• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK ROKOK TERHADAP PAJAK DAERAH & PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK ROKOK TERHADAP PAJAK DAERAH & PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK ROKOK TERHADAP PAJAK DAERAH & PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI

SUMATERA UTARA TAHUN 2017-2020

(Studi Pada Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara)

OLEH:

SILVIA ANGELICA ANGGRENI GULTOM 182600007

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ii

(3)
(4)
(5)

v

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah

“Kontribusi Penerimaan Pajak Rokok Terhadap Pajak Daerah &

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020”.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M. Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Kariono, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Kariono, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan berupa saran, arahan, dan

(7)

vii

bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Bang Firman selaku Staff Pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Dosen Pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu serta pengetahuan selama penulis menjalani bangku perkuliahan.

7. Bapak Yudhi Armand selaku Kepala Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan PAP, PBB-KB, dan Pajak Rokok dan Staff Pegawai BPPRDSU Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan informasi dan data-data yang penulis butuhkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

8. Orangtua penulis yang sangat istimewa, Bapak Maralam Gultom dan Ibu Marlina Butar-butar yang sangat berperan penting dalam mendidik, mendoakan, dan mendukung penulis dari awal sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara ini.

9. Adik penulis Steven Fransiskus Gultom yang telah mendukung dan juga mendoakan penulis dari awal sampai saat ini.

10. Sahabat-sahabat penulis yaitu Melida Sari Br Ginting, Ceperianus Gea, Yohanes Simanjuntak, Joel Tampubolon, Juita Sinuhaji, dan Desi Widia Sari Sigiro yang selalu ada dan memberikan bantuan disaat penulis butuhkan dan juga yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

(8)

viii

11. Keluarga penulis di perantauan Unit Kegiatan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Katolik St. Yohannes Don Bosco (UKM KMK ST. YOHANNES DON BOSCO) atas kebersamaan, doa, dan bantuannya selama 3 tahun mulai dari saya menjalani perkuliahan hingga akhir perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.

12. Rekan-rekan penulis di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Medan St. Bonaventura atas kebersamaannya dan juga bantuan dan dukungannya selama penyusunan Tugas Akhir ini.

13. Teman-teman Administrasi Perpajakan Stambuk 2018 khususnya kelas A, atas kebersamaannya selama 3 tahun menjalani perkuliahan dan selalu saling menyemangati satu sama lain selama penyusunan Tugas Akhir ini.

14. Serta semua pihak-pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini tentunya masih banyak kekurangan, kesalahan, kekhilafan karena keterbatasan kemampuan menulis, dan maka dari itu sebelumnya penulis memohon maaf yang sebesar- besarnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan yang bersifat membangun atas laporan ini.

Medan, 02 Agustus 2021 Penulis,

Silvia Angelica Anggreni Gultom

(9)

ix ABSTRAK

Kontribusi Penerimaan Pajak Rokok Terhadap Pajak Daerah & Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Silvia Angelica Anggreni Gultom,182600007 Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

Dosen Pembimbing: Drs. Kariono, M.Si

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

Pajak rokok adalah pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah daerah yang berwenang bersamaan dengan pemungutan cukai rokok. Pajak rokok sudah mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014 yang tertulis dalam pasal 181 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui target dan realisasi pajak rokok di Provinsi Sumatera Utara tahun 2017-2020, mengetahui kontribusi pajak rokok dalam meningkatkan penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang digunakan untuk menganalisis Kontribusi Pajak Rokok dalam meningkatkan penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, target dan realisasi penerimaan pajak rokok di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2017-2020 tidak selalu mencapai target yang ditetapkan setiap tahunnya. Kontribusi penerimaan Pajak Rokok terhadap Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 sebesar 17,4%, tahun 2018 sebesar 15,7%, tahun 2019 sebesar 15,7%, dan mengalami kenaikan pada tahun 2020 sebesar 20,9%. Kontribusi penerimaan Pajak Rokok terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 sebesar 15,7%, kemudian pada tahun 2018 sebesar 14,0%, pada tahun 2019 sebesar 13,8%, dan mengalami kenaikan juga pada tahun 2020 sebesar 19,1%.

Kata Kunci: Pajak Rokok, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Target dan Realisasi Pajak Rokok, Kontribusi Pajak Rokok.

(10)

x ABSTRACT

Contribution of Cigarette Tax Revenue to Regional Taxes and Regional Original Income (PAD) of North Sumatra Province in 2017-2020

Silvia Angelica Anggreni Gultom,182600007 Study Program Diploma III Tax Administration

Advisorr: Drs. Kariono, M.Si

Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Sumatera Utara Cigarette tax is a cigarette tax which is a levy on cigarette excise that is levied by the competent local government together with the collection of cigarette excise. The cigarette tax has come into effect on January 1, 2014 which is written in Article 181 of Law Number 28 of 2009 concerning Regional Taxes and Regional Levies. The purpose of this study was to determine the target and realization of cigarette taxes in North Sumatra Province in 2017-2020, to find out the contribution of cigarette taxes in increasing Regional Tax and Regional Original Income (PAD) revenues for North Sumatra Province.

The research method uses a descriptive method with a qualitative approach that is used to analyze the contribution of Cigarette Taxes in increasing Regional Tax Revenue and Regional Original Income (PAD) of North Sumatra Province. The types of data used are primary data and secondary data. Data collection techniques were carried out using interviews and documentation.

From the research results obtained, the target and realization of cigarette tax revenue in North Sumatra Province from 2017-2020 does not always reach the target set every year. The contribution of Cigarette Tax revenue to the Regional Tax of North Sumatra Province in 2017 was 17.4%, in 2018 it was 15.7%, in 2019 it was 15.7%, and increased in 2020 by 20.9%. The contribution of Cigarette Tax revenue to North Sumatra Province's Original Regional Revenue (PAD) in 2017 was 15.7%, then in 2018 it was 14.0%, in 2019 it was 13.8%, and also increased in 2020 by 19.1%.

