• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN RANGKAIAN RITUAL THAIPUSAM DI KUIL SREE SOEPRAMANIEM NAGARATTAR PADA ETNIK TAMIL DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERUBAHAN RANGKAIAN RITUAL THAIPUSAM DI KUIL SREE SOEPRAMANIEM NAGARATTAR PADA ETNIK TAMIL DI KOTA MEDAN."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN RANGKAIAN RITUAL THAIPUSAM DI KUIL

SREE SOEPRAMANIEM NAGARATTAR PADA

ETNIK TAMIL DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

AGUS RIYAF

3111122002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Agus Riyaf, NIM. 3111122002. Tahun 2015. Judul Skripsi: Perubahan Rangkaian Ritual Thaipusam di Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar Pada Etnik Tamil di Kota Medan. Skripsi ini terdiri dari 5 bab dan 97 halaman, 2 daftar tabel, dan 3 daftar gambar.

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan ritual

Thaipusam pada Etnik Tamil di Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar, mengetahui

pihak yang terlibat dalam pelaksanaan ritual Thaipusam, mengetahui makna filosofi perayaan ritual Thaipusam, dan menjelaskan perubahan-perubahan yang ada di dalam perayaan ritual Thaipusam di kuil Sree Soepramaniem Nagarattar.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penulis menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan bentuk observasi non partisipasi (non partisipan observer). Selain field

research, penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data antara lain yaitu:

wawancara (interview), Observasi serta studi pustaka (library research), dan dokumentasi untuk menambah data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Berdasarkan metode yang digunakan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) Proses pelaksanaan Ritual Thaipusam diawali dengan mendoakan susu putih (Paal Kudam) yang dibawa ke Kuil, lalu Maha Abisegam,selanjutnya

Alanggaram, Archanai, Maha Puja, Maheswara Puja, selanjutnya yaitu Maha

Puja dengan membawa Shri Subramaniam Swami bersama mayil waghanam keliling kuil dan selanjutnya membawa Arca Murugan keluar berkeliling jalanan kota dengan menggunakan Radhem dengan terlebih dahulu melakukan Archanai. Sampai pada pemujaan terakhir kepada Dewa Murugan usai di arak-arak. (2) Pihak yang terlibat dalam mensukseskan perayaan Ritual Thaipusam diantaranya para Pandita, para pengurus kuil, para umat yang tergabung dalam kumpulan

Chettyar, para teknisi lampu, petugas pembersih kuil serta para petugas yang

memasak makanan di dapur umum kuil. (3) Makna yang terkandung pada perayaan ini adalah untuk mengenang jasa serta menghormati Dewa Murugan yang telah berhasil mengalahkan kekuatan jahat dimuka bumi. (4) Perubahan yang terjadi dalam praktik pelaksanaannya adalah ritual cucuk tubuh, menginjakkan kaki ke bara api, Kavadi, pecah kelapa serta arak-arak kereta kencana (Radhem).

Kesimpulannya adalah bahwa di dalam perayaan Ritual Thaipusam di Kuil

Sree Soepramaniem Nagarattar terdapat berbagai macam perubahan yaitu Ritual

cucuk tubuh, menginjakkan kaki ke dalam bentangan bara api, kavadi, pecah kelapa serta arak-arak kereta kencana (Radhem). Semua ini terjadi dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan

semesta alam, yang senantiasa memberikan banyak keberkatan, kenikmatan, dan

petunjuk serta kemudahan yang tidak terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Perubahan Rangkaian Ritual Thaipusam

di Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar Pada Etnik Tamil di Kota Medan”.

Shalawat berangkaikan salam juga tidak pernah lupa penulis hadiahkan kepada

junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat,

semoga mendapatkan safaat di yaumil akhir kelak. Amiin.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Selama penyusunan skripsi ini penulis

banyak sekali mendapatkan ilmu yang bermanfaat mendapatkan semangat,

motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak serta peran serta berbagai pihak

dalam penulisan ini. oleh karenanya pada kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas

(7)

3. Ibu Dra.Puspitawati, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan

Antropologi sekaligus dosen penguji II yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk penulis dalam meminta bimbingan dan arahan.

