• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pokok bahasan relasi dan fungsi di kelas VIII semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pokok bahasan relasi dan fungsi di kelas VIII semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
442
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPA WO STAY TWO STRAY PADA POKOK BAHA

I DAN FUNGSI DI KELAS VIII SEMESTE NEGERI 1 BOTODAYAAN GUNUNGKIDU GYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013

Skripsi

iajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan TAS KEGURUAN DAAN ILMU PENDIDIK

(2)
(3)
(4)

“Seperti pe

elangi sehabis hujan, itulah janji setiaMu T ku, telah menanti harta yang tak ternilai d

rsembahkan kepada:

Kristus yang selalu memberiku kasih karu m hidupku

uk terkasih yang selalu memberikan doa,

is Wibowo yang selalu mengisi ha saat mengerjakan skripsi ini

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

NOVI KRISTINARINI. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi di Kelas Viii Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013 . Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan relasi dan fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray, serta untuk mengetahui

respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran tersebut. Oleh karena itu penelitian ini termasuk penelitian pra eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 September–18 Oktober 2012. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 34 orang.

Penelitian ini dilakukan selama 4 kali pertemuan yang kegiatan pembelajarannya mengacu pada komponen utama model pembelajaran kooperatif

Two Stay Two Stray, yaitu diskusi kelompok, diskusi antar kelompok dan diskusi

kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran, soal tes, lembar kerja siswa, lembar pengamatan keaktifan siswa, angket dan lembar wawancara. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa, data keaktifan siswa dan data respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Data hasil belajar siswa diperoleh melalui tes materi prasyarat, tes prestasi belajar dan nilai kelompok yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria prestasi. Data keaktifan siswa diperoleh melalui hasil pengamatan di setiap pertemuan dengan menggunakan pedoman lembar observasi yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria keaktifan. Data respon guru diperoleh melalui wawancara dan data respon siswa diperoleh melalui angket yang kemudian dilihat hasilnya berdasarkan kriteria.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar yang diperoleh siswa tergolong sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata tes prestasi belajar 79,71; nilai rata-rata masing-masing kelompok 87,5% tergolong sangat baik; 91,18% siswa lulus KKM. (2) Tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pada pertemuan I tergolong sangat rendah dengan skor rata-rata 13,76; pada II tergolong rendah dengan skor rata-rata 20,7; sedangkan pada pertemuan III tergolong cukup dengan skor rata-rata 32,38 dan pada pertemuan IV tergolong tinggi dengan skor rata-rata 41,88. (3) Respon siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif TSTS tergolong sangat positif. Respon siswa dapat dilihat dari hasil analisis angket 91,18% siswa memenuhi kriteria Sangat Positif. Sedangkan respon guru dapat diketahui dari hasil wawancara yang menunjukkan respon guru tergolong sangat positif.

(8)

viii

ABSTRACT

NOVI KRISTINARINI. 2013. The Implementation of Two Stay Two Stray Type within Cooperative Learning Model on the Topic of Relations and Function to Eight Grade Students of SMP N 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta in the First Semester for Academic Year 2012/ 2013. Thesis. Mathematics, Education, Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This research is a pre-experimental research which aimed to find out the students study results and students activity degree in Mathematics learning process on topic relations and function by applying Two Stay Two Stray type within cooperative learning model. Besides that, this research aimed to find out

both the students and teacher’s response to the Mathematic learning process by

Two Stay Two Stray type within cooperative learning. The research was conducted

from September 8, 2012 to October 18, 2012. The subjects of the research were eight grade students of SMP N 1 Botodayaan in the first semester for academic year 2012- 2013.

The research was conducted in four meetings. The steps conducted in each meeting referred to the main components of Two Stay Two Stray type within cooperative learning model. They were group discussion, intergroup discussion, and class discussion. The research instruments included were lesson plan, test sheets, student work sheets, observation sheets, questionnaire, and interview guideline. The data of students study results, students activity degree, students response, and teachers response were required in this research. The data of students study results was obtained from prerequisite material test, achievement test, and groups value. The data was then analyzed based on achievement criteria. Meanwhile, the data of students activity degree was obtained through observation in every meeting. The data was then analyzed based on activity criteria. Furthermore, the data of students response was obtained from questionnaire and the data of teacher response was obtained from interview. After that, the data was then analyzed based on response criteria.

The research showed that: (1) The student’s study results rated very well. This was showed by the average of achievement test value was 76.67, and 91.18% of students passed KKM. Other than that, the average value of each group was

rated very well. It was 87.5%. (2) The student’s activity degree at the first meet was rated very low. This was shown by the average score of student’s activity

result. It was 13.76. Then at the second meet, the student’s activity degree was ratedlow. The average score of the student’s activity result was 20.71. Also, at the

(9)

ix

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

berkat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga

dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika

2. Ibu Veronica Fitri Rianasari, S.Pd, M.Sc selaku dosen pembimbing yang

dengan kesabarannya senantiasa memberi bimbingan dan arahan yang

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

5. Segenap staf sekretariat dan dosen-dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah memperlancar studi penulis di Universitas Sanata

Dharma.

6. Bapak Dayar, S.Pd selaku guru bidang studi Matematika di SMP N 1

Botodayaan yang telah memberikan kesempatan, kerjasama, dan dukungan

(11)

xi

siswa SMP N 1 Botodayaan yang juga ikut berpartisipasi dalam penelitian

yang diselenggarakan oleh peneliti.

