• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan paradigma pedagogi reflektif dengan model pembelajaran jucama dan penggunaan alat peraga pada materi pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakart

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan paradigma pedagogi reflektif dengan model pembelajaran jucama dan penggunaan alat peraga pada materi pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakart"

Copied!
370
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN JUCAMA DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATERI PYTHAGORAS KELAS VIII H SMP NEGERI 1

YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Maria Yustina Nanga

NIM. 131414063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN JUCAMA DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATERI PYTHAGORAS KELAS VIII H SMP NEGERI 1

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Maria Yustina Nanga

NIM. 131414063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur, saya persembahkan karya ini kepada:

(6)

HALAMAN MOTTO

Nama Tuhan adalah menara yang kuat, kesanalah

orang benar berlari dan ia menjadi selamat.

(Amsal 18: 10)

Jadikan hidupMu seperti air yang mengalir

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

Maria Yustina Nanga. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Model Pembelajaran JUCAMA dan Penggunaan Alat Peraga pada Materi Pythagoras Kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model Pembelajaran JUCAMA pada materi Pythagoras. Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika cenderung menekankan aspek kognitif dan belum dimaknai oleh siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui langkah pengembangan perangkat pembelajaran, menghasilkan rancangan produk menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan mengetahui respon guru dan siswa terhadap proses pembelajaran matematika pada materi Pythagoras. Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Sugiyono yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk, (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, bahan ajar, LKS, alat peraga dan instrumen penilaian. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, kuesioner dan tes.

Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 3,78 termasuk kategori Baik sedangkan kuesioner respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan PPR memperoleh hasil 113,94 termasuk kategori Baik.

(10)

ABSTRACT

Maria Yustina Nanga. 2017. Learning Device Development Using Reflective Pedagogical Paradigm with JUCAMA Learning Model and Use of Display Tool on Pythagoras Materials for Grade VIII H Negeri 1 State Senior High School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research is a development learning tool research by using Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) with JUCAMA learning model on Pythagoras material. Background of this research is because mathematical learning used to emphasize cognitive aspects and have not interpreted by student yet. The purpose of this research is to know the ways to developt learning device, to produce product design by using PPR with JUCAMA learning model and to know teacher and student response to mathematics learning process on Pythagoras material.

The researcher uses Sugiyono's research and development procedures which include: (1) Potentials and Problems, (2) Data Gathering, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Testing, (7)Product Revision. The learning tools developed are syllabus, the lesson plans, the learning materials, worksheets, props and assessment instruments. The subjects in this study were the students of Grade VIII H in the Negeri 1 Junior High School Yogyakarta. The object of this study were all of the learning devices developed by the researchers. The data collection techniques used were observation, interview, questionnaire and test.

The result of learning device validation is 3.78 including Good category while the student response questionnaire to learning process using PPR got result 113,94 including Good category.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat, karunia dan penyertaan-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma

Pedagogi Reflektif dengan Model Pembelajaran JUCAMA dan Penggunaan Alat

Peraga pada Materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta” ini dengan

tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang bersifat

langsung maupun tidak langsung, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada.

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

4. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, semangat dan sumbangan pemikiran dari awal

penulisan skripsi hingga selesai.

5. Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc., selaku dosen ahli yang telah bersedia

(12)

6. Dra. Y. Niken Sasanti, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Yogyakarta yang

telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan baik.

7. Maria Roostika, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII H SMP Negeri 1

Yogyakarta yang telah bersedia untuk menjadi validator perangkat

pembelajaran sekaligus mengujicobakan perangkat pembelajaran yang

dirancang oleh peneliti.

8. Siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah terlibat aktif selama

proses penelitian.

9. Bapak Ibu dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang senantiasa

memberikan bimbingan dan masukkan kepada penulis sejak awal menjadi

mahasiswa USD.

10. Keempat orang tua, Stefanus Gogo (Alm), Monika Benga, Silvester Bepa dan

Elisabeth Teku, S.Pd., yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan

semangat bagi penulis.

11. Adikku, Maria Monika Nanga yang selalu memberikan semangat bagi penulis.

12. Saudara-saudaraku, yang selalu menyediakan waktu dalam membantu penulis

saat pelaksanaan penelitian: Aris, Elfrid, Ipin, Oyo, Bruder Adrianus, Arman,.

13. Sahabat-sahabat terkasih yang selalu memberikan motivasi dan dukungan bagi

penulis: Geni, Vinny, Ria, Mensi, Frinsh, Yolan, Yoan, Sri, Icha, Ipo, Fani,

Sttela, Wulan, Anansi, Sonya, Ajeng, Silvi, Mega, Alola, Ivan.

14. Teman- teman seperjuangan dalam bimbingan skripsi yang selalu memberikan

(13)
(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

(15)

E. Pembatasan Masalah ... 7

F. Penjelasan Istilah ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 8

H. Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 15

1. Pembelajaran Matematika ... 15

2. Perangkat Pembelajaran ... 16

3. Pengembangan ... 21

4. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 25

5. Model Pembelajaran Pengajuan dan Pemecahan Masalah ... 28

6. Materi Pembelajaran Pythagoras ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 36

(16)

b. Pedoman Wawancara ... 46

c. Kuesioner ... 49

d. Penilaian ... 50

e. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 65

1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 97

2. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 119

3. Respon Guru dan Siswa Mengenai Pembelajaran Menggunakan PPR ... 121

C. Keterbatasan Penelitian ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 126

(17)

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 44

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Setelah Ujicoba Produk ... 48

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner ... 50

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Penilaian Tes Hasil Belajar ... 51

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Penilaian Conscience dan Compassion ... 52

Tabel 3.7 Kisi-Kisi lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 54

Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Penelitian ... 58

Tabel 3.9 Kategori Pedoman Penskoran Kuesioner Respon Siswa ... 58

Tabel 3.10 Kriteria respon Siswa ... 59

Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Kualitas ... 60

Tabel 3.12 Kriteria Skor Penilaian Kualitas ... 62

Tabel 4.1 Hasil Validasi Desain ... 74

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Ujicoba Produk ... 76

Tabel 4.3 Revisi Perangkat Pembelajaran ... 95

Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Tes Hasil Belajar 1 ... 99

Tabel 4.5 Persentase Ketuntasan Remidi 1 ... 100

Tabel 4.6 Persentase ketuntasan Remidi 2 ... 100

(19)

