan sampai detik ini hingga kapanpun.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak Dr.

Burhanuddin M.Si sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktunya,dalam memberikan bimbingaan, motivasi dan arahan serta semangat sejak penyusunan proposal hingga selesai skripsi ini.

3. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M,Si Selaku Dekan Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

4. Bapak. Dr. Burhanudin, M.Si, selaku /ketua jurusan Ilmu Administrasi Negara Univeritas Muhammadiyah Makassar.

5. Keluarga besar pengurus lembaga Se-Fisip Unismuh Makassar

6. Adinda Randi S, S.Sos Dan Adinda Anas Wahab S.Sos yang telah membantu memberikan masukan selama penulis menyelesaikan skripsi ini 7. Dan para sahabat kolega, yang telah membantu penulis yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Demikian penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat ,memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang dibutuhkan.

Billahi Fii sabillil Haq, fastabiqul khaerat.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan Dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Interaksi... 8

B. Politik Dalam Penerimaan CPNS... 12

C. Jenis-Jenis Pergerakan Pegawai ... 13

D. Sistem Dan Proses Rekrutmen CPNS ... 14

E. Kerangka Pikir ... 21

F. Defenisi Operasional ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Waktu Penelitian ... 25

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 25

C. Informan ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Teknik Analisis Data ... 26

F. Jadwal Penelitian ... 28

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30 B. Interaksi Antara Pejabat Karir Dengan Pejabat Politik ... 41 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 63

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelembagaan Pemerintahan Daerah berlandaskan pada Undang-Undang (UU) yang mengatur pemerintahan daerah, yakni Pasal 130 Ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004, tentang pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada pemerintah daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/wali kota setelah berkonsultasi terhadap gubernur, dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 kepala daerah ditetapkan sebagai pembina kepagawaian. Menurut Dwianto (2011:293) bahwa Pembina Kepagawaian perlu diperjelas.Apakah kepala daerah berhak melakukan intervensi dan secara langsung memutuskan penempatan aparatur daerah pada jabatan struktural.

Terkait dengan persoalan rekruitmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dapat disebutkan beberapa situasi problematis yang dihadapi oleh birokrasi di Indonesia. Proses rekruitmen masih belum dilakukan secara profesional dan masih terkait dengan hubungan-hubungan kolusi, korupsi dan nepotisme. Rekruitmen pegawai masih dipandang seakan-akan menjadi kebutuhan proyek tahunan dan bukan sebagai kebutuhan akan peningkatan kualitas pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan. Indikasi ini sangat nyata apabila dilihat bahwa job analisis sebagai persyaratan untuk menentukan job requirement masih belum dimiliki oleh pemerintah.

(13)

Dalam perjalanan selanjutnya, pejabat birokrasi yang selalu berada pada tatanan karier tertentu tersebut. Pejabat birokrasi harus setiap saat selalu siap untuk menerima pejabat politik sebagai pimpinan tertinggi organisasi, yang selalu berganti sesuai masa jabatannya dan memiliki program serta tipe kepemimpinan yang berbeda satu sama lain, bahkan lebih sering bertentangan. Dalam kondisi seperti itu, pejabat birokrasi rawan untuk terlibat dalam kontak emosional dengan pejabat politik yang baru saja menjabat, sehingga terkadang timbul situasi yang mengarah pada kecendrungan atau kebepihakan personal birokrat kepada pejabat politik yang berkuasa.

Keberpihakan pejabat birokrasi terhadap personal pejabat politik yang sedang berkuasa akan menimbulkan sentiment negative dari kelompok pejabat politik yang tidak sejalan dengan program pejabat politik yang berkuasa. Sehingga pada saat politisi yang berkuasa, digantikan oleh politisi dari warna yang berbeda, maka yang pertama kali yang dilakukan pejabat politik yang baru berkuasa adalah mengganti posisi pejabat birorasi sebelumnya. Proses pergantian tersebut sering kali terjadi diluar rambu-rambu aturan perundang-undangan yang menyangkut penataan dan pembinaan karier birokrasi. Kondisi demikian marak terjadi diseluruh Indonesia, khususnya pasca penerapan kebijakan desentralisasi berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah telah diperbaharui dengan UU No.

32 Tahun 2004.

Ketiadaan persyaratan jabatan telah menyebabkan rekruitmen dilakukan secara serampangan, dan tidak memperhatikan kualifikasi yang dibutuhkan. Itu sebabnya, meskipun dirasakan PNS di Indonesia tidak tahu apa yang dikerjakan,

(14)

tetapi rekrutmen PNS tetap terus dilakukan. Untuk dapat melakukan dengan baik proses perekrutan, maka spesifikasi tugas dan jabatan harus diketahui secara baik.

Ironisnya, banyak sekali PNS yang tidak mengetahui tugasnya, bahkan nama jabatannya. Jika perekrutan dilakukan tanpa mengetahui kebutuhan analisis jabatannya, SDM aparatur pada satuan organisasi menjadi berlebihan dan tidak sesuai dengan beban kerja yang ada. Rekrutmen yang demikian akan semakin memperbanyak pengangguran tidak kentara PNS (disguised unemployment).

(Mujiyono dalam Yusran, 2008 : 4)

Pada sisi lainnya, kepastian tentang jumlah PNS yang dibutuhkan terhadap jumlah penduduk (rasio beban kerja) masih belum dapat dihitung secara baik untuk menentukan jumlah pegawai yang harus direkruit setiap tahunnya.Dari sisi penyelenggaraannya, rekruitmen pegawai masih dilakukan dengan cara-cara yang tidak menjamin kesempatan dan terjaringnya calon-calon yang potensial.Hal ini disebabkan karena rekrutmen masih dilakukan pemerintah, dan bukan oleh sebuah lembaga yang independen (seperti civil service commision). Dengan situasi birokrasi yang syarat dengan KKN, maka proses rekruitmen yang demikian tidak dapat menghasilkan calon-calon yang terbaik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa proses rekruitmen di Indonesia dilakukan dengan cara-cara penyuapan, pertemanan dan afiliasi. Budaya perekruten yang demikian hanya akan menghasilkan birokrat yang moralnya tidak terjaga dan kompetensinya yang tidak memadai.

Problem perekrutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga tidak bebas dari masalah. Kuatnya egoisme daerah dan masih menonjolnya hubungan- hubungan persaudaraan dan afiliasi, juga telah menyebabkan proses rekrutmen

(15)

tidak menghasilkan PNS yang memenuhi syarat kualifikasi dan akhlak yang baik.

Bahkan kecenderungan untuk mengutamakan putra daerah dalam perekrutan PNS saat ini semakin menonjol dengan dilakukannya perekrutan oleh PNS. Itu sebabnya beberapa waktu lalu proses perekrutan PNS di beberapa daerah telah menimbulkan demonstrasi dan situasi chaos (Layanan Publik, 2006)

Situasi problematis lainnya dalam perekrutan PNS adalah kekuatan eksternal yang mendorong terjadinya intervensi politik dalam proses rekrutmen.

Hal ini disebabkan karena birokrasi di Indonesia masih belum terpisah secara total dengan politik. Keinginan pihak-pihak tertentu misalnya partai politik- untuk menjadikan birokrasi sebagai mesin politik, juga ikut mempengaruhi sukarnya melakukan reformasi rekrutmen PNS (Sunantara dalam Fahrul, 2012 : 5). Paling tidak, komitmen partai politik untuk mendorong terjadinya perubahan proses dan substansi rekrutmen akan membantu percepaten perbaikan rekrutmen PNS.

