• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BRAND EQUITY PRODUK SHAMPO MEREK TRESEMME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BRAND EQUITY PRODUK SHAMPO MEREK TRESEMME"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BRAND EQUITY

PRODUK SHAMPO MEREK TRESEMME

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi

Oleh :

Vevi Puspita Sari 09610135

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayat-Ny, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Brand Equity Produk Shampo Merek Tresemme”. Dengan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Didalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan mengenai brand equity pada shampo merek TRESemme. Dimana brand equity (kekuatan merek) merupakan hal yang sangat penting dalam pemasaran. Tanpa adanya merek yang kuat (brand equity), suatu produk yang berkualitas, dengan harga yang terjangkau, dan penempatan yang baik, tidak dapat merebut pangsa pasar (market share) yang besar, apabila konsumen sasarannya tidak mengenali, tidak bisa mengidentifikasi apalagi memiliki loyalitas terhadap merek produk tersebut.

Untuk melihat brand equity (kekuatan merek) pada shampo merek TRESemme dapat dilihat melalui beberapa elemen diantarannya adalah brand awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek), perceived quality (persepsi kualitas), dan brand loyalty (loyalitas merek). Dengan melihat keempat elemen tersebut akan diperoleh gambaran mengenai brand equity terhadap merek shampo TRESemme.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerja sama dari berbagai pihak yang telah memberikan doa, bimbingan, saran dan bantuan baik moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini,

(11)

peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat:

1. Bapak Dicky Wisnu Usdekriyanto, Drs, MM. dan Ibu Sri Nastiti, Dra, M.M. selaku Pembimbing Skripsi. Saya ucapkan terimakasih banyak atas waktu yang telah beliau luangkan, memberikan segala masukan, nasehat, dan segala ilmu yang dapat membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Nazaruddin Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Dra. Aniek Rumijati, M.M. selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Marsudi, H. SE., MM. dan Bapak Sri Joko, Drs. MM. selaku Dewan Penguji I dan II.

5. Segenap Dosen yang telah membagi segala ilmu, pengalaman, dan wawasan, serta seluruh pihak Fakultas maupun Jurusan yang telah memberikan berbagai pengetahuan serta ketrampilan, dan juga kepada Bapak dan Ibu Tata Usaha Fakultas atas segala pelayanan, dan keramahannya. Saya mengucapkan banyak terimakasih atas semua yang telah saya terima.

6. Kepada seluruh keluarga besar saya yang selalu mengiringi saya dengan doa, motivasi, dan semangat. Sehingga saya diberikan kelancaran serta semangat yang luar biasa dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

(12)

8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen khususnya angkatan 2009, yang Saling melengkapi selama proses pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Malang, semangat kebersamaanya, dan segala kondisi yang mempertemuakan kita untuk bersama-sama meraih cita-cita.

9. Serta berbagai pihak yang telah membantu dalam perjuangan skripsi ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Sekali lagi untuk semuanya saya ucapkan banyak terimakasih.

Semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan dan meridhai atas segala apa yang peneliti sampaikan dalam skripsi ini. Disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, oleh karena itu penaliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Harapan Peneliti agar tulisan ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, ….………..

Peneliti

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

II.TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Landasan Teori ... 11

1. Produk ... 11

2. Merek (Brand) ... 13

3. Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 17

4. Elemen – Elemen Ekuitas Merek ... 23

C. Kerangka Konsep ... 36

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 40

B. Jenis Penelitian ... 41

C. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 41

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Sumber Data ... 47

(14)

F. Metode Pengumpulan Data... 48

G. Pengukuran Data ... 48

H. Pengujian Instrumen Pengumpulan Data ... 50

I. Teknis Analisis Data ... 52

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Produk Tresemme ... 55

B. Hasil Penelitian ... 57

1. Karakteristik Responden ... 57

2. Pengujian Instrumen Penelitian ... 61

3. Distribusi Jawaban Responden ... 64

C. Pembahasan ... 87

1. Pembahasan Brand Awareness ... 88

2. Pembahasan Brand Association ... 91

3. Pembahasan Percieved Qualty ... 92

4. Pembahasan Brand Loyalty... 96

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 102

(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Brand Equity ... 23

Gambar 2.2 Piramida Kesadaran Merek ... 25

Gambar 2.3 Nilai Asosiasi Merek... 30

Gambar 2.4 Piramida Loyalitas Merek ... 35

Gambar 2.5 Kerangka Konsep... 36

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Daftar Merek Shampo ... 5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 58

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 60

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas ... 61

Tabel 4.5 Hasil Uji Realibilitas ... 63

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden (Unware of Brand) ... 65

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden (Brand Recognition) ... 66

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden (Brand Recall) ... 69

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden (Top of Main) ... 72

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden (Brand Association) ... 74

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden (Percieved Quality) ... 79

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden (Brand Loyalty) ... 84

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Anzie, P, L., 2012, Analisis Brand Equity E-banking BRI Syariah, skripsi. UMM. Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), PT.

Rineka Cipta, Jakarta.

_______, 2006, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Darmadi Durianto, et.al., 2004, Brand Equity Ten (Strategi Memimpin Pasar); Cetakan Pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Elokridani, 2008, Analisis Ekuitas Merek Sabun Mandi Lux, skripsi, UMM. Humdiana, 2005, Analisis Elemen-Elemen Ekuitas : Merek Produk Rokok Merek

Djarum Black, Jurnal Ekonomi Perusahaan, 12 (1).

Indrianto dan Supomo, 2002, Metodelogi Penelitian Bisnis; Edisi Pertama, BPFE. Yogyakarta.

Istijanto, 2005, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kotler, P. and Amstrong, G., 2001. Principle Of Marketing; Eighth Edition. Diterjemahkan oleh Damas Sihombing. Jilid I. Erlangga. Jakarta. _______, 2004, Prinsip-Prinsip Pemasaran; Edisi sepuluh, jilid 1, PT. Indeks

Kelompok, Jakarta.

Kotler, P., 2002, Manajemen Pemasaran; Edisi Millennium, Jilid 2, PT. Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, Keller, 2009, Marketing Management; Thirteenth Edition, Pearson Education, Inc. Diterjemahkan oleh Bob Sabran. Erlangga. Jakarta. Kuncoro, Mudrajat, 2009, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi; Edisi Tiga,

Erlangga, Jakarta.

