• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KADAR GULA BUAH MELON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KADAR GULA BUAH MELON."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

MONOGRAF

MONOGRAF

MENINGKATAN KADAR

MENINGKATAN KADAR

GULA BUAH MELON

GULA BUAH MELON

Siswanto

Siswanto

ISBN : 978

ISBN : 978

-

-

602

602

-

-

9372

9372

-

-

00

00

-

-

7

7

(2)

SI

SW

A

N

TO

M

EN

IN

G

K

A

TK

A

N

K

A

D

A

R

G

U

L

B

U

A

H

M

EL

O

N

20

10

SISWANTO lahir di Malang tahun 1963. Lulus Sarjana Pertanian Universitas Brawijaya Malang tahun 1988. Menjadi staf pengajar jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang sejak tahun 1989 sampai 1991. Pada Tahun 1991 me-rangkap sebagai staf pengajar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur sampai sekarang.

Gelar Magister Teknik diperoleh dari Institut Teknologi 10 November Su-rabaya tahun 2003. Sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Tanah pada tahun 2003 sampai 2007. Kepala bagian Perencanaan Evaluasi dan Laporan Administrasi Akademik Biro Administrasi Akademik UPN

“veteran” Jawa Timur hingga sekarang. Tahun 2008 diperintahkan

oleh Pimpinan Universitas untuk menempuh pendidikan jenjang Sarja-na Jurusan Informatika. Buku yang perSarja-nah diterbitkan adalah Pengem-bangan Tembakau Unggulan di Sumenenp, Pengatar Sistem Informasi Geografik, Evaluasi Sumberdaya Lahan, Kepekaan Tanah dan Tenaga Eksogen,sedangkan karya ilmiah yang dipublikasikan adalah: Karakter-istik Hidroulik Erosi Tanah Menggunakan Hujan Buatan (Basic Hydrolo-gy). Studi Kesesuaian Lahan Tanaman Melon di Tiga Sentra Produksi Melon, Studi Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu Lahan Kering.

Penerbit : UPN “Veteran” Jawa Timur

(3)

Siswanto

(4)

MENINGKATKAN KADAR GULA BUAH MELON

Disusun oleh : Ir. Siswanto, MT.

Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

UPN “Veteran” Jawa Timur

ISBN : 978-602-9372-00-7

Tahun : 2010

Setting : Farid

Desain Sampul

dan Gambar : Farid

Dilarang keras mengutip, menjiplak atau mengkopi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seijin penerbit

(5)

Untuk:

(6)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” i KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulisan buku ini dapat kami selesaikan dengan lancar.

Penyusunan monograf ini dimaksudkan untuk mem-berikan informasi dan masukan yang sangat berarti bagi masyarakat tani khususnya yang ada di wilayah sentra produksi melon Jawa Timur yaitu Ngawi, Magetan, Madiun dan Nganjuk.

Monograf ini disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian penulis yang dikompilasi dengan penelitian-peneltian sebelum-nya. Dalam penulisan buku ini penulis lebih menekankan pada cara meningkatkan kadar gula buah melon dengan pemberian bahan organik dan nutrisi yang meningkatkan aktivitas fotosintese dan proses translokasi karbohidrat dari daun ke eluruh tubuh tanaman.

Nomograf meningkatkan kadar gula buah melon ini berisi tentang perkembangan tanaman melon, permasalahan kadar gula dan budidaya melon, cara-cara meningkatkan kadar gula buah melon dengan perbaikan teknik budidaya, analisis dan pemecahan masalah penurunan kadar bula buah melon, serta keseimpulan dan saran. Kami menyadari bahwa penyusunan monograf ini masih banyak kekuangan. Untuk itu kami berharap masukan-masukan yang konstruktif untuk penyempurnaan buku ini.

Pada kesempatan ini kami tak lupa menyampaikan banyak-banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, dorongan dan semangat untuk menyelesaian penulisan buku monograf ini.

Tidak ketinggalan juga kami sampaikan kepada pihak penerbit yang telah mengizinkan tulisan ini dapat diterbitkan. Harapan kami semoga dengan terbitnya buku ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Semoga apa yang Bapak Ibu berikan mendapat balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha Esa dan selalu di tunjukkan ke

jalan yang benar… amin.

(7)

ii “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

(8)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” iii

(9)

iv “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 1.1. Rerata Kadar Gula, Kadar Vitamin C dan Susut

Berat Buah Melon Selama Penyimpanan

4 Tabel 2.1. Komposisi Kimia Buah Melon per 100 g bahan 11 Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan Pupuk Kandang, CCl dan

Dolomit

20 Tabel 4.1. Hasil Analisa Tekstur Tanah Lapisan Atas 30 Tabel 4.2. Nilai pH Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan 32 Tabel 4.3. Pengaruh Dosis Bahan Organik pada Nilai pH 33 Tabel 4.4. Kadar Bahan Organik Tiap-tiap Plot 36 Tabel 4.5. Kadar K dapat ditukar Masing-masing Plot 38 Tabel 4.6. Uji LSD Kdd Akibat Faktor Dosis Pupuk 40 Tabel 4.7. Kadar Mg dd Masing-masing Plot 41 Tabel 4.8. Uji LSD Mgdd Akibat Faktor Dosis Pupuk 42 Tabel 4.9. Nilai KTK Masing-masing Plot 45 Tabel 4.10 Uji LSD KTK Tanah Akibat Faktor Dosis Pupuk 47 Tabel 4.11 Kadar K Tanaman Daun Indeks 49 Tabel 4.12 Uji LSD K dan Mg Tanaman Akibat Faktor Dosis

Pupuk

51 Tabel 4.13 Berat Buah Masing-masing Plot 53 Tabel 4.14 Uji LSD Berat Buah Akibat Faktor Dosis Pupuk 54 Tabel 4.15 Kadar Gula Buah dan Serat Masing-masing Plot 51 Tabel 4.14 Uji LSD Kadar Gula dan Serat Buah pada Saat

Panen

(10)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” v DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 4.1. Histogram pH (H

2O) Masing-msing Plot 33

Gambar 4.2. Histogram C-Organik Tanah 37 Gambar 4.3. Histogram Kdd Tanah Masing-masing Plot 40 Gambar 4.4. Histogram Mgdd Tanah Masing-masing Plot 43 Gambar 4.5. Perlakuan Bahan Organik K, dan Dolomit

pda KTK Tanah 46 Gambar 4.6. Perlakuan Bahan Organik, K dan Dolomit

pada K dan Mg Tanaman

50 Gambar 4.7. Perlakuan Bahan Oraganik, K dan Dolomit

pada Berat Buah

55 Gambar 4.8. Perlakuan Bahan Organik, K dan Dolomit

pada Kadar Gula dan Serat

57 Gambar 4.9. Hubungan pH dengan Berat Buah, Kadar

Gula dan Serat

59 Gambar 4.10 Hubungan Kdd dengan Berat Buah, Kadar

Gula dan Serat

61 Gambar 4.11 Hubungan Bahan Organik dengan Berat

Buah, Kadar Gula dan Serat

61 Gambar 4.12 Hubungan Mgdd dengan Berat Buah, Kadar

Gula dan Serat

(11)

vi “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” DAFTAR LAMPIRAN

(12)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 1

1.1. Perkembangan Melon

Buah melon merupakan salah satu jenis buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Awalnya yakni sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agrobisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Prancis, Denmark, Belanda dan Jerman.

Melon yang dibudidayakan memiliki beragam jenis, di Indonesia ada beberapa seperti Rocket, Action 434, dari berbagai jenis ini memiliki ciri khas yang berbeda seperti pada warna daging buah, aroma buah, kekasaran kulit dan terakhir adalah kadar kemanisan daging buah.

Jenis yang disukai masih sangat tergantung konsumennya. Untuk tulisan ini akan dikaji pemulsaan dan pemupukan NPK pada tanaman melon jenis Rocket 434, kertumbuhan gulmaarena melon jenis ini secara umum disukai konsumen dibandingkan jenis lain, selain daging buahnya tebal berwarna hijau kekuningan, kadar gulanya tinggi, beraroma harum yang kuat, kulit buah yang halus seperti jala dan jenis ini tahan terhadap busuk buah, kapasitas per butir mencapai 2 kg.

(13)

2 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama. Untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang maksimal serta hasil buah yang bagus diperlukan kondisi lingkungan yang menunjang.

Melon yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia sangat ditentukan oleh penampilan dan kualitas rasa yang dikandungnya. Usaha budiadya melon diwilayah Nganjuk, Madiun dan Ngawi saat mengalami penurunan kadar gula hingga dibawah sepuluh (10) brix, sehingga tidak terasa manis dan tidak tahan lama untuk disimpan. Berangkat dari rendahnya kadar gula tersebut yang mendorong keinginan peneliti untuk mengetahui sebab sebab menurunnya kadar gula buah dalam kaitannya dengan karakteristik lahan dan sifat-sifat lingkungan.

