PENERAPA WO STAY TWO STRAY PADA POKOK BAHA
I DAN FUNGSI DI KELAS VIII SEMESTE NEGERI 1 BOTODAYAAN GUNUNGKIDU GYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013
Skripsi
iajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan TAS KEGURUAN DAAN ILMU PENDIDIK
“Seperti pe
elangi sehabis hujan, itulah janji setiaMu T ku, telah menanti harta yang tak ternilai d
rsembahkan kepada:
Kristus yang selalu memberiku kasih karu m hidupku
uk terkasih yang selalu memberikan doa,
is Wibowo yang selalu mengisi ha saat mengerjakan skripsi ini
vii
ABSTRAK
NOVI KRISTINARINI. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi di Kelas Viii Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013 . Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan relasi dan fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray, serta untuk mengetahui
respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran tersebut. Oleh karena itu penelitian ini termasuk penelitian pra eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 September–18 Oktober 2012. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 34 orang.
Penelitian ini dilakukan selama 4 kali pertemuan yang kegiatan pembelajarannya mengacu pada komponen utama model pembelajaran kooperatif
Two Stay Two Stray, yaitu diskusi kelompok, diskusi antar kelompok dan diskusi
kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran, soal tes, lembar kerja siswa, lembar pengamatan keaktifan siswa, angket dan lembar wawancara. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa, data keaktifan siswa dan data respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Data hasil belajar siswa diperoleh melalui tes materi prasyarat, tes prestasi belajar dan nilai kelompok yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria prestasi. Data keaktifan siswa diperoleh melalui hasil pengamatan di setiap pertemuan dengan menggunakan pedoman lembar observasi yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria keaktifan. Data respon guru diperoleh melalui wawancara dan data respon siswa diperoleh melalui angket yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar yang diperoleh siswa tergolong sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata tes prestasi belajar 79,71; nilai rata-rata masing-masing kelompok 87,5% tergolong sangat baik; 91,18% siswa lulus KKM. (2) Tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pada pertemuan I tergolong sangat rendah dengan skor rata-rata 13,76; pada II tergolong rendah dengan skor rata-rata 20,7; sedangkan pada pertemuan III tergolong cukup dengan skor rata-rata 32,38 dan pada pertemuan IV tergolong tinggi dengan skor rata-rata 41,88. (3) Respon siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif TSTS tergolong sangat positif. Respon siswa dapat dilihat dari hasil analisis angket 91,18% siswa memenuhi kriteria Sangat Positif. Sedangkan respon guru dapat diketahui dari hasil wawancara yang menunjukkan respon guru tergolong sangat positif.
viii
ABSTRACT
NOVI KRISTINARINI. 2013. The Implementation of Two Stay Two Stray Type within Cooperative Learning Model on the Topic of Relations and Function to Eight Grade Students of SMP N 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta in the First Semester for Academic Year 2012/ 2013. Thesis. Mathematics, Education, Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research is a pre-experimental research which aimed to find out the students study results and students activity degree in Mathematics learning process on topic relations and function by applying Two Stay Two Stray type within cooperative learning model. Besides that, this research aimed to find out
both the students and teacher’s response to the Mathematic learning process by
Two Stay Two Stray type within cooperative learning. The research was conducted
from September 8, 2012 to October 18, 2012. The subjects of the research were eight grade students of SMP N 1 Botodayaan in the first semester for academic year 2012- 2013.
The research was conducted in four meetings. The steps conducted in each meeting referred to the main components of Two Stay Two Stray type within cooperative learning model. They were group discussion, intergroup discussion, and class discussion. The research instruments included were lesson plan, test sheets, student work sheets, observation sheets, questionnaire, and interview guideline. The data of students study results, students activity degree, students response, and teachers response were required in this research. The data of students study results was obtained from prerequisite material test, achievement test, and groups value. The data was then analyzed based on achievement criteria. Meanwhile, the data of students activity degree was obtained through observation in every meeting. The data was then analyzed based on activity criteria. Furthermore, the data of students response was obtained from questionnaire and the data of teacher response was obtained from interview. After that, the data was then analyzed based on response criteria.
The research showed that: (1) The student’s study results rated very well. This was showed by the average of achievement test value was 76.67, and 91.18% of students passed KKM. Other than that, the average value of each group was
rated very well. It was 87.5%. (2) The student’s activity degree at the first meet was rated very low. This was shown by the average score of student’s activity
result. It was 13.76. Then at the second meet, the student’s activity degree was ratedlow. The average score of the student’s activity result was 20.71. Also, at the
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika
2. Ibu Veronica Fitri Rianasari, S.Pd, M.Sc selaku dosen pembimbing yang
dengan kesabarannya senantiasa memberi bimbingan dan arahan yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.