Tabel 4.8 Persentase Ketuntasan Remidi 1 ... 102

Tabel 4.9 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar 3 ... 102

Tabel 4.10 Persentase Ketuntasan Remidi 1 ... 103

Tabel 4.11 Persentase Penilaian Tanggung Jawab ... 103

Tabel 4.12 Persentase Penilaian Teliti ... 104

Tabel 4.13 Persentase Penilaian Kerja Keras ... 105

Tabel 4.14 Persentase Penilaian Tanggung Jawab ... 106

Tabel 4.15 Persentase Penilaian Teliti ... 107

Tabel 4.16 Persentase Penilaian Kerja Keras ... 107

Tabel 4.17 Persentase Penilaian Tanggung Jawab ... 108

Tabel 4.18 Persentase Penilaian Teliti ... 109

Tabel 4.19 Persentase Penilaian Kerja Keras ... 110

Tabel 4.20 Persentase Penilaian Tanggung Jawab ... 110

Tabel 4.21 Persentase Penilaian Teliti ... 111

Tabel 4.22 Persentase Penilaian Kerja Keras ... 112

Tabel 4.23 Persentase Penilaian Kerja sama ... 113

Tabel 4.24 Persentase Penilaian Menghargai Pendapat ... 113

Tabel 4.25 Persentase Penilaian Kerja sama ... 114

Tabel 4.26 Persentase Penilaian Menghargai Pendapat ... 115

Tabel 4.27 Persentase Penilaian Kerja sama ... 116

Tabel 4.28 Persentase Penilaian Menghargai Pendapat ... 117

Tabel 4.29 Persentase Penilaian Kerja sama ... 117

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono ... 22

Gambar 2.2 Segitiga siku-siku ... 30

Gambar 2.3 Persegi ABCD berukuran (a+b) ... 30

Gambar 2.4 Segitiga sama kaki ... 32

Gambar 2.5 Segitiga sama sisi ... 33

Gambar 2.6 Segitiga dengan besar sudut 300, 600 dan 900 ... 33

Gambar 4.1 Guru membimbing siswa ... 81

Gambar 4.2 Guru menjelaskan penggunaan alat peraga ... 84

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Keterangan ... 133

LAMPIRAN 2 Hasil Pedoman Observasi ... 134

LAMPIRAN 3 Hasil Validasi Pedoman wawancara Setelah Ujicoba ... 135

LAMPIRAN 4 Hasil Validasi Kuesioner ... 136

LAMPIRAN 5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 137

LAMPIRAN 6 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Penelitian ... 149

LAMPIRAN 7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 157

LAMPIRAN 8 Hasil Scanning Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 167

LAMPIRAN 9 Hasil Olah Data Kuesioner Respon Siswa ... 209

LAMPIRAN 10 Silabus ... 210

LAMPIRAN 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 227

LAMPIRAN 12 Bahan Ajar ... 241

LAMPIRAN 13 Lembar Kerja Siswa ... 251

LAMPIRAN 14 Hasil Scanning Lembar Kerja Siswa ... 263

LAMPIRAN 15 Soal THB dan Pedoman Penskoran ... 276

LAMPIRAN 16 Hasil Scanning Lembar Jawab Ulangan Siswa ... 294

(22)

LAMPIRAN 18 Transkripsi Wawancara Analisis kebutuhan ... 309

LAMPIRAN 19 Transkripsi Ujicoba Produk ... 312

LAMPIRAN 20 Transkipsi Wawancara Siswa ... 323

LAMPIRAN 21 Transkripsi Wawancara Setelah Ujicoba Produk ... 327

LAMPIRAN 22 Daftar Nilai Siswa ... 329

LAMPIRAN 23 Validitas dan Realibilitas ... 331

LAMPIRAN 24 Hasil Kuesioner respon Siswa ... 341

(23)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sangat berperan penting dalam perkembangan dan

kelangsungan hidup suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari

bagaimana perkembangan pendidikan anak bangsa. Berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang

dilakukan secara sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan dihasilkan

generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas dan kompeten. Realisasi dari

pelaksanaan pendidikan salah satunya adalah melalui pendidikan formal di

sekolah yang dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari pendidikan dasar

sampai perguruan tinggi.

Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

(24)

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Pada umumya belajar merujuk pada perubahan perilaku individu sebagai

akibat dari proses pengalaman baik yang dialami maupun yang dirancang.

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah hanya menekankan aspek kognitif

sehingga keterampilan dan karakter yang terbentuk selama proses berlangsung

tidak diperhatikan. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan di kelas

menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran tersebut tidak melatih

siswa mengembangkan pola berpikirnya.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat berperan

penting dalam dunia pendidikan. Matematika diajarkan untuk melatih pola pikir

siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis dan logis bukan hanya

mengetahui dan memahami yang terkandung dalam matematika itu sendiri.

Dalam belajar matematika dibutuhkan motivasi yang tinggi dalam membantu

keberhasilan proses belajar mengajar. Motivasi tidak hanya menggerakkan

tingkah laku namun juga memperkuat tingkah laku seseorang (Kosasih, 2010:

68). Matematika sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan

adanya hal ini sangat memudahkan siswa untuk belajar matematika karena

langsung berhadapan dengan alam sekitar.

Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak kendala yang

dialami oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil

wawancara bersama guru matematika SMP Negeri 1 Yogyakarta, kendala yang

(25)

dalam mengikuti pembelajaran, siswa cenderung menghafal rumus dengan baik

daripada memahami substansi materi dan siswa tidak merefleksikan apa yang

sudah didapat dalam proses pembelajaran melainkan memberikan tanggapan

kepada guru mengenai kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh guru

tersebut. Kegiatan refleksi yang tidak dilaksanakan dengan baik membuat siswa

kurang memaknai materi yang sudah dipelajarinya. Selain itu, siswa terkadang

tidak menunjukkan sikap kepedulian terhadap teman dalam proses

pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, terlihat bahwa siswa belum

memaknai pembelajaran dengan baik seperti siswa hanya menerima ilmu yang

didapat tanpa mengetahui proses dan penerapannya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan guru, ditemukan bahwa siswa kurang mampu dalam

menerapkan materi pembelajaran yang diterima ke dalam kehidupan sehari-hari

padahal dalam pembelajaran guru selalu mengaitkan konsep yang dipelajari

dengan kehidupan sehari- hari.

Penelitian yang relevan dengan persoalan yang dijabarkan oleh peneliti

adalah penelitian yang dilakukan oleh Clara tahun 2016 tentang Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi

Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas

VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah kualitas

perangkat pembelajaran menggunakan PPR adalah 4,14 dengan kategori baik.