Kelembagaan Pemerintahan Daerah berlandaskan pada Undang-Undang (UU) yang mengatur pemerintahan daerah, yakni Pasal 130 Ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004, tentang pengankatan, pemindahan dan pemberhantian dari dan dalam jabatan eselon II pada pemerintah daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/wali kota setelah berkonsultasi terhadap gubernur, dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 kepela daerah ditetapkan sebagai pembina kepagawaian. Menurut Dwianto (2011:293) bahwa Pembina Kepagawaian perlu diperjelas. Apakah kepala daerah berhak melakukan intervensi dan secara langsung memutuskan penempatan aparatur daerah pada jabatan structural

(16)

Kentalnya permainan aktor politik dalam birokrasi pemerintahan juga ditemukan dalam penelitian di Kabupaten Kendal oleh Mashuri (2007:90) menyatakan bahwa setelah pilkada banyak diwarnai penetrasi dari berbagai pihak yang memberikan masukan langsung kepada pejabat Pembina kepegawaian atau kepala daerah dan fungsi Baperjakat juga tinggal “mengamini” saja pihak-pihak yang melakukan penetrasi dalam pengangkatan jabatan struktural dapat berasal dari berbagai kalangan seperti politisi, media massa, pagyuban kepala desa atau dari para electioner yaitu orang-orang yang menganggap paling berjasa terhadap kemenangan seorang calon kepala daerah dalam suatu pemilihan Kepala Daerah.

Para electioner tersebut lebih memiliki andil yang besar dalam memberikan masukan kepada kepala daerah untuk menata pejabat struktural daripada lembaga yang formal, sehingga sering disebut sebagai Baperjakat bayangan. Fenomena di atas relatif sama dengan yang terjadi di Kabupaten Sidrap di mana pejabat politik banyak berinteraksi dengan pejabat karier untuk menentukan jabatan yang mereka akan duduki pada saat ada penerimaan CPNS.

Informasi yang diperoleh penulis berkaitan dengan interaksi jabatan politik dengan pejabat karir yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidrap sarat dengan nuansa politis khususnya peran tim sukses bupati terpilih. Sejalan dengan fenomena tersebut telah dikemukakan oleh Thoha (2009:89) bahwa proses rekruitmen pejabat daerah masih banyak diwarnai oleh aspirasi politik praktis dari pimpinan politik yang menjabat sebagai kepala daerah. Pejabat birokrasi karier pemerintah tidak mempunyai diskresi dalam menjalankan dan mewujudkan kebijakan politik yang telah dilakukan oleh kepala daerah.Mutasi, dan penerimaan

(17)

CPNS, Promosi jabatan dan pembinaan PNS di pemerintah daerah masih dilakukan oleh kepala daerah yang seharusnya di lakukan oleh pejabat karier yang menjadi atasan PNS. Tidak jarang pula anggota dewan ikut campur pula menentukan promosi dan rekruitmen PNS di daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dirasakan perlunya mengadakan kajian mengenai bagaimana sinergitas atau interaksi jabatan karir dengan pejabat politik.Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam sebuah skripsi dengan mengangkat judul

“Interaksi Pejabat Politik dengan Pejabat Karir Dalam Penerimaaan CPNS di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidrap.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan tersebut diatas, dapatlah dirumuskan permasalahan yaitu :

1. Bagaimana pola interaksi Pejabat Politik dengan Pejabat Karir dalam pelaksanaan Penerimaan CPNS di Kabupaten Sidrap.?

2. Bagaimana dominasi pejabat politik dan pejabat karier dalam Penerimaan CPNS Di Kabupaten Sidrap?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Dalam setiap penelitian pada dasarnya memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai, adapun tujuan yang ingin di capai penulis dalam penyusunan proposal ini adalah :

(18)

a. Untuk mengetahui pola Interaksi pejabat Politik dengan Pejabat Karir dalam pelaksanaan Penerimaan CPNS di Kabupaten Sidrap

b. Untuk mengetahui dominasi pejabat politik dan pejabat karier dalam Penerimaan CPNS Di Kabupaten Sidrap?

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Akademik, dari penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat sebagai suatu hasil karya ilmiah yang dapat menunjang ilmu pengetahuan, khusus mengenai proses interaksi antara pejabat politik dengan pejabat karir dalam penerimaan CPNS di kabupaten Sidrap.

b. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan pemerintah dalam pelaksanaan penerimaan CPNS di Kabupaten Sidrap.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Interaksi

Kamus ilmiah popular (2006:29) menjelaskan bahwa interaksi adalah pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama lain. Adapun syarat- syarat terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.

Menurut Setiadi (2008:90) bahwa interaksi adalah proses di mana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian interaksi sosial (Setiadi, 2008: 91) yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya:

1. H. Booner dalam bukunya, social Psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa: “Interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”

2. Gilian and gilian (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individu, antarkelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok.

3. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, antara individu dengan kelompok.

Setiadi (2008:92) Adapun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi soisal yaitu:

(20)

1. Faktor Imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interasi sosial.salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku.

2. Faktor Sugesti, yang dimaksud sugesti di sini ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena dalam psikologi sugesti dibedakan.

a. Autosugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari dirinya sendiri.

b. Heterosugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.

3. Faktor Identifikasi, identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (Sama) dengan orang lain, baik secara lahiria maupun batiniah.

4. Faktor Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadaap orang lain. Simpatik timbul tidak atas dasar logis rasional, melaikan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

Interaksi antara pejabat karir dengan aktor politik merupakan bagian dari interaksi sosial sebagai sebuah proses sosial yang terdapat dalam dinamika kehidupan masyarakat, Menurut Sukanto (2006:53) masyarakat mempunyai bentuk-bentuk struktural yang meliputi kelompok sosial, kebudayaan, lembaga- lembaga sosial, stratifikasi sosial, dan kekuasaan. Sedangkan perubahan dan perkembangannya yang terjadi adalah cermin dan dinamika tertentu karena adanya hubungan timbal balik diantara bentuk-bentuk struktur masyarakat tersebut baik secara perorangan maupun secara kelompok.

(21)

Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa pejabat karir sebagai bagian dari kekuasaan dan aktor politik adalah campuran antara kelompok keuasaan dan kelompok sosial yang berada pada rana politik, seperti : tim sukses pada calon bupati tertentu. Untuk menganalisis interaksi diantara aktor tersebut maka dapat merujuk pendapat Gillin dan Gillin (Setiadi, 2008: 98) menggolongkan pada dua jenis interaksi yaitu:

1. Bentuk Interaksi Asosiatif Interaksi asosiatif meliputi:

a. Kerja sama (cooperation)

Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok, sebaliknya sosiaolog lainnya menganggap mereka bahwa kerja sama merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi tersebut dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama:

1. Bergaining, pelaksanaan perjajian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.

2. Coomperatiaon, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.

3. Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.

(22)

b. Akomodasi (Accomodation)

Istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan, berarti suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi, orang perorangan dan kelompok manusia, sehubungan dengan norma- norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Adapun bentuk-bentuk dari akomodasi, diantaranya:

1. Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.

2. Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing- masing mengurangi tuntutangnya, agar tercapai suatu penyelasaian terhadap perselisihan yang ada.

3. Arbitration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan, tidak sanggup mencapainya sendiri.

Mediation, hampir menyerupai arbitration diundang pihak ketiga yang

netral dalam perselisihan yang ada.

2. Bentuk Interaksi Disosiatif a. Persaingan (competition)

Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mengunakan kekerasan.