Keywords: Cigarette Tax, Regional Tax, Regional Original Income, Target and Realization of Cigarette Tax, Cigarette Tax Contribution.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... .xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... .xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4 Uraian Teoritis ... 5

1.4.1 Pengertian Pajak ... 5

1.4.2 Fungsi Pajak ... 6

1.4.3 Sistem Pemungutan Pajak ... 7

1.4.4 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 9

1.4.5 Pengertian Pajak Daerah ... 10

1.4.6 Pengertian Rokok ... 11

1.4.7 Pengertian Pajak Rokok ... 13

1.4.8 Tata Cara Pemungutan Pajak Rokok ... 14

1.4.9 Mekanisme Perhitungan Pajak Rokok ... 15

1.4.10 Dasar-Dasar Hukum Pajak Rokok ... 17

1.5. Metode Penelitian... 17

1.5.1 Jenis/Bentuk Penelitian ... 17

1.5.2 Data ... 17

1.5.2.1 Jenis Data ... 17

1.5.2.2 Sumber Data ... 18

1.5.2.3 Metode Pengumpulan Data ... 18

1.5.2.4 Alat Pengumpul Data ... 19

1.5.3 Informan Penelitian ... 19

(12)

xii

1.5.4 Metode Pembahasan ... 19 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara………...20 2.2 Visi, Misi dan Budaya Organisasi Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara………21 2.3 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi……….22

BAB III HASIL PENELITIAN……….33 3.1 Data Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2017-2020 ...33 3.2 Data Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017- 2020 ...35 3.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020 ...37 3.4 Hasil Wawancara ...38 BAB IV PEMBAHASAN ...40 4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020 ...40 4.2 Kontribusi Pajak Rokok Terhadap Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020 ...42 4.3 Kontribusi Penerimaan Pajak Rokok Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020 ...44 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...48 5.2 Saran ...49 DAFTAR PUSTAKA ...50

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penerimaan Pendapatan Asli Saerah (PAD) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020 ... 33 Tabel 3.2 Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020 ... 36 Tabel 3.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2017-2020 ... 37 Tabel 4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2017-2020 ... 40 Tabel 4.2 Kontribusi Pajak Rokok Terhadap Pajak Daerah Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2017-2020 ... 43 Tabel 4.3 Kontribusi Penerimaan Pajak Rokok Terhadap Penerimaan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020 ...

... 45

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Pengajuan Judul Tugas Akhir ... 52

Lampiran 1.2 Surat Penugasan Pembimbing ... 53

Lampiran 1.3 Surat Undangan Seminar Proposal ... 54

Lampiran 1.4 Berita Acara Seminar Proposal ... 55

Lampiran 1.5 Surat Izin Penelitian ... 59

Lampiran 1.6 Surat Undangan Meja Hijau ... 60

Lampiran 1.7 Kartu Kendali Bimbingan ... 61

Lampiran 1.8 Data Penelitian Lapangan ... 64

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendapatan Asli Daerah (PAD) ialah aspek penting pemerintahan daerah dalam menjalankan urusan pemerintahannya. Di zaman reformasi sekarang ini memberikan peluang untuk perubahan paradigma pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain direalisasikan melalui kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi tersebut maka diperlukan dana yang memadai.

Pengelolaan keuangan daerah akan berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang pada hakekatnya merupakan salah satu hal utama yang digunakan sebagai tolak ukur dalam meningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 kemampuan daerah untuk memperoleh dana dapat ditingkatkan. Daerah ditekankan dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah dan lain- lain pendapatan daerah yang sah. Dengan begitu, pemerintah jugaberkewajiban untuk meningkatkan kesehjateraan serta menjaga dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.

(16)

Pajak Daerah merupakan salah satu sektor Pendapatan Asli Daerah yang memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung pengadaan dana untuk kegiatan-kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1 butir ke 10, bahwa yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan hak-hak yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan, antara lain dengan cara menambah jenis PDRD, memperluas basis PDRD yang sudah ada, mengalihkan beberapa jenis pajak pusat menjadi pajak daerah dan memberikan diskresi kepada daerah untuk menetapkan tarif.

Untuk perluasan basis pajak daerah, maka pajak rokok ditetapkan sebagai objek pajak daerah dan bagian dari pajak provinsi. Penetapan pajak rokok memberikan beberapa tujuan seperti, mengendalikan konsumsi rokok, mengurangi peredaran rokok ilegal, melindungi masyarakat atas bahaya rokok, dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dasar hukum pemungutan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2013. Tujuan dibentuknya pajak rokok ini adalah selain untuk meningkatkan sumber

(17)

pendapatan daerah, juga karena rokok menyebabkan kerusakan bukan hanya kepada perokok tapi juga terhadap lingkungan disekitar perokok (perokok pasif).

Menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pasal 27 ayat (1) bahwa Subjek Pajak Rokok yaitu konsumen rokok sedangkan wajib pajak rokok adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang mempunyai izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Tarif pajak rokok adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pemungutan pajak rokok dilakukan oleh Kantor Bea dan Cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kantor Bea dan Cukai yang dimaksud adalah KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai).

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan-rumusan masalah dalam tugas akhir ini antara lain:

1. Bagaimana perkembangan target dan realisasi penerimaan pajak rokok di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2017-2020?

2. Berapa besar kontribusi pajak rokok terhadap Pajak Daerah & Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2017-2020?

(18)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian dalam tugas akhir ini adalah antara lain:

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Menjelaskan perkembangan target dan realisasi penerimaan pajak rokok di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2017-2020.

2. Mengetahui besarnya kontribusi pajak rokok terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2017-2020.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan tugas akhir ini adalah:

a. Manfaat Akademis

1. Menambah pengetahuan dan wawasan membaca tentang Kontribusi Penerimaan Pajak Rokok terhadap PAD di Provinsi Sumatera Utara.

2. Sebagai sumber referensi dan sarana latihan berpikir mahasiswa yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama.

b. Manfaat Praktis

1. Mengaplikasikan ilmu melalui teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.

2. Sebagai bahan masukan Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam pengolahan Pajak Provinsi khususnya Pajak Rokok.

(19)

1.4 Uraian Teoritis 1.4.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dandigunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pembayaran pajak merupakan kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Menurut para ahli yang mendefinisikan pengertian pajak yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Mardiasmo (2016:3), pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta pelaksanaannya dapat dipaksakan tanpa adanya balas jasa.

b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (2013:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbul (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

c. Menurut Prof. Dr. P.J.A Andriani (2014:3), menjelaskan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan

(20)

tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintah.

