• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BRAND EQUITY (EKUITAS MEREK) SEPEDA MEREK POLYGON (Survei pada Masyarakat di Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS BRAND EQUITY (EKUITAS MEREK) SEPEDA MEREK POLYGON (Survei pada Masyarakat di Kota Malang)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BRAND EQUITY (EKUITAS MEREK) SEPEDA MEREK POLYGON

(Survei pada Masyarakat di Kota Malang)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh:

Arifin Nurdiansyah 08610253

FAKULTAS EKONOMI

(2)

SKRIPSI

ANALISIS BRAND EQUITY (EKUITAS MEREK) SEPEDA MEREK POLYGON

(Survei pada Masyarakat di Kota Malang)

Oleh:

Arifin Nurdiansyah 08610253

Diterima dan disetujui Pada tanggal 22 Januari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Noor Aziz, M.M Drs. Sri Joko, M.M

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS BRAND EQUITY (EKUITAS MEREK) SEPEDA MEREK POLYGON

(Survei pada Masyarakat di Kota Malang) Yang disiapkan dan disusun oleh:

Nama : Arifin Nurdiansyah

Nim : 08610253

Jurusan : Manajemen

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 23 Januari

2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai

kelengkapan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas

Muhammadiyah Malang.

Susunan Tim Penguji :

Penguji I : Dr. Widayat, MM 1………. Penguji II : Dra. Sandra Irawati, M.M. 2………. Penguji III : Drs. Sri Joko, M.M 3………. Penguji IV : Drs. Noor Aziz, M.M 4……….

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi, Ketua Jurusan Manajemen

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang

pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah

yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik

di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah diteliti atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar

pustaka.

Malang, 23 Januari 2013

Mahasiswa

Arifin Nurdiansyah

(5)

Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya

( QS. Al-Baqarah 207 )

“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka

Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga”

( HR. Muslim )

Pintu kesempatan tidak terbuka begitu saja. Pintu itu hanya menjadi tidak terkunci. Soal membukanya atau tidak, adalah keputusan anda

( Mario Teguh )

Karya Ilmiah Ini Kutujukan Kepada

Ayahanda Dan Ibunda Tercinta

(6)

Wildan Arif Hamdani dan Lutfia Eli

Wardani

ABSTRAK

Judul: “Analisis Brand Equity (Ekuitas Merek) Sepeda Merek Polygon Dengan Survei Pada Masyarakat Di Kota Malang”. (Arifin Nurdiansyah, Drs. Noor Aziz M.M, Drs. Sri Joko, M.M)

Pada kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan sebuah merek. Merek yang prestisius tentunya memiliki ekuitas merek yang kuat. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis elemen-elemen ekuitas merek sepeda Polygon yaitu

Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association dan Brand Loyalty dengan melihat dari sudut pandang masyarakat di kota Malang. Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menganalisis

data primer secara kualitatif dan diubah menjadi kuantitatif, lokasi

penelitian dikota Malang, populasi adalah mereka yang berdomisili dikota

Malang. Teknik pengambilan data dengan penyebaran kuesioner, ukuran

sampel ditetapkan berjumlah 100 responden dengan menggunakan

(7)

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada elemen Brand Awareness menempatkan sepeda merek Polygon memiliki Top of mind sebesar 58 %, Pada elemen Perceived Quality produk sepeda merek Polygon, dimana setiap indikator yaitu Kinerja, Pelayanan, Ketahanan dan keawetan,

Kehandalan, Karakteristik Produk, Kesesuaian dengan spesifikasi, hasil

akhir membentuk rentang skala pada nilai “4” yaitu kategori Baik. Pada elemen Brand Association memiliki Brand Image yang di dalamnya terkandung asosiasi-asosiasi variabel yang tercipta Kualitas, Desain,

Olahraga, Kesehatan, Sedang, Olahraga, Atlit nasional, Modern, Kelas menengah

atas, United bike, Indonesia. Pada variabel elemen brand loyalty pada masyarakat kota Malang masih pada tingkatan habitual buyer mempunyai nilai 2,56. Implikasi strategisnya antara lain promosi harus terus dilakukan

untuk tetap mempertahankan brand awareness yang tinggi. Sehubungan dengan perceived quality maka dilakukan langkah-langkah memperkuat setiap 7 dimensi persepsi sebagai langkah strategis untuk memperkuat

persepsi kualitas secara keseluruhan. Brand image yang dibentuk oleh asosiasi-asosiasi tersebut perlu dikembangkan lebih dalam dan konsisten

dengan cara menonjolkan asosiasi-asosiasi tersebut dalam promosi yang

dilakukan sehingga brand image sepeda merek Polygon semakin kuat. Tingkat loyalitas konsumen masih belum memuaskan karena masih dalam

tingkatan dibawah rata-rata, perlu adanya komunikasi produk serta upaya

strategi dalam memasarkan produk sepeda merek Polygon lebih luas lagi

serta upaya lebih mendekatkan kualitas produk ke masyarakat.

Dari hasil analisis tersebut, dapat disarankan agar Perusahaan tetap

(8)

konsumen, menjaga loyalitas konsumen dan menetapkan harga jual

produk yang bervariasi.

Kata kunci: Brand Equity (Ekuitas Merek), Polygon.

ABSTRACT

Title: "Analysis of Brand Equity (Ekuitas Merek) Bicycle Brand Polygon

With Surveys In the city of Malang Society". (Arifin Nurdiansyah,

Drs.NoorAziz MM, Drs. Sri Joko, MM)

In the competitive market conditions, preferences and customer

loyalty is the key to the success of a brand. The prestigious brand certainly

has a strong brand equity. The purpose of this study was to analyze the

elements of brand equity Polygon bike is brand awareness, perceived

quality, brand association and brand loyalty with a view from the

perspective of the people in the city of Malang. The design of this research

is descriptive qualitative primary data analyzed and converted into

quantitative research location in the city of Malang, populations are those

who live in the city of Malang. Data retrieval technique for distributing the

questionnaire, the sample size of 100 respondents with a set amount

nonprobality sampling approach. Selects respondents by convenience

sampling. Data analysis using descriptive methods, tabulation frequency,

and range of the scale.

(9)

awareness Polygon has a Top of Mind by 58%, the elements of perceived

quality bicycle brand products Polygon, where each indicator is

performance, service, and durability Resilience, Reliability, Product

Characteristics, Compliance with specifications, outcome scale well

established range on number “4”. At the element brand association with brand image that it contains a variable associations createdquality, Design,

Sports, Health, Medium, Sports, Athletes national, Modern, upper middle

class, United bike, Indonesia. In the brand loyalty variable elements in the

city of Malang is still at the level of habitual buyer has a value of 2,56.

Strategic implications include the promotion should be made to maintain

high brand awareness. With respect to perceived quality is carried out

measures to strengthen every 7 dimensional perception as a strategic move

to strengthen the perception of overall quality. Brand image formed by the

association needs to be developed more deeply and consistently with the

way these associations highlight the promotion done so brand image

stronger brand bicycle Polygon. The level of consumer loyalty is still not

satisfactory because it is still below the average level, the need for

communication products and strategies in an effort to market products

branded bicycle Polygon wider and efforts to get closer to the quality of

the product. From the analysis, it can be suggested that the Company

while maintaining product quality with brand expectations remain popular

with consumers, maintaining customer loyalty and set the selling price of

productvariety.

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kehadirat Alloh SWT, karena atas petunjuk serta kehendaknya, skripsi yang berjudul “ Analisis

Brand Equity (Ekuitas Merek) Sepeda Merek Polygon Dengan Survei Pada Masyarakat Di Kota Malang. Ini dapat terselesaikan dengan lancar

tanpa hambatan dan kesulitan yang berarti.

