• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sampel X@ dengan metode kromatografi tipis densitometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sampel X@ dengan metode kromatografi tipis densitometri"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR CAMPURAN DEKSAMETASON DAN DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SAMPEL X® DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Sisilia Mirsya Anastasia NIM: 098114102

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENETAPAN KADAR CAMPURAN DEKSAMETASON DAN DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SAMPEL X® DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Sisilia Mirsya Anastasia NIM: 098114102

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

(3)

ii

Persetujuan Pembimbing

PENETAPAN KADAR CAMPURAN DEKSAMETASON DAN DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SAMPEL X® DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI

Skripsi yang diajukan oleh: Sisilia Mirsya Anastasia

NIM : 098114102

telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama

(Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt.) tanggal………

Pembimbing Pendamping

(4)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk:

(6)

v

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Sisilia Mirsya Anastasia

Nomor mahasiswa : 098114102

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENETAPAN KADAR CAMPURAN DEKSAMETASON DAN DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SAMPEL X® DENGAN

METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI“

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 21 Juni 2013 Yang menyatakan

(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, talenta dan rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penetapan Kadar Campuran Deksametason

dan Deksklorfeniramin Maleat dalam Sampel X® dengan Metode Kromatografi

Lapis Tipis Densitometri. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm).

Hingga terselesaikannya penyusunan skripsi, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, saran, kritik, semangat dan doa. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang luar biasa kepada:

1. Ipang Djunarko,M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma 2. Prof.Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing pertama

atas segala masukan, nasehat, motivasi, dan ilmu yang diberikan baik secara akademik maupun pengembangan diri hingga terselesaikannya penyusunan naskah.

3. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si selaku dosen pembimbing kedua dan dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan saran selama penyusunan naskah.

4. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen penguji atas segala arahan, masukan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

5. Lucia Wiwid Widjayanti, M.Si., selaku dosen penguji atas segala arahan, masukan, kritik dan saran yang diberikan kepada penulis.

(9)

viii

6. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Universitas Sanata Dharma atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian di laboratorium Kimia Analisis Intrumental.

7. PT. Ifars Indonesia yang telah bersedia memberi baku deksklorfeniramin maleat yang berguna dalam skripsi. PT. KONIMEX Indonesia yang telah bersedia memberi baku deksametason yang berguna dalam skripsi.

8. Shinta dan Metri sebagai teman seperjuangan dalam rangkaian judul penelitian ini, atas kebersamaan, motivasi, nasehat dan solidaritas yang kuat hingga terselesaikannya penyusunan naskah ini.

9. Laras, Anta, Novia, Agnes, Eric, Is dan Nindy atas kebersamaan, motivasi, keceriaan dan kesediaannya menjadi konco dolan selama 4 tahun.

10.Albert Stefianus yang selalu menjadi semangat dan motivator untuk menyelesaikan skripsi.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak tertulis di sini, terima kasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penelitian dan penyusunan naskah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Penulis berharap akan adanya perkembangan dunia penelitian kefarmasian dan kemajuan dunia pendidikan.

(10)

ix

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

BAB II PENELAAH PUSTAKA ... 5

A. Deksklorfeniramin Maleat ... 5

B. Deksametason ... 5

C. Kaplet ... 6

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ... 8

1. Definisi dan instrumentasi ... 8

2. Pemisahan dan Resolusi ... 9

3. Sistem kromatografi lapis tipis... 10

(11)

x

E. Densitometri ... 12

F. Landasan Teori ... 14

G. Hipotesis ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 16

1. Variabel bebas ... 16

2. Variabel tergantung ... 16

3. Variabel pengacau terkendali... 16

C. Definisi Operasional ... 16

D. Bahan Penelitian ... 17

E. Alat Penelitian ... 17

F. Tata Cara Penelitian ... 17

1. Pemilihan dan pengambilan sampel ... 17

2. Pembuatan larutan baku ... 18

3. Penentuan panjang gelombang pengamatan ... 17

4. Optimasi Lama Penggojogan dengan Vortex ... 17

5. Uji Keseragaman Sediaan ... 19

6. Penetapan Kadar ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Pemilihan Sampel ... 24

B. Fase Gerak ... 27

C. Larutan Baku ... 29

D. Penetapan Panjang Gelombang (λ) Pengamatan ... 29

E. Kurva Baku Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat ... 31

(12)

xi

G. Penetapan Kadar Sampel ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 36

A. KESIMPULAN ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 40

BIOGRAFI PENULIS ... 62

(13)

xii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel I. Kriteria penerimaan RSD ... 22

Tabel II. Keseragaman bobot kaplet ... 25

Tabel III. Hasil uji keseragaman kandungan dalam sampel... 26

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Struktur deksklorfeniramin maleat ... 5

Gambar 2. Stuktur deksametason ... 5

Gambar 3. Pola spektra ultraviolet deksametason ... 6

Gambar 4. Ilustrasi perhitungan nilai Rf ... 9

Gambar 5. Struktur Silica Gel ... 10

Gambar 6. Skema pengukuran pada densitometer ... 13

Gambar 7. Ilustrasi panjang gelombang... 14

Gambar 8. Spektra deksametason dan deksklorfeniramin maleat ... 30

Gambar 9. Gugus auksokrom dan kromofor deksklorfeniramin maleat ... 31

Gambar 10. Gugus auksokrom dan kromofor deksametason ... 31

Gambar 11. Densitogram fase diam ... 33

Gambar 12. Pola spektra baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat .... 33

Gambar 13. Pola spektra sampel dalam pelarut etanol ... 34

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Sertifikat analisis baku deksametason ... 41

Lampiran 2. Sertifikat analisis baku deksklorfeniramin maleat ... 42

Lampiran 3. Sistem KLT densitometri ... 43

Lampiran 4. Penimbangan baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat .... 44

Lampiran 5. Spektra panjang gelombang pengamatan ... 44

Lampiran 6. Kromatogram blanko plat kosong dan fase gerak... 45

Lampiran 7. Contoh perhitungan jumlah analit teoritis ... 45

Lampiran 8. Optimasi lama penggojogan dengan vortex ... 46

Lampiran 9. Data hasil uji keseragaman bobot kaplet ... 51

Lampiran 10. Data hasil uji keseragaman kandungan ... 52

Lampiran 11. Hasil kromatogram campuran dalam sampel ... 56

Lampiran 12. Data Kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sampel ... 59

Lampiran 13. Contoh perhitungan kadar dalam sampel ... 60

(16)

xv

INTISARI

Deksklorfeniramin maleat dan deksametason banyak digunakan untuk menanggulangi peradangan saat alergi dan sebagai anti histamin. Pada sampel obat kaplet X® terdapat campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dengan yang tertera pada etiket sampel obat kaplet X® dalam rangka penjaminan mutu suatu produk obat.

Penelitian ini bersifat non-eksperimental deskriptif karena tidak dilakukan manipulasi dan perlakuan tehadap subyek uji. Penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat menggunakan metode kromatografi lapis tipis densitometri hasil optimasi dan validasi. Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : metanol : amonia (25 : 4 : 1) dan fase diam yang digunakan adalah lempeng silika gel 60 F254.