Sumber: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Pengertian Pajak.

http://repository.untag-sby.ac.id/1761/3/Bab%202.pdf

1.4.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam kenegaraan, terkhusus dalam pelaksanaan dan pemerataan pembangunan nasional. Adapun beberapa fungsi pajak adalah sebagai berikut:

a) Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak sebagai sumber pendapatan negara, berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.

b) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Dengan fungsi berikut, pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Pemerintah juga menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri untuk melindungi produksi dalam negeri.

(21)

c) Fungsi Stabilitas

Pajak dalam fungsi stabilitas yaitu pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d) Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pemungutan pajak akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, selain untuk pembangunan dapat juga untuk membuka kesempatan pekerjaan, yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak. Fungsi Pajak, https://www.pajak.go.id/fungsi-pajak

1.4.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dimaknai sebagai bentuk/cara pengelolaan utang pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak agar dapat masuk ke kas negara. Berikut tiga sistem pemungutan perpajakan di Indonesia:

a. Self Assessment System

Self Assessment System adalah metode sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia yang membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak bersangkutan secara mandiri. Di sisi lain,self assessment system memberikan kemudahan dan keleluasaan wajib pajak, namun pastinya juga terdapat konsekuensi.

(22)

Ciri-ciri Self Assessment System:

a) Penetapan atas besaran pajak terutang dilakukan oleh yang bersangkutan/wajib pajak itu sendiri.

b) Wajib pajak memiliki peran yang lebih luas dalam memenuhi dan menuntaskan kewajiban perpajakan mulai dari menghitung, membayar hingga melapor pajak.

c) Pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak.

Pengecualiannya yaitu apabila wajib pajak telat lapor, telat membayar pajak terutang atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.

b. Official Assesment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan perpajakan yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.

Ciri-ciri Official Assessment System:

a) Pemerintah mempunyai hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak.

b) Pajak terutang timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak.

(23)

c) Sifat wajib pajak pasif dalam perhitungan pajak karena besaran pajak terutang dihitung oleh petugas pajak (fiskus) yang dipilih dalam pengelolaan pajak.

c. Withholding System

Withholding System adalah pihak ketiga memiliki kewenangan dalam menetapkan besaran pajak yang harus dibayar. Besarnya pajak pada sistem ini dihitung oleh pihak ketiga bukan wajib pajak dan bukan aparat pajak atau fiskus. Contoh penerapan sistem perpajakan ini adalah pemotongan penghasiilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi terkait.

Ciri-ciri Withholding System: Pihak ketiga memiliki wewenang dalam menentukan berapa besar pajak yang harus dibayar, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga bukan wajib pajak dan bukan aparat pajak atau fiskus.

1.4.4 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah sumber utama pendapatan daerah yang ditujukan untuk pemerataan pembangunan oleh Pemerintah Daerah agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Semakin besar dana PAD yang diperoleh oleh daerah akan sebanding dengan laju pembangunan di daerah tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 3 ayat 1 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dinyatakan bahwa PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai wujud desentralisasi. Sedangkan menurut UU No. 33 Tahun 2004

(24)

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 6 bahwa sumber PAD meliputi: PAD dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

1.4.5 Pengertian Pajak Daerah

Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU No.

8 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan “Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah iuran wajib yang dikeluarkan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dalam pembangunan daerah.”

Jenis pajak daerah ada 2 yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota, sedangkan pajak provinsi antara lain; (1) Pajak Kendaraan Bermotor, (2) Bea Balik Nama Kendaraan bermotor, (3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor , (4) Pajak Air Permukaan dan (5) Pajak Rokok selanjutnya pajak kabupaten/kota antara lain: (1) Pajak Hotel, (2) Pajak Restoran, (3) Pajak Hiburan, (4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan Jalan, (6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C , (7) Pajak Parkir, (8) Pajak Air Tanah, (9) Pajak Sarang Burung Walet, (10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, (11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

(25)

1.4.6 Pengertian Rokok

Rokok merupakan suatu gulungan tembakau yang besarnya sekitar sebesar kelingking lalu dibungkus dengan daun nipah atau kertas. Konsumsi rokok dilakukan dengan cara menghisap rokok di salah satu ujungnya dan membakarnya pada ujung yang lain. Adapun beberapa jenis rokok adalah sebagai berikut.

a. Sigaret

Sigaret merupakan hasil tembakau rajangan yang dibungkus dengan kertas yang dilinting tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantuyang digunakan dalam pembuatannya.

b. Cerutu

Cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran daun tembakau bisa diiris atau tidak, dan digulung dengan daun tembakau.

c. Rokok Daun

Rokok daun adalah hasil tembakau yang dibuat dengan daun nipah, daun jagung (klobot), atau sejenisnya, dengan cara dilinting, untuk dipakai tanpa mengindahkan bahan pengganti.

Terdapat kandungan-kandungan pada rokok yang beracun sehingga mampu merusak sel-sel tubuh. Selain itu, senyawa dalam asap rokok juga bersifat karsinogenik yang dapat memicu kanker. Didalam rokok terdapat 250 jenis zat yang bersifat karsinogenik. Berikut diuraikan beberapa kandungan rokok yang berbahaya bagi kesehatan:

(26)

a. Karbon Monoksida

Salah satu kandungan rokok yang sifatnya beracun tidak berbau adalah karbon monoksida. Senyawa ini adalah gas yang tidak memiliki rasa dan bau. Jika terhirup banyak, sel-sel darah merah akan lebih banyak berikatan dengan karbon monoksida dibanding dengan oksigen yang berakibatkan fungsi otot dan jantung akan menurun.

b. Nikotin

Nikotin adalah cairan berminyak tidak berwarna. Nikotin memberikan efek candu seperti opium dan morfin. Nikotin berfungsi sebagai perantara dalam sistem saraf otak yang menyebabkan berbagai reaksi biokimia, termasuk efek menyenangkan dan menenangkan. Efek yang mungkin muncul akibat paparan nikotin adalah muntah, kejang, dan penekanan pada sistem saraf pusat.

c. Tar

Tar adalah cairan coklat tua atau hitam yang didapat dengan cara distilasi kayu dan arang, serta getah tembakau. Tar yang terhirup oleh perokok akan mengendap di paru-paru. Timbunan tar ini berisiko tinggi menyebabkan penyakit paru-paru seperti kanker paru-paru dan emfisema.

d. Hidrogen Sianida

Hidrogen sianida adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan juga tidak ada rasa. Beberapa negara pernah menggunakan senyawa ini untuk menghukum mati narapidana. Saat ini, hidrogen sianida juga digunakan dalam industri tekstil, plastik, kertas, dan pembuat asap

(27)

pembasmi hama. Efek yang diakibatkan adalah dapat melemahkan paru-paru, menyebabkan kelelahan, sakit kepala, dan mual.