Skripsi ini dapat diselesaikan penulis dengan bantuan dari berbagai

pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan

penghargaan serta ucapan terima kasih kepada:

1. Dr.H. Nazaruddin Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammmadiyah Malang.

2. Dra. Aniek Rumijati, M.M selaku ketua jurusan manajemen fakultas

ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang

3. Drs. Noor Aziz M.M dan Drs. Sri Joko M.M selaku pembimbing I dan

II yang dengan segala kesediannya telah memberikan bimbingan,

arahan, dan saran-saran yang berharga dan sangat bermanfaat dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Uci, M.M selaku dosen wali manajemen kelas E 2008 yang dengan

penuh kesabaran mendampingi peneliti dalam menyelesaikan kuliah

(11)

5. Yang tercinta, Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan dukungan

baik moril maupun materiil hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Kakak-kakakku atas bantuan, dukungan, dan doanya yang telah

dilakukan terima kasih sebesar-besarnya.

7. Teman-teman SPIN, Poong Brother dan FOCUS UMM, Listi

Chumairoh dan semua teman-teman kelas E Manajemen 2008 terima

kasih bantuan dan dukungannya.

8. Semua pihak yang telah memberikan sumbangsih tenaga dan pikiran

buat penyelesaian skripsi ini yang tak bisa peneliti sebutkan satu

persatu.

Peneliti sadar, hasil skripsi masih jauh dari sempurna. Apabila ada

kritik dan saran guna perbaikan penulisannya selanjutnya, peneliti terima

dengan lapang dada. Semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan oleh

perusahaan dan peneliti selanjutnya dalam menyusun studi lanjutan atau

sebagai bahan referensi. Akhir kata peneliti memohon maaf yang

sebesar-besarnya apabila ada hal-hal yang kurang berkenan di hati

Billahi Taufiq Wal Hidayah, Wassallamualaikum Wr.Wb.

Malang, 22 Januari 2013

(12)

DAFTAR ISI

(13)

III. METODE PENELITIAN……….. 57

A. Lokasi Penelitian……….. 57

B. Jenis Penelitian………. 57

C. Jenis Data Dan Sumber Data………... 58

D. Teknik Pengumpulan Data ………. 59

E. Populasi Dan Sampel Penelitian ………. 60

F. Teknik Pengambilan Sampel atau Data ……….. 61

G. Teknik Pengukuran Data ……… 61

H. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel ……….. 63

I. Uji Instrumen ……….. 66

J. Teknik Analisis Data ……….. 69

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 72

A. Gambaran Umum Perusahaan……….. 72

B. Gambaran Karakteristik Responden………. 73

C. Karakteristik Data………. 80

D. Uji Intsrumen Penelitian……… 86

1. Uji Validitas………. 87

2. Uji Reliabilitas……….. 88

E. Pembahasan……… 89

1. Hasil Analisis Brand Awareness………. 89

2. Hasil Analisis Perceived Quality………. 96

3. Hasil Analisis Brand Association………. 106

(14)

V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 128

A. Kesimpulan……… 128

B. Saran………. 131

DAFTAR PUSTAKA………. 134

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Penjualan Sepeda Polygon……….. 6

Gambar 1.2 Data Penjualan Sepeda Polygon Per Unit Di Kota Malang………. 9

Gambar 2.1 Konsep Brand Equity……….. 32

Gambar 2.2 Piramida Kesadaran Merek………. 34

Gambar 2.3 Nilai-Nilai Kesadaran Merek……….. 34

Gambar 2.4 Nilai-Nilai Persepsi Kualitas………... 37

Gambar 2.5 Nilai-Nilai Asosiasi Merek……….. 41

Gambar 2.6 Piramida Loyalitas………... 47

Gambar 2.7 Diagram Nilai Loyalitas Merek………... 50

Gambar 2.8 Kerangka Pikir Penelitian……… 56

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penguasaan Pasar Sepeda Berdasarkan Merek Lokal….. 7

Tabel 2.1 Bentuk Sederhana Penelitian Terdahulu……….. 15

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel………. 64

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……… 75

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…. 76

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 77

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… 78

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan……….. 79

Tabel 4.6 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Variabel Kesadaran Merek………. 81

Tabel 4.7 Sumber Informasi Sepeda Merek Polygon……….. 83

Tabel 4.8 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Persepsi Kualitas……….. 84

Tabel 4.9 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Variabel Asosiasi Merek……….. 85

Tabel 4.10 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Loyalitas Merek……….. 86

Tabel 4.11 Uji Validitas Variable Perceived Quality……….. 87

Tabel 4.12 Uji Validitas Variabel Brand Loyalty……… 88

Tabel 4.13 Hasil Uji Realibilitas……….. 89

Tabel 4.14 Top of mind Responden Terhadap Merek Sepeda... 90

(17)

Tabel 4.16 Brand Recognition Responden Terhadap Merek

Sepeda……… 93 Tabel 4.17 Unware Of Brand Responden Terhadap Merek-Merek

Sepeda……… 95 Tabel 4.18 Ringkasan Kesadaran Merek Sepeda Merek Polygon… 96 Tabel 4.19 Tingkat Akselerasi Sepeda Merek Polygon…………... 97 Tabel 4.20 Persepsi Responden Terhadap Tingkat Pelayanan

Dealer Resmi Polygon (Rodalink)……… 98 Tabel 4.21 Persepsi Responden Terhadap Tingkat Keawetan

Sepeda Merek Polygon……….. 99 Tabel 4.22 Persepsi Responden Tentang Tingkat Kekuatan

Sepeda Merek Polygon……….. 100 Tabel 4.23 Persepsi Responden Tentang Bahan Yang Dipakai

Untuk Memproduksi Sepeda Merek Polygon………… 102 Tabel 4.24 Persepsi Responden Tentang Tingkat Standarisasi

Mutu Sepeda Merek Polygon………. 103 Tabel 4.25 Persepsi Responden Tentang Tingkat Kualitas Serta

Teknologi Sepeda Merek Polygon………...……. 104 Tabel 4.26 Hasil Pengukuran Responden Pada 7 Variabel

Persepsi Kualitas……… 105 Tabel 4.27 Hasil Rentang Skala Persepsi Kualitas Sepeda

Merek Polygon Masyarakat di kota Malang…………. 105 Tabel 4.28 Atribut Produk Yang Dikaitkan Dengan Sepeda

(18)

Tabel 4.29 Inovasi Yang Dikaitkan Dengan Sepeda

Merek Polygon ……… 108 Tabel 4.30 Manfaat Rasional Yang Diasosiasikan Dengan

Sepeda Merek Polygon……….. 109 Tabel 4.31 Manfaat Psikologis Yang Diasosiasikan Dengan

Sepeda Merek Polygon……….. 110 Tabel 4.32 Sepeda Merek Polygon Diasosiasikan Dengan Harga.. 111

Tabel 4.33 Sepeda Merek Polygon Diaplikasikan/Digunakan……. 112 Tabel 4.34 Orang Terkenal Yang Diasosiasikan Dengan

Sepeda Merek Polygon………. 113 Tabel 4.35 Sepeda Merek Polygon Diasosiasikan Dengan

Gaya Hidup……….. 114 Tabel 4.36 Sepeda Merek Polygon Diasosiasikan Dengan

Kelas Produk………. 115 Tabel 4.37 Pesaing Sepeda Merek Polygon………... 116 Tabel 4.38 Sepeda Merek Polygon Diproduksi Di Negara……… 117 Tabel 4.39 Ringkasan Asosiasi Yang Membentuk Brand Image