Selain itu penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari

Susanti tahun 2013 tentang Analisis Implementasi Model Pembelajran

(26)

Competence-Conscience-Compassion (Studi Kasus Tentang Implementasi Model

Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Pada Mata Pelajaran IPA di

SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh

hasil bahwa implementasi PPR sangat berpengaruh pada peningkatan unsur

3C(Competence, Conscience, Compassion).

Salah satu solusi untuk menyikapi persoalan yang terjadi yaitu dengan

menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam proses pembelajaran.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki lima tahapan yaitu konteks,

pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi yang dikembangkan dalam kegiatan

pembelajaran di kelas. Dengan adanya Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

dapat meningkatkan 3C yaitu competence (Pengetahuan), conscience (Suara

hati), compassion (Hasrat bela rasa) pada siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Selain itu dengan penerapan PPR siswa dapat menggali pengalaman sedalam-

dalamnya dan melakukan refleksi serta aksi. Dalam hal ini tujuan dari

pembelajaran menggunakan PPR tidak hanya menekankan pada kemampuan

akademik melainkan memadukan kemampuan akademik, keterampilan dan

sikap, mengembangkan kemampuan untuk menentukan pilihan dan

mengembangkan kemampuan bela rasa pada sesama dan lingkungan.

Selain persoalan yang dijabarkan, peneliti juga mengacu pada penelitian

yang dilakukan dari Sulistiyawati dan Susanah tahun 2013 tentang Penerapan

Model Pembelajaran JUCAMA pada Materi Teorema Pythagoras. Hasil yang

diperoleh adalah penerapan model JUCAMA sangat berpengaruh pada

(27)

Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, pembelajaran dirancang

menggunakan model pengajuan dan pemecahan masalah (JUCAMA).

Pengajuan masalah dalam pembelajaran intinya meminta siswa untuk

mengajukan soal atau masalah sendiri berdasarkan topik yang luas, soal yang

sudah dipecahkan atau informasi tertentu yang diberikan guru kepada siswa.

Soal yang dibuat tersebut kemudian dipecahkan sendiri. Pengajuan masalah

matematika secara tersendiri merupakan kegiatan yang mendorong kemampuan

berpikir kreatif (Johson, 2002; Leung, 1997; Dunlop, 2001). Model

pembelajaran JUCAMA ini mendorong kemampuan berpikir kreatif siswa yang

berbasis pada pengajuan dan pemecahan masalah. Melalui pengembangan

perangkat pembelajaran yang dirancang, siswa diajak untuk mengenal teorema

Pythagoras yang dikaitkan dengan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan permasalahan yang akan

diselesaikan dengan teorema Pythagoras.

Berdasarkan berbagai alasan tersebut, peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan

Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Model Pembelajaran JUCAMA dan

Penggunaan Alat Peraga Pada Materi Pythagoras Kelas VIII H SMP Negeri I

(28)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran hanya menekankan aspek kognitif

2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru didominasi dengan metode ceramah

3. Siswa belum mampu menerapkan pelajaran yang diterima ke dalam

kehidupan sehari- hari.

4. Siswa cenderung menghafal rumus.

5. Siswa belum maksimal dalam melaksanakan kegiatan refleksi sehingga

siswa kurang memaknai pembelajaran.

6. Sikap yang ditunjukkan siswa cenderung rendah, dimana kepedulian

terhadap teman kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan PPR

dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan alat peraga pada

materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta?

2. Bagaimana kualitas dari pengembangan perangkat pembelajaran

menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan

alat peraga pada materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta?

3. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran menggunakan

PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan alat peraga

(29)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran

menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan

alat peraga pada materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas dari perangkat pembelajaran

menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan

alat peraga pada materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

3. Untuk mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap pembelajaran

Pythagoras menggunakan pendekatan PPR dengan model pembelajaran

JUCAMA dan penggunaan alat peraga kelas VIII H SMP Negeri 1

Yogyakarta.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model

pembelajaran JUCAMA

2. Penelitian ini hanya membahas tentang Teorema Pythagoras

3. Peneliti mengembangkan aspek kognitif dan sikap dengan menggunakan

(30)

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman antara maksud dan isi dari

penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut.

1. Perangkat Pembelajaran adalah serangkaian media/sarana yang digunakan

dan dipersiapkan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan suatu pendekatan yang

menekankan perkembangan pengetahuan, suara hati dan bela rasa siswa

yang meliputi 5 aspek yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan

evaluasi.

3. Model JUCAMA merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi

pada pengajuan masalah dan pemecahan masalah.

4. Teorema Phytagoras,

Dalam suatu segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring sama dengan jumlah

kuadrat sisi- sisi siku-sikunya.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam mengajarkan

materi pembelajaran kepada siswa agar dapat meningkatkan kreativitas

(31)

2. Bagi Siswa

Melalui penelitian ini diharapkan siswa mampu mengembangkan

pengetahuan (Competence), mengasah kepekaan (Conscience), dan menjadi

orang yang berbela rasa (Compassion).

3. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan pengalaman dan bekal dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Paradigma Pedagogi

Reflektif (PPR) untuk membantu peneliti memasuki dunia kerja.

H. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian berupa perangkat pembelajaran yang

meliputi antara lain silabus, RPP, bahan ajar, LKS dan instrumen penilaian.

Berikut adalah penjelasan mengenai spesifikasi produk yang dikembangkan

oleh peneliti.

1. Silabus Pembelajaran Teorema Pythagoras

Silabus yang dibuat oleh sekolah dijadikan acuan dalam merancang silabus

(32)

mengakomodasi pendekatan PPR yang meliputi 5 komponen yaitu: konteks,

pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran dirancang menggunakan PPR

dengan penerapan model pengajuan dan pemecahan masalah (JUCAMA).

Komponen dari RPP ini mengikuti sintaks pada umumnya yaitu

pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup dengan menerapkan pendekatan

PPR dalam proses pembelajarannya. Pada penyusunan RPP ini, penilaian SILABUS PEMBELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Yogyakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VIII / 2

Standar Kompetensi : 3. Menggunakan Teorema Phytagoras dalam pemecahan masalah

(33)

dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes yang termasuk dalam

penilaian 3C( Competence, Conscience, Compassion).