(17)

R. Aritonang, R. Lerbin., 2005, Kepuasan Pelanggan (Pengukuran dan Penganalisisan dengan SPSS), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Malhotra, Naresh, K., 2005, Riset Pemasaran; Edisi Empat, Jilid 1, PT. Indeks,

Jakarta.

Rangkuti, F., 2002, The Power of brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek Plus Analisis Kasus dengan SPSS; Cetakan pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

_______, 2004, The Power of brands (Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek Plus Analisis Kasus dengan SPSS); Cetakan kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sitompul, Gunawan E., dkk., 1996, Teknik Statistika Untuk Bisnis & Ekonomi; Edisi Kesembilan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Sugiarto, dkk., 2001, Strategi Menaklukan Pasar (Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku merek); Cetakan Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugiono, 2002, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.

_______, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Tjiptono, Fandy, 2008, Strategi Pemasaran; edisi ke tiga, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Umar, Husein, 2002, Metode Riset Bisnis (Panduan Mahasiswa Untuk Melakukan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akutansi), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widayat, 2004. Metode Penelitian Pemasaran (Aplikasi software SPSS); Edisi Pertama, UMM Press. Malang.

Widayat, dan Amirullah, 2002, Riset Bisnis, CV. Cahaya Press, Malang. Agustina, 2012, Ingin Rambut Rapi Tapi Tak Sempat ke Salon? Ini Solusinya.

http://www.tribunnews.com/2012/10/11/ingin-rambut-rapi-tapi-tak-sempat-ke-salon-ini-solusinya. diakses 9 April 2013.

Hadafi, Robbik., 2012, Jumlah Penduduk Indonesia 225 juta. Koran Sindo, tanggal 1 Oktober 2012.

(18)

Marina Silalahi. 2012, Perempuan Style Seekers, Pasar Potensial Tresemme. http://mix.co.id/headline/perempuan-style-seekers-pasar-potensial-tresemme/. diakses 8 Januari 2013.

Procter & Gamble, 2012, Brands.

http://www.pg.com/en_US/brands/all_brands.shtml. diakses 3 februari 2013.

Persona Care, 2012.

http://www.unilever.co.id/brands/personalcarebrands/default.aspx. diakses 3 februari 2013.

Tresemme Hadir di Indonesia. Tanggal 12 Oktober 2012.

http://www.unilever.co.id/id/MediaRelation/siaranpers/2012/TRESemm eHadirdiIndonesia.aspx. diakses tanggal 30 Desember 2012.

Tresemme 2012 Collection. http://www.tresemme.co.id/products/. diakses tanggal 30 Desember 2012.

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi perekonomian suatu negara akan mengubah pola pikir

masyarakat. Demikian pula yang terjadi di Indonesia, masyarakat

menentukan sendiri barang dan jasa yang dikehendaki sesuai dengan

kemampuan ekonomis yang dimilikinya, sehingga para pengusaha sekarang

berorientasi ke arah pasar konsumen artinya kondisi pasar ditangan

konsumen. Dewasa ini keberadaan merek menjadi semakin penting. Merek

bukanlah hanya sekedar nama atau simbol saja. Merek menjadi satu

pembeda suatu produk dari produk lainnya, sekaligus menegaskan persepsi

kualitas seseorang membeli karena pengaruh sebuah merek.

Ratusan produk yang berbeda dalam satu kategori saling berebut untuk

memuaskan kebutuhan konsumen, sedangkan konsumen tidak mampu

mengingat semua produk yang ditawarkan sehingga hanya produk yang

memiliki ciri khas ataupun yang memiliki merek yang kuat saja yang

mampu membedakan dengan produk yang lain. Jadi jika sebuah merek

sudah dikenal dan di benak konsumen ada asosiasi tertentu terhadap sebuah

merek, merek tersebut dapat dibedakan dengan merek-merek yang lain.

Fungsi merek menurut Fandy Tjiptono (2005:104), digunakan untuk

beberapa tujuan, yaitu sebagai identitas dalam diferensiasi produk suatu

(20)

2

tarik produk, untuk membina citra dengan memberikan keyakinan,

jaminan, kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen, dan juga

mengendalikan pasar. Produk yang memiliki merek yang kuat cenderung

lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan persepsi

pelanggan.

Brand equity menurut David. A. Aaker (2001:4) adalah seperangkat

aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol,

yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Suatu

merek harus dikelolah degan baik agar ekuitas merek tidak mengalami

penurunan, brand equity terdapat lima kategori yang harus dipertimbangkan,

antara lain brand awareness (kesadaran merek) yang menunjukkan

kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat

kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu,

brand association (asosiasi merek) mencerminkan pencitraan suatu merek

terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya

hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis dan lain–

lain, perceived quality (persepsi kualitas) mencerminkan persepsi pelanggan

terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan

berkenaan dengan maksud dan harapan, brand loyalty (loyalitas merek)

mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek produk,

(21)

3

Menurut Durianto, dkk. (2004 : 77-78), Terdapat beberapa manfaat

dari merek yang kuat (brand equity) yaitu dapat membangun loyalitas yang

akan mendorong bisnis berulang kembali, merek yang kuat akan

memungkinkan tercapainya harga premium dan akhirnya memberikan laba

yang tinggi. Sebuah merek yang mapan akan memberikan kredibilitas untuk

sebuah produk baru. Menurut Aaker (1997) Merek yang kuat akan

membantu perusahaan dalam melakukan perluasan pangsa pasar dalam

menghadapi persaingan yang kompetitif. Pemasaran modern bertumpuh

pada penciptaan merek-merek yang bersifat membedakan (different)

sehingga dapat memperkuat citra merek perusahaan.