5. Segenap staf sekretariat dan dosen-dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memperlancar studi penulis di Universitas Sanata
Dharma.
6. Bapak Dayar, S.Pd selaku guru bidang studi Matematika di SMP N 1
Botodayaan yang telah memberikan kesempatan, kerjasama, dan dukungan
xi
siswa SMP N 1 Botodayaan yang juga ikut berpartisipasi dalam penelitian
yang diselenggarakan oleh peneliti.
7. Bapakku Hardi Sutrisna, ibuku Saminah, kakakku Eni Kristanti dan Matheus
Kristiyanto, dan adikku Andreas Janu Wibowo, terimakasih atas kasih sayang,
doa, semangat dan dukungannya.
8. Antonius Aris wibowo, terimakasih atas doa, semangat dan dukungannya.
9. Esti Windarti, Yohana Yunita, Rosalia Wahyu, trimakasih atas semangat dan
kebersamaan kita selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas
bantuan dan doanya.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
terutama dunia pendidikan. Penulis bersedia menerima saran dan kritik yang
membangun untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... vi
ABSTRAK ………. vii
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Identifikasi Masalah……… 3
C. Tujuan Penelitian ………. 4
D. Batasan Masalah ……….. 5
E. Batasan Istilah ………. 6
xiii
G. Sistematika Penulisan ……….. 9
BAB II LANDASAN TEORI ………. 11
A. Pembelajaran Matematika ……… 11
1. Belajar ……… 11
2. Pembelajaran ………. 14
3. Matematika ……… 16
4. Pembelajaran Matematika ………. 18
B. Hasil Belajar ……… 19
C. Keaktifan ………. 19
D. Model Pembelajaran Kooperatif ……….. 21
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS).. 32
F. Relasi dan Fungsi ………. 37
1. Relasi ………. 37
2. Fungsi/ Pemetaan ……...……… 41
G. Kerangka Berpikir ……… 44
BAB III METODE PENELITIAN ………. 47
A. Jenis Penelitian ……….... 47
B. Subjek dan Objek Penelitian ………. 48
C. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 49
D. Variabel Penelitian ……….. 49
E. Instrumen Penelitian ……… 49
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……… 49
xiv
3. Lembar pengamatan/ observasi ………. 53
4. Tes materi prasyarat dan tes prestasi belajar ……… 54
5. Lembar pengamatan keaktifan siswa ………. 54
6. Lembar angket siswa ………. 56
7. Lembar wawancara guru ……… 57
F. Bentuk Data ………. 57
1. Data hasil belajar siswa ………. 57
2. Data keaktifan siswa ……….. 58
3. Data respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) ………. 58
G. Uji Hipotesis ……… 58
H. Rancangan Penelitian ……….. 59
I. Metode Pengumpulan Data ……….. 60
1. Observasi/ pengamatan ……….. 60
2. Hasil belajar siswa ………. 61
3. Wawancara ……… 63
4. Angket ……… 64
5. Dokumentasi……… 65
J. Teknik Analisis Data ……….. 65
1. Validitas dan reliabilitas butir soal ………. 65
2. Teknik analisis hasil belajar siswa ……….. 67
3. Teknik analisis keaktifan siswa ……….. 73
xv
BAB IV PELAKSANAAN DAN DESKRIPSI DATA ……….. 76
A. Pelaksanaan Penelitian ……… 76
1. Sebelum Penelitian ……… 76
2. Selama penelitian ……….. 78
3. Setelah penelitian ………... 108
B. Deskrispsi Data ……… 109
1. Data hasil uji coba tes materi prasyarat ……… ….. 109
2. Data hasil uji coba tes prestasi belajar ……… 111
3. Data hasil belajar siswa ……….. 112
4. Data keaktifan siswa ……….. 116
5. Data nilai ulangan relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya …….. 121
6. Data respon guru dan siswa ……… 122
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……… 127
A. Analisis Data ………... 127
1. Uji Hipotesis ……….. 127
2. Analisis validitas dan reliabilitas butir soal uji coba tes materi prasyarat ………..…. 128
3. Analisis validitas dan reliabilitas butir soal uji coba tes prestasi belajar ……….……. 130
4. Analisis hasil belajar siswa ………. 134
5. Analisis data keaktifan siswa ………. 140
6. Analisis nilai tes relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya ……… 143
xvi
B. Pembahasan ………. 147
C. Kelemahan Penelitian ……….. 150
BAB VI PENUTUP ……… 151
A. Kesimpulan ……….. 151
B. Saran ……… 152
DAFTAR PUSTAKA ………. 154
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan
beberapa model pembelajaran kooperatif lain ……… 35
Tabel 3.1 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada tiap-tiap pertemuan……… 51
Tabel 3.2 Klasifikasi reliabilitas soal (harga r)……… 67
Tabel 3.3 Sistem penilaian tes materi prasyarat……… 67
Tabel 3.4 Kriteria penilaian hasil tes awal………... 68
Tabel 3.5 Sistem penilaian tes prestasi belajar ……… 69
Tabel 3.6 Kriteria penilaian hasil tes prestasi belajar………..………... 71
Tabel 3.7 Kriteria penilaian kelompok……… 72
Tabel 3.8 Kriteria keaktifan siswa………... 74
Tabel 3.9 Kriteria respon siswa……… 75
Tabel 4.1 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan I……… 84
Tabel 4.2 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan II ……….. 90
Tabel 4.3 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan III………. 97
Tabel 4.4 Skor uji coba tes materi prasyarat……….. 110
Tabel 4.5 Skor uji coba tes prestasi belajar………. 111
xviii
Tabel 4.7 Nilai tes prestasi belajar ……… 113
Tabel 4.8 Nilai kelompok pada pertemuan I……… 115
