PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN JUCAMA DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATERI PYTHAGORAS KELAS VIII H SMP NEGERI 1
YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh : Maria Yustina Nanga
NIM. 131414063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN JUCAMA DAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATERI PYTHAGORAS KELAS VIII H SMP NEGERI 1
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh : Maria Yustina Nanga
NIM. 131414063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur, saya persembahkan karya ini kepada:
HALAMAN MOTTO
Nama Tuhan adalah menara yang kuat, kesanalah
orang benar berlari dan ia menjadi selamat.
(Amsal 18: 10)
Jadikan hidupMu seperti air yang mengalir
ABSTRAK
Maria Yustina Nanga. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Model Pembelajaran JUCAMA dan Penggunaan Alat Peraga pada Materi Pythagoras Kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model Pembelajaran JUCAMA pada materi Pythagoras. Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika cenderung menekankan aspek kognitif dan belum dimaknai oleh siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui langkah pengembangan perangkat pembelajaran, menghasilkan rancangan produk menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan mengetahui respon guru dan siswa terhadap proses pembelajaran matematika pada materi Pythagoras. Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Sugiyono yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk, (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, bahan ajar, LKS, alat peraga dan instrumen penilaian. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, kuesioner dan tes.
Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 3,78 termasuk kategori Baik sedangkan kuesioner respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan PPR memperoleh hasil 113,94 termasuk kategori Baik.
ABSTRACT
Maria Yustina Nanga. 2017. Learning Device Development Using Reflective Pedagogical Paradigm with JUCAMA Learning Model and Use of Display Tool on Pythagoras Materials for Grade VIII H Negeri 1 State Senior High School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research is a development learning tool research by using Reflective Pedagogy Paradigm (PPR) with JUCAMA learning model on Pythagoras material. Background of this research is because mathematical learning used to emphasize cognitive aspects and have not interpreted by student yet. The purpose of this research is to know the ways to developt learning device, to produce product design by using PPR with JUCAMA learning model and to know teacher and student response to mathematics learning process on Pythagoras material.
The researcher uses Sugiyono's research and development procedures which include: (1) Potentials and Problems, (2) Data Gathering, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Testing, (7)Product Revision. The learning tools developed are syllabus, the lesson plans, the learning materials, worksheets, props and assessment instruments. The subjects in this study were the students of Grade VIII H in the Negeri 1 Junior High School Yogyakarta. The object of this study were all of the learning devices developed by the researchers. The data collection techniques used were observation, interview, questionnaire and test.
The result of learning device validation is 3.78 including Good category while the student response questionnaire to learning process using PPR got result 113,94 including Good category.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, karunia dan penyertaan-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Paradigma
Pedagogi Reflektif dengan Model Pembelajaran JUCAMA dan Penggunaan Alat
Peraga pada Materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta” ini dengan
tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang bersifat
langsung maupun tidak langsung, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada.
1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
3. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
4. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, semangat dan sumbangan pemikiran dari awal
penulisan skripsi hingga selesai.
5. Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc., selaku dosen ahli yang telah bersedia
6. Dra. Y. Niken Sasanti, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Yogyakarta yang
telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan baik.
7. Maria Roostika, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII H SMP Negeri 1
Yogyakarta yang telah bersedia untuk menjadi validator perangkat
pembelajaran sekaligus mengujicobakan perangkat pembelajaran yang
dirancang oleh peneliti.
8. Siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah terlibat aktif selama
proses penelitian.
9. Bapak Ibu dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang senantiasa
memberikan bimbingan dan masukkan kepada penulis sejak awal menjadi
mahasiswa USD.
10. Keempat orang tua, Stefanus Gogo (Alm), Monika Benga, Silvester Bepa dan
Elisabeth Teku, S.Pd., yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan
semangat bagi penulis.
11. Adikku, Maria Monika Nanga yang selalu memberikan semangat bagi penulis.
12. Saudara-saudaraku, yang selalu menyediakan waktu dalam membantu penulis
saat pelaksanaan penelitian: Aris, Elfrid, Ipin, Oyo, Bruder Adrianus, Arman,.
13. Sahabat-sahabat terkasih yang selalu memberikan motivasi dan dukungan bagi
penulis: Geni, Vinny, Ria, Mensi, Frinsh, Yolan, Yoan, Sri, Icha, Ipo, Fani,
Sttela, Wulan, Anansi, Sonya, Ajeng, Silvi, Mega, Alola, Ivan.