7. Bapakku Hardi Sutrisna, ibuku Saminah, kakakku Eni Kristanti dan Matheus

Kristiyanto, dan adikku Andreas Janu Wibowo, terimakasih atas kasih sayang,

doa, semangat dan dukungannya.

8. Antonius Aris wibowo, terimakasih atas doa, semangat dan dukungannya.

9. Esti Windarti, Yohana Yunita, Rosalia Wahyu, trimakasih atas semangat dan

kebersamaan kita selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas

bantuan dan doanya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak,

terutama dunia pendidikan. Penulis bersedia menerima saran dan kritik yang

membangun untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... vi

ABSTRAK ………. vii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 3

C. Tujuan Penelitian ………. 4

D. Batasan Masalah ……….. 5

E. Batasan Istilah ………. 6

(13)

xiii

G. Sistematika Penulisan ……….. 9

BAB II LANDASAN TEORI ………. 11

A. Pembelajaran Matematika ……… 11

1. Belajar ……… 11

2. Pembelajaran ………. 14

3. Matematika ……… 16

4. Pembelajaran Matematika ………. 18

B. Hasil Belajar ……… 19

C. Keaktifan ………. 19

D. Model Pembelajaran Kooperatif ……….. 21

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS).. 32

F. Relasi dan Fungsi ………. 37

1. Relasi ………. 37

2. Fungsi/ Pemetaan ……...……… 41

G. Kerangka Berpikir ……… 44

BAB III METODE PENELITIAN ………. 47

A. Jenis Penelitian ……….... 47

B. Subjek dan Objek Penelitian ………. 48

C. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 49

D. Variabel Penelitian ……….. 49

E. Instrumen Penelitian ……… 49

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……… 49

(14)

xiv

3. Lembar pengamatan/ observasi ………. 53

4. Tes materi prasyarat dan tes prestasi belajar ……… 54

5. Lembar pengamatan keaktifan siswa ………. 54

6. Lembar angket siswa ………. 56

7. Lembar wawancara guru ……… 57

F. Bentuk Data ………. 57

1. Data hasil belajar siswa ………. 57

2. Data keaktifan siswa ……….. 58

3. Data respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) ………. 58

G. Uji Hipotesis ……… 58

H. Rancangan Penelitian ……….. 59

I. Metode Pengumpulan Data ……….. 60

1. Observasi/ pengamatan ……….. 60

2. Hasil belajar siswa ………. 61

3. Wawancara ……… 63

4. Angket ……… 64

5. Dokumentasi……… 65

J. Teknik Analisis Data ……….. 65

1. Validitas dan reliabilitas butir soal ………. 65

2. Teknik analisis hasil belajar siswa ……….. 67

3. Teknik analisis keaktifan siswa ……….. 73

(15)

xv

BAB IV PELAKSANAAN DAN DESKRIPSI DATA ……….. 76

A. Pelaksanaan Penelitian ……… 76

1. Sebelum Penelitian ……… 76

2. Selama penelitian ……….. 78

3. Setelah penelitian ………... 108

B. Deskrispsi Data ……… 109

1. Data hasil uji coba tes materi prasyarat ……… ….. 109

2. Data hasil uji coba tes prestasi belajar ……… 111

3. Data hasil belajar siswa ……….. 112

4. Data keaktifan siswa ……….. 116

5. Data nilai ulangan relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya …….. 121

6. Data respon guru dan siswa ……… 122

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……… 127

A. Analisis Data ………... 127

1. Uji Hipotesis ……….. 127

2. Analisis validitas dan reliabilitas butir soal uji coba tes materi prasyarat ………..…. 128

3. Analisis validitas dan reliabilitas butir soal uji coba tes prestasi belajar ……….……. 130

4. Analisis hasil belajar siswa ………. 134

5. Analisis data keaktifan siswa ………. 140

6. Analisis nilai tes relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya ……… 143

(16)

xvi

B. Pembahasan ………. 147

C. Kelemahan Penelitian ……….. 150

BAB VI PENUTUP ……… 151

A. Kesimpulan ……….. 151

B. Saran ……… 152

DAFTAR PUSTAKA ………. 154

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan

beberapa model pembelajaran kooperatif lain ……… 35

Tabel 3.1 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada tiap-tiap pertemuan……… 51

Tabel 3.2 Klasifikasi reliabilitas soal (harga r)……… 67

Tabel 3.3 Sistem penilaian tes materi prasyarat……… 67

Tabel 3.4 Kriteria penilaian hasil tes awal………... 68

Tabel 3.5 Sistem penilaian tes prestasi belajar ……… 69

Tabel 3.6 Kriteria penilaian hasil tes prestasi belajar………..………... 71

Tabel 3.7 Kriteria penilaian kelompok……… 72

Tabel 3.8 Kriteria keaktifan siswa………... 74

Tabel 3.9 Kriteria respon siswa……… 75

Tabel 4.1 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan I……… 84

Tabel 4.2 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan II ……….. 90

Tabel 4.3 Materi yang dibahas masing-masing kelompok pada pertemuan III………. 97

Tabel 4.4 Skor uji coba tes materi prasyarat……….. 110

Tabel 4.5 Skor uji coba tes prestasi belajar………. 111

(18)

xviii

Tabel 4.7 Nilai tes prestasi belajar ……… 113

Tabel 4.8 Nilai kelompok pada pertemuan I……… 115

Tabel 4.9 Nilai kelompok pada pertemuan II……… 115

Tabel 4.10 Nilai kelompok pada pertemuan III………. 116

Tabel 4.11 Nilai kelompok pada pertemuan IV……….. 116

Tabel 4.12 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan I.. 117

Tabel 4.13 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan II. 118 Tabel 4.14 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan III ……… 119