4. Ibu Noviy Hasanah, M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

membantu penulis dalam proses pembimbingan skripsi. Beliau bersedia

meluangkan waktu kapan dan di mana saja bagi penulis untuk memberikan

bimbingan serta arahan. Memberikan nasihat, semangat dan senantiasa selalu

mendoakan penulis agar penelitian yang dilakukan berjalan dengan lancar.

5. Ibu Supsiloani, M.Si selaku dosen penguji I sekaligus pembimbing akademik

yang banyak memberikan masukan, semangat serta kritikan membangun yang

berguna untuk penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Trisni Andayani, M.Si selaku penguji III yang memberikan saran dan

masukan yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh dosen-dosen Pendidikan Antropologi terima kasih telah membimbing

dan memberikan ilmu yang bermanfaat serta nasihat dan semangat yang

diberikan kepada penulis, terkhusus kepada Ibu Rosramadhana, M.Si dan Ibu

Murni Eva Rumapea, M.Si yang bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan inspirasi dan masukan terbaik dan terima kasih Ibu yang telah

meminjamkan buku-buku terbaiknya kepada penulis.

8. Bapak N.Kanagasabay Selaku wakil ketua kuil Sree Soepramaniem

Nagarattar yang telah memberikan informasi serta telah mengizinkan penulis

untuk mengadakan penelitian. Beliau telah menyempatkan waktunya kapan

(8)

yang penulis lakukan. Serta kepada para Informan yang telah memberikan

penulis informasi-informasi berharga yang membantu penulis dalam

mengumpulkan data. Bapak Krisna, bapak Silen, bapak Manan, Ibu R. Silva

Santi, Ane Terna dan Ane Kiren Kumar selaku pandita kuil Sree

Soepramaniem Nagarattar dan Ane Sad Agustin Ganesha Putra S.PdH, Ane

Magen, Saravenan dan seluruh pihak kuil yang tidak bisa disebutkan

satu-persatu.

9. Abah (Alm. Nazaruddin) dan Mamak (Asiyah), terima kasih yang teramat

sangat untuk segala usaha yang telah kalian lakukan terutama untuk Mamak

sehingga dapat mengantarkan penulis sampai mencapai gelar sarjana. Terima

kasih atas segala doa, dukungan moril dan materil serta semangat kerja

kerasnya selama ini yang menjadikan itu sebagai inspirasi dalam hidup penulis

dan semoga penulis bisa menjadi manusia pekerja keras seperti orang tua

tercinta. Takkan ada yang bisa membalas segala jasa dan pengorbanan yang

kalian lakukan buat penulis. Hanya untaian doa yang dapat penulis panjatkan

semoga Allah SWT senantiasa kiranya selalu memberikan kesehatan,

kekuatan dan selalu melindungi orang tua penulis tercinta. Amiin

10.Teruntuk saudara-saudari penulis Salbiah (kakak), Ibnu Chaidir Solin (abang

ipar), Fauziah (kakak), Said Idris (abang ipar), Hari Sandi (abang), Fadly

(abang), Desimawaty Tafona’o (kakak ipar) dan Akbar Sanjani Solin, Desi

Kunata Solin, Ridhika Hanafi Solin, My Friend Solin, Fajar Oktafani Solin,

(9)

dan semangat penulis. Kalian adalah saudara-saudaraku yang hebat, Semoga

kebahagiaan selalu menyertai keluarga kita. Amiin

11.Untuk keluarga besar Jupri Efendi Lubis dan keluarga Dame Depari serta

keluarga abangda Syahrul Sultan Bagindo terima kasih penulis haturkan atas

dukungan baik secara moril ataupun materil yang diberikan kepada penulis

dan keluarga, semoga Allah SWT senantiasa selalu mencurahkan rezeki yang

berlimpah, kebahagiaan serta kesehatan selalu untuk keluarga abangda.

