Proceedings
Volume 1, Nomor 1 Desember 2021
115
Identifikasi Pendidikan Moral Generasi Z di Masa Pandemi
1Fahmi Ridla 2Muslimah
1IAIN Palangka Raya, [email protected]
2IAIN Palangka Raya, muslimah.abdulazis@iain palangkaraya.ac,id
ABSTRACT
This study intends to find answers to the question of how the application of audio-visual media can improve student learning outcomes in Islamic Religious Education and Moral Education. IV at SDN 2 Pas Advances in technology and information in the 21st century have had such a great impact on the development of a country, especially for Generation Z who are still students. The major impact that is often found is the occurrence of moral degradation among students such as slowly eroding faith, rampant promiscuity, low levels of honesty and discipline and the disappearance of a sense of social responsibility. Especially during the current pandemic which has led to the implementation of distance learning or online learning, it also adds to the ongoing moral degradation among students. One way that can be done to overcome these problems is to generate and re-develop moral education among students during the pandemic by involving the role of teachers and parents directly. Therefore, this study aims to identify the moral education of Generation Z during the pandemic.
Keywords: Moral Education; Generation Z; Pandemic Time
ABSTRAK
Kemajuan teknologi dan informasi di abad 21 ini telah memberikan impact yang begitu besar terhadap perkembangan suatu negara khususnya pada generasi Z yang masih menjadi peserta didik. Dampak besar yang sering ditemukan adalah terjadinya degradasi moral di kalangan peserta didik seperti mengikisnya iman secara perlahan, maraknya pergaulan bebas, merendahnya tingkat kejujuran dan kedisiplinan serta menghilangnya rasa tanggung jawab sosial. Terlebih di masa pandemi saat ini yang menyebabkan pemberlakuan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring, turut menambah terjadinya degradasi moral yang berkelanjutan di kalangan peserta didik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan membangkitkan dan menumbuhkembangkan kembali pendidikan moral dikalangan peserta didik dimasa pandemi dengan melibatkan peran guru dan orangtua secara langsung. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pendidikan moral generasi Z dimasa pandemi.
Kata Kunci: Pendidikan Moral; Generasi Z; Masa Pandemi
116 PENDAHULUAN
Pendidikan adalah merupakan proses yang sangat urgent dalam meningkatkan kecerdasan, meningkatkan keterampilan, karakter, meningkatkan semangat persatuan dan meningkatkan kepribadian, sehingga kita dapat membangun diri dan membangun negara (Andika, Suparno, & Saptano, 2016). Fakta membuktikan bahwa pendidikan dapat membantu menumbuhkan keterampilan serta dapat membentuk watak dan peradaban sebuah bangsa yang berharga didalam kehidupan spiritual bangsa.
Pendidikan juga memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi seseorang. Pendidikan juga merupakan suatu proses pembelajaran yang ditujukan untuk memperoleh sebuah pengetahuan, keterampilan, dan karakter, yang secara terus menerus diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui pengajaran, penelitian dan pelatihan.
Pendidikan formal memegang peran yang urgent dalam mencapai suatu tujuan.
Selain itu, keluarga juga berperan penting dalam pendidikan moral anak. “Tantangan dimasa yang akan datang menuntut sebuah pembelajaran bagaimana mengembangkan keterampilan berpikir kritis, karena tujuan utama pendidikan pada hakekatnya adalah keterampilan berpikir (Suparno & Iranto, 2014). Dewasa ini perkembangan zaman selalu semakin cepat, menyebabkan banyak perubahan dalam pola pikir dan perilaku seseorang. Perubahan tersebut dapat berdampak positif atau negatif pada moral, tergantung pada respon terhadap perubahan tersebut. Hal ini mungkin berdampak negatif bagi anak yang masih mencari jati diri (yakni milenial atau Generasi Z). Mereka sering dibingungkan oleh perubahan-perubahan yang ada, sehingga mempengaruhi mentalitas, sikap, dan perilaku anak yang juga mempengaruhi moral mereka.