(14)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 3 ada yang bergaris-garis, totol-totol, dan juga struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis dan halus (Rukmana, 1994).

Ketinggian tempat yang optimal untuk budi daya melon adalah 200-900 meter diatas permukaan laut. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0-100 meter diatas permukaan laut, sedangkan pada ketinggian lebih dari 900 meter diatas permukaan laut tanaman ini tidak dapat berproduksi optimal.

Prajnanta, (2003) secara detail menggambarkan sistem klasifikasi dan taksonomi tumbuhan tanaman melon sebagai berikut :

Kingdom : Platae

Divisio : Spematophyta Sub-divisio : Angiospremae Kelas : Dikotil

Sub-kelas : Sympetalae Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis melo L.

1.2. Penanganan Buah Melon

Produk buah-buhan dan sayur-sayuran sesudah dipanen mengalami proses hidup meliputi perubahan fisiologis, enzimatis, dan kimiawi. Perubahan fisiologis yang dapat mempengaruhi sifat dan kualitas produk setelah dipanen adalah fotosintesa, respirasi, tranpirasi dan proses menuanya produk setelah dipanen. Proses-proses tersebut menyebab-kan perubahan-perubahan menyebab-kandungan berbagai macam zat dalam produk, ditandai dengan perubahan warna, tekstur, rasa dan bau ( Sarwono, 1989 ).

(15)

4 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” Menurut poincelot ( 1980 ) dalam Lakitan (1995) daya tarik produk ditentukan oleh tiga unsur yakni kualitas ( quality), penampakan ( appearance ) dan kondisi ( condition ).

Masalah utama dalam penyimpanan buah melon pada suhu kamar adalah penurunan kualitas akibat menurunnya berat serta nilai gizi seperti vitamin C dan kadar gula. Hal ini disebabkan oleh proses transpirasi dan respirasi yang ber-langsung cepat dan terus menerus (Anonim,1999). Penurunan kandungan gula dan vitamin karena penyimpan seperti terlhat dalam tabel 1.1 dibawah.

Tabel 1.1. Rerata Kadar Gula, Kadar Vitamin C dan Susut Berat Buah Melon Setelah perlakuan Lama Penyimpanan.

Parameter Perlakuan Lama Penyimpanan 0 5 10 15 1. Kadar Gula (%) 8,62a 9,13b 9,71c 8,69a 2. Kadar Vit C

(mg/100g) 18,90f 18,97f

18,06

c 17,18d 3. Susut Berat (%) 0g 6,32h 8,82h 29,16i

Tabel 1.1. menyajikan data rerata persentase kadar gula setelah perlakuan penyimpanan melon siam pada suhu kamar. Hasil analisis anova terhadap kadar gula menunjukan bahwa nilai F hitung lebih besar daripada F tabel. Hal ini berarti bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar gula buah melon siam.

(16)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 5 Lama penyimpanan selama 10 hari diadapatkan kadar gula tertinggi yaitu sebesar 9.71%. Hasil penelitian penunjuk-kan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar gula buah melon siam. Persentase kadar gula pada penyim-panan 5 hari dan 10 hari mengalami kenaikan dibandingkan kontrol.

Hal ini disebabkan karena adanya proses pemecahan polisakarida menjadi gula (sukrosa, glukosa, fruktosa) yang terjadi pada periode pasca panen. Penyusunan sukrosa memerlukan bantuan zat pembawa pospat yaitu UTP (uridin tripospat). Reaksi antara UTP dengan glukosa-1-pospat menghasilkan uridin dipospoglukosa (UDPG) dan piropospat. UDPG dapat juga mengadakan reaksi dengan fruktosa-6— pospat yang akan menghasilkan sukrosa-pospat. Kemudian enzim pospatase akan mengubah sukrosapospat menjadi sukrosa. Selanjutnya pemecahan sukrosa dengan bantuan enzim sukrosa akan membentuk glukosa dan fruktosa ( Dwijoseputro, 1986).

Persentase kadar gula pada penyimpanan 15 hari tidak mengalami perubahan dibandingkan kontrol tetapi mengalami penurunan bila dibandingkan dengan penyimpanan 5 hari dan 10 hari. Penurunan tersebut dikarenakan cadangan polisaka-rida yang terbentuk tinggal sedikit. Pada awal penyimpanan kadar gula masih tinggi meskipun aktivitas respirasi tetap berlangsung. Hal ini disebabkan karena polisakarida yang terbetuk masih banyak dan pada penyimpanan 15 hari kadar gula mulai menurun karena polisakarida yang ada tinggal sedikit.

Prinsip respirasi pada produk setelah dipanen adalah produksi CO2, H2O dan energi dengan mengambil O2 dari

(17)

6 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” oksigen untuk menguraikan karbohidrat menjadi H2O dan CO2

. Selama aktivitas respirasi berjalan, maka produk akan mengalami proses pematangan dan kemudian diikuti dengan cepat oleh proses pembusukan. Kecepatan respirasi produk tergantung pada temperatur penyimpanan dan ketersediaan oksigen untuk respirasi. Makin banyak oksigen yang diguna-kan maka makin aktif respirasinya (Lehningger, 1994).

(18)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 7 2.1. Kesesuaian Lahan Melon

Wilayah sentra produksi melon di Jawa Timur terutama Nganjuk, Madiun dan Ngawi akhir-akhir ini mengalami penurunan kadar gula yang berdampak pada kurang laku jual dan tidak tahan simpan. Mengingat hal tersebut dipandang sangat perlu untuk diadakannya penelitian karakteriatik lahan dalam kaitannya dengan karakteristik kimia buah melon di tiga wilayah sentra produksi melon tersebut.

1. Faktor lingkungan (iklim dan geomorfologi) sangat ber-pengaruh pada tingkat kesesuaian lahan dan pertumbuhan serta produksi buah melon.

2. Karakteristik lahan (geomorfologi, fisik, kimia dan biologi) menentukan kualitas lahan dan tingkat kesuburan tanah yang berhubungan dengan produksi dan karakteristik kimia buah melon.

3. Karakteristik lingkungan dan lahan akan mempengaruhi perbedaan karakteristik kimia buah di tiga wilayah sentra produksi melon.

Setelah diketahui karaktersitik lingkungan dan lahan yang berpengaruh pada karakteriatik kimia buah dapat dimanipulasi untuk peningkatan kualitas buah sehingga penampilan, kadar gula dan daya tahan buah dapat ditingkatkan.

(19)

8 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

karena pada saat itu usaha tani Bawang Merah dihadapkan pada masalah gangguan OPT yang sulit dikendalikan.

Pada umumnya melon ditanam pada awal musim kemarau, karena kondisi iklim pada musim kemarau lebih menguntungkan dibanding musim hujan (Rukmana, 1994). Untuk pertumbuhan optimal, melon membutuhkan kondisi iklim yang sesuai, yakni suhu udara yang tinggi dan relatif kering, dan sinar matahari penuh (Work and Carew,1970). Kondisi optimal tersebut lebih mudah dipenuhi pada musim kemarau. Namun, melon juga sering ditanam pada musim hujan. Hal ini dapat diamati di daerahdaerah sentra produksi melon di Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Jawa Barat

Pada tahun 2002 di desa Kutorejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk mendapat program SIBERMAS untuk T.A.2002/2003-T.A.2004/2005 yang bertujuan menggali potensi guna memberdayakan masyarakat di wilayah tersebut, dimana potensi unngulan dibidang pertanian adalah tanaman melon dan bawang merah.

Dalam perkembangannya tanaman melon ternyata mempunyai nilai keuntungan yang lebih tinggi dibanding tanaman bawang merah, kemudian budidayanya berkembang di kecamatan Bagor dan Tanjunganom, dan sekarang komoditi ini sedang menjadi incaran petani. Akan tetapi muncul permasalahan kualitas tanaman melon yang berkadar gula yang terlalu rendah dan tidak tahan simpan (Purwadi, 2002).

(20)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 9

matahari dan panjang penyinaran berkurang karena cuaca sering berawan. Dengan demikian kondisi iklim pada musim hujan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan Melon dan dapat menurunkan hasil, baik kuantitas maupun kualitas. Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan tanaman Melon juga ditentukan oleh faktor genetik, yakni varietas yang ditanam.

Berdasarkan kenyataan diatas maka perlu dikaji faktor-faktor yang menyebabkan kadar gula melon tersebut rendah. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula menjadi rendah adalah status unsur hara yang tersedia didalam tanah. Apakah unsur hara yang menjadi persyaratan tumbuh melon tersebut dalam keadaan rendah, sedang atau tinggi dan faktor-faktor lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas tanaman melon. Dengan melihat dan mempelajari semua sifat-sifat tanah (sifat geomorfologi, Fisika tanah, biologi dan sifat kimia) dan faktor agroekologi wilayah tersebut, diharapkan dapat menjawab permasalahan tersebut diatas.