Tabel 4.9 Nilai kelompok pada pertemuan II……… 115
Tabel 4.10 Nilai kelompok pada pertemuan III………. 116
Tabel 4.11 Nilai kelompok pada pertemuan IV……….. 116
Tabel 4.12 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan I.. 117
Tabel 4.13 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan II. 118 Tabel 4.14 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan III ……… 119
Tabel 4.15 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan IV……….. 120
Tabel 4.16 Nilai ulangan relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya…...……... 121
Tabel 4.17 Hasil angket respon siswa ………..… 122
Tabel 5.1 Validitas butir soal uji coba tes materi prasyarat ………... 128
Tabel 5.2 Validitas butir soal uji coba tes prestasi belajar……….. 131
Tabel 5.3 Kriteria hasil nilai tes materi prasyarat……….. 135
Tabel 5.4 Kriteria hasil nilai tes prestasi belajar………. 136
Tabel 5.5 Persentase kelulusan yang dicapai siswa pada tes prestasi belajar ………. 136
Tabel 5.6 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan I………... 137
Tabel 5.7 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan II………. 137
Tabel 5.8 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan III……… 138
xix
Tabel 5.10 Nilai rata-rata kelompok ……….……… 139
Tabel 5.11 Kriteria hasil nilai rata-rata kelompok………. 140
Tabel 5.12 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan I ………… 140
Tabel 5.13 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan II…………. 141
Tabel 5.14 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan III………… 141
Tabel 5.15 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan IV………… 142
Tabel 5.16 Skor rata-rata keaktifan siswa pada tiap-tiap pertemuan………. 142
Tabel 5.17 Kriteria hasil nilai tes tahun ajaran sebelumnya……….. 143
Tabel 5.18 Persentase kelulusan yang dicapai siswa pada tahun ajaran
sebelumnya……….. 144
Tabel 5.19 Kriteria respon siswa terhadap masing-masing pernyataan
dalam angket……… 144
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh relasi dari himpunan A ke himpunan B………….... 38
Gambar 2.2 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan
diagram panah……… 39
Gambar 2.3 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan
diagram kartesius……… 40
Gambar 2.4 Menyatakan fungsi/ pemetaan dari himpunan A ke
himpunan B dengan diagram panah……….. 42
Gambar 2.5 Menyatakan fungsi/ pemetaan dari himpunan A ke
himpunan B dengan diagram kartesius ………. 43
Gambar 4.1 Siswa sedang mencatat materi yang diajarkan guru……….. 77
Gambar 4.2 Aktivitas siswa di dalam kelas ……….. 78
Gambar 4.3 Siswa-siswa sedang menyusun meja dan kursi………. 82
Gambar 4.4 Peneliti sedang membagikan call card di kelompok B……. 83
Gambar 4.5 Peneliti sedang menjawab pertanyaan dari kelompok E…… 83
Gambar 4.6 Siswa sedang mencatat hasil kunjungannya……….. 84
Gambar 4.7 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I
pertemuan I……… 86
Gambar 4.8 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II
pertemuan I……… 86
Gambar 4.9 Kelompok A sedang mempresentasikan hasil diskusi……… 88
xxi
Gambar 4.11 Kelompok B sedang memecahkan masalah bersama-sama… 91
Gambar 4.12 Beberapa siswa melakukan hal yang tidak semestinya saat
bertamu……….. 92
Gambar 4.13 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I
pertemuan II ……….. 92
Gambar 4.14 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II
pertemuan II ……….. 93
Gambar 4.15 Kelompok F sedang melakukan presentasi……… 95
Gambar 4.16 Siswa sudah duduk berkelompok saat peneliti memasuki
kelas………... 96
Gambar 4.17 Peneliti sedang menjawab pertanyaan dari kelompok H…… 97
Gambar 4.18 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I
pertemuan III………. 98
Gambar 4.19 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II
pertemuan III………. 99
Gambar 4.20 Siswa sedang menyalin hasil diskusi kelompok lain………. 100
Gambar 4.21 Kelompok D sedang melakukan presentasi………... 101
Gambar 4.22 Beberapa anggota kelompok A belum berpartisipasi penuh
dalam diskusi kelompok……… 103
Gambar 4.23 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I
pertemuan IV………. 103
Gambar 4.24 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II
xxii
Gambar 4.25 Siswa sedang mendengarkan penjelasan dari kelompok lain.. 105
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ……….. 156
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 1………... 157
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 2……… 162
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 3………... 168
LAMPIRAN B ……….. 172
B.1 Soal dan lembar jawab tes awal ………..…………... 173
B.2 Soal dan lembar jawab tes akhir ………..……….. 175
LAMPIRAN C ……….. 178
C.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.1……… 179
C.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.2……… 183
C.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.3……… 187
C.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.4……… 190