Berdasarkan uraian tadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya

membangun merek yang kuat merupakan salah satu kegiatan yang penting

dalam pemasaran. Tanpa adanya merek yang kuat, sebuah produk yang

berkualitas, dengan harga terjangkau dan penempatan yang baik, tidak dapat

merebut pangsa pasar yang besar apabila konsumen sasarannya tidak

mengenali, tidak bisa mengidentifikasi apalagi memiliki loyalitas terhadap

merek produk tersebut. Pentingnya kekuatan merek dalam pemasaran

modern memicu semakin ketatnya perang antar merek antara suatu

perusahaan dengan perusahaan pesaing. Seperti yang terlihat semakin

banyaknya produk-produk baru yang dikeluarkan oleh

perusahaan-perusahaan ternama, baik merek yang telah ada maupun produk baru dengan

(22)

4

Industri consumer goods merupakan perusahaan yang juga

menghadapi persaingan yang ketat, dimana industri ini memproduksi

barang-barang kebutuhan masyarakat seperti shampo, sabun, pasta gigi, dan

produk-produk perawatan pribadi lainnya. Industri ini cukup besar dalam

tingkat pertumbuhannya, hal ini disebabkan jumlah penduduk di Indonesia

semakin meningkat seperti yang dikemukakan Komisi Pemilihan Umum

(KPU) dalam Sindonews.com menetapkan bahwa jumlah penduduk

Indonesia mencapai jumlah sebanyak 255.587.718 jiwa yang tercantum

dalam surat keputusan KPU Nomor 156/Kpts/KPU/TAHUN 2012 tertanggal

9 Agustus 2012. Jadi, tidaklah mengherankan apabila banyak perusahaan

yang berlomba-lomba bersaing dalam industri ini.

Terdapat beberapa perusahaan yang sudah mendominasi persaingan

dalam pasar penjualan consumer goods, di antaranya adalah PT. Procter and

Gamble Indonesia (P & G) dan PT. Unilever Indonesia. Hal tersebut belum

ditambah dengan perusahan-perusahaan lain yang ikut bersaing di dalamnya.

Hal tersebut memicu persaingan yang cukup ketat dalam mempertahankan

bahkan memperoleh atau memperluas pangsa pasar. Dari kategori cunsumer

goods masih dibedakan dalam beberapa kategori lagi diantaranya adalah

Food & Beverage, Home Care, dan Personal Care. Personal care telah

menjadi perhatian bagi banyak konsumen, karena personal care merupakan

produk yang tidak sembarangan orang cocok dengan produk tersebut,

sehingga dibutuhkannya pemahaman menyeluruh oleh konsumen tentang

(23)

5

shampo yang membutuhkan banyak alternatif pilihan produk, karena tidak

semua orang cocok dengan satu merek shampo tertentu, karena kebutuhan

rambut/akar rambut seseorang berbeda. Efek yang dihasilkan apabila tidak

cocok dengan produk merek shampo tertentu akan mengakibatkan

gatal-gatal, timbulnya ketombe, rambut lepek, rontok dan kasar.

Banyaknya merek shampo yang bermunculan telah menunjukkan

persaingan yang ketat terutama pada PT. P&G Indonesia dengan

PT.Unilever Indonesia. Berikut adalah daftar merek produk shampo yang

diproduksi oleh PT. P&G Indonesia dan PT.Unilever Indonesia.

Tabel 1.1.

PT. P&G Indonesia PT.Unilever Indonesia

Pantene Clear

Rejoice Dove

Head & Shoulders Lifebuoy

Herbal essences Sunsilk

Tresemme (new)

Sumber : http://www.pg.com, www.unilever.co.id.

Salah satu perusahaan yang memproduksi hair treatment (shampo)

yang telah disebutkan sebelumnya adalah PT. Unilever Indonesia Tbk. yang

melempar empat merek shampoo, yaitu Sunsilk, Clear, Lifebuoy, Dove, dan

baru–baru ini telah meluncurkan produk shampo (hair treatment) terbaru

dengan produk merek Tresemme. PT Unilever Indonesia Tbk,

(24)

6

Indonesia sebagai solusi baru dalam kategori perawatan rambut bagi wanita

Indonesia.

Tresemme merupakan Brand kenamaan asal Amerika Serikat yang

seringkali digunakan oleh para hair stylist dunia, diperkenalkan oleh seorang

hair stylist terkenal bernama Edna Emme pada tahun 1947 di Amerika

Serikat. Awalnya, produk perawatan rambut ini hanya terdapat di

salon-salon profesional saja dan digunakan oleh para hair stylist profesional untuk

hasil tatanan rambut dengan kualitas salon. Berjalannya waktu, Tresemme

mulai digunakan oleh para hair stylist dunia pada pagelaran mode,

pemotretan, dan acara-acara industri mode terkenal seperti Australia’s Next

Top Model, Project Runaway, dan Mercedes Fashion Week di New York

yang menjadi kiblat mode dunia. Tresemme juga menjadi pilihan utama

menghasilkan hair styling memukau pada ajang Asia’s Next Top Model

2012 yang di tayangkan di salah satu televisi swasta tanah air

(www.unilever.co.id).

Sebelum diperkenalkan oleh PT Unilever di Jakarta pada hari selasa

tanggal 9 November 2012, Tresemme merupakan produk profesional salon

yang tidak dijual di pasaran. Seiring banyaknya wanita yang ingin

mendapatkan tampilan salon sehari-hari kini Tresemme dijual bebas. Brand

asal Amerika Serikat itu mengklaim produknya dapat memberikan efek

salon sehabis memakainya. Kelebihan produk yang diciptakan oleh Edna

Emme pada tahun 1947 itu didukung oleh kandungan dan formula yang

(25)

7

rambut lebih muda ditata. Produk shampoo Tresemme ini memberikan

beberapa varian shampoo yang memang dirancang sesuai dengan kebutuhan

rambut yang berbeda melalui varian produknya seperti Deep Repair (list

ornament biru), Smooth and Shine (list ornament pink), Anti Hair-fall (list

ornament ungu).

Produk shampo dengan merek Tresemme ini ditujukan pada segmen

pasar medium end atau menengah ke atas, smart shopper, dan pencari style

fashion. Sebagai bagian dari strategi branding, target market produk ini

disebut juga dengan Style Seeker atau para wanita pencari gaya yang tidak

hanya mengutamakan penampilan rambut, tetapi juga mementingkan

kualitas dari produk perawatan rambut. Produk ini sudah memiliki merek

yang kuat (brand equity) di Amerika Serikat, dan kini di hadirkan di

Indonesia dengan brand yang sudah tidak asing di kaca dunia, namun di

Indonesia Tresemme merupakan brand yang baru dihadirkan dalam

beberapa bulan ini, yang mungkin semua orang tidak mengetahui bahwa

merek ini sudah sangat kuat di Amerika sana, dan baru-baru ini Tresemme

juga menjadi pilihan utama menghasilkan hair styling memukau pada ajang

Asia’s Next Top Model 2012, namun ada kemungkinan respon konsumen di

Amerika berbeda dengan respon konsumen di Indonesia walaupun

formulanya telah di sesuaikan dengan kebutuhan rambut Indonesia.

Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur yang memiliki

karakteristik sebagai kota industri, pendidikan, dan pariwisata

(26)

8

kepedulian yang tinggi terhadap penampilan khususnya bagi para

perempuan. Dengan penampilan yang segar, rapi, dan menarik akan

memberikan kesan bahwa orang tersebut mempunyai kecenderungan yang

dapat mencerminkan kepribadian atau karakter seseorang yang

memunculkan rasa percaya diri dan juga image seseorang.

Dari uraian fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Analisis Brand Equity Produk Shampo merek

Tresemme.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

“ Bagaimana ekuitas merek (brand equity) shampo Tresemme di Kota

Malang? ”

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka peneliti

perlu memberikan batasan masalah, yaitu dibatasi pada elemen-elemen

brand equity yang terdiri dari brand awareness, brand association,

(27)

9

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk

mengambarkan bagaimana ekuitas merek (brand equity) shampo

Tresemme pada perempuan pengguna shampo Tresemme di Kota

Malang.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

gambaran mengenai brand equity Tresemme kepada PT. Unilever

Indonesia, Tbk. Yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dalam

mengambil langkah–langkah dan strategi yang tepat untuk

meningkatkan brand equity dalam menghadapi persaingan yang

sangat ketat seperti saat ini. Agar konsumen selalu loyal terhadap

merek Tresemme dan nantinya dapat tetap mempertahankan atau

memperluas lagi pangsa pasar (market share) yang telah dimiliki.

b. Manfaat akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi

bagi peneliti selanjutnya pada permasalahan atau subjek yang sejenis

demi pengembangan, baik secara umum maupun khusus terhadap

(28)

10 BAB II

TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

diteliti Variabel Alat Analisis

a)Analisis Brand Equity

diteliti Variabel Alat Analisis

(29)

11

B. Landasan Teori

1. Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar

untuk memperoleh perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi

yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan, meliputi benda fisik,

jasa, orang, organisasi, ide tau gagasan. Dalam kebijaksanaan produk

termasuk perencanaan dan pengembangan produk, perlu adanya suatu

pedoman untuk mengubah produk yang ada (produk yang sama jenisnya

dengan model baru), membuat produk baru (yang benar–benar baru),

atau produk tiruan yang baru bagi perusahaan tetapi baru bagi pasar.

Selain itu juga keputusan juga perlu diambil menyangkut masalah

pemberian merek, pembungkusan (packaging), warna dan kebijaksanaan

pelayanan.

Menurut Kotler (2002), produk adalah semua yang dapat

ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau

dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk

dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan tipe konsumen yang

menggunakannya, yaitu produk konsumen dan produk industri.

a. Produk Konsumen

Produk konsumen (consumer product) adalah produk dan jasa yang

dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Pemasar

biasanya menggolongkan produk dan jasa ini lebih jauh berdasarkan

(30)

12

produk kebutuhan sehari-hari, produk belanja, produk khusus, dan

produk yang tak dicari.

b. Produk Industri

Produk industri (industrial produk) adalah produk yang dibeli untuk

pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam menjalankan

suatu bisnis. Oleh karena itu, perbedaan antara produk konsumen dan

produk industri didasarkan pada tujuan untuk apa produk itu dibeli.

Menurut Tjiptono (2002:22), produk merupakan segala sesuatu

yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatiakan, diminta, dicari,

dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan

atau keinginan pasar yang bersangkutan. Sedangkan menurut Swastha

dan Irawan (2003:94), produk adalah suatu sifat yang komplek, baik

dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan

pengecer (retail), pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima

oleh pembeli untuk keinginan dan kebutuhannya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan suatu produk adalah bukan hanya sekedar

perangkat atribut berwujud saja. Pengertian mengenai suatu produk

mengandung makna yang lebih luas, yang meliputi barang secara fisik,

jasa, organisasi, gagasan atau buah pikiran yang seluruhnya dapat

(31)

13

digunakan atau dikonsumsi serta dapat memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumen.

2. Merek (brand)

Merek merupakan hal yang sangat penting, baik bagi konsumen

maupun produsen dari sisi konsumen, merek mempermuda pembelian.

Bila tidak ada merek, konsumen harus mengevaluasi semua produk yang

tidak memiliki merek setiap kali mereka melakukan pembelian. Merek

juga membantu meyakinkan konsumen bahwa mereka akan

mendapatkan kualitas yang konsisten ketika mereka membeli produk

tersebut. Dari sisi produsen, merek dapat dipromosikan. Merek dapat

dengan mudah diketahui ketika diperlihatkan atau ditempatkan dalam

suatu display. Selain itu, merek dapat dipakai untuk mengurangi

perbandingan harga, karena merek adalah salah satu faktor yang dapat

dipertimbangkan dalam membandingkan produk-produk sejenis yang

berbeda.

Menurut Aaker (2004:1) menyatakan bahwa merek memberikan

nilai sehingga nilai total produk yang bermerek baik menjadi lebih tinggi

dibanding produk yang dinilai semata-mata secara objektif. Sedangkan

menurut Durianto (2004:2) merek adalah nama, istilah, tanda, simbol,

rancangan atau kombinasi hal–hal tersebut untuk mengidentifikasi

barang atau jasa seseorang atau kelompok penjual dan untuk

(32)

14

tangible dan intagible yang terwakili dalam sebuah merek dagang

(trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di

pasar bila dikelolah dengan cepat. Merek mengandung janji perusahaan

untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu

kepada pembeli.

Rangkuti Freddy (2002:3), mendefinisikan merek merupakan janji

penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa

tertentu kepada pembeli. Merek bukan sekedar symbol, karena merek

memiliki enam tingkat pengertian, yaitu :

a. Atribut Produk

Merupakan halnya kualitas gensi, nilai jual kembali, desain dan

lain-lain.

b. Manfaat

Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen

sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini

atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional atau manfaat emosional.

c. Nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek

yangmemiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek

berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa penguna merek

(33)

15

d. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu, misalnya marcedes

mewakilibudaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki

cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan produk yang

berkualitas tinggi.

e. Kepribadian

Merek memiliki kepribadian bagi penggunanya, jadi diharapkan

dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin

bersamaan dengan merek yang ia gunakan.

f. Pemakai

Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

Menurut Durianto, dkk. (2004:61), setiap merek mempunyai

peranan yang sangat penting salah satunya adalah dalam hal

menjembatani harapan konsumen pada saat perusahaan menjanjikan

sesuatu pada konsumen. Dengan demikian, dapat diketahui ikatan

emosional yang tercipta antara perusahaan dengan konsumen. Setiap

merek mengandung beberapa aspek peranan yang sangat bermanfaat

(34)

16

a. Memotivasi orang untuk terlibat atau membeli.