(21)

10 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

cenderung lebih baik pada bobot buah, diameter dan ketebalan buah, kandungan vit. C.

2.1. Kandungan Gizi Buah Melon

Melon adalah buah yang banyak tumbuh diiklim subtropik dan mengandung gula yang tinggi dan lycopene yang berfungsi sebagai anti kanker. Melon merah dan orange juga mengandung caroteroid yang dapat melindungi sel tubuh terhadap kerusakan free radical dan dapat juga diubah menjadi vitamin A dalam tubuh. Vitamin A diperlukan untuk menjaga system kekebalan kulit mata yang sehat.Melon dikenal sebgai buah yang mengandung kadar air yang tinggi. Sepotong melon sama dengan satu gelas air. Melon juga mengandung vitamin C.

Kandungan zat gizi dalam 100 g dari bagian buah melon yang dapat dimakan adalah protein 0,6 g, kalsium 17 mg, thiamin 0,045 mg, vitamin A 2,4 IU, vitamin C 30 mg, vitamin B 0,045 mg, vitamin B2 0,065 mg, karbohidrat 6 mg, niasin 1 mg, riboflavin 0,065 mg, zat besi 0,4 mg, nikotianida 0,5 mg, air 93 ml serat 0,4 g dan 23 kalori. Selain kandungan gizi yang begitu beragam, melon sering juga digunakan sebagai buah untuk terapi kesehatan karena mempunyai khasiat untuk membantu sistem pembuangan (karena serat yang tinggi), sebagai anti kanker, menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung dan mencegah penggumbalan darah.

(22)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 11

(Pantastico, 1997). Kandungan vitamin C pada melon akan mencegah terjadinya sariawan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Buah melon mengandung banyak zat gizi yang cukup beragam sehingga tidak mengherankan apabila melon merupakan sumber gizi yang sangat baik (Prajnanta, 2003). Menurut Samadi, (1995) vitamin dan mineral yang terkandung dalam buah melon sangat baik untuk kesehatan tubuh manusia. Kandungan protein dan karbohidrat yang terkandung dalam buah melon sangat penting bagi tubuh manusia untuk pembentukan jaringan sel. Adapun kandungan gizi buah melon setiap 100 gram bahan yang dapat dimakan dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Buah Melon per 100 g Bahan

No Komposisi kimia Jumlah Energi (kal) 21,00

Protein (g) 0,60

Lemak (g) 0,10

Karbohidrat (g) 5,10 Kalsium (mg) 15,00 Fosfor (mg) 25,00

Serat (g) 0,30

Besi (mg) 0,50

Vitamin A (SI) 640,00 Vitamin B1 (mg) 0,03 Vitamin B2 (mg) 0,02 Vitamin C (mg) 34,00

Niacin (g) 0,80

Sumber : Wirakusumah, (2000).

(23)

12 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

penyimapanan yang baik adalah diruang dingin, baik berupa cold storage maupun lemari pendingin. Suhu pada ruang dingin biasanya mendekati ± 0 0C, sehingga dapat memper-tahankan kesegaran buah melon (Rukmana, 1994). Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya, semakin tua buah semakin berkurang kan-dungannya (Winarno, 1997).

Salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pangan adalah suhu, hal ini dikarenakan suhu dapat mempengaruhi kelayuan dan laju kehilangan air, laju respirasi dan kecepatan reaksi biokimia serta laju pertumbuhan mikroba (Budaraga, 1998). Penyimpanan pada suhu rendah atau penyimpanan dingin (chilling storage) pada umumnya menggunakan suhu dibawah 150C dan diatas titik beku. Pada suhu tersebut penurunan mutu buah-buahan akan dapat dihambat, karena terhambatnya laju respirasi, laju kehilangan air bahan dan reaksi biokimia serta laju pertumbuhan mikroba pada bahan yang disimpan (Paramawati, 2001).

2.3. Edible Coating

Edible coating adalah lapisan tipis yang dapat dikonsumsi yang digunakan pada makanan dengan cara pem-bungkusan, pencelupan, penyikatan, atau penyemprotan untuk memberikan penahan yang selektif terhadap perpindah-an gas, uap air dperpindah-an bahperpindah-an terlarut serta perlindungperpindah-an terhadap kerusakan mekanis (Fitryani, et al., 2010).

(24)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 13

aditif dan atau untuk meningkatkan penanganan makanan (Krocha, et al.,1992).

Komponen pelapis edibel dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: hidrokoloid, lipid dan komponen campuran-nya. Hidrokoloid yang cocok diantaranya adalah protein, derivat sellulosa, alginat, pektin, pati dan polisakaridanya. Lipid yang cocok adalah lilin, asilgliserol dan asam lemak. Pelapis campuran dapat berbentuk bilayer, di mana lapisan yang satu hidrokoloid bercampur dalam lapisan hidrofobik (Paramawati, 2001).

Berbagai film yang mempunyai sifat larut air sangat cocok untuk jenis makanan yang praktis atau dikenal dengan convenience foods. Sebagai contoh adalah polivinil alkohol dan beberapa derivat selulosa, polisakarida lain (amilosa) serta kolagen. Amilosa film yang dibuat dari pati jagung yang banyak dimakan banyak digunakan sebagai pembungkus permen. Kemasan yang dapat dimakan ini dikenal dengan nama edilpex (Syarief dan Irawati, 1988). Pelapisan atau coating tidak hanya melapisi metal dari korosi, tetapi juga mencegah kontak antara makanan dengan logam yang dapat menghasilkan warna atau cita rasa yang tidak diinginkan. Sebagai contoh misalnya warna hitam yang dihasilkan dari reaksi antara besi atau timah dengan sulfida pada makanan yang berasam rendah atau pemucatan pigmen merah pada sayuran atau buah-buahan misalnya bit atau anggur karena reaksi dengan baja, timah dan aluminium. Bahan yang digunakan sebagai pelapis adalah oleoresin, zat penolik, polibutadiena, epon, vinil dan malam (honey wax). Yang paling banyak digunakan adalah oleoresin dan hampir semua pelapis dibuat dari pelapis buatan (sintetik) (Winarno, et al., 1980). Aplikasi dari edible film atau edible coating dapat dikelom-pokkan atas :

(25)

14 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

Contoh dari penggunaan edible film sebagai kemasan primer adalah pada permen, sayur-sayuran dan buah-buahan segar, sosis, daging dan produk hasil laut.

2. Sebagai barrier.

Penggunaan edible film sebagai barrier dapat dilihat dari contoh-contoh berikut :

Gellan gum yang direaksikan dengan garam mono atau bivalen yang membentuk film, diperdagangkan dengan nama

minyak pada bahan pangan yang digoreng, sehingga meng-hasilkan bahan dengan kandungan minyak yang rendah. Di Jepang bahan ini digunakan untuk menggoreng tempura. Edible coating yang terbuat dari zein (protein jagung) dengan nama dagang Z`coat TM (Cozean) dari Zumbro Inc., Hayfielf, MN terdiri dari zein, minyak sayuran, BHA, BHT dan eti lakohol, digunakan untuk produk-produk konfiksionari seperti permen dan cokelat. Fry Shield yang dipatenkan oleh Kerry Ingradient, Beloit, WI dan Hercules, Wilmington, DE, terdiri dari pektin, remah-remahan roti dan kalsium, digunakan untuk mengurangi lemak pada saat penggorengan, seperti pada penggorengan french fries. Film Zein dapat bersifat sebagai barrier untuk uap air dan gas pada kacang-kacangan atau buah-buahan, diaplikasikan pada kismis untuk sereal dan sarapan siap santap (ready to eat-breakfast cereal).

3. Sebagai pengikat (Binding).

Edible film juga dapat diaplikasikan pada snack atau crackers yang diberi bumbu yaitu sebagai pengikat atau adesif dari bumbu yang diberikan agar dapat lebih merekat pada produk. Pelapisan ini bergunak untuk mengurangi lemak pada bahan yang dengan penambahan bumbu.

(26)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 15

Edible film dapat bersifat pelapis untuk meningkatkan penampilan dari produk-produk bakery, yaitu untuk meng-gantikan palapisan dengan telur.