3. LKS

Lembar kerja siswa dirancang dengan menggunakan pendekatan

Paradigma Pedagogi Reflektif dengan menerapkan model pembelajaran

JUCAMA dalam membantu siswa untuk menemukan konsep materi ajar. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Negeri 1 Yogyakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : VIII / 2

Alokasi Waktu :

A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar C. Indikator

1. Competence / Pengetahuan

2. Conscience / Suara Hati

3. Compassion / Kepedulian

D. Tujuan Pembelajaran

1. Competence / Pengetahuan

2. Conscience / Suara Hati

3. Compassion / Kepedulian

E. Materi Ajar

F. Pendekatan dan Model Pembelajaran G. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran H. Alat dan Media Pembelajaran

I. Penilaian J. Sumber Belajar K. Evaluasi PPR

(34)

LKS yang dibuat terdiri atas judul, identitas siswa, tujuan kegiatan, petunjuk

umum pengerjaan, langkah kegiatan dan kesimpulan.

4. Bahan Ajar

Bahan ajar dikembangkan dengan menggunakan pendekatan

Paradigma Pedagogi Reflektif dan menerapkan model JUCAMA. Bahan

ajar dirancang berdasarkan kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dan konsep- konsep. LEMBAR KEGIATAN SISWA

Nama Anggota Kelompok :

Kelas :

A. Petunjuk Umum Pengerjaan B. Kegiatan Siswa

1. Konteks 2. Pengalaman 3. Refleksi 4. Aksi

BAHAN AJAR TEOREMA PYTHAGORAS

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Yogyakarta

Kelas/ Semester : VIII / 2

Materi Pokok : Teorema Phytagoras

1. Dalil Phytagoras

2. Kebalikan Dalil Phytagoras dan Tripel Phytagoras 3. Segitiga- segitiga Istimewa

(35)

5. Penilaian

Penilaian dirancang berdasarkan penilaian pada PPR, dimana terdapat

3 aspek yaitu penilaian competence, conscience, compassion. Penilaian

competence berkaitan dengan kemampuan daya serap siswa terhadap

konsep materi yang diajarkan yang dilihat dari hasil tes tertulis. Penilaian

conscience dan compassion dapat dilihat dengan pengamatan sikap dan

perilaku siswa selama proses belajar berlangsung.

a. Penilaian Competence

Aspek competence merupakan aspek yang menjadi tolak ukur

kemampuan siswa dalam memahami materi atau kompetensi yang

diajarkan. Penilaian competence berupa ulangan dan tugas berdasarkan

indikator- indikator yaitu:

1) Membuktikan teorema Pythagoras

2) Menghitung panjang sisi segitiga siku-siku jika dua sisi lain

diketahui

3) Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa

(salah satu sudutnya 300, 450, 600)

4) Menghitung panjang diagonal pada bangun datar

No Nama Nilai Keterangan

(36)

b. Penilaian Conscience

No Nama Tanggung

Jawab

Teliti Kerja Keras

KB C B KB C B KB C B

1 2 3

c. Penilaian Compassion

No Nama Menghargai

Pendapat

Kerjasama

KB C B KB C B

1 2 3

Keterangan :

KB : Kurang Baik

C : Cukup

(37)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk

membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber

belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto,

2014: 19). Dalam pembelajaran segala kegiatan berpengaruh langsung

terhadap proses belajar siswa, ada interaksi siswa yang tidak dibatasi oleh

kehadiran guru secara fisik lahiriah, akan tetapi siswa dapat berinteraksi dan

belajar melalui media cetak, elektronik, media kaca dan televisi serta radio.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 20 menyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Terdapat lima komponen pembelajaran

yaitu: interaksi, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan. Interaksi

mengandung arti hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Interaksi

antara peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan sekitar dapat pula

terjadi dalam upaya meningkatkan pengalaman belajar. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha atau proses interaksi

(38)

Menurut pendapat Johnson dalam Russefendi (1972) menyatakan

bahwa matematika adalah unsur- unsur yang tidak didefinisikan,

definisi, aksioma dan dalil- dalil dimana argumen setelah terbukti valid

pada umumnya, karena matematika disebut ilmu deduktif. Matematika

menurut Suherman (2003) adalah disiplin ilmu tentang tata cara berpikir

dan mengolah logika baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang

menekankan cara berpikir dan bernalar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi yang melibatkan

pengembangan cara berpikir dan bernalar yang membantu siswa belajar

dengan baik.

2. Perangkat Pembelajaran

Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16), perangkat pembelajaran adalah alat

atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan

pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan

pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah

sejumlah bahan, alat media atau pedoman yang akan digunakan dalam

proses pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan dalam mengelola proses

belajar mengajar dapat berupa: silabus, RPP, LKS, bahan ajar, LKS,

(39)

a. Silabus

Silabus merupakan suatu produk pengembangan kurikulum

berisikan garis-garis besar materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran

dan rancangan penilaian (Trianto, 2009: 201). Dengan kata lain silabus

adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-langkah

yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang

disusun dalam skenario kegiatan. Skenario kegiatan pembelajaran

dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu dari

indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai kurikulum berbaris

kompetensi (KBK, 2004).

Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana

pembelajaran meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar

(KD), indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, strategi

pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah-langkah

(40)

c. Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran.

Penyusunan bahan ajar dilakukan dengan cara mengumpulkan dan

mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman

yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan

silabus. Bahan ajar memuat kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran dan konsep-konsep.

d. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Trianto (2007: 73), LKS adalah panduan untuk latihan

pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan

semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan

demonstrasi. Adapun manfaat pembelajaran menggunakan LKS

menurut Depdiknas.

1) LKS membantu siswa dalam menemukan suatu konsep

2) LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai

konsep yang telah ditemukan.

3) LKS berfungsi sebagai penuntun belajar

LKS ini disesuaikan dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai.

e. Instrumen Penilaian

Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar

(41)

belajar produk, tes hasil belajar proses dan tes hasil belajar

psikomotorik.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan (Trianto, 2014: 202). Tujuan dari penilaian ini untuk

mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan proses belajar mengajar

yang telah dilaksanakan, dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta

dapat dihayati atau diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam

kehidupan sehari-hari.

Penilaian dirancang berdasarkan tiga aspek dalam Paradigma

Pedagogi Reflektif yaitu Competence, Conscience, Compassion.

Penilaian competence semata- mata menilai sejauh mana seorang siswa

memiliki pengetahuan terhadap konsep dan teori. Penilaian conscience

dan compassion digunakan untuk mengukur perkembangan

karakter-karakter yang terbentuk selama proses belajar mengajar.