Dari Sepeda Merek Polygon………. 118 Tabel 4.40 Seberapa Sering Anda Melakukan Pembelian Ulang

Sepeda Merek Polygon………. 120 Tabel 4.41 Berapa Kali Anda Membeli Sepeda Merek Polygon… 121 Tabel 4.42 Jumlah Merek Sepeda Yang Pernah Anda Beli……… 122 Tabel 4.43 Seberapa Sering Anda Membicarakan Sepeda Merek

(19)

Tabel 4.44 Seberapa Sering Anda Menyarankan Serta

Merekomendasikan Sepeda Merek Polygon

Kepada Rekan Anda ………. 124 Tabel 4.45 Hasil Tertinggi Jawaban Responden Pada 5 Variabel

Loyalitas Merek…………. ……… 125 Tabel 4.46 Posisi Loyalitas Merek Masyarakat Dikota Malang

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Wawancara Dan Kuesioner………. 136

Lampiran 2: Rekapitulasi Jawaban Kuesioner………... 142

Lampiran 3: Hasil Uji Realibilitas Perceived Quality……… 148

Lampiran 4: Hasil Uji Validitas Perceived Quality……… 149

Lampiran 5: Hasil Uji Realibilitas Brand Loyalty……….. 150

Lampiran 6: Hasil Output SPSS Frequency Perceived Quality……. 151

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David. 1991. Managing Brand Equity, Capitalizing On The Value Of Brand Name. New York: Free Press

A.B.Susanto. H.Wijanarko. 2004. Power Branding, Jakarta : Quantum Bisnis dan Manajemen. BPFE: Yogyakarta

Amirullah, 2002, Perilaku Konsumen, Graha Ilmu,Yogyakarta

Durianto, D. Sugiarto dan T. Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukan Pasar

Melalui Riset Ekuitas dan Prilaku Merek, PT. Gramedia Pustaka

Umum, Jakarta.

Durianto, Darmadi, Sugiarto, Lie Joko Budiman. 2004. Brand equity ten, Strategi memimpin pasar, Gramedia pustaka utama, Jakarta

Http:// www.Kontan-online.com/ Rabu 24 februari 2010

Http://www.Polygoncycle.com/2011.

Indrianto dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi Dan Manajemen. BPFE: Yogyakarta.

Kotler, Philip, alih bahasa : A.B. Susanto. 2002. Manajemen Pemasaran,

Edisi Millenium, Prenhallindo, Jakarta

Kotler, Philip, and Kevin, Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran,

(22)

Malhotra, Naresh K. 2005. Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan. PT,

Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta

Rangkuti, F. 2004. The Power Of Brands Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek Plus Analisis Kasus demgan

SPSS. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sanusi, anwar. 2003. Metodologi Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial

Dan Ekonomi, Buntara Media, Malang

Siagian dan Sugiarto. 2002. Metode Statistika Untuk Bisnis Dan

Ekonomi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung:

Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management And Strategy, ANDI,Yogyakarta

Widayat, 2004. Metode Penelitian Pemasaran : Aplikasi Sofware

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi saat ini yang dibarengi dengan

banyaknya produk dipasar, mengakibatkan banyaknya permintaan

terhadap suatu produk yang memiliki kualitas atau mutu yang baik.

Produk dengan kualitas, model, dan karakteristik tambahan dari produk

yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda, di pasar

karena adanya perbedaan persepsi dari produk di benak konsumen.

Membangun sebuah persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek,

karena merek yang sangat bernilai mampu mempengaruhi pilihan atau

preferensi konsumen, dan membantu konsumen dalam melakukan keputusan pembelian, yang pada akhirnya mampu menghasilkan

keuntungan bagi perusahaan. American Marketing Association dalam Kotler (2009:258) menyatakan bahwa merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang

dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau

sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk pesaing.

Keberadaan Merek memegang peranan penting pada

keberhasilan suatu usaha pemasaran perusahaan, karena pada hal ini

(24)

2

kualitas produk yang ditawarkan. Pentingnya merek dikemukakan oleh

Kotler (2004:460) bahwa merek bukanlah sekedar nama, istilah,

simbol, atau kombinasi. Lebih dari itu merek adalah aliran kas masa

depan atau merupakan janji perusahaan untuk bersikap konsisten

memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli.

Lebih jauh, sebenarnya merek merupakan nilai tangible (berwujud) dan intangible (tak berwujud) yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat. Merek memegang peranan

sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen

pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen (Durianto

dkk, 2001:1). Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan

emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil

produk melalui merek. Perusahaan pesaing bisa saja menawarkan

produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji

emosional yang sama.

Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek (brand equity) yang kuat. Menurut Aaker dalam Durianto dkk.(2001:4) brand equity adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi

(25)

3

perusahaan maupun pada pelanggan. Brand equity yang kuat dapat terbentuk melalui kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas (perceived quality) dan loyalitas merek (brand loyalty). Semakin kuat Brand equity suatu produk, semakin kuat pula rasa percaya diri konsumen dalam proses

pengambilan keputusan pembelian, sehingga mengantarkan perusahaan

untuk mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu. Persaingan

semakin meningkat diantara merek-merek yang beroperasi di pasar,

hanya produk yang memiliki brand equity kuat yang akan tetap mampu bersaing, merebut, dan menguasai pasar (Durianto dkk, 2001:6).

Keberadaan merek (brand awareness) adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

Asosiasi merek (brand association) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi merupakan pijakan

dalam keputusan pembelian dan loyalitas merek. Persepsi kualitas

(perceived quality) adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas yang diharapkan. Konsumen akan menyukai dan mungkin

menjadi loyal terhadap produk dengan persepsi kualitas yang tinggi.

(26)

4

yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya

perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain. Ekuitas merek

memegang peranan kunci terhadap psikologis seorang pelanggan

dalam pembentukan persepsi dan pembangunan karakter pelanggan.

Termasuk dalam memilih sebuah produk, contohnya Sepeda,

konsumen hanya akan membeli merek yang mereka percaya bahwa

merek tersebut dapat memberikan manfaat yang mereka inginkan.

Sepeda atau biasa disebut dengan sepeda pancal merupakan alat

transportasi yang seringkali dipakai dalam kehidupan sehari-hari baik

itu untuk pergi bekerja maupun sekedar hobbi. Pada kondisi global

yang dipicu oleh kesadaran masyarakat akan kesehatan dan

lingkungan hidup, khususnya Climate change indonesia juga kena imbas hal tersebut. Timbulnya kesadaran orang atas pentingnya

kesehatan dan lingkungan, keinginan untuk bersepeda itu makin

tumbuh. Saat ini banyaknya program atau kampanye tentang bersepeda

sedang gencar-gencarnya diseluruh daerah di Indonesia serta didukung

oleh masyarakat sendiri, seperti halnya Fun Bike, Gowes Go Green, Car Free Day, Bike To Work, Critical Mash dan Friday Bike Love.