Kadar deksametason adalah 92,75 – 102,88% dan kadar deksklorfeniramin aleat adalah 96,76-108,92%. Hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan kaplet deksametason dan deksklorfeniramin maleat 90-110% dari kadar yang tertera pada etiket yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV.

Kata kunci : deksametason, deksklorfeniramin maleat, kromatografi lapis tipis, densitometri, penetapan kadar

(17)

xvi ABSTRACT

Deksklorfeniramin maleate and dexamethasone used to overcome the allergies and inflammation as an anti histamine. The purpose of this study was to determine the suitability of level dexamethasone and dexchlorpheniramine maleat obtained as stated on the label in order to guarantee the quality of a medicinal product.

This study is non experimental descriptive because it does not have any manipulation and treatment of the test subjects. Assay of dexamethason and dexchlorpheniramine maleat performed by thin layer chromatography densitometry method. The mobile phase used is ethyl acetat : methanol : amonia (25 : 4:1) and the stationary phase used is silica gel 60 F254.

Level of dexamethason is 92,75 – 102,88% and the level of dexchlorpheniramine maleat is 96,76 - 108,92%. Level of dexamethason abd dexchlorpheniramine maleat are suitable with level indicated on the label as on Farmakope Indonesia 4th edition.

(18)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Alergi adalah suatu gangguan pada sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Pada orang sehat, sistem imun berada dalam keadaan seimbang yang memberikan perlindungan maksimal terhadap gangguan benda-benda asing dari luar tubuh dan meminimalkan reaksi yang berbahaya terhadap adanya gangguan tersebut. Pada orang alergi terjadi ketidakseimbangan, sehingga reaksi yang dimunculkan tubuh berlebihan atau dengan kata lain disebut hipersensitif.

Deksametason merupakan salah satu glukokortikoid yang paling baik, kemampuannya dalam menanggulangi peradangan dan alergi kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dibandingkan kemampuan prednison atau prednisolon. Deksklorfeniramin maleat mengatasi sebagian besar akibat-akibat khas yang ditimbulkan oleh histamin dan secara klinis bermanfaat dalam pencegahan dan penanggulangan banyak gejala alergi (Syarif, 2009). Sediaan obat yang mengandung deksklorfeniramin maleat dan deksametason banyak digunakan karena mampu menanggulangi peradangan saat alergi oleh deksametason dan anti histamin yang ada pada deksklorfeniramin maleat (Suherman, 2007).

Deksametason berupa serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau, stabil di udara. Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam

(19)

aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam metanol, sukar larut dalam kloroform, sangat sukar larut dalam eter. Deksklorfeniramin maleat memiliki rumus molekul C16H19ClN2.C4H4O4 dan berat molekul 390,87. Berupa serbuk

hablur, berwarna putih dan tidak berbau. Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam kloroform, sukar larut dalam benzen dan dalam eter (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

Penelitian ini merupakan suatu rangkaian penelitian yang diawali dengan tahap optimasi yang telah dilakukan oleh Ratnaningtyas (2013) dan validasi metode yang dilakukan oleh Karunawati (2013). Fase gerak yang diperoleh dari hasil optimasi adalah etil asetat : metanol : amonia (25 : 4 : 1) dengan fase diam silika gel F254. Pada tahap validasi metode diperoleh hasil bahwa deksametason

memiliki rentang validitas yang memenuhi persyaratan presisi, akurasi dan linearitas pada kadar 0,03-0,15 mg/mL. Untuk deksklorfeniramin maleat memiliki presisi, akurasi dan linearitas pada seri kadar 0,1-0,5 mg/mL.

(20)

3

digunakan untuk analisis kuantitatif. Jumlah senyawa yang dipisahkan denga KLT dapat ditetapkan kadarnya pada lempeng kromatografi (in situ) dengan pengukuran serapan baik UV/Vis ataupun fluoresensi (Sherma, 1996).

1. Permasalahan

a. Dapatkah metode yang telah dioptimasi dan divalidasi diaplikasikan pada penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam obat kaplet X®?

b. Berapa kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam obat kaplet X® yang ditetapkan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri ?

2. Keaslian Penelitian

Penetapan kadar deksametason secara tunggal dengan metode KLT dan KCKT telah dilakukan oleh Huetos dan Ramos (1999). Penetapan kadar deksklorfeniramin maleat dan deksametason dalam kaplet dengan metode KCKT sudah pernah dilakukan oleh Syarif (2009). Penetapan kadar deksametason dalam ointment dengan metode KLT densitometri oleh Krzek, Maslanka dan Lipner (2005), dengan fase diam silika gel 60 F254, dan fase gerak sikloheksan : etil asetat

(2:3). Penetapan kadar deksametason secara tunggal dalam sediaan emulsi dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)-UV oleh Fan dkk. (2012). Penetapan kadar klorfeniramin maleat atau feniramin maleat dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase

gerak sikloheksan : kloroform : metanol : dietilamin ( 4,5 : 4 : 0,5 : 1) oleh Subramaniyan dan Das (2004). Penetapan kadar obat kaplet X® dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri ini merupakan suatu rangkaian penelitian

(21)

yang diawali dengan tahap optimasi yang akan dilakukan oleh Ratnaningtyas (2013) dan validasi metode yang akan dilakukan oleh Karunawati (2013). Pada penelitian, ini akan dilakukan penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat pada obat kaplet X® dengan metode KLT densitometri dimana penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat metodologis: Dapat memberikan sumbangan ilmiah mengenai metode KLT densitometri yang digunakan untuk pemisahan dan penetapan kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat.

b. Manfaat praktis: Dapat memberikan informasi mengenai kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat pada obat kaplet X® yang ditetapkan dengan metode KLT densitometri.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui bahwa metode kromatografi lapis tipis hasil optimasi dan validasi dapat untuk menetapkan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat pada sediaan kaplet X®.

(22)

5

BAB II

PENELAAH PUSTAKA

A. Deksklorfeniramin Maleat

Gambar 1. Struktur deksklorfeniramin maleat (European Pharmacopoeial Convention, 2005)

Berupa serbuk hablur, berwarna putih dan tidak berbau. Kelarutannya diketahui mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam kloroform, sukar larut dalam benzen dan dalam eter (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Titik lebur 110-1150C. Deksklorfeniramin maleat dalam kaplet mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket (United States Pharmacopeia, 2007).

B. Deksametason

Gambar 2. Stuktur deksametason (European Pharmacopoeial Convention , 2005)

Berupa serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau, stabil di udara. Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam methanol, sukar larut dalam kloroform, sangat sukar

(23)

larut dalam eter (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Deksametason dalam kaplet mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% C22H29FO5 dari jumlah yang tertera pada etiket (United States

Pharmacopeia, 2007). Titik lebur pada suhu 268-2700C (Moffat, 2011).

Gambar 3. Pola spektra ultraviolet deksametason dalam metanol

Deksametason biasa digunakan untuk terapi kombinasi. Merupakan bentuk sintetis adrenokortikal steroid, yang disebut sebagai glukokortikosteroid atau kortikosteroid diproduksi secara natural oleh kelenjar adrenal didalam tubuh. Steroid berperan dalam regulasi karbohidrat, protein dan lemak, selain itu juga menghamat respon imun inflamasi, alergi, dan respon normal imun. Bentuk sintesisnya dapat menirukan tindakan naturalnya atau dapat menggantikannya dalam kondisi dimana jumlah steroid yang dibutuhkan cukup tinggi (International Myeloma Foundation, 2006).