C.5 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.5……… 194
C.6 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.6……… 198
C.7 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.7……… 201
C.8 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.8……… 205
C.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.1……….. 208
C.10 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.2……….. 211
C.11 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.3………. 215
C.12 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.4………. 219
xxiv
C.14 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.6………. 225
C.15 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.7………. 228
C.16 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.8………. 232
C.17 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.1……… 235
C.18 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.2……… 239
C.19 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.3……… 243
C.20 Lembar Kerja Siswa (LKS) IV.1……… 247
C.21 Lembar Kerja Siswa (LKS) IV.2 ………... 252
C.22 Lembar aktivitas bertamu………... 257
LAMPIRAN D ……….. 261
D.1 Pedoman Wawancara………. 262
D.2 Angket ……… 263
LAMPIRAN E ……….. 265
E.1 Lembar observasi kelompok ……….. 266
E.2 Lembar observasi antar kelompok ………. 267
E.3 Lembar observasi kelas ……….. 268
E.4 Hasil observasi pertemuan I……… 269
E.5 Hasil observasi pertemuan II……….. 287
E.6 Hasil observasi pertemuan III………. 305
E.7 Hasil observasi pertemuan IV………. 323
LAMPIRAN F ……….. 341
F.1 Contoh pekerjaan tes awal siswa……… 342
xxv
F.3 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa I……… 371
F.4 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa II ……….. 378
F.5 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa III………. 388
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat penting untuk
dikuasai di setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu pelajaran matematika
selalu ada disetiap kurikulum, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) ataupun di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Matematika dirasa penting bagi siswa karena matematika dapat menumbuh
kembangkan pola berpikir logis, sistematis dan rasional.
Dalam kenyataanya, menurut pengakuan beberapa siswa pada saat
penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), beberapa siswa
tersebut beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
paling sulit. Hal ini berakibat pelajaran matematika menjadi salah satu
pelajaran yang ditakuti dan bahkan dihindari. Penyajian pembelajaran yang
monoton seringkali membuat siswa jenuh, bosan dan pasif. Dalam keadaan
seperti inilah seorang guru harus melakukan refleksi apakah model
pembelajaran atau pendekatan yang digunakan dalam mengajar sudah efektif
dan tepat. Menurut Soemosasmito (1988; dalam Trianto, 2009), guru yang
efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak
didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan persentase
waktu akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik
2
diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak
diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan
hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu
dengan yang lainnya (Sugiyanto, 2010).
Untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman,
menyenangkan dan mengaktifkan siswa, guru perlu menggunakan teknik dan
metode yang bervariasi. Proses belajar mengajar yang baik dan efektif adalah
yang dapat menciptakan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau sering disebut dengan model Dua
tinggal Dua Bertamu. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk
dapat saling bekerjasama dalam kelompok, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah dan saling mendorong prestasi, serta melatih
siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Salah satu kelebihan model pembelajaran kooperatif TSTS yaitu dapat
digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat pendidikan. Dalam
penelitian ini digunakan dalam mata pelajaran matematika pada kelas VIII
SMP dengan Pokok Bahasan Memahami Relasi dan Fungsi. Model ini tidak
hanya memungkinkan siswa untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya
saja tetapi bisa juga bekerjasama dengan kelompok lain yang memungkinkan
terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi
3
Peneliti memilih materi relasi dan fungsi karena menurut informasi
yang peneliti peroleh dari guru mata pelajaran matematika, siswa kelas VIII
tahun ajaran lalu merasa kesulitan dengan materi tersebut. Sedangkan alasan
peneliti memilih melakukan penelitian di SMP N 1 Botodayaan adalah karena
lokasi sekolah berada di pedesaan dan belum pernah diadakan penelitian di
sekolah tersebut. Selain itu, menurut informasi yang peneliti peroleh dari
beberapa guru, pembelajaran di sekolah tersebut belum pernah menggunakan
model pembelajaran lain, selain model pembelajaran ceramah.