Tabel 4.15 Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan IV……….. 120

Tabel 4.16 Nilai ulangan relasi fungsi tahun ajaran sebelumnya…...……... 121

Tabel 4.17 Hasil angket respon siswa ………..… 122

Tabel 5.1 Validitas butir soal uji coba tes materi prasyarat ………... 128

Tabel 5.2 Validitas butir soal uji coba tes prestasi belajar……….. 131

Tabel 5.3 Kriteria hasil nilai tes materi prasyarat……….. 135

Tabel 5.4 Kriteria hasil nilai tes prestasi belajar………. 136

Tabel 5.5 Persentase kelulusan yang dicapai siswa pada tes prestasi belajar ………. 136

Tabel 5.6 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan I………... 137

Tabel 5.7 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan II………. 137

Tabel 5.8 Kriteria hasil nilai kelompok pada pertemuan III……… 138

(19)

xix

Tabel 5.10 Nilai rata-rata kelompok ……….……… 139

Tabel 5.11 Kriteria hasil nilai rata-rata kelompok………. 140

Tabel 5.12 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan I ………… 140

Tabel 5.13 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan II…………. 141

Tabel 5.14 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan III………… 141

Tabel 5.15 Kriteria penilaian keaktifan siswa pada pertemuan IV………… 142

Tabel 5.16 Skor rata-rata keaktifan siswa pada tiap-tiap pertemuan………. 142

Tabel 5.17 Kriteria hasil nilai tes tahun ajaran sebelumnya……….. 143

Tabel 5.18 Persentase kelulusan yang dicapai siswa pada tahun ajaran

sebelumnya……….. 144

Tabel 5.19 Kriteria respon siswa terhadap masing-masing pernyataan

dalam angket……… 144

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh relasi dari himpunan A ke himpunan B………….... 38

Gambar 2.2 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan

diagram panah……… 39

Gambar 2.3 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan

diagram kartesius……… 40

Gambar 2.4 Menyatakan fungsi/ pemetaan dari himpunan A ke

himpunan B dengan diagram panah……….. 42

Gambar 2.5 Menyatakan fungsi/ pemetaan dari himpunan A ke

himpunan B dengan diagram kartesius ………. 43

Gambar 4.1 Siswa sedang mencatat materi yang diajarkan guru……….. 77

Gambar 4.2 Aktivitas siswa di dalam kelas ……….. 78

Gambar 4.3 Siswa-siswa sedang menyusun meja dan kursi………. 82

Gambar 4.4 Peneliti sedang membagikan call card di kelompok B……. 83

Gambar 4.5 Peneliti sedang menjawab pertanyaan dari kelompok E…… 83

Gambar 4.6 Siswa sedang mencatat hasil kunjungannya……….. 84

Gambar 4.7 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I

pertemuan I……… 86

Gambar 4.8 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II

pertemuan I……… 86

Gambar 4.9 Kelompok A sedang mempresentasikan hasil diskusi……… 88

(21)

xxi

Gambar 4.11 Kelompok B sedang memecahkan masalah bersama-sama… 91

Gambar 4.12 Beberapa siswa melakukan hal yang tidak semestinya saat

bertamu……….. 92

Gambar 4.13 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I

pertemuan II ……….. 92

Gambar 4.14 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II

pertemuan II ……….. 93

Gambar 4.15 Kelompok F sedang melakukan presentasi……… 95

Gambar 4.16 Siswa sudah duduk berkelompok saat peneliti memasuki

kelas………... 96

Gambar 4.17 Peneliti sedang menjawab pertanyaan dari kelompok H…… 97

Gambar 4.18 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I

pertemuan III………. 98

Gambar 4.19 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II

pertemuan III………. 99

Gambar 4.20 Siswa sedang menyalin hasil diskusi kelompok lain………. 100

Gambar 4.21 Kelompok D sedang melakukan presentasi………... 101

Gambar 4.22 Beberapa anggota kelompok A belum berpartisipasi penuh

dalam diskusi kelompok……… 103

Gambar 4.23 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan I

pertemuan IV………. 103

Gambar 4.24 Diagram alur aktivitas bertamu pada kunjungan II

(22)

xxii

Gambar 4.25 Siswa sedang mendengarkan penjelasan dari kelompok lain.. 105

(23)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ……….. 156

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 1………... 157

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 2……… 162

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No 3………... 168

LAMPIRAN B ……….. 172

B.1 Soal dan lembar jawab tes awal ………..…………... 173

B.2 Soal dan lembar jawab tes akhir ………..……….. 175

LAMPIRAN C ……….. 178

C.1 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.1……… 179

C.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.2……… 183

C.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.3……… 187

C.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.4……… 190

C.5 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.5……… 194

C.6 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.6……… 198

C.7 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.7……… 201

C.8 Lembar Kerja Siswa (LKS) I.8……… 205

C.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.1……….. 208

C.10 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.2……….. 211

C.11 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.3………. 215

C.12 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.4………. 219

(24)