Banyaknya persoalan moral Generasi Z saat ini menjadi sorotan dalam dunia pendidikan. Pendidikan formal memegang peranan yang urgent dalam mengatasi segala permasalahan moral. Pendidikan formal perlu mengajarkan nilai moral yang baik dalam kehidupan pengajarannya dan membentuk moral yang baik bagi seseorang. Selain itu, pembentukan moral melalui lingkungan keluarga juga tidak kalah pentingnya. Keluarga juga merupakan tempat pendidikan pertama anak, jika nilai dan perilaku yang baik diajarkan sejak dini, maka akhlak juga akan baik.
117 Krisis moral Generazi Z khususnya merupakan masalah universal yang perlu segera diselesaikan, karena dapat mengancam kehidupan mereka sendiri, masa depan negara, dan juga mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka. Krisis moral adalah masalah yang relatif kompleks, yang perlu diselesaikan sesegera mungkin.
Masalah yang muncul dalam perilaku pada proses evolusi digital yang begitu mudah dipahami oleh generasi Z, seperti dua sisi pisau, ketika digunakan sangat berguna untuk meningkatkan keterampilan pengguna, karena media saat ini menyajikan banyak informasi dan menyediakan apa yang paling dibutuhkan kaum miliniel. Hal sebaliknya perkembangan digital juga dapat membahayakan pengguna dan orang lain jika disalahgunakan. Tanpa perhatian kita, krisis moral akan melanda miliniel kita. Hal ini membuat kita khawatir tentang apa yang akan terjadi pada generasi penerus negara inidan seperti apa masa depan Indonesia jika tidak dikendalikan. Krisis moral sekarang ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Ini dikarenakan pada tahap ini, anak masih akan mengalami ketidakpastian dalam mencari jati diri yang sebenarnya.
Pandemi yang disebabkan oleh Virus Covid-19 saat ini sangat berdampak pada sector pendidikan. Hal ini menyebabkan hampir diseluruh Indonesia adanya beberapa sekolah diliburkan dan juga mengharuskan siswanya belajar daring (dalam jaringan/
online) atau dengan istilah lainnya adalah WFH (work from home) belajar dari rumah (Ilyasa, Rahmayanti, Muzani, Ichsan, & Suhono, 2020). Penggunaan sistem WFH atau pembelajaran online di masa pandemic ini telah menimbulkan berbagai masalah bagi tenaga pendidik atau para guru, baik itu dari segi penyampaian pembelajaran maupun penilaian pembelajaran (Sudarmo & Muslimah, 2020). Beranjak dari permasalahan tersebut, maka perlu adanya identifikasi pendidikan moral atau akhlak baik itu melalui sebuah jalur pendidikan yang bersifat formal maupun jalur pendidikan yang bersifat non-formal untuk mengetahui sebab atau faktor serta dampak dari pendidikan pada moral generasi Z. Tulisan ini bertujuan untuk Mengidentifikasi Pendidikan Moral Generasi Z dimasa Pandemi.
118 PEMBAHASAN
Pendidikan Moral
Kebutuhan manusia yang paling penting setelah sandang, pangan dan papan adalah kebutuhan akan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia bisa mengubah perilaku untuk menjadi lebih baik lagi agar dapat mengelaborasi wawasan yang dimiliki. Dengan demikian, pendidikan dapat diibaratkan sebagai papan tumpuan untuk mencapai suatu sasaran dengan cara mempelajari suatu hal yang dapat memperkaya diri dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, serta untuk meneguhkan moral dan psikis agar tidak mudah terjebak ke dalam kesalahan baik itu kesalahan agama, hukum maupun adat istiadat yang berlaku. Salah satu pendidikan yang diperlukan di era modern ini adalah pendidikan moral.
Moral berasal dari bahasa Latin yaitu “mores” (bentuk tunggal “mos”) yang berarti adat-istiadat atau tata-cara. Dari segi istilah moral diartikan sebagai konsep tentang baik dan buruk nya suatu perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, susila dan sebagainya. (Muhid, Asnawi, & Sa'adillah, 2018). Dalam konteks ini, moral dapat diartikan sebagai baik dan buruknya suatu tindakan atau perbuatan yang didasarkan kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat (Andayani, 2016) yang menyatakan bahwa moral memiliki arti yang mirip dengan akhlak. Akhlak bisa dijadikan sebagai tuntunan untuk membantu manusia dalam mendefinisikan suatu perbuatan baik yang sesuai dengan norma, nilai-nilai, budaya dan norma yang ada dimasyarakat.