(23)

b. Kontravensi (contravention)

Kontravensi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai oleh adanya ketidak pastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan.

c. Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi inddividu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuaannyadengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman.

B. Politik dalam penerimaan CPNS

Menurut Anwar (2006, 22) Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan penggabungan antara berbagai defenisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.Politik adalah seni dan ilmu meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu antara lain:

1. Politik adalah usaha yang ditempu warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama( teori klasik Aristoteles).

2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelanggaraan pemerintahan negara.

3. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.

(24)

4. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan politik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

C. Jenis-Jenis Pergerakan Pegawai

Berbicara masalah karier maka kita tidak akan terlepas dari proses pergerakan atau perpindahan pegawai dari satu posisi ke posisi yang lainnya dalam suatu organisasi. Dalam hal ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam proses pergerakan pegawai yaitu transfer/rotasi, promosi, dan demosi.

Hasibuan (2006:104) Dilihat dari jenis pergerakannya mutasi pegawai dapat dilakukan secara:

1. Horisontal( job relation/transfer), yaitu perubahan tempat atau pegawai tetap masih pada ranking atau tingkatan yang sama di dalam organisasi . mutasi horizontal mencakup “mutasi tempat dan mutasi jabatan”

a. Mutasi tempat ( tour of area) perubahan tempat kerja, tetapi tampa perubahan jabatan/posisi/golongan. Sebab adalah karena rasa bosan atau tidak cocok dengan suatu tempat baik karena kesehatan maupun pergaulan yang kurang baik.

b. Mutasi jabatan (tour of duty) perubahan jabatan atau penemptatan pada posisi semula.

(25)

2. Vertikal, yaitu perubahan posisi/jabatan/pekerjaan berbeda tingkatannya dalam organisasi, dapat berbentuk promosi atau demosi, sehingga wewenang dan tanggung jawabnya juga berubah.

Berdasarkan pengertian diatas, maka proses mutasi dapat dibagi atas rotasi/transfer, promosi, demosi.

1. Rotasi adalah perpindahan pegawai dari satu jabatan ke jabatan yang lain yang sama tingkatannya, status, tanggung jawab, serta imbalan jasanya.

2. Promosi adalah perpindahan dari satu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai statuss, tanggung jawab dan imbalan jasa yang lebih tinggi.

3. Demosi adalah perpindahan pegawai dari jabatan ke jabatan yang lain yang status, tanggung jawab, dan imbalan jasanya lebih rendah dalam organisasi.

D. Sistem dan Proses Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil 1. Seleksi Administrasi

Seleksi Administrasi dilakukan untuk memverifikasi berkas dari pelamar dengan persyaratan administrasi yang ditetapkan, jika memenuhi dan sesuai dengan data yang dimasukkan saat pendaftaran online, maka yang bersangkutan dinyatakan lulus seleksi administrasi dan berhak mengikuti tahapan tes selanjutnya. Berikut adalah persyaratan administrasi yang diverifikasi dengan persyaratan CPNS yaitu:

a. Syarat bahwa pelamar adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang dibuktikan dengan melampirkan fotokopi kartu identitas, dapat berupa KTP/SIM yang masih berlaku;

(26)

b. Syarat bahwa pelamar tidak pernah dipenjara/dihukum yang dibuktikan dengan melampirkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) asli yang sebelumnya dikenal sebagai Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB) yang diterbitkan oleh Kepolisian yang berisikan catatan kejahatan seseorang, dimana surat ini hanya dapat diberikan kepada yang tidak/belum pernah tercatat melakukan tindakan kejahatan hingga tanggal dikeluarkannya SKCK tersebut, dan berlaku selama 6 (enam) bulan;

c. Syarat bahwa pelamar dalam keadaan sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan melampirkan Surat Keterangan Sehat asli yang ditandatangani oleh dokter pemerintah, yaitu dokter yang memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) dan bekerja di RS Pemerintah/Negeri/Puskesmas;

d. Syarat bahwa pelamar memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan kualifikasi jabatan yang dibutuhkan, dimana dapat dibuktikan dengan melampirkan fotokopi Ijazah pendidikan yang telah dilegalisir stempel basah oleh pejabat yang berwenang berikut:

e. Syarat bahwa pelamar memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dengan nilai minimal 3.00 (skala 4.00) yang dibuktikan dengan melampirkan fotokopiTranskrip Nilai yang telah dilegalisir stempel basah oleh pejabat yang berwenang berikut: (http://rekrutmen.depkeu.go.id/PejabatBerwenang.asp).

2. Tes Kompetensi Dasar

Tes Kompetensi Dasar adalah tes yang diselenggarakan untuk mengukur kemampuan dasar yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan seseorang jika yang bersangkutan bekerja atau memangku jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

(27)

Materi Tes Kompetensi Dasar sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil, yang meliputi:

a. Tes Wawasan Kebangsaan (TWK)

Untuk menilai kompetensi pelamar dalam hal penguasaan pengetahuan dan kemampuan mengimplementasikan nilai-nilai 4 (empat) Pilar Kebangsaan Indonesia yang meliputi:

o Pancasila;

o Undang Undang Dasar 1945;

o Bhinneka Tunggal Ika;

o Negara Kesatuan Republik Indonesia (sistem tata Negara Indonesia, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintahdaerah, sejarah perjuangan bangsa, peranan Bangsa Indonesia dalam tatanan regional maupun global, dan kemampuan berbahasa indonesia secara baik dan benar).

b. Tes Intelegensi Umum (TIU)

Untuk menilai kompetensi pelamar yang terkait:

o Integritas diri;

o Semangat berprestasi;

o Kreativitas dan inovasi;

o Orientasi pada pelayanan;

o Orientasi kepada orang lain;

o Kemampuan beradaptasi;

o Kemampuan mengendalikan diri;

(28)

o Kemampuan bekerja mandiri dan tuntas;

o Kemauan dan kemampuan belajar berkelanjutan;

o Kemampuan bekerja sama dalam kelompok, dan

o Kemampuan menggerakkan dan mengkoordinir orang lain.

c. Psikotes

Psikotes diselenggarakan untuk memeriksa psikologis pelamar yang akan menjadi CPNS Kementerian Keuangan, dimana aspek yang diukur adalah : 1) Intelegensi;

2) Emosi; dan 3) Sikap Kerja.

d. Tes Kesehatan dan Kebugaran

Kemampuan dan kesiapan jasmani merupakan salah satu unsur yang perlu dimiliki oleh CPNS yang diharapkan dapat mengisi kebutuhan sumber daya manusia di lingkungan Kementerian Keuangan.Untuk memperoleh CPNS dengan kualifikasi fisik yang memadai, terhadap CPNS perlu dilakukan pengujian kemampuan fisik melalui Tes Kesehatan dan Kebugaran.

1) Tes Kesehatan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi kesehatan, kemampuan fungsi alat indra tubuh dan daya gerak normal dari anggota tubuh yang terdiri atas tangan dan kaki, dengan tujuan untuk dapat ditetapkan CPNS yang memenuhi standar kesehatan fisik yang ditentukan.

2) Tes Kebugaran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan gambaran umum tentang kekuatan dan tenaga, daya tahan, kesiapan dan kelincahan

(29)

jasmani CPNS dalam melakukan aktivitas fisik dengan tujuan untuk dapat ditetapkan CPNS yang memenuhi standar kemampuan kesigapan jasmani yang ditentukan.

Bentuk tes yang dilakukan.

Tes Kesehatan dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan (medical- checkup)oleh tim dokter yang bertugas di lokasi Tes Kesehatan;

Tes Kebugaran dilakukan dengan uji fisik, yaitu lari marathon dan sprint.