xxiv

C.14 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.6………. 225

C.15 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.7………. 228

C.16 Lembar Kerja Siswa (LKS) II.8………. 232

C.17 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.1……… 235

C.18 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.2……… 239

C.19 Lembar Kerja Siswa (LKS) III.3……… 243

C.20 Lembar Kerja Siswa (LKS) IV.1……… 247

C.21 Lembar Kerja Siswa (LKS) IV.2 ………... 252

C.22 Lembar aktivitas bertamu………... 257

LAMPIRAN D ……….. 261

D.1 Pedoman Wawancara………. 262

D.2 Angket ……… 263

LAMPIRAN E ……….. 265

E.1 Lembar observasi kelompok ……….. 266

E.2 Lembar observasi antar kelompok ………. 267

E.3 Lembar observasi kelas ……….. 268

E.4 Hasil observasi pertemuan I……… 269

E.5 Hasil observasi pertemuan II……….. 287

E.6 Hasil observasi pertemuan III………. 305

E.7 Hasil observasi pertemuan IV………. 323

LAMPIRAN F ……….. 341

F.1 Contoh pekerjaan tes awal siswa……… 342

(25)

xxv

F.3 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa I……… 371

F.4 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa II ……….. 378

F.5 Contoh pekerjaan Lembar Kerja Siswa III………. 388

(26)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat penting untuk

dikuasai di setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu pelajaran matematika

selalu ada disetiap kurikulum, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP) ataupun di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Matematika dirasa penting bagi siswa karena matematika dapat menumbuh

kembangkan pola berpikir logis, sistematis dan rasional.

Dalam kenyataanya, menurut pengakuan beberapa siswa pada saat

penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), beberapa siswa

tersebut beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang

paling sulit. Hal ini berakibat pelajaran matematika menjadi salah satu

pelajaran yang ditakuti dan bahkan dihindari. Penyajian pembelajaran yang

monoton seringkali membuat siswa jenuh, bosan dan pasif. Dalam keadaan

seperti inilah seorang guru harus melakukan refleksi apakah model

pembelajaran atau pendekatan yang digunakan dalam mengajar sudah efektif

dan tepat. Menurut Soemosasmito (1988; dalam Trianto, 2009), guru yang

efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak

didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan persentase

waktu akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik

(27)

2

diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak

diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan

hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu

dengan yang lainnya (Sugiyanto, 2010).

Untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman,

menyenangkan dan mengaktifkan siswa, guru perlu menggunakan teknik dan

metode yang bervariasi. Proses belajar mengajar yang baik dan efektif adalah

yang dapat menciptakan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau sering disebut dengan model Dua

tinggal Dua Bertamu. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk

dapat saling bekerjasama dalam kelompok, bertanggung jawab, saling

membantu memecahkan masalah dan saling mendorong prestasi, serta melatih

siswa untuk bersosialisasi dengan baik.

Salah satu kelebihan model pembelajaran kooperatif TSTS yaitu dapat

digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat pendidikan. Dalam

penelitian ini digunakan dalam mata pelajaran matematika pada kelas VIII

SMP dengan Pokok Bahasan Memahami Relasi dan Fungsi. Model ini tidak

hanya memungkinkan siswa untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya

saja tetapi bisa juga bekerjasama dengan kelompok lain yang memungkinkan

terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi

(28)

3

Peneliti memilih materi relasi dan fungsi karena menurut informasi

yang peneliti peroleh dari guru mata pelajaran matematika, siswa kelas VIII

tahun ajaran lalu merasa kesulitan dengan materi tersebut. Sedangkan alasan

peneliti memilih melakukan penelitian di SMP N 1 Botodayaan adalah karena

lokasi sekolah berada di pedesaan dan belum pernah diadakan penelitian di

sekolah tersebut. Selain itu, menurut informasi yang peneliti peroleh dari

beberapa guru, pembelajaran di sekolah tersebut belum pernah menggunakan

model pembelajaran lain, selain model pembelajaran ceramah.

Dengan latar belakang di atas, peneliti mengadakan penelitian yang

berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two

Stray pada Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi di Kelas VIII Semester 1 SMP

Negeri 1 Botodayaan Gunungkidul Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013 ”

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana hasil belajar siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran

2012/ 2013?

2. Bagaimana tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi

(29)

4

Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran

2012/ 2013?

3. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray di kelas VIII semester 1 SMP N 1 Botodayaan tahun ajaran 2012/

2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran

2012/ 2013.

2. Mengetahui tingkat keaktifan siswa pada pokok bahasan Relasi dan Fungsi

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran

2012/ 2013.

3. Mengetahui respon guru dan siswa terhadap pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray di kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan tahun ajaran

(30)

5

D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut.

1. Model pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) atau sering

disebut juga Dua Tinggal Dua Bertamu.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan nilai tes tertulis

berupa angka. Tes tertulis tersebut terdiri dari tes materi prasyarat dan tes

prestasi belajar. Sedangkan untuk nilai kelompok diperoleh dari nilai LKS.