Moral dan akhlak memiliki hubungan yang diibaratkan seperti dua sisi uang koin yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Mereka sama-sama mengarah pada sikap, aturan, tingkah laku dan nilai-nilai. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya jika pembahasan mengenai pendidikan moral dan akhlak diintegrasikan menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Disamping itu, keduanya juga merupakan hasil implementasi dari tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu “bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
119 kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Kirschenbaum dalam (Ibda, 2012) memaparkan bahwa pendidikan moral merupakan suatu hal yang secara sadar dapat dilakukan dalam menyokong peserta didik melalui sikap, ilmu pengetahuan, nilai, dan keterampilan-keterampilan yang dapat memberikan sumbangsih pada kepuasan individu dan kehidupan sosial. Dari pengertian ini, diketahui bahwa pendidikan moral bertujuan yaitu untuk membantu memperoleh sikap, ilmu pengetahuam, keterampilan dan nilai yang lebih baik, membantu terciptanya kehidupan sosial serta memberikan kontribusi untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang saling peduli dan mengasihi sesama makhluk tanpa mengganggu hak orang lain. Keberhasilan pendidikan moral bergantung pada kemampuan peserta didik dalam menghasilkan tingkah laku, moral dan nilai yang dapat disebarkan secara perilaku maupun verbal. Dengan demikian, tujuan pendidikan moral adalah untuk menghasilkan individu yang paham akan nilai-nilai moral dan konsisten dalam pelaksanannya sesuai dengan konsep moral yang terdapat dalam agama, budaya dan tradisi masyarakat. Komponen-komponen pendidikan moral diantaranya berhubungan dengan pengetahuan tentang rasa kasih, rasa peduli, tradisi, penalaran dan kecenderungan moral.
Pendidikan moral dapat dikatakan sebagai penanaman, pengembangan dan pembentukan akhlak yang mulai dalam diri seorang individu. Pendidikan moral merupakan keutamaan tingkah laku yang wajib dimiliki, diusahakan dan dibiasakan dari kecil hingga dewasa oleh setiap orang. Salah satu cara memupuk dan mengembangkan moral seseorang menuju tingkat kesempurnaan adalah melalui proses pendidikan (Surur, 2010). Hal ini di dukung oleh pendapat (Zuriah, 2011) bahwa untuk pengorganisasian dan penyederhanaan sumber-sumber moral dapat dilakukan melalui pendidikan moral yang terprogram dalam suatu program pendidikan yang dapat ditemukan di sekolah maupun di luar sekolah dengan penyajiannya yang mempertimbangkan sisi psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan moral ini bertujuan untuk mempersiapkan seseorang agar dapat beradaptasi dengan tujuan hidup bermasyarakat.
120 Dari beberapa uraian di atas, dapat dikatakan bahwa moral adalah pemahaman tentang benar dan salah atau baik dan buruknya sesuatu hal yang bisa atau tidaknya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, moral merupakan hal urgen yang pengaruhnya apabila sudah rusak dapat mengancam ketentraman dan kehormatan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan moral ini sangat diperlukan sebagai upaya pemeliharaan kelangsungan hidup baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan moral bertujuan untuk dapat membentuk individu yang menyadari pentingnya nilai-nilai moral yan merupakan pedoman dalam bertingkah laku dan bersikap baik sebagai individu maupaun dalam bermasyrakat.
Generasi Z
Salah satu topik hangat yang sering didiskusikan dalam masyarakat adalah tentang perbedaan generasi. Perbedaan tiap generasi ditentukan pada penentuan proses komunikasi yang berlangsung pada berbagai konteks. Permasalahan yang muncul akibat perbedaan generasi ini dikarenakan tiap-tiap generasi memiliki nilai-nilai ideal tertentu yang berbeda satu sama lain. Latar belakang sosial masyarakat Indonesia yang cenderung berorientasi pada kelompok inilah yang menjadikan perbedaan generasi menjadi topik yang urgen.