14. Teman- teman seperjuangan dalam bimbingan skripsi yang selalu memberikan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
E. Pembatasan Masalah ... 7
F. Penjelasan Istilah ... 8
G. Manfaat Penelitian ... 8
H. Spesifikasi Produk ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 15
1. Pembelajaran Matematika ... 15
2. Perangkat Pembelajaran ... 16
3. Pengembangan ... 21
4. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 25
5. Model Pembelajaran Pengajuan dan Pemecahan Masalah ... 28
6. Materi Pembelajaran Pythagoras ... 29
B. Penelitian yang Relevan ... 34
C. Kerangka Berpikir ... 36
b. Pedoman Wawancara ... 46
c. Kuesioner ... 49
d. Penilaian ... 50
e. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 53
F. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 65
1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 97
2. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 119
3. Respon Guru dan Siswa Mengenai Pembelajaran Menggunakan PPR ... 121
C. Keterbatasan Penelitian ... 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 130
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 44
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 47
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Setelah Ujicoba Produk ... 48
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner ... 50
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Penilaian Tes Hasil Belajar ... 51
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Penilaian Conscience dan Compassion ... 52
Tabel 3.7 Kisi-Kisi lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 54
Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Penelitian ... 58
Tabel 3.9 Kategori Pedoman Penskoran Kuesioner Respon Siswa ... 58
Tabel 3.10 Kriteria respon Siswa ... 59
Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Kualitas ... 60
Tabel 3.12 Kriteria Skor Penilaian Kualitas ... 62
Tabel 4.1 Hasil Validasi Desain ... 74
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Ujicoba Produk ... 76
Tabel 4.3 Revisi Perangkat Pembelajaran ... 95
Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Tes Hasil Belajar 1 ... 99
Tabel 4.5 Persentase Ketuntasan Remidi 1 ... 100
Tabel 4.6 Persentase ketuntasan Remidi 2 ... 100
Tabel 4.8 Persentase Ketuntasan Remidi 1 ... 102
Tabel 4.9 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar 3 ... 102
Tabel 4.10 Persentase Ketuntasan Remidi 1 ... 103
Tabel 4.11 Persentase Penilaian Tanggung Jawab ... 103
Tabel 4.12 Persentase Penilaian Teliti ... 104
Tabel 4.13 Persentase Penilaian Kerja Keras ... 105
Tabel 4.14 Persentase Penilaian Tanggung Jawab ... 106
Tabel 4.15 Persentase Penilaian Teliti ... 107
Tabel 4.16 Persentase Penilaian Kerja Keras ... 107
Tabel 4.17 Persentase Penilaian Tanggung Jawab ... 108
Tabel 4.18 Persentase Penilaian Teliti ... 109
Tabel 4.19 Persentase Penilaian Kerja Keras ... 110
Tabel 4.20 Persentase Penilaian Tanggung Jawab ... 110
Tabel 4.21 Persentase Penilaian Teliti ... 111
Tabel 4.22 Persentase Penilaian Kerja Keras ... 112
Tabel 4.23 Persentase Penilaian Kerja sama ... 113
Tabel 4.24 Persentase Penilaian Menghargai Pendapat ... 113
Tabel 4.25 Persentase Penilaian Kerja sama ... 114
Tabel 4.26 Persentase Penilaian Menghargai Pendapat ... 115
Tabel 4.27 Persentase Penilaian Kerja sama ... 116
Tabel 4.28 Persentase Penilaian Menghargai Pendapat ... 117
Tabel 4.29 Persentase Penilaian Kerja sama ... 117
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono ... 22
Gambar 2.2 Segitiga siku-siku ... 30
Gambar 2.3 Persegi ABCD berukuran (a+b) ... 30
Gambar 2.4 Segitiga sama kaki ... 32
Gambar 2.5 Segitiga sama sisi ... 33
Gambar 2.6 Segitiga dengan besar sudut 300, 600 dan 900 ... 33
Gambar 4.1 Guru membimbing siswa ... 81
Gambar 4.2 Guru menjelaskan penggunaan alat peraga ... 84
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Surat Keterangan ... 133
LAMPIRAN 2 Hasil Pedoman Observasi ... 134
LAMPIRAN 3 Hasil Validasi Pedoman wawancara Setelah Ujicoba ... 135
LAMPIRAN 4 Hasil Validasi Kuesioner ... 136
LAMPIRAN 5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 137
LAMPIRAN 6 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Penelitian ... 149
LAMPIRAN 7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 157
LAMPIRAN 8 Hasil Scanning Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 167
LAMPIRAN 9 Hasil Olah Data Kuesioner Respon Siswa ... 209
LAMPIRAN 10 Silabus ... 210
LAMPIRAN 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 227
LAMPIRAN 12 Bahan Ajar ... 241
LAMPIRAN 13 Lembar Kerja Siswa ... 251
LAMPIRAN 14 Hasil Scanning Lembar Kerja Siswa ... 263
LAMPIRAN 15 Soal THB dan Pedoman Penskoran ... 276
LAMPIRAN 16 Hasil Scanning Lembar Jawab Ulangan Siswa ... 294
LAMPIRAN 18 Transkripsi Wawancara Analisis kebutuhan ... 309
LAMPIRAN 19 Transkripsi Ujicoba Produk ... 312
LAMPIRAN 20 Transkipsi Wawancara Siswa ... 323
LAMPIRAN 21 Transkripsi Wawancara Setelah Ujicoba Produk ... 327
LAMPIRAN 22 Daftar Nilai Siswa ... 329
LAMPIRAN 23 Validitas dan Realibilitas ... 331
LAMPIRAN 24 Hasil Kuesioner respon Siswa ... 341
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sangat berperan penting dalam perkembangan dan
kelangsungan hidup suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari
bagaimana perkembangan pendidikan anak bangsa. Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan dihasilkan
generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas dan kompeten. Realisasi dari
pelaksanaan pendidikan salah satunya adalah melalui pendidikan formal di
sekolah yang dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi.
Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pada umumya belajar merujuk pada perubahan perilaku individu sebagai
akibat dari proses pengalaman baik yang dialami maupun yang dirancang.
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah hanya menekankan aspek kognitif
sehingga keterampilan dan karakter yang terbentuk selama proses berlangsung
tidak diperhatikan. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan di kelas
menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran tersebut tidak melatih
siswa mengembangkan pola berpikirnya.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat berperan
penting dalam dunia pendidikan. Matematika diajarkan untuk melatih pola pikir
siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis dan logis bukan hanya
mengetahui dan memahami yang terkandung dalam matematika itu sendiri.
Dalam belajar matematika dibutuhkan motivasi yang tinggi dalam membantu
keberhasilan proses belajar mengajar. Motivasi tidak hanya menggerakkan
tingkah laku namun juga memperkuat tingkah laku seseorang (Kosasih, 2010:
68). Matematika sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
adanya hal ini sangat memudahkan siswa untuk belajar matematika karena
langsung berhadapan dengan alam sekitar.
Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak kendala yang
dialami oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil
wawancara bersama guru matematika SMP Negeri 1 Yogyakarta, kendala yang
dalam mengikuti pembelajaran, siswa cenderung menghafal rumus dengan baik
daripada memahami substansi materi dan siswa tidak merefleksikan apa yang
sudah didapat dalam proses pembelajaran melainkan memberikan tanggapan
kepada guru mengenai kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh guru
tersebut. Kegiatan refleksi yang tidak dilaksanakan dengan baik membuat siswa
kurang memaknai materi yang sudah dipelajarinya. Selain itu, siswa terkadang
tidak menunjukkan sikap kepedulian terhadap teman dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, terlihat bahwa siswa belum
memaknai pembelajaran dengan baik seperti siswa hanya menerima ilmu yang
didapat tanpa mengetahui proses dan penerapannya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru, ditemukan bahwa siswa kurang mampu dalam
menerapkan materi pembelajaran yang diterima ke dalam kehidupan sehari-hari
padahal dalam pembelajaran guru selalu mengaitkan konsep yang dipelajari
dengan kehidupan sehari- hari.