Merek seringkali menjadi alat utama untuk menarik perhatian

konsumen. Merek tersebut mengisyaratkan, “Inilah yang Anda

Inginkan”.

b. Menjadikan produk mudah diingat

Merek itu sendiri harus menempel di ingatan konsumen. Banyak cara

agar hal itu terjadi, seperti memilih nama yang unik dan beda, atau

nama yang menimbulkan kesan meyakinkan.

c. Menciptakan titik fokus

Merek harus memberikan daya tarik sentral yang merangkum

semuanya. Merek harus relevan dengan produk dan fungsinya serta

idealnya harus memberi sejenis inspirasi atau petunjuk pada seluruh

komunikasi merek.

d. Menggambarkan hakikat atau fungsi produk

Peraturan ini tidak selalu berlaku. Adapun yang perlu dilakukan

adalah mengingat nama produk dan pertimbangkan yang mana.

e. Menciptakan perasaan atau identifikasi yang positif

Merek yang dapat membuat konsumen merasa bangga ketika

membelinya adalah merek yang berkontribusi besar pada loyalitas

(35)

17

Menurut Durianto, dkk. (2004:64), ada beberapa faktor yang

menyebabkan setiap merek memiliki aspek peranan yang sangat penting,

yaitu sebagai berikut:

a. Emosi konsumen terkadang naik turun. Merek mampu membuat

emosi menjadi konsisten dan stabil.

b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya pasar. Bisa dilihat

bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima seluruh dunia dan

budaya.

c. Merek mampu menciptakan interaksi dengan konsumen, semakin

kuat suatu merek, semakin kuat pula interaksinya dengan konsumen.

d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen.

Merek yang kuat akan merubah perilaku konsumen.

e. Merek memudahkan dalam proses pengambilan keputusan oleh

konsumen. Konsumen mudah menentukan produk yang akan

dibelinya dengan adanya merek.

f. Merek berkembang menjadi sumber asset yang bermanfaat bagi

perusahaan.

3. Ekuitas Merek

Menurut Kotler dan Keller (2009:263) ekuitas merek (brand

equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa.

Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berfikir, merasa,

(36)

18

pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan.

Ekuitas merek timbul akibat perbedaan respon konsumen. Jika tidak ada

perbedaan, maka pada intinya produk nama merek merupakan suatu

komuditas atau versi generik dari produk.

Menurut Aaker (2001:4) Brand equity adalah seperangkat aset dan

liabilitas merek yeng terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang

mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. pada

awalnya ekuitas merek merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek

yang dikembangkan oleh David Aaker dengan memaparkan lima elemen

utama yang merupakan pendukung dari ekuitas merek, yang terdiri dari

kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association),

persepsi kualitas (perceived quality), loyalitas pelanggan (brand loyalty),

dan aset - aset dari hak merek lain (other proprietary brand asset).

Berdasarkan berbagai pengertian di atas mengenai ekuitas merek

(brand equity) dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek adalah

sekumpulan aset tidak terwujud, liabilitas dan totalitas yang bersifat

jangka panjang yang dapat menambah atau mengurangi nilai pada

barang atau jasa kepada perusahaan atau konsumen, sehingga nantinya

merek menciptakan ikatan emosional yang terjadi antara konsumen dan

perusahaan.

Pemasar dan periset menggunakan berbagai perspektif untuk

(37)

19

merek dari perspektif konsumen, baik perorangan maupun organisasi.

Prinsip dari model ekuitas merek berbasis pelaggan adalah bahwa

kekuatan merek terletak pada apa yang dilihat, dibaca, didengar,

dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan pelanggab tentang merek sepanjang

waktu. Sebuah merek mempunyai ekuitas merek berbasis pelanggan

yang positif ketika konsumen bereaksi lebih positif terhadap produk dan

cara produk itu dipasarkan ketika merek itu teridentifikasi, dibandingkan

ketika merek itu tidak teridentifikasi. Merek mempuanyai ekuitas merek

berbasis pelanggan yang negative jika konsumen tidak terlalu menyukai

aktivitas pemasaran untuk merek itu dalam keadaan yang sama. Dalam

Kotler (2009:263). Terdapat tiga bahan kunci ekuitas merek berbasis

pelanggan :

a. Ekuitas merek timbul akibat perbedaan respon konsumen, jika tidak

ada perbedaan maka pada intinnya produk nama merek merupakan

suatu komoditas atau versi generic dari produk. Persaingan

mmungkin timbul dalam hal harga.

b. Perbedaan respon adalah akibat pengetahuan konsumen tentang

merek. Pengetahuan merek (brand knowledge) terdiri dari semua

fikirn, perasaan, citra, pengalaman, keyakinan, dan lain-lain yang

berhubungan merek. Secara khusus merek harus menciptakan

asosiasi merek yang kuat, menyenangkan, dan unik dengan

(38)

20

c. Respon diferensial dari konsumen yang membentuk ekuitas merek

tercermin dalam persepsi, preferensi, dan perilaku yang berhubungan

dengan semua aspek pemasaran merek. Merek yang lebih kuat

menghasilkan pendapatan yang lebih besar.

Karena itu, tantangan bagi pemasar dalam membangun merek yang

kuat adalah memastikan bahwa pelanggan memiliki jenis pengalaman

yang tepat dengan produk, jasa, dan program pemasaran mereka untuk

menciptakan pengetahuan merek yang diinginkan.

Nilai suatu ekuitas merek bisa berpengaruh kepada konsumen

maupun perusahaan. Menurut Durianto, dkk (2004:75), ekuitas merek

dapat memberikan assets nilai tersendiri di mata konsumen. Assets yang

dikandungnya dapat membantu konsumen dalam menafsirkan,

memproses, dan menyimpan informasi mengenai produk dan merek

tersebut. Ekuitas merek juga mempengaruhi rasa percaya diri konsumen

dalam mengambil keputusan pembelian (baik berdasarkan pengalaman

masa lalu dalam penggunaan maupun kedekatan asosiasi dengan

berbagai karakteristik merek).