3. Tingkat keaktifan

Tingkat keaktifan dalam penelitian ini ditentukan dengan skor keaktifan

berdasarkan pengamatan peneliti. Peneliti menggunakan lembar

pengamatan siswa.

4. Materi yang dibahas

Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah Relasi dan Fungsi dengan

Kompentensi Dasar (KD) : Memahami Relasi dan Fungsi.

5. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP

(31)

6

6. Respon guru dan siswa

Respon guru dan siswa merupakan pendapat pribadi guru dan siswa

terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Respon guru dapat

diketahui melalui wawancara, sedangkan respon siswa dapat diketahui

melalui pengisian angket.

E. Batasan Istilah

1. Model pembelajaran

Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa

dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode

dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar di kelas.

2. Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen

dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. TSTS

berasal dari bahasa inggris yang berarti ‘Dua Tinggal Dua Bertamu’.

Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil

(32)

7

4. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah

terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang

diberikan oleh guru. Dalam penelitian ini tes diberikan pada awal dan

akhir penyampaian materi.

5. Tingkat keaktifan

Tingkat kekatifan siswa dalam suatu kelompok dapat dilihat dari

perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kerjasama dalam kelompok,

kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok lain,

kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok sendiri,

memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok,

mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, memberi gagasan

yang cemerlang, membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang,

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain,

mampu memanfaatkan potensi anggota kelompok, saling membantu dan

bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini, guru diharapkan menguasai berbagai

(33)

8

merasa bosan dengan pembelajaran ceramah yang sudah sering diterapkan

oleh kebanyakan guru.

2. Bagi siswa

Sebagai sarana bagi siswa untuk makin berkembang dalam proses

pembelajaran, tidak hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya

sumber ilmu, namun juga memanfaatkan proses diskusi dan bertukar

pikiran sebagai sumber pengetahuan mereka. Selain itu, penelitian ini

diharapkan mampu melatih siswa untuk bertanggung jawab, bekerja sama

dan menjalin keakraban dengan teman sekelasnya, serta dapat

menumbuhkan keaktifan dalam diri siswa.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sebagai

bahan pertimbangan sekolah untuk menggunakan metode dan model

pembelajaran yang bervariasi untuk kemajuan belajar siswa.

4. Bagi penulis

Penulis dapat mengetahui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pokok bahasan memahami relasi

dan fungsi, sehingga dapat menambah pengetahuan penulis tentang

model-model pembelajaran yang bisa diterapkan saat mengajar.

5. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi

(34)

9

ingin menambah wawasannya ataupun bagi peneliti lain yang akan

melakukan penelitian yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi yang berjudul Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Pokok Bahasan

Relasi dan Fungsi di Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Botodayaan Tahun

Ajaran 2012/ 2013 ini adalah sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, batasan istilah, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II terdapat beberapa teori yang menjadi landasan dalam penulisan

skripsi ini dan juga penelitiannya. Teori – teori tersebut meliputi pembelajaran

matematika, hasil belajar, keaktifan, model pembelajaran kooperatif, model

pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS), serta materi Relasi dan

Fungsi.

Bab III berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, waktu dan

tempat penelitian, bentuk data, rancangan penelitian, metode pengumpulan

data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

Bab IV berisi tentang pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir

penelitian. Selain itu, bab IV juga berisi hasil data yang diperoleh selama

(35)

10

Bab V berisi analisis data yang diperoleh selama penelitian dan

pembahasannya, serta beberapa kelemahan dari penelitian ini.

Bab VI merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran

(36)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Berikut akan dipaparkan landasan teori yang digunakan dalam penyusunan

skripsi ini.

A. Pembelajaran Matematika 1. Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana

proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik (Ahmadi &

Widodo, 1991).

Berikut ini adalah definisi-definisi belajar menurut para ahli.

a. Menurut James O Whittaker (dalam Ahmadi, 1991)

Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Learning may be defined as the process by which behavior originates

or is altered through training or experience

Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat

pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh

(37)

12

b. Menurut Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Educational

Psychology” (dalam Ahmadi dan Widodo, 1991)

Belajar yang efektif adalah belajar melalui pengalaman. Dalam proses

belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan obyek belajar dengan

menggunakan semua alat inderanya.

Learning is shown by change in behavior as a result of experience

c. Menurut Howard L. Kingsley (dalam Ahmadi dan Widodo, 1991)

Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)

ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is

originated or changed through practice or training

Angkowo dan Kosasih (2007) menuliskan dalam bukunya

beberapa pengertian belajar sebagai berikut.

a. Menurut Skinner (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) belajar adalah

suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

secara progresif.

b. Bell Gredler (1986:1; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007)

mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh berbagai

kemampuan, ketrampilan dan sikap.

c. Menurut teori kognitivisme (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007),

belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.

d. Kleden menegaskan bahwa belajar pada dasarnya berarti

(38)

13

mengetahui sesuatu (Andrias Harefa, 2000:24 ; dalam Angkowo dan

Kosasih, 2007)

e. Menurut Winkel (1996: 21; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007)

belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan

dan meniru.

f. Hilgard dalam Nasution (2000: 35 ; dalam Angkowo dan Kosasih,

2007) mengatakan: “Learning is the process by which an activity

originates or is changed through training procedures”. Belajar adalah

proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan.

g. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses

mengkonstruksi arti, entah teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain

(Paul Suparno, 2002:61 ; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007).

h. Winkel (1996: 36 ; dalam Angkowo dan Kosasih, 2007) membuat

kesimpulan tentang belajar. Belajar merupakan suatu aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

demi menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan nilai-sikap.