12.Sahabatku Opung Jabier (OPJ) Osi Karina Saragih, Siti Yuni Fadlina Amin,

Desyanti Girsang, Abet Nego Terkelin Bangun, Giot Marito Marbun, Victor

Sinaga, Mei Santi Napitupulu, dan Febhy Rizki Tanjung yang selalu

memberikan dukungan, semangat dan doa sehingga penulis tetap semangat

dalam penulisan ini. Semoga persahabatan ini tetap langgeng sampai

kapanpun. Juga kepada Safri Lubis yang telah bersusah payah membantu

penulis menemani penelitian seharian dan mengantarkan penulis pulang

hingga larut malam untuk mendapatkan data dan dokumentasi foto-foto untuk

keperluan penelitian. Kepada Ilham Ilahi, Jojor Anna Theresia Nababan,

Sabda Marbun, Indah Permata Sari, Sri Sundari, Rafika Amelia Lubis, Dini

Adillah Lubis, Ayu Lusoi Siburian, Nova Sembiring, Leo Situmorang, Ateng

Nainggolan, Abdus Salam, Ahmad Afandi dan kawan-kawan 2011 Semoga

kita kelak akan menjadi manusia yang berguna dan berhasil di masa yang akan

(10)

13.Kakanda Ayu Febriyani S.Pd yang telah membantu penulis dalam mengurusi

berkas-berkas yang dibutuhkan serta berbaik hati meminjamkan buku kepada

penulis. Fira Gustina Tanjung S.Pd dan Salvina Andria Harahap yang telah

memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan

kepada alumni 2008, 2009 dan 2010, adik-adik stambuk 2012, 2013 dan 2014

di Prodi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan.

14.Kepada rekan-rekan Remaja Mesjid Islamiyah terima kasih atas semangat,

dukungan serta doanya sehingga penulis mampu menjalankan segala hal

terkait dengan penulisan ini. Semoga kiranya Allah SWT melindungi dan

mempermudah segala hal yang kita perbuat.

Semoga Allah SWT dapat membalas segala kebaikan yang telah diberikan.

Dan semoga segala kerja keras dalam penyelesaian skripsi ini kelak dapat

bermanfaat bagi seluruh pihak. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan disana-sininya dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu segala

macam kritikan dan saran yang membangun penulis terima sebagai sebuah

bentuk perbaikan. Semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Amin ya Rabbal’alamin.

Medan, 30 Juli 2015 Penulis

Agus Riyaf

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Pembatasan Masalah ... 6

1.4Rumusan Masalah ... 6

1.5Tujuan Penelitian ... 7

1.6Manfaat Penelitian ... 7

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.6.2 Manfaat Praktis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... 9

2.1 Tinjauan Pustaka... 9

2.2 Kerangka Teori ... 10

2.1.1 Teori Perubahan ... 10

2.2.1 Teori Azas-azas Religi... 14

2.2.2 Teori Tentang Dewa Tertinggi ... 16

(12)

2.3 Kerangka Konseptual ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

(13)
(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Urutan rangkaian acaraThaipusam di Kuil Sree Soperamaniem Nagarattar

dengan menggunakan istilah dalam bahasa Tamil ... 67

Tabel 2. Rangkaian yang umumnya dilaksanakan dalam perayaan Ritual

Thaipusam dan perubahan rangkaian di Kuil Sree Soepramaniem

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 30

Gambar 2. Denah Lokasi Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar ... 50

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. LAMPIRAN FOTO

2. PEDOMAN WAWANCARA 3. GLOSARIUM

4. DAFTAR NARASUMBER 5. BIODATA ALUMNI

6. SURAT PENUNJUKAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI 7. SURAT PERMOHONAN JUDUL PROPOSAL

8. BERITA ACARA PERBAIKAN JUDUL PROPOSAL PENELITIAN 9. SURAT IZIN MENGADAKAN PENELITIAN DARI PRODI

10.SURAT IZIN MENGADAKAN PENELITIAN DARI FAKULTAS

11.SURAT IZIN MENGADAKAN PENELITIAN DARI TEMPAT PENELITIAN 12.SURAT TELAH SELESAI MENGADAKAN PENELITIAN DARI TEMPAT

PENELITIAN

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Medan merupakan ibukota dari Sumatera Utara yang ditemukan oleh Guru

Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. Pada tahun 1909 Medan merupakan

sebuah Kota yang sangat berpengaruh dan sangat penting, terutama semenjak di

zaman era kolonial Belanda. Menurut bahasa Melayu Medan berarti tempat

berkumpul, karena sejak zaman dahulu Medan dijadikan sebagai tempat

berkumpulnya orang-orang dari Hamparan Perak, Sukapiring dan lain-lain yang

pada umumnya adalah untuk berdagang (Sinar: 1991).