2.4. Cara Uji Gula

Menurut SNI 01-2892-1992, cara uji gula, ada beberapa metode cara uji pada gula yaitu: a. Metode Luff Schoorl b. Metode Lane Eynon. Pada makalah ini metode yang diguna-kan adalah metode Luff Schoorl. Dipilih metode ini karena sangat menguntungkan dalam menganalisa gula nabati yang termasuk sukrosa yang merupakan rasa manis dasar saka-rosa adalah disakarida, yangapabila direduksi adalah akan menghasilkan monosakarida yang bersifat pereduksi. Mono-sakarida tersebut akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI

berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yangdibebaskan tersebut

dititer dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode

analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebasuntuk dijadikan dasar penetapan

kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasiterhadap iodium (I2 ) bebas alam larutan. Apabila terdapat zat oksidator

kuat (misal NaOCl) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ioniodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang

setara umlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2

bebas ini selanjutnya akan dititar dengan larutan standar natrium thiosulfat sehinga I2 akan membentuk kompleks

(27)

16 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

atau lebih elektron dari suatu atom, ion atau molekul. Sedangkan reduksi adalah penangkapan satu atau lebih electron. Tidak ada dalamelektron bebas dalam sistem kimia, oleh karena itu pelepasan elektron (oksidasi)selalu diikuti penangkapan elektron (reduksi).

2.5. Persyaratan Tumbuh Melon

Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal), tetapi juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal tersebut adalah unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjuk-kan gejala kekurangan unsur tersebut dan pertumbuhan tanaman akan merana. Berdasarkan jumlah yang diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar (0.5-3% berat tubuh tanaman). Sedangkan unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif kecil (beberapa ppm/ part per million dari berat keringnya).

Setelah C, H, dan O, nitrogen merupakan unsur hara makro terpenting. Nitrogen merupakan komponen dari asam-asam amino (juga protein), klorofil, koenzim dan asam-asam nukleat. Nitrogen sering merupakan unsur pembatas pertumbuhan. Walaupun gas N2 menyusun 78 % atmosfir bumi, tumbuhan

tidak dapat menggunakannya secara langsung. Gas N2

tersebut harus difiksasi oleh bakteri menjadi amonia (NH3). Beberapa tumbuh-tumbuhan (seperti kacang tanah, kedelai, kapri, dan tumbuhan legume lainnya) bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium spp (Gambar 1a). Rhizobium ini dapat memfiksasi gas N2 (yang terjerap dalam pori-pori tanah) dan

(28)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 17

Azotobacter, yang hidup bebas dalam tanah, juga dapat melakukan fiksasi nitrogen. Molekul NH3 dengan segera

mengikat ion H+ membentuk ion NH4+. Jika bintil akar

menghasilkan ion NH4+ melebihi yang diperlukan tanaman

maka ion NH4+ akan dibebaskan ke dalam tanah dan dapat

dimanfaatkan oleh tumbuhan non legume. Ion amonium oleh bakteri nitrifikasi (spesies dari genus Nitrobacter dan Nitrozomonas) dapat diubah menjadi ion NO3- (Gambar 1b).

Tumbuhan dapat mengambil nitrogen dalam bentuk ion NH4+

maupun NO3-.

Ketersediaan unsur hara bagi tanaman selama pertumbuhan sangat diperlukan, karena ketersediaan unsur hara merupakan syarat utama dalam meningkatkan produksi tanaman. Penambahan unsur hara ini akan memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur nitrogen mengakibatkan daun berwrna hijau pucat dan terjadi pengeringan dari bawah ke atas, kekurangan unsur fosfos menyebabkan warna hijau tua pada tepi daun, cabang serta batangnya mengering, sedangkan kekurangan unsur kalium menyebabkan daun mengeriting tidak merata dan timbul bercak merah coklat (Muljani dan Kartasaputra, 1987). Pupuk NPK adalah salah satu jenis pupuk majemuk yang mudah ditemukan dan sedah sangat umum dipakai petani. Dikatakan majemuk karena dalam satu paket/bentuk pupuk terdapat langsung tiga unsur hara yang diberikan (N, P, K), pupuk ini mempunyai sifat higrokospis tinggi mudah diserap oleh tanaman, dan praktis penggunaannya.

(29)

18 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

pemakaian pupuk kimia, selain memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi, juga memberikan dampak negatif berupa penurunan kualitas tanah serta pemborosan energi. Dalam era lingkungan dan globalisasi, orientasi pe-ngembangan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi secara berkelanjutan (mempertahankan kualitas lahan dan lingkungan) denga cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian sehingga pemakaian pupuk kimia dapat dikurangi.

Gejala defisiensi fosfor sering ditunjukkan oleh tanaman. Meskipun dijumpai dalam jumlah banyak di dalam tanah, tetapi tidak terdapat dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman yaitu ion H2PO4– atau HPO42-. Fosfat merupakan penyusun

asam nukleat dan molekul ATP untuk transfer energi. Tanaman yang kekurangan fosfat laju pertumbuhannya terhambat dan bagian yang baru tumbuh seringkali rapuh. Pada beberapa tanaman kekurangan fosfat dapat menunjukkan gejala berwarna keunguan pada daun bagian bawah.

(30)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 19

3.1. Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan di lahan milik petani desa Klinter, Kec. Kertosono, Kab. Nganjuk Jawa Timur seluas 12 m x 15 m mulai bulan Mei - Agustus 2008 (3 bulan), dan dilanjutkan dengan analisa fisik kimia tanah, kimia tanaman dan kadar gula di Laboratorium Ilmu Tanah UPN ”Veteran” Jawa Timur dan analisa kadar serat di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Brawijaya Malang.

3.1.1. Data Primer

(31)

20 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” Tabel 3.1. Kombinasi perlakuan Pupuk Kandang, KCl dan

Dolomit

BO1K1CM1 BO2K1CM1 BO3K1CM1 BO4K1CM1 BO1K1CM2 BO2K1CM2 BO3K1CM2 BO4K1CM2 BO1K1CM3 BO2K1CM3 BO3K1CM3 BO4K1CM3 BO1K2CM1 BO2K2CM1 BO3K2CM1 BO4K2CM1 BO1K2CM2 BO2K2CM2 BO3K2CM2 BO4K2CM2 BO1K2CM3 BO2K2CM3 BO3K2CM3 BO4K2CM3 BO1K3CM1 BO2K3CM1 BO3K3CM1 BO4K3CM1 BO1K3CM2 BO2K3CM2 BO3K3CM2 BO4K3CM2 BO1K3CM3 BO2K3CM3 BO3K3CM3 BO4K3CM3

Bedengan dibuat dengan ukuran 1.0 m x 1,5 m dan ketinggian tanah minimal 50 cm sebanyak 108 bedengan.

3.1.2. Pelaksanaan

(32)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 21

Disamping memiliki manfaat ternyata bahan organik khususnya pupuk kandang memiliki dampak negatif yaitu sebagai sumber hama dan penyakit dalam tanah. Agar manfaat yang sangat besar tersebut dapat diwujudkan maka kita harus mengendalikan pukuk kandang tersebut dengan sterilisasi.

Penimbangan pupuk kalium yang dibutuhkan sesuai dengan perlakuan dan dibagi 2 yaitu 1/3 bagian diberikan pada saat tanaman umur 3 minggu dan 2/3 bagian diberikan pada saat tanaman mulai berbunga (Lampiran 2). Pupuk kalium yang diberikan pada awal tanam dimaksudkan agar pada saat tanaman membutuhkan kalium untuk aktivator hasil fotosintesis sudah tersedia. Sedangkan pemberian pada tanaman umur 3 minggu dengan tujuan agar pada saat tanaman melon mulai mengisi buah kalium dapat berperan pada translokasi hasil fotosintesa berupa karbohidrat ke bagian buah.

Bibit tanaman melon, yang berumur 2 minggu siap

ditransplanting ke bedengan tanam. Air diberikan secara ”leb”

bendung (jawa) di saluran-saluran sekitar bedengan hingga mencapai ¾ tinggi bedengan dan dibiarkan selama ± 15 menit. Setelah 15 menit air di saluran di drainase pelan-pelan hingga tidak ada air disaluran drainase.

3.2. Teknik Budidaya Melon

3.2.1. Persemaian

(33)

22 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.

3.2.2. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.

Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari polibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tanaman pada siang hari karena akan menyebabkan air dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering dan layu.

Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam.

(34)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 23

tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5 gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media semai telah mencukupi.

Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilaku-kan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh adilaku-kan menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmo-lisis). Penyemprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan adalah Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.

3.2.3 Pembentukan Bedengan

Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30– 50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm.

Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bong-kahan tanah menjandi struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan kasar/ setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga menghilang tuntas.

(35)

pembuang-24 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

an air, terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan tinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras. Dan pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan pera-watan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.

3.2.4. Penananam

Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas atau memanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat ati dia baros berhadap-hadapan membentuk segi tiga.

Bibit yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.

3.2.5. Pemeliharaan

(36)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 25

dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang perlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus disiram air.

Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.

Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan sejak awal.

a) Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha.

b) Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha.

c) TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan II=550 kg/ha.