Kompetensi kandidat.

Sebelum melakukan rekrutmen pegawai didahului proses Formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Formasi PNS ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 telah ditentukan Pokok-pokok Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil untuk mengisi satuan organisasi pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang dimaksud formasi adalah jumlah dan susunan pangkat pegawai Negeri Sipil yang diperlukan oleh suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab dalam bidang penerbitan dan penyempurnaan Aparatur Negara.

Tujuan penetapan formasi sesuai dengan PP Nomor 54 Tahun 2003 ada beberapa tahapan dan persyaratan yaitu: pada umumnya dasar-dasar yang digunakan untuk menetapkan formasi suatu unit organisasi adalah:

1. Jenis pekerjaan, yaitu macam-macam pekerjaan yang harus dilakukan oleh suatu unit organisasi dalam melaksanakan tugas pokoknya, umpamanya pekerjaan mengetik, jaga malam, mengobati penyakit, dan lain-lain. Jenis-

(30)

jenis pekerjaan yang ada dalam dan lain-lain. Jenis- jenis pekerjaan yang ada dalam setiap departemen dan lembaga harus dikumpulkan, dikelompokkan, dan disusun secara sistematis, sehingga mudah dicari apabila diperlukan. Pada pokoknya, jenis-jenis pekerjaan itu dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang bersifat umum dan jenis-jenis pekerjaan yang bersifat khusus. Jenis-jenis pekerjaan yang bersifat umum, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang ada disetiap departemen dan lembaga seperti mengetik, urusan kepegawaian, urusan kepegawaian, urusan keuangan dan lain-lain. Jenis pekerjaan yang bersifat khusus, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang hanya ada pada departemen atau lembaga tertentu, seperti pekerjaan mengobati penyakit hanya ada pada lingkungan Departemen Kesehatan, memeriksa perkara hanya ada pada lingkungan kejaksaan dan pengadilan, dan lain-lain.

2. Sesudah jenis pekerjaan yang diketahui, maka harus pula diketahui sifat dari masing-masing pekerjaan itu. Dalam menentukan sifat pekerjaan dapat ditinjau dari beberapa sudut, umpamanya dari sudut waktu kerja, sudut pemusatan perhatian, sudut resiko pribadi yang mungkin timbul dalam melaksanakan pekerjaan, dan lain-lain.

3. Perkiraan beban kerja, yaitu frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya beban kerja itu dapat dibagi dalam beban kerja yang dapat diukur, beban kerja yang sulit diukur, dan beban kerja yang tidak mungkin diukur.

4. Perkiraan kapasitas pegawai, yaitu perkiraan kemampuan rata-rata seorang pegawai untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dalam jangka waktu

(31)

tertentu. Perkiraan kapasitas pegawai perlu diketahui untuk menentukan junlah pegawai yang diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan. Walaupun jenis pekerjaan sama, tetapi beban kerja dan perkiraan kapasitas pegawai berlainan pula jumlah pegawai yang diperlukan.

5. Kebijaksanaan pelaksanaan pekerjaan, yaitu kebijakan pelaksanaan pekerjaan apakah dilakukan sendiri ataupun diborongkan (outsourcing). Kebijaksanaan pelaksanaan pekerjaan untuk suatu jenis pekerjaan sangat besar pengaruhnya terhadap penentuan jumlah pegawai.

6. Jenjang dan jumlah jabatan dan pangkat yang tersedia dalam suatu organisasi mempunyai pengaruh dalam penyusunan formasi, karena piramida jabatan dan pangkat yang serasi adalah merupakan salah satu syarat mutlak untuk dipelihara oleh suatu organisasi yang baik. Sebagaimana diketahui, bahwa semakin tinggi suatu pangkat atau jabatan semakin terbatas jumlahnya, oleh sebab itu, makin terbatas pula jumlah Pegawai Negeri Sipil yang mungkin mencapai jabatan atau pangkat yang lebih tinggi itu dan tentu saja membutuhkan persyaratan yang lebih berat juga.

7. Alat yang tersedia atau diperkirakan dalam melaksanakan tugas. Makin tinggi mutu peralatan dan tersedia dalam jumlah yang cukup, dapat mengakibatkan makin sedikit jumlah Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan untuk mengerjakan suatu jenis pekerjaan tertentu. Tetapi makin menghendaki kualitas yang makin tinggi.

(32)

Setelah melalui formasi PNS, maka tahapan selanjutnya adalah hasil dari formasi tersebut dijadikan dasar untuk melakukan pengadaan atau rekrutmen CPNS. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong. Lowongan formasi dalam formasi dalam suatu satuan organisasi Negara pada umumnya disebabkan oleh 2 (dua) yaitu, adanya Pegawai Negeri Sipil yang berhenti atau adanya perluasan organisasi.Karena pengadaan Pegawai Negeri Sipil ini adalah untuk keperluan, baik dalam arti jumlah, maupun dalam arti mutu. Kebijakan pengadaan PNS ini diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 98 tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri sipill.

Pengadaan pegawai dilakukan mulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sampai dengan pengangkatan CPNS menjadi Pegawai Negeri (PN).Secara prinsip, pengadaan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Pendekatan pegawai menggunakan pendekatan zero growth dimana pengadaan pegawai didasarkan untuk mengantikan pegawai yang pensiun. Jadi, pengadaan pegawai/ rekrutmen tidak mesti dilakukan tiap tahun.

E. Kerangka Pemikiran

Proses interaksi antara pejabat karier dengan pejabat politik dalam penerimaan CPNS sangat berkaitan dengan erat dalam rangka untuk meningkatkan proses dinamika rekrutmen calon pegawai dengan baik dan teratur sesuai dengan prosedur perundang-undangan yang berlaku.

(33)

Kecendrungan diatas sangat berpengaruh karena dimana yang terjadi saat ini dan kedepannya tidak sejalan dengan apa yang kita pikirkan, karena dimana interaksi pejabat karir dan pejebat politik tidak sejalan dengan tugas dan fungsi yang dilakukan dalam proses rekrutmen yang dilakukan, dalam hal ini masih adanya tumpang tindih karena pejabat karir dan pejabat politik masih mengutamakan kepentingan pribadi untuk melakukan proses penerimaan CPNS dengan melakukan system pendekatan kekeluargaan bukan pada apa yang sesuai dengan prinsip manajemen.

Namun dalam pelaksanaan penerimaan pegawai negeri sipil harus jelas bagaimana interaksi yang terjadi dikalangan birokrasi itu sendiri yakni antara pejabat politik dengan pejabat karir karena bentuk umum dari proses-proses sosial adalah interakasi sosial oleh karena itu iteraksi merupakan syarat utama terjadinya aktvitas-aktivitas sosial dan bentuk-bentuk interaksi yang kemungkinan besar terjadi dikalangan birokrasi adalah interaksi asosiatif di mana dalam interaksi asosiatif terjadi kerja sama dan akomodasi yang baik dan intraksi disosiatif dimana dalam interaksi disosiatif terjadi persaigan, kontrovensi dan pertentangan.

BAGAN KERANGKA PIKIR

Interaksi Antara Pejabat Politik dengan Pejabat Karir

(34)

F. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih untuk membicarakan sesuatu yang penting untuk mencapai suatu tujuan.