Pada awalnya, hanya ada dua generasi yang kita kenal yaitu generasi tua dan generasi muda yang mana keduanya didasarkan pada tahun kelahiran dan rasa senasib sepenanggungan dalam pengalaman sejarah. Berbeda dengan saat ini, yang mana telah terjadi perkembangan generasi menjadi beberapa kategori yaitu baby boomers (1946- 1964), generasi X (antara 1965-1980), generasi Y (1981-2000), dan generasi Z (2001- sekarang) (Basuki, 2020). Pengelompokkan kategori di atas didaarkan pada persamaan kurun tahun kelahiran, tempat dan kejadian-kejadian penting yang berpengaruh pada kehidupan kelompok tersebut. Dengan demikian, generasi itu sendiri merupakan golongan individu yang pernah mengalami kejadian yang sama dan dalam jangka waktu yang sama (Putra, 2016).
121 Generasi baby boomers atau generasi veteran merupakan generasi yang selalu memprioritaskan waktu dan memiliki kedisiplinan yang tinggi. Generasi ini lahir setelah perang dunia kedua berakhir. Perang dunia berakhir setelah banyak memakan korban jiwa sehingga menyebabkan dunia seolah kekurangan manusia. Setelah dunia mulai mengalami suasana damai, terjadilah natalitas besar-besaran (boom) sehingga akhirnya generasi ini dikenal dengan sebutan baby boomers. Di Indonesia, generasi ini tersisa sekitar 13% dari seluruh generasi yang ada yang mana rata-rata dari mereka sudah pensiun, tidak produktif dan mulai menua (Basuki, 2020).
Generasi X dicirikan dengan generasi yang terbuka akan perubahan, mementingkan citra dan memeiliki etos kerja yang tinggi. Saat ini, ada sekitar tersisa 20% dari generasi X yang ada di Indonesia. Para pemimpin yang saat ini sedang memimpin dan mengomando arah pembangunan di Indonesia termasuk ke dalam generasi ini. Generasi ini merupakan generasi peralihan antara generasi veteran (baby boomers) yang cenderung masih awam teknologi dengan generasi millennial (gen Y) yang cakap tekonologi. Penguasaan teknologi pada gen X ini hanya terbatas sebagai pengguna (usher) saja, tidak sampai menjadi pencipta. Jikapun ada, jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari (Basuki, 2020).
Generasi Y atau disebut juga dengan generasi millennial ini merupakan generasi yang sangat open minded terhadap perkembangan teknologi dan informasi serta mereka sangat mahir dan menguasai bidang tersebut. Generasi ini merupakan generasi yang paling dominan di Indonesia dengan jumlahnya sekitar 34%. Mahasiswa atau karyawan- karyawan baru yang sering dijumpai sehari-hari tergolong ke dalam generasi ini (Basuki, 2020). Hal ini juga di perkuat oleh (Zis, Nursyirwan, & Roem, 2021) bahwa wilayah dan kondisi sosial ekonomi dijadikan sebagai dasar dalam memberikan karakter unik terhadap generasi millennial. Ciri utama dari generasi ini salah satunya adalah ditandai dengan meningkatnya penggunaan dan keakraban terhadap media, komunikasi dan teknologi digital, memiliki passion serta produktivitas yang sesuai dengan perkembangan kemajuan teknologi.
122 Generasi Z yaitu generasi terakhir yang muncul pada rentang waktu sampai dengan tahun 2019. Generasi ini dikenal juga dengan istilah i-generation (generasi internet) atau kadang disebut juga dengan digital natives. Pertumbuhan dan perkembangan generasi ini beriringan dengan terjadinya proses digitalisasi di berbagai sektor kehidupan. Ahli dalam pengoperasian media teknologi dan multi-tasking merupakan ciri khas dari generasi ini yang membedakan dengan generasi sebelumnya.
Jumlah generasi Z saat ini di Indonesia berkisar sekitar 33%. Saat ini, rata-rata dari generasi ini masih berstatus sebagai pelajar di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah akhir dan mahasiswa sebagain kecilnya. Sejak lahir, generasi Z sudah tidak asing lagi dengan adanya teknologi informasi ini sehingga wajar saja jika mereka sangat memahami dengan detail mengenai penggunaan internet baik itu media gadgetnya atau media sosialnya. Generasi ini lebih sering menghabiskan waktu mereka dengan beraktivitas, belajar, dan bermain dengan memanfaatkan gadget atau laptop milik mereka. Mereka sangat cakap dan fasih menjelajahi dunia maya, browsing internet untuk mencari dan menambah wawasan dan pengetahuan, bermain games dan sebagainya (Basuki, 2020). Hal ini didukung oleh (Qurniawati & Nurohman, 2018) bahwa generasi Z ini merupakan generasi asli era digital yang terlahir di dunia digital dengan teknologi mutakhir seperti personal computer (PC), smartphone, perangkat gaming dan internet. Dengan demikian, wajar saja jika kita akan lebih sering menyaksikan generasi Z yang lebih memilih menghabiskan waktu luang dengan tinggal di dalam ruangan sembari berselancar di web, bermain media sosial atau game online dibandingkan pergi beraktivitas di luar ruangan.