Sumber: Alodokter. 9 Kandungan Rokok yang Berefek Mengerikan untuk Tubuh. https://www.alodokter.com/9-kandungan-rokok-yang-berefek- mengerikan-untuk-tubuh

1.4.7 Pengertian Pajak Rokok

Pajak rokok memiliki pengertian berbeda dengan cukai rokok, dari cara pemungutannya maupun besaran pungutannya. Pajak rokok dapat dimaknai sebagai pungutan atas cukai yang dipungut pemerintah. Sementara, cukai rokok adalah pungutan terhadap rokok dan produk tembakau lainnya, termasuk sigaret, cerutu, dan rokok daun.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 bahwa pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah daerah yang berwenang bersamaan dengan pemungutan cukai rokok. Pajak rokok sudah mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014 yang tertulis dalam pasal 181 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Objek pajak rokok adalah konsumsi rokok, yang terdiri dari sigaret, cerutu, dan rokok daun. Sedangkan subjeknya konsumen rokok, dengan wajib pajak pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC).

(28)

1.4.8 Tata Cara Pemungutan Pajak Rokok

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah, penerimaan pajak rokok disetorkan ke rekening kas umum daerah provinsi berdasarkan jumlah penduduk secara proporsional. Dalam Pasal 33 Ayat 1 peraturan tersebut, proporsi penerimaan pajak rokok adalah sebagai berikut:

a) 30% diterima oleh provinsi

b) 70% dibagikan kepada kabupaten/kota yang termasuk dalam wilayah provinsi terkait.

Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) adalah dokumen yang digunakan untuk melakukan pembayaran pajak rokok ke rekening kas negara. Dasar pengenaan pajak rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap rokok. Cukai ialah pungutan negara yang dikenakan terhadap hasil tembakau berupa sigaret, cerutu, dan rokok yang dapat berupa persentase dari harga dasar atau jumlah dalam rupiah untuk setiap batang rokok atau penggabungan dari keduanya.

Besaran pokok pajak rokok yang terutang dihitung dengan mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Tata cara pemungutan dan penyetoran pajak rokok diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 115/PMK.07/2017 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok.

Beberapa instansi dibawah Kementrian Keuangan yang terlibat langsung dalam pemungutan dan pengelolaan pajak rokok adalah:

(29)

1. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), ialah bertugas meneliti dan mengawasi untuk memastikan pajak rokok dibayar sebagaimana harusnya, serta memproses urusan administrasinya.

2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), ialah bertanggung jawab dalam pemegang rekening kas negara dan juga menjalankan sebagian fungsi kuasa Bendahara Umum Negara.

3. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), ialah bertugas menetapkan proporsi dan estimasi pendapatan pajak rokok masing- masing provinsi, serta memantau dan melaporkan alokasinya.

1.4.9 Mekanisme Perhitungan Pajak Rokok

Pemungutan pajak rokok dilakukan secara bersamaan dengan pemungutan cukai rokok. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah, tarif yang dikenakan untuk pajak rokok adalah sebesar 10% dari nilai cukai rokok. Terdapat dua cara yang ditetapkan oleh pemerintah dalam perhitungan pajak rokok, berikut penjelasannya.

A. Perhitungan Pajak Rokok Berdasarkan Harga Jual Eceran (HJE) Pengusaha rokok pada umumnya menentukan Harga Jual Eceran (HJE) untuk masing-masing batang rokok yang diproduksi. Sebelum menghitung pajak rokok, sebaiknya harus mengetahui cukai rokok terlebih dahulu.

(30)

B. Perhitungan Pajak Rokok dengan Sistem Advolrum atau Kombinasi

Sistem advolrum menggunakan harga jual satu bungkus sebagai dasar perhitungan. Dengan perhitungan nominal cukai dan pajak rokok, pengusaha bisa mengetahui harga jual rokok yang diproduksi.

Contoh Perhitungan:

1. Terdapat sebungkus rokok bermerek “Gudang Garam” dengan harga jual ecerannya (HJE) sebesar Rp2.500/batang. Dikenakan cukai rokok dengan tarif 40% dari harga jual eceran. Berapakah dasar pengenaan pajak (cukai) dan pajak rokok yang terutang?

Jawab:

Diketahui:

HJE = Rp2.500/batang Tarif cukai rokok = 40%

Ditanya:

Berapa dasar pengenaan pajak (cukai) dan pajak rokok yang terutang?

Penyelesaian:

a. Cukai/batang = 40% x HJE (Harga Jual Eceran)

= 40% x Rp2.500

= Rp.1.000

b. Pajak rokok yang terutang = 10% x Rp1.000

= Rp100

(31)

1.4.10 Dasar-Dasar Hukum Pajak Rokok

Adapun yang menjadi dasar-dasar hukum pajak rokok di Indonesia, antara lain:

1) Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2) Undang - Undang Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pajak Rokok.

3) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 11/PMK.07/2017. Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 Tentang Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Jenis/Bentuk Penelitian

Jenis/bentuk penelitian dalam tugas akhir ini adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan memberikan deskripsi, penjelasan, serta validasi suatu permasalahan melalui proses pengumpulan data lebih lengkap.

1.5.2 Data 1.5.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

(32)

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda).

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada atau arsip baik yang dipublikasikan secara umum.

1.5.2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penulisan tugas akhir ini adalah Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan melakukan wawancara langsung serta mengajukan beberapa pertanyaan sesuai dengan rumusan masalah dalam penulisan tugas akhir.

1.5.2.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

1) Metode Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber yang akan memberikan informasi dan data yang diperlukan. Sebelum melaksanakan wawancara, pewawancara terlebih dahulu menyiapkan sejumlah pertanyaan (rumusan masalah).

(33)

2) Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, catatan, dan majalah.