Penelitian yang relevan dengan persoalan yang dijabarkan oleh peneliti
adalah penelitian yang dilakukan oleh Clara tahun 2016 tentang Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi
Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas
VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah kualitas
perangkat pembelajaran menggunakan PPR adalah 4,14 dengan kategori baik.
Selain itu penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari
Susanti tahun 2013 tentang Analisis Implementasi Model Pembelajran
Competence-Conscience-Compassion (Studi Kasus Tentang Implementasi Model
Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Pada Mata Pelajaran IPA di
SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh
hasil bahwa implementasi PPR sangat berpengaruh pada peningkatan unsur
3C(Competence, Conscience, Compassion).
Salah satu solusi untuk menyikapi persoalan yang terjadi yaitu dengan
menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam proses pembelajaran.
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki lima tahapan yaitu konteks,
pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi yang dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Dengan adanya Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
dapat meningkatkan 3C yaitu competence (Pengetahuan), conscience (Suara
hati), compassion (Hasrat bela rasa) pada siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu dengan penerapan PPR siswa dapat menggali pengalaman sedalam-
dalamnya dan melakukan refleksi serta aksi. Dalam hal ini tujuan dari
pembelajaran menggunakan PPR tidak hanya menekankan pada kemampuan
akademik melainkan memadukan kemampuan akademik, keterampilan dan
sikap, mengembangkan kemampuan untuk menentukan pilihan dan
mengembangkan kemampuan bela rasa pada sesama dan lingkungan.
Selain persoalan yang dijabarkan, peneliti juga mengacu pada penelitian
yang dilakukan dari Sulistiyawati dan Susanah tahun 2013 tentang Penerapan
Model Pembelajaran JUCAMA pada Materi Teorema Pythagoras. Hasil yang
diperoleh adalah penerapan model JUCAMA sangat berpengaruh pada
Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, pembelajaran dirancang
menggunakan model pengajuan dan pemecahan masalah (JUCAMA).
Pengajuan masalah dalam pembelajaran intinya meminta siswa untuk
mengajukan soal atau masalah sendiri berdasarkan topik yang luas, soal yang
sudah dipecahkan atau informasi tertentu yang diberikan guru kepada siswa.
Soal yang dibuat tersebut kemudian dipecahkan sendiri. Pengajuan masalah
matematika secara tersendiri merupakan kegiatan yang mendorong kemampuan
berpikir kreatif (Johson, 2002; Leung, 1997; Dunlop, 2001). Model
pembelajaran JUCAMA ini mendorong kemampuan berpikir kreatif siswa yang
berbasis pada pengajuan dan pemecahan masalah. Melalui pengembangan
perangkat pembelajaran yang dirancang, siswa diajak untuk mengenal teorema
Pythagoras yang dikaitkan dengan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan permasalahan yang akan
diselesaikan dengan teorema Pythagoras.
Berdasarkan berbagai alasan tersebut, peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan
Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Model Pembelajaran JUCAMA dan
Penggunaan Alat Peraga Pada Materi Pythagoras Kelas VIII H SMP Negeri I
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran hanya menekankan aspek kognitif
2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru didominasi dengan metode ceramah
3. Siswa belum mampu menerapkan pelajaran yang diterima ke dalam
kehidupan sehari- hari.
4. Siswa cenderung menghafal rumus.
5. Siswa belum maksimal dalam melaksanakan kegiatan refleksi sehingga
siswa kurang memaknai pembelajaran.
6. Sikap yang ditunjukkan siswa cenderung rendah, dimana kepedulian
terhadap teman kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan PPR
dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan alat peraga pada
materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta?
2. Bagaimana kualitas dari pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan
alat peraga pada materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta?
3. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran menggunakan
PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan alat peraga
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan
alat peraga pada materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.
2. Untuk mendeskripsikan kualitas dari perangkat pembelajaran
menggunakan PPR dengan model pembelajaran JUCAMA dan penggunaan
alat peraga pada materi Pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.
3. Untuk mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap pembelajaran
Pythagoras menggunakan pendekatan PPR dengan model pembelajaran
JUCAMA dan penggunaan alat peraga kelas VIII H SMP Negeri 1
Yogyakarta.
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model
pembelajaran JUCAMA
2. Penelitian ini hanya membahas tentang Teorema Pythagoras
3. Peneliti mengembangkan aspek kognitif dan sikap dengan menggunakan
F. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman antara maksud dan isi dari
penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut.
1. Perangkat Pembelajaran adalah serangkaian media/sarana yang digunakan
dan dipersiapkan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan suatu pendekatan yang
menekankan perkembangan pengetahuan, suara hati dan bela rasa siswa
yang meliputi 5 aspek yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan
evaluasi.
3. Model JUCAMA merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi
pada pengajuan masalah dan pemecahan masalah.
4. Teorema Phytagoras,
Dalam suatu segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring sama dengan jumlah
kuadrat sisi- sisi siku-sikunya.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam mengajarkan
materi pembelajaran kepada siswa agar dapat meningkatkan kreativitas
2. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa mampu mengembangkan
pengetahuan (Competence), mengasah kepekaan (Conscience), dan menjadi
orang yang berbela rasa (Compassion).
3. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan pengalaman dan bekal dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) untuk membantu peneliti memasuki dunia kerja.
H. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian berupa perangkat pembelajaran yang
meliputi antara lain silabus, RPP, bahan ajar, LKS dan instrumen penilaian.
Berikut adalah penjelasan mengenai spesifikasi produk yang dikembangkan
oleh peneliti.
1. Silabus Pembelajaran Teorema Pythagoras
Silabus yang dibuat oleh sekolah dijadikan acuan dalam merancang silabus
mengakomodasi pendekatan PPR yang meliputi 5 komponen yaitu: konteks,
pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran dirancang menggunakan PPR
dengan penerapan model pengajuan dan pemecahan masalah (JUCAMA).