Pendidikan Moral Generasi Z di Masa Pandemi
Dewasa ini, adanya kemajuan teknologi dan informasi telah memberikan impact yang begitu besar pada perkembangan suatu negara. Teknologi dan informasi selain bisa dijadikan sebagai media yang penuh akan nilai yang positif, tentunya juga bisa menjadi boomerang yang dapat menyerang penggunanya kapanpun dan dimanapun. Seperti yang diketahui bahwa media dan informasi pada abad 21 ini berperan sebagai pengontrol perkembangan suatu negara yang tentunya akan memberikan dampak yang sangat besar di berbagai aspek kehidupan manusia pada suatu negara. Saat ini, banyak permasalahan
123 global yang harus ditangani dengan bijak dan tepat. Salah satu dari sekian permasalahan global yang muncul saat ini adalah globalisasi yang merupakan pendorong utama dalam perkembangan teknologi dan informasi. Globalisasi dapat membawa dampak negatif bagi generasi millennial dan generasi Z saat ini seperti menurunkan jiwa nasionalisme dan jiwa patriotisme, sehingga harus diantisipasi dengan baik secepat dan sesegara mungkin (Sutrisno, 2020).
Keberadaaan teknologi dan informasi sudah menjadi hal yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat khususnya generasi Z. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa teknologi sudah menjadi sesuatu yang candu dan membuat ketergantungan dalam kehidupan sehari-hari. Generasi Z seakan dibutakan dengan berbagai kenikmatan, kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan oleh teknologi saat ini sehingga secara tidak sadar perlahan-lahan membuat mereka melupakan dan bahkan meninggalkan peran dan tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara, makhluk sosial dan peserta didik. Beberapa dampak negatif yang sering dijumpai saat ini yaitu dari degradasi moral dan mental yang telah tergerus sifat individualisme, hedonisme, pragmatisme hingga yang paling parahnya sampai memunculkan paham radikalisme dan intoleransi (Sutrisno, 2020).
Dampak lainnya yang terlihat pada generasi Z yang masih menjadi peserta didik adalah mengikis iman secara perlahan, menuntun kearah pergaulan bebas, merendahnya tingkat kejujuran dan kedisiplinan, menghilangnya rasa tanggung jawab sosial hingga terjadinya degradasi moral yang ditandai dengan perilaku penyimpangan pada peserta didik. Terlebih lagi, akibat pandemi COVID-19 yang menyerang dunia di penghujung tahun 2019 lalu membuat pemerintah dengan berat hati mengambil kebijakan untuk menutup sekolah sementara dan memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau yang lebih dikenal dengan istilah pembelajaran daring (dalam jaringan). Dengan pondasi adanya degradasi moral peserta didik akibat pengaruh kemajuan teknologi ditambah lagi dengan adanya pandemi COVID-19 yang membuat peserta didik melakukan pembelajaran daring, dua permasalahan tersebut secara tidak sadar telah menggiring asumsi masyarakat untuk memojokkan sistem pendidikan di Indonesia sebagai penyebab kegagalan peningkatan moralitas.
124 Pembelajaran daring dengan menggunakan media teknologi sebagai media pembelajaran mengharuskan setiap peserta didik untuk terlibat dalam penggunaan tersebut, hal ini tentunya akan menimbulkan dampak positif dan dampak negatif secara bersamaan. Dampak positifnya adalah membuka wawasan dan pengetahuan peserta didik maupun guru dalam hal penggunaan teknologi untuk menunjang proses pembelajaran yang kreatif. Awalnya yang tidak mengetahui aplikasi sejenis zoom meeting atau google meet akhirnya menjadi tahu dan bahkan bisa mengaplikasikannya.