C. Kaplet

(24)

7

digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin dan zat pembasah (Anief, 2004).

Syarat-syarat kaplet:

1. Penampilan kaplet. Dalam penampilan kaplet, identitas visual sangat penting karena dapat memengaruhi penerimaan konsumen mengenai mutu suatu obat. Untuk mengontrol penampilan kaplet maka perlu melibatkan pengukuran keseragaman ukuran, bentuk, permukaan, warna, ada tidaknya bau, rasa dan cacat fisik dari kaplet (Lachman, 1979).

(25)

dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1. Definisi dan instrumentasi

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat tersebut menunjukkan perbedaan adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pasangan ion, kromatografi penukar ion, kromatografi eksklusi ukuran, dan kromatografi afinitas (Gandjar dan Rohman, 2007).

(26)

9

zat terlarut lainnya, yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

2. Pemisahan dan Resolusi

Koefisien Retardation factor (Rf) merupakan kuantitas dasar yang digunakan untuk menunjukkan posisi solut pada pengembangan kromatogram. Rf merupakan perbandingan antara jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh fase gerak (Dean, 1995). Pemisahan kromatografi planar (kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas) pada umumnya dihentikan sebelum semua fase gerak melewati seluruh permukaan fase diam (Rohman, 2009).

Gambar 4.Ilustrasi perhitungan nilai Rf (Kowalska, 1996).

(27)

Rf faktor digunakan untuk uji kualitatif pada pemisahan KLT, merupakan

hasil bagi jarak yang ditempuh analit dengan jarak yang ditempuh fase gerak (Zf). Nilai Rf dinyatakan dalam persamaan:

Rf≡ Zs

Zf−Zo

dimana,

Zs = jarak yang ditempuh analit (mm)

Zf = jarak yang ditempuh fase gerak (mm)

Zo = jarak antara penotolan sampel dengan garis awal perendaman fase gerak (mm)

(Spangenberg, 2011).

3. Sistem kromatografi lapis tipis

a. Fase diam. Fase diam yang paling umum digunakan adalah silika gel, alumina, dan serbuk selulosa, tetapi material lain seperti Sephadex dan resin penukar ion mulai digunakan untuk tujuan khusus. Silika gel mengandung partikel-partikel kecil dengan ukuran yang sangat seragam (6-10 μm) dengan permukaan yang halus dan homogen (Dean, 1995). Silika gel bersifat asam, memiliki kapasitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk kromatografi adsorpsi dan kromatografi partisi (Pescok dkk., 1976).

(28)

11

Proses kromatografi biasanya didominasi oleh mekanisme partisi. Dalam KLT, fase diam harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengembangan dan disimpan dalam kelembaban rendah sehingga lapisan silika gel tersebut dapat menangkap sejumlah cairan ketika proses pengembangan (Spangenberg, 2011). Suhu yang digunakan untuk mengaktivasi lempeng silika gel

adalah 105O C, diharapkan semua air yang menutupi silika dapat menguap sehingga

silika dapat aktif kembali (Gandjar dan Rohman, 2007). Fase diam, fase gerak dan material lain yang dibutuhkan dalam persiapan lapis tipis harus memenuhi persyaratan spesifik yang ditentukan mengenai kemurnian, ukuran partikel dan sifat-sifat yang menentukan untuk adsorpsi, distribusi cair-cair, dan proses lainnya (Dean, 1995).

b. Fase gerak. Pelarut yang digunakan harus memiliki kemurnian yang tinggi. Adanya senyawa lain yang tidak murni dapat menghasilkan kromatogram yang tidak reprodusibel (Christian, 2004). Pemilihan pelarut yang digunakan untuk senyawa yang akan dianalisis dengan metode KLT, harus dapat melarutkan analit dengan sempurna, mudah menguap, viskositas rendah, serta dapat membasahi lapisan penyerap (Sherma, 1996).

Pelarut memiliki fungsi ganda dalam kromatografi, yaitu bertanggung jawab untuk mengangkut sampel dan untuk menciptakan sistem pemisahan. Kekuatan pelarut yang menentukan kemampuannya untuk mengangkut sampel melalui sistem dan selektivitas menentukan apakah pemisahan dapat terjadi (Spangenberg, 2011).

(29)

c. Aplikasi sampel. Pemisahan optimal pada KLT diperoleh dengan cara menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Jika sampel

yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Penotolan sampel

yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan pucak ganda.

Penotolan dapat dilakukan dengan cara manual maupun otomatis dengan instrumen

tertentu. Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari 2-10µL maka

penotolan harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan melakukan pengeringan antar

totolan (Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Pengembangan. Mengembangkan sampel dilakukan dalam suatu bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan uap fase gerak. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel. Bejana kromatografi harus tertutup rapat. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak bejana dilapisi dengan kertas saring, jika fase gerak telah mencapai ujung atas kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh (Gandjar dan Rohman, 2007).

E. Densitometri

(30)

13

kromatografi lapis tipis dideteksi oleh sinar monokromatik dibentuk menjadi gambar celah (slit dimention) dengan panjang celah dipilih sesuai dengan diameter spot terbesar. Batas deteksi minimum untuk pengukuran dengan UV atau visibel antara 100 pg sampai 100 ng setiap bercak (Dean, 1995).

Gambar 5. Skema pengukuran pada densitometer (Scott, 2009).

Sumber sinar pada pengukuran berasal dari lamp yang akan diteruskan melewati entrance lens. Filter atau monokromator (prisma atau grating) berfungsi untuk menghasilkan sinar monokromatis dengan cara pemilihan panjang gelombang sinar. Photomultiplier atau photodiode berguna untuk pengukuran

(31)

sinyal. Disc with slit apertures berfungsi untuk mengatur ukuran slit dimention dan ditentukan berdasarkan diameter spot terbesar (Sherma, 1996).

Gambar 7. Ilustrasi panjang gelombang

Radiasi elektromagnetik yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah satunya, dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Panjang gelombang (λ) merupakan jarak linier dari satu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan (gambar 6). Dimensi panjang gelombang adalah panjang (L) yang biasa dinyatakan dalam nanometer (nm) (Gandjar dan Rohman, 2007).

F. Landasan Teori

Kaplet X® merupakan obat antihistamin yang mengandung deksametason 0,5 mg dan deksklorfeniramin maleat 2,0 mg. Dalam rangka penjaminan mutu dan kualitas suatu produk obat maka perlu dilakukan penetapan kadar.

(32)

15

sulfat λmaks 265 nm, % 236. Deksametason dalam kaplet mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Deksametason dalam metanol memiliki λmaks 263 nm, % 422 – 455.

Metode kromatografi lapis tipis densitometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif suatu campuran obat. Analisis kulitatif dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dimana terdapat perbedaan interaksi antara deksametason dan deksklorfeniramin maleat dengan fase diam ataupun fase gerak. Sistem kromatografi yang digunakan adalah fase normal karena fase gerak yang digunakan bersifat lebih non polar dari pada fase diamnya. Deksklorfeniramin maleat memiliki gugus auksokrom dan kromofor. Deksametason memiliki gugus kromofor. Sehingga dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif untuk kedua senyawa tersebut menggunakan densitometri dengan mengukur luas bercak hasil KLT.