1.5.2.5 Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penulisan tugas akhir ini adalah penulis menggunakan panduan wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan sebelumnya dan juga alat perekam berupa handphone yang akan digunakan untuk merekam selama wawancara berlangsung.

1.5.3 Informan Penelitian

Informan penelitian dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh melalui Pegawai Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara (BPPRDSU) bidang Pajak Rokok.

1.5.4 Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan dalam tugas akhir adalah penelitian deskriptif dengan metode kualitatif yaitu penelitian yang dijabarkan secara deskriptif dengan menggunakan data kualitatif. Hasil data yang ditampilkan dalam penulisan tugas akhir ini apa adanya tanpa proses manipulasi atau perlakuan lain.

(34)

20 BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Umum Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara

Pada awalnya, urusan Pengelolaan Pendapatan Daerah berada dalam koordinasi Biro Keuangan (Sekretariat) sebagai Bagian Pajak dan Pendapatan.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 102/II/GSU tanggal 6 Maret 1973 tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Setwilda Tingkat I Sumatera Utara, sejak 16 Mei 1973 Biro Keuangan berubah nomenklatur menjadi Direktorat Keuangan. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut maka Bagian Pajak dan Pendapatan mengalami perubahan menjadi Sub Direktorat Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan.

Perubahan terus berjalan dengan diterbitkannya SK Gubernur Sumatera Utara tanggal 21 Maret 1975 Nomor 137/II/GSU (sebagai tindaklanjut Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri R.I. tanggal 7 Nopember 1974 Nomor Finmat 7/15/3/74), sehingga sejak tanggal 1 April 1975, Sub Direktorat Pendapatan Daerah ditingkatkan statusnya menjadi Direktorat Pendapatan Daerah. Kemudian, melalui SK Mendagri No. KUPD 3/12/43 tertanggal 1 September 1975 tentang

“Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II seluruh Indonesia”, Direktorat Pendapatan Daerah berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah.

Semula pembentukannya dilakukan berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 143/II/GSU, yang lebih lanjut keberadaannya diperkuat denganPerda

(35)

Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 1976 (mulai berlaku tanggal 31 Maret 1976).

Sebagai tindaklanjut dari UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP R.I) Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tanggal 31 Juli 2001 tentang Dinas-Dinas sebagai Institusi teknis, yang membantu Pemerintah Provinsi (Gubernur) dalam melaksanakan tugas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan (medebewind). Salah satu Dinas tersebut adalah DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA (DIPENDASU). Mengingat luasnya wilayah kerja dari Dinas Pendapatan yang meliputi seluruh wilayah Sumatera Utara maka untuk efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tupoksinya maka dibentuklah UPTD/Unit Pelaksana Teknis Dinas (sebelumnya disebut cabang dinas).

2.2 Visi, Misi, dan Budaya Organisasi Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara

Visi

1. Menjadi Pengelola Pendapatan Daerah Yang Profesional, dan 2. Berorientasi Pada Pelayanan Publik Yang Berdaya Saing.

Misi

1. Meningkatkan Pendapatan Daerah

2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat

(36)

3. Memantapkan Kinerja Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

4. Menjalin Jejaring Kerja (Networking) dan Koordinasi Secara Sinergi Di Bidang Pendapatan Daerah.

Budaya Organisasi

Profesional, Pelayanan Prima, Berdaya Saing.

2.3 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi

Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Utara yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 39 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi Badan Daerah dan Inspektorat Daerah Provinsi Sumatera Utara; yang selanjutnya dirinci dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Tugas, Fungsi, Uraian Tugas Dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara, menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan koordinasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan kebijakan Kepala Daerah di bidang pengelolaan pajak dan retribusi daerah.

(37)

2. Penyelenggaraan pengolahan bahan/data untuk penyempurnaan dan penyusunan kebakan, sesuai standar dalam urusan pengelolaan pajak dan retribusi daerah.

3. Penyelenggaraan pembinaan dan pelaksanaan tugas dalam bidang pengelolaan pajak dan retribusi daerah.

4. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Gubernur, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara terdiri dari Kepala, Sekretaris yang membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Bagian, 4 (empat) Kepala Bidang yang masing-masing membawahi 3 (tiga) Kepala Subbidang, dengan susunan sebagai berikut :

1. Kepala Badan

2. Sekretariat, terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

b. Sub Bagian Keuangan.

c. Sub Bagian Program, Akuntabilitas dan Informasi Publik.

3. Bidang Pengembangan dan Pengendalian Pendapatan, terdiri dari :

a. Sub Bidang Perencanaan dan Pengembangan Pendapatan Daerah.

b. Sub Bidang Evaluasi dan Pengendalian Pendapatan Daerah.

c. Sub Bidang Hukum dan Publikasi.

(38)

4. Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, terdiri dari :

a. Sub Bidang Teknis Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

b . Sub Bidang Keberatan dan Sengketa Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

c. Sub Bidang Bidang Pembukuan dan Pelaporan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

5. Bidang Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan dan Pajak Rokok, terdiri dari :

a. Sub Bidang Teknis Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Rokok.

b. Sub Bidang Keberatan Sengketa Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Rokok.

c. Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Rokok.

6. Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya, terdiri dari : a. Sub Bidang Retribusi.

b. Sub Bidang Pendapatan Lainnya.

(39)

c. Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan Retribusi dan Pendapatan Lainnya.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Adapun rincian tugas dari masing masing jabatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kepala Badan mempunyai uraian rincian tugas

1) Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan.

2) Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana pengembangan pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya.

3) Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis Badan sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah Daerah.

4) Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan, pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya, pengendalian dan pembinaan UPT.

5) Menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi kepada Gubernur mengenai pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya dan pelayanan umum sebagai bahan penetapan kebijakan pemerintah daerah.

6) Menyelenggarakan koordinasi perangkat daerah yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya.

(40)

7) Menyelenggarakan pembinaan kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan, pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya dan pembinaan, UPT dan menyelenggarakan pembinaan teknis fungsional pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya.

8) Menyelenggarakan fasilitasi dan kerjasama dengan instansi, unit kerja, swasta dan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Badan.

9) Menyelenggarakan koordinasi penyusunan Rencana Strategis, Laporan Kinerja (LK), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Badan.

10) Menyelenggarakan tugas teknis serta evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, perencanaan dan pengembangan pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya, pengendalian dan pembinaan.

11) Menyelenggarakan koordinasi dan membina UPT.