Adapun dampak negatif dari penggunaan teknologi saat pembelajaran adalah guru tidak bisa menilai apakah seorang peserta didik memanfaatkan teknologi tersebut dengan tepat dan benar. Sejauh ini, ada banyak peserta didik yang terpantau menyalahgunakan media teknologi saat proses pembelajaran berlangsung diantaranya mengakses media sosial, melihat konten-konten yang tidak senonoh yang tidak ada kaitannya dengan pemebelajaran, bermain games dan sebagainya.
Hal ini juga dipaparkan oleh (Sakti, Ichsan, Hidayah, & Atmojo, 2021) bahwa ada beberapa persoalan moral yang terjadi pada peserta didik saat pembelajaran daring berlangsung diantaranya yaitu peserta didik yang suka menunda mengerjakan tugas, tidak membaca pesan yang disampaikan guru, bermain game, mengakses media sosial, menonton film dan bahkan tidur saat pembelajaran daring berlangsung. Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh (Suriadi, Firman, & Ahmad, 2021) memaparkan bahwa banyak peserta didik yang mengalami degradasi karakter dan tingkah laku terhadap guru mereka sendiri saat pembelajaran daring dimasa pandemi ini. Degradasi karakter tersebut diantaranya menyepelekan tugas online dengan sengaja tidak membaca pesan whatsapp group yang berkaitan dengan tugas tersebut, keluar dari whatsapp group kelas dan yang paling meresahkan adalah adanya peserta didik yang melawan dan bahkan berkata tidak pantas ketika ditegur oleh guru yang membuat guru kecewa dan tersinggung. Contoh di atas merupakan segelintir kasus degradasi moral yang di alami generasi Z pada masa pandemi ini.
125 Lebih lanjut lagi, (Nurohmah & Dewi, 2021) memaparkan bahwa terdapat banyak kasus penyimpangan sosial pada anak di masa pandemi ini yang tentunya sangat menyita perhatian masyarakat. Adapun beberapa kasus tersebut adalah kasus seorang remaja asal Aceh yang ditangkap polisi setelah menyebarkan foto-foto dari mantan kekasihnya yang tidak senonoh. Selanjutnya, kasus seorang remaja dari Tangerang yang berinisial OR (17 tahun) yang meninggal karena diperkosa oleh delapan orang secara bergilir yang mana sebelumnya mereka berkenalan melalui media sosial hingga akhirnya memutuskan untuk bertemu. Kasus berikutnya yaitu terjadinya penggerebekan dan penangkapan 37 pasangan siswa SMP di sebuah hotel di Jambi yang diduga akan melakukan pesta seks. Berbagai kasus di atas bisa menjadi sebuah fakta bahwa generasi saat ini tengah di ujung dalam jurang kehancuran, karena merosotnya moral anak bangsa yang seharusnya. Kasus-kasus di atas telah menjadi saksi dari sebuah fakta bahwa generasi saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Berbagai kasus yang telah dipaparkan di atas merupakan kasus degradasi moral di kalangan peserta didik yang mungkin sudah sering kita dengar, kita lihat atau bahkan kita jumpai di masa pandemi ini. Degradasi moral yang terjadi saat ini ada kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya akibat terpaan derasnya arus globalisasi dan minimnya pendidikan moral selama pembelajaran daring. Apabila belajar masih bisa diinovasikan dengan menggunakan media teknologi, maka akan berbeda halnya jika diterapkan pada pendidikan moral di masa daring seperti ini yang tentunya kurang efektif untuk dilakukan walaupun sebenarnya masih bisa. Hanya saja, baik guru maupun peserta didik sama-sama tidak bisa dengan leluasa menunjukkan dan melihat secara langsung pengimplementasian dari pendidikan moral yang diajarkan. Peran orangtua dalam pendidikan moral secara daring dapat dijadikan sebagai salah satu solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada.