Penetapan kadar obat kaplet X® dengan metode kromatografi lapis tipis densitometri ini merupakan suatu rangkaian penelitian yang diawali dengan tahap optimasi yang akan dilakukan oleh Ratnaningtyas (2013) dan validasi metode yang dilakukan oleh Karunawati (2013).

G. Hipotesis

1. Metode kromatografi lapis tipis densitometri hasil optimasi dan validasi dapat diaplikasikan pada penetapan kadar obat kaplet X®.

(33)
(34)

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental diskriptif karena tidak dilakukan manipulasi dan perlakuan terhadap subjek uji.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah nomor batch sampel kaplet X® . 2. Variabel tergantung

Variabel tergantung penelitian ini adalah kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sampel kaplet X® .

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah pelarut yang digunakan, kejenuhan bejana.

C. Definisi Operasional

1. Obat kaplet X® merupakan obat yang mengandung deksametason 0,5 mg dan deksklorfeniramin maleat 2 mg.

2. Kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam obat kaplet X® dinyatakan dalam % dalam kaplet.

3. Kromatografi lapis tipis (KLT) yang digunakan yaitu fase normal dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak hasil optimasi

(35)

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan adalah baku deksametason (P.T Ifars), baku deksklorfeniramin maleat (P.T Konimex), lempeng KLT silika gel 60 F254, etanol,

etil asetat, amonia dan metanol p.a (E. Merck), obat kaplet X® .

E. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat densitometer (Camag TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No.160602), autosampler (Linomat 5 No.170610), neraca analitik (OHAOUS Carat Series PAJ 1003, max 60/120 g, min 0,0001 g, d = 0,01/0,1 mg), neraca analitik (Scaltec SBC 22 max 60/210 g; min 0,001 g; d = 0,01/0,1mg), mikro pipet Gilson, bejana kromatografi (Camag), alat-alat gelas (Pyrex), kertas saring, oven, vortex merk Thermolyne.

Tempat penelitian: Laboratorium Kimia Instrumen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

F. Tata Cara Penelitian

1. Pemilihan dan pengambilan sampel

Sampel yang dipilih adalah obat kaplet X® yang mencantumkan deksklorfeniramin maleat dan deksametason pada kemasan dengan nomor batch yang sama. Kemudian secara acak diambil 10 buah sampel obat kaplet X® untuk ditetapkan kadarnya.

2. Pembuatan larutan baku

(36)

18

labu takar 10,0 mL dan dilarutkan dengan 5,0 mL etanol, sonifikasi selama 2 menit dan dilanjutkan vortex selama 2 menit, kemudian encerkan dengan etanol hingga batas tanda. Setelah itu, larutan tersebut diambil 2 mL, dimasukan ke dalam labu takar 25,0 mL dan diencerkan dengan etanol sampai batas tanda sehingga diperoleh larutan baku deksametason dengan konsentrasi 0,3 mg/mL.

b. Pembuatan stok larutan baku deksklorfeniramin maleat 1 mg/mL. Baku deksklorfeniramin maleat ditimbang seksama lebih kurang 50 mg, dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan dilarutkan dengan 5,0 mL etanol, sonifikasi selama 2 menit dan dilanjutkan vortex selama 2 menit, kemudian encerkan dengan etanol hingga batas tanda. Setelah itu, larutan tersebut diambil 5 mL, dimasukan ke dalam labu takar 25,0 mL dan diencerkan dengan etanol sampai batas tanda sehingga diperoleh larutan baku deksklorfeniramin maleat dengan konsentrasi 1 mg/mL.

c. Pembuatan seri larutan baku campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat. Larutan baku deksametason 0,3 mg/mL dan larutan baku deksklorfeniramin maleat 1 mg/mL masing-masing dipipet 1; 3 dan 5 mL dan masing-masing dimasukan ke dalam labu takar 10,0 mL kemudian diencerkan dengan etanol sampai tanda batas dan digojog, sehingga diperoleh seri konsentrasi campuran deksametason : deksklorfeniramin maleat 0,03 : 0,1 mg/mL; 0,09 : 0,3 mg/mL dan 0,15 : 0,5 mg/mL.

3. Penentuan panjang gelombang pengamatan

Seri larutan baku campuran deksametason : deksklorfeniramin maleat 0,03 : 0,1 mg/mL; 0,09 : 0,3 mg/mL dan 0,15 : 0,5 mg/mL masing-masing

(37)

senyawa kemudian dilakukan pembacaan panjang gelombang 200-400 nm sehingga diperoleh panjang gelombang overlapping spektra deksametason dan deksklorfeniramin maleat.

4. Optimasi Lama Penggojogan dengan Vortex

Satu buah kaplet digerus kemudian diencerkan dengan 5 mL etanol dalam labu takar 10,0 mL, lalu dilakukan sonifikasi selama 2 menit. Larutan selanjutnya dilakukan optimasi lama penggojogan 2, 15 dan 30 menit. Kemudian ditambahkan etanol hingga tanda, selanjutnya larutan disaring. Dari ketiga variasi lama waktu penggojogan dengan vortex dihitung nilai KV dan ditentukan lama waktu penggojogan optimum. Data diolah menggunakan uji T tidak berpasangan.

5. Uji Keseragaman Sediaan

Uji keseragaman bobot dilakukan dengan mengambil 20 kaplet dengan nomor batch sama. Masing-masing tablet ditimbang satu persatu dan tiap 20 tablet dihitung bobot rata-ratanya.

(38)

20

6. Penetapan Kadar

Dua puluh kaplet ditimbang kemudian digerus halus, selanjutnya ditimbang 150 mg lalu diencerkan dengan 5 mL etanol dalam labu takar 10 mL, selanjutnya dilakukan sonifikasi selama 2 menit. Larutan di vortex dengan lama vortex hasil optimasi, kemudian diencerkan dengan etanol hingga batas, larutan kemudian disaring. Sampel selanjutnya siap ditotolkan pada pelat KLT. Preparasi tersebut direplikasi sebanyak 10 kali dengan nomor batch sampel yang sama.

Sejumlah 1 μL larutan sampel ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254,

kemudian dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak etil asetat:metanol:amonia (25:4:1). Pengembangan dilakukan setinggi 5 cm selama kurang lebih 7 menit, lempeng silika kemudian dikeluarkan, dikeringkan, dan scanning pada panjang gelombang pengamatan dengan densitometer.

G. Analisis Hasil

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan nilai Rf sampel dengan nilai Rf baku. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah penetapan kadar deksklorfeniramin maleat dan deksametason berdasarkan data AUC dari masing-masing baku sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = bx + a yang merupakan hubungan antara kadar dengan luas area yang dihasilkan. Data AUC sampel kemudian dimasukkan dalam persamaan regresi masing-masing baku sebagai y sehingga diperoleh kadar deksklorfeniramin maleat dan deksametason dalam % dalam kaplet.

(39)

Parameter yang digunakan untuk melihat reprodusibilitas kadar dalam sampel obat kaplet X® adalah:

1. Selektivitas

Selektivitas yang baik ditunjukkan dengan nilai resolusi ≥ 1,5. Resolusi

dapat dihitung dengan cara berikut:

Resolusi ( Rs) = ( ) (1) (Watson, 1999).