Dari teori-teori tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan pada individu yang terjadi melalui

(39)

14

2. Pembelajaran

Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004). Beberapa prinsip yang

menjadi landasan pengertian tersebut ialah:

a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Artinya

seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah

perilakunya (Surya, 2004). Tetapi tidak semua perubahan perilaku

sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil

pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Surya, 2004):

1) Perubahan yang disadari

2) Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan)

3) Perubahan yang bersifat fungsional

4) Perubahan yang bersifat positif

5) Perubahan yang bersifat aktif

6) Perubahan yang bersifat permanen (menetap)

7) Perubahan yang bertujuan dan terarah

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara

keseluruhan. Artinya bahwa perubahan perilaku sebagai hasil

pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya

satu atau dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek

(40)

15

c. Pembelajaran merupakan suatu proses. Artinya pembelajaran

merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Jadi, pembelajaran

bukan sebagai suatu benda atau keadaan yang statis, melainkan

merupakan suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling

berkaitan (Surya, 2004).

d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong

dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Artinya pembelajaran

merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.

Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan (Surya,

2004).

e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Hal ini berarti bahwa

selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu

situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan

pengalaman yang berarti (Surya, 2004).

Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya

adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya

(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam

rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat

bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan

peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang

intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan

(41)

16

3. Matematika

Dalam bukunya, Ruseffendi (1990) menguraikan tentang

pengertian matematika yaitu sebagai berikut.

a. James dan James (1976 ; dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan dalam

kamus matematikanya bahwa matematika itu adalah ilmu tentang

logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep

berhubungan lainnya yang jumlahnya banyak. Mereka juga

mengatakan bahwa matematika itu biasanya dibagi ke dalam tiga

bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

b. Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya berjudul “Guidelines for

Teaching Mathematic” (dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa:

1) Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan

pembuktian yang logik.

2) Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang

didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya

dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide

daripada mengenai bunyi.

3) Matematika adalah pengetahuan terstruktur yang terorganisasikan,

sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan

kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak,

aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan

kebenarannya.

(42)

17

5) Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada

keterurutan dan keharmonisannya.

6) Matematika adalah ilmu deduktif.

c. Reys dkk (1984) dalam bukunya “Helping Children Learn

Mathematics” (dalam Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa

matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan

atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

d. Kline (1973) dalam bukunya “Why Johnny Can’t Add” (dalam

Ruseffendi, 1990) mengatakan bahwa matematika itu bukan

pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri,

tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam

memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Y. Marpaung (1992) menuliskan dalam makalahnya bahwa

matematika adalah suatu ilmu yang menuntut kemampuan problem solving

yang kuat. Sifatnya yang aksiomatis selalu menantang manusia untuk

berpikir strategis dengan menggunakan logika, khususnya prinsip-prinsip

dan aturan-aturan logika matematika, sehingga dapat mengembangkan

teori yang makin lama makin kompleks dari suatu himpunan aksioma yang

sedikit banyaknya, bebas dan konsisten dengan menggunakan kesepakatan

yang disebut definisi.

Soedjadi (1999) menyajikan beberapa definisi dan pengertian

(43)

18

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

4. Pembelajaran matematika

Herman Hudojo (1988) menyatakan bahwa mempelajari konsep B

yang mendasar kepada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dulu

konsep A, tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu dapat

memahami konsep B. Ini berarti mempelajari matematika haruslah

bertahap dan berurutan serta mendasar kepada pengalaman belajar yang

lalu. Lebih lanjut Herman Hudojo menyatakan bahwa belajar matematika

akan lebih berhasil bila proses belajar baik, yaitu melibatkan intelektual

peserta didik secara optimal. Sedangkan Nurhadi (2004) mengatakan

bahwa belajar matematika berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu pasti

berarti belajar bernalar. Jadi belajar matematika berarti berhubungan

(44)

19

B. Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang

telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari

sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari

sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Kemampuan siswa

dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat

diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya

mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti

dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang

diukur melalui tes.

Hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan nilai tes berupa

angka yang terdiri dari tes materi prasyarat dan tes prestasi belajar. Tes materi

prasyarat diberikan sebelum materi disampaikan kepada siswa untuk

mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan tes prestasi belajar diberikan

setelah secara keseluruhan materi dalam penelitian ini telah disampaikan.

Selain itu, dalam penelitian ini peneliti pun juga meneliti hasil belajar

psikomotoris yaitu keaktifan siswa.

C. Keaktifan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aktif adalah giat

(45)

20

mana siswa dapat aktif. Dalam penelitian ini, keaktifan yang dimaksud adalah

keaktifan belajar siswa. Jadi yang dimaksud dengan keaktifan belajar siswa

adalah suatu keadaan yang memungkinkan siswa aktif secara jasmani dan

rohani dalam suatu pembelajaran.

Menurut Sriyono, dkk. (1992), keaktifan jasmani dan rohani tersebut

meliputi:

1. Keaktifan indera

Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik

mungkin.