Dengan latar belakang di atas, peneliti mengadakan penelitian yang
berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two
Stray pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi di Kelas VIII Semester 1 SMP
Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013 ”
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran
2012/ 2013?
2. Bagaimana tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi
4
Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran
2012/ 2013?
3. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray di kelas VIII semester 1 SMP N 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/
2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran
2012/ 2013.
2. Mengetahui tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran
2012/ 2013.
3. Mengetahui respon guru dan siswa terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran
5
D. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut.
1. Model pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau sering
disebut juga Dua Tinggal Dua Bertamu.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan nilai tes tertulis
berupa angka. Tes tertulis tersebut terdiri dari tes materi prasyarat dan tes
prestasi belajar. Sedangkan untuk nilai kelompok diperoleh dari nilai LKS.
3. Tingkat keaktifan
Tingkat keaktifan dalam penelitian ini ditentukan dengan skor keaktifan
berdasarkan pengamatan peneliti. Peneliti menggunakan lembar
pengamatan siswa.
4. Materi yang dibahas
Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah Relasi dan Fungsi dengan
Kompentensi Dasar (KD) : Memahami Relasi dan Fungsi.
5. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP
6
6. Respon guru dan siswa
Respon guru dan siswa merupakan pendapat pribadi guru dan siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Respon guru dapat
diketahui melalui wawancara, sedangkan respon siswa dapat diketahui
melalui pengisian angket.
E. Batasan Istilah
1. Model pembelajaran
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa
dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode
dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di kelas.
2. Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen
dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. TSTS
berasal dari bahasa inggris yang berarti ‘Dua Tinggal Dua Bertamu’.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil
7
4. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah
terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan oleh guru. Dalam penelitian ini tes diberikan pada awal dan
akhir penyampaian materi.
5. Tingkat keaktifan
Tingkat kekatifan siswa dalam suatu kelompok dapat dilihat dari
perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasama dalam kelompok,
kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok lain,
kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok sendiri,
memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok,
mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, memberi gagasan
yang cemerlang, membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang,
mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain,
mampu memanfaatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini, guru diharapkan menguasai berbagai
8
merasa bosan dengan pembelajaran ceramah yang sudah sering diterapkan
oleh kebanyakan guru.
2. Bagi siswa
Sebagai sarana bagi siswa untuk makin berkembang dalam proses
pembelajaran, tidak hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya
sumber ilmu, namun juga memanfaatkan proses diskusi dan bertukar
pikiran sebagai sumber pengetahuan mereka. Selain itu, penelitian ini
diharapkan mampu melatih siswa untuk bertanggung jawab, bekerja sama
dan menjalin keakraban dengan teman sekelasnya, serta dapat
menumbuhkan keaktifan dalam diri siswa.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sebagai
bahan pertimbangan sekolah untuk menggunakan metode dan model
pembelajaran yang bervariasi untuk kemajuan belajar siswa.
4. Bagi penulis
Penulis dapat mengetahui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pokok bahasan memahami relasi
dan fungsi, sehingga dapat menambah pengetahuan penulis tentang
model-model pembelajaran yang bisa diterapkan saat mengajar.
5. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi
9
ingin menambah wawasannya ataupun bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Pokok Bahasan
Relasi dan Fungsi di Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Tahun
Ajaran 2012/ 2013 ini adalah sebagai berikut.
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, batasan istilah, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II terdapat beberapa teori yang menjadi landasan dalam penulisan
skripsi ini dan juga penelitiannya. Teori – teori tersebut meliputi pembelajaran
matematika, hasil belajar, keaktifan, model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS), serta materi Relasi dan
Fungsi.
Bab III berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, waktu dan
tempat penelitian, bentuk data, rancangan penelitian, metode pengumpulan
data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.
Bab IV berisi tentang pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir
penelitian. Selain itu, bab IV juga berisi hasil data yang diperoleh selama
10
Bab V berisi analisis data yang diperoleh selama penelitian dan
pembahasannya, serta beberapa kelemahan dari penelitian ini.
Bab VI merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Berikut akan dipaparkan landasan teori yang digunakan dalam penyusunan
skripsi ini.
A. Pembelajaran Matematika 1. Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik (Ahmadi &
Widodo, 1991).
Berikut ini adalah definisi-definisi belajar menurut para ahli.
a. Menurut James O Whittaker (dalam Ahmadi, 1991)
Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
“Learning may be defined as the process by which behavior originates
or is altered through training or experience”
Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat
pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh
12
b. Menurut Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Educational
Psychology” (dalam Ahmadi dan Widodo, 1991)
Belajar yang efektif adalah belajar melalui pengalaman. Dalam proses
belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan obyek belajar dengan
menggunakan semua alat inderanya.