Menurut Durianto, dkk. (2004:77), ekuitas merek memiliki potensi

untuk menambah nilai produk bagi suatu perusahaan melalui 6 cara

(39)

21

a. Ekuitas merek dapat memperkuat keberhasilan program dalam

memikat para konsumen baru, atau merangkul kembali konsumen

yang lama.

b. Empat dimensi ekuitas merek dapat menguatkan loyalitas konsumen,

dimana kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan

loyalitas merek dapat mempengaruhi kepuasan penggunaan terhadap

suatu merek produk.

c. Ekuitas merek dapat memungkinkan margin yang lebih tinggi

dengan menjual produk pada harga optimum (premium pricing) serta

mengurangi ketergantungan pada promosi.

d. Ekuitas merek dapat memberikan landasan pertumbuhan dengan

melakukan perluasan merek pada produk lainnya dan menciptakan

bisnis yang baru.

e. Ekuitas merek dapat memberi dorongan bagi saluran distribusi yang

lebih baik.

f. Ekuitas merek dapat meningkatkan penjualan, dan mampu

menciptakan loyalitas konsumen terhadap suatu merek produk.

Konsep brand equity (ekuitas merek) mulanya dicetuskan oleh

Aeker, yang mendifiniskan ekuitas merek sebagai, A set off assets (and

liabilities) linked to a brand name and symbol that adds to substracts

from the value provided by a product or services to a firm and or that

(40)

22

perceived quality, brand association, and brand loyalty. (Rangkuty,

2004:39).

Pengukuran brand equity dapat dilakukan dengan mengukur

kelima elemen dari brand equity itu sendiri yaitu brand association,

brand loyalty, brand awareness, dan perceived quality dan asset

kepemilikan merek lain. Elemen-elemen tersebut dapat digambarkan

dalam bagan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Konsep Brand Equity

Sumber : Aaker (1996) dalam Rangkuti (2004) Brand

Memberikan nilai bagi konsumen dengan menguatkan: - Interpretasi / proses informasi - Rasa percaya diri dalam

pembelian

- Pencapaian kepuasan dari konsumen

Kesadaran merek

Loyalitas merek

Memberikan nilai kepada perusahaan dengan menguatkan: - Efisiensi dan efektivitas program

(41)

23

4. Elemen – Elemen Ekuitas Merek

Dalam brand equity terdapat lima kategori yang harus

dipertimbangkan, antara lain brand awareness (kesadaran merek) yang

menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau

mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori

produk tertentu, brand association (asosiasi merek) mencerminkan

pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya

dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga,

pesaing, selebritis dan lain-lain, perceived quality (persepsi kualitas)

mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan

kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan

maksud dan harapan, brand loyalty (loyalitas merek) mencerminkan

tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek produk, dan other

proprietary brand asset (asset-aset merek lainya). Empat elemen brand

equity diluar asset-aset merek lainya dikenal dengan elemen-elemen

utama dari brand equity. Elemen brand equity yang kelima secara

langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama

tersebut (Aaker: 96). Berikut adalah elemen-elemen utama dari brand

equity :

a. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek adalah kesanggupan seseorang calon pembeli

untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek

(42)

24

Kesadaran merek adalah kesanggupan seseorang calon pembeli

untuk mengenali atau menginggat kembali bahwa suatu merek

merupakan bagian dari katagori produk tertentu (Aaker, 1996:90).

Kesadaran merek mengambarkan keberadaan merek didalam

pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa

katagori dan biasannya menjadi peranan kunci dalam brand equity.

Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas

pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah

laku. Kesadaran merek merupakan key of brand asset atau kunci

pembuka untuk masuk ke elemen yang lainnya. Jadi jika kesadaran

itu sangat rendah maka dapat dipastikan ekuitas mereknya juga

rendah. Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai

tingkat tertinggi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2. Piramida Kesadaran Merek

(43)

25

1) Unware of brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling

rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak

akan menyadari adanya suatu merek.

2) Brand recognition (pengenalan merek), adalah tingkat minimal

kesadaran merek dimana pengenalan suatu merek muncul lagi

setelah dilakukan penginggatan kembali lewat bantuan (aided

recall).

3) Brand recall (penginggat kembali terhadap merek), adalah

penginggatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided

recall).

4) Top of main (puncaak pikiran), merek yang disebutkan pertama

kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek

tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada

dibenak konsumen.

Peran kesadaran merek terhadap ekuitas merek dapat dipahami

dengan membahas bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu

nilai-nilai yaitu :

1) Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi.

Suatu produk atau layanan baru sudah pasti diarahkan

untuk mendapatkan pengenalan. Jarang sekali suatu keputusan

pembelian terjadi tanpa pengenalan. Pengetahuan mengenai

(44)

26

terlebih dahulu mendapatkan pengakuan. Pengakuan merek

merupakan langkah dasar pertama dalam tugas komunikasi.

Sebuah merek biasanya dikomunikasikan dengan atribut-atribut

asosiasinya. Dengan tingkat pengenalan yang mapan, tugas

selanjutnya tinggal mencantelkan suatu asosiasi baru, seperti

atribut produk.

2) Keakraban/ rasa suka

Pengakuan merek memberikan suatu kesan akrab, dan

konsumen menyukai sesuatu yang akrab. Terdapat hubungan

yang positif antara jumlah penampakan dan rasa suka, baik

penampakan dalam bentuk abstraksi gambar, nama, musik, dan

lain-lain.

3) Tanda mengenai substansi/komitmen

Kesadaran merek bisa menjadi suatu signal dari kehadiran,

komitmen, dan substansi dari sebuah merek produk. Jika sebuah

merek dikenali, pasti ada sebabnya, seperti : perusahaan telah

mengiklankan secara luas, perusahaan telah menggeluti bisnis

tersebut dalam waktu lama, perusahaan mempunyai jangkauan

distribusi yang luas, dan merek tersebut berhasil.

4) Mempertimbangkan merek.

Langkah awal dalam proses pembelian biasanya adalah

menyeleksi sekumpulan merek untuk dipertimbangkan. Oleh

(45)

27

penting. Pada umumnya, jika sebuah merek tidak mencapai

pengingatan kembali maka merek tersebut tidak akan termasuk

dalam proses pertimbangan pembelian. Tetapi konsumen

biasanya juga akan mengingat merek-merek yang sangat mereka

tidak sukai.