Pada berkembangannya sekarang sepeda tidak seperti dulu

yang dapat dipakai tanpa melihat mutu serta modelnya, pada

(27)

5

bervariasi dan dibuat untuk setiap medannya seperti halnya untuk

pegunungan MTB (Mountain Bike) yaitu: Downhill, All Mountain, Fullsuss, Cross Country, Freeride, Dirt Jump. untuk race: Track, Triathlon, Road Race, dan untuk perkotaan : Hybrid Bike, City Bike, Fixie, Folding Bike, Tandem. Baik dilihat dari bentuk, bahan, merk maupun harga. Pesatnya perkembangan teknologi menurut

kegunaannya masing-masing sepeda bisa dibawa kemana-mana dan

sangat menunjang akan kebutuhan konsumen dilihat dari kegunaan

serta gaya hidup sehat dan usaha mengurangi polusi. Sampai saat ini

beberapa perusahaan sepeda lokal Indonesia, seperti PT Insera Sena

adalah produsen Polygon sepeda lokal di indonesia. Komitmennya

adalah mengembangkan The Leading Power Brand sebagai kekuatan sekaligus daya saing, juga senantiasa mempelajari kebutuhan dan

keinginan pelanggan, melakukan inovasi, serta terus membangun citra

produk.

Menurut salah satu majalah yang melakukan survei di

Indonesia yaitu majalah bulanan SWA edisi juli 2011, oleh Taufik

Hidayat (2011). Menyatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir PT

Insera Sena, produsen Polygon sebagai merek asli Indonesia

menguasai pasar sepeda “ sejak 2009 hingga 2011 “, Hal ini diperkuat

(28)

6

dengan Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI), yang

menunjukkan fakta bahwa selama 3 kali berturut-turut, yaitu dari tahun

2009 sampai 2011, Polygon mendapatkan penghargaan ICSA

(Indonesian Costumer Satisfaction Award) sebagai merek “TOP BRAND dan Indonesia Most Favourite Youth Brand 2011”. Dengan menduduki peringkat teratas kategori produk sepeda, dan berhasil

menembus pasar ekspor ke lebih dari 63 negara dan menerima

penghargaan Primaniyarta pada tahun 2009 sebagai salah satu dari 26

perusahaan ekportir nasional berprestasi. Berdasarkan data penjualan

per unit setiap tahun memperlihatkan pertumbuhan yang sangat

signifikan, ini dapat diketahui dari grafik di bawah ini.

Gambar 1.1

Data Penjualan Sepeda Polygon Per Unit 864.000

720.000

600.000

2009 2010 2011

(29)

7

Menurut Peter Mulyadi, Promotion Manager PT Insera Sena,

produsen sepeda Polygon yang dikutip dari www.kontan-online.com,

Rabu 24 februari 2010 menjelaskan, bahwa Polygon 75% pasar MTB

di Indonesia dikuasai oleh produk lokal. Berdasarkan riset dari majalah

SWA edisi juli 2011 mengenai merek sepeda lokal yang menguasai

pasar di Indonesia .

Tabel 1.1

Penguasaan Pasar Sepeda Berdasarkan Merek Lokal Merek 2009 2010 2011

Polygon 44,5 % 46 % 48,5 %

Wim Cycle 32,5% 29,5 % 31,5 %

United 23 % 24,5% 20 %

Sumber: Majalah SWA edisi juli 2011

Pada akhir tahun 2011, Polygon menempati posisi puncak

untuk ekspor dengan pangsa pasar 20% pertahun, dengan produksi

600.000 unit pertahun, dan Polygon menduduki peringkat pertama

pangsa pasar lokal tahun 2011 sebesar 48,5%, Wim Cycle 31,5%, dan

united bike 20%. Kapasitas produksi Polygon saat ini mencapai 1.800

unit per hari atau setara dengan 54.000 unit setiap bulan, dari jumlah

tersebut, 70% untuk pasar ekspor dan 30 untuk kebutuhan dalam

(30)

8

347 varian (ukuran), dikutip dari www.Polygoncycle.com. PT Insera

Sena juga menjadi Original Equipment Manufacturer (OEM), antara lain untuk merek Scott, Kona, Kuwahara dan Miyata. Kapasitas produksi OEM Insera mencapai 420.000 unit setiap tahun. Dan terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pembuatan dan perakitan

dilakukan di pabriknya di Sidoarjo, Jawa Timur.

Produsen sepeda seperti halnya PT Insera Sena pemegang

merek polygon merupakan produsen lokal sepeda yang memiliki

kualitas yang sudah mampu memperluas pemasaran baik ekspor

maupun import yang mampu bersaing dengan merek-merek sepeda

dengan Negara lain. Produsen polygon berkampanye berupaya untuk

membudayakan bersepeda kembali serta upaya kampanye “ Bike to

Health” untuk menjaga lingkungan, dengan adanya hal ini produsen

Polygon berupaya dalam kampanyenya bersepeda untuk menyehatkan

badan serta upaya mengurangi polusi udara. Ronny Liyanto, General

Manager Marketing PT Insera Sena, menjelaskan Produsen Polygon

menangkap peluang pasar dengan memberikan beberapa alternative design melihat dari kebutuhan masing-masing konsumen dalam membeli sepeda, hal ini memberikan pangsa pasar yang luas karena

produsen sepeda Polygon mampu memenuhi kebutuhan jenis maupun

(31)

9

Kota Malang merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang

terus berupaya menjaga lingkungan dari pemanasan global. Usaha

penghijauan dikota Malang juga berupaya mengadakan kampanye

bersepeda kembali dengan slogan Gowes Go Green. Seiring berkembangnya kampanye ini, pada tahun 2010 hingga saat ini upaya

tersebut terus berlanjut dengan banyaknya acara yang berkaitan dengan

program, seperti halnya Fun Bike, FNR (Friday Night Ride), Indonesia Critical Mash, dan Car Free Day. Berdasarkan program tersebut, banyak produsen sepeda mendapat peluang serta keuntungan dari

program Gowes Go Green, seperti halnya PT. Insera Sena produsen sepeda merek Polygon mengalami peningkatan penjualan per unit

setiap tahun memperlihatkan pertumbuhan yang sangat signifikan,

khususnya di kota Malang, ini dapat diketahui dari grafik di bawah ini:

Gambar 1.2

Data Penjualan Sepeda Polygon Per Unit Di Kota Malang

2010 2011 2012

Sumber: Survei AIPI (Asosiasi Industri Persepedahan Indonesia)

2.600

3.300

(32)

10

Berdasarkan data penjualan sepeda merek Polygon dikota Malang

mulai dari tahun 2010 sampai 2012, dari survei AIPI (asosiasi industri

persepedahan indonesia). Penjualan sepeda merek Polygon mengalami

peningkatan 25% pangsa pasar sepeda di kota Malang, dari data

tersebut sepeda merek Polygon mengalami peningkatan penjualan dari

tahun 2010 yaitu sejumlah 2.600 unit sepeda, sampai pada tahun 2012

yaitu sejumlah 5.000 unit sepeda mengalami peningkatan penjualan

tiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa antusiasme masyarakat

kota Malang terhadap permasalahan pemanasan global dalam upaya

mengurangi polusi serta menjaga kesehatan melalui bersepeda mulai

dilakukan. Masyarakat menganggap sepeda bukan lagi sekadar alat

transportasi, tetapi sepeda cenderung digunakan untuk olahraga

bernuansa Lifestyle. Melihat dari gaya hidup masyarakat di kota Malang dalam memenuhi kebutuhan hidup sehat serta upaya

mengurangi polusi melalui olahraga bersepeda. Saat ini dengan

banyaknya varian serta design sepeda membuat konsumen tidak ragu

memilih serta memakai sepeda sesuai keinginan serta fungsinya.

Melihat adanya fenomena ini yang telah diuraikan diatas maka

(33)

11

B. Perumusan Masalah

Oleh karena itu dengan memahami ekuitas merek maka bisa

diperoleh informasi yang bermanfaat bagi pengembangan strategi dan

program-program pemasaran perusahaan. Berdasarkan latar belakang

tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana Kesadaran Merek (Brand Awareness) sepeda merek Polygon di ingatan masyarakat kota Malang ?