Keterangan :

RfA dan RfB = nilai Rf peak A dan B

wA dan wB = lebar peak A dan B

2. Linearitas

Seri kadar baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat (ng) masing-masing diplotkan dengan AUC yang diperoleh, sehingga didapatkan persamaan kurva baku y = bx + a dan nilai koefisien korelasi (r). Persyaratan data linearitas yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi r ≥0,99 atau

r2≥0,997 (Chan et al., 2004).

3. Akurasi

Akurasi metode analisis dinyatakan dengan recovery yang dapat dihitung dengan cara berikut:

=

× 100 % (2) (Harmita,

(40)

22

Kriteria yang dapat diterima untuk melihat akurasi dari penetapan kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam kaplet adalah 90-110% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

4. Presisi

Presisi metode analisis dinyatakan dengan KV (koefisien variasi) yang dapat dihitung dengan cara berikut:

KV =

× 100% (4) (Harmita, 2004).

Tabel I. Kriteria penerimaan RSD dari ketentuan Horwitz dan dari ketentuan AOAC Peer Verified Method (PVM) berdasar kadar analit

(Gonzales and Herrador, 2007).

(41)

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat pada sediaan

kaplet X® dapat dianalisis menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri fase normal karena metode yang digunakan telah dioptimasi dan divalidasi terlebih dahulu pada penelitian sebelumnya. Pada tahap optimasi diperoleh komposisi fase gerak yang optimal untuk pemisahan deksametason dan deksklorfeniramin maleat yaitu etil asetat : metanol : amonia (25 : 4 : 1). Hasil pemisahan dengan menggunakan fase gerak menghasilkan range nilai Rf

deksametason 0,60-0,68 dan untuk deksklorfeniramin maleat 0,40-0,48. Pada tahap validasi metode diperoleh hasil bahwa deksametason memiliki rentang validitas yang memenuhi persyaratan presisi, akurasi dan linearitas pada kadar 0,03-0,15 mg/mL. Untuk deksklorfeniramin maleat memiliki presisi, akurasi dan linearitas pada seri kadar 0,1-0,5 mg/mL.

A. Pemilihan Sampel

(42)

25

sama. Sampel diperoleh sebanyak 150 buah, kemudian diambil secara acak sebanyak 20 buah untuk selanjutnya ditetapkan kadarnya dan 10 buah untuk uji keseragaman kandungan. Pemilihan 20 kaplet sampel dengan tujuan agar pemilihan sampel representatif yaitu jumlah sampel benar-benar mencerminkan populasi yang diwakilinya, selain itu jumlah tersebut telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV untuk penetapan kadar kaplet deksametason dan deksklorfeniramin maleat. Pada etiket kemasan tertera kadar deksametason 0,5 mg dan deksklorfeniramin maleat 2,0 mg.

Sebelum dilakukan penetapan kadar kaplet, dilakukan uji keseragaman bobot. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian keseragaman bobot sampel :

Tabel II. Keseragaman bobot kaplet

No Bobot (g) No Bobot (g)

Berdasarkan pengujian keseragaman bobot 20 kaplet sampel memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995), dimana untuk kaplet tidak bersalut dengan berat 150 mg tidak boleh lebih dari dua kaplet yang masing-masing bobotnya menyimpang 10% dari bobot rata-rata dan tidak satu pun kaplet yang bobotnya menyimpang 20% dari bobot rata-rata.

(43)

Kadar zat aktif pada kaplet X® adalah deksametason 0,5 mg dan deksklorfeniramin maleat 2,0 mg dalam 150 mg sampel. Hal ini berarti kadar zat aktif <0,3%, maka dalam penetapan kadar dilakukan uji keseragaman kandungan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Pada uji keseragaman kandungan digunakan 10 kaplet sampel yang kemudian ditetapkan kadarnya per satuan kaplet. Berikut ini adalah hasil pengujian keseragaman kandungan dalam sampel:

Tabel III. Hasil uji keseragaman kandungan dalam sampel

Sampel

(44)

27

kaplet adalah homogen, sehingga dapat dilanjutkan pada tahap penetapan kadar. Uji keseragaman sediaan merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum dilakukan tahap penetapan kadar. Apabila hasil uji keseragaman sediaan tidak dapat memenuhi kriteria yang tetapkan maka tidak dapat melanjutkan tahap penetapan kadar.

B. Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini merupakan fase gerak yang diperoleh dari hasil optimasi, yaitu etil asetat : metanol : amonia (25 : 4 : 1) sejumlah 30 mL (Ratnaningtyas, 2013). Fase gerak tersebut dapat menghasilkan pemisahan yang optimal untuk deksametason dan deksklorfeniramin maleat. Pemisahan yang dihasilkan pada optimasi fase gerak adalah nilai rentang Rf untuk deksametason 0,40-0,48 dan untuk deksklorfeniramin maleat 0,60-0,68.

Amonia pada campuran fase gerak berfungsi sebagai modifier untuk memberikan suasana basa pada fase diam yang bersifat asam, selain itu untuk menjaga deksklorfeniramin maleat dalam bentuk molekul. Sifat basa dari analit deksklorfeniramin maleat cenderung berinteraksi ionik dengan fase diam yang bersifat asam. Oleh karena itu, penambahan ammonia solution 25% digunakan untuk menekan interaksi ionik tersebut, sehingga gugus silanol bebas pada fase diam akan ditutup. Deksklorfeniramin maleat diharapkan akan terelusi dan dihasilkan bentuk pemisahan yang bagus. Apabila tidak terdapat amonia dalam campuran hasil menunjukkan deksklorfeniramin maleat tetap berada pada initial spot atau tidak terelusi.

(45)

Bahan yang digunakan dalam pembuatan fase gerak menggunakan bahan pro analisis karena memiliki pengotor yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan teknis. Adanya pengotor tersebut akan mengganggu interaksi antara analit dengan fase gerak. Urutan pencampuran fase gerak dari larutan dengan komposisi terkecil, yaitu amonia, metanol dan terakhir etil asetat. Penambahan metanol sebelum etil asetat ditujukan untuk membantu kelarutan campuran fase gerak. Metanol sebagai fase gerak polar yang memiliki indeks polaritas 5,1 sedangkan indeks polaritas etil asetat 4,4.

(46)

29

akibat dari penggunaan sebelumnya dan juga karena telah banyak uap yang keluar saat tutup chamber dibuka.

C. Larutan Baku

Pelarut yang digunakan dalam pembuatan larutan baku harus memenuhi persyaratan pelarut untuk KLT yaitu mudah menguap dan murni, maka pelarut dipilih adalah etanol (p.a). Pemilihan pelarut berdasarkan sifat kelarutan senyawa uji. Deklorfeniramin maleat larut dalam etanol dan deksklorfeniramin maleat agak sukar larut dalam etanol, yang berarti 30-100 mL mampu melarutkan 1 gram senyawa. Maka dapat dikatakan etanol mampu melarutkan kedua senyawa. Pembuatan larutan baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat Pembuatan larutan baku dijaga supaya terhindar dari cahaya untuk menjaga stabilitasnya.