12) Menyelenggarakan koordinasi dengan Kabupaten/Kota serta unit kerja terkait.

13) Menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

b. Sekretariat, mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan pengkajian program kerja Sekretariat.

2) Menyelenggarakan pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian.

(41)

3) Menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan.

4) Menyelenggarakan pengelolaan administrasi program, akuntabilitas dan informasi publik.

5) Menyelenggarakan penatausahaan administrasi pendapatan dan belanja.

6) Menyelenggarakan rumah tangga Badan.

7) Menyelenggarakan administrasi perkantoran.

8) Menyelenggarakan pengelolaan perlengkapan.

9) Menyelenggarakan fasilitasi pemenuhan kebutuhan, pemeliharaan sarana dan prasarana perkantoran.

10) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan.

11) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

12) Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Badan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

c. Bidang Bidang Pengembangan dan Pengendalian Pendapatan Daerah mempunyai uraian tugas :

1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Pengembangan dan Pengendalian.

2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan perencanaan dan pengembangan pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya,

(42)

evaluasi dan pengendalian pengelolaan pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya, hukum dan publikasi.

3. Menyelenggarakan koordinasi pengkajian bahan kebijakan perencanaan dan pengembangan pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya, evaluasi dan pengendalian pengelolaan pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya, hukum dan publikasi.

4. Menyelenggarakan fasilitasi evaluasi, pengendalian dan pembinaan pada UPT Pengelolaan Pendapatan Daerah meliputi kesekretariatan, pengelolaan pajak dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya.

5. Menyelenggarakan penyusunan dan penetapan target penerimaan pajak dan retribusi daerah, serta pendapatan lainnya.

6. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan.

7. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan bidang pengembangan dan pengendalian.

8. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

9. Menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

d. Bidang Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor mempunyai uraian tugas :

(43)

1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembuatan rekapitulasi penetapan dan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.

3. Menyelenggarakan pengkajian bahan penyelesaian keberatan dan sengketa pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.

4. Menyelenggarakan pengelolaan pembukuan dan pelaporan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.

5. Menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan fasilitasi pembukuan dan pelaporan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.

6. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan.

8. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

9. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

10. Menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

(44)

e. Bidang Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan dan Pajak Rokok, mempunyai uraian tugas:

1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan dan Pajak Rokok.

2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pembuatan rekapitulasi penetapan dan realisasi penerimaan pajak air permukaan, pajak bahan bakar kendaraan dan pajak rokok.

3. Menyelenggarakan pengkajian bahan penyelesaian keberatan dan sengketa pajak air permukaan, pajak bahan bakar kendaraan dan pajak rokok.

4. Menyelenggarakan pengelolaan pembukuan dan pelaporan pajak air permukaan, pajak bahan bakar kendaraan dan pajak rokok.

5. Menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan fasilitasi pembukuan dan pelaporan pajak air permukaan, pajak bahan bakar kendaraan dan pajak rokok.

6. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan.

7. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bidang Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan dan Pajak Rokok.

8. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

(45)

9. Menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

f. Kepala Bidang Retribusi dan Pendapatan Lainnya, mempunyai uraian tugas :

1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang retribusi dan pendapatan lainnya.

2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis bidang retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

3. Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis pengelolaan retribusi daerah, pendapatan lainnya, pembukuan dan pelaporan retribusi dan pendapatan lainnya.

4. Menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan fasilitasi pengelolaan retribusi daerah, pendapatan lainnya, pembukuan dan pelaporan retribusi dan pendapatan lainnya.

5. Menyelenggarakan pengelolaan pembukuan dan pelaporan, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

6. Menyelenggarakan konsultasi dan rekonsiliasi pengelolaan pemungutan retribusi daerah, pendapatan lainnya, pembukuan dan pelaporan retribusi dan pendapatan lainnya dengan Organisasi Perangkat Daerah, pengelola, Instansi Pusat dan Kabupaten/Kota.

7) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan.

(46)

8) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan bidang retribusi dan pendapatan lainnya.

9) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

10) Menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

(47)

33 BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Data Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) Provinsi Sumatera Utara, diperoleh data penerimaan Pendapatan Asli Daerah tahun 2017-2020 sebagai berikut.

Tabel 3.1 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Tahun Target Realisasi Persentase

2017 5.060.796.805.526,00 5.361.456.694.693,00 105,94%

2018 5.732.425.486.154,00 5.860.984.033.590,97 102,24%

2019 6.284.220.582.270,00 5.756.303.676.494,31 91,60%

2020 5.434.682.028.854,00 5.528.233.894.279,79 101,72%

RATA-RATA 5.626.744.574.764,51 100,37%

Sumber: Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara 2021

(48)

3.1 Grafik Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Dalam tabel yang kita lihat diatas dapat disimpulkan bahwasanya target Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2017 sebesar Rp5.060.796.805.526,00 sedangkan realisasinya sebesar Rp5.361.456.694.693,00 dan hasil persentase sebesar 105.94%. Kemudian di tahun 2018 target penerimaan sebesar Rp5.732.425.486.154,00, realisasinya sebesar Rp5.860.984.033.590,97 dan jumlah persentase mengalami penurunan menjadi 102,24%. Selanjutnya pada tahun 2019 target penerimaan sebesar Rp6.284.220.582.270,00, realisasi sebesar Rp5.756.303.676.494,31 dan jumlah persentase tahun ini pun mengalami penurunan menjadi 91,60%. Pada tahun 2020 target penerimaan adalah sebesar Rp5.434.682.028.854,00, realisasi penerimaan sebesar Rp5.528.233.894.279,79 dan jumlah persentasi mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi 101,72%.Rata-rata penerimaan PAD keseluruhan dari tahun 2017-2020 (4 tahun) sebesar Rp5.626.744.574.764,51, dengan jumlah persentase 100,37%.

0.00 1,000,000,000,000.00 2,000,000,000,000.00 3,000,000,000,000.00 4,000,000,000,000.00 5,000,000,000,000.00 6,000,000,000,000.00 7,000,000,000,000.00

2017 2018 2019 2020

Target Realisasi

(49)

Berdasarkan tabel data penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diatas, dapat disimpulkan bahwasanya pada tahun 2017, 2018 dan 2020 realisasi penerimaan PAD mencapai target yang ditetapkan oleh Pemerintah, sedangkan di tahun 2019 realisasi penerimaan PAD tidak mencapai target yang ditetapkan.