“Learning is shown by change in behavior as a result of experience”
c. Menurut Howard L. Kingsley (dalam Ahmadi dan Widodo, 1991)
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
“Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is
originated or changed through practice or training”
Angkowo dan Kosasih (2007) menuliskan dalam bukunya
beberapa pengertian belajar sebagai berikut.
a. Menurut Skinner (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif.
b. Bell Gredler (1986:1; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007)
mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh berbagai
kemampuan, ketrampilan dan sikap.
c. Menurut teori kognitivisme (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007),
belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
d. Kleden menegaskan bahwa belajar pada dasarnya berarti
13
mengetahui sesuatu (Andrias Harefa, 2000:24 ; dalam Angkowo dan
Kosasih, 2007)
e. Menurut Winkel (1996: 21; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007)
belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan
dan meniru.
f. Hilgard dalam Nasution (2000: 35 ; dalam Angkowo dan Kosasih,
2007) mengatakan: “Learning is the process by which an activity
originates or is changed through training procedures”. Belajar adalah
proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan.
g. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses
mengkonstruksi arti, entah teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain
(Paul Suparno, 2002:61 ; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007).
h. Winkel (1996: 36 ; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) membuat
kesimpulan tentang belajar. Belajar merupakan suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
demi menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan nilai-sikap.
Dari teori-teori tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan pada individu yang terjadi melalui
14
2. Pembelajaran
Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004). Beberapa prinsip yang
menjadi landasan pengertian tersebut ialah:
a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Artinya
seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah
perilakunya (Surya, 2004). Tetapi tidak semua perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil
pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Surya, 2004):
1) Perubahan yang disadari
2) Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan)
3) Perubahan yang bersifat fungsional
4) Perubahan yang bersifat positif
5) Perubahan yang bersifat aktif
6) Perubahan yang bersifat permanen (menetap)
7) Perubahan yang bertujuan dan terarah
b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara
keseluruhan. Artinya bahwa perubahan perilaku sebagai hasil
pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya
satu atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek
15
c. Pembelajaran merupakan suatu proses. Artinya pembelajaran
merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Jadi, pembelajaran
bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan
merupakan suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling
berkaitan (Surya, 2004).
d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong
dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Artinya pembelajaran
merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.
Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan (Surya,
2004).
e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Hal ini berarti bahwa
selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu
situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan
pengalaman yang berarti (Surya, 2004).
Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat
bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan
peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang
intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
16
3. Matematika
Dalam bukunya, Ruseffendi (1990) menguraikan tentang
pengertian matematika yaitu sebagai berikut.
a. James dan James (1976 ; dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan dalam
kamus matematikanya bahwa matematika itu adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep
berhubungan lainnya yang jumlahnya banyak. Mereka juga
mengatakan bahwa matematika itu biasanya dibagi ke dalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
b. Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya berjudul “Guidelines for
Teaching Mathematic” (dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa:
1) Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan
pembuktian yang logik.
2) Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi.
3) Matematika adalah pengetahuan terstruktur yang terorganisasikan,
sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan
kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak,
aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan
kebenarannya.
17
5) Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada
keterurutan dan keharmonisannya.
6) Matematika adalah ilmu deduktif.
c. Reys dkk (1984) dalam bukunya “Helping Children Learn
Mathematics” (dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa
matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan
atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
d. Kline (1973) dalam bukunya “Why Johnny Can’t Add” (dalam
Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa matematika itu bukan
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri,
tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Y. Marpaung (1992) menuliskan dalam makalahnya bahwa
matematika adalah suatu ilmu yang menuntut kemampuan problem solving
yang kuat. Sifatnya yang aksiomatis selalu menantang manusia untuk
berpikir strategis dengan menggunakan logika, khususnya prinsip-prinsip
dan aturan-aturan logika matematika, sehingga dapat mengembangkan
teori yang makin lama makin kompleks dari suatu himpunan aksioma yang
sedikit banyaknya, bebas dan konsisten dengan menggunakan kesepakatan
yang disebut definisi.
Soedjadi (1999) menyajikan beberapa definisi dan pengertian
18
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
4. Pembelajaran matematika
Herman Hudojo (1988) menyatakan bahwa mempelajari konsep B
yang mendasar kepada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dulu
konsep A, tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu dapat
memahami konsep B. Ini berarti mempelajari matematika haruslah
bertahap dan berurutan serta mendasar kepada pengalaman belajar yang
lalu. Lebih lanjut Herman Hudojo menyatakan bahwa belajar matematika
akan lebih berhasil bila proses belajar baik, yaitu melibatkan intelektual
peserta didik secara optimal. Sedangkan Nurhadi (2004) mengatakan
bahwa belajar matematika berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu pasti
berarti belajar bernalar. Jadi belajar matematika berarti berhubungan
19
B. Hasil Belajar
Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang
telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari
sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Kemampuan siswa
dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat
diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya
mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti
dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang
diukur melalui tes.
Hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan nilai tes berupa
angka yang terdiri dari tes materi prasyarat dan tes prestasi belajar. Tes materi
prasyarat diberikan sebelum materi disampaikan kepada siswa untuk
mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan tes prestasi belajar diberikan
setelah secara keseluruhan materi dalam penelitian ini telah disampaikan.
Selain itu, dalam penelitian ini peneliti pun juga meneliti hasil belajar
psikomotoris yaitu keaktifan siswa.
C. Keaktifan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aktif adalah giat
20
mana siswa dapat aktif. Dalam penelitian ini, keaktifan yang dimaksud adalah
keaktifan belajar siswa. Jadi yang dimaksud dengan keaktifan belajar siswa
adalah suatu keadaan yang memungkinkan siswa aktif secara jasmani dan
rohani dalam suatu pembelajaran.
Menurut Sriyono, dkk. (1992), keaktifan jasmani dan rohani tersebut
meliputi:
1. Keaktifan indera
Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik
mungkin.
2. Keaktifan akal
Akal anak-anak aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah.
3. Keaktifan ingatan
Pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang
disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.
4. Keaktifan emosi
Anak hendaklah senantiasa mencintai pelajarannya.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis,
2007) adalah:
1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka
dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
21
4. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari).
5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7. Memberi umpan balik (feed back).
8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan
siswa selalu terpantau dan terukur.
9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.
Dalam penelitian ini tingkat keaktifan siswa ditentukan dengan skor
keaktifan berdasarkan pengamatan peneliti dan observer. Peneliti dan observer
menggunakan lembar pengamatan siswa.
D. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Winataputra (2001, dalam Sugiyanto: 2010), model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
22
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas (Agus Suprijono, 2009).
Menurut Arends (dalam Agus Suprijono, 2009), model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Merujuk pemikiran Joyce (dalam Agus Suprijono, 2009),
fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help
students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berpikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat
juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang
hampir sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini,
telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran. Guru atau
pendidik harus bisa menyesuaikan model pembelajaran yang cocok untuk
diterapkan pada proses belajar mengajar. Model yang dipilih diharapkan dapat
mendukung pemahaman siswa, sehingga pemahaman mereka akan suatu
23
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,
sebagai latihan hidup di masyarakat (Sugiyanto, 2010). Menurut Lie (2004,
dalam Sugiyanto : 2010), elemen-elemen pembelajaran kooperatif yang terkait
adalah saling ketergantungan posistif, interaksi tatap muka, akuntabilitas
individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau
ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009), pembelajaran kooperatif
tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran
kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih
efektif. Roger dan David Johnson (dalam Agus Suprijono,2009) mengatakan
bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah (Agus Suprijono,
24
1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua kelompok secara
individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.
Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua
anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah
mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama.
3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:
a. Saling membantu secara efektif dan efisien
b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien
d. Saling mengingatkan
e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap
25 f. Saling percaya
g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
Untuk mengkoordinasi kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan
peserta didik harus:
a. Saling mengenal dan mempercayai
b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
c. Saling menerima dan saling mendukung
d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif
5. Group processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan, kelompok
dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan
kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang
sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan
kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan
kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Adapun keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut (Sugiyanto, 2010).
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
26
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif.
10.Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih
baik.
11.Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama
dan orientasi tugas.
Secara umum, model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak
tipe. Berikut ini merupakan beberapa macam tipe dari model pembelajaran
kooperatif.
1. Two Stay Two Stray (TSTS)
Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) menekankan
pada diskusi kelompok, diskusi antar kelompok dan diskusi kelas.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah (Tukiran, 2011):
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen. Setiap
27
b. Siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok
c. Dua orang anggota kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk
mengetahui hasil diskusi kelompok lain, sedangkan sisanya tetap
tinggal di dalam kelompok untuk menerima kunjungan dari kelompok
lain
d. Siswa yang bertamu kembali ke kelompok masing-masing untuk
menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada
dalam kelompok
e. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas
2. Team Assisted Individualization (TAI)
Tipe pembelajaran TAI merupakan kolaborasi antara model pembelajaran
individual dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen (Agus Suprijono,
2009), yaitu:
a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4
sampai 6 siswa.
b. Placement test yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat
rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa
dalam bidang tertentu.
c. Student creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok
dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan
28
d. Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan
oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada
siswa yang membutuhkannya.
e. Team scores and team recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil
kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap
kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f. Teaching group yakni pemberian materi secara singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok.
g. Facts test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
h. Whole class units yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir
waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
3. TGT (Team Game Tournament)
Kinerja siswa dalam pembelajaran dengan tipe ini tidak dinilai dengan
kuis individual, tetapi dengan turnamen perbaikan akademik. Siswa
mewakili timnya berlomba dengan anggota tim lain yang setara kinerja
akademiknya berdasarkan hasil penelitian yang lalu. Siswa dari seluruh
tingkat kinerja pada tiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk
menyumbang poin bagi timnya jika mereka berbuat yang terbaik. Ada 5
29 a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas.