Dalam meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan

maupun pengingatan kembali, melibatkan dua tugas, yaitu,

mendapatkan identitas merek dan mengaitkannya pada suatu kelas

produk tertentu. Suatu pesan kesadaran merek hendaknya memberi

suatu alasan untuk diperhatikan dan dikenang atau menjadi berbeda

dan istimewa. Hal ini ditempuh dengan, melibatkan slogan atau

jingle, menjadi sponsor kegiatan, dan perluasan merek.

b. Kesan Kualitas (percieved quality)

Pengertian kesan kualitas (percieved quality) adalah persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu

produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan

(Aaker 1996, dalam Rangkuti 2002:41). Selain itu, perusahaan yang

memiliki perceived quality yang tinggi memiliki return of investment

(46)

28

Menurut Aaker (1997:132), berbagai dimensi yang mendasari

penilaian kesan kualitas akan bergantung pada konteksnya.

Dimensi-dimensi yang akan mempengaruhi kesan kualitas produk antara lain :

1) Kinerja, kinerja produk menggambarkan seberapa efektif suatu

produk mampu memberikan nilai kepada konsumen.

2) Karakteristik produk, mencakup keunggulan dari sifat fisik

produk, seperti kepraktisan dan desain produk.

3) Kesusaian, dengan spesifikasi merupakan pandangan mengenai

kualitas proses manufaktur, seperti ada atau tidaknya cacat

produk.

4) Keandalan, adalah konsistensi kinerja dari satu pembelian hingga

pembelian berikutnya, dan presentase waktu yang dimiliki

produk untuk berfungsi sebagaimana mestinya.

5) Ketahanan, mencerminkan kehidupan ekonomis dari produk

tertentu, yaitu berapa lama suatu produk dapat bertahan.

6) Pelayanan, mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan

pada suatu produk.

7) Hasil akhir (fit and finish), menunjukkan adanya atau

(47)

29

c. Asosiasi Merek (brand association)

Brand association merupakan segala kesan yang muncul di

benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu

merek. Pada umumnya asosiasi merek (terutama yang membentuk

brand imagenya) menjadi pijakan konsumen dalam keputusan

pembelian dan loyalitasnya pada merek tersebut. Hal ini seperti yang

dikemukakan Aaker dalam Rangkuti (2004:43) bahwa brand

association adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan

mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga

memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan

lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau

penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosisasi yang

diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang

merek atau brand image di dalam benak konsumen. Brand image

adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak

konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu

cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini

disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality).

Selanjutnya apabila para konsumen beranggapan bahwa merek

tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut

akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk

(48)

30

Dalam prakteknya, didapati banyak sekali kemungkinan

asosiasi dan variasi dari brand association yang dapat memberikan

nilai bagi suatu merek, dipandang dari sisi perusahaan maupun dari

sisi pengguna. Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi

perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses

penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dari

merek yang lain.

Gambar 2.3. Nilai Asosiasi Merek

Sumber : Rangkuti (2004:43)

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui nilai yang

diberikan oleh asosiasi merek terhadap suatu produk. Penjelasan dari

kelima nilai tersebut adalah sebagai berikut: Asosiasi merek

Deferensiasii/posisi

Alasan untuk membebeli

Menciptakan

sikap/perasaan positif

Basis perluasan Membantu

(49)

31

1) Membantu memberikan informasi.

Suatu asosiasi tentang merek tertentu akan membantu konsumen

untuk mengetahui fakta atau spesifikasi suatu produk. Selain itu,

bagi pemasar dapat mengefisiensikan biaya komunikasi.

2) Membedakan.

Sebuah asosiasi dapat menjadi dasar untuk membuat suatu

perbedaan. Pada dasarnya, konsumen agak sulit melakukan

pembedaan pada beberapa kelas produk. Suatu asosiasi yang

dibedakan secara nyata dapat menjadi kunci keunggulan

bersaing.

3) Alasan untuk membeli.

Banyak asosiasi merek yang menonjolkan atribut produk atau

manfaat bagi pelanggan sehingga akhirnya konsumen membeli

dan menggunakan merek produk tersebut.

4) Menciptakan sikap positif.

Beberapa asosiasi merek dapat menciptakan perasaan positif

terhadap merek tertentu.

5) Dasar untuk perluasan.

Sebuah asosiasi merek dapat digunakan sebagai dasar untuk

perluasan lini produk yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian

(50)

32

Atribut produk (product attributes) yang paling banyak

digunakan dalam strategi posisitioning adalah mengasosiasikan suatu

obyek dengan salah satu atau beberapa atribut atau karakteristik

produk yang bermakna dan saling mendukung, sehingga asosiasi bisa

secara langsung diterjemahkan dalam alasan untuk pembelian produk

(Aaker 1997, Hamdiana 2005). Atribut produk adalah unsur – unsur

produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar

pengambilan keputusan pembelian. Menurut Tjiptono (2008:103)

atribut produk meliputi merek, kemasan, kualitas, label, pelayanan,

jaminan, dan lain sebagainya.

1) Merek

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain,

warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut lainnya yang

diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap

produk pesaing.

2) Kemasan (packaging)

Kemasan merupakan proses berkaitan dengan perancangan

produk atau pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu

produk.

3) Kualitas

Kualitas merupakan alat pemasaran yang sangat penting yang

meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan pada

(51)

33

4) Lebel (labeling)

Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan

informasi yang mengenai produk atau penjual.

5) Pelayanan (service)

Pelayanan sangat penting bagi sebuah produk apapun, tidak

terlepas dari unsur peranan jasa dan layanan baik itu sebagai

produk inti maupun pelengkap.

6) Jaminan (garansi)

Jaminan merupakan janji yang wajib bagi produsen atas

produknya kepada konsume, dimana para konsumen akan diberi

ganti rugi bila produk ternyata tidak dapat berfungsi sebagai

mana yang diharapkan atau yang dijanjikan. Jaminan bisa

meliputi kualitas produk, reparasi, ganti rugi, dan sebagainya.

Jaminan sendiri ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis.

Dewasa ini jaminan sering kali dimanfaatkan sebagai aspek

promosi, terutama terhadap produk yang tahan lama.