2. Bagaimana Persepsi Kualitas (Perceived Quality) sepeda merek Polygon dibenak masyarakat kota Malang ?

3. Bagaimana Asosiasi Merek (Brand Asosiation) yang melekat pada masyarakat kota Malang terhadap sepeda merek Polygon?

4. Bagaimana Loyalitas Merek (Brand loyalty) masyarakat kota Malang terhadap sepeda merek Polygon ?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dalam pembahasannya, maka

lebih dikonsentrasikan pada elemen-elemen ekuitas merek David

(34)

12

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Berdasarkan latar belakang penelitian dan perumusan masalah, maka

tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui kesadaran merek masyarakat di kota Malang

terhadap sepeda merek Polygon

b. Untuk mengetahui bagaimana kesan kualitas sepeda merek

Polygon dari pandangan masyarakat di kota Malang.

c. Untuk mengetahui atribut-atribut dari Polygon apa saja yang

berasosiasi dengan masyarakat di kota Malang.

d. Untuk mengetahui apakah sepeda merek Polygon telah

menciptakan loyalitas pada masyarakat di kota Malang.

2. Kegunaan dari penelitian yang akan dilakukan dan setelah dilakukan

penelitian ini, maka hasil penelitian ini diharapkan :

a. Bagi dealer (distributor atau pengecer) Polygon

Sebagai informasi serta pengetahuan tentang persepsi konsumen

terhadap produk sepeda merek Polygon.

b. Bagi pemakai (konsumen) sepeda Polygon

Memberikan informasi serta pengetahuan kepada konsumen

tentang ekuitas merek pada sepeda merek Polygon sehingga

sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

(35)

13

c. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai salah satu referensi serta informasi yang diharapkan

dapat digunakan sebagai salah satu sumber dalam melakukan

(36)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Dan Studi Pustaka

Penelitian terdahulu yang dijadikan landasan serta sumber

informasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Any Widistry

(UMM:2006) dengan judul “Analisis Brand Equity (ekuitas merek) Sepeda Motor Merek Yamaha (Survei pada Masyarakat Desa

Kendalsari Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang)”.Variabel yang

digunakan antara lain kesadaran merek (brand awareness), Persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand assosiacition),dan loyalitas merek (brand loyalty). Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Tendensi Pusat atau Modus (Analisis tendensi pusat yang

menggunakan metode atau modus untuk mengetahui prosentase

kecenderungan jawaban responden atau jawaban yang sering muncul

yang digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan konsumen).

Penelitian terdahulu kedua yang dijadikan landasan serta

sumber informasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Hardi Susanto

(2009) dengan judul “ Analisis Brand Equity (Ekuitas Merek) Laptop Merek Acer (Studi Kasus pada Mahasiwa Jurusan Teknik Informatika

Universitas Muhammadiyah Malang)”. Metode analisis yang

(37)

15

yaitu: Brand Awareness, Perceived quality, Brand Association, dan Brand Loyalty. Digunakan tabulasi frekuensi dengan mengalkulasi frekuensi jawaban responden dan untuk menganalisis brand association digunakan uji Cochran untuk mengetahui asosiasi mana yang signifikan untuk digunakan dalam mendefinisikan laptop merek

acer.

Tabel 2.1

Bentuk Sederhana Penelitian Terdahulu

NO Topik Variabel Teknik

Analisa

a.Analisis Brand awareness diperoleh top of mind 25%, brand recall 22%, brand recognition 14%

b.Analisis Perceived Quality menghasilkan persentase modus 42

c.Analisis Brand assosiation menghasilkan masing-masing indikator bernilai positif dan paling indikator bernilai positif dan paling dengan prosentase modus 67%

d.Analisis Brand Loyalty menghasilkan persentase modus 54%

a.Analisis Kesadaran merek Menduduki top of mind dibandingkan dengan merek-merek lain.

b.Analisis perceived quality menunjukkan bahwa laptop merek acer mudah dalam pengoperasian, serta memiliki kinerja yang konsisten baik.

c.Analisis asosiasi, menunjukkan bahwa gambar logo merek acer yang cepat secara signifikan dalam membentuk

brand image atas produk laptop merek acer Analisis

d.Loyalitas, responden sungguh-sungguh menyukai laptop acer pada tingkatan

(38)

16

Dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang, terdapat

persamaan dan perbedaan:

1. Persaman penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

sama-sama meneliti tentang ekuitas merek. Dengan pengukuran

datanya menggunakan variabel terdiri dari kesadaran merek,

persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek

2. Perbedaan dengan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

adalah pada teknik analisis data, pada penelitian terdahulu yang

pertama menggunakan Analisis tendensi pusat atau modus (Analisis

tendensi pusat yang menggunakan metode atau modus untuk

mengetahui prosentase kecenderungan jawaban responden atau

jawaban yang sering muncul yang digunakan untuk mengetahui

bagaimana tanggapan konsumen) sedangkan penelitian sekarang

menggunakan teknik analisis data yaitu Tabulasi frekuensi dan

Rentang Skala.

B. Landasan Teori 1. Konsep produk

Produk merupakan salah satu komponen pada bauran pemasaran

(39)

17

kebutuhan, termasuk barang fisik jasa, pengalaman, acara, orang,

tempat, properti, organisasi, informasi dan ide.

Lima Tingkatan Produk menurut Kotler (2009:4) ada lima

tingkatan produk, yaitu manfaat inti (core benefit), produk dasar (basic product), produk yang diharapkan (expected product), produk tambahan (augmented product) dan produk potential (potential product).

Penjelasan tentang kelima tingkatan produk adalah :

1.1. Manfaat inti (Core benefit) yaitu manfaat dasar dari suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen.

1.2. Produk dasar (Basic product)yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indra.

1.3. Produk yang diharapkan (Expected product) yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi yang diharapkan oleh

pembeli pada saat membeli suatu produk.

1.4. Produk tambahan (Augmented product) yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha

dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing.

(40)

18

Tiap tingkatan produk tersebut menambahkan lebih banyak nilai

pelanggan dan kelimanya membentuk suatu hierarki nilai pelanggan.

Dalam menetapkan taktik bauran pemasaran, perlu memperhatikan

tujuan produk (product objective) sebagai berikut:

a. Product Features adalah karakteristik fisik yang berbeda dari sebuah produk

b. Product Benefit adalah fitur produk yang berguna bagi konsumen c. Product Design adalah fungsi produk yang berguna sesuai

kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen.

d. Product Quality adalah kinerja produk sesuai dengan spesifikasi produk serta sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan

konsumen.

2. Pengertian Merek (Brand)

Menurut American Marketing Assosiation, merek didefinisikan sebagai nama, istilah, simbol, tanda, rancangan, atau kombinasi dari

hal-hal tersebut. Pengertian menurut Kotler (2002:460), Merek adalah

nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal

tersebut, yang dimaksudkan untuk mengindentifikasikan barang atau

jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk

(41)

19

Menurut Rangkuti (2004:2), merek dapat juga dibagi dalam

pengertian lainnya, seperti :

2.1. Brand Name (nama merek) yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan. Misalnya, Pepsodent, BMW, Toyota dan

sebagainya.

2.2 Brand Mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan seperti lambang,

desain huruf atau warna khusus. Misalnya, simbol Toyota, gambar

tiga berlian Mitsubishi.