(Fatiha & Nuwa, 2020) memaparkan bahwa tiga eleman yang menjadi penentuan keberhasilan pendidikan adalah melalui kolaborasi dan interaksi guru, peserta didik dan orang tua. Dalam hal ini, guru dan orang tua sebagai role model yang perannya sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter, etika, moral serta membantu dalam membangun kekuatan spiritual keagamaannya saat pembelajaran dari
126 di masa pandemi seperti saat ini. Dengan demikian, guru tetap berkewajiban untuk menanamkan pendidikan moral kepada peserta didik di masa pembelajaran daring dan peran orang tua adalah sebagai kunci sukses terlaksananya pendidikan moral di kalangan peserta didik, hal tersebut karena orang tua lah yang bertemu secara langsung, memiliki andil untuk menasehati dan bisa memantau gerak-gerik anaknya selama masa pembelajaran daring.
Seperti yang diketahui bahwa pilar utama dalam pembentukan karakter dan moral seorang peserta didik adalah melalui pendidikan dalam keluarga. Orang tua adalah orang pertama yang akan berperan dalam proses pendidikan pertama dari seorang anak. Peran penting orang tua selaku sumber pendidikan dan masyarakat pertama dalam keluarga adalah dalam proses pembentukan karakter peserta didik.
Kualitas moral dan karakter yang dimiliki seorang anak harus berbanding lurus dengan kualitas yang dimiliki oleh orang tuanya agar pendidikan moral anak dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan (Marsen, Neviyarni, & Murni, 2021).
Hal ini juga diperkuat oleh (Hendayani, 2019) bahwa pendidikan utama yang akan berimbas besar dalam pembentukan moral, karakter dan akhlak seseorang adalah keluarga. Ibu yang merupakan madrasah pertama bagi anak memiliki peran sebagai orang pertama yang bertugas mengenalkan norma-norma pada anak. Adapun ayah berperan yang tak kalah penting adalah selaku kepala keluarga yang senantiasa membimbing istri dan anak-anaknya agar memiliki akhlak yang baik.
Peran guru dan sekolah dalam keterlaksanaan pendidikan moral juga tidak kalah penting. Di masa pembelajaran daring, pendidikan moral dapat dilakukan dengan cara menyelipkan nilai moral secara tersirat pada materi pembelajaran yang akan disampaikan. Dengan demikian, guru dituntut untuk memiliki ide yang kreatif dan inovatif dalam merencanakan kegiatan dan materi pembelajaran yang akan dibawakan agar materi sekaligus nilai moral dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta didik.
127 Apabila pembelajaran tatap muka sudah dapat dilaksanakan maka guru dan sekolah memiliki peran yang lebih besar dalam pembentukan moral dan karakter peserta didik dibandingkan saat pembelajaran daring. Guru secara langsung menjadi role model bagi peserta didik saat di sekolah, oleh karena itu guru memiliki peran ganda.
Disamping menanamkan nilai moral, guru juga harus bisa memberikan contoh dalam pembentukan moral peserta didik, sehingga moralitas peserta didik dapat berkembang menjadi kesadaran moral yang menumbuhkan sikap hati-hati dalam berperilaku.
Sebagai pusat perhatian, guru dituntuk untuk bisa memberikan contoh teladan yang baik dan benar agar peserta didik dapat mencontoh dan menerapkan moral yang baik, serta dapat membedakan perilaku pantas dan tidak pantas berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat.
Hal ini sejalan dengan pemaparan (Amaruddin, Atmaja, & Khafid, 2020) bahwa sosialisasi dan pembiasaan lingkungan sekolah untuk menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui teladan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pembentukan karakter peserta didik di sekolah. Hendaknya setiap guru dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah bisa menjadi contoh nyata bagi peserta didik.
Pengamatan, pembimbingan, pengawasan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memonitoring sejauh mana perkembangan dan penanaman nilai moral terhadap peserta didik.
KESIMPULAN
Arus globalisasi yang mendorong perkembangan teknologi dan informasi yang cepat pada masa pandemi saat ini memberikan dampak ganda terhadap generasi Z yang masih berstatus sebagai peserta didik. Salah satu dampak positif yang didapatkan adalah menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik dalam menggunakan media pembelajaran sebagai implementasi dari perkembangan teknologi dan informasi yang ada. Adapun dampak negatif yang diberikan adalah degradasi moral yang merupakan boomerang dari perkembangan teknologi dan informasi itu sendiri. Ada banyak contoh kasus degradasi moral oleh peserta didik yang sering dijumpai pada masa pandemi ini dari minimnya minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran daring hingga
128 masalah-masalah lainnya seperti perkelahian, kasus asusila dan sebagainya. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan membangkitkan kembali pendidikan moral untuk peserta didik di masa pandemi yang melibatkan peran guru dan orangtua secara langsung.