Di samping acuan merek yang telah disebutkan, beberapa

merek juga memiliki asosiasi dengan berbagai hal lain yang belum

disebutkan. Dalam kenyataannya, tidak semua merek produk

memiliki semua asosiasi di atas. Merek tertentu berasosiasi dengan

beberapa hal di atas dan merek lainnya dengan beberapa hal yang

(52)

34

sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan

diakses para pelanggan. Sebuah asosiasi bisa menciptakan informasi

padat bagi pelanggan dan bisa mepengaruhi pengingatan kembali

atas informasi tersebut, terutama pada saat mengambil keputusan.

Asosiasi juga bisa memengaruhi interpretasi mengenai fakta-fakta.

d. Loyalitas Merek (brand loyalty)

Loyalitas konsumen adalah ukuran dari kesetiaan konsumen

terhadap suatu merek . loyalitas konsumen merupakan inti dari brand

equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini

merupakan satu ukuran keterkaitan seseorang pelanggan pada sebuah

merek. Hal ini merupakan satu indikator dari brand equity yang

berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang karena

loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan

dimasa depan. (Rangkuti, 2002:60). Loyalitas merek memiliki

tingkatan sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Gambar 2.4. Piramida Loyalitas Konsumen

(53)

35

Berdasarkan piramida loyalitas dalam Durianto, dkk.

(2004:19), dapat dijelaskan bahwa :

1) Switcher / price buyer (Pembeli yang berpindah-pindah).

Merupakan tingkat loyalitas paling dasar. Semakin sering

pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang

lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek

dianggap memadai.

2) Hibitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan). Merupakan

pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam

mengkonsumsi suatu merek produk. Konsumen membeli suatu

merek karena alasan kebiasaan)

3) Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan).

Merupakan kategori pembeli yang puas dengan merek yang

mereka konsumsi.

4) Likes the brand (menyukai merek). Merupakan kategori pembeli

yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka

didasari oleh asosiasi yang berkaiatan dengan simbol,rangkaian

pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi

kualitas yang tinggi.

5) Commited buyer (pembeli yang berkomitmen).Merupakan

kategori pembeli yang setia. Konsumen mempunyai kebanggaan

(54)

36

C. Kerangka Konsep

kerangka konsep yang digunakan untuk mempermuda proses

penelitian dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai berikut:

(55)

37

Ekuitas merek merupakan segala sesuatu yang melekat pada suatu

merek. Untuk mengetahui ekuitas merek produk Tresemme ini, diperlukan

pengukuran brand equity yang dapat dilakukan dengan mengukur

elemen-elemen brand equity yang terdiri dari kesadaran merek (brand awareness),

asosiasi merek (brand association), loyalitas merek (brand loyalty) dan

kesan kualitas (perceived quality). Menurut Aaker (2001:4), kesadaran

merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau

mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori

produk tertentu. Kesadaran merek menggambarkan keberadaan merek di

dalam fikiran konsumen, kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan

tingkah laku. Kesadaran merek merupakan key of brand asset (kunci

pembuka) untuk masuk ke elemen yang lainnya. Jadi jika kesadaran itu

sangat rendah maka dapat dipastikan ekuitas mereknya juga rendah.

Kesadaran merek memiliki tingkatan atau disebut piramida kesadaran.

Dari beberapa indikator yang disebutkan di atas kemudian akan

dikelompokkan pada beberapa tingkatan brand awareness, tingkatan

diantaranya adalah Top of Mind (Puncak pikiran/merek yang pertama kali

muncul dalam ingatan konsumen), Brand Recall (pengingatan kembali

terhadap merek tanpa bantuan), Brand recognition (pengenalan merek,

dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan

kembali lewat bantuan), dan Unware of brand (tidak menyadari merek,

(56)

38

Asosiasi merek (brand association) menurut Aaker (2004:43) adalah

segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Dalam penelitian

ini pengukuran dilakukan dengan memberikan pertanyaan berbentuk

kuesioner kepada responden mengenai beberapa atribut produk atau

karakteristik produk merek Tresemme diantaranya mengenai merek,

kemasan, label, slogan, dan juga kualitas. Menurut Tjiptono (2008:103)

Atribut produk meliputi merek, kemasan, kualitas, label, jaminan, dan lain

sebagainnya. Pada penelitian ini yang termasuk dalam kategori atribut

produk Tresemme meliputi merek, kemasan, kualitas, abel, dan slogan.

Kesan kualitas (percieved quality) menurut Aaker (Rangkuti, 2002:41)

adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan

suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.

Untuk mengukur variabel kesan kualitas (perceived quality) shampoo merek

Tresemme dengan menggunakan indikator kinerja, kesesuaian dengan

spesifikasi, keandalan, ketahanan, dan hasil akhir.

Menurut Rangkuti (2002:60), loyalitas merek (brand loyalty) adalah

ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek, ukuran ini mampu

memberikan gambaran tentang seseorang pelanggan beralih ke merek lain.

Loyalitas konsumen merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan

sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan

seseorang pelanggan dengan sebuah merek. Dari beberapa indikator di atas

kemudian akan dikelompokkan sesuai dengan tingkatan brand loyalty, yang

(57)

39

(liking the brand), pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi

(Satisfied buyer), dan pembeli yang berpindah-pindah (switching

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 2.1.
Gambar  2.1. Konsep Brand Equity
Gambar 2.2. Piramida Kesadaran Merek
+4

Referensi

Dokumen terkait

Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Perluasan Merek (Success Brand Extension) Serta Dampaknya Terhadap Ekuitas Merek (Brand Equity) Paramex Di Surabaya“ dapat diselesaikan

Ekuitas merek( brand equity) yang terdiri dari variabel kesadaran merek ( brand awareness ), asosiasi merek ( brand association ), persepsi kualitas ( perceived

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis elemen brand equity, berupa brand awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek), perceived

Hipotesa yang diberikan yaitu berdasarkan beberapa analisis elemen brand equity yang meliputi research brand awarness, research brand assosiation, research percieved

merek tersebut memenuhi empat dimensi elemen utama dari brand equity , yaitu brand awareness (telah dikenal oleh konsumen), brand assosiaciation (memiliki asosiasi

Ekuitas merek(brand equity) yang terdiri dari variabel kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas (perceived quality),

Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Perluasan Merek ( Success Brand Extension ) Serta Dampaknya Terhadap Ekuitas Merek ( Brand Equity ) Paramex Di Surabaya“ dapat diselesaikan

Strategi Brand Extension yang dilakukan pada merek Samsung didasarkan bahwa Brand Equity seringkali dihubungkan dengan persepsi konsumen (brand awareness, brand