2. pejabat politik adalah suatu kedudukan atau pangkat yang dimilki oleh seseorang dalam suatu pemerintahan

3. Pejabat karir adalah jabatan struktural yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

4. Interaksi antara pejabat karir dengan pejabat politik adalah kerjasama timbal balik antara pejabat karir dan pejabat politik dalam penerimaan CPNS di Kabupaten Sidrap.

a. Interaksi Asosiatif yaitu kerjasama diantara orang perorangan atau antara kelompok sebagau suatu usaha untuk mencapai tujuan bersama.

(35)

1. Bargaining yaitu tawar menawar yang dilakukan antara pejabat politik dengan pejabat karier dalam penerimaaan CPNS di Kabupaten Sidrap.

2. Cooptation yaitukerjasama antara pejabat karir dengan pejabat politik dalam melakukan proses penyeleksian CPNS .

3. Coalition yaitu interaksi melalui kombinasi antara pejabat karir dan pejabat politik dalam melakukan proses rekrutmen CPNS.

b. Interaksi disasosiatif yaitu pertikaian atau pertentangan antara pejabat karir dengan pejabat politik dalam memenuhi tujuannya pada proses rekrutmen CPNS.

1. Kontravensi adalah adanya ketidakpastian dari kerjasama antara pejabat politik dan pejabat karir terhadap proses rekrutment CPNS.

2. Persaingan adalah interaksi antara pejabat politk dengan pejabat karir dalam yang akan bentuk persaigan untuk menentukan calon pegawai negeri sipil di Kabupaten Sidrap.

3. Pertentangan adalah proses interaksi antara pejabat karir dengan aktor politik yang berusaha menjatuhkan pihak tertentu setelah pelaksanaan CPNS di Kabupaten Sidrap.

5. Dominasi Pejabat politik dan Pejabat karier yaitu pembagian wilayah kekuasaan antara pejabat politik dan pejabat karir dalam penerimaan CPNS.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Sekretariat Pemerintahan Kebupaten Sidrap pada tanggal 24 maret sampai 7 april 2014. Adapun alas an memilih lokasiter sebut karena inginmengetahui hubungan interaksi jabatan politik dan pejabat karir dalam penerimaan calon pegawai negeri sipil di Kabupaten Sidrap.

B. Jenis dan Tipe Penelitian a. Jenis Penelitian

Adapun Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan makna data-data empirik yang bekaitan dengan interkasi pejabat Politik dengan Pejabat karir pada penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Sekretariat Pemerintahan Kabupaten Sidrap.

b. Tipe Penelitian

Adapun tipe dalam penelitian ini adalah fenomenologi yaitu penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara insentif dan mendetail, yang kesimpulannya berlaku terbatas pada kasus yang menjadi obyek penelitian.

C. Informan

Adapun informan dalam penelitian tersebut yaitu Jabatan Politik dan Pejabat Karir adalah :

1. Pejabat karier

a. Sekertaris Daerah Kabupaten Sidrap

(37)

b. Kepala BKD c. Pegawai BKD d. Asisten 1 2. PejabatPolitik

a. Bupati b. Wakil Bupati

c. Anggota DPRD Kabupaten Sidrap 3 Peserta CPNS Kategori Dua

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara, yaitu penelitian melakukan wawancara secara mendalam pejabat politik yang teridentifkasi melakukan interaksi dengan pejabat karir kaitannya dengan penerimaan CPNS di KabupatenSidrap

2. Observasi yaitu penelitian melakukan pengamatan langsung berkaitan dengan interaksi pejabat politik dengan pejabat karir berkaitan dengan penerimaan CPNS di Sekretariat Pemerintah Kabupaten Sidrap.

3. Dokumentasi yakni penelitian melakukan kajian terhadap bahan-bahan tertulis yang menjadi dokumen dan tersimpan di dalam system kearsipan pada BKD.

E. Teknik Analis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadihipotesis. data dikumpulkan dengan berulang-ulang dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu memeriksakan data yang diperoleh kepada pihak lain agar data tersebut dapat menjadi teori.

(38)

Kabsahan Data

Data penelitian yang dikumpulkan diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang bermutu atau data yang kredibel, oleh karena itupeneliti melakukan pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut :

1. Perpanjangan Masa Penelitian

Penelitian melakukan perpanjangan masa pengamatan jika data yang dikumpulkan dianggap belum cukup, maka dari itu peneliti dengan melakukan pengumpulan data, pengamatan dan wawancara kepada informan baik dalam bentuk pengecekan data maupun mendapatkan data yang belum diperoleh sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti menghubungi kembali para informan dan mengumpulkan data sekunder yang masih diperlukan.

2. Pencermatan Pengamatan

Data yang diperoleh peneliti dilokasi penelitian diamati secara cermat untuk memperoleh data yang bermakna. Oleh karena itu, penelitian memperhatikan dengan secara cermat apa yang terjadi di lapangan sehingga dapat memperoleh data yang sesungguhnya.

3. Triangulasi

Untuk keperluan triangulasi maka dilakukan tiga cara yaitu :

a. Triagulasi Sumber yaitu Triagulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.

(39)

b. Triagulasi Metode yaitu Triagulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan dan ketidakakuratannya.

c. Triagulasi Waktu yaitu Triagulasi waktu berkenan dengan waktu pengambilan data.

F. Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian ini mencakup :

a. Persiapan : mengurus perizinan, menyusun instrument penelitian selama 2 (dua) minggu.

b. Pelaksanaan : pengumpulan data, pengolahan data (klasifikasi dan tabulasi data), analisis data penarikan kesimpulan selama 6 (enam) minggu.

c. Penyelesaian : penulisan laporan penelitian, diskusi perbaikan, pengadaan laporan skripsi selama 2 (dua) minggu.

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kantor Bupati Sidereng Rappang

Kantor bupati Sidrap berkedudukan di jalan Harapan Baru blok A No.

6,Kompleks SKPD yang terletak di Batu Lappa Kecamatan Maritangngae Kabupaten Sidrap. Keberadaannya sebagai lembaga Eksekutif Pemerintahan tidak dapat terlepas dari sejarah Pemerintahan di Daerah ini. Hal ini disebabkan, karena kantor Bupati Sidrap merupakan pusat pengendalian pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di bawah pimpinan Bupati sebagai kepala Daerah Kabupaten Sidrap. Agar implementasi pemerintahan di bawah pimpinan Bupati Sidrap tidak bertentangan dengan asas-asas pemerintahan yang baik maka pelaksanaannya harus dijalankan menurut peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Istilah Sidrap terbagi dalam dua kata yaitu Sidenreng dan Rappang. Kata Sidenreng dan Rappang merupakan dua kata yang berasal dari nama daerah atau kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Sidrap itu sendiri. Dasar latar belakang kedua nama kecamatan tersebut digunakan sebagai nama Kabupten Sidrap berkaitan erat dengan sejarah Ibukota Kabupaten Sidrap yang pernah mengalami dua kali perpindahan tempat. Pertama kali Ibukota Kabupaten Sidrap adalah di Rappang, kemudian karena pertimbangan geografis, jumlah penduduk dan efektifitas pelayanan maka kemudian ibukota Kabupaten Sidrap dipindahkan ke Kecamatan Maritengngae (Sidenreng).

30

(41)

Tentang sejarah pemerintahan Kabupaten Sidrap awal mulanya adalah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Arung Sidenreng, namun dalam pelaksanaanya banyak mengalami hambatan dan tantangan utamanya dari para penjajah dan pemberontak bangsa yang terkenal dengan istilah Gerombolan.

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pemerintahan dengan sistem kerajaan melebur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya sistem kerajaan berubah dan mengikuti pemerintahan Republik Indonesia.(Sumber: Buku Pintar Sidrap).