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri atas 4-5 orang.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa
yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
d. Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor
undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1,
terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger
2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta
dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor
terendah sebagai reader 2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan
menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya
menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila menurut
chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah
30
reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3
tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila
jawaban reader 1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3
salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban .
Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah
searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi
reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, challenger 3 menjadi
chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi
reader 2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang
disediakan guru.
4. Student Team Achievement Division (STAD)
STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
STAD menekankan pada tanggung jawab kelompok untuk meyakinkan
bahwa anggotanya telah memahami 100% pembelajaran yang telah
disampaikan oleh guru secara klasikal pada waktu awal. Langkah-langkah
yang dilakukan pada tipe pembelajaran kooperatif STAD antara lain
(Huda, 2011):
a. Penyampaian materi
Pada awal pembelajaran STAD, guru menerangkan materi secara
klasikal kepada seluruh siswa. Hal ini untuk menyamakan persepsi di
antara siswa. Setelah penyampaian materi guru dapat memberikan soal
31 b. Membagi kelompok
Setelah penyampaian materi dilakukan, langkah selanjutnya adalah
membagi kelompok. Kelompok yang dibentuk diusahakan heterogen
dengan latar belakang sosial, prestasi serta kemampuan belajar yang
berbeda dalam setiap kelompoknya.
c. Belajar kelompok
Setelah kelompok terbentuk maka selanjutnya setiap kelompok
kembali membahas apa yang telah disampaikan oleh guru di awal
kelas. Guru menekankan kepada siswa untuk tidak menghentikan
diskusi di dalam kelompok sebelum para anggotanya yakin dapat
mampu menjawab seluruh pertanyaan atau kuis yang nanti akan
diajukan.
d. Kuis
Guru memberikan kuis secara individual kepada para siswa. Materi
kuis merupakan materi yang telah disampaikan oleh guru pada awal
pembelajaran. Dalam kuis ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja
sama dengan anggota kelompoknya. Tujuan dari kuis ini antara lain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab serta kepedulian para siswa
terhadap anggota kelompok yang lain. Siswa juga akan menyadari
pentingnya kontribusi dari setiap anggota dalam kelompok dalam
keberhasilan menyerap materi pelajaran.
32
Hasil dari kuis tersebut dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan
pembelajaran kooperatif melalui model STAD. Hasil yang optimal
adalah ketika suatu kelompok mendapatkan skor yang lebih baik
daripada skor pre tes.
f. Penghargaan kelompok
Kelompok dengan kerjasama yang baik akan memiliki skor nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan skor sebelumnya. Penghargaan
diberikan oleh guru kepada masing-masing siswa dalam kelempok
tersebut untuk menunjukan bahwa pentingnya kerja sama di antara
siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Masih banyak lagi macam-macam tipe yang lain, namun dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray (TSTS).
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Model yang
sering disebut Dua Tinggal Dua Bertamu ini merupakan pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling
mengunjungi/ bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi (Anita Lie,
33
Pembelajaran model Two Stay Two Stray adalah dengan cara siswa
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya
adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa
lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain,
kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan
kelompok (Suyatno, 2009).
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut (Tukiran,
2011).
1. Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa
sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
orang siswa secara heterogen dengan kemampuan berbeda-beda baik
tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) maupun jenis kelamin.
3. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau tugas untuk dibahas
dalam kelompok.
4. Siswa 2-3 orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk
mengetahui hasil pembahasan LKS atau tugas dari kelompok lain, dan sisa
kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke
kelompoknya.
5. Siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan
menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam
34
6. Hasil diskusi kelompok dikumpulkan dan masing-masing kelompok
mempresentasikan jawaban mereka, kelompok lain memberikan
tanggapan atau pertanyaan.
7. Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban yang benar.
8. Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.
Seperti kita ketahui, setiap model pembelajaran memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray
(Susanti, 2009) adalah:
1. Dapat diterapkan pada semua kelas/ tingkatan
2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
3. Lebih berorientasi pada keaktifan
4. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini (Susanti, 2009)
adalah:
1. Membutuhkan waktu yang lama.
2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga).
4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Perbandingan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan model
pembelajaran kooperatif lain seperti Team Assited Individualizatiori (TAI),
Team Games Tournament (TGT) dan Students Team Achievement Division