Medan merupakan Kota yang didiami oleh berbagai macam suku bangsa,

agama, kebudayaan dan lain-lain. Oleh karenanya Medan juga dijuluki sebagai

salah satu kota yang majemuk. Walau beragam, masyarakatnya cenderung

kondusif tanpa adanya terdengar isu-isu konflik antar tiap kelompoknya. Salah

satu kelompok etnik yang masih bertahan dan hidup berdampingan dengan

beberapa kelompok lainnya adalah Etnik Tamil.

Etnik Tamil merupakan salah satu etnik di Kota Medan yang menambah

cikal bakal keberagaman yang ada di Kota Medan. Etnik Tamil ini merupakan

sebuah bukti kongkret kemajemukan yang ada di Kota Medan. Etnik Tamil

umumnya bermukim disalah satu kawasan yang ada di jantung Kota Medan yang

bernama Kampung Madras, atau yang lebih akrab disapa dengan Kampung

Keling. Akibat persebaran Etnik Tamil ini mengakibatkan lahirnya sebuah

(19)

Salah satu dari banyak kegiatan yang dimiliki Etnik Tamil diantaranya

adalah ritual Thaipusam yang masih tetap eksis dan masih dilaksanakan hingga

saat ini oleh umat Hindu Tamil yang ada di Kota Medan.Terkhusus Etnik Tamil

yang melaksanakannya di Jl. Kebun Bunga No.6 yaitu di Kuil Sree

Soepramaniem Nagarattar Medan. Thaipusam merupakan satu bentuk pagelaran

yang mempertontonkan kekayaan budaya dari Etnik Tamil.

Thaipusam merupakan sebuah perayaan untuk menghormati Dewa

Murugan atau Dewa Subramaniam sebagai dewa pembawa kedamaian pada

masyarakat Hindu. Pemaknaan lain dalam ritual Thaipusam ini adalah sebagai

sebuah perayaan dalam menunaikan nazar serta memohon ampun atas dosa-dosa

yang telah diperbuat selama hidup. Perayaan Thaipusam sendiri diadakan pada

bulan “Thai” yaitu bulan ke sepuluh pada kalender umat Tamil.

Perayaan Thaipusam ini begitu memiliki makna filosofi yang amat berarti

bagi penganut Hindu terkhusus Etnik Tamil sendiri. Hal ini terbukti dari

serangkaian kegiatan yang dilakukan selama perayaan ini berlangsung. Maka

tidak heran jika acara ini dilaksanakan selama satu hari penuh dari pagi hingga

malam hari. Diantara kegiatan yang biasa dilakukan Etnik Tamil dalam

merayakan Thaipusam ini adalah membawa susu putih yang diletakan di dalam

cawan atau yang biasa disebut dengan paal kudam.

Selain kegiatan mengangkat susu atau Paal Kudam dalam Perayaan

Thaipusam juga ada kegiatan mengarak patung Dewa Murugan keliling jalanan

kota. Hal yang menarik pada arak-arakan ini adanya kegiatan memecahkan kelapa

(20)

kegiatan yang ada di dalam perayaan Thaipusam pada umumnya adalah

penuntasan nazar.

Nazar merupakan perwujudan atas rasa syukur seseorang terhadap apa

yang telah diberikan atas diri seorang pemohon tersebut. Oleh karenanya seorang

pemohon meluapkan rasa syukurnya tersebut dalam ritual Thaipusam ini. Bentuk

penuntasan nazar ini bermacam-macam caranya mulai dari bersedekah, mencukur

rambut hingga botak, lalu ada pula yang membuat kavadi. Selain itu biasanya ada

pula orang yang menuntaskan nazarnya dengan cara yang ekstrem yaitu

melakukan ritual cucuk tubuh.