3.2 Data Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Pemungutan pajak daerah di Provinsi Sumatera Utara dilakukan oleh Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mana terdapat 5 (lima) pajak daerah yang dipungut yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Rokok.Berikut terdapat data penerimaan pajak daerah di Provinsi Sumatera Utara tahun 2017-2020 berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di BPPRDSU.

(50)

Tabel 3.2 Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Tahun Target Realisasi Persentase

2017 4.551.528.006.240,00 4.823.557.040.271,00 105,98%

2018 5.214.897.141.497,00 5.219.324.543.311,00 100,08%

2019 5.171.010.378.283,00 5.058.443.944.654,00 97,82%

2020 4.926.456.652.305,00 5.071.597.922.390,00 102,95%

RATA-RATA 5.043.230.862.656,5 101,70%

Sumber: Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara 2021

3.2 Grafik Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

4,200,000,000,000.00 4,400,000,000,000.00 4,600,000,000,000.00 4,800,000,000,000.00 5,000,000,000,000.00 5,200,000,000,000.00 5,400,000,000,000.00

2017 2018 2019 2020

Target Realisasi

(51)

3.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Dalam penelitian yang dilakukan di Kantor BPPRDSU, diperoleh data mengenai target dan realisasi penerimaan pajak rokok dari tahun 2017-2020 yang dapat dilihat dalam tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Tahun Target Realisasi Persentase

2017 833.283.172.000 844.022.870.886 101,29%

2018 916.611.489.000 820.823.479.280 89,55%

2019 875.186.927.968 795.163.307.893 90,86%

2020 937.496.196.029 1.060.735.475.689 113,15%

RATA-RATA 880.186.283.437 98,71%

Sumber: Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara 2021

3.3 Grafik Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

0 200,000,000,000 400,000,000,000 600,000,000,000 800,000,000,000 1,000,000,000,000 1,200,000,000,000

2017 2018 2019 2020

Target Realisasi

(52)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2017 target penerimaan pajak rokok yaitu sebesar Rp833.283.172.000 dan jumlah yang sudah terealisasi sebesar Rp844.022.870.886 dengan jumlah persentase 101,29%. Pada tahun 2018 target penerimaan pajak rokok yaitu sebesar Rp916.611.489.000 dan jumlah yang sudah terealisasi sebesar Rp820.823.479.280 dengan jumlah persentase 89,55%. Sedangkan pada tahun 2019 dapat dilihat bahwa target penerimaan pajak rokok yaitu sebesar Rp875.186.927.968 dan jumlah yang sudah terealisasi sebesar Rp795.163.307.893 dengan jumlah persentase 90,86%. Dan pada tahun terakhir yaitu tahun 2020 target penerimaan pajak rokok sebesar Rp937.496.196.029 dan jumlah yang sudah terealisasi sebesar Rp1.060.735.475.689 dengan jumlah persentase 113,15%. Rata-rata penerimaan pajak rokok keseluruhan dari tahun 2017-2020 (4 tahun) sebesar Rp880.186.283.437, dengan jumlah persentase 98,71%.

3.4 Hasil Wawancara

Setelah melakukan wawancara dengan salah satu pegawai Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara Bapak Yudhi Armand selaku Kepala Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan PAP, PBB-KB, dan Pajak Rokok, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak rokok Provinsi Sumatera Utara?

Jawaban:

Pajak rokok itu diambil dari penjualan cukai pita rokok. Yang mempunyai cukai pita rokok adalah Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementrian Keuangan.

(53)

Pemungutannya juga dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai. Mereka mengutip pajak dari penjualan cukai lalu disetorkan ke kas negara, kemudian negara menyetorkan ke Provinsi dengan indikator jumlah penduduk. Jadi, kesulitannya adalah, kami tidak mengetahui seberapa banyak rokok yang dijual, kecuali kami paling hanya melakukan koordinasi kepada bea cukai, seberapa banyak mereka menjual cukai dan seberapa banyak konsumen yang memakai cukai. Kami hanya bisa bertanya kepada mereka dan mereka juga sangat tidak terbuka akan hal itu. Karena juga tidak kami yang langsung mengelola pajak rokok tersebut, dan kami hanya menerima uang atau menunggu, begitu.

2. Upaya apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan penerimaan daerah dari pajak rokok?

Jawaban:

Upaya yang kami lakukan adalah kami melakukan pengawasan kepada industri-industri rokok yang ada di Sumatera Utara, apakah mereka sudah menggunakan cukai atau belum. Kalau belum berarti mereka illegal. Lalu kami mengedukasi mereka dengan harus menggunakan cukai rokok yang mereka bisa beli dibea cukai. Hanya itu, kami tidak bisa berbuat banyak untuk pajak rokok ini, karena sifatnya adalah kami hanya bisa menunggu, dan kami tidak bisa melakukan banyak hal.

(54)

40 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Target penerimaan pajak rokok di Provinsi Sumatera Utara pada setiap tahunnya memiliki jumlah yang berbeda dan tentunyatelah ditetapkan. Pajak rokok sendiri memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Sumatera Utara. Berikut uraian mengenai target dan realisasi pajak rokok tahun 2017-2020 di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Tahun Target Realisasi Persentase Sisa Kurang/

Lebih 2017 833.283.172.000 844.022.870.886 101,29% 10.739.698.886 2018 916.611.489.000 820.823.479.280 89,55% -95.788.009.720 2019 875.186.927.968 795.163.307.893 90,86% -80.023.620.075 2020 937.496.196.029 1.060.735.475.689 113,15 123.239.279.660

RATA-RATA 880.186.283.437 98,71%

Sumber: Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara 2021

(55)

Grafik Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Rokok di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan:

1. Pada tahun 2017, target penerimaan pajak rokok adalah sebesar Rp833.283.172.000, jumlah yang terealisasi sebesar Rp844.022.870.886 dan jumlah tersebut sudah mencapai target penerimaan dengan persentase 101,29% dengan sisa yang lebih dari target sebesar Rp10.739.698.886.

2. Pada tahun 2018, target penerimaan pajak rokok adalah sebesar Rp916.611.489.000, jumlah yang terealisasi sebesar Rp820.823.479.280 dan jumlah tersebut belum mencapai target penerimaan dengan persentase sebesar 89,55% dan sisa yang kurang dari target sebesar Rp95.788.009.720.