2. Struktur Organisasi Pemerintah Sidenreng Rappang

Organisasi merupakan struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antar kelompok pemegang posisi yang bekerja sama secara bersama-sama untuk mencapai tujuanbersama. Oleh sebab itu, perlunya sturktur organisasi di dalam suatu organisasi adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kedudukan tiap-tiap personil, tugas-tugas yang harus dilaksanakan serta wewenang dan tanggung jawabnya.

Untuk memperlancar jalannya roda pemerintahan dalam menyukseskan pembangunan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sidrap, maka dibuat Perda No. 4 tahun 2004 tentang pembentukan dan susunan Organisasi Sekertariat Daerah Kabupaten Sidrap. Susunan Organisasi Sekertariat Daerah terdiri atas 3 Asisten dan 10 Bagian, serta 30 Sub Bagian. Untuk lebih jelasnya diuraiakan sebagai berikut:

1. Bupati Sidrap;

2. Wakil Bupati Sidrap;

(42)

3. Sekertaris Daerah (Sekda) sebagai unit kerja dalam lingkungan Sekertariat Daerah Kabupaten Sidrap;

4. Asisten Sekda sebagai pembantu sekda dalam melaksanakan tugas-tugas operasional, yang terdiri atas:

a. Asisten Pemerintahan dan Kesra (Asisten I);

b. Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asisten II);

c. Asisten Administrasi Umum (Asisten III).

5. Asisten dan Bagiannya:

a. Asisten Pemerintahan dan Kesra (Asisten I), terdiri atas:

a.1 Kepala Bagian Adm. Pemerintahan Umum, terdiri atas:

1) Ka. Sub Administrasi Pemerintahan Daerah;

2) Ka. Sub Bagian Administrasi Pembangunan Bencana dan Kependudukan;

3) Ka. Sub Bagian Adm. Keagrariaan.

a.2 Kepala Bagian Administrasi Kesra, terdiri atas:

1) Ka. Sub. Adm. Kesehatan dan Kesejahteraan Rakyat;

2) Ka. Sub. Bagian Adm. Bidang Pendidikan dan Mental Spiritual;

3) Ka. Sub. Bagian Adm. Pemberdayaan Perempuan dan KB.

a.3 BagianBagian Adm. Kemasyarakatan, terdiri atas

1) Ka. Sub. Bagian Adm. Kesatuan Bangsa dan Politik;

2) Ka. Sub. Bagian Adm. Pemuda dan Olahraga;

3) Ka. Sub. Bagian Adm. Pemberdayaan Masyarakat.

(43)

b. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan (Asisten II), terdiri atas:

b.1 KepalaBagian Adm. Pembangunan, terdiri atas:

1) Ka. Sub. Bagian Adm. Perencanaan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata;

2) Ka. Sub. Bagian Adm. Litbang dan Statistik;

3) Ka. Sub. Bagian Adm. Perhubungan dan Pekerjaan Umum.

b.2 Kepala Bagian Adm. Sumber Daya Alam, terdiri atas:

1) Ka. Sub. Bagian Adm. Pertanian

2) Ka. Sub. Bagian Adm. Bidang Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi

b.3 Kepala Bagian Adm. Perekonomian dan Penanaman Modal 1) Ka. Sub. Bagian Adm. Perindag, Koperasi dan UKM

2) Ka. Sub. Bagian Adm. Penanaman Modal dan Badan Usaha Daerah.

c. Asisten Bidang Administrasi Umum (Asisten III) c.1 Kepala bagian Hukum, terdiri atas:

1) Ka. Sub. Bagian Peraturan Perundang-undangan;

2) Ka. Sub. Bagian Bantuan Hukum;

3) Ka. Sub. Bagian Dokumentasi Hukum.

c.2 Kepala bagian Organisasi, terdiri atas:

1) Ka. Sub. Bagian Kelembagaan;

2) Ka. Sub. Bagian Ketatalaksanaan;

3) Ka. Sub. Bagian Anjab dan Kepegawaian.

(44)

c.3 Kepala Bagian Humas, terdiri atas:

1) Ka. Sub. Bagian Publikasi;

2) Ka. Sub. Bagian Pengumpul Informasi dan Dokumentasi;

3) Ka. Sub. Bagian Protokol.

c.4 Kepala bagian Umum dan Keuangan Sekretariat Daerah, terdiri atas:

1) Ka. Sub. Bagian Keuangan sekretariat Daerah;

2) Ka. Sub. Bagian Rumah Tangga dan Perbekalan;

3) Ka. Sub. Bagian Tata Usaha, Sandi dan Telekomunikasi.

6. Struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Sidrap a. Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

b. Sekretaris BKD dan Bagian-bagiannya terdiri dari 1. Kasubag Umum

2. Kasubag Keuangan 3. Kasubag Perencanaan

c. Kepala-kepala Bidang dan bagian-bagiannya, terdiri dari:

1. Kabid Pengembangan dan Diklat;

1.a. Kepala sub bidang diklat

1.b. Kepala sub bidang Pengembangan Karir 2. Kabid Mutasi

2.a. Kasubid mutasi jabatan/pengangkatan 2.b. Kasubid data Simpeg

(45)

3. Kabid Kesejahteraan

3.a. Kasubid kesejahteraan, Pensiun dan Taspen 3.b. Kasubid Kedudukan Hukum PNS

3. Keadaan Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan dalam Lingkup Sekretariat Pemerintah Kabupaten Sidrap.

Keadaan pegawai di Sekretariat Pemerintahan Kabupaten Sidrap berdasarkan Pangkat atau Golongan, memang menjadi pegawai di secretariat Daerah bukanlah hal yang mudah sehingga pangkat atau golongan sangat menjadi bahan perhitungan Pemerintah. Oleh karena itu di butuhkan pegawai yang memiliki kompetensi sehingga yang menjadi indikator utama adalah Pangkat atau golongannya. Berikut ini daftar keadaan Pegawai berdasarkan Pangkat atau Golongan di Sekretariat Kabupaten Sidrap, pada tabel 1.2:

Tabel 1.2: Keadaan Pegawai Berdasarkan Pangkat atau Golongan

No Pangkat/Golongan Jumlah %

1 IV 18 13,6%

2 III 88 66,2%

3 II 25 18,7%

4 I 2 1,5%

Jumlah 133 100%

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah, 2013.

Berdasarkan tabel 1.2 di atas maka dapat diketahui bahwa keadaan pegawai berdasarkan pangkat atau golongan di sekretariat pemerintahan kabupaten Sidrap berjumlah 133 Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dimana, golongan IV berjumlah 18 orang pegawai atau 13,6%, golongan III berjumlah 88 orang pegawai atau 66,2%,

(46)

golongan II berjumlah 25 orang pegawai atau 18,7%, dan golongan I berjumlah 2 orang Pegawai Negeri Sipil atau 1,5%. Dari data tersebut diatas dapat diketahui bahwa terdapat pegawai yang memiliki pangkat atau golongan eselon III artinya bahwa pegawai yang ada di Kabupaten Sidrap sangat baik dalam melakukan sistem pemerintahan.