Dalam penelitian ini, penilaian conscience meliputi tanggung jawab,

teliti dan kerja keras.

1) Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

(42)

seharusnya dilakukan untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan

Tuhan.

2) Teliti

Menurut Ashari (2015), teliti berarti cermat dan saksama dalam

menjalankan sesuatu. Orang yang teliti mampu berhati-hati dalam

menjalankan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan dan mendapatkan

hasil yang baik.

3) Kerja Keras

Kerja keras adalah sikap atau perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu persoalan.

Pada penelitian ini, penilaian compassion meliputi menghargai

pendapat dan kerja sama.

1) Menghargai Pendapat

Saling menghargai merupakan perilaku yang menunjukkan

penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang lain

sesama mitra kerja.

2) Kerja sama

Menurut Soerjono Soekanto (2006: 66), kerja sama merupakan

suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok untuk

(43)

f. Alat Peraga

Media merupakan suatu saluran untuk komunikasi suatu perantara

yang membawa informasi dari pengirim kepada penerima informasi,

informasi itu multimakna dilihat secara terbatas dan luas (Hamzah,

2014: 95). Media pembelajaran hanya meliputi media yang dapat

digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran yang terencana.

Media dalam arti yang sempit dikenal dengan alat peraga.

Alat peraga matematika merupakan bagian dari media

pembelajaran. Ini diperlukan untuk memudahkan siswa dalam

memahami konsep abstrak. Hal ini dimulai dengan mempelajari hal-hal

konkret yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini benda

konkret sebagai perantara. Alat peraga matematika direncanakan dan

berguna terutama bagi siswa yang daya abstraknya kurang tajam.

Dengan alat yang direncanakan itu siswa aktif mengikuti pembelajaran.

3. Pengembangan

Menurut Borg and Gall (1983: 772), penelitian dan pengembangan

merupakan suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan juga

memvalidasi suatu produk dari pendidikan tersebut. Selain itu, menurut

Sugiyono (2016: 407) penelitian dan pengembangan merupakan suatu

metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

(44)

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan

merupakan metode penelitian untuk mengembangkan suatu produk dan

menguji keefektivitas produk dengan melalui proses-proses demi

menghasilkan produk yang berkualitas.

Penelitian ini menggunakan metode “Penelitian dan Pengembangan

atau Research and Development”. Penelitian pengembangan adalah

penelitian yang dilakukan dengan mengadakan percobaan dan

penyempurnaan terhadap suatu sistem.

Berikut ini adalah langkah- langkah penelitian dan pengembangan

menurut Sugiyono (2015).

Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono

a. Potensi dan Masalah

Penelitian ini dapat dibuat dengan adanya potensi dan masalah di

sekitar kita. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan

akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang

diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang didapat

(45)

potensi dan masalah berdasarkan dokumentasi laporan kegiatan atau

laporan penelitian orang lain.

b. Pengumpulan Data

Setelah menemukan potensi dan masalah secara faktual maka selanjutnya

perlu dikumpulkan berbagai informasi. Informasi ini digunakan sebagai

bahan untuk perencanaan dalam merancang produk yang diharapkan dapat

mengatasi masalah.

c. Desain Produk

Produk yang dirancang dalam penelitian dan pengembangan ini

bermacam-macam. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang

dihasilkan melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas pendidikan. Setiap desain produk harus diwujudkan dalam

gambar, bagan atau uraian ringkas sehingga memudahkan orang lain untuk

memahaminya.

d. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk dapat digunakan di lapangan. Validasi ini dapat

dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa ahli yang sesuai dengan

bidangnya dan berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang.

Validasi desain dapat dilakukan dalam diskusi dengan para ahli. Validasi

desain dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dari desain

(46)

e. Revisi Desain

Setelah melakukan validasi maka akan dapat diketahui kelemahannya.

Kelemahan yang ada dicoba untuk dikurangi dengan memperbaiki desain.

Peneliti yang akan merancang desain tersebut yang akan memperbaiki

desain yang sudah divalidasi.

f. Ujicoba Produk

Desain produk dapat langsung diujicoba setelah melakukan validasi dan

revisi. Ujicoba tahap awal dapat dilakukan dengan simulasi. Setelah

disimulasikan maka desain produk yang dirancang dapat diujicobakan

pada kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi apakah produk yang dirancang lebih efektif dan

efisien.

g. Revisi Produk

Setelah melaksanakan ujicoba, akan diketahui bahwa kemungkinan ada

kelemahan pada desain produk. Kelemahan yang ada perlu diperbaiki

segera. Setelah diperbaiki, produk tersebut dapat diproduksi masal.

h. Ujicoba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada beberapa

revisi di bagian yang tidak terlalu penting maka selanjutnya produk

tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam

penerapannya, produk tersebut tetap dinilai kekurangan yang muncul. Hal

(47)

i. Revisi Produk

Dalam pemakaian di lembaga pendidikan yang lebih luas jika terdapat

kekurangan atau kelemahan maka perlu dilakukan revisi produk.

j. Produksi Masal

Bila suatu produk telah dinyatakan efektif dan mempunyai kualitas dalam

beberapa kali pengujian maka produk tersebut dapat diterapkan pada setiap

lembaga pendidikan.

4. Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir dalam menumbuh

kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mengutamakan nilai

kemanusiaan. Pola pikir dalam membentuk pribadi yang mengutamakan

nilai kemanusiaan yaitu siswa diberi pengalaman akan suatu nilai

kemanusiaan. Kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar

merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya siswa difasilitasi

dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan

nilai tersebut (Tim Penerbit Kanisius, 2008).

Menurut Suparno (2014), PPR adalah pedagogi bukan sekedar metode

pembelajaran. Pedagogi berarti merupakan suatu pendekatan dimana

pendidik mendampingi siswa agar siswa berkembang menjadi pribadi yang

(48)

Menurut Suparno (2014), terdapat lima unsur dalam Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR) sebagai berikut:

a. Konteks

Menurut Suparno (2016), dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar, guru perlu mengerti konteksnya yang artinya guru harus

mengenal pribadi siswa yang akan diajar, lingkungan dan sekolah.