Ritual cucuk tubuh merupakan salah satu bentuk penuntasan nazar yang

biasanya dilakukan oleh seseorang di dalam perayaan Thaipusam ini. Ritual cucuk

tubuh ini dilakukan dengan cara mencucuk panah besi ke lidah, pipi sampai

menembus. Selain itu ada juga yang mengaitkan/menusuk bagian belakang badan

dengan mata kail pancing. Selain ritual cucuk tubuh ada pula tradisi lain dalam

perayaan Thaipusam, yaitu menginjak bentangan bara api yang diletakan di dalam

satu wadah.

Bentuk penuntasan nazar yang dilakukan di dalam perayaan Thaipusam

terkhusus ritual cucuk tubuh dan menginjak bara api merupakan salah satu daya

tarik dari perayaan Thaipusam pada umumnya. Pada pandangan masyarakat

umum pasti ritual ini sangatlah tidak masuk akal dalam logika berfikir mengingat

resiko yang akan diperoleh. Melihat segenap rangkaian acara yang disajikan,

sepertinya tidak layak seorang manusia melakukan hal-hal seperti itu. Hanya

(21)

terampuni ketika mereka menyakiti dirinya sendiri dengan cara-cara yang sudah

diterangkan sebelumnya.

Walau demikian Etnik Tamil percaya bahwa perayaan Thaipusam ini

merupakan sebuah perayaan yang sangat cocok untuk merenungi hal-hal yang

telah diperbuat selama hidupnya. Pada perayaan ritual Thaipusam terkhusus di

kuil Sree Soepramaniem Nagarattar ada beberapa rangkaian yang umumnya ada

dalam perayaan Thaipusam tetapi sudah tidak dijalankan lagi dalam praktinya di

Kuil ini.

Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar yang berada di Jl. Kebun Bunga

Medan masih tetap melaksanakan perayaan Thaipusam tiap-tiap tahunnya. Hanya

saja dalam praktiknya ada beberapa perubahan rangkaian yang biasanya ada

dalam perayaan Thaipusam tetapi sudah tidak tampak lagi saat ini, khususnya

dalam hal penuntasan nazar. Salah satunya adalah ritual cucuk tubuh, yang sudah

tidak dijalankan lagi praktinya di dalam perayaan ritual Thaipusam.

Ritual menginjakkan kaki ke bara api juga sudah tidak dilaksanakan lagi

dalam perayaan ritual Thaipusam terkhusus di Kuil Sree Soepramaniem

Nagarattar. Selain itu membuat Kavadi juga sudah mulai ada pergeseran dalam

pelaksanaannya dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Berdasarkan

uraian latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut

untuk mendapat pemahaman yang lebih mendalam mengenai “Perubahan

Rangkaian Ritual Thaipusam di Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar Pada Etnik

(22)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan ritual Thaipusam, ada serangkaian kegiatan yang biasa

dilakukan oleh Etnik Tamil, khususnya di Kuil Sree Soepramaniem

Nagarattar.

2. Bagi umat Tamil Thaipusam merupakan acara ritual yang memiliki makna

filosofi yang amat berarti.

3. Pelaksanaan ritual Thaipusam khususnya di kuil Sree Soepramaniem

Nagarattar banyak pihak-pihak yang terlibat dan turut andil dalam

perayaan ritual ini.

4. Ritual Thaipusam juga ada ritual pecah kelapa di depan kereta kencana

(Radhem).

5. Ritual Thaipusam umat yang hadir bukan hanya dari kalangan Etnik Tamil

saja, melainkan dari kalangan etnik maupun agama lain yang ikut

memeriahkan perayaan ritual Thaipusam ini.

6. Ritual Thaipusam ini juga ada tradisi penunaian nazar dan ada pula

arak-arakan patung Dewa Murugan dengan menggunakan kereta kencana.

7. Pada perayaan ritual Thaipusam di Kota Medan khususnya di kuil Sree

Soepramaniem Nagarattar ada beberapa perubahan rangkaian tradisi yang

umumnya dilakukan di dalam perayaan Thaipusam, tetapi dalam

(23)

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada “Perubahan Rangkaian Ritual Thaipusam di

Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar Pada Etnik Tamil di Kota Medan”.