Komponen dari RPP ini mengikuti sintaks pada umumnya yaitu
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup dengan menerapkan pendekatan
PPR dalam proses pembelajarannya. Pada penyusunan RPP ini, penilaian SILABUS PEMBELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Yogyakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : VIII / 2
Standar Kompetensi : 3. Menggunakan Teorema Phytagoras dalam pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes yang termasuk dalam
penilaian 3C( Competence, Conscience, Compassion).
3. LKS
Lembar kerja siswa dirancang dengan menggunakan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif dengan menerapkan model pembelajaran
JUCAMA dalam membantu siswa untuk menemukan konsep materi ajar. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 1 Yogyakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : VIII / 2
Alokasi Waktu :
A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar C. Indikator
1. Competence / Pengetahuan
2. Conscience / Suara Hati
3. Compassion / Kepedulian
D. Tujuan Pembelajaran
1. Competence / Pengetahuan
2. Conscience / Suara Hati
3. Compassion / Kepedulian
E. Materi Ajar
F. Pendekatan dan Model Pembelajaran G. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran H. Alat dan Media Pembelajaran
I. Penilaian J. Sumber Belajar K. Evaluasi PPR
LKS yang dibuat terdiri atas judul, identitas siswa, tujuan kegiatan, petunjuk
umum pengerjaan, langkah kegiatan dan kesimpulan.
4. Bahan Ajar
Bahan ajar dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif dan menerapkan model JUCAMA. Bahan
ajar dirancang berdasarkan kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan konsep- konsep. LEMBAR KEGIATAN SISWA
Nama Anggota Kelompok :
Kelas :
A. Petunjuk Umum Pengerjaan B. Kegiatan Siswa
1. Konteks 2. Pengalaman 3. Refleksi 4. Aksi
BAHAN AJAR TEOREMA PYTHAGORAS
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Yogyakarta
Kelas/ Semester : VIII / 2
Materi Pokok : Teorema Phytagoras
1. Dalil Phytagoras
2. Kebalikan Dalil Phytagoras dan Tripel Phytagoras 3. Segitiga- segitiga Istimewa
5. Penilaian
Penilaian dirancang berdasarkan penilaian pada PPR, dimana terdapat
3 aspek yaitu penilaian competence, conscience, compassion. Penilaian
competence berkaitan dengan kemampuan daya serap siswa terhadap
konsep materi yang diajarkan yang dilihat dari hasil tes tertulis. Penilaian
conscience dan compassion dapat dilihat dengan pengamatan sikap dan
perilaku siswa selama proses belajar berlangsung.
a. Penilaian Competence
Aspek competence merupakan aspek yang menjadi tolak ukur
kemampuan siswa dalam memahami materi atau kompetensi yang
diajarkan. Penilaian competence berupa ulangan dan tugas berdasarkan
indikator- indikator yaitu:
1) Membuktikan teorema Pythagoras
2) Menghitung panjang sisi segitiga siku-siku jika dua sisi lain
diketahui
3) Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa
(salah satu sudutnya 300, 450, 600)
4) Menghitung panjang diagonal pada bangun datar
No Nama Nilai Keterangan
b. Penilaian Conscience
No Nama Tanggung
Jawab
Teliti Kerja Keras
KB C B KB C B KB C B
1 2 3
c. Penilaian Compassion
No Nama Menghargai
Pendapat
Kerjasama
KB C B KB C B
1 2 3
Keterangan :
KB : Kurang Baik
C : Cukup
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto,
2014: 19). Dalam pembelajaran segala kegiatan berpengaruh langsung
terhadap proses belajar siswa, ada interaksi siswa yang tidak dibatasi oleh
kehadiran guru secara fisik lahiriah, akan tetapi siswa dapat berinteraksi dan
belajar melalui media cetak, elektronik, media kaca dan televisi serta radio.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 20 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Terdapat lima komponen pembelajaran
yaitu: interaksi, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan. Interaksi
mengandung arti hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Interaksi
antara peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan sekitar dapat pula
terjadi dalam upaya meningkatkan pengalaman belajar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha atau proses interaksi
Menurut pendapat Johnson dalam Russefendi (1972) menyatakan
bahwa matematika adalah unsur- unsur yang tidak didefinisikan,
definisi, aksioma dan dalil- dalil dimana argumen setelah terbukti valid
pada umumnya, karena matematika disebut ilmu deduktif. Matematika
menurut Suherman (2003) adalah disiplin ilmu tentang tata cara berpikir
dan mengolah logika baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang
menekankan cara berpikir dan bernalar.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi yang melibatkan
pengembangan cara berpikir dan bernalar yang membantu siswa belajar
dengan baik.
2. Perangkat Pembelajaran
Menurut Zuhdan, dkk (2011: 16), perangkat pembelajaran adalah alat
atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan
pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah
sejumlah bahan, alat media atau pedoman yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan dalam mengelola proses
belajar mengajar dapat berupa: silabus, RPP, LKS, bahan ajar, LKS,
a. Silabus
Silabus merupakan suatu produk pengembangan kurikulum
berisikan garis-garis besar materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran
dan rancangan penilaian (Trianto, 2009: 201). Dengan kata lain silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-langkah
yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang
disusun dalam skenario kegiatan. Skenario kegiatan pembelajaran
dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu dari
indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai kurikulum berbaris
kompetensi (KBK, 2004).
Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana
pembelajaran meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, strategi
pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah-langkah
c. Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran.
Penyusunan bahan ajar dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman
yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan
silabus. Bahan ajar memuat kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran dan konsep-konsep.
d. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Trianto (2007: 73), LKS adalah panduan untuk latihan
pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan
semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan
demonstrasi. Adapun manfaat pembelajaran menggunakan LKS
menurut Depdiknas.
1) LKS membantu siswa dalam menemukan suatu konsep
2) LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai
konsep yang telah ditemukan.