D. Penetapan Panjang Gelombang (λ)Pengamatan

Penetapan λ pengamatan bertujuan untuk mengetahui λ optimal untuk

deksametason dan deksklorfeniramin maleat. Pada pengukuran λ dilakukan dengan densitometri yang memiliki detektor lampu D2 yang mampu menghasilkann sinar UV. Pembacaan serapan dilakukan pada rentang λ 200-400 nm, hal tersebut karena λ kedua senyawa berada pada rentang tersebut. Penetapan dilakukan dengan mengamati λ overlapping kedua senyawa dengan 3 seri campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat. Dimana larutan yang digunakan merupakan larutan baku campuran deksametason dan deklorfeniramin maleat dengan konsentrasi 0,03 : 0,1 (rendah); 0,09 : 0,3 (sedang) ; 0,15 : 0,5 (tinggi). Pemilihan 3 konsentrasi ini digunakan untuk memastikan bahwa spektrum yang dihasilkan dari tiap konsentrasi memiliki pola spektrum yang sama

(47)

sehingga mampu mewakili seluruh konsentrasi kurva baku. Berikut ini adalah hasil spektra panjang gelombang deksametason dan deksklorfeniramin maleat pada seri konsentrasi rendah, sedang dan tinggi:

Gambar 8. Spektra deksametason (0,03 ; 0,06 ; 0,09 mg/mL) dan deksklorfenilamin maleat (0,1 ; 0,3 ; 0,5 mg/mL) dalam etanol

Pada analisis multikomponen penentuan panjang gelombang pengamatan dilakukan dengan memilih titik perpotongan kedua spektra dengan menumpang tindihkan spektra masing-masing senyawa. Panjang gelombang teoritis 239 nm dan 264 nm untuk deklorfeniramin maleat. Dari gambar 7 terlihat titik perpotongan kedua spetra berada pada λ 262 nm, maka panjang gelombang tersebut digunakan sebagai panjang gelombang pengamatan.

Setelah dilakukan elusi dengan fase gerak, lempeng KLT selanjutnya dilakukan pembacaan serapan pada λ 200 nm–400 nm menggunakan detektor UV pada densitometer. Syarat suatu senyawa dapat diukur serapannya pada daerah UV adalah memiliki gugus auksokrom dan kromofor:

Deksam et ason

(48)

31

Gambar 9. Gugus auksokrom dan kromofor deksklorfeniramin maleat

Gambar 10. Gugus kromofor deksametason

E. Kurva Baku Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat

Kurva baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat dibuat dalam campuran dengan lima seri kadar yaitu 0,03; 0,06; 0,09; 0,12 dan 0,15 mg/mL untuk deksametason dan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mg/mL untuk deksklorfeniramin maleat. Seri kadar kurva baku tersebut dipilih berdasarkan rentang linearitas yang diperoleh. Persamaan kurva baku menyatakan hubungan yang linear antara konsentrasi analit dengan respon yaitu nilai area under curve (AUC). Pembuatan kurva baku dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Parameter yang digunakan untuk menentukan linearitas adalah koefisien korelasi (r) yang menunjukkan hubungan antara sumbu x (konsentrasi) dan sumbu y (AUC).

(49)

Persamaan kurva baku deksametason yang digunakan untuk penetapan kadar adalah yaitu y = 10721x + 18,98 dan memiliki nilai r2 yaitu 0,999 (Karunawati, 2013). Nilai tersebut memenuhi persyaratan linearitas yang baik dengan nilai r2 > 0,99 (Chan et al., 2004). Persamaan kurva baku deksklorfeniramin maleat yang digunakan yaitu y = 4669,1x + 107,49 dan memiliki nilai r2 yaitu 0,999 (Karunawati,2013). Nilai tersebut memenuhi persyaratan linearitas yang baik dengan nilai r2 > 0,99 (Chan et al., 2004).

F. Analisis Kualitatif

Prinsip dari pemisahan senyawa dengan KLT adalah perbedaan interaksi antara analit dengan fase diam dan fase gerak, analit yang bersifat non polar akan memiliki nilai Rf lebih besar sedangkan analit yang lebih polar kan memiliki nilai Rf lebih kecil karena lebih tertahan pada fase diam. Deksametason dan deksklorfeniramin maleat dapat dipisahkan dengan sistem KLT fase normal dengan fase diam silika gel 60 F254 dan komposisi fase gerak etil asetat : metanol :

amonia (25 : 4 : 1).

(50)

33

Gambar 11. Densitogram fase diam sebelum elusi (kiri) dan fase diam setelah elusi (kanan)

Analisis kualitatif dapat dilihat dari nilai Rf, spektra kromatogram dan

spiking. Pemisahan dengan komposisi fase gerak hasil optimasi menghasilkan range nilai Rf deksametason 0,40-0,48 dan untuk deksklorfeniramin maleat

0,60-0,68. Range Rf didapat telah memenuhi parameter selektivitas yang ditunjukkan

dengan nilai resolusi (Rs) > 1,5. Setelah dilakukan scanning untuk melihat nilai Rf

dan AUC, selanjutnya dilakukan pembacaan pola spektra untuk melihat kebenaran pembacaan.

Gambar 12. Pola spektra baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam pelarut etanol

(51)

Gambar 13. Pola spektra sampel dalam pelarut etanol

Pada gambar 11 dan 12 terlihat kesamaan pola spektra antara senyawa deksametason dan deksklorfeniramin maleat pada baku dan pada sampel. Pola spektra tersebut dapat digunakan untuk analisis kualitatif.

G. Penetapan Kadar Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat dalam

Sampel

Analisis kuantitatif dilakukan dengan menetapkan kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sampel. Pada penelitian ini digunakan 20 buah sampel dengan nomor kode produksi sama dan direplikasi sebanyak 10 kali. Pada etiket kemasan tertera kadar deksametason 0,5 mg dan deksklorfeniramin maleat 2,0 mg yang artinya berbanding 1:4.

(52)

35

metanol, peneliti ingin melihat apakah dengan pelarut yang berbeda yaitu etanol dan perbedaan lama waktu penggojogan akan menghasilkan ekstraksi yang lebih optimal, sedangkan waktu 2 menit dipilih karena pada preparasi baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat dilakukan penggojogan dengan waktu tersebut. Hasil optimasi menunjukkan bahwa lama penggojogan dengan vortex 15 menit yang paling optimal. Sebelum dilakukan penggojogan dengan vortex, sampel yang sudah ditimbang kemudian ditambahkan etanol dan di sonikasi. Alasan dilakukan sonikasi adalah untuk memberikan getaran ultrasonik pada larutan untuk membantu proses kelarutan sampel dalam pelarut. Sebelum dilakukan penotolan dilakukan penyaringan dengan kertas saring untuk memisahkan analit dari partikel serbuk yang tidak larut.

Tabel IV. Hasil penetapan kadar campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dalam sampel kaplet X®

No Deksametason Dekskorfeniramin Maleat

AUC Kadar % Kadar (b/b) AUC Kadar % Kadar (b/b) Rata-rata 0,04870 Rata-rata 0,20332

SD 0,00185 SD 0,00840

KV 3,80% KV 4,13%

Hasil yang diperoleh bahwa dari 10 replikasi sampel yang ditetapkan, kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat berada pada rentang yang

(53)
(54)

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Metode kromatografi lapis tipis densitometri untuk pemisahan deksametason dan deksklorfeniramin maleat dapat diaplikasikan pada penelitian sediaan X dengan nilai KV deksametason 3,80% dan deksklorfeniramin maleat 4,13%. 2. Kadar deksametason 92,75 – 102,88% dan kadar deksklorfeniramin maleat

96,76-108,92%.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2004, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 210.