(37)

26 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

3.3. Analisa Laboratorium

Pengambilan contoh tanah dilakukan pada sebelum pengolahan tanah dan 3 minggu setelah tanam (MST). Parameter duga yang diamati meliputi fisik (tekstur), kimia tanah (pH, C-organik, K dd, Ca-dd, Mg-dd, KTK, Ktan, Mgtan, serapan K, serapan Mg). Pengambilan contoh tanaman dilakukan pada bagian daun dewasa batang utama sebelum terbentuk buah. Sedangkan parameter tanaman yang diamati adalah berat buah, kadar gula, kadar serat.

4.3. Analisa Data.

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran laboratorium dianalisis varian sesuai rancangan acak kelompok faktorial untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan LSD (List Square Difference). Model duga yang digunakan untuk analisis varian adalah:

Yijkl= μ + αi+ βj+ (αβ)ij+ (αβ)jk + �k+ α�ik+ β�jk+ αβ�ijk+ εl(ijk)

Keterangan

Yijkl = hasil pengamatan ke i yang memperoleh bahan organik ke i, dan taraf Kalium ke j dan dolomit ke k.

μ = rata-rata hasil pengamatan sebenarnya

αi = pengaruh additif dari taraf Bahan Organik ke i

βj = pengaruh additif dari taraf Kalium ke j

�k = pengaruh additif dari taraf Dolomit ke k

(αβ)ij = pengaruh interaksi bahan organik ke i dan taraf

pupuk kalium ke j

(α�)ik = Pengaruh interaksi bahan organik ke i dan taraf

dolomit ke k

(β�)jk = pengaruh interaksi Pupuk Kalium ke j dan taraf

(38)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 27

(αβ�)jk= pengaruh interaksi B. Organik ke i, taraf Kalium ke j

dan taraf Dolomit ke k

εl(ijk) = pengaruh galat percobaan yang memperoleh bahan

organik ke i, taraf pupuk kalium ke j dan dolomit ke k pada pengamatan ke l.

Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan pada parameter duga dilakukan uji korelasi dan regresi. Parameter duga yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μ + β (Xij– X) + εij dengan

β = (XY) / X2 dan

(39)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 29

Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki kandungan bahan organik sangat rendah, kadar kalium yang rendah sedangkan ketersediaan kalsium dan magnesium sedang. Karena ketersediaannya sebagai pembatas tidak permanen maka ketiga parameter tersebut pada penelitian tahap kedua (II) dijadikan perlakuan untuk meningkatkan kadar gula buah melon di Kabupaten Nganjuk.

Berdasarkan hasil pengamatan percobaan lapangan dan data analisa laboratorium dari penelitian tahap I dan pengukuran paramaeter pada masing-masing perlakuan pada penelitian tahap II, selanjutnya dilakukan pembahasan pengaruh perlakunan pada peningkatan produksi, kadar gula dan kualitas buah. Demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, kadar gula dan kualitas buah.

4.1. Karakterstik Tanah

(40)

30 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

4.1.1. Karakteristik Fisik Tanah

Sedangkan pengukuran parameter kimia tanaman dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga dengan menggambil daun-daun dewasa batang utama pada masa pertumbuhan awal sebelum terbentuk buah untuk dianalisa kadar kalium tanaman, magnesium tanaman dan menghitung tingkat serapan kedua hara tersebut dari dalam tanah ke tubuh tanaman (Jacobs, 2008).

Pengukuran parameter fisik dilakukan pada saat se-belum tanam (sese-belum pengolahan tanah) yang diikuti dengan pengukuran parameter kimia sebagai analisa dasar (Lampiran 1). Analisa dasar dilakukan untuk melihat potensi lahan sebelum ada perlakuan bahan organik, pupuk kalium dan dolomit. Disamping dari hasil pengukuran setempat (in situ) data potensi lahan juga didasarkan dari hasil pengukuran pada penelitian tahap pertama (I) yaitu tekstur tanah. Hasil analisa tekstur tanah daerah penelitian disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Analisa Tekstur Tanah Lapisan Atas (0 - 30 cm) Daerah penelitian

Ulangan Pasir Debu Liat Tekstur %

I 20.0 63.0 17.0 Lempung Berdebu II 20.0 56.0 24.0 Lempung Berdebu III 27.0 54.0 19.0 Lempung Berdebu IV 16.0 58.0 26.0 Lempung Berdebu V 26.0 57.0 17.0 Lempung Berdebu

[image:40.468.94.378.409.522.2]
(41)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 31

udara dan air sekitar 40 sampai 50%. Ruang ini sangat bermanfaat untuk pertukaran gas dalam tanah dan pergerakan air. Selain itu akan memudahkan akar-akar tanaman menembus tanah (Utomo, 1985).

Tekstur tanah ditinjau dari bidang pertanian sangat penting peranannya. Tekstur tanah mempunyai pengaruh besar terhadap sifat tanah yang lain seperti ketersediaan unsur hara, ruang pori tanah dan ketahanan penetrasi. Menurut Indranada (1983), tanah bertekstur lempung mempunyai luas permukaan zarah yang sedang, sehingga kemampuan tanah menahan air dan menyediakan unsur hara cukup. Namun demikian tanah bertekstur sedang ini juga mempunyai sistem pergerakan air dan udara cukup baik. Hal ini disebabkan karena perbandingan antara pori mikro dengan pori makro yang seimbang (Soepardi, 1983).

Dari tabel 4.1 di atas kelas tekstur lempung berdebu mempunyai kandungan partikel liat sebesar 20.6%. Meskipun hanya 20.6% partikel liat inilah yang memegang peranan penting dalam komplek jerapan dan penyanggaan hara dan air yang sangat dibutuhkan tanaman pada saat pertumbuhannya.

4.1.2. Parameter Kimia Tanah

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa parameter kimia yang analisa adalah yang ada hubungannya dengan peningkatan produksi dan kadar gula buah melon serta menjadi pembatas pada analisis kesesuaian lahan untuk tanaman melon dalam penelitian tahap I. Parameter kimia tanah tersebut adalah:

4.1.2.1. pH Tanah.

pH tanah aktual atau sering disebut pH(H2O)

(42)

32 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

[image:42.468.93.387.221.506.2]

Tinggi rendahnya konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah akan mempengaruhi keseimbangan reaksi kimia tanah (Tan, 1982) dan ketersediaan unsur hara dan kapasitas tukar kation atau kapasitas tukar anion (Indranada, 1983 dan Supardi, 1983). Hasil pengukuran pH tanah pada 3 MST (minggu setelah tanam) di tiap-tiap plot disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Nilai pH Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan pada 3 HST.

No Perlakuan pH (H2O) No Perlakuan pH (H2O) 1 B1K1CM1 6.0 19 B3K1CM1 6.8 2 B1K1CM2 6.4 20 B3K1CM2 6.4 3 B1K1CM3 6.1 21 B3K1CM3 7.0 4 B1K2CM1 6.4 22 B3K2CM1 6.6 5 B1K2CM2 6.2 23 B3K2CM2 7.0 6 B1K2CM3 6.2 24 B3K2CM3 6.2 7 B1K3CM1 6.2 25 B3K3CM1 7.0 8 B1K3CM2 6.7 26 B3K3CM2 6.7 9 B1K3CM3 6.0 27 B3K3CM3 7.0 10 B2K1CM1 6.1 28 B4K1CM1 6.9 11 B2K1CM2 6.9 29 B4K1CM2 7.2 12 B2K1CM3 7.1 30 B4K1CM3 6.9 13 B2K2CM1 6.5 31 B4K2CM1 6.8 14 B2K2CM2 6.7 32 B4K2CM2 7.1 15 B2K2CM3 6.6 33 B4K2CM3 6.6 16 B2K3CM1 6.6 34 B4K3CM1 7.2 17 B2K3CM2 7.4 35 B4K3CM2 7.0 18 B2K3CM3 6.4 36 B4K3CM3 7.2

Minimum 6.0 Maksimum 7.4

Rerata 6.6

(43)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 33

kapasitas menyangga tanah cukup baik. Tanah tidak hanya menyangga perubahan pH tetapi juga menyangga unsur-unsur hara dalam tanah pada saat berlebihan di ikat dan pada kondisi kekurangan dilepaskan ke larutan tanah (Tan, 1982).

Analisis varian pemberian bahan organik, dosis kalium dan dosis dolomit sebagai perlakuan belum menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada perubahan nilai pH tanah pada taraf p = 0.05 (Lampiran 3 Tabel 1). Tetapi faktor bahan organik secara signifikan pada perubahan nilai pH tanah. Hasil uji LSD (Least Square Different) pada taraf 5% pada faktor dosis bahan organik disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Pengaruh Dosis Bahan Organik pada Nilai pH (H2O) pada 3 MST

Faktor Dosis(ton/ha) pH (H2O)

B1 0 6.22 a B2 10 6.68 b B3 20 6.72 c B4 30 6.96 d

LSD 5% = 0.40

Gambar 4.1. Histogram pH (H2O) Masing-Masing Plot

[image:43.468.88.381.270.594.2]
(44)

34 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa penambahan dosis bahan organik sampai 30 toh/ha nilai pH tanah meningkat. Sedangkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa perlakuan kom-binasi dosis pupuk kandang dan dosis dolomit memperlihatkan kecenderungan bertambahknya dosis pupuk kandang nilai pH naik, keculai pada perlakuan B2CM1 menunjukkan penam-bahan pH tanah tertinggi kedua setelah perlakuan B4CM2. Tingginya nilai pH pada perlakuan B2CM1 (10 ton/ha) ini dimungkinkan akibat pengambilan contoh tanah untuk analisa kimia pada plot tersebut tepat pada daerah yang proses pencampuran pupuk kandang tidak merata kesemua bagian plot.