3) LKS berfungsi sebagai penuntun belajar
LKS ini disesuaikan dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
e. Instrumen Penilaian
Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar
belajar produk, tes hasil belajar proses dan tes hasil belajar
psikomotorik.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan (Trianto, 2014: 202). Tujuan dari penilaian ini untuk
mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan, dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta
dapat dihayati atau diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
Penilaian dirancang berdasarkan tiga aspek dalam Paradigma
Pedagogi Reflektif yaitu Competence, Conscience, Compassion.
Penilaian competence semata- mata menilai sejauh mana seorang siswa
memiliki pengetahuan terhadap konsep dan teori. Penilaian conscience
dan compassion digunakan untuk mengukur perkembangan
karakter-karakter yang terbentuk selama proses belajar mengajar.
Dalam penelitian ini, penilaian conscience meliputi tanggung jawab,
teliti dan kerja keras.
1) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
seharusnya dilakukan untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan
Tuhan.
2) Teliti
Menurut Ashari (2015), teliti berarti cermat dan saksama dalam
menjalankan sesuatu. Orang yang teliti mampu berhati-hati dalam
menjalankan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan dan mendapatkan
hasil yang baik.
3) Kerja Keras
Kerja keras adalah sikap atau perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Pada penelitian ini, penilaian compassion meliputi menghargai
pendapat dan kerja sama.
1) Menghargai Pendapat
Saling menghargai merupakan perilaku yang menunjukkan
penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang lain
sesama mitra kerja.
2) Kerja sama
Menurut Soerjono Soekanto (2006: 66), kerja sama merupakan
suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok untuk
f. Alat Peraga
Media merupakan suatu saluran untuk komunikasi suatu perantara
yang membawa informasi dari pengirim kepada penerima informasi,
informasi itu multimakna dilihat secara terbatas dan luas (Hamzah,
2014: 95). Media pembelajaran hanya meliputi media yang dapat
digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran yang terencana.
Media dalam arti yang sempit dikenal dengan alat peraga.
Alat peraga matematika merupakan bagian dari media
pembelajaran. Ini diperlukan untuk memudahkan siswa dalam
memahami konsep abstrak. Hal ini dimulai dengan mempelajari hal-hal
konkret yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini benda
konkret sebagai perantara. Alat peraga matematika direncanakan dan
berguna terutama bagi siswa yang daya abstraknya kurang tajam.
Dengan alat yang direncanakan itu siswa aktif mengikuti pembelajaran.
3. Pengembangan
Menurut Borg and Gall (1983: 772), penelitian dan pengembangan
merupakan suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan juga
memvalidasi suatu produk dari pendidikan tersebut. Selain itu, menurut
Sugiyono (2016: 407) penelitian dan pengembangan merupakan suatu
metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan
merupakan metode penelitian untuk mengembangkan suatu produk dan
menguji keefektivitas produk dengan melalui proses-proses demi
menghasilkan produk yang berkualitas.
Penelitian ini menggunakan metode “Penelitian dan Pengembangan
atau Research and Development”. Penelitian pengembangan adalah
penelitian yang dilakukan dengan mengadakan percobaan dan
penyempurnaan terhadap suatu sistem.
Berikut ini adalah langkah- langkah penelitian dan pengembangan
menurut Sugiyono (2015).
Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono
a. Potensi dan Masalah
Penelitian ini dapat dibuat dengan adanya potensi dan masalah di
sekitar kita. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan
akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang
diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang didapat
potensi dan masalah berdasarkan dokumentasi laporan kegiatan atau
laporan penelitian orang lain.
b. Pengumpulan Data
Setelah menemukan potensi dan masalah secara faktual maka selanjutnya
perlu dikumpulkan berbagai informasi. Informasi ini digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan dalam merancang produk yang diharapkan dapat
mengatasi masalah.
c. Desain Produk
Produk yang dirancang dalam penelitian dan pengembangan ini
bermacam-macam. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang
dihasilkan melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas pendidikan. Setiap desain produk harus diwujudkan dalam
gambar, bagan atau uraian ringkas sehingga memudahkan orang lain untuk
memahaminya.
d. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk dapat digunakan di lapangan. Validasi ini dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa ahli yang sesuai dengan
bidangnya dan berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang.
Validasi desain dapat dilakukan dalam diskusi dengan para ahli. Validasi
desain dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dari desain
e. Revisi Desain
Setelah melakukan validasi maka akan dapat diketahui kelemahannya.
Kelemahan yang ada dicoba untuk dikurangi dengan memperbaiki desain.
Peneliti yang akan merancang desain tersebut yang akan memperbaiki
desain yang sudah divalidasi.
f. Ujicoba Produk
Desain produk dapat langsung diujicoba setelah melakukan validasi dan
revisi. Ujicoba tahap awal dapat dilakukan dengan simulasi. Setelah
disimulasikan maka desain produk yang dirancang dapat diujicobakan
pada kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi apakah produk yang dirancang lebih efektif dan
efisien.
g. Revisi Produk
Setelah melaksanakan ujicoba, akan diketahui bahwa kemungkinan ada
kelemahan pada desain produk. Kelemahan yang ada perlu diperbaiki
segera. Setelah diperbaiki, produk tersebut dapat diproduksi masal.
h. Ujicoba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada beberapa
revisi di bagian yang tidak terlalu penting maka selanjutnya produk
tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam
penerapannya, produk tersebut tetap dinilai kekurangan yang muncul. Hal
i. Revisi Produk
Dalam pemakaian di lembaga pendidikan yang lebih luas jika terdapat
kekurangan atau kelemahan maka perlu dilakukan revisi produk.
j. Produksi Masal
Bila suatu produk telah dinyatakan efektif dan mempunyai kualitas dalam
beberapa kali pengujian maka produk tersebut dapat diterapkan pada setiap
lembaga pendidikan.
4. Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir dalam menumbuh
kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mengutamakan nilai
kemanusiaan. Pola pikir dalam membentuk pribadi yang mengutamakan
nilai kemanusiaan yaitu siswa diberi pengalaman akan suatu nilai
kemanusiaan. Kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar
merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya siswa difasilitasi
dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan
nilai tersebut (Tim Penerbit Kanisius, 2008).