Anonim, 2013, Dexamethasone Properties Viewer, http://www.chemicalize.org/structure/#!mol=dexamethasone&source, diakses tanggal 21 Mei 2013

Chan, C. C., Lam, H., Lee, Y. C., and Zhang, X., 2004, Analytical Method Validation and Instrument Performance Verification, 16, John Wiley & Sons, Inc., USA.

Christian, G. D., 2004, Analytical Chemistry, 6th ed, John Wiley & Sons, USA, pp. 627, 629.

Dean, J., 1995, Analytical Chemistry Handbook, Mc Graw-Hill Companies Inc., USA, pp. 5.93, 5.106.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta, Departemen Kesehatan RI, Hal 288,289, 293, 99, 1000.

European Pharmacopoeial Convention, 2005, European Phamacopoeial 5th edition volume 2, Council of Europe., Starsbourg, pp. 1402-1403,1406. Fan, M., Guo, Q., Luo, J., Luo, F., Xie, P., Tang, X., 2012, Preparation and in

vitro characterization of dexamethasone-loaded poly(D,L-lactic acid) microspheres embedded in poly(ethylene glycol)-poly ({varepsilon}-caprolactone)-poly(ethylene glycol) hydrogel for orthopedic tissue engineering, PubMed US National Library of Medicine National Institutes of Health.

Gandjar, I. G., and Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 220, 353-367.

Gonzales, A. G. and Herrador, M. A., 2007, A Practical Guide to Analytical Method Validation, Including Measurement Uncertainty Accuracy Profiles, Trends Anal. Chem., 26 (3), pp. 232-234.

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 1 (3), pp. 5-25.

Huetos, O., Ramos, M., Martin de Pozuelo, M., San Andres, M., and Reuverss, T.B., 1999, Determination of dexamethasone in feed by TLC and HPLC, PubMed US National Library of Medicine National Institutes of Health. International Myeloma Foundation, 2006, Understanding Dexamethasone and

(56)

38

Karunawati, M.S., 2013, Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri pada Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deklsklorfeniramin Maleat, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Kowalska, T., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography : Theory and Mechanism of Thin-Layer Chromatography, 2nd ed, Marcel Dekker, USA, pp. 55-57.

Krzek, J., Maslanka, A., and Lipner, P., 2005, Identification and quantification of polymyxin B, framycetin, and dexamethasone in and ointment by using thin layer chromatography with densitometri, PubMed US National Library of Medicine National Institutes of Health.

Lachman, 1979, Teori dan Praktek Industri Farmasi, ed III, UI Press, Jakarta, pp. 28, 31, 113.

Moffat, A., Osselton, D., Widdop, B., 2011, Clake’s Analysis of Drugs and Poisons, Fourth edition, Pharmaceutical Press, London, Chicago, 1215 Pescok, R. L., Shields, L. D., and Cains, T., 1976, Modern Methods of Chemical

Analysis, 2nd ed, John Wiley & Sons, Inc, Canada, pp. 81.

Scott, R., 2009, Scanning Densitometry from Thin Layer Chromatography, http://www.chromatography-online.org, diakses tanggal 20 Juni 2013. Ratnaningtyas, L.S., 2013, Optimasi Komposisi Fase Gerak Pada Pemisahan

Campuran Deksametason Dan Deksklorfeniramin Maleat Secara Kromatografi Lapis Tipis Densitometri, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, 53.

Sherma, J., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography: Basic Techniques, Material, and Apparatus, 2nd ed, Marcel Dekker, USA, pp. 37.

Spangenberg, B., Poole, C.F., Weins, C., 2011, Quantitative Thin-Layer Chromatography, Springer Heidelberg Dordrecht, London, 13-15, 23-25, 81-83.

Subramaniyan, S.P. and Das, S. K., 2004, Rapid identification and quantification of chlorpheniramine maleate or pheniramine maleate in pharmaceutical preparations by thin-layer chromatography densitometry, PubMed US National Library of Medicine National Institutes of Health.

Suherman, K.S., 2007, Adrenokortikotropin, Andrenokortikosteroid, Analog-Sintetik dan Antagonisnya, Dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia Press, 487-491.

(57)

Deksklorfeniramin Maleat, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan, 15.

United States Pharmacopeia Convention, 2007, USP 30 – NF 25, United States Pharmacopeia Convention Inc., Rockville, pp.1882, 1886, 1894-1895. Watson, D.G., 2009, Analisis Farmasi : buku ajar untuk mahasiswa farmasi dan

(58)

40

LAMPIRAN

(59)
(60)

42

Lampiran 2. CoA (Certificate of Analysis) Baku Deksklorfeniramin Maleat

(61)
(62)

44

Lampiran 4. Data penimbangan baku deksametason dan deksklorfeniramin maleat

1. Baku Deksametason

Deksametason (g) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Berat kertas 0,0727 0,0826 0,0565

Berat kertas + zat 0,10992 0,11952 0,09302 Berat kertas + sisa 0,07302 0,08334 0,05676

Berat zat 0,03690 0,03618 0,03626

2. Baku Deksklorfenilamin Maleat Deksklorfenilamin

maleat (g)

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Berat kertas 0,0783 0,0574 0,0560

Berat kertas + zat 0,12923 0,10749 0,10661 Berat kertas + sisa 0,07848 0,05782 0,05589

Berat zat 0,05075 0,04967 0,05072

Lampiran 5. Spektra panjang gelombang pengamatan deksametason (0,03 ;

0,06 ; 0,09 mg/mL) dan deksklorfenilamin maleat (0,1 ; 0,3 ; 0,5 mg/mL)

(63)

Lampiran 6. Kromatogram blanko plat kosong dan fase gerak

1. Blanko (plat kosong)

2. Fase gerak

Lampiran 7. Contoh perhitungan jumlah analit teoritis

1. Perhitungan seri konsentrasi deksametason

- Bobot deksametason hasil penimbangan= 0,0375 g= 37,5 mg

- Konsentrasi deksametason = 37,5mg/10mL = 3,75 mg/mL

- Konsentrasi stok larutan baku deksametason :

C1 . V1 = C2 . V2

3,75 mg/mL x 2,0 mL = C2 x 25,0 mL C2= 0,3 mg/mL

- Konsentrasi larutan baku deksametason : C1 . V1 = C2 . V2

0,3 mg/mL x 1,0 mL = C2 x 10,0 mL C2= 0,03 mg/mL

2. Perhitungan seri konsentrasi deklorfeniramin maleat

- Bobot deklorfeniramin maleat hasil penimbangan= 0,050 g= 50,0 mg

- Konsentrasi dekklorfeniramin maleat= 50mg/10mL = 5mg/mL - Konsentrasi stok larutan baku deksklorfeniramin maleat:

C1 . V1 = C2 . V2

5mg/mL x 5,0 mL = C2 x 25,0 mL C2= 1mg/mL

- Konsentrasi larutan baku deksametason : C1 . V1 = C2 . V2

(64)