REFERENSI
Amaruddin, H., Atmaja, H. T., & Khafid, M. (2020). Peran Keluarga dan Media Sosial dalam Pembentukan Karakter Santun Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Karakter, 10 (1), 33-47.
Andayani, D. (2016). Relasi Etika Kerja dan Etos Kerja dalam Islam. Inovatif, 2 (2), 112-152.
Andika, K., Suparno, & Saptano, A. (2016). Pengaruh Kreativitas Guru dalam Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 89 Jakarta. Jurnal Ilmiah Econosains, 14 (1), 105-112.
Basuki, A. (2020). Sistem Pendidikan Bagi Generasi Z (Gen Z). Jurnal Lingkar Widyaiswara, 7 (1), 43-55.
Fatiha, N., & Nuwa, G. (2020). Kemerosotan Moral Siswa Pada Masa Pandemic COVID 19: Meneropong Eksistensi Guru Pendidikan Agama Islam. ATTA'DIB:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1 (2), 1-17.
Hendayani, M. (2019). Problematika Pengembangan Karakter Peserta Didik di Era 4.0.
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 7 (2), 183-198.
Ibda, F. (2012). Pendidikan Moral Anak Melalui Pengajaran Bidang Studi PPKn dan Pendidikan Agama. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, XII (2), 338-347.
Ilyasa, F., Rahmayanti, H., Muzani, Ichsan, I. J., & Suhono. (2020). Environmental Education For Prevent Disaster: A Survey of Students Knowledge in Beginning New Normal of COVID-19. IJoASER: International Journal on Advanced Science, Education and Religion , 3 (2), 1-8.
129 Marsen, C., Neviyarni, S., & Murni, I. (2021). Peran Orang Tua dan Guru dalam Mengembangkan Moral Peserta Didik Sekolah Dasar di Era Revolusi Industri 4.0. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 6 (1), 49-52.
Muhid, A., Asnawi, & Sa'adillah, R. (2018). Pendidikan Moral Melalui Pembelajaran Kitab Alfiyah Ibn Malik di Pondok Pesantren Langitan Tuban. Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 6 (1), 106-126.
Nurohmah, A. N., & Dewi, D. A. (2021). Penanaman Nilai Moral dan Karakter di Era Pandemi melalui Pendidikan dengan Mengimplementasikan Nilai-Nilai Pancasila. Journal of Education, Pychology, and Counseling, 3 (1), 119-127.
Putra, Y. S. (2016). Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti, 9 (18), 123-134.
Qurniawati, R. S., & Nurohman, Y. A. (2018). eWOM PADA GENERASI Z DI SOSIAL MEDIA. DAYA SAING: Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 20 (2), 70-80.
Sakti, M. F., Ichsan, Y., Hidayah, I. N., & Atmojo, S. (2021). Dampak Pembelajaran Daring Selama Pandemi Terhadap Karakter Peserta Didik. Eduvis: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 6 (2), 172-179.
Sudarmo, & Muslimah. (2020). Teacher's Leadership Competency in Managing Online Instruction During The Pandemic Disruption in Indonesia. NidhomulHaq:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5 (3), 430-445.
Suparno, & Iranto, D. (2014). The Effects of PBL Method Using The Hypermedia to The Students Critical Thinking Skill on The Social Studies Subject. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB), 2 (2), 40-52.
Suriadi, H. J., Firman, & Ahmad, R. (2021). Analisis Problema Pembelajaran Daring Terhadap Pendidikan Karakter Peserta Didik. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3 (1), 165-173.
Surur, M. (2010). Problematikan Pendidikan Moral di Sekolah dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Fikroh, 4 (2), 125-136.
Sutrisno. (2020). Internalisasi pendidikan moral pada perguruan tinggi di Jepang. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 17 (1), 50-59.
130 Zis, S. F., N. E., & Roem, E. R. (2021). Perubahan Perilaku Komunikasi Generasi Milenial dan Generasi Z di Era Digital. Jurnal Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 5 (1), 69-87.
Zuriah, N. (2011). Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara.