• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN EKSISTENSI MORFOLOGI KAMPUNG PEKOJAN SEMARANG SEBAGAI KAMPUNG MULTI ETNIS TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN EKSISTENSI MORFOLOGI KAMPUNG PEKOJAN SEMARANG SEBAGAI KAMPUNG MULTI ETNIS TUGAS AKHIR"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN EKSISTENSI MORFOLOGI KAMPUNG PEKOJAN SEMARANG SEBAGAI

KAMPUNG MULTI ETNIS

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Oleh:

WAHJOERINI L2D 007 073

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

SEMARANG

NOVEMBER 2011

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :

NAMA : Wahjoerini

NIM : L2D007073

Jurusan : Perencanaan Wilayah & Kota

Fakultas : Teknik

Judul Tugas Akhir : Faktor-Faktor yang Menentukan Eksistensi Morfologi Kampung Pekojan Semarang sebagai Kampung Multi Etnis

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

TIM PENGUJI

Pembimbing : Ir. Nurini, MT ( ... )

Penguji I : Dra. Bitta Pigawati, MT ( ... )

Penguji II : Ir. Sunarti, MT ( ... )

Semarang, 10 November 2011 Mengetahui,

Sekertaris Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Mardwi Rahdriawan, MT NIP: 196807261997021001

(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir yang berjudul, “Faktor-Faktor yang Menentukan Eksistensi Morfologi Kampung Pekojan Semarang sebagai Kampung Multi Etnis” ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : Wahjoerini

NIM : L2D007073

Tanda Tangan : ...

Tanggal : 10 November 2011

(4)

iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Diponegoro, saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Wahjoerini NIM : L2D007073

Jurusan : Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas : Teknik

Jenis Karya : Tugas Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (None-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Faktor-Faktor yang Menentukan Eksistensi Morfologi Kampung pekojan Semarang

sebagai Kampung Multi Etnis”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/ Non-eksklusif ini Universitas Diponegoro berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang

Pada Tanggal : 10 November 2011 Yang menyatakan

Wahjoerini

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tersenyumlah,,, Jadikan hidupmu seindah senyumanmu dan

Janganlah mengunggu bahagia baru tersenyum namun tersenyumlah,, maka kamu akan bahagia

Janganlah berkecil hati dengan kesulitan Anda, dan janganlah merasa rendah karena melihat keberhasilan orang lain.

Segala sesuatu ada waktunya, Bersabarlah.

_Mario Teguh_

Kupersembahkan karya ini untuk

kedua orang tuaku dan orang-orang terdekatku, serta semuanya yang telah ada untuk’ku

“TERIMAKASIH”

(6)

vi ABSTRAK

Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang berbatasan dengan laut Jawa dan merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang perkembangannya sebagian besar dipengaruhi oleh fungsinya sebagai kota pelabuhan sejak jaman kolonial. Hal ini menyebabkan banyaknya akulturasi budaya yang terjadi antara pendatang dengan warga pribumi. Salah satu kampung tua di Semarang yang memiliki karakteristik sebagai kampung multi etnik yaitu kampung Pekojan. Kampung Pekojan merupakan kampung kota yang berada di Kota Semarang. Kampung Pekojan terletak di Kelurahan Purwodinatan, kecamatan Semarang Tengah yang membentang dari perempatan Jl.Agus Salim (dahulu Jurnatan) ke selatan berhenti di kali Semarang. Dahulu kala kata Pekojan diambil dari nama "Koja" yaitu suatu daerah di seberah barat India, yang saudagarnya banyak merantau dan menetap di daerah ini. Kampung Pekojan terdiri dari tiga etnis yang berbeda, yaitu Cina, Koja dan Jawa. Selain itu, di Kampung pekojan masih terdapat mesjid yang dipercaya sebagai peninggalan para leluhur kota Semarang. Warga Pekojan mempertahankan tradisi leluhur sebagai bentuk penghormatan. Dengan perkembangan Kota Semarang yang kian hari kian pesat, maka berkembang pula kampung Pekojan.permasalahan yang ada dikampung Pekojan diantaranya yaitu terdapat perubahan bangunan yang diikuti oleh perubahan fungsi ,dengan perkembangan itu, maka berubah pula morfologi kampung Pekojan.

Perubahan morfologi di Kampung Pekojan dapat dilihat dari bangunannya yaitu asal usul masjid yang tidak terlepas dari sejarah kawasan atau Kampung Pekojan sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahuihal apa saja yang menentukan eksistensi kampung tersebut. Selain itu, tumbuhnya aktivitas perdagangan dan jasa sangat mempengaruhi perkembangan kampung karena aktivitas tersebut merupak roda ekonomi bagi masyarakat kampung.

Tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk mengetahui eksistensi morfologi Kampung Pekojan Semarang seiring dengan perkembangan Kota Semarang. Manfaat dari penelitian yang dilakukan yaitu dengan mempertahankan eksistensi tersebut, penduduk yang tinggal disana dapat bertahan dan kampung pekojan menjadi kampung kota yang tertata serta dapat digunakan untuk memberi masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penataan kawasan di Kota Semarang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Sedangkan untuk metode pengumpulan data yang digunakan yaitu data primer berupa observasi lapangan dan wawancara dengan teknik purposive sampling dimana sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya serta data sekunder yang berupa kajian literatur. Adapun tahapan analisis yang dilakukan berupa identifikasi historis perkembangan kampung pekojan, analisis kondisi fisik yang ditinjau dari analisis struktural, fungsional dan visual, serta kondisi non fisik kawasan yang ditinjau dari ekonomi, sosial budaya dan keagamaan.

Output penelitian berupa faktor-faktor yang menentukan eksistensi morfologi Kampung Pekojan Semarang diantaranya yaitu bangunan yang masih asli yang ada di kampung Pekojan Semarang, fungsi kawasan kampung serta tradisi yang masih dipertahankan. Bangunan yang masih asli yang ada di Kampung Pekojan digunakan sebagai tempat tinggal dan sekaligus digunakan untuk pedagangan dan jasa. Fungsi kawasan dari Kampung Pekojan merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Selain itu tradisi yang masih dipertahankan sampai saat ini yang ada di kampung yaitu pembuatan bubur india tiap tahunnya pada saat bulan ramadhan membuat kampung ini memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh kampung lain di Kota Semarang.

Keyword : faktor-faktor, perkembangan, eksistensi, morfologi, kampung kota

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, karena dengan izin dan kelancaran yang diberikan-Nya memberi kemudahan bagi penyusun dalam menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Menentukan Eksistensi Morfologi Kampung Pekojan Semarang sebagai Kampung Multi Etnis“, dapat berjalan dengan baik.

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penyusun banyak melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. rer. nat. Imam Buchori, ST selaku Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang;

2. Ibu Ir. Nurini, MT selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang senantiasa membimbing dan memberikan pengarahan kepada penyusun dengan sabar hingga terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini;

3. Ibu Dra. Bitta Pigawati, MT dan Ibu Ir. Sunarti, MT

selaku dosen penguji sidang Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penyusun;

4. Kedua orang tuaku Bapak Ir. Wahjoedi, MT dan Ibu Halimah, SH serta saudaraku tercinta Wahjoe Handini, SKM yang selalu memberikan dukungan, baik itu moral maupun materiil;

5. Keluarga Bapak Sony Rarya Simatupang yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir

6. Teman terdekatku Pinanta Aryaeka, SH terimakasih atas semangat, dukungan dan doanya;

7. Alm. Satria Hasta Simatupang yang selalu memberikan semangat setiap hari untuk mengerjakan Tugas Akhir

8. Teman-teman terbaikku PWK Undip Angkatan 2007: Ratih Kusumandari, Novita, Ratih Purnitasari, Ratna, Tika, Wulan, Ira, Doni, Maya, Simson serta teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan, dukungan dan doanya;

9. Segenap pihak-pihak yang tidak disebutkan disini yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan laporan laporan Tugas Akhir ini dari awal hingga akhir.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait yang membutuhkan.

Semarang, November 2011

Penulis

(8)

viii

DAFTAR ISI

COVER ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 5

1.3.1 Tujuan ...

5

1.3.2 Sasaran ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup ... 6

1.5.1 Ruang Lingkup Spasial ... 6

1.5.2 Ruang Lingkup Substansial ... 8

1.6 Keaslian Penelitian ... 8

1.7 Kerangka Pikir ... 10

1.8 Metodologi Penelitian ... 11

1.8.1 Tahapan Penelitian ... 11

1.8.1.1 Metode Penelitian ... 11

1.8.1.2 Metode Pengumpulan Data ... 11

1.8.2 Kebutuhan Data ... 12

1.8.3 Teknik Analisis ... 12

(9)

ix

1.8.4 Teknik Pengolhan Data ... 16

1.8.5 Teknik Pengambilan Sampel ... 17

1.9 Sistematika Penulisan ... 20

BAB II MORFOLOGI KAMPUNG KOTA ... 21

2.1. Morfologi Kota ... 21

2.2. Teori Figure Ground ... 22

2.3. Teori Linkage ... 26

2.4. Teori Place ... 30

2.5. Townscape Kawasan ... 30

2.6. Pola Jalan ... 31

2.7. Pengertian Kampung Kota ... 32

2.8.1 Karakteristik Kampung Kota ... 32

2.8.2 Perkembangan Perkampungan ... 33

2.8.3

Pola Perkampungan ...

34

2.8. Peraturan Daerah Kota Semarang No. 8 Tahun 2003 ... 35

2.9. Pelestarian Fisik Bangunan ... 36

2.10. Bangunan Arsitektur ... 36

2.11. Perkembangan Kota ... 39

2.12. Kawasan Perdagangan dan Jasa ... 40

2.13. Sistem Aktivitas ... 41

2.14. Ringkasan Kajian Literatur ... 44

BAB III GAMBARAN UMUM KAMPUNG PEKOJAN SEMARANG ... 46

3. 1 Gambaran Umum Kota Semarang ... 46

3. 2 Gambaran Umum Kelurahan Purwodinatan ... 51

3. 3 Gambaran UmumKampung Pekojan ... 52

BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK KAMPUNG UNTUK MENENTUKAN EKSISTENSI MORFOLOGI KAMPUNG PEKOJAN SEMARANG ... 60

4.1 Identifikasi Historis Perkembangan Kampung Pekojan Semarang ... 60

4.2 Analisis Kondisi Fisik Kampung Pekojan Semarang ... 61

4.2.1 Analisis Struktur Kawasan ... 62

4.2.2 Analisis Fungsional Kawasan ... 70

4.2.3 Analisis Visual Kawasan ... 77

(10)

x

4.3 Analisis Kondisi Non Fisik Kampung Pekojan Semarang ... 80

4.3.1 Aktivitas Ekonomi ... 81

4.3.2 Aktivitas Sosial Budaya ... 83

4.3.3 Aktivitas Keagamaan ... 84

4.4 Analisis Sistem Place ... 85

4.5 Merumuskan Pemahaman Perubahan Morfologi Kampung Pekojan ... 88

BAB V PENUTUP ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Rekomendasi ... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

xi DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Keaslian Penelitian ... 9

Tabel I.2 Data yang Dibutuhkan ... 13

Tabel I.3 Format Kartu Identitas ... 17

Tabel II.1Ringkasan Kajian Literatur ... 44

Tabel II.2 Variabel Terpilih ... 45

Tabel III.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Purwodinatan Menurut Agama Tahun 2005-2010 ... 51

Tabel III.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Purwodinatan Menurut Mata Pencaharian Tahun 2005-2010 ... 52

Tabel III.3 Jumlah Penduduk Kampung Pekojan Semarang Tahun 2005-2010 ... 56

Tabel IV.1Sintesa Analisis ... 89

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Wilayah Studi... 7

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran ... 10

Gambar 1.3 Kerangka Analisis ... 19

Gambar 2.1 Blok Tunggal ... 23

Gambar 2.2 Blok Pendefinisi Sisi ... 23

Gambar 2. 3 Blok Medan ... 23

Gambar 2.4 Sistem Tertutup yang Linier ... 24

Gambar 2.5 Sistem Tertutup yang Memusat ... 24

Gambar 2.6 Sistem Terbuka yang Sentral ... 24

Gambar 2.7 Sistem Terbuka yang Linier ... 25

Gambar 2.8 Pola Kawasan secara Struktural ... 25

Gambar 2.9 Garis (Line)... 26

Gambar 2.10 Koridor (Corridor) ... 27

Gambar 2.11 Sisi (Edges)... 27

Gambar 2.12 Sumbu (Axis) ... 27

Gambar 2.13 Irama (Rythm) ... 27

Gambar 2.14 Linkage Struktural Tambahan ... 28

Gambar 2.15 Linkage Struktural Sambungan ... 28

Gambar 2.16 Linkage Struktural Tembusan... 28

Gambar 2.17 Compositional Form ... 29

Gambar 2.18 Megaform ... 29

Gambar 2.19 Groupform ... 30

Gambar 2.20 Sistem Pola Jalan Tidak Teratur ... 31

Gambar 2.21 Sistem Pola Jalan Radial Konsentris ... 31

Gambar 2.22 Sistem Pola Jalan Tidak Teratur ... 32

Gambar 2.23 Pola Perkampungan Linier ... 34

Gambar 2.24 Pola Perkampungan Radial... 34

Gambar 2.25 Pola Perkampungan Konsentrik ... 35

Gambar 2.26 Pola Perkampungan Terpencar ... 35

Gambar 2.27 Contoh Arsitektur Cina ... 37

Gambar 2.28 Contoh Arsitektur Arab ... 38

(13)

xiii

Gambar 2.29 Contoh Arsitektur Jawa ... 39

Gambar 2.30 Rangkaian Tindakan dan Pengeruh Nilai-Nilai yang Menimbulkan Perubahan (Model Chapin) ... 41

Gambar 2.31 Elemen Pembentuk Aktivitas Kawasan ... 42

Gambar 3.1 Batas Admisnistrasi Kota Semarang ... 46

Gambar 3.2 Wilayah Kampung Pekojan Semarang ... 53

Gambar 3.3Kampung Pekojan Semarang ... 54

Gambar 3.4 Masjid Jami’ di Kampung Pekojan ... 55

Gambar 3.5 Aktivitas Perdagangan dan Jasa Kampung Pekojan Semarang ... 58

Gambar 3.6 Aktivitas Keagamaan Kampung Pekojan Semarang ... 59

Gambar 4.1 Pola Figure Ground Wilayah Studi ... 64

Gambar 4.2 Elemen Solid Void ... 67

Gambar 4.3 Pola Jaringan Jalan dan Pola Perkampungan ... 69

Gambar 4.4a Elemen Garis (Line) ... 72

Gambar 4.4b Elemen Koridor (Corridor) ... 73

Gambar 4.4c Elemen Sumbu (Axis) ... 74

Gambar 4.5 Elemen Sambungan ... 75

Gambar 4.6 Elemen Groupform ... 76

Gambar 4.7 Bangunan Etnis Cina ... 78

Gambar 4.8 Bangunan Etnis Arab ... 79

Gambar 4.9 Bangunan Etnis Jawa ... 80

Gambar 4.10 Aktivitas Ekonomi ... 82

Gambar 4.11 Kondisi Aktivitas Ekonomi ... 83

Gambar 4.12 Aktivitas Sosial Budaya ... 84

Gambar 4.13 Aktivitas Keagamaan ... 85

Gambar 4.14 Poort di Pekojan Lor ... 87

Gambar 4.15 Tanda Kias Tionghoa yang Berada di Tembok Kanan Petolongan ... 87

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan suatu bentuk ungkapan ekspresi kehidupan manusia sebagai alkulturasi kehidupan budaya, ekonomi dan sosial yang tertuang dalam bentuk fisik sedangkan morfologi adalah ekspresi bentuk keruangan kota yang tidak hanya mencakup tampilan produk visual saja (kota sebagai produk) namun juga melibatkan unsur-unsur nonfisik yang turut berproses dalam perubahan itu (kota sebagai proses) (Zahnd, 1999 : 181). Kehidupan dan perkembangan perkotaan terutama di kota-kota besar dan metropolitan telah berkembang pesat pada era pembangunan sentralisasi orde baru. Pembangunan perkotaan dari hasil pembangunan selama ini telah menciptakan kota-kota metropolitan sebagai pusat pertumbuhan yang mendorong proses urbanisasi. Perkembangan kota telah menyumbangkan secara dominan pertumbuhan ekonomi negara. Proses urbanisasi terus didorong melalui pembangunan kota-kota menengah kebawah. Dari sejarah pertumbuhan kota-kota, maka urbanisasi sebagai proses perkembangan kota bukan hanya dikembangkan di luar negeri seperti pada kota-kota metropolitan pada saat sekarang ini. Dengan berkembangnya kota maka akan berubah pula morfologi perkotaan yang disebabkan karena banyaknya faktor yang salah satunya yaitu proses urbanisasi. Dengan adanya proses urbanisasi maka akan semakin bertambah padatnya isi suatu perkotaan yang menyebabkan perubahan morfologi suatu perkotaan (Soetomo, 2002: 14). Proses terbentuknya morfologi kota (urban morphology) merupakan proses terbentuknya kehidupan kota (non pertanian). Kota pada akhirnya merupakan pusat kekuasaan maupun pusat ekonomi wilayah yang menyedot pencari kerja, menciptakan kehidupan yang heterogendan kesenjangan dan permasalahan sosial pun terjadi (Soetomo, 2002: 102).

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk pola dan tata ruang kota dengan melihat penataan atau formasinya yang selalu mengalami perubahan maupun penambahan layer pembentuk kota yang terjadi dalam proses pembentuk dan perkembangan kota itu sendiri yang panjang (Zahnd, 1999: 181). Produk morfologi kota dapat dipandang sebagai hasil evolusi sejaah kehidupan yang ditentukan oleh dua keputusan yaitu oleh perencana dan oleh proses perkembangan kota (Kostof dalam Soetomo, 2002 : 82). Morfologi merupakan pembahasan bentuk geometris untuk memberi makna pada ungkapan ruang yang dikaitkan dengan nilai ruang tertentu sedangkan untuk nilai ruang sangat berkaitan dengan organisasi ruang, hubungan ruang dan bentuk ruang, perwujudan spasial fisik merupakan produk kolektif perilaku budaya masyarakat serta

1

(15)

2

pengaruh kekuasaan tertentu yang melatarbelakanginya. Karakteristik suatu tempat bukan hanya sekedar mewadahi kegiatan fungsional secara statis, melainkan menyerap dan menghasilkan makna berbagai kekhasan suatu tempat antara lain fisik bangunan, komposisi dan konfigurasi bangunan dengan ruang publik serta kehidupan masyarakat setempat. Perubahan morfologi tidak lepas dari pendukung kegiatan (activity support) karena adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kawasan dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang yang menunjang keberadaan ruang-ruang umum. Activity support muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum tersebut bersifat saling mengisi dan melengkapi (Soetomo, 2002).

“ The Kampung is a residential segment of the city that is characterized by substandard living space of populationi “(Krause dalam Danarti, 1975). Kampung merupakan suatu kesatuan masyarakat tradisional dengan kebiasaan - kebiasaan tradisional dan umumnya berlokasi di sekitar pusat kota. Menurut kamus Bahasa Indonesia pengertian kampung adalah desa, dusun atau kelompok rumah - rumah yang merupakan bagian kota dan biasanya rumah - rumahnya kurang bagus.

Kampung kota merupakan kelompok perumahan yang ada di bagian kota dan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, kurang sarana dan prasarana dan tidak memiliki luasan tertentu.

Jadi dapat diartikan bahwa bangunan-bangunan yang dibangun adalah bangunan yang tidak formal(mengikuti ketentuan-ketentuan kota yang bersangkutan) sehingga kampung kota dihuni sangat padat dan cenderung semakin padat. Dalam kampung kota yang padat terdapat berbagai masalah yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan kondisi sosial budaya ekonomi penduduknya.

Dikampung kota, sarana seperti air bersih, MCK, Listrik, dan berbagai prasarana lingkungan seringkali tidak tersedia dengan baik. Kampung kota juga tidak memiliki fasilitas-fasilitas seperti peribadatan, sekolah, puskesmas, balai pertemuan, dan lapangan olahraga selain itu jalan-jalan kampung umumnya sempit dan tidak diperkeras. Dengan tidak adanya fasilitas-fasilitas yang terdapat di Kampung Kota maka akan berpengaruh pada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

Kampung kota adalah permukiman pada area kota yang dibentuk oleh konsep keruangan pada kurun waktu yang sangat lama. terbentuknya kampung kota umumnya tidak didahului oleh para perencanaan infrastruktur sehingga jaringan kotanya kurang memadahi. Kampung kota pada dasarnya ada saat jaman kolonial Belanda. Bila dikaitkan dengan sejarah perkembangan kota-kota di Indonesia, kota-kota tersebut tumbuh dan berkembang dari orang-orang kolonial. Kondisi ini membawa akibat dalam kebijaksanaan perencanaan dan perancangan kota yang menempatkan bagi orang-orang Belanda dan warga elite lainnya pada kawasan-kawasan kota yang dilayani oleh

(16)

3

infrastruktur kota yang mewadahi. Sedangkan untuk permukiman warga pribumi, pemerintah membiarkan mereka mengatur permukimannya di bagian belakang dengan pelayanan infrastruktur yang sangat minim bahkan sama sekali tidak terdapat pelayanan infrastruktur. Dengan perencanaan tersebut, pada saat itulah muncul istilah kawasan kampungan.

Selain itu, kampung kota merupakan akar budaya permukiman khas di Indonesia. Di dalamnya, penghuni dengan berbagai latar belakang status sosial dan ekonomi dapat bertahan hidup di tengah kemajuan kota yang pesat. Dalam situasi krisis yang tidak menguntungkan, keberadaan kampung kota menjadi penting karena di dalamnya terdapat beragam proses unik yang dilakukan oleh penghuni berpenghasilan menengah ke bawah sesuai dengan kemampuannya yang terbatas. Kampung kota merupakan kawasan hunian masyarakat berpenghasilan rendah dengan kondisi fisik kurang baik. Kampung kota merupakan kawasan permukiman kumuh dengan ketersediaan sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali. Kampung merupakan lingkungan tradisional khas Indonesia, ditandai ciri kehidupan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat. Kampung kota adalah suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan penduduk masih membawa sifat dan prilaku kehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat, tentunya diikuti dengan kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan, kerapatan bangunan dan penduduk tinggi. Hunian yang sudah padat ini cenderung akan terus memadat. Keberadaan ruang dengan fungsi tumpang tindih akan terus berlanjut. Pertambahan ruang secara vertikal cenderung akan menjadi cara untuk terus meningkatkan fungsi-fungsi hunian yang semakin kompleks (Soetomo, 2002).

Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang berbatasan dengan laut Jawa dan merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang perkembangannya sebagian besar dipengaruhi oleh fungsinya sebagai kota pelabuhan sejak jaman kolonial. Hal ini menyebabkan banyaknya akulturasi budaya yang terjadi antara pendatang dengan warga pribumi. Percampuran ini juga mempengaruhi aspek arsitektural di Semarang. Dalam hal penataan kota, kedatangan ras- ras pendatang itu juga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dan perkembangan pada kota Semarang. Mayoritas masyarakatnya bermatapencaharian sebagai pedagang dan beragama Islam. Dari tahun ke tahun, Kota Semarang mengalami perkembangan yang cukup menarik.

Semarang merupakan tempat yang menarik bagi para pedagang luar negeri. Tak heran apabila Pelabuhan Semarang telah diupayakan menjadi bandar internasional, dimana banyak saudagar melakukan transit dan transaksi perdagangan di wilayah tersebut. Bahkan banyak dari mereka yang akhirnya memilih untuk bertempat tinggal di Semarang. Salah satu kampung tua di Semarang yang memiliki karakteristik sebagai kampung multi etnik yaitu kampung Pekojan. Kampung Pekojan merupakan kampung kota yang berada di Kota Semarang. Kampung Pekojan terletak di Kelurahan Jagalan, kecamatan Semarang Tengah yang membentang dari perempatan Jl.Agus Salim (dahulu

(17)

4

Jurnatan) ke selatan berhenti di kali Semarang. Dahulu kala kata Pekojan diambil dari nama "Koja"

yaitu suatu daerah di seberah barat India, yang saudagarnya banyak merantau dan menetap di daerah ini. Kampung Pekojan terdiri dari tiga etnis yang berbeda, yaitu Cina, Koja dan Jawa (Semarang.go.id).

Perubahan morfologi di Kampung Pekojan dapat dilihat dari bangunannya yaitu asal usul masjid yang tidak terlepas dari sejarah kawasan atau Kampung Pekojan-Petolongan. Jalan kampung ini bermuara di jalan yang lebih besar yang kemudian dinamakan Pekojan. Tanah antara jalan yang lebih besar ini dan Kali Semarang dulu berupa tegalan dengan beberapa kuburan.

Bangunan induk masjid yang berbentuk bujur sangkar berukuran 16 x 16 meter itu sampai sekarang masih kukuh. Adapun kondisi sekarang, di bagian samping masjid telah berdiri bangunan baru termasuk Sekolah Dasar Ma'had Islam. Masjid ini terletak di perkampungan padat yang dipenuhi rumah berjejer rapat. Masjid Pekojan merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal dan tidak bertingkat. Bentuk atapnya tajuk bersusun dua dengan puncak yang dihiasi mahkota (mustaka). Atap ini ditutup dengan genting. Terdapat jendela loteng yang menghadap ke empat arah sisi masjid dan ini berfungsi sebagai lubang angin. Pada kompleks masjid itu juga terdapat menara yang kini langsung menghadap ke jalan. "Menara ini merupakan tambahan baru dari bangunan abad ke-20. Bagian puncak menara berupa serambi yang agak tertutup dan atap menara tersebut berbentuk kubah. Di sekitar masjid awalnya adalah kuburan masyarakat pribumi dan keturunan Timur Tengah yang disebut orang Koja. Namun, oleh Belanda kuburan tersebut diusulkan dipindahkan dan daerah itu dibangun untuk permukiman. (Suara Merdeka: Kamis, 6 November 2003).

Salah satu tempat ibadah yang dibangun pada zaman kolonial Belanda tersebut Masjid Jami Petolongan, yang berada di Jalan Petolongan, Semarang menilik dari prasati yang ditemukan didinding dalam masjid jelas masjid tersebut dibangun pada tahun 1309 Hijriah atau 1878 Masehi.

Sebelumnya masjid itu berbentuk mushola kecil. Namun oleh enam orang yang merupakan keturunan Pakistan mushola kecil itu dirombak dan dibangunlah masjid yang ememiliki arsitektur mirip dengan Masjid Agung Kauman Semarang itu. Saat ini salah satu masjid tua di Semarang itu telah mengalami banyak renovasi, terakhir kali masjid itu direnovasi secara besar- besaran pada tahun 1975-1980. Meski telah mengalami banyak renovasi, namun banyak benda kuno yang masih bisa temukan di ruang utama masjid. Mimbar masjid terbuat dari kayu jati dan sangat kuno, diatas imamam terdapat ukiran bintang dan bulan sabit yang merupakan ciri khas masjid di zaman dulu. (Napak Tilas 15 Agustus 2010).

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa di Kampung Pekojan masih terdapat mesjid yang dipercaya sebagai peninggalan para leluhur kota Semarang. Warga Pekojan mempertahankan tradisi leluhur sebagai bentuk penghormatan.

(18)

5

1.2 Perumusan Masalah

Kampung Pekojan merupakan tempat tinggal penduduk dari berbagai keturunan yaitu Cina, Arab dan Jawa. Ketiga etnis yang tinggal di kampung Pekojan yang dekat dengan pusat kota itu mayoritas bekerja sebagai pedagang. Berbagai macam etnis ini membawa pengaruh yang besar dalam perkembagan kampung Pekojan. Dengan melihat kondisi perkembangan Kota Semarang, maka terdapat rumusan permasalahan yang dihadapi oleh Kampung Pekojan, diantaranya yaitu :

a. Adanya ketidakjelasan mengenai peruntukkan fungsi Kampung Pekojan b. Perubahan bangunan masjid Kampung Pekojan. Arsitektur Masjid jamik

Pekojan memang menunjukkan ciri yang berasal dari tahun-tahun tersebut.

Akan tetapi hal ini dimungkinkan karena setiap saat bisa saja masjid tersebut dipugar atau direnovasi oleh siapa pun yang mempunyai nadzar.

c. Tumbuhnya aktivitas perdagangan dan jasa juga sangat mempengaruhi perkembangan kampung

d. Penambahan bangunan dari bangunan asli yang disebabkan karena kebutuhan masyarakat

e. Berkembangnya aktivitas perdagangan dan jasa di kampung Pekojan yang mengikuti alur sejarah

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan eksistensi morfologi kampung Pekojan Semarang sebagai kampung multi etnis di Kota Semarang.

1.3.2 Sasaran

Adapun sasaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam penelitian, diantaranya yaitu :

a. Mengetahui sejarah Kampung Pekojan

b. Mengidentifikasi kondisi eksisting dari segi fisik yang meliputi pola jalan, bentuk arsitektur dan pola perkampungan dan non fisik yang dilihat dari segi sosial budaya, ekonomi dan keagamaan

c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan eksisistensi morfologi kampung Pekojan Semarang

(19)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan, yaitu dengan mengetahui faktor-faktor yang menentukan eksistensi kampung Pekojan, maka kampung Pekojan merupakan kampung yang dipertahankan karena merupakan salah satu kampung yang memiliki multi etnis di Kota Semarang.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian dibagi menjadi 2 (dua) yaitu ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup substansial.

1.5.1 Ruang Lingkup Spasial

Kampung Pekojan merupakan salah satu kawasan yang berada di Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah yang memiliki batas-batas sebagai berikut :

 Utara : Kompleks Ruko Jurnatan

 Timur : Kecamatan Semarang Timur

 Selatan : Kelurahan Jagalan

 Barat : Kampung Purwodinatan

Di kampung tersebut pada mulanya merupakan kampung milik Tasripin.

Tasripin merupakan seorang yang sangat kaya raya dan semua tanahnya dimiliki olehn Tasripin. Banyak sebagian masyarakat yang hidupnya dahulu bergantung pada Tasripin.

Akan tetapi seiring dengan perkembangan kota yang sangat pesat, maka penduduk pendatang telah tinggal di kampung tersebut dan mereka yang tadinya menyewa tanah untuk tempat tinggal sekarang penduduk pendatang tersebut telah menetap tinggal di kampung tersebut.

Ada beberapa justifikasi yang menjadi pertimbangan terkait dengan ruang lingkup wilayah studi dalam penelitian ini, antara lain :

a. Berada di wilayah Kota Semarang yang dapat dikatakan sebagai pusat kota b. Perkampungan suku 3 (tiga) etnis yang tinggal dalam satu kawasan

c. Adanya proses pembelajaran dalam kehidupan masyarakat Kampung Pekojan

Kampung Pekojan terletak di RW III Kelurahan Purwodinatan. Berbeda dengan Taman Wimangun, Kampung Taman Wimangun mempunyai beberapa kampung antara lain Petemesan, Petolongan, Pekojan Tengah, Pesantren, Bustaman, Begog, Bustaman gedong, kertobangsan, kampung Malang. Namun, untuk wilayah studi Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini:

(20)

7

Sumber: Bappeda Kota Semarang

Gambar 1.1

Peta Admisnistrasi Wilayah Studi

(21)

8

1.5.2 Ruang Lingkup Substansial

Ruang lingkup substansial dalam penelitian ini menitikberatkan pada analisis mengenai perubahan Kampung Pekojan akibat dari perkembangan Kota Semarang.

Adapun, fokus pembahasan dalam penelitian ini akan dibatasi seperti berikut ini :

a. Definisis operasional mengenai eksistensi yaitu: Eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa inggris exist yang diartikan sebagai hal berada ataupun keberadaan. Eksistensi dalam penelitian ini adalah keberadaan dan makna Kampung Pekojan.

b. Mengetahui sejarah Kampung Pekojan Semarang

Dalam hal ini, peneliti akan melihat seperti apa sejarah Kampung Pekojan.

Dengan mengetahui sejarah Kampung Pekojan maka peneliti akan dapat mengetahui gambaran Kampung Pekojan pada masa lampau sehinggadapat mengetahui perubahan yang ada di Kampung Pekojan.

c. Mengidentifikasi kondisi eksisting dari segi fisik yang meliputi pola jalan, bentuk arsitektur dan pola perkampungan dan non fisik yang dilihat dari segi sosial budaya, ekonomi dan keagamaan

Dalam hal ini, penelitian ini akan melihat bagaimana kondisi di kampung pekojan dan memahami kondisi lingkungan pada kampung tersebut sehingga kita akan dapat mengetahui seperti apa kondisi kampung pekojan pada saat ini dan peneliti akan melihat dan mengidentifikasi masyarakat yang tinggal di Kampung Pekojan Semarang dari segi sosial budaya, ekonomi dan keagamaan sehingga peneliti mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat yang tinggal di Kampung Pekojan Semarang dan apakah terdapat perubahan di kampung pekojan dilihat dai segi fisik maupun nonfisiknya.

d. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan eksistensi morfologi kampung Pekojan Semarang

Setelah peneliti mengetahui kondisi eksisting maka peneliti akan mengetahui mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan eksistensi morfologi pada kampung pekojan.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai morfolgi suatu kawasan pernah dilakukan sebelumnya dengan judul “Studi Komparatif Pola Morfologi Kota Gresik dan Kota Demak sebagai Kota Perdagangan danKota Penyebaran Agama Islam” oleh Servina Mahardini, 2004. Perbedaan pada penelitian yaitu terletak pada lokasi penelitian dan hasil yang akan dicapai.

(22)

9

Tabel I.1 Keaslian Penelitian N

No. Pengarang Judul Tujuan Hasil

1 1.

Servina Mahardini, 2004

Studi Komparatif Pola Morfologi Kota Gresik dan Kota Demak sebagai Kota perdagangan dan kota penyebaran pusat agama Islam

Membandingkan Kota Gresik dan Kota Demak dilihat dari sejarahnya yang dipengaruhi oleh perdagangan dan penyebaran agama Islam

Mengetahui perbedaan

morfologi Kota Gresik dan Kota Demak

2 2.

Umi Feryanti, 2005 Kajian Morfologi dan Pola Ruang Kawasan Pusat Kota Banyumas

Mengetahui

morfologi serta pola ruang pusat kota Banyumas

Deskripsi

mengenai pola

ruang kota

Banyumas

3 3.

Aunurrofieq, 1998 Studi Karakteristik

Pola Ruang

Kampung Kota di

Pusat Kota

Semarang (Kasus:Taman Wimangun)

Memberikan pertimbangan perencanaan peremajaan

kampung kota di

pusat Kota

Semarang di masa mendatang

Mengetahui seperti apa pola ruang kampung di pusat Kota Semarang

4. Wahjoerini, 2010 Faktor-Faktor yang Menentukan

Eksistensi

Morfologi Kampung Pekojan Semarang sebagai Kampung Multi Etnis

Mengkaji Faktor-

Faktor yang

menentukan eksistensi Morfologi

Kampung Pekojan Semarang

Mengetahui Faktor-Faktor yang menentukan eksistensi

Morfologi

kampung Pekojan Semarang

Sumber : Analisis Peneliti, 2011

(23)

10

1.7 Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini dibuat untuk mempermudah identifikasi terhadap perubahan morfologi Kampung Pekojan Semarang. Kerangka pikir ini dimulai dari latar belakang, perumusan masalahan, Research Question, analisis, dan pada akhirnya mengeluarkan output dari penelitian tersebut. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian dapat dilihat pada gambar 1.2:

Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2011 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran

Faktor Perubahan Kampung Pekojan Isu Permasalahan

Adanya ketidakjelasan mengenai peruntukkan fungsi Kampung Pekojan

Perubahan bangunan masjid Kampung Pekojan. Arsitektur Masjid jamik Pekojan memang menunjukkan ciri yang berasal dari tahun-tahun tersebut. Akan tetapi hal ini dimungkinkan karena setiap saat bisa saja masjid tersebut dipugar atau direnovasi oleh siapa pun yang mempunyai nadzar.

Tumbuhnya aktivitas perdagangan dan jasa juga sangat mempengaruhi perkembangan kampung

Penambahan bangunan dari bangunan asli yang disebabkan karena kebutuhan masyarakat

Tujuan Penelitian

Mengetahui faktor yang menentukan eksistensi morfologi kampung Pekojan saat ini yang mengikuti perkembangan Kota Semarang

Sasaran Penelitian

Mengetahui sejarah Kampung Pekojan

Mengidentifikasi kondisi eksisting dari segi fisik yang meliputi pola jalan, bentuk arsitektur dan pola perkampungan dan non fisik yang dilihat dari segi sosial budaya, ekonomi dan keagamaan

Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan eksistensi morfologi kampung Pekojan Semarang

Mengidentifikasi Morfologi Kampung Pekojan Semarang

Identifikasi kondisi fisik Kampung Pekojan Semarang:

 Struktur kawasan: solid void (Pola ruang dan keteraturan massa bangunan) dan pola jaringan jalan, pola perkampungan

 Fungsional kawasan: sistem linkage

 Visual kawasan : bentuk arsitektur

Identifikasi kondisi non fisik Kampung Pekojan Semarang:

Sistem Aktivitas (social

budaya, ekonomi,

keagamaan)  sistem place

Analisis Fisik Kawasan:

 Analisis Struktur Kawasan

 Analisis Fungsional Kawasan

 Analisis Visual Kawasan

Analisis Sistem Aktivitas

 Sosial Budaya

 Ekonomi

 Keagamaan Perubahan Kampung Pekojan

Faktor-faktor yang menentukan eksistensi morfologi sehingga masyarakat yang mempertahankan hidupnya untuk tetap tinggal di kampung tersebut

Kesimpulan dan Rekomendasi

(24)

11

1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Tahapan Penelitian

Pada tahapan penelitian, peneliti akan menjelaskan mengenai tahapan sebelum melakukan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, hendaknya peneliti akan membuat proposal penelitian terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam proses tugas akhir. Selain itu, peneliti juga melakukan survei pendahuluan. Survei pendahuluan ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui kondisi atau sedikit gambaran mengenai wilayah studi (Kampung Pekojan Semarang).

1.8.1.1 Metode Penelitian

Data yang diperoleh dari lapangan untuk menentukan eksistensi morfologi kampung Pekojan Semarang adalah dengan melakukan analisis yaitu analisis deskriptif.

Dalam deskriptif, paneliti tidak hanya melakukan pengamatan saja, namun juga melakukan wawancara yang dilakukan kepada responden terpilih, seperti sejarah Kampung Pekojan untuk menentukan eksistensi morfologi kampung tersebut. Morfologi suatu kota menjelaskan kondisi suatu kawasan yang terdiri dari beberapa unsur, seperti struktural, fungsional, serta analisis aktivitas untuk menjelaskan interaksi yang dapat membentuk suatu kawasan tersebut. Dengan uraian diatas, maka diharapkan data yang diperoleh dapat diolah dan menjelaskan kawasan tersebut sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk tahapan selanjutnya.

1.8.1.2 Metode Pengumpulan Data a. Data primer

Data primer merupakan data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pertama. Untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan cara:

 Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung atau tatap muka kepada pimpinan instansi dan beberapa warga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut sesuai dengan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

 Observasi  dengan menggunakan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis serta mendokumenntasikannya tehadap kegiatan yang ada sehingga dapat memperoleh hasil sesuai dengan sasaran.

(25)

12

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder diperoleh dari kajian literatur yang diperoleh dari buku, jurnal,dan data instansional.

1.8.2 Kebutuhan Data

Data yang digunakan untuk melakukan kajian faktor-faktor yang menentukan eksistensi morfologi Kampung Pekojan dapat dilihat pada tabel 1.2.

1.8.3 Teknik Analisis

Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian yaitu teknik analisis deskriptif.

Beberapa analisis deskriptif yang digunakan adalah : a. Deskriptif

Merupakan teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis (Moleong, 2003 : 163). Teknik analisis ini mentransformasikan data mentah ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti dan diinterpretasikan serta menyusun dan menyajikan data menjadi suatu informasi yang jelas (Kusmayadi dan Sugiharto, 2000 : 178).

Dalam penelitian, metode ini digunakan untuk mengidentifikasi sejarah, identifikasi kondisi fisik kampung dan nonfisik kawasan. (Andriesna, Jessie Mida, 2010).

b. Normatif

Analisis normatif melakukan kajian dengan memaparkan keadaan sesuai dengan hasil yang didapat di lapangan dengan pedoman yang ideal yang sesuai dengan kajian teori maupun literatur yang didapatkan. Pedoman ini juga bisa berupa pedoman yang telah distandarkan oleh institusi tertentu sesuai peraturan atau kebijakan penataan ruang yang terkait dengan ruang budaya, kondisi setempat seperti tradisi atau adat istiadat ruang budaya dan sebagainya (Andriesna, Jessie Mida, 2010).

(26)

13

Tabel 1.2 Data yang Dibutuhkan N

No Sasaran Variabel Kebutuhan Data Tahun Metode Analisis

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber data

1 1.

Identifikasi Historis perkembangan kota khususnya Kampung Pekojan semarang

Sejarah Kampung Pekojan

- Sejarah perkembangan kampung

- Mulai awal hingga sekarang

Analisis Deskriptif - Primer (observasi lapangan dan wawancara) - Sekunder

Sejarahwan dan tokoh masyarakat

Literatur

Gambaran Umum wilayah studi

- Peta wilayah studi

Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Sekunder : Survei instansi

Bappeda

Kelurahan - Peta

penggunaan lahan

Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Sekunder : Survei instansi

Bappeda

- Data monografi kelurahan

Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Sekunder : Survei instansi

Kelurahan 2

2.

Identifikasi karakter fisik kawasan

Pola jaringan jalan  Peta foto udara

 Peta jaringan jalan

Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Sekunder :

Survey instansi

Bappeda

Linkage Kawasan  Peta Foto udara

 Peta keterkaitan ruang kawasan

Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Sekunder : Survey instansi

Bappeda

Pola ruang dan keteraturan massa bangunan

 Peta foto udara

 Peta solid void kawasan

Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Sekunder : Survey instansi

Bappeda

Bentuk arsitektur bangunan

 Foto observasi Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Primer :

Observasi lapangan

Dokumentasi survey lapangan

Pola Perkampungan  Peta foto udara

 Peta pola ruang kawasan

Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Sekunder :

 Survey instansi Bappeda

(27)

14

N

No Sasaran Variabel Kebutuhan Data Tahun Metode Analisis

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber data

 Peta Pola kampung Semarang 3

3.

Identifikasi karakter non fisik kawasan

Sistem aktivitas  Jenis aktivitas kawasan:

 Kondisi sosial budaya

 Kondisi Perekonomian

 Aktivitas keagamaan

Eksisting Terbaru

Analisis Deskriptif Primer :

Observasi lapangan

Wawancara Sekunder :

Kajian literatur

Tokoh masyarakat

Pengusaha (masyarakat)

Dokumentasi survey lapangan

Literatur

Sumber : Analisis Peneliti, 2011

(28)

15

Untuk tahapan kajian serta analisis yang akan dilakukan dalam penelitian berdasarkan teknik analisis yang telah dipaparkan diatas yaitu:

a. Sejarah perkembangan Kampung Pekojan Semarang

Untuk mengetahui sejarah perkembangan Kampung Pekojan Semarang tentunya kita melihat seperti apa Kampung Pekojan pada waktu sebelumnya sehingga kita mengetahui gambaran Kampung Pekojan pada masa lampau sehingga kita akan mengatahui perkembangan yang terjadi di Kampung Pekojan Semarang yang akan diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif.

b. Identifikasi Fisik Kampung Pekojan Semarang

Untuk mengetahui seperti apa kondisi fisik kampung Pekojan Semarang akan diperoleh melalui analisis deskriptif. Hal ini dikarenakan melihat kondisi ini berdasarkan literatur serta hasil dari wawancara kepada masyarakat Kampung Pekojan.

Analisis kondisi fisik ini meliputi struktural, fungsional dan visual kawasan. Dengan mengidentifikasi kondisi fisik kampung maka kita dapat mengetahui fisik kampung pada saat ini. Dengan menggunakan analisis Figure Ground untuk menganalisis produk (karakteristik fisik), hal ini disebabkan karena untuk melihat produk, peneliti melihat secara keseluruhan seperti apa kondisi fisik yang ada di Kampung Pekojan Semarang sehingga peneliti dapat menyajikan informasi yang jelas bagi pembaca.

c. Identifikasi Nonfisik Kampung Pekojan Semarang

Identifikasi fisik meliputi kondisi sosial budaya, ekonomi dan keagamaan.

Dengan menganalisis karateristik non fisik Kampung Pekojan akan melihat serta mengamati bagaimana dan seperti apa aktivitas masyarakat Kampung Pekojan Semarang. Sedangkan Place merupakan makna untuk memahami karakteristik budaya dan masyarakat dari ruang fisik. Peneliti akan melihat suatu makna yaitu seperti apa karakteristik suatu daerah yang sudah ada menjadi ciri khas di Kampung Pekojan Semarang agar masyarakat tidak merasa asing di dalam lingkungannya. yang terdapat Pada analisis ini penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengolah data yang ada dan dihubungkan dengan permasalahan yang diteliti, kemudian dideskripsikan sehingga menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang akan menjadi acuan dalam arahan perkembangan kawasan Kampung Pekojan ke depannya. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

 Peninjauan Lokasi

Kegiatan peninjauan lokasi biasanya mencakup membuat dokumentasi foto-foto dan catatan-catatan, memperbarui peta serta dokumen-dokumen yang lain yang tersedia yang mungkin bisa menjadi informasi latar belakang tentang lokasi tersebut.

(29)

16

 Survei di kawasan tersebut

Merupakan usaha untuk mengetahui kondisi lokasi yang sebenarnya sehingga dapat mensurvei wilayah yang lebih luas kondisi lokasi yang ada disana.

 Studi kasus mikro

Studi Kasus Mikro sangat dibutuhkan dalam perencanaan. Menurut Yiin (1984) studi kasus diperlukan untuk memahami gejala-gejala sosial yang kompleks.

 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode yang paling umum dan paling bermanfaat yang digunakan dalam perencanaan perkotaan. Wawancara bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik manusia dan sosial yang ada di dalamnya.

1.8.4 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan tahapan penting dalam menentukan hasil penelitian.

Pengolahan data dilakukan dalam identifikasi karakteristik Kampung Pekojan Semarang ini dengan beberapa tahapan diantaranya :

1. Pengkodean Wawancara

Pengkodean ini bertujuan untuk memudahkan dalam membaca data karena data telah dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori. Data yang telah diberi kode untuk selanjutnya akan dianalisis. Tujuan yang ingin didapatkan oleh peneliti dalam tahapan ini adalah untuk memudahkan peneliti dalam menyusun kembali data yang didapatkan. Berikut merupakan pengkodean data yang akan dilakukan, yakni:

Keterangan:

a : Jenis informasi yang diberikan b : Jenis responden

c : Nomor Responden d : Halaman informasi

e : Baris pernyataan dalam urutan alinea

Jenis informasi data pada penelitian ini dapat diberikan kode-kode dengan keterangan berikut:

KF : Kondisi fisik AKT : Aktivitas

W/a…/b…/c…/d…/e…

(30)

17

Kode jenis responden pada penelitian dengan keterangan sebagai berikut:

01 : Pemerintah 02 : Tokoh Masyarakat 03 : Pelaku Usaha

Tabel I.3 Format Kartu Identitas

No. Kartu Kode Informasi

W/a…/b…/c…/d…/e… ………

………

Sumber: Penyusun, 2011

2. Reduksi Data

Reduksi data yaitu mengurangi data-data hasil wawancara di lapangan. Hal ini penting dilakukan mengingat hasil wawancara akan menghasilkan informasi yang sangat banyak sehingga perlu diringkas agar lebih terstruktur. Ringkasan data informasi disesuaikan dengan kebutuhan data sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya.

3. Penyajian Data

Setelah memperoleh data, disajikan dalam bentuk deskriptif, grafik, diagram, foto, peta dan sebagainya.

4. Analisis Data

Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis. Tujuan dilakukannya analisis yaitu untuk menghasilkan output berupa temuan hasil penelitian.

1.8.5 Teknik Pengambilan Sampel

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subyektif, dimana persyaratan yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi sebagai sampel yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2006: 25). Purposive sampling ditujukan kepada instansi-instansi terkait untuk memperoleh informasi mengenai pandangan mereka mengenai kawasan Kampung Pekojan tersebut.

Untuk sampel yang diambil merupakan sampel yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu:

a. Pihak Instansi

 BAPPEDA Kota Semarang Kriteria :

- Mengetahui karakteristik Kota Semarang

(31)

18

- Mengetahui karakteristik Kampung Pekojan - Mengetahui perkembangan Kampung Pekojan

- Mengetahui aspek yang mempengaruhi perubahan kampung tersebut

Dari sampel yang diambil pada pihak instansi, peneliti ingin mengetahui informasi mengenai perkembangan Kampung Pekojan Semarang yang merupakan Kampung Kota yang berada di pusat Kota Semarang sehingga peneliti mengatahui perubahan (fisik) apa saja yang terjadi di Kampung Pekojan Semarang.

b. Tokoh masyarakat Kriteria :

- Penduduk yang sudah menetap di Kampung Pekojan - Berumur > 50 tahun

- Mengetahui sejarah perkembangan Kampung Pekojan

Dari sampel yang diambil pada tokoh masyarakat dengan kriteria tertentu, peneliti bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai historis kawasan Kampung Pekojan Semarang dan aktivitas non fisik yang terjadi di Kampung Pekojan Semarang.

(32)

19

GAMBAR 1.3 KERANGKA ANALISIS Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2011

INPUT PROSES OUTPUT

 Asal usul kampung

 Bangunan asal usul penghuni

 Asal penduduknya

Analisis Kampung Pekojan Semarang secara deskriptif

Karakteristik Kampung Pekojan Semarang

Analisis Deskriptif Struktur kawasan (Analisis Figure Ground)

Analisis place Karakteristik non fisik

Kampung Pekojan Semarang

 Pola jalan dan Pola Perkampungan

 Pola ruang dan keteraturan massa bangunan

 Sosial budaya,

 ekonomi,

 keagamaan

Analisis Deskriptif untuk menentukan eksistensi morfologi Kampung Pekojan Semarang

Faktor-Faktor yang menentukan eksistensi mofologi Kampung Pekojan

 Bentuk bangunan Analisis Fungsional kawasan (Analisis Linkage)

 Bentuk Arsitektur Analisis Visual kawasan

Kondisi pola jalan dan pola ruang

Fungsi kawasan

Karakteristik bangunan

(33)

20

1.9 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penyusunan Tugas Akhir ini yaitu : BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, sasaran dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian yang terdiri atas ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II MORFOLOGI KAMPUNG KOTA

Merupakan bab yang mengkaji dan memberikan pemahaman serta memberikan kajian teoritis mengenai judul penelitian Perubahan Morfologi Kawasan Kampung Pekojan yang Mengikuti Perkembangan Kota Semarang.

BAB III GAMBARAN UMUM KAMPUNG PEKOJAN SEMARANG

Bab ini berisi mengenai gambaran kondisi Kampung Pekojan yang dilihat dari kondisi fisik dan non fisik, sehingga dari bab III ini diharapkan dapat menghasilkan output analisis pada bab selanjutnya.

BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK KAMPUNG UNTUK

MENENTUKAN EKSISTENSI MORFOLOGI KAMPUNG PEKOJAN SEMARANG

Pada bab ini berisi mengenai analisis karakteristik kampung Pekojan Semarang sehingga peneliti menentukan eksistensi morfologi yang terjadi di Kampung Pekojan Semarang dan Faktor- Faktor yang menentukan eksistensi morfologi kampung Pekojan tersebut.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini diantaranya berisi temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian.

Gambar

Tabel I.1  Keaslian Penelitian  N
Tabel 1.2  Data yang Dibutuhkan  N
Tabel I.3  Format Kartu Identitas
GAMBAR 1.3  KERANGKA ANALISIS  Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2011

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan dan pembentukan dunia pendidikan yang akan menghasilkan output sempurna, menjadi peran besar seorang pendidik atau guru, dengan demikian, melihat

Selaras dengan kepemimpinan Nabi, prinsip-prinsip Good Governance juga bertumpu pada kepercayaan (trust) rakyat, yang memudahkan komunikasi antara pemerintah dengan

Membuat Evaluasi dan Pelaporan seluruh kegiatan yang dikuasainya yang meliputi persentase pelaksanaan kegiatan baik mencakup sasaran, keluaran maupun dampak kegiatan

Berdasarkan hasil dari analisis dan perancangan data warehouse PT Harmoni Dinamik Indonesia, dapat diambil simpulan, antara lain: (1) data mengenai penjualan dari stokis

Hasil eksperimen ketujuh menunjukkan bahwa apabila peristiwa banjir terjadi selama 90 hari dan stok obat yang tersedia sama dengan jumlah agen dalam simulasi maka, hampir 100 agen

Setelah semua pelatihan selesai dilakukan, ibu-ibu dan remaja putri Desa Gelung Kecamatan Panarukan dapat mencoba mempraktekkan usaha tersebut dirumah masing-masing,

integritas laporan keuangan, menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap corporate governance yang diukur melalui keberadaan komite audit dan

persentase hasil belajar siswa yang mencapai KKM, sedangkan berdasarkan pengujian normalitas hitung hasil belajar fisika siswa kelas VII B SMP Negeri 17 Bulukumba