2.3 Trade Mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari merek yang dilindungi hukum karena

kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda

dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk

menggunakan nama merek (tanda merek)

2.4 Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang- undang untuk memproduksi, menerbitkan,

dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni

Jadi merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten

(42)

20

atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu

simbol, karena menurut Rangkuti (2004:3) merek memiliki enam

tingkat pengertian yaitu:

1. Atribut, merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu, Misalnya

BMW seri 7 merupakan merek mobil yang dirancang dengan

kualitas tinggi, selalu menjaga keamanan, bergengsi, berharga jual

mahal serta dipakai oleh para senior eksekutif perusahaan

multinasional.

2. Manfaat, berarti bahwa atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional dan emosional, yaitu “Selama mengendarai BMW seri 7,

saya merasa aman dan menyenangkan”. Selain itu atribut-atribut lain

juga harus dapat diterjemahkan menjadi manfaat yang dapat langsung

dirasakan oleh konsumen.

3. Nilai, merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen.

Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen

sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa

pengguna merek tersebut.

4. Budaya, merek mewakili budaya tertentu. Misalnya, Mercedes

mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik memiliki

cara kerja efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas

(43)

21

5. Kepribadian, merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.Yaitu

kepribadian bagi para penggunanya, jadi diharapkan dengan

menggunakan merek, kepribadian pengguna akan tercermin

bersamaan dengan merek yang dia gunakan.

6. Pemakai, merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut. Produsen selalu menggunakan

analogi orang-orang terkenal untuk penggunaan mereknya.

Misalnya, untuk menggambarkan orang sukses selalu menggunakan

BMW seri 7

Apabila suatu perusahaan menggunakan merek hanya sekedar

nama, maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek yang

sebenarnya. Tantangan dalam pemberian merek adalah

mengembangkan satu set makna yang mendalam untuk merek tersebut

(distinctive values). Dengan enam tingkat pengertian merek diatas, perusahaan harus menentukan pada tingkat mana akan menanamkan

identitas mereknya. Dan menurut A.B Susanto (2004:12), Tipoligi

merek dapat dibagi dalam pengertian lainnya, seperti :

1. Merek Fungsional (Functional Brands) adalah berkaitan dengan manfaat fungsional (Functional Benefit) sehingga sangat terkait dengan penafsiran yang dikaitkan dengan atribut-atribut

(44)

22

2. Merek Citra (Image Brands) adalah untuk memberikan manfaat ekspresi diri (self expression benefit). Misalnya Mount Blanc dan Merceds Benz .

3. Merek Eksperiensial (Experiental Brands) Merek eksperiensial adalah memberikan manfaat emosional, Misalnya Disney dan

Singapore Airline.

3. Peran merek

Merek mengidentifikasikan sumber atau membuat produk dan

memungkinkan konsumen, individual atau organisasi untuk

menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu.

Konsumen biasanya mengevaluasi produk identik secara berbeda,

tergantung pada bagaimana produk diberi merek. Konsumen belajar

tentang merek melalui pengalaman masa lampau dengan produk dan

program pemasarannya. Konsumen menemukan merek mana yang

memuaskan kebutuhan mereka dan mana yang tidak. Ketika kehidupan

konsumen menjadi lebih rumit, sibuk, dan kekurangan waktu,

kemampuan merek untuk menyederhanakan pengambilan keputusan

dan mengurangi resiko menjadi tak ternilai.

Merek juga menunjukkan fungsi-fungsi yang bernilai bagi

perusahaan. Merek menyederhanakan penanganan atau penulusuran

(45)

23

dan catatan akunting. Sebuah merek juga menawarkan perlindungan

hukum yang kuat untuk fitur atau aspek produk yang unik. Nama

merek dapat dilindungi melalui paten, pengemasan dapat dilindungi

melalui hak cipta dan rancangan. Hak properti intelektual ini

memastikan bahwa perusahaan dapat melakukan investasi secara aman

dalam merek dan memperoleh keuntungan dari aset yang bernilai.

Merek dapat menambahkan satu tingkat mutu tertentu, sehingga

pembeli yang puas dapat lebih mudah memilih produk. Kesetiaan

merek memberikan kemampuan untuk meramal dan keamanan

permintaan bagi perusahaan sekaligus menciptakan hambatan

perusahaan lain memasuki pasar.

4. Strategi Merek

Kotler dan Keller (2002:471), perusahaan memiliki lima pilihan

strategi merek, yaitu:

4.1. Perluasan Lini (line extension)

Perluasan lini terjadi jika perusahaan memperkenalkan unit

produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek

yang sama, biasanya dengan tampilan baru, seperti rasa, bentuk,

(46)

24

4.2. Perluasan Merek (Brand Extension)

Sebuah perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang

sudah ada untuk meluncurkan suatu produk dalam kategori baru.

4.3. Multi merek (Multibrand)

Perusahaan sering memperkenalkan merek tambahan dalam

kategori produk yang sama.

4.4. Merek Baru (New Brand)

Ketika perusahaan meluncurkan produk dalam suatu kategori baru

perusahaan mungkin menemukan bahwa tidak satupun merek

yang dimilikinya tepat untuk produk tersebut.

4.5. Merek bersama (Cobrand)

Fenomena yang meningkat adalah munculnya merek bersama atau

Cobranding (juga disebut dual branding), yaitu dua atau lebih merek terkenal dikombinasikan dalam satu tawaran.

5. Pengertian Brand Equity (Ekuitas Merek)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Barwise pada

tahun 1993 dalam Rangkuti (2004:8), pada saat itu banyak praktisi

periklanan menggunakan istilah ”Brand equity” (ekuitas merek). Sejak itu sampai sekarang, terdapat tiga kategori yang banyak dipakai

(47)

25

(brand extension) dan brand equity yang diukur dari perspektif pelanggan.

Mereka memakai teori financial (David Aaker, 1990; Davis dan

Douglass, 1995) berpendapat bahwa Corporate Executive tidak akan mengetahui nilai aset intangible dari perusahaannya. Tanpa mengetahui aspek keuangan perusahaan yang bersangkutan. Aspek

keuangan penting untuk diketahui pada saat perusahaan melakukan

akuisisi atau berusaha melakukan take over. Tanpa mengetahui nilai masing-masing merek, kemungkinan besar nilainya akan menjadi

under valued.

Pandangan kedua dari brand equity adalah korelasi antara brand equity dan brand extension (Pitta and Katsanis, 1995; Baldinger, 1990) disini, brand equity diukur berdasarkan kemampuan merek tersebut mendukung perluasan merek yang dilakukan. Semakin tinggi

nilai brand equity yang dimiliki, upaya perluasan merek akan semakin baik.

Pandangan ketiga berkaitan dengan perspektif konsumen

tentang brand equity (Pokorny, 1995; Lassar, Mittal, Shama, 1995). Peneliti yang berpihak pada pandangan ketiga ini lebih banyak

berhubungan dengan masalah psikologis dan perilaku konsumen. Jadi,

(48)

26

pemasaran dapat menentukan seberapa jauh persepsi brand equity yang dimiliki oleh pelanggan terhadap suatu merek. Analisis yang

digunakan adalah loyalitas merek, dominasi merek dan kesan merek

sebagai komponen dari brand equity (Farquhar, 1990; Chaudhuri, 1995).

Berdasarkan metode yang digunakan untuk mendefinisikan

brand equity ternyata brand equity dapat dilihat berdasarkan aspek keuangan atau aspek pandangan pelanggan. Kombinasi antara kedua

pandangan tersebut dapat merumuskan perluasan merek.