2. Keaktifan akal

Akal anak-anak aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah.

3. Keaktifan ingatan

Pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang

disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.

4. Keaktifan emosi

Anak hendaklah senantiasa mencintai pelajarannya.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis,

2007) adalah:

1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka

dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

(46)

21

4. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari).

5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

7. Memberi umpan balik (feed back).

8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan

siswa selalu terpantau dan terukur.

9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

Dalam penelitian ini tingkat keaktifan siswa ditentukan dengan skor

keaktifan berdasarkan pengamatan peneliti dan observer. Peneliti dan observer

menggunakan lembar pengamatan siswa.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Winataputra (2001, dalam Sugiyanto: 2010), model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

(47)

22

pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan

memberi petunjuk kepada guru di kelas (Agus Suprijono, 2009).

Menurut Arends (dalam Agus Suprijono, 2009), model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Merujuk pemikiran Joyce (dalam Agus Suprijono, 2009),

fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help

students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat

membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara

berpikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat

juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang

hampir sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini,

telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran. Guru atau

pendidik harus bisa menyesuaikan model pembelajaran yang cocok untuk

diterapkan pada proses belajar mengajar. Model yang dipilih diharapkan dapat

mendukung pemahaman siswa, sehingga pemahaman mereka akan suatu

(48)

23

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi

belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010).

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,

sebagai latihan hidup di masyarakat (Sugiyanto, 2010). Menurut Lie (2004,

dalam Sugiyanto : 2010), elemen-elemen pembelajaran kooperatif yang terkait

adalah saling ketergantungan posistif, interaksi tatap muka, akuntabilitas

individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau

ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.

Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009), pembelajaran kooperatif

tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar

pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok

yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran

kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih

efektif. Roger dan David Johnson (dalam Agus Suprijono,2009) mengatakan

bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran

kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah (Agus Suprijono,

(49)

24

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua kelompok secara

individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah

membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.

Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua

anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah

mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat

menyelesaikan tugas yang sama.

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan

positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

a. Saling membantu secara efektif dan efisien

b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan

c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien

d. Saling mengingatkan

e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap

(50)

25 f. Saling percaya

g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

Untuk mengkoordinasi kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan

peserta didik harus:

a. Saling mengenal dan mempercayai

b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius

c. Saling menerima dan saling mendukung

d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif

5. Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan, kelompok

dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan

kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang

sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan

kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan

kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Adapun keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut (Sugiyanto, 2010).

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,

informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

(51)

26

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen.

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

7. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai

perspektif.

10.Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih

baik.

11.Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama

dan orientasi tugas.

Secara umum, model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak

tipe. Berikut ini merupakan beberapa macam tipe dari model pembelajaran

kooperatif.

1. Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) menekankan

pada diskusi kelompok, diskusi antar kelompok dan diskusi kelas.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah (Tukiran, 2011):

a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen. Setiap

(52)

27

b. Siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok

c. Dua orang anggota kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk

mengetahui hasil diskusi kelompok lain, sedangkan sisanya tetap

tinggal di dalam kelompok untuk menerima kunjungan dari kelompok

lain

d. Siswa yang bertamu kembali ke kelompok masing-masing untuk

menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada

dalam kelompok

e. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas

2. Team Assisted Individualization (TAI)

Tipe pembelajaran TAI merupakan kolaborasi antara model pembelajaran

individual dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen (Agus Suprijono,

2009), yaitu:

a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4

sampai 6 siswa.

b. Placement test yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat

rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa

dalam bidang tertentu.

c. Student creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok

dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan

(53)

28

d. Team study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan

oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada

siswa yang membutuhkannya.

e. Team scores and team recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil

kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap

kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang

dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f. Teaching group yakni pemberian materi secara singkat dari guru

menjelang pemberian tugas kelompok.

g. Facts test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang

diperoleh siswa.

h. Whole class units yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir

waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

3. TGT (Team Game Tournament)

Kinerja siswa dalam pembelajaran dengan tipe ini tidak dinilai dengan

kuis individual, tetapi dengan turnamen perbaikan akademik. Siswa

mewakili timnya berlomba dengan anggota tim lain yang setara kinerja

akademiknya berdasarkan hasil penelitian yang lalu. Siswa dari seluruh

tingkat kinerja pada tiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk

menyumbang poin bagi timnya jika mereka berbuat yang terbaik. Ada 5

(54)

29 a. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian

kelas.

b. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri atas 4-5 orang.

c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan

belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan

mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa

yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

d. Turnamen

Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor

undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1,

terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger

2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta

dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor

terendah sebagai reader 2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan

menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya

menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila menurut

chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah

(55)

30

reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3

tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila

jawaban reader 1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3

salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban .

Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah

searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi

reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, challenger 3 menjadi

chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi

reader 2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang

disediakan guru.