46

Lampiran 8. Optimasi Lama Penggojogan dengan Vortex

1. Lama penggojogan dengan vortex 30 menit a. Deksametason

2. Lama penggojogan dengan vortex 15 menit a. Deksametason

3. Lama penggojogan dengan vortex 2 menit a. Deksametason

(65)

AUC Kadar t eorit is

Kadar

Sebenarnya SD CV Recovery

1 461,9 0,0501 0,0448 89,67%

2 531,5 0,05003 0,0513 0,0035 7,11% 102,66%

3 519,5 0,0502 0,0502 100,42%

Rat a-rat a 0,0488

b. Deksklorfeniramin maleat

AUC Kadar t eorit is

Kadar

Sebenarnya SD CV Recovery

1 983,3 0,2003 0,1876 93,80%

2 1080,2 0,2001 0,2084 0,0208 11,08% 104,18%

3 886,1 0,2008 0,1668 83,39%

Rat a-rat a 0,1876

(66)

48

5. Kromatogram hasil uji lama penggojogan a. Lama penggojogan 30 menit replikasi 1

b. Lama penggojogan 30 menit replikasi 2

(67)

c. Lama penggojogan 30 menit replikasi 3

d. Lama penggojogan 15 menit replikasi 1

(68)

50

f. Lama penggojogan 15 menit replikasi 3

g. Lama penggojogan 2 menit replikasi 1

h. Lama penggojogan 2 menit replikasi 2

(69)

i. Lama penggojogan 2 menit replikasi 3

Lampiran 9.Data hasil uji keseragaman bobot kaplet

No Bobot (mg) No Bobot (mg)

1 0,1498 11 0,1553

2 0,1507 12 0,1572

3 0,1464 13 0,1613

4 0,1533 14 0,1471

5 0,1427 15 0,1494

6 0,153 16 0,1464

7 0,1468 17 0,1481

8 0,1465 18 0,1484

9 0,1539 19 0,1639

10 0,1537 20 0,1585

Rata-rata 0,15162

10% 0,015162

(70)

52

Lampiran 10. Data hasil uji keseragaman kandungan

1. Tabel hasil uji keseragaman kandungan

Sampel

2. Kromatogram hasil uji keseragaman kandungan a. Replikasi 1

(71)

b. Replikasi 2

c. Replikasi 3

(72)

54

e. Replikasi 5

f. Replikasi 6

g. Replikasi 7

(73)

h. Replikasi 8

i. Replikasi 9

(74)

56

Lampiran 11. Hasil Kromatogram campuran deksametason dan

deksklorfeniramin maleat dalam sampel

1. Replikasi 1

2. Replikasi 2

(75)

3. Replikasi 3

4. Replikasi 4

(76)

58

6. Replikasi 6

7. Replikasi 7

8. Replikasi 8

(77)

9. Replikasi 9

10.Replikasi 10

Lampiran 12 .Data kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat

dalam sampel

No Deksametason Dekskorfeniramin Maleat

AUC Kadar % Kadar (b/b) AUC Kadar % Kadar (b/b) 1 495,8 0,0480 96,00 1030,1 0,1976 98,81

2 519,1 0,0502 100,35 1037,2 0,1991 99,57

3 483,1 0,0468 93,63 1010,9 0,1935 96,76

4 480,8 0,0466 93,20 1050,8 0,2021 101,03

5 531,5 0,0513 102,66 1080,2 0,2084 104,18

6 508,7 0,0492 98,40 1034 0,1985 99,23

7 501,8 0,0486 97,12 1108,8 0,2145 107,24

8 532,7 0,0514 102,88 1013,8 0,1941 97,07

9 517,7 0,0464 92,75 1124,5 0,2178 108,92

10 500,9 0,0485 96,95 1076,7 0,2076 103,80 Rata-rata 0,04870 Rata-rata 0,20332

SD 0,00185 SD 0,00840

(78)

60

Lampiran 13. Contoh perhitungan kadar deksametason dan

deksklorfeniramin maleat dalam sampel

1. Deksametason

Persamaan kurva baku : y = 10721X – 18,8 AUC deksametason = 531,1

531,1 = 10721X-18,8

X = 0,0513 mg/mL x faktor pengenceran = 0,0513 x 10

Persamaan kurva baku : y = 4669X+107,4 AUC deksklorfeniramin maleat = 1013,8 1013,8 = 466,9X+107,4

(79)

Lampiran 14. Perhitungan KV deksametason dan deksklorfeniramin maleat

KV = 100%

1. Deksametason

KV = 0,00185

0,04870 100%

= 3,80%

2. Deksklorfeniramin maleat

KV = 0,00840

0,20332 100%

(80)

62

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul Penggunaan Metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri Hasil Optimasi dan Validasi pada Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat dalam Sampel X® memiliki nama lengkap Sisilia Mirsya Anastasia. Penulis dilahirkan di Solo pada tanggal 1 Agustus 1991 dari pasangan Elia dan Andirani. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu TK Widya Wacana II Kartasura (1996-1997), SD Widya Wacana X Kartasura (1997-2003), SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan (2003-2006), SMA Regina Pacis Surakarta (2006-2009) dan melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2009. Selama kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan seperti bendahara Seminar Music for Education Dies Natalis USD (2010), sie dana dan usaha Seminar Kanker (2011), steering committee Temu Alumni Akbar Farmasi USD (2012), bendahara Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (2010-2011), Wakil Gubernur Internal Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (2011-2012). Penulis juga pernah menjadi asisten dosen praktikum FST-Semi Solid (2012), Farmakologi (2012), Analisis Farmasi dan Validasi Metode (2013). Selain itu penulis pernah memenangkan SYF Business Plan Competition dengan judul “Mbok Maliatri Herb Artista and Book Corner”.

Gambar

Tabel III. Hasil uji keseragaman kandungan dalam sampel................................
Gambar 1. Struktur deksklorfeniramin maleat (European Pharmacopoeial Convention, 2005)
Gambar 3. Pola spektra ultraviolet deksametason dalam metanol
Gambar 4.Ilustrasi perhitungan nilai Rf (Kowalska, 1996).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri merupakan metode yang dapat digunakan untuk penetapan kadar asam salisilat dan eugenol dalam sediaan krim

Metode penelitian yang dilakukan untuk penetapan kadar sampel campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dari beberapa merek yang beredar dipasaran dilakukan

Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri merupakan metode yang dapat digunakan untuk penetapan kadar asam salisilat dan eugenol dalam sediaan krim

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimal fase gerak dari KLT densitometri sehingga dapat menghasilkan pemisahan optimal dan dapat menetapkan

Metode penelitian yang dilakukan untuk penetapan kadar sampel campuran deksametason dan deksklorfeniramin maleat dari beberapa merek yang beredar dipasaran dilakukan

Spektrum tumpang tindih serapan derivat kedua deksametason 5 mcg/mL, deksklorfeniramin maleat 20 mcg/mL, dan campuran deksametason dan..

Pengembangan dan Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis Densitometri Untuk Penetapan Kadar Teofilin dan Efedrin Hidroklorida secara Simultan pada Sediaan Tablet..

Penetapan kadar secara densitometri lapis tipis tidak berbeda dengan KCKT sehingga densitometri lapis tipis dapat digunakan sebagai metode penetapan kadar tanpa