3. Pada tahun 2019, target penerimaan pajak rokok adalah sebesar Rp875.186.927.968, jumlah yang terealisasi sebesar Rp795.163.307.893 dan jumlah tersebut belum mencapai target penerimaan dengan persentase sebesar 90,86% dan sisa yang kurang dari target sebesar Rp80.023.620.075.

0 200,000,000,000 400,000,000,000 600,000,000,000 800,000,000,000 1,000,000,000,000 1,200,000,000,000

2017 2018 2019 2020

Target Realisasi

(56)

4. Pada tahun 2020, target penerimaan pajak rokok adalah sebesar Rp937.496.196.029, jumlah yang terealisasi sebesar Rp1.060.735.475.689 dan jumlah tersebut sudah mencapai target penerimaan dengan persentase 113,15% dan sisa yang lebih dari target sebesar Rp123.239.279.660.

Berdasarkan tabel data yang diperoleh dari BPPRDSU diatas, pajak rokok pada tahun 2017 mencapai target penerimaan kemudian mengalami penurunan pada tahun 2018-2019 dan tidak mencapai target penerimaan yang ditetapkan.

Kemudian pada tahun 2020 mengalami kenaikan dengan melebihi target yang ditetapkan. Rata-rata penerimaan pajak rokok keseluruhan dari tahun 2017-2020 (4 tahun) sebesar Rp880.186.283.437, dengan jumlah persentase 98,71%.

Penurunan yang terjadi pada tahun 2018-2019 ini menjadi bukti nyata dalam kurangnya kesadaran wajib pajak rokok dalam membayar pajak rokok.

4.2 Kontribusi Pajak Rokok Terhadap Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Pajak rokok merupakan salah satu pajak yang dikelola oleh BPPRD PROVSU sebagai salah satu sumber pemasukan pajak daerah di Provinsi Sumatera Utara. Maka dari itu, berikut penjelasan mengenai seberapa besar kontribusi pajak rokok terhadap pajak daerah di Provinsi Sumatera Utara.

𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 =

Jumlah Pajak Daerah

Jumlah Pajak Rokok

x 100%

A. 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2017 =

Rp4.823.557.040.271

Rp844.022.870.886

x

100% = 17,4%

B. 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 =

Rp5.219.324.543.311

Rp820.823.479.280

x

100% = 15,7%

(57)

C. 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 =

Rp5.058.443.944.654

Rp795.163.307.893

x

100% = 15,7%

D. 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 =

Rp5.071.597.922.390

Rp1.060.735.475.689

x

100% = 20,9%

Tabel 4.2 Kontribusi Pajak Rokok Terhadap Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Tahun Pajak Daerah Pajak Rokok Persentase 2017 4.823.557.040.271 844.022.870.886 17,4%

2018 5.219.324.543.311 820.823.479.280 15,7%

2019 5.058.443.944.654 795.163.307.893 15,7%

2020 5.071.597.922.390 1.060.735.475.689 20,9%

RATA-RATA 5.043.230.862.656,5 880.186.283.437 17,4%

Sumber: Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Sumatera Utara 2021

4.2 Grafik Persentase Kontribusi Pajak Rokok Terhadap Pajak Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

0 5 10 15 20 25

2017 2018 2019 2020

Persentase

(58)

Berdasarkan tabel data dan grafik 4.2 digambarkan persentase kontribusi penerimaan pajak rokok terhadap pajak daerah Provinsi Sumatera Utara.

Persentase kontribusi penerimaan pajak rokok di Provinsi Sumatera Utara mengalami penaikan dan juga penurunan disetiap tahunnya. Pada tahun 2017 penerimaan pajak rokok yang terealisasi sebesar Rp844.022.870.886 dan penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp4.823.557.040.271 dengan persentase kontribusi sebesar 17,4%. Kemudian pada tahun selanjutnya yaitu 2018 penerimaan pajak rokok yang terealisasi mengalami penurunan sebesar Rp820.823.479.280 dan penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp5.219.324.543.311 dengan jumlah persentase kontribusi 15,7%. Pada tahun 2019 penerimaan pajak rokok sebesar Rp795.163.307.893 dan jumlah penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp5.058.443.944.654 dengan jumlah persentase kontribusi yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15,7%. Terakhir pada tahun 2020 jumlah penerimaan pajak rokok yang terealisasi mengalami peningkatan sebesar Rp1.060.735.475.689, kemudian jumlah Pajak Daerah yang terealisasi sebesar Rp5.071.597.922.390 dengan persentase kontribusi sebesar 20,9%.

4.3 Kontribusi Penerimaan Pajak Rokok Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2020

Pajak rokok menjadi salah satu sumber PAD di Provinsi Sumatera Utara dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang merata.

Berikut dijelaskan mengenai kontribusi penerimaan pajak rokok terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara tahun 2017-2019.

𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 =

Jumlah Pendapatan Asli Daerah

Jumlah Pajak Rokok

x 100%

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai langkah mengatasi kesan emosi murid dan guru, guru perlu menggunakan modifikasi tingkah laku yang bersesuaian dengan murid di mana peneguhan positif diberikan kepada

c. 5etelah ledakan uap atau asap ledakannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan *CF atau /inamit... /inamit, terdiri dari granular dinamit, semi gelatin dan gelatir

Dari pendapat para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa penghargaan adalah imbalan yang diterima karyawan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan yang dapat

Pengambilan sampel tanah menggunakan metode Grid Bebas dengan tingkat survei detail dan analisis sampel C-organik tanah diukur dengan metode Walkey and Black sedangkan N-total

Kondisi air yang tidak seimbang antara input (masukan) dan output (keluaran) akan terlihat pada daerah yang sering terjadi krisis air. Desa Hargosari merupakan salah satu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bauran promosi terhadap keputusan pembelian Domino’s Pizza di Kota Bandung, dapat disimpulkan

Haruna akan dicoba dengan merencanakan median atau pulau pemisah serta sedikit pelebaran geometrik pada tikungan persimpangan tersebut, yang bertujuan sebagai

Kita mengetahui tidak ada masyarakat yang sama tetapi dalam masyarakat terdapat adanya kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda satu sama lain, dengan demikian