Bertambahnya nilai pH yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 dan gambar 3 ini disebabkan karena pupuk kandang yang diberikan pada saat pengolahan tanah setelah 3 MST telah mengalami dekomposisi akan menghasilkan bahan stabil berupa humus dan asam-asam organik (Povoledo and Golter-man, 1975). Humus dan asam-asam organik mempunyai banyak gugus fungsional yang tidak stabil dalam bentuk ion karbonil, ion fenolik, atau ion karboksil. Adanya ion-ion dari asam organik tersebut akan membentuk kesetimbangan dengan ion H+ dalam larutan tanah, akibatnya konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah berkurang dan pH tanah menjadi naik.

(45)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 35

cenderung lebih tinggi dari kondisi optimum untuk tanaman melon walaupun tidak terlalu ekstrim.

4.1.2.2. Bahan Organik Tanah.

Salah satu tolok ukur tingkat kesuburan kimia tanah adalah tinggi rendahnya kadar bahan organik tanah. Tanah dikatakan subur jika memiliki kandungan bahan organik

minimal ≥ 2.00%. Sebagai bahan penyusun tanah dengan proposrional kecil, namun peran dan fungsinya sangat penting. Kadar bahan organik yang rendah akan menyebab-kan daya sangga tanah pada unsur hara dan air tersedia menurun (Supardi, 1983 dan Utomo, 1985).

C-organik tanah mencerminkan jumlah bahan organik dan mikroba yang ada dalam tanah hasil dari pemberian pu masing-masing plot sebelum tanam. Meskipun persentase dari bahan organik dalam tanah kecil bila dibandingkan dengan bahan penyusun tanah yang lain, namun keberadaanya sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Bahan organik dalam tanah berfungsi sebagai penyangga segala aktifitas dalam tanah (Sulistijorini, 2006 dan Supardi, 1983).

(46)
[image:46.468.75.403.100.408.2]

36 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

Tabel 4.3. Kadar Bahan Organik Tanah Tiap-Tiap Plot Perlakuan pada Tanaman Umur 3 MST.

No Perlakuan C-Org

(%) Kriteria No Perlakuan C-Org

(%) Kriteria 1 B1K1CM1 1.24 R 19 B3K1CM1 1.11 R 2 B1K1CM2 1.25 R 20 B3K1CM2 1.13 R 3 B1K1CM3 1.26 R 21 B3K1CM3 1.10 R 4 B1K2CM1 1.11 R 22 B3K2CM1 0.88 SR 5 B1K2CM2 0.68 SR 23 B3K2CM2 1.10 R 6 B1K2CM3 1.10 R 24 B3K2CM3 1.12 R 7 B1K3CM1 1.05 R 25 B3K3CM1 1.14 R 8 B1K3CM2 1.13 R 26 B3K3CM2 1.10 R 9 B1K3CM3 1.23 R 27 B3K3CM3 0.99 SR 10 B2K1CM1 1.32 R 28 B4K1CM1 1.10 R 11 B2K1CM2 1.24 R 29 B4K1CM2 1.20 R 12 B2K1CM3 0.98 SR 30 B4K1CM3 1.51 R 13 B2K2CM1 0.99 SR 31 B4K2CM1 1.23 R 14 B2K2CM2 0.93 SR 32 B4K2CM2 1.13 R 15 B2K2CM3 1.14 R 33 B4K2CM3 1.26 R 16 B2K3CM1 1.10 R 34 B4K3CM1 1.13 R 17 B2K3CM2 1.11 R 35 B4K3CM2 1.51 R 18 B2K3CM3 1.30 R 36 B4K3CM3 0.04 SR Minimum 0.04 Maksimum 1.51

Rata-rata 1.11 R

Kandungan C-organik tanah termasuk kelas sangat rendah pada perlakuan B1K2CM2, B2K1CM3, B2K2CM1, B2K2CM2, B3K2CM1, B3K3CM3, B4K3CM3, (0.04% - 0.99%), dan perlakuan yang lain termasuk rendah (1.05% - 1.51%).

(47)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 37

Peningkatan kadar C-organik ini disebabkan oleh adanya perlakuan pupuk kandang sampai 30 ton/ha.

[image:47.468.106.374.326.506.2]

Analisis varian pada perlakuan serta faktor-faktor penyusun perlakuan belum memberikan pengaruh yang signifikan pada kadar C-organik tanah (Lampiran 3 Tabel 2). Hal ini bisa dilihat dari tabel 4.3 dan gambar 4.2 yang menunjukkan bahwa kadar C-organik tanah dalam kategori sangat rendah dan rendah. Rendahnya kandungan C-organik tanah ini disebabkan oleh karena tidak ada sumbangan bahan organik kedalam tanah pada sistim usaha tani sebelumnya dan hasil panen pada lahan tersebut semua diangkut keluar lahan (Sulistijorini, 2006). Hal ini dikuatkan oleh sebagian besar petani melon enggan menggunakan bahan organik dengan alasan bahan organik merupakan sumber hama dan penyakit yang sulit dikendalikan.

Gambar 4.2. Histogram C-Organik Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan

4.1.2.3. Kalium Dapat Ditukar

Kalium merupakan unsur hara makro sekunder yang dubutuhkan oleh tanaman untuk proses tranlokasi gula hasil fotosisntesis ke seluruh tubuh tanaman atau ke tempat-tempat

(48)

38 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

penyimpanan (Hari Suseso, 1974). Pada tanaman melon kekurangan unsur hara ini menyebabkan buah tidak terasa manis.

Hasil analisa Kalium tanah laboratorium tanah pada plot perlakuan saat tanaman umur 3 minggu (3 MST) disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan K tersedia seluruh plot perlakuan beragam dari sedang sampai sangat tinggi. Takaran sedang, didapat pada perlakuan B1K1CM2, B3K3CM1, dan B4K1CM3 (0.25 dan 0.50 me/100g), sangat tinggi pada perlakuan B1K2CM1, B2K1CM1, B2K1CM3, B2K2CM2, B2K2CM3, B3K1CM1, B3K1CM2, B3K1CM3, B3K3CM3, dan B4K3CM2 (0.90 - 1.85 me/100 g). Sedangkan pada perlakuan B1K1CM1, B1K1CM2, B1K2CM2, B1K2CM3, B1K3CM1, B1K3CM2, B1K3CM3, B2K1CM2, B2K2CM1, B2K3CM1, B2K3CM2, B2K3CM3, B3K2CM1, B3K2CM2, B3K2CM3, B3K3CM2, B4K1CM1, B4K1CM2, B4K2CM1, B4K2CM2, B4K2CM3, B4K3CM1, dan B4K3CM3 termasuk tinggi (0.55 - 0.90 me/100 g).

Tabel 4.4 juga memperlihatkan bahwa rata-rata kalium dapat ditukar seluruh plot penelitian sebesar (0.82 me/100g) dengan variasi sebaran kalium dapat ditukar sebesar 0.12 me/100 g.

Tabel 4.4. Kadar Kalium Dapat Ditukar Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.

No Perlakuan Kdd

(me/100g) Kriteria No Perlakuan Kdd

[image:48.468.87.393.355.594.2]
(49)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 39

11 B2K1CM2 0.65 T 29 B4K1CM2 0.70 T 12 B2K1CM3 1.85 ST 30 B4K1CM3 0.25 S 13 B2K2CM1 0.90 T 31 B4K2CM1 0.85 T 14 B2K2CM2 1.05 ST 32 B4K2CM2 0.60 T 15 B2K2CM3 0.90 ST 33 B4K2CM3 0.55 T 16 B2K3CM1 0.65 T 34 B4K3CM1 0.55 T 17 B2K3CM2 0.90 T 35 B4K3CM2 1.05 ST 18 B2K3CM3 0.75 T 36 B4K3CM3 0.85 T Kdd = Kalium dapat ditukar

Maksimum 1.85 Minimum 0.25 Rata-rata 0.82 T

Analisis varian pada perlakuan dan faktor-faktor pe-nyusun perlakuan memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang, kalium dan dolomit belum berpengaruh secara signifikan pada peningkatan kadar kalium dapat ditukar dalam tanah pada 3 MST. Tetapi bila dibandingkan dengan hasil pengukuran Kdd awal menunjukkan adanya peningkatan sebesar 71.95%.