Konteks ini akan mempengaruhi pilihan pengalaman dan juga model

pembelajaran yang akan digunakan. Semakin pembelajaran kita sesuai

dengan konteksnya maka siswa akan semakin mudah dalam memahami

materi tersebut. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa konteks adalah suatu kondisi dimana suatu keadaan terjadi.

b. Pengalaman

Menurut Tim Penerbit Kanisius (2008: 42), pengalaman untuk

menumbuhkan persaudaraan, solidaritas dan saling memuji adalah

pengalaman bekerja sama dalam kelompok kecil yang direkayasa sehingga

terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, penuh

tenggang rasa dan akrab. Pengalaman sangat penting dalam proses

pembelajaran. Guru harus menyediakan pengalaman itu bagi siswa

sehingga siswa sungguh mengalami sendiri dan pengalaman itu menjadi

miliknya. Pengalaman yang dialami menyangkut aspek pengalaman

(49)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami yang sudah lama atau

baru saja terjadi.

c. Refleksi

Refleksi adalah langkah yang sangat penting dalam mendalami

pengalaman yang ada. Refleksi sangat membantu siswa dalam menggali

pengalaman mereka sedalam-dalamnya serta membantu mereka

menemukan makna bagi hidup pribadi dan hidup kemasyarakatan. Guru

menfaslitasi dengan pertanyaan-pertanyaan agar siswa merefleksikannya.

Melalui refleksi, diharapkan siswa mampu membentuk diri menjadi

pribadi yang lebih utuh dan sesuai nilai yang terbentuk melalui

pengalaman.

d. Aksi

Ketika siswa mempunyai pengalaman yang menyentuh hatinya, maka

siswa mudah dibantu untuk merefleksikannya. Hasil refleksi yang didapat

akan memunculkan aksi tertentu. Aksi tersebut berupa aksi batin dan aksi

nyata. Aksi batin berkaitan erat dengan sikap yang muncul sedangkan aksi

nyata berupa tindakan nyata yang dilakukan dalam kehidupan. Dalam hal

ini guru membimbing dan menfasilitasi guru dengan pertanyaan-

pertanyaan agar dapat membentuk niat yang diharapkan akan

ditindaklanjuti dengan perbuatan atau perilaku.

(50)

Setelah melalui proses pengalaman, refleksi dan aksi yang terjadi

maka diadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat membantu dalam mengetahui

apakah pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar atau tidak.

Evaluasi juga dilakukan berkaitan dengan dampak pada sikap dan perilaku

siswa.

5. Model Pembelajaran Pengajuan dan Pemecahan Masalah

Menurut Piaget (dalam Muijs & Reynolds, 2008) mengatakan bahwa

untuk memahami bagaimana anak berpikir harus melihat perkembangan

kualitatif dari kemampuan mereka mengatasi masalah. Untuk

mengembangkan kemampuan tersebut menggunakan konsep masalah

sebagai suatu situasi tugas yaitu dengan pengajuan dan pemecahan masalah

(Pehkonen, 1997).

Pada dasarnya model JUCAMA mengikuti sintaks model-model umum

yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Berikut ini akan dijabarkan

langkah- langkah model JUCAMA menurut Siswono:

a. Kegiatan Pendahuluan atau Awal

1) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyiapkan siswa

agar konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran

2) Memotivasi siswa

Guru memotivasi siswa dengan memberikan contoh-contoh materi

(51)

b. Kegiatan Inti

1) Menyajikan informasi

Guru meminta siswa untuk membaca informasi yang terdapat dalam

buku ajar

2) Mengorientasikan siswa pada kelompok-kelompok

Guru meminta siswa duduk dalam kelompok masing-masing dan

memberi tugas kelompok dan membagikan LKS

3) Membimbing penyelesaian secara individual maupun kelompok

Guru membimbing siswa untuk menyelesaikan tugas dari LKS dan

mengarahkan belajar secara efektif dan efisien.

4) Menyajikan hasil penyelesaian pemecahan dan pengajuan masalah

Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan

memberikan penilaian terhadap aktifitas.

c. Kegiatan Penutup

Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik serta

evaluasi.

6. Materi Pembelajaran Pythagoras

a. Teorema Pythagoras

Menurut Nugroho (2009: 99), dalil Pythagoras ditemukan oleh

Pythagoras, seorang ahli matematika bangsa Yunani. Beliau

mengungkapkan bahwa kuadrat panjang sisi miring suatu segitiga

(52)

Menurut Wahyuni (2008: 120), pada suatu segitiga siku-siku

berlaku: “kuadrat sisi terpanjang (hipotenusa) sama dengan jumlah

kuadrat sisi siku-sikunya”.

Gambar 2.2 Segitiga Siku-siku

Sesuai dengan teorema Pythagoras, pada segitiga yang

siku-siku di berlaku :

�2 = 2+ 2

Adapun cara untuk membuktikan teorema Pythagoras

Gambar 2.3 Persegi ABCD berukuran (a + b) Bukti :

(53)

= × × � × = �

dan Luas daerah yang tidak diarsir = luas persegi EFGH = ×

= 2

Luas Persegi ABCD = � + × � + = �2+ � + 2

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan ∶

Luas Persegi ABCD = Luas empat segitiga siku − siku + luas persegi EFGH

�2+ � + 2 = � + 2

�2+ � + 2− � = � + 2− �

�2+ � − � + 2 = � − � + 2

�2+ 2 = 2

b. Penggunaan Teorema Pythagoras

1) Kebalikan Dalil/Teorema Pythagoras

Berlaku kebalikan teorema Pythagoras, yaitu Jika pada

(54)

Secara umum dapat dibuat kesimpulan :

a) Jika kuadrat sisi miring = jumlah kuadrat sisi yang lain maka

segitiga tersebut siku- siku

b) Jika kuadrat sisi miring < jumlah kuadrat sisi yang laian maka

segitiga tersebut lancip

c) Jika kuadrat sisi miring > jumlah kuadrat sisi yang lain maka

segitiga tersebut tumpul.

2) Tripel Pythagoras

Misal � > > adalah tiga bilangan asli dan berlaku

�2 = 2+ 2 maka �, , dan disebut tripel Pythagoras. 3) Sudut- sudut Istimewa

a) Segitiga Istimewa dengan Sudut °, °, dan 90°

Gambar 2.4 Segitiga sama kaki

(55)

b) Segitiga Istimewa dengan Sudut 0°, 0°, dan 90°

Gambar 2.5 Segitiga sama sisi

Selanjutnya, membagi sudut di titik C menjadi dua sudut dengan

besar sudut yang sama.

Gambar 2.6 Segitiga dengan besar sudut ��°, ��°, dan ��°

Pada segitiga istimewa dengan sudut 0°, 0°, dan 90°, panjang sisi miring adalah 2 kali sisi terpendek dan panjang sisi lainnya

adalah √ kali sisi terpendek.