4. Student Team Achievement Division (STAD)

STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

STAD menekankan pada tanggung jawab kelompok untuk meyakinkan

bahwa anggotanya telah memahami 100% pembelajaran yang telah

disampaikan oleh guru secara klasikal pada waktu awal. Langkah-langkah

yang dilakukan pada tipe pembelajaran kooperatif STAD antara lain

(Huda, 2011):

a. Penyampaian materi

Pada awal pembelajaran STAD, guru menerangkan materi secara

klasikal kepada seluruh siswa. Hal ini untuk menyamakan persepsi di

antara siswa. Setelah penyampaian materi guru dapat memberikan soal

(56)

31 b. Membagi kelompok

Setelah penyampaian materi dilakukan, langkah selanjutnya adalah

membagi kelompok. Kelompok yang dibentuk diusahakan heterogen

dengan latar belakang sosial, prestasi serta kemampuan belajar yang

berbeda dalam setiap kelompoknya.

c. Belajar kelompok

Setelah kelompok terbentuk maka selanjutnya setiap kelompok

kembali membahas apa yang telah disampaikan oleh guru di awal

kelas. Guru menekankan kepada siswa untuk tidak menghentikan

diskusi di dalam kelompok sebelum para anggotanya yakin dapat

mampu menjawab seluruh pertanyaan atau kuis yang nanti akan

diajukan.

d. Kuis

Guru memberikan kuis secara individual kepada para siswa. Materi

kuis merupakan materi yang telah disampaikan oleh guru pada awal

pembelajaran. Dalam kuis ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja

sama dengan anggota kelompoknya. Tujuan dari kuis ini antara lain

untuk meningkatkan rasa tanggung jawab serta kepedulian para siswa

terhadap anggota kelompok yang lain. Siswa juga akan menyadari

pentingnya kontribusi dari setiap anggota dalam kelompok dalam

keberhasilan menyerap materi pelajaran.

(57)

32

Hasil dari kuis tersebut dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan

pembelajaran kooperatif melalui model STAD. Hasil yang optimal

adalah ketika suatu kelompok mendapatkan skor yang lebih baik

daripada skor pre tes.

f. Penghargaan kelompok

Kelompok dengan kerjasama yang baik akan memiliki skor nilai yang

lebih tinggi dibandingkan dengan skor sebelumnya. Penghargaan

diberikan oleh guru kepada masing-masing siswa dalam kelempok

tersebut untuk menunjukan bahwa pentingnya kerja sama di antara

siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Masih banyak lagi macam-macam tipe yang lain, namun dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS).

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Model yang

sering disebut Dua Tinggal Dua Bertamu ini merupakan pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan

informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling

mengunjungi/ bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi (Anita Lie,

(58)

33

Pembelajaran model Two Stay Two Stray adalah dengan cara siswa

berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya

adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa

lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain,

kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan

kelompok (Suyatno, 2009).

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut (Tukiran,

2011).

1. Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa

sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5

orang siswa secara heterogen dengan kemampuan berbeda-beda baik

tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) maupun jenis kelamin.

3. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau tugas untuk dibahas

dalam kelompok.

4. Siswa 2-3 orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk

mengetahui hasil pembahasan LKS atau tugas dari kelompok lain, dan sisa

kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke

kelompoknya.

5. Siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan

menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam

(59)

34

6. Hasil diskusi kelompok dikumpulkan dan masing-masing kelompok

mempresentasikan jawaban mereka, kelompok lain memberikan

tanggapan atau pertanyaan.

7. Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban yang benar.

8. Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.

Seperti kita ketahui, setiap model pembelajaran memiliki kelebihan

dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran Two Stay Two Stray

(Susanti, 2009) adalah:

1. Dapat diterapkan pada semua kelas/ tingkatan

2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

3. Lebih berorientasi pada keaktifan

4. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini (Susanti, 2009)

adalah:

1. Membutuhkan waktu yang lama.

2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga).

4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Perbandingan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan model

pembelajaran kooperatif lain seperti Team Assited Individualizatiori (TAI),

Team Games Tournament (TGT) dan Students Team Achievement Division

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan model pembelajaran kooperatif TSTS dengan beberapa model pembelajaran kooperatif lain
Gambar 2.2 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan  diagram panah
Gambar 2.3 Menyatakan relasi dari himpunan A ke himpunan B dengan diagram kartesius
Gambar 2.2 dan menyatakannya sebagai pasangan berurutan. Pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul : perubahan perilaku seksual beresiko di kalangan pengguna NAP2A melalui model pemberdayaan pendidik komunitas (studi eksperimen penanggulangan penyalahgunaan NAP2A

现在印尼有了新的政府 ,新的总统 。改革开放以后 ,印尼华人和一些印. 尼人都纷纷学习汉语

Hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler futsal terhadap perilaku sosial dan kebugaran jasmani di SMP Negeri 3 Lembang.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

 Menceritakan peristiwa tertentu yang berkaitan dengan kegiatan sehari- hari, menggunakan pilihan kata yang tepat dan disampaikan dengan kalimat yang runtut.  Memberikan

Peserta yang memasukkan penawaran : tidak ada satu pun calon penyedia yang memasukkan penawaran sampai waktu yang ditentukan pada paket pengadaan makan jaga kawal

nohbdd r4rjftG ed dqoprui

Bab ini antara lain akan menjelaskan tentang diet serta perangkat lunak yang akan digunakan untuk mengimplementasikan aplikasi pola hidup sehat berdasarkan golongan

Patimuan pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Cilacap Nomor 602.3/PEJ-06.14.c/2014 tanggal 17 April 2014, dengan ini kami sampaikan Perusahaan yang lulus