4. Keadaan Pegawai Negeri Sipil Menurut Pangkat atau Golongan, Pendidikan dan Jenis Kelamin dalam Lingkup Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Sidrap

Berdasarkan data penelitian Keadaan pegawai Negeri Sipil menurut Pangkat atau Golongan dalam lingkup BKD Kabupaten Sidenreng Rapang yang sudah tersaring dan terseleksi dari Pemerintah Daerah sesuai dengan Kapasitas serta profesionalisme di berbagai bidang yang ada di sekretariat Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang, berikut ini table daftar keadaan Pegawai berdasarkan Pangkat atau Golongan dalam lingkup BKD di Kabupaten Sidrap, pada tabel 1.3:

Tabel 1.3: Keadaan Pegawai Berdasarkan Pangkat atau Golongan

No Pangkat/Golongan Jumlah %

1 IV 3 7,9%

2 III 31 81,6%

3 II 3 7,9%

4 I 1 2,6%

Jumlah 38 100%

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah, 2013.

Berdasarkan tabel 1.3 di atas maka dapat diketahui bahwa keadaan pegawai berdasarkan pangkat atau golongan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) kabupaten Sidrap berjumlah 38 Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dimana, golongan IV

(47)

berjumlah 3 orang pegawai atau 7,9%, golongan III berjumlah 31orang pegawai atau 81,6%, golongan II berjumlah 3 orang pegawai atau 7,9%, dan golongan I berjumlah 1 orang Pegawai Negeri Sipil atau 2,6%. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah pegawai eselon III lebih banyak dan itu merupakan bahwa dalam menjalankan system pemerintahan di kabupaten sidrap sangat baik karena dilihat dari jumlah pegawai mempunyai jabatan penting untuk melakukan hubungan interaksi dengan pejabat politik.

Sedangkan Keadaan Pegawai Negeri Sipil menurut tingkat Pendidikan dalam lingkup BKD Kabupaten Sidenreng Rapang, dapat kita melihat bahwa Pendidikan memang sangat di butuhkan untuk terlibat jauh di organisasi Perintahan seperti di Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidrap demi menunjang proses kinerja yang profesional di bidangnya masing-masing, Berikut ini daftar tabel Keadaan Pegawai Berdasarkan tingkat Pendidikan dalam Lingkup BKD Kabupaten Sidrap, pada tabel 1.4:

Table 1.4 Keadaan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

1 S2 6 15,8%

2 S1 25 65,8%

3 D3 3 7,9%

4 D2 0 0%

5 D1 0 0%

6 SMA 3 7,9%

7 SMP 0 0%

8 SD 1 2,6%

Jumlah 38 100%

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah, 2013.

(48)

Berdasarkan tabel 1.3 di atas maka dapat diketahui bahwa keadaan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) kabupaten Sidrap berjumlah 38 pegawai negeri sipil. Dimana, Pendidikan S2 berjumlah6 orang atau 15,8%, pegawai dengan S-1 sebanyak 25 orang atau 65,8%, D-3 sebanyak 3 orang atau 7,9%, lulusan pendidikan D2 dan D1 tidak ada, sedangkan pendidikan SMA sebanyak 3 orang atau 7,9%, SMP tidak ada, dan pendidikan SD sebanyak 1 orang atau 2,6%. Data tersebut dianalisis bahwa dari jumlah pegawai dilihat dari tingkat pendidikan dapat dikategorikan baik karena dimana tingkat pendidikan pegawai rata-rata S1 dan itu menandakan bahwa roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik.

Begitupun dengan Keadaan Pegawai Negeri Sipil menurut Jenis Kelamin dalam lingkup BKD Kabupaten Sidenreng Rapang, memang dalam sebuah organisasi pemerintahan mesti ada perimbangan antara jenis kelamin laki laki dan perempuan agar kinerja pemerintahan dapat hidup sesuai dengan job yang dibutuhkan. Begitulah yang terjadi di Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah antara pegawai laki laki dan perempuan saling bekerja sama untuk mendorong kompetensi mereka dalam menyelesaikan problematika di Sekretariat. Berikut daftar tabel Keadaan Pegawai menurut Jenis Kelamin di Sekretariat BKD Kabupaten Sidrap, pada tabel 1.5:

(49)

Table 1.5. Keadaan Pegawai Menurut Jenis Kelamin

Pegawai BKD

Jenis Kelamin Persentase

Laki Perempuan Laki Perempuan

38 21 17 55,26 % 44,74 %

Jumlah 38 100 %

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah, 2013.

Berdasarkan table 1.4 dapat diketahui bahwa di Badan Kepegawaian Daerah pemerintahan Kabupaten Sidrap menurut jenis kelamin maka jumlah pegawai laki- laki sebanyak 21 orang atau 55,26%, sedangkan jumlah pegawai perempuan sebanyak 17 orang atau 44,74%.

Dari persentase diatas diketahui bahwa Pegawai jenis kelamin laki laki lebih banyak dibandingkan jenis kelamin Perempuan yang ada di Sekretriat BKD Kabupaten Sidrap.

5. Keadaan Struktur Pejabat Politik DPRD Kabupaten Sidrap Komisi I

Anggota DPRD Komisi I Kabupaten Sidrap Periode 2009-2014 yang menangani persoalan Kepegawaian yaitu:

A. Ketua Komisi I (H. Zainuddin Sadide’) B. Wakil Ketua (Takyuddin Masse’) C. Sekretaris (Drs. Nasruddin) D. Anggota terdiri atas:

1. Drs. Sutanto

2. Ir. Hamsir Mahmud 3. H. A. Bachtiar Ceme

(50)

4. H. Baharuddin Mustafa 5. Drs. Dais Labanci 6. Syukur Rabaisang, ST

6. Data Penerimaan PNS di Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan data hasil rekapitulasi tenaga honorer kategori dua (K2) berdasarkan kualifikasi pendidikan dan kelompok tugas pemerintah kabupaten Sidenreng Rappang yang diseleksi untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Berikut ini adalah table daftar data tenaga honorer kategori dua (K2) yang memenuhi persyaratan untuk ikut seleksi CPNS tahun 2013:

Tabel 1.6. Data Tenaga Honorer Kategori dua (K2) seleksi CPNS 2013

No. Kualifikasi Pendidikan

Kelompok Tugas

Jumlah Peserta Tenaga

guru

Tenaga kesehatan

Tenaga penyuluh

Tenaga Teknis/Admi

nistrasi

1. SD – SMP 1 - - 97 98

2. SLTA – D3 214 32 2 451 699

3. D4 – S3 68 5 1 59 133

Jumlah peserta 283 37 3 607 930

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah, 2013

Berdasarkan tabel 1.6 diketahui bahwa total tenaga honorer K2 yang mendaftar CPNS adalah 930 dengan kualifikasi pendidikan masing-masing SD – SMP tenaga guru 1 orang, tenaga kesehatan dan penyuluh tidak ada, sementara tenaga teknis dan administrasi sebanyak 97 orang dan total pendaftar yang berkualifikasi pendidikan antara SD – SMP sebanyak 98 orang. Sementara itu, untuk kualifikasi pendidikan tenaga guru sebanyak 214 orang, tenaga kesehatan

(51)

sebanyak 32 orang, tenaga penyuluh sebanyak 2 orang dan tenaga Teknis/administrasi sebanyak 451 orang, sehingga totalnya sebanyak 699 orang.

Untuk kualifikasi antara D4 sampai S3, tenaga guru sebanyak 68 orang, tenaga kesehatan 5 orang, tenaga penyuluh sebanyak 1 orang dan tenaga teknis/administrasi sebanyak 59 orang, sehingga jumlahnya sebanyak 133 orang.