(56)

c) Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang

Dalil Pythagoras juga digunakan pada bangun datar dan

bangun ruang. Pada bangun ruang seperti kubus dan balok, dalil

Pythagoras digunakan untuk menentukan panjang rusuk, panjang

diagonal bidang dan panjang diagonal ruang.

c. Menyelesaikan masalah sehari-hari dengan menggunakan teorema

Pythagoras

Dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dalam bentuk soal cerita,

untuk memudahkannya terlebih dahulu dibuat ilustrasi atau sketsa

ukuran yang diketahui. Setelah itu diselesaikan dengan menggunakan

teorema Pythagoras.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah kumpulan beberapa jurnal yang berkaitan dengan

pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan PPR serta

menggunakan model JUCAMA :

1. Penerapan Model Pembelajaran JUCAMA Pada Materi Teorema Phytagoras

oleh Sulistiyawati dan Susanah, Pendidikan Matematika Unesa.

Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa penerapan model

JUCAMA sangat bepengaruh pada peningkatan kreativitas siswa dan nilai

ketuntasan. Penelitian ini relevansi dengan penelitian yang akan dirancang

oleh peneliti dalam menggunakan model pembelajaran JUCAMA pada

(57)

2. Analisis Implementasi Model Pembelajran Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR) Berdasarkan Unsur Competence-Conscience-Compassion (Studi

Kasus Tentang Implementasi Model Pembelajran Paradigma Pedagogi

Reflektif (PPR) Pada Mata Pelajaran IPA di SD Kanisius Wirobrajan 1

Yogyakarta Tahun 2013) oleh Maria Melani Ika Susanti.

Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa implementasi model

PPR sangat berpengaruh pada peningkatan unsur

Competence-Conscience-Compassion. Penelitian yang akan dirancang oleh peneliti relevansi dengan

Penelitian ini relevansi dalam menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif

pada proses pembelajaran.

3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan

Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Group Investigation

di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta oleh Rosevita Melati. Berdasarkan

penelitian tersebut, kualitas perangkat pembelajaran menggunakan PPR

pada pokok bahasan Limas adalah 4,19 dan termasuk kategori baik.

4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan

Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele

Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta oleh Clara

Prasetyawati Prabaningrum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

kualitas perangkat pembelajaran menggunakan PPR pokok bahasan Balok

(58)

Penelitian (3) dan (4), relevansi dengan penelitian yang akan dirancang oleh

peneliti dalam mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan

Paradigma Pedagogi Reflektif.

C. Kerangka Berpikir

Pemikiran tentang pengembangan perangkat pembelajaran dengan

menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu tindakan yang

menekankan pada pengembangan pengetahuan dan karakter siswa. Paradigma

Pedagogi Reflektif meliputi 5 komponen antara lain konteks, pengalaman,

refleksi, aksi dan evaluasi. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan antara

lain: silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan penilaian. Pengembangan perangkat

pembelajaran dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dibuat guna

meningkatkan unsur Competence-Conscience-Compassion dalam proses

pembelajaran.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PPR diterapkan

dalam materi Pythagoras. Proses pembelajaran ini diterapkan menggunakan

model pengajuan dan pemecahan masalah (JUCAMA). Pada kegiatan ini siswa

akan melihat informasi dari berbagai sumber atau buku bacaan serta siswa akan

dibagi dalam beberapa kelompok dan akan mendapatkan LKS (Lembar Kerja

Siswa). Dalam pembelajaran materi yang diberikan selalu dikaitkan dengan

contoh dalam kehidupan sehari-hari guna membantu siswa dalam memahami

(59)

Pada akhir pembelajaran ada perwakilan yang mempresentasikan hasil

diskusi di depan kelas serta sebelum mengakhirinya setiap siswa diminta untuk

merefleksikan pembelajaran yang sudah dilakukan. Refleksi pembelajaran ini

dilakukan agar siswa dapat memaknai pembelajaran yang sudah dilaksanakan.

Hasil dari refleksi akan memunculkan tanggapan aksi berupa tindakan nyata

ataupun sikap yang muncul. Setelah seluruh proses dilaksanakan maka

diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran. Hal ini membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dari segi metode “Penelitian

dan Pengembangan atau Research and Development”. Metode penelitian ini

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk

tersebut (Sugiyono, 2016: 407). Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dibatasi

sampai revisi produk untuk mengetahui kualitas produk tersebut. Berikut ini

merupakan langkah- langkah penelitian dan pengembangan berdasarkan gambar

2.1 mengenai skema penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono:

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain Revisi

Desain Ujicoba

Produk

(61)

Langkah- langkah dalam melakukan penelitian pengembangan ini adalah

sebagai berikut:

1. Potensi dan Masalah

Peneliti menemukan potensi dan masalah dengan cara melakukan

wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan guru matematika

mengenai masalah yang ditemukan guru selama proses pembelajaran.

Observasi dilakukan di kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta untuk

memperjelas masalah yang sering muncul dalam pembelajaran di kelas dan

mengetahui perilaku siswa selama proses pembelajaran.

2. Pengumpulan Data

Setelah menemukan potensi dan masalah, peneliti mencari solusi

untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti mencari berbagai sumber untuk

mengatasi masalah tersebut. Hal ini bertujuan sebagai bahan atau acuan

dalam merencanakan perancangan desain produk sedangkan penyebaran

kuesioner dilakukan di seluruh kelas VIII H untuk mengetahui minat belajar

siswa mengenai matematika.

3. Desain Produk

Desain produk yang dikembangkan dalam penelitian ini antara lain

silabus, RPP, bahan ajar, LKS, alat peraga dan instrumen penilaian pada

materi Pythagoras. Desain produk ini disusun berdasarkan kebutuhan dan

perkembangan kognitif siswa dalam hal memecahkan masalah. Perangkat

pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan PPR dengan

(62)

4. Validasi Desain

Desain produk yang telah dikembangkan menggunakan PPR

divalidasi untuk mengetahui kekuatan atau kelemahan pada produk tersebut.

Produk yang disusun divalidasi oleh para ahli yang sesuai dengan bidangnya

yaitu 1 dosen pendidikan matematika dan 1 guru matematika.

5. Revisi Produk

Setelah divalidasi oleh para ahli, peneliti melakukan revisi untuk

memperbaiki kekurangan pada produk tersebut. Tujuan peneliti melakukan

revisi yaitu agar produk tersebut lebih berkualitas.