1. Terdapat serangkaian kegiatan yang biasanya dilakukan oleh Etnik Tamil,

di Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar.

2. Pihak yang terlibat dan turut andil dalam perayaan ritual Thaipusam.

3. Makna filosofi dari perayaan ritual Thaipusam bagi Etnik Tamil.

4. Perubahan rangkaian yang umumnya dilakukan di dalam perayaan

Thaipusam, tetapi dalam praktiknya sudah tidak dijalankan lagi saat ini.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana rangkaian kegiatan pelaksanaan ritual Thaipusam pada Etnik

Tamil di Kuil Sree Soepramaniem Nagarattari?

2. Siapa saja yang terlibat dalam perayaan ritual Thaipusam di Kuil Sree

Soepramaniem Nagarattar?

3. Apakah makna filosofi dari ritual Thaipusam?

4. Perubahan-perubahan apa sajakah yang tampak dalam perayaan ritual

(24)

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan ritual Thaipusam pada Etnik

Tamil di Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar

2. Untuk mengetahui siapa-siapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan ritual

Thaipusam.

3. Mengetahui makna filosofi pada ritual Thaipusam bagi Etnik Tamil

4. Menjelaskan perubahan-perubahan rangkaian yang ada di dalam perayaan

ritual Thaipusam di kuil Sree Soepramaniem Nagarattar.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoritis

1. Memberikan dan memperluas pengetahuan kepada penulis dan juga

kepada pembaca tentang nilai-nilai kebudayaan yang ada di dalam suatu

masyarakat.

2. Memberikan sumbangsih terhadap ilmu yang sedang penulis tekuni yaitu

Antropologi, yang di dalamnya membahas mengenai tujuh unsur

kebudayaan. Salah satu dari unsur itu adalah religi yang di dalamnya

mengulas tentang kegiatan keagamaan salah satunya pelaksanaan ritual

Thaipusam ini.

3. Memberikan sebuah gambaran mengenai pemaknaan suatu ritual

kebudayaan yang dijalankan oleh umat Hindu yang dijadikan sebuah

(25)

tentang bagaimana Etnik Tamil yang menjadikan ritual keagamaan

menjadi sebuah ajang untuk menunaikan nazar dan menjadikan ritual ini

sebagai sebuah kesempatan untuk menebus dosa.

4. Memberikan sebuah pemahaman kepada masyarakat luas tentang ritual

Thaipusam ini beserta tradisi-tradisi yang dilakukan di dalamnya. Serta

mengetahui perkembangannya pada saat ini, sehingga diketahui

pergeseran bahkan perubahan yang ada di dalamnya sesuai dengan

tuntutan zaman.

1.6.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian

dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

media informasi bagi masyarakat yang belum mengetahui sesungguhnya

kekayaan yang ada pada Etnik Tamil, terkhusus Etnik Tamil yang ada di

Medan dengan ritual-ritual yang diadakan dan salah satunya adalah ritual

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti dengan

menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif dengan pendekatan

deskriptif dan didukung oleh hasil observasi dan wawancara dengan subjek yang

mengetahui dan memahami tentang ritual Thaipusam pada Etnis Tamil yang ada

di Kota Medan, maka peneliti merumuskan beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Rangkaian perayaan ritual Thaipusam diawali dengan mendoakan susu

putih (Paal Kudam) yang dibawa ke Kuil, lalu Maha Abisegam dengan

menggunakan sesajen salah satunya Paal Kudam. Melakukan pemujaan

dan menghias Dewa Murugan dalam rupa yang sebagus mungkin

(Alanggaram). Selanjutnya melakukan archanai, lalu melakukan

pemujaan dengan mempersembahkan bunga, wangi-wangian, lampu, air

dan nasi sebagai sesajen dalam pemujaan (Maha Puja). Berikutnya makan

bersama (Maheswara Puja), selanjutnya yaitu Maha Puja dengan

membawa Shri Subramaniam Swami bersama mayil waghanam

(kendaraan berupa burung merak) keliling kuil dan untuk selanjutnya

membawa Arca Murugan keluar berkeliling jalanan kota dengan

menggunakan kereta kencana (Radhem) sebelum diarak-arak terlebih

(27)

kepada pemujaan terakhir kepada Dewa Murugan setelah usai di

arak-arak.

2. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam mensukseskan perayaan ritual

Thaipusam ini antara lain adalah para pandita, para pengurus kuil, para

umat yang tergabung dalam kumpulan Chettyar, para teknisi yang

memperbaiki keadaan Radhem dan teknisi lampu, juga ada petugas

pembersih kuil serta para petugas yang memasak makanan di dapur umum

kuil.

3. Makna yang terkandung pada perayaan ini adalah untuk mengenang jasa

serta menghormati Dewa Murugan yang telah berhasil mengalahkan

kekuatan jahat dimuka bumi serta meneladani sikap dan tingkah laku

Murugan dalam membawa agama Hindu menjadi suatu ajaran yang baik.

Serta mengambil sebuah intisari dari suatu perayaan ini bahwa apa yang

dilakukan Murugan dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.

4. Dalam perayaan Thaipusam khususnya di kuil Sree Soperamaniem

Nagarattar ada beberapa perubahan yang terjadi dalam praktik

pelaksanaannya di antaranya adalah ritual cucuk tubuh, menginjakkan kaki

kebara api, Kavadi, ritual pecah kelapa serta arak-arak kereta kencana

(Radhem). Berbagai perubahan tersebut terjadi dengan alasan

masing-masing yang melatarbelakanginya.

(28)

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah:

1. Bagi pihak kuil selaku penyelenggara agar kiranya waktu untuk

arak-arakan kereta kencana (Radhem) diharapkan lebih dipercepat dalam

perjalanannya agar kembalinya kereta kencana (Radhem) ke kuil juga

tidak larut malam. Karena umat yang mengikuti acara bukan hanya orang

dewasa tetapi juga ada anak-anak. Serta menghindari kemacetan yang

terlalu lama, mengingat jalanan yang dilalui kereta kencana (Radhem) juga

dilalui pengguna jalan lainnya.

2. Kepada Pemerintah Kota Medan, diharapkan dapat mengangkat ritual

Thaipusam ini sebagai agenda tahunan dalam program pemerintah. Serta

menjadikan perayaan ritual Thaipusam ini sebagai ajang promosi

khususnya dalam bidang pariwisata untuk meningkatkan minat para

wisatawan untuk berkunjung ke Kota Medan, mengingat Medan memiliki

Gambar

Tabel 1. Urutan rangkaian acaraThaipusam di Kuil Sree Soperamaniem Nagarattar
Gambar 1. Kerangka Berfikir  ..................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Terdapatnya berbagai macam objek wisata khususnya di Kota Medan, Kuil Shri Mariamman merapakan salah satu objek wisata yang cukup diminati banyak wisatawan, karena berbeda

Harneny Pane : Tinjauan Antropologis Terhadap Perubahan Pelaksanaan Mebat Pada Etnik Angkola Di Kelurahan Harjosari I Kecamtan Medan Amplas Kota Medan. Program Studi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui instrumen apa yang digunakan pada upacara pernikahan di Kuil Shri Mariamman Medan, bentuk penyajian pada upacara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)Untuk mengetahui sejarah keberadaan etnik Minangkabau di Kecamatan Medan Area Kota Medan(2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang

Hasil penelitian menjelaskan bahwa masyarakat Hindu-Tamil memiliki upacara keagamaan yang detail dan tersusun dalam keempat aspek yang meliputi tempat, waktu, pelaku, bahan dan

Yang menarik didalam upacara Thai Ponggel pada masyarakat Hindu Tamil ini adalah upacara ini dilakukan setahun sekali yang beralokasikan di kota Medan dan musik pengiringnya

Migran dari India yang datang untuk berdagang antara lain adalah orang-orang dari India Selatan (Tamil Medan) dan juga orang Bombay serta Punjabi.. Mani (1980:

Kuil sebagai tempat beribadah atau bersembahyang bagi umat Hindu Tamil untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.. Bapak