Pupuk kandang yang ditambahkan pada saat pengolah-an tpengolah-anah sampai 30 ton/ha ternyata memberikpengolah-an pengaruh yang signifikan pada peningkatan kadar kalium tanah (Lampiran 3 Tabel 3). Uji LSD 5% pada faktor dosis pupuk kandang terhadap nilai Kdd disajikan dalam Tabel 4.5.

Sedangkan status Kdd masing-masing perlakuan disajikan

dalam gambar 4.3.

[image:49.468.83.395.97.237.2]
(50)
[image:50.468.93.387.98.416.2]

40 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

Tabel 4.5. Uji Least Square Different Taraf 5% Kdd (me/100g)

Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang pada Tanaman Melon Umur 3 MST.

Faktor Dosis

(ton/ha) Kdd (me/100g) B1 0 0.67 a B4 10 0.68 a B3 20 0.87 a B2 30 1.06 b LSD 5% 0.27

Gambar 4.3. Histogram Kdd Tanah Masing-Masing Plot

Perlakuan

Ditinjau dari kebutuhan tanaman melon, kandungan unsur K diseluruh plot perlakuan pada 3 MST merupakan takaran tinggi. Dengan takaran ini menunjukkan bahwa pada saat pertumbuhan dan pengisian buah ketersediaan K tidak menjadi kendala, sehingga proses tranlokasi gula dari daun ke seluruh tubuh tanaman dan ke bagian penyimpanan tidak terhambat (Hari Suseno, 1974).

4.1.2.4. Magmesium Dapat Ditukar

Magnesium merupakan unsur hara makro tersier yang dubutuhkan oleh tanaman untuk menyusun inti klorofil yang

0.00 0.50 1.00 1.50

B1K1 B1K2 B1K3 B2K1 B2K2 B2K3 B3K1 B3K2 B3K3 B4K1 B4K2 B4K3

Kdd

(

m

e/

10

0g

)

(51)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 41

sangat berperan penting dalam fotosisntesis (Hari Suseso, 1974).

Berdasarkan hasil analisa laboratorium, kandungan Mg tersedia di plot perlakuan pada 3 MST menunjukkan takaran tinggi sampai sangat tinggi. Ketersediaan Mg sangat tinggi pada perlakuan B1K3CM3, B2K1CM2, dan B4K1CM3 (8.50 - 9.50 me Mg2+/100g) dan tinggi pada perlakuan lainnya (3.00 - 7.95 me Mg2+/100g). Sedangkan rata-rata takaran Mgdd untuk

seluruh perlakuan sebesar 6.35 me Mg2+/100g dengan variasi kadar Mgdd sebesar 1.98. Kadar Mgdd terendah pada

Perlakuan B2K2CM1 sebesar 3.00 me Mg2+/100g dan tertinggi pada perlakuan B4K1CM3 sebesar 9.50 me Mg2+/100g.

Tabel 4.6. Kadar Magnesium Dapat Ditukar Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.

No Perlakuan Mgdd

(me/100g) Kriteria No Perlakuan

Mgdd

(me/100g) Kriteria 1 B1K1CM1 6.20 T 19 B3K1CM1 6.40 T 2 B1K1CM2 7.55 T 20 B3K1CM2 4.50 T 3 B1K1CM3 5.90 T 21 B3K1CM3 6.80 T 4 B1K2CM1 3.05 T 22 B3K2CM1 5.90 T 5 B1K2CM2 6.30 T 23 B3K2CM2 6.50 T 6 B1K2CM3 4.40 T 24 B3K2CM3 6.80 T 7 B1K3CM1 5.95 T 25 B3K3CM1 5.35 T 8 B1K3CM2 6.20 T 26 B3K3CM2 6.50 T 9 B1K3CM3 9.10 ST 27 B3K3CM3 6.60 T 10 B2K1CM1 7.95 T 28 B4K1CM1 5.10 T 11 B2K1CM2 8.50 ST 29 B4K1CM2 7.25 T 12 B2K1CM3 5.80 T 30 B4K1CM3 9.50 ST 13 B2K2CM1 3.00 T 31 B4K2CM1 7.00 T 14 B2K2CM2 6.30 T 32 B4K2CM2 7.00 T 15 B2K2CM3 7.60 T 33 B4K2CM3 7.30 T 16 B2K3CM1 6.65 T 34 B4K3CM1 6.20 T 17 B2K3CM2 6.55 T 35 B4K3CM2 7.20 T 18 B2K3CM3 4.80 T 36 B4K3CM3 4.80 T Mgdd = Kalium dapat ditukar

(52)

42 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa kadar Mgdd pada 3

MST terlihat lebih tinggi bila dibandingkan pada awal penelitian (0.63 me Mg2+/100g), ini menunjukkan bahwa magnesium yang ditambahkan (dari dolomit) menambah ketersediaan Mg2+ dalam tanah sebesar 5.73 me Mg2+/100g (setara 90.08%). Meningkatnya ketersediaan Mg2+ dalam tanah akan memberikan harapan serapan kedua ion tersebut oleh tanaman atau terjerap oleh komplek jerapan pada 3 MST akan meningkat (Tan, 1982).

Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis kalium dan dosis dolomit menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada taraf p = 0.05 (Lampiran 3 Tabel 5). Demikian juga ketiga faktor penyusun perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan. Uji LSD 5% pada faktor pupuk kandang (B), dosis kalium (K) dan dosis dolomit (C) disajikan dalam Tabel 4.7. Sedangkan status Mgdd untuk masing-masing perlakuan disajikan dalam gambar 4.

Tabel 4.7. Uji Least Square Different Taraf 5% Mgdd (me

Mg2+/100g) Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada 3 MST.

Faktor Dosis (ton/ha) Mgdd (me/100g)

B1 0 6.07 a

B3 20 6.15 a

B2 10 6.35 ab

B4 30 6.82 c

LSD 5% 0.26 K2 200 47.43 a K3 225 50.60 b K1 175 54.30 c LSD 5% 0.20 C1 100 5.73 a C3 150 6.62 b C2 125 6.70 bc

[image:52.468.84.391.383.604.2]
(53)
[image:53.468.96.385.104.286.2]

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 43

Gambar 4.4. Histogram Mgdd (me Mg2+/100g) Tanah

Masing-Masing Plot Perlakuan

Ditinjau dari kebutuhan tanaman melon, maka kadar Mg2+ diseluruh plot perlakuan merupakan takaran tinggi dan sangat tinggi. Kedua ion makro tersier ini dalam tanah berperilaku saling antagonis dengan ion Ca2+. Apabila keberadaan salah satu dari ion tersebut berlebihan akan menekan ion yang lain (Tan, 1982). Dari analisis menunjukkan bahwa jumlah ion Mg2+ yang tinggi sampai sangat tinggi di larutan tanah akan menekan (inhibitor) jumlah Ca2+ atau kation lain yang ada di larutan tanah sehingga ketersediaanya menjadi rendah (Tan, 1982). Tinggi Rendahnya ketersediaan Ca atau Mg tanah akan berpengaruh pada serapan Ca atau Mg yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai bahan penyusun diding sel dan atau inti klorofil tanaman.

Tabel 4.7 dan gambar 4.4 menunjukkan bahwa faktor bahan organik dengan dosis pupuk kandang 30 ton/ha memberikan kontribusi terbasar pada Mgdd. Hal ini

disebab-kan humus, asam-asam organik yang dihasildisebab-kan lebih banyak dibandingkan tiga perlakuan dosis yang lain. Selain itu dekomposisi pupuk kandang akan melepaskan ion Mg2+ ke

(54)

44 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

larutan tanah, sehingga menambah jumlah Mgdd larutan tanah

(Povoledo and Golterman, 1975).

Selain faktor bahan organik terlihat juga faktor penam-bahan pupuk K (KCl) bahkan terjadi sebaliknya. Penampenam-bahan pupuk kalium sampai 225 kg/ha menyebabkan penurunan ketersediaan Mgdd tanah. Hal ini disebakan karena

bertam-bahnya senyawa KCl dalam tanah akan menyebabkan meningkatnya kation K yang pada akhirnya akan menjadi kompetitor bagi kation Mg (Setijono, 1986).

Demikian juga dengan bertambahnya dosis dolomit dalam tanah, akan menambah jumlah kation Mg dan kation Ca. Kedua kation tersebut mempunyai valensi yang sama, sehingga dimungkinkan satu sama lain akan menekan keberadaanya.

4.1.2.5. Kapasitas Tukar Kation

KTK menunjukkan jumlah kation yang dapat dipertukarkan dalam tanah, baik tanah mineral maupun tanah organik. KTK keberadaannya dapat dipengaruhi oleh pH tanah dan tekstur tanah. Pada koloid organik, dengan semakin meningkatnya pH tanah, KTK menunjukkan kenaikan pula dan semakin halus tekstur tanah, makin tinggi KTK.