6. Ujicoba Produk

Perangkat pembelajaran yang sudah divalidasi dan direvisi kemudian

akan diujicobakan. Peneliti melakukan ujicoba produk di kelas VIII H SMP

Negeri 1 Yogyakarta.

7. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan jika terdapat kelemahan dalam produk

tersebut. Tujuan dilakukan revisi produk adalah agar meningkatkan kualitas

produk. Revisi produk dilakukan berdasarkan masukan-masukan atau saran

selama melaksanakan uji coba produk terbatas di kelas VIII H SMP Negeri

(63)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H di SMP Negeri 1 Yogyakarta

tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 34 orang dengan rincian 17 orang

laki- laki dan 17 orang perempuan.

C. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pengembangan perangkat pembelajaran

menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model pembelajaran

JUCAMA dan penggunaan alat peraga pada materi Pythagoras. Perangkat

pembelajaran yang sudah dibuat diujicobakan untuk mengetahui kualitasnya

agar dapat digunakan dalam pembelajaran yang luas.

D. Bentuk Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, data fakta-fakta yang

tak dapat diukur dan dihitung secara eksak matematis, tetapi hanya

berwujud keterangan naratif semata (Pohan, 2007: 45). Data kualitatif

didapat dari hasil observasi, wawancara dan refleksi siswa.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang

(64)

hasil validasi perangkat pembelajaran, hasil kuesioner respon siswa dan

penilaian 3C.

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

a) Observasi

Metode pengumpulan data ini merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses (Sugiyono,

2016). Observasi adalah kemampuan untuk memerhatikan, mencatat

kejadian atau cara melihat sesuatu atau dapat dikatakan pengamatan

langsung dengan penuh perhatian dan merekam secara sistematis apa

yang dilihat, didengar dan dirasakan (Yaumi dan Damonopolii, 2014:

112). Observasi ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan aktifitas

pembelajaran yang melibatkan interaksi guru dan siswa dengan sumber

belajar.

b) Wawancara

Metode pengumpulan data ini berupa pertanyaan-pertanyaan

tentang sikap siswa terhadap pembelajaran. Subjek dari metode ini

adalah siswa yang mengalami secara langsung pembelajaran dikelas

yaitu siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta. Wawancara

digunakan untuk mengetahui atau menemukan permasalahan yang harus

(65)

(Sugiyono, 2016). Selain itu, wawancara dilakukan untuk mengetahui

keterlaksanaan pembelajaran.

c) Penyebaran Kuesioner

Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat pernyataan tertulis yang perlu dijawab oleh siswa. Lembar

kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa setelah

melaksanakan proses pembelajaran menggunakan PPR.

d) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu

(Sugiyono, 2016: 329). Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya- karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil

penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih dipercaya jika

didukung oleh karya tulis. Data yang sudah dikumpulkan akan diolah

menjadi transkripsi data.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

observasi, pedoman wawancara, lembar kuesioner respon siswa, penilaian

dan validasi ahli.

a) Lembar Observasi

Lembar observasi yang dirancang digunakan untuk

mengobservasi kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran.

(66)

mengetahui potensi dan masalah dan keterlaksanaan pembelajaran

matematika menggunakan PPR. Lembar validasi yang disusun

berpedoman pada lembar observasi PPL USD tetapi dalam hal ini

dikembangkan dengan menggunakan pendekatan PPR. Observasi

keterlaksanaan desain produk terdapat 40 pernyataan dengan 2

alternatif jawaban. Skala penilaian lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran menggunakan skor 0 dan 1 dengan kriteria 0 = tidak dan

1 = ya. Lembar observasi tersebut divalidasi oleh ahli dengan hasil 3,2

dan masuk dalam kategori “cukup baik”. Berikut adalah kisi-kisi lembar

observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi

NO ASPEK YANG DIAMATI

I PRAPEMBELAJARAN

1 Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media 2 Memeriksa kesiapan siswa

II MEMBUKA PELAJARAN (Konteks)

1 Melakukan kegiatan apersepsi (mengingatkan kembali materi segitiga, segiempat kuadrat dan akar kuadrat)

2 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatannya (seperti menunjukkan alat peraga Pythagoras)

3 Memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat teorema pythagoras dalam kehidupan sehari-hari

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN (Pengalaman)

A. Penguasaan materi pelajaran

1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

(67)

4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

B. Pendekatan/strategi pembelajaran

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Competence, Conscience, Compassion).

2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut

4. Melaksanakan pembelajaran yang terkoordinasi 5. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 6. Mengakomodasi adanya keragaman budaya Nusantara

7. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif: tanggung jawab, kerja sama, kerja keras. 8. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah

dialokasikan

9. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif: peduli, saling membantu

10. Melaksanakan pembelajaran yang memacu untuk menemukan konsep materi

11. Melaksanakan pembelajaran yang memacu siswa untuk dapat berpikir aktif dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan

C. Pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar

1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media (Alat peraga teorema Pythagoras)

2. Menghasilkan pesan yang menarik (menggunakan alat peraga untuk menemukan dalil Pythagoras)

3. Menggunakan media secara efektif dan efisien

4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media (memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan teorema Pythagoras)

D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 2. Merespons positif partisipasi siswa

Gambar

Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono
Gambar 2.2 Segitiga Siku-siku
Gambar 2.4 Segitiga sama kaki
Gambar 2.6 Segitiga dengan besar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Praktik mengajar yang dilakukan oleh praktikan ini adalah praktik mengajar terbimbing. Praktik mengajar terbimbing yaitu praktikan melakukan proses belajar mengajar di

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tersebut, dapatlah disimpulkan antara lai, bahwa guru SMP di DIY: (1) memiliki tingkat kompe- tensi PTK dalam kategori sedang khususnya

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap

Dalam kaitan dengan masalah tanggung jawab, kebebasan eksistensial tidak hanya berarti bahwa yang diputuskan seseorang tak boleh dibebankan pada orang lain, tetapi sikap

Dalam mendukung terlaksananya program-program tersebut dilakukan revitalisasi dan peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggara program pendidikan masyarakat, khususnya melalui

Implementasi pada form yang berfungsi untuk memasukkan data transaksi penjualan Tunai yang dilakukan oleh admin koperasi siswa dan konsumen umum dapat dilihat pada gambar 4.53

[r]

pesan bahwa hasil wawancara final sudah tersimpan ke dalam sistem Sesuai dengan harapan pada kolom Output yang diharapkan (Gambar 4.96) 2 Membatalkan hasil wawancara