6. Manfaat Ekuitas Merek (Brand Equity)

Manfaat dari ekuitas merek dapat dibagi menjadi dua yaitu:

6.1. Memberikan nilai kepada konsumen

Aset ekuitas merek pada umumnya menambahkan atau

mengurangi nilai bagi para konsumen.

6.1.1. Aset-aset ini bisa membantu konsumen menafsirkan, berproses

dan menyimpan informasi dalam jumlah yang besar mengenai

produk dan merek.

6.1.2. Ekuitas merek juga bisa mempengaruhi rasa percaya diri

konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, baik itu

karena pengalaman masa lalu dalam menggunakan maupun

(49)

27

6.1.3.Memberikan lebih penting adalah kenyataan bahwa kesan

kualitas dan asosiasi merek bisa menguatkan kepuasan konsumen

dengan pengalaman menggunakannya.

6.2. Memberikan Nilai Kepada Perusahaan

Ekuitas merek juga memiliki potensi untuk menambah nilai bagi

perusahaan dengan membangkitkan arus kas marginal, setidaknya

lewat enam cara yaitu:

6.2.1.Ekuitas merek menguatkan program memikat para konsumen

baru atau merangkul kembali konsumen lama. Promosi,

memberikan insentif untuk mencoba rasa baru atau kegunaan

baru akan lebih efektif jika merek itu dikenal dan jika tidak ada

kebutuhan untuk mengurangi kebimbangan konsumen terhadap

kualitas merek.

6.2.2. Empat dimensi ekuitas merek yang terakhir bisa menguatkan

loyalitas merek. Persepsi kualitas, asosiasi, dan nama yang

terkenal bisa memberikan alasan untuk membeli dan bisa

mempengaruhi kepuasan penggunaan. Bahkan jika ketiganya

tidak penting dalam proses pemilihan merek, ketiganya tetap bisa

mengurangi rangsangan untuk mencoba merek-merek lain.

Loyalitas merek yang telah dikuatkan terutama penting untuk

(50)

28

memperoleh keuntungan produk. Loyalitas merek adalah salah

satu dimensi ekuitas merek. Pengaruh potensial dimensi-dimensi

lain atau loyalitas adalah cukup penting, sehingga

terang-terangan dimasukkan sebagai salah satu diantara dimensi-dimensi

ekuitas merek yang lain. Sebagai contoh, kesan kualitas bisa

dipengaruhi oleh kesadaran (sebuah nama memungkinkan

menampilkan kesan bahwa produk ini dibuat dengan baik), oleh

asosiasi-asosiasi (juru bicara yang kompeten akan meneguhkan),

dan oleh loyalitas (seorang konsumen yang loyal tidak akan

menyukai produk yang rendah kualitasnya). Dalam beberapa

situasi, mungkin berguna secara eksplisit memasukkan

dimensi-dimensi ekuitas merek yang lain sebagai keluaran dari ekuitas

merek sebagaimana masukan.

6.2.3.Ekuitas merek biasanya akan memungkinkan margin yang lebih

tinggi dengan memungkinkan harga optimum (premium pricing) dan mengurangi ketergantungan pada promosi. Dalam banyak

konteks, elemen-elemen ekuitas merek menunjang harga

optimum. Jelasnya sebuah merek yang memiliki kelemahan

dalam ekuitas merek harus menginventasikan lebih banyak untuk

aktivitas promosi. Adakalanya sekedar untuk menjaga posisinya

(51)

29

6.2.4. Ekuitas merek bisa memberikan landasan untuk pertumbuhan

lewat perluasan merek.

6.2.5 Ekuitas merek bisa memberikan dorongan dalam saluran

distribusi seperti halnya para konsumen, perdagangan pun tidak

ragu-ragu dalam suatu merek yang telah teruji dan telah

memperoleh pengakuan dan asosiasi. Merek yang kuat akan

mendapatkan keuntungan dalam urusan penempatan barang

ditoko-toko swalayan dan kerjasama dalam menerapkan

program-program pemasaran.

6.2.6.Aset-aset ekuitas merek memberikan keuntungan kompetitif yang

sering menghadirkan rintangan nyata terhadap para competitor. 7. Konsep Ekuitas Merek

Menurut David Aaker dalam Rangkuti (2002:39), ekuitas

merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu menambah

atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa

kepada perusahaan atau kepada pelanggan perusahaan.

Menurut Kotler (2002:461), Brand Equity sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu merek merasa puas dan

(52)

30

merek itu. Menurut Kotler (2009:263), ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa yang dapat

tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam

hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan

profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan.

Menurut Aaker dalam Durianto dkk (2004:3) brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu :

7.1. Kesadaran merek (brand awareness) yaitu kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu

merek merupakan bagian dari kategori atau produk tertentu.

7.2. Asosiasi merek (brand association) yaitu segala kesan yang muncul dan terikat dengan ingatan konsumen mengenai suatu

merek.

7.3. Persepsi kualitas (perceived quality) yaitu Persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau jasa layanan dengan maksud

yang diharapkan konsumen.

7.4. Loyalitas merek (brand loyalty) yaitu merupakan ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek

7.5. Aset-aset merek lainnya (other proprietary brand assets)

(53)

31

merek tersebut memenuhi empat dimensi elemen utama dari brand equity, yaitu brand awareness (telah dikenal oleh konsumen), brand assosiaciation (memiliki asosiasi merek yang baik), perceived quality (dirasakan konsumen sebagai produk yang berkualitas) dan brand loyalty (memiliki pelanggan yang setia). Dan elemen ekuitas merek yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas elemen

utama tersebut. Konsep ekuitas merek ini memperlihatkan kemampuan

ekuitas merek dalam menciptakan nilai bagi perusahaan dan pelanggan

atas dasar lima elemen yang telah disebutkan, bahwa ekuitas merek

merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri dimata

pelanggannya dalam bentuk :

a. Aset yang dikandungnya dapat membantu pelanggan dalam

menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi yang terkait

dengan produk dan merek tersebut.

b. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen

dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman

masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan

berbagai karakteristik merek. Dalam kenyataannya, persepsi

kualitas dan asosiasi merek dapat mempertinggi tingkat kepuasan

(54)

32

8. Mengukur Brand Equity (Ekuitas Merek)

Pengukuran Brand Equity dapat dilakukan dengan mengukur kelima elemen dari Brand Equity itu sendiri yaitu Brand Awareness, Brand Assosiaciation, Brand Loyalty, Perceived Quality Dan Other Proprietary Brand Asset

Gambar 2.1 Konsep Brand Equity

Sumber : Duriyanto dkk (2001:5)

Brand equity

2. Rasa percaya diri dalam

(55)

33

a. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek

merupakan bagian dari kategori merek tertentu.

Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat

tertinggi adalah sebagai berikut :

1) Tidak menyadari merek (Unaware of Brand)

Adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek,

dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.

2) Pengenalan merek (Brand Recognition)

Adalah tingkat minimal kesadaran merek, di mana pengenalan suatu

merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat

bantuan (aided recall).

3) Pengingatan kembali terhadap merek (Brand Recall)

Adalah pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan

(unaided recall).

4) Puncak pikiran (Top of Mind)

Adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau

yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata

lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek

(56)

34

Sumber: Aaker dalam Durianto, (2001:55)

Gambar 2.2 Piramida Kesadaran Merek

Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami

dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai

(Durianto dkk, 2001:57). Kesadaran merek memberikan nilai melalui

empat cara, seperti pada gambar 2.2 dibawah ini :

Sumber: Durianto dkk. (2001:56)

Gambar 2.3 Nilai-Nilai Kesadaran Merek

Kesadaran Merek

Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi

Familier/rasa suka

Substansi/komitmen

(57)

35

Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut :

1) Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi

Suatu merek yang kesadarannya tinggi dibenak konsumen akan

membantu asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena

daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak

konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika

kesadaran suatu merek rendah, maka asosiasi yang diciptakan oleh

pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut.