(55)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 45

Sedangkan rata-rata takaran KTK untuk seluruh perla-kuan sebesar 32.92 me /100g dengan variasi nilai KTK sebesar 75.48. Nilai KTK terendah pada Perlakuan B1K1CM1 sebesar 12.70 me/100g dan tertinggi pada perlakuan B4K2CM3 sebesar 45.80 me/100g. Nilai KTK pada 3 MST ini menunjukkan ada peningkatan bila dibandingkan dengan nilai KTK tanah pada awal percobaan yaitu sebesar 30.71 me/100g. Peningkatan ini diduga akibat adanya penambahan pupuk kandang, dan dolomit ke dalam tanah (Setijono, 1986).

Tabel 4.8. Nilai Kapasitas Tukar Kation Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.

No Perlakuan KTK

(me/100g) Kriteria No Perlakuan

KTK

(me/100g) Kriteria 1 B1K1CM1 12.70 R 19 B3K1CM1 31.80 T 2 B1K1CM2 23.00 S 20 B3K1CM2 13.50 R 3 B1K1CM3 32.85 T 21 B3K1CM3 34.10 T 4 B1K2CM1 31.55 T 22 B3K2CM1 38.30 T 5 B1K2CM2 41.50 ST 23 B3K2CM2 33.15 T 6 B1K2CM3 36.20 T 24 B3K2CM3 34.30 T 7 B1K3CM1 38.00 T 25 B3K3CM1 42.40 ST 8 B1K3CM2 36.45 T 26 B3K3CM2 33.55 T 9 B1K3CM3 32.25 T 27 B3K3CM3 38.00 T 10 B2K1CM1 44.75 ST 28 B4K1CM1 32.80 T 11 B2K1CM2 45.45 ST 29 B4K1CM2 35.55 T 12 B2K1CM3 24.70 T 30 B4K1CM3 40.40 ST 13 B2K2CM1 32.85 T 31 B4K2CM1 34.30 T 14 B2K2CM2 15.55 R 32 B4K2CM2 34.20 T 15 B2K2CM3 40.40 ST 33 B4K2CM3 45.80 ST 16 B2K3CM1 34.10 T 34 B4K3CM1 32.50 T 17 B2K3CM2 19.20 T 35 B4K3CM2 34.05 T 18 B2K3CM3 15.70 T 36 B4K3CM3 39.30 T KTK= Kapasitas Tukar Kation

Maksimum 45.80 Minimum 12.70 Rata-rata 32.92 T

(56)

46 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

pada parameter KTK tanah menunjukkan bahwa penambahan bahan organik, kalium dan dolomit berpengaruh secara signifikan (p =0.05) pada peningkatan nilai kapasitas tukar kation tanah.

Gambar 4.5. Perlakuan Bahan Organik, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada KTK Tanah (me/100 g)

Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis kalium dan dosis dolomit menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada taraf p = 0.05 (Lampiran 3 Tabel 6). Demikian juga ketiga faktor penyusun perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan. Uji LSD 5% pada faktor pupuk kandang (B), dosis kalium (K) dan dosis dolomit (CM) pada peningkatan nilai KTK tanah disajikan dalam Tabel 4.8. Sedangkan nilai KTK untuk masing-masing perlakuan disajikan dalam gambar 4.5.

Tabel 4.9 dan gambar 4.5 menunjukkan bahwa faktor bahan organik dengan dosis pupuk kandang 30 ton/ha memberikan kontribusi terbasar pada nilai KTK tanag. Hal ini disebabkan humus, asam-asam organik yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan tiga perlakuan dosis yang lain. Bertam-bahnya bahan-bahan tersebut akan menambah muatan

[image:56.468.90.389.163.348.2]
(57)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 47

negatif liat dari proses ionisasi gugus fungsionalnya, akibatnya kemampuan tanah menukarkan kation makin besar (Povoledo and Golterman, 1975 dan Tan, 1982).

Tabel 4.9. Uji Least Square Different Taraf 5% KTK (me/100g) Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada 3 MST.

Faktor Bahan Organik (%) KTK (me/100 g) B2 0 30.20 a B1 10 31.53 a B3 20 33.14 b B4 30 36.45 c LSD 5% 2.40 K1 175 30.88 a K3 225 32.86 b K2 200 34.75 c LSD 5% 1.77 C2 125 22.65 a C3 150 23.64 a C1 100 33.81 b LSD 5% 1.77

Selain faktor bahan organik terlihat juga faktor penambahan pupuk K (KCl) sampai 200 kg/ha dan dolomit sampai 150 kg/ha akan menambah KTK tanah. Hal ini disebakan karena bertambahknya senyawa KCl dan dolomit dalam tanah akan menambah tingkat kejenuhan kation K, Ca dan Mg dalam larutan tanah dan akan menggeser kation-kation valensi satu dan dua yang ada di komplek jerapan (Setijono, 1986).

4.2. Karakteristik Kimia Tanaman

[image:57.468.84.392.153.379.2]
(58)

48 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”

sebaliknya. Proses pertukaran ini bisa secara aliiran massa (Mass Flow), difusi atau intersepsi akar (Madjid, 2007).

Unsur hara diserap tanaman untuk memenuhi kebutuh-an metabolisme dalam menyusun kerkebutuh-angka tubuh tkebutuh-anamkebutuh-an terutama peningkatan kadar gula buah dan kualitas buah melon. Untuk keperluan pengukuran status hara dalam ta-naman dilakukan analisis tata-naman melon dengan mengambil daun-daun melon pada pertumbuhan awal sebelum terbentuk buah (Jacob, 2008)

4.2.1. Kalium dan Magnesium Tanaman

(59)

“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 49

Tabel 4.10. Kadar Kalium Tanaman Daun Indek Masing-Masing Plot Perlakuan.

No Perlakuan KTan

(%) Kriteria MgTan

(%) Kriteria No Perlakuan KTan

(%) Kriteria MgTan

(%) Kriteria

1 B1K1CM1 0.19 K 0.44 R 19 B3K1CM1 0.63 R 1.61 S 2 B1K1CM2 0.26 K 0.27 R 20 B3K1CM2 0.09 K 0.62 R 3 B1K1CM3 0.81 R 0.53 R 21 B3K1CM3 0.34 K 1.13 S 4 B1K2CM1 0.15 K 0.29 R 22 B3K2CM1 0.44 R 1.26 S 5 B1K2CM2 0.18 K 0.32 R 23 B3K2CM2 0.21 K 1.15 S 6 B1K2CM3 0.27 K 0.25 K 24 B3K2CM3 0.30 K 2.01 T 7 B1K3CM1 0.21 K 0.27 R 25 B3K3CM1 0.33 K 0.27 R 8 B1K3CM2 0.13 K 0.33 R 26 B3K3CM2 0.13 K 0.27 R 9 B1K3CM3 0.10 K 0.29 R 27 B3K3CM3 0.81 R 0.27 R 10 B2K1CM1 0.13 K 0.37 R 28 B4K1CM1 0.34 K 1.13 S 11 B2K1CM2 0.06 K 0.46 R 29 B4K1CM2 0.10 K 0.27 R 12 B2K1CM3 0.05 K 0.38 R 30 B4K1CM3 0.24 K 0.91 R 13 B2K2CM1 0.26 K 0.21 K 31

Gambar

Tabel 1.1. Rerata Kadar Gula, Kadar Vitamin C dan Susut
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Buah Melon per 100 g Bahan
Tabel 4.1.  Hasil Analisa Tekstur Tanah Lapisan Atas (0 - 30 cm) Daerah penelitian
Tabel 4.2.  Nilai pH Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan pada 3 HST.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak yang harus melakukan prestasi.. Peristiwa yang menyebabkan darurat di luar kesalahan pihak yang harus

Kesimpulannya, secara khusus dalam pelaksanaan PPL di SMK Negeri 3 Kasihan (SMSR) yang mempunyai program studi seni rupa merupakan pengalaman baru dan menantang yang

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai konsep dan definisi dari assesment (penilaian) dan E-Learning diatas, penulis berasumsi bahwa penerapan assesment jika

Menindaklanjuti surat kami Nomor : 167/P.01/02/2016 tanggal 22 Februari 2016, Perihal : Panggilan Tes TPA Beasiswa Pusbindiklatren Bappenas Tahun 2016 Gelombang II serta adanya

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengambil kesimpulan penggunaan model pembelajaran Cooperative metode STAD dengan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan pada observasi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 28 November 2016 diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan

Melalui metode diskusi kelas dan diskusi kelompok, siswa dapat membangun nilai toleransi dalam pembelajaran yang indikatorya antara lain (1) Pelayanan yang sama

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis; (1) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan macromedia flash ; (2) respons siswa terhadap