Menurut Suparno (2014), PPR adalah pedagogi bukan sekedar metode
pembelajaran. Pedagogi berarti merupakan suatu pendekatan dimana
pendidik mendampingi siswa agar siswa berkembang menjadi pribadi yang
Menurut Suparno (2014), terdapat lima unsur dalam Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR) sebagai berikut:
a. Konteks
Menurut Suparno (2016), dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, guru perlu mengerti konteksnya yang artinya guru harus
mengenal pribadi siswa yang akan diajar, lingkungan dan sekolah.
Konteks ini akan mempengaruhi pilihan pengalaman dan juga model
pembelajaran yang akan digunakan. Semakin pembelajaran kita sesuai
dengan konteksnya maka siswa akan semakin mudah dalam memahami
materi tersebut. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa konteks adalah suatu kondisi dimana suatu keadaan terjadi.
b. Pengalaman
Menurut Tim Penerbit Kanisius (2008: 42), pengalaman untuk
menumbuhkan persaudaraan, solidaritas dan saling memuji adalah
pengalaman bekerja sama dalam kelompok kecil yang direkayasa sehingga
terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, penuh
tenggang rasa dan akrab. Pengalaman sangat penting dalam proses
pembelajaran. Guru harus menyediakan pengalaman itu bagi siswa
sehingga siswa sungguh mengalami sendiri dan pengalaman itu menjadi
miliknya. Pengalaman yang dialami menyangkut aspek pengalaman
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami yang sudah lama atau
baru saja terjadi.
c. Refleksi
Refleksi adalah langkah yang sangat penting dalam mendalami
pengalaman yang ada. Refleksi sangat membantu siswa dalam menggali
pengalaman mereka sedalam-dalamnya serta membantu mereka
menemukan makna bagi hidup pribadi dan hidup kemasyarakatan. Guru
menfaslitasi dengan pertanyaan-pertanyaan agar siswa merefleksikannya.
Melalui refleksi, diharapkan siswa mampu membentuk diri menjadi
pribadi yang lebih utuh dan sesuai nilai yang terbentuk melalui
pengalaman.
d. Aksi
Ketika siswa mempunyai pengalaman yang menyentuh hatinya, maka
siswa mudah dibantu untuk merefleksikannya. Hasil refleksi yang didapat
akan memunculkan aksi tertentu. Aksi tersebut berupa aksi batin dan aksi
nyata. Aksi batin berkaitan erat dengan sikap yang muncul sedangkan aksi
nyata berupa tindakan nyata yang dilakukan dalam kehidupan. Dalam hal
ini guru membimbing dan menfasilitasi guru dengan pertanyaan-
pertanyaan agar dapat membentuk niat yang diharapkan akan
ditindaklanjuti dengan perbuatan atau perilaku.
Setelah melalui proses pengalaman, refleksi dan aksi yang terjadi
maka diadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat membantu dalam mengetahui
apakah pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar atau tidak.
Evaluasi juga dilakukan berkaitan dengan dampak pada sikap dan perilaku
siswa.
5. Model Pembelajaran Pengajuan dan Pemecahan Masalah
Menurut Piaget (dalam Muijs & Reynolds, 2008) mengatakan bahwa
untuk memahami bagaimana anak berpikir harus melihat perkembangan
kualitatif dari kemampuan mereka mengatasi masalah. Untuk
mengembangkan kemampuan tersebut menggunakan konsep masalah
sebagai suatu situasi tugas yaitu dengan pengajuan dan pemecahan masalah
(Pehkonen, 1997).
Pada dasarnya model JUCAMA mengikuti sintaks model-model umum
yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Berikut ini akan dijabarkan
langkah- langkah model JUCAMA menurut Siswono:
a. Kegiatan Pendahuluan atau Awal
1) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyiapkan siswa
agar konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran
2) Memotivasi siswa
Guru memotivasi siswa dengan memberikan contoh-contoh materi
b. Kegiatan Inti
1) Menyajikan informasi
Guru meminta siswa untuk membaca informasi yang terdapat dalam
buku ajar
2) Mengorientasikan siswa pada kelompok-kelompok
Guru meminta siswa duduk dalam kelompok masing-masing dan
memberi tugas kelompok dan membagikan LKS
3) Membimbing penyelesaian secara individual maupun kelompok
Guru membimbing siswa untuk menyelesaikan tugas dari LKS dan
mengarahkan belajar secara efektif dan efisien.
4) Menyajikan hasil penyelesaian pemecahan dan pengajuan masalah
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan
memberikan penilaian terhadap aktifitas.
c. Kegiatan Penutup
Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik serta
evaluasi.
6. Materi Pembelajaran Pythagoras
a. Teorema Pythagoras
Menurut Nugroho (2009: 99), dalil Pythagoras ditemukan oleh
Pythagoras, seorang ahli matematika bangsa Yunani. Beliau
mengungkapkan bahwa kuadrat panjang sisi miring suatu segitiga
Menurut Wahyuni (2008: 120), pada suatu segitiga siku-siku
berlaku: “kuadrat sisi terpanjang (hipotenusa) sama dengan jumlah
kuadrat sisi siku-sikunya”.
Gambar 2.2 Segitiga Siku-siku
Sesuai dengan teorema Pythagoras, pada segitiga yang
siku-siku di berlaku :
�2 = 2+ 2
Adapun cara untuk membuktikan teorema Pythagoras
Gambar 2.3 Persegi ABCD berukuran (a + b) Bukti :
= × × � × = �
dan Luas daerah yang tidak diarsir = luas persegi EFGH = ×
= 2
Luas Persegi ABCD = � + × � + = �2+ � + 2
Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan ∶
Luas Persegi ABCD = Luas empat segitiga siku − siku + luas persegi EFGH
�2+ � + 2 = � + 2
�2+ � + 2− � = � + 2− �
�2+ � − � + 2 = � − � + 2
�2+ 2 = 2
b. Penggunaan Teorema Pythagoras
1) Kebalikan Dalil/Teorema Pythagoras
Berlaku kebalikan teorema Pythagoras, yaitu Jika pada
Secara umum dapat dibuat kesimpulan :
a) Jika kuadrat sisi miring = jumlah kuadrat sisi yang lain maka
segitiga tersebut siku- siku
b) Jika kuadrat sisi miring < jumlah kuadrat sisi yang laian maka
segitiga tersebut lancip
c) Jika kuadrat sisi miring > jumlah kuadrat sisi yang lain maka
segitiga tersebut tumpul.