2) Rasa suka/familier

Jika kesadaran atas merek sangat tinggi, konsumen akan sangat

akrab dengan merek tersebut, dan lama-kelamaan akan timbul rasa

suka yang tinggi terhadap merek tersebut.

3) Substansi/komitmen

Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen,

dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika

kesadaran atas merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat

kita rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi

biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu diiklankan secara

luas, eksistensi yang sudah teruji oleh waktu, jangkauan distribusi

(58)

36

4) Mempertimbangkan merek

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah

menyeleksi merek-merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk

dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli.

Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam

ingatan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam benak

konsumen.

Untuk mengukur Brand awareness, terdapat dua dimensi, antara lain: 1. Tingkat Pengenalan

Seberapa banyak frekuensi informasi yang diperoleh baik

berupa informasi dari media cetak maupun media elektronik tentang

suatu produk. Bertujuan mengetahui sejauh mana seseorang

mengetahui merek produk tersebut dalam suatu kategori suatu

produk.

2. Tingkat Pengingatan

Seberapa banyak informasi yang disimpan, dari volume

informasi serta banyaknya mengetahui serta upaya dalam

mengingat, baik itu media cetak ataupun media elektronik yang

(59)

37

b. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

Didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan

kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan

maksud yang diharapkan.

Secara umum menurut Durianto dkk (2001:101), persepsi kualitas

dapat menghasilkan nilai-nilai yang tercantum pada gambar 2.3

berikut:

Sumber: Durianto (2001:101)

Gambar 2.4 Nilai-Nilai Persepsi Kualitas a) Nilai-Nilai Persepsi Kualitas

1. Alasan membeli, persepsi kualitas sebuah merek memberikan alasan

yang penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek

Persepsi Kualitas

Alasan untuk membeli

Diferensiasi/posisi

Harga optimum

Minat saluran distribusi

(60)

38

mana yang harus dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi

merek apa yang akan dipilih.

2. Diferensiasi, artinya, suatu karakteristik penting dari merek adalah

posisinya dalam dimensi kesan kualitas.

3. Harga optimum, keuntungan ketiga ini memberikan pilihan-pilihan

di dalam menetapkan harga optimum (premium price)

4. Meningkatkan minat para distributor, keuntungan keempat ini

memiliki arti penting bagi para distributor, pengecer serta berbagai

saluran distribusi lainnya, karena hal itu sangat membantu

perluasan distribusi.

5. Perluasan merek, kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara

mengenalkan berbagai perluasaan merek, yaitu dengan

menggunakan merek tertentu untuk masuk ke dalam kategori

produk baru.

b). Persepsi kualitas menciptakan profitabilitas

1. Persepsi kualitas mempengaruhi pangsa pasar.

Setelah memperhatikan faktor-faktor lainnya, produk dengan

kualitas lebih tinggi disukai dan akan mendapatkan pangsa pasar

(61)

39

2. Persepsi kualitas mempengaruhi harga.

Persepsi kualitas yang lebih tinggi memungkinkan suatu perusahaan

untuk menetapkan harga yang lebih tinggi. Harga yang lebih tinggi

tersebut bisa secara langsung meningkatkan profitabilitas atau

memungkinkan perusahaan meningkatkan kualitasnya lebih jauh

untuk menciptakan halangan-halangan kompetitif yang lebih besar.

Jelasnya, harga yang lebih tinggi cenderung memperkuat Persepsi

kualitas sebab harga dalam hal ini bertindak sebagai pertanda yang

mengarah pada kualitas.

3. Persepsi kualitas mempengaruhi Profitabilitas

Profitabilitas sebagai kelanjutan dari dampak terhadap pangsa pasar

dan harga. Persepsi kualitas yang telah ditingkatkan akan menaikkan

profitabilitas kendati harga dan pangsa pasar tidak terpengaruh.

Biaya mempertahankan pelanggan mungkin akan mengecil seiring

dengan kompetitif akan berkurang jika kualitas meningkat. Dalam

banyak contoh, terdapat kaitan langsung antara kualitas dan ROI.

4. Persepsi kualitas tidak memberi pengaruh negatif pada biaya.

Persepsi kualitas tidak mempengaruhi biaya sama sekali. Pencitraan

mengenai adanya asosiasi yang alami antara suatu strategi celah

(62)

40

tidak terangkum dalam data. Konsep bahwa “ kualitas adalah gratis”

mungkin karena kualitas yang diperkuat menghasilkan pengurangan

cacat produk dan menurunkan biaya proses manufaktur.

Untuk mengukur perceived quality, menurut David A. garvin dalam Durianto (2004:52) terdapat tujuh dimensi, antara lain:

1. Kinerja yaitu mencerminkan kemampuan yang dimiliki produk

tersebut

2. Pelayanan yaitu mencerminkan kemampuan memberi pelayan pada

produk tersebut.

3. Ketahanan yaitu mencerminkan umur ekonomis sebuah produk

(berapa lama produk akan bertahan)

4. Kehandalan yaitu konsistensi kinerja dari satu pembeli hingga

pembeli berikutnya dan presentase waktu yang memiliki produk

untuk berfungsi sebagaimana mestinya.

5. Karakteristik produk yaitu melibatkan berbagai karakteristik

operasional utama sebuah produk.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi yaitu ketiadaan, kerusakan atau cacat

dari produk.

(63)

41

c. Asosiasi Merek ( Brand Association)

Sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk.

Asosiasi ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat

kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat apabila

dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk

mengkomunikasikannya.

Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan, nilai

asosiasi merek tersebut, menurut Aaker dalam Rangkuti antara lain :

Sumber: Rangkuti (2004:43)

Gambar 2.5 Nilai-Nilai Asosiasi Merek

Asosiasi merek

Membantu proses penyusunan informasi

Diferensiasi/posisi

Alasan pembelian

Menciptakan sikap/perasaan positif

Gambar

Data Penjualan Sepeda Polygon Per UnitGambar 1.1
Tabel 1.1 Penguasaan Pasar Sepeda Berdasarkan Merek Lokal
Tabel 2.1 Bentuk Sederhana Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Piramida Kesadaran Merek
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ekuitas merek( brand equity) yang terdiri dari variabel kesadaran merek ( brand awareness ), asosiasi merek ( brand association ), persepsi kualitas ( perceived

Ekuitas merek(brand equity) yang terdiri dari variabel kesadaran merek (brand awareness) , asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas (perceived quality) , dan

Untuk mengetahui pengaruh brand equity yang berupa kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek secara parsial terhadap keputusan pembelian sepeda

Manfaat yang diperoleh dari skripsi ini adalah memberi informasi kepada pembaca mengenai bagaimana posisi kesadaran merek (brand awareness), asosiasi-asosiasi apa saja yang melekat

Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengukur elemen-elemen ekuitas merek asuransi raya yang terdiri dari brand awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi

Ekuitas merek(brand equity) yang terdiri dari variabel kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas (perceived quality),

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dimensi dari brand equity yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan pada merek sepeda motor Honda terhadap

Ketika kita mempunyai tujuan untuk bicara brand equity, ada empat dimensi yang harus dipertimbangkan yaitu, 1 kesadaran merek brand awareness yang merupakan kemampuan pelanggan untuk