Jumlah total peserta untuk tenaga guru sebanyak 283 orang, tenaga kesehatan sebanyak 37 orang, tenaga penyuluh sebanyak 3 orang, dan tenaga Teknis/Administrasi sebanyak 607 orang. Jumlah total peserta yang ikut seleksi untuk menjadi calon Pegawai Negeri Sipil Kategori 2 dari 4 kelompok tugas sebanyak 930 orang. Ini menandakan bahwa sangat banyak tenaga honorer yang ada di Kabupaten sidrap ikut berpartisipasi menjadi kontestan untuk memeriahkan penerimaan CPNS K2 yang dilaksanakan pada tahun 2013 lalu. Meskipun semua sadar bahwa untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil itu tidak segampang yang di fikirkan, itu membutuhkan proses serta kemampuan individu atau skil di bidangnya untuk bisa bersaing dengan 930 orang tersebut.

B. Interaksi Antar Pejabat Karier Dengan Pejabat Politik

Untuk mewujudkan pembangunan Nasional, diperlukan pegawai negeri sipil yang netral, mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, profesional dan bertanggng jawab melaksanakan tugas serta penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia. Sejalan dengan itu, proses rekruitmen penerimaan pegawai negeri sipil perlu memperlihatkan profesionalismenya dalam memberikan pelayananan yang sesuai dengan tingkat kepuasan dan keinginan masyarakat.

(52)

Maka dari itu dibutuhkan interaksi antar pejabat karir dengan pejabat politik yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan terkhusus untuk penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).Oleh karena itu, tugas seorang pejabat karier adalah bekerja sama dengan pejabat politik seperti bupati dan wakil bupati, anggota legislative dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dalam melaksanakan tugas pemerintah dan kesejahteraan rakyat, administrasi, serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah kabupaten.

Sehubungan dengan tuntutan peningkatan profesionalisme dalam perekrutan pegawai negeri sipil tersebut, maka pengangkatan pegawai negeri sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, atau golongan sesuai dengan peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 9 Tahun 2012

1. Interaksi Asosiatif

Dalam menjalangkan roda pemerintahan yang baik membutuhkan kerja sama yang baik pula. Karena kita ketahui bahwa kerja sama untuk mengambarkan sebagian besar bentuk interaksi, seperti halnya yang terjadi di Pemerintahan Kabupaten Sidrap, sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama antar pejabat karier dengan pejabat politik ada beberapa bentuk kerja sama.

a. Bargaining,

Untuk menjamin keutuhan, kelompok, dan persatuan serta agar dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaganya pada tugas yang dibebankan

(53)

kepadanya, maka Pegawai Negeri umumnya dan PNS pada khususnya harus netral terhadap pengaruh partai politik (lihat PP No. 5 Tahun 1999 jo. PP No. 12 Tahun 1999).

Sejak adanya otonomi daerah, jabatan karier dalam struktur organisasi pemerintahan seperti kancah partai politik, siapa yang paling depan menjadi tim sukses, maka merekalah jajaran terdepan yang sudah pasti akan dilantik, bahkan seperti bargaining position, maka jangan heran kalau pelantikan dilaksanankan, banyak tenag honorer yang stres.

Berdasarkan hasil wawancara yang dikatakan oleh Bapak S, anggota DPRD Komisi 1 Kabupaten Sidrap bahwa:

“Tidak ada bargaining antara Anggota DPRD, Bupati atau wakil bupati dalam Hal ini Pemerintah Daerah dengan Pejabat karir seperti Sekda, BKD dan Lainnya untuk meloloskan oknum tertentu.Karena ada berkas sebagai bukti kelayakan mengkuti tes CPNS.Kerena penentu kelulusan Bukan peranan Partai Politik dan Pemerintah daerah yang menentukan Kelulusan.

Jadi tidak ada Bargaining yang terjadi diantara Kami dari Pejabat didalam proses rekruitmen ini.( Wawancara Bapak S.T, Tanggal, 24 April 2014).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak S maka dapat diketahui bahwa pejabat karier dan pejabat politik yang ada di Daerah Pemerintahan Kabupaten Sidrap khususnya dalam pelaksanaan penerimaan CPNS tidak melakukan bargaining baik kepada pejabat politik maupun kepada pihak-pihak lain.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan bahwa keterlibatan tenaga honorer utamanya yang masuk dalam kategori dua (K2) dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, ada diantara mereka yang menjadi tim sukses salah satu calon kepala daerah dengan alasan mereka bahwa Kepala Daerah nantinya dapat meloloskan para tenaga honorer ini menjadi PNS, hal ini menjadi bargaining

(54)

bagi para tenaga honorer, namun setelah peneliti melakukan wawancara, didapatkan keterangan bahwa proses pemilihan Kepala Daerah sebagai momentum untuk dimanfaatkan tidaklah benar.

Seperti halnya yang dikatakan oleh Bupati Kabupaten Sidrap Bapak H.RM dapat diketahui bahwa:

“Bahwa perekrutan CPNS Kategori dua (K2) di kabupaten Sidrap ini lebih mengedepankan aspek kemampuan dan kelayakan para tenaga honorer tanpa terkecuali dari latar belakang manapun.Orang-orang yang mengatakan bahwa diutamakan yang lebih dekat dengan saya itulah yang lolos sebenarnya tidak benar, buktinya banyak keluarga saya dan anak pak Wakil sendiri tidak lolos menjadi CPNS kategori dua. Apatah lagi penentu kebijakan tertinggi kelulusan bukan seorang bupati melainkan ditentukan dari pusat. Kami pejabat daerah hanya penyelenggara saja”.

(wawancara dengan Bapak H.RM tanggal 01 Mei 2014)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa tenaga honorer yang terlibat di dalam tim pemenangan kepala daerah bukanlah menjadi sebuah bargaining yang nantinya bisa diloloskan oleh kepala daerah untuk menjadi PNS

Kategori dua (K2), karena persoalan penerimaan PNS tidak ada sangkut pautnya dengan kebijakan kepala daerah.

Begitu pula yang dikatakan oleh bapak W selaku pejabat BKD dapat diketahui bahwa

”Dalam penerimaan CPNS di Kabupaten Sidrap itu berjalan dengan baik karena tidak ada kepentingan bargaining yang dilakukan oleh pihak lain dalam mengurus penerimaan CPNS dan kami diberikan wewenang sepenuhnya sehingga perekrutan CPNS berjalan dengan baik”

( wawancara dengan Bapak W pada tanggal 04 Mei 2014 )

Gambar

Tabel 1.2: Keadaan Pegawai Berdasarkan Pangkat atau Golongan
Tabel 1.3: Keadaan Pegawai Berdasarkan Pangkat atau Golongan
Table 1.4 Keadaan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Table 1.5. Keadaan Pegawai Menurut Jenis Kelamin
+2

Referensi

Dokumen terkait

Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih

Secara parsial diketahui bahwa variabel Kompensasi Langsung merupakan variabel yang paling signifikan dan memiliki pengaruh yang positif terhadap produktivitas kerja

Penggunaan CIMB Clicks sebagai bahasan disini adalah karena CIMB Clicks ini cukup unik dibanding dengan produk internet banking yang digunakan oleh bank lainnya. Fitur

Berdasarkan pada hasil wawancara tersebut, didapatkan informasi bahwa subjek penelitian merasa kurang mendapatkan dukungan sosial berupa dukungan instrumental yaitu

E-ISSN: 2338-3526, available online at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk | 339 jalur hijau di koridor Jalan Ngesrep berada pada kondi si kurang baik (buruk) dan

• Increasing irrigation efficiency ( 60% water losses in irrigation) - Water saving technologies and management. • Use of non-conventional

ANALISIS SISTEM KERJA ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT ANALISIS SISTEM KERJA ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. PAMA PERSADA PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT.

Tujuan manual Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Medan Area adalah menghasilkan dokumen tertulis