2) Tripel Pythagoras
Misal � > > adalah tiga bilangan asli dan berlaku
�2 = 2+ 2 maka �, , dan disebut tripel Pythagoras. 3) Sudut- sudut Istimewa
a) Segitiga Istimewa dengan Sudut °, °, dan 90°
Gambar 2.4 Segitiga sama kaki
b) Segitiga Istimewa dengan Sudut 0°, 0°, dan 90°
Gambar 2.5 Segitiga sama sisi
Selanjutnya, membagi sudut di titik C menjadi dua sudut dengan
besar sudut yang sama.
Gambar 2.6 Segitiga dengan besar sudut ��°, ��°, dan ��°
Pada segitiga istimewa dengan sudut 0°, 0°, dan 90°, panjang sisi miring adalah 2 kali sisi terpendek dan panjang sisi lainnya
adalah √ kali sisi terpendek.
c) Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang
Dalil Pythagoras juga digunakan pada bangun datar dan
bangun ruang. Pada bangun ruang seperti kubus dan balok, dalil
Pythagoras digunakan untuk menentukan panjang rusuk, panjang
diagonal bidang dan panjang diagonal ruang.
c. Menyelesaikan masalah sehari-hari dengan menggunakan teorema
Pythagoras
Dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dalam bentuk soal cerita,
untuk memudahkannya terlebih dahulu dibuat ilustrasi atau sketsa
ukuran yang diketahui. Setelah itu diselesaikan dengan menggunakan
teorema Pythagoras.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah kumpulan beberapa jurnal yang berkaitan dengan
pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan PPR serta
menggunakan model JUCAMA :
1. Penerapan Model Pembelajaran JUCAMA Pada Materi Teorema Phytagoras
oleh Sulistiyawati dan Susanah, Pendidikan Matematika Unesa.
Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa penerapan model
JUCAMA sangat bepengaruh pada peningkatan kreativitas siswa dan nilai
ketuntasan. Penelitian ini relevansi dengan penelitian yang akan dirancang
oleh peneliti dalam menggunakan model pembelajaran JUCAMA pada
2. Analisis Implementasi Model Pembelajran Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) Berdasarkan Unsur Competence-Conscience-Compassion (Studi
Kasus Tentang Implementasi Model Pembelajran Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) Pada Mata Pelajaran IPA di SD Kanisius Wirobrajan 1
Yogyakarta Tahun 2013) oleh Maria Melani Ika Susanti.
Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa implementasi model
PPR sangat berpengaruh pada peningkatan unsur
Competence-Conscience-Compassion. Penelitian yang akan dirancang oleh peneliti relevansi dengan
Penelitian ini relevansi dalam menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif
pada proses pembelajaran.
3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan
Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Group Investigation
di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta oleh Rosevita Melati. Berdasarkan
penelitian tersebut, kualitas perangkat pembelajaran menggunakan PPR
pada pokok bahasan Limas adalah 4,19 dan termasuk kategori baik.
4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan
Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele
Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta oleh Clara
Prasetyawati Prabaningrum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
kualitas perangkat pembelajaran menggunakan PPR pokok bahasan Balok
Penelitian (3) dan (4), relevansi dengan penelitian yang akan dirancang oleh
peneliti dalam mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan
Paradigma Pedagogi Reflektif.
C. Kerangka Berpikir
Pemikiran tentang pengembangan perangkat pembelajaran dengan
menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu tindakan yang
menekankan pada pengembangan pengetahuan dan karakter siswa. Paradigma
Pedagogi Reflektif meliputi 5 komponen antara lain konteks, pengalaman,
refleksi, aksi dan evaluasi. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan antara
lain: silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan penilaian. Pengembangan perangkat
pembelajaran dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dibuat guna
meningkatkan unsur Competence-Conscience-Compassion dalam proses
pembelajaran.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PPR diterapkan
dalam materi Pythagoras. Proses pembelajaran ini diterapkan menggunakan
model pengajuan dan pemecahan masalah (JUCAMA). Pada kegiatan ini siswa
akan melihat informasi dari berbagai sumber atau buku bacaan serta siswa akan
dibagi dalam beberapa kelompok dan akan mendapatkan LKS (Lembar Kerja
Siswa). Dalam pembelajaran materi yang diberikan selalu dikaitkan dengan
contoh dalam kehidupan sehari-hari guna membantu siswa dalam memahami
Pada akhir pembelajaran ada perwakilan yang mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas serta sebelum mengakhirinya setiap siswa diminta untuk
merefleksikan pembelajaran yang sudah dilakukan. Refleksi pembelajaran ini
dilakukan agar siswa dapat memaknai pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Hasil dari refleksi akan memunculkan tanggapan aksi berupa tindakan nyata
ataupun sikap yang muncul. Setelah seluruh proses dilaksanakan maka
diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Hal ini membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dari segi metode “Penelitian
dan Pengembangan atau Research and Development”. Metode penelitian ini
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2016: 407). Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dibatasi
sampai revisi produk untuk mengetahui kualitas produk tersebut. Berikut ini
merupakan langkah- langkah penelitian dan pengembangan berdasarkan gambar
2.1 mengenai skema penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono:
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain Revisi
Desain Ujicoba
Produk
Langkah- langkah dalam melakukan penelitian pengembangan ini adalah
sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Peneliti menemukan potensi dan masalah dengan cara melakukan
wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan guru matematika
mengenai masalah yang ditemukan guru selama proses pembelajaran.
Observasi dilakukan di kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta untuk
memperjelas masalah yang sering muncul dalam pembelajaran di kelas dan
mengetahui perilaku siswa selama proses pembelajaran.
2. Pengumpulan Data
Setelah menemukan potensi dan masalah, peneliti mencari solusi
untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti mencari berbagai sumber untuk
mengatasi masalah tersebut. Hal ini bertujuan sebagai bahan atau acuan
dalam merencanakan perancangan desain produk sedangkan penyebaran
kuesioner dilakukan di seluruh kelas VIII H untuk mengetahui minat belajar
siswa mengenai matematika.
3. Desain Produk
Desain produk yang dikembangkan dalam penelitian ini antara lain
silabus, RPP, bahan ajar, LKS, alat peraga dan instrumen penilaian pada
materi Pythagoras. Desain produk ini disusun berdasarkan kebutuhan dan
perkembangan kognitif siswa dalam hal memecahkan masalah. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan PPR dengan
4. Validasi Desain
Desain produk yang telah dikembangkan menggunakan PPR
divalidasi untuk mengetahui kekuatan atau kelemahan pada produk tersebut.
Produk yang disusun divalidasi oleh para ahli yang sesuai dengan bidangnya
yaitu 1 dosen pendidikan matematika dan 1 guru matematika.
5. Revisi Produk
Setelah divalidasi oleh para ahli, peneliti melakukan revisi untuk
memperbaiki kekurangan pada produk tersebut. Tujuan peneliti melakukan
revisi yaitu agar produk tersebut lebih berkualitas.
6. Ujicoba Produk
Perangkat pembelajaran yang sudah divalidasi dan direvisi kemudian
akan diujicobakan. Peneliti melakukan ujicoba produk di kelas VIII H SMP
Negeri 1 Yogyakarta.
7. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan jika terdapat kelemahan dalam produk
tersebut. Tujuan dilakukan revisi produk adalah agar meningkatkan kualitas
produk. Revisi produk dilakukan berdasarkan masukan-masukan atau saran
selama melaksanakan uji coba produk terbatas di kelas VIII H SMP Negeri
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H di SMP Negeri 1 Yogyakarta
tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 34 orang dengan rincian 17 orang
laki- laki dan 17 orang perempuan.
C. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model pembelajaran
JUCAMA dan penggunaan alat peraga pada materi Pythagoras. Perangkat
pembelajaran yang sudah dibuat diujicobakan untuk mengetahui kualitasnya
agar dapat digunakan dalam pembelajaran yang luas.
D. Bentuk Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, data fakta-fakta yang
tak dapat diukur dan dihitung secara eksak matematis, tetapi hanya
berwujud keterangan naratif semata (Pohan, 2007: 45). Data kualitatif
didapat dari hasil observasi, wawancara dan refleksi siswa.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang
hasil validasi perangkat pembelajaran, hasil kuesioner respon siswa dan
penilaian 3C.
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data
a) Observasi
Metode pengumpulan data ini merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses (Sugiyono,
2016). Observasi adalah kemampuan untuk memerhatikan, mencatat
kejadian atau cara melihat sesuatu atau dapat dikatakan pengamatan
langsung dengan penuh perhatian dan merekam secara sistematis apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan (Yaumi dan Damonopolii, 2014:
112). Observasi ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan aktifitas
pembelajaran yang melibatkan interaksi guru dan siswa dengan sumber
belajar.
b) Wawancara
Metode pengumpulan data ini berupa pertanyaan-pertanyaan
tentang sikap siswa terhadap pembelajaran. Subjek dari metode ini
adalah siswa yang mengalami secara langsung pembelajaran dikelas
yaitu siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta. Wawancara
digunakan untuk mengetahui atau menemukan permasalahan yang harus
(Sugiyono, 2016). Selain itu, wawancara dilakukan untuk mengetahui
keterlaksanaan pembelajaran.
c) Penyebaran Kuesioner
Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pernyataan tertulis yang perlu dijawab oleh siswa. Lembar
kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa setelah
melaksanakan proses pembelajaran menggunakan PPR.
d) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
(Sugiyono, 2016: 329). Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya- karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih dipercaya jika
didukung oleh karya tulis. Data yang sudah dikumpulkan akan diolah
menjadi transkripsi data.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
observasi, pedoman wawancara, lembar kuesioner respon siswa, penilaian
dan validasi ahli.
a) Lembar Observasi
Lembar observasi yang dirancang digunakan untuk
mengobservasi kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran.
mengetahui potensi dan masalah dan keterlaksanaan pembelajaran
matematika menggunakan PPR. Lembar validasi yang disusun
berpedoman pada lembar observasi PPL USD tetapi dalam hal ini
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan PPR. Observasi
keterlaksanaan desain produk terdapat 40 pernyataan dengan 2
alternatif jawaban. Skala penilaian lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan skor 0 dan 1 dengan kriteria 0 = tidak dan
1 = ya. Lembar observasi tersebut divalidasi oleh ahli dengan hasil 3,2
dan masuk dalam kategori “cukup baik”. Berikut adalah kisi-kisi lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi
NO ASPEK YANG DIAMATI
I PRAPEMBELAJARAN
1 Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media 2 Memeriksa kesiapan siswa
II MEMBUKA PELAJARAN (Konteks)
1 Melakukan kegiatan apersepsi (mengingatkan kembali materi segitiga, segiempat kuadrat dan akar kuadrat)
2 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatannya (seperti menunjukkan alat peraga Pythagoras)
3 Memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat teorema pythagoras dalam kehidupan sehari-hari
III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN (Pengalaman)
A. Penguasaan materi pelajaran
1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
B. Pendekatan/strategi pembelajaran
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (Competence, Conscience, Compassion).
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa
3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
4. Melaksanakan pembelajaran yang terkoordinasi 5. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 6. Mengakomodasi adanya keragaman budaya Nusantara
7. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif: tanggung jawab, kerja sama, kerja keras. 8. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah
dialokasikan
9. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif: peduli, saling membantu
10. Melaksanakan pembelajaran yang memacu untuk menemukan konsep materi
11. Melaksanakan pembelajaran yang memacu siswa untuk dapat berpikir aktif dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan
C. Pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar
1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media (Alat peraga teorema Pythagoras)
2. Menghasilkan pesan yang menarik (menggunakan alat peraga untuk menemukan dalil Pythagoras)
3. Menggunakan media secara efektif dan efisien
4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media (memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan teorema Pythagoras)
D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 2. Merespons positif partisipasi siswa