• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RUANG PERSEPSI MASYARAKAT NIAS PADA METAFORA DALAM AMAEDOLA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS RUANG PERSEPSI MASYARAKAT NIAS PADA METAFORA DALAM AMAEDOLA."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RUANG PERSEPSI MASYARAKAT NIAS

PADA METAFORA DALAM AMAEDOLA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh:

TITIAN BERKAT GEA

NIM 2103210032

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus untuk segala berkat dan

anugerah yang melimpah sehingga Skripsi yang berjudul “Analisis Ruang

Persepsi Masyarakat Nias pada Metafora dalam Amaedola Nias” dapat terselesaikan dengan baik.

Peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., sebagai Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

beserta Pembantu Dekan dan seluruh Staf Pegawai dan Administrasi. 3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

4. Muhammad Surif, S.Pd., M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Drs. Syahnan Daulay, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. 6. Suprakisno, S.Pd., M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Akademik

7. seluruh Bapak dan Ibu dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, ilmu yang kalian berikan adalah bekal paling berharga.

8. Arozanolo Gulӧ, A.Md sebagai Kepala Perpustakaan Museum Pusaka Nias yang telah telah membantu dan memberikan waktu dan tempat untuk mengadakan penelitian.

9. teristimewa untuk orang tua tercinta, Fati Sӧkhi Gea, S.Th dan Idami Gea, S.Th yang selalu berusaha memberikan yang terbaik, yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa. 10.Kakak dan adikku tersayang, Yeni Marthalina Gea, S.E., Ruth Andrarias

Gea, S.Th., Andreas Nibenama Gea, dan Ester Somasi’ia Gea, yang selalu

(7)

11.Tante Rawati Gea, Bapak Tome Sefania Gea, kak Juli, bang Boy, kak Diana, dan Titus yang telah banyak membatu dalam segala hal.

12.teman-teman terbaikku, Prihartini, Novriani, Laila Nadira, Evi Nopiandi, Flora Sinamo, Hotma Lam Uli Marbun, Mega Simamora, Dahlia, Fitri, Listra, dan Romulus Hutapea.

13.teman-teman dari Sastra Indonesia 2010 yang kurang lebih empat tahun bersama.

14.Kakak dan adik stambuk khususnya kak Sari Panggabean yang telah memberikan informasi, dukungan dan semangat.

15.teman-teman seperjuangan dari GMKI Cab. Medan khususnya Pengurus Komisariat FBS Unimed Masa Bakti 2013-2014

16.Komunitas Tanpa Nama (Kontan) dan Laboratorium Sastra Medan. 17.semua orang yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti tidak dapat membalas semua yang telah diberikan dalam bentuk apapun, semoga Tuhan membalas setiap kebaikan yang diperoleh. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, Agustus 2014 Peneliti,

(8)

ABSTRAK

Titian Berkat Gea. NIM 2103210032. Analisis Ruang Persepsi Masayarakat Nias pada Metafora dalam Amaedola. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini membahas tentang metafora yang terdapat dalam amaedola Nias yang dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan hierarki ruang persepsi manusia menurut Michael Haley. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku “Kumpulan

Peribahasa Nias” disusun oleh B. Laija, S.Th dan buku “Amaedola Nono Niha”, disusun oleh Pdt. Dal. Zendratӧ, S.Th serta hasil wawancara dari dua informan

dari Lembaga Budaya Nias. Subjek penelitian adalah satuan metafora yang terdapat dalam amaedola tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, teknik catat, dan wawancara. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian semantik untuk menerjemahkan lambang metafora yang terdapat dalam amaedola. Kajian semantik merupakan kajian yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Selain itu, untuk menemukan kategori ruang persepsi manusia dalam amaedola yang paling dominan muncul menggunakan rumus persentase.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat 186 satuan metafora dari 100 amaedola Nias, dan telah memenuhi semua kategori yang ada dalam hierarki ruang persepsi manusia model Michael Haley yaitu being (22 satuan),

cosmos(9 satuan), energy (8 satuan), substance (9 satuan), terrestrial(16 satuan), object (54 satuan), living (15 satuan), animate (24 satuan) dan human (29 satuan).

Hierarki ruang persepsi manusia model Haley ini pada metafora dalam amaedola menempatkan kategori Object sebagai kategori ruang persepsi manusia dengan persentase tertinggi yakni 29,03%. Kategori selanjutnya adalah kategori

human dengan jumlah persentasi 15,59% Urutan ketiga adalah kategori animate

(9)

DAFTAR ISI

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 10

A. Kerangka Teoretis ... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

1. Ruang Persepsi Kategori BEING (Keadaan)... 46

2. Ruang Persepsi Kategori COSMOS (Kosmos) ... 56

3. Ruang Persepsi Kategori ENERGY (Energi)... 59

4. Ruang Persepsi Kategori SUBSTANCE (Substansi) ... 62

5. Ruang PersepsiKategori TERRESTRIAL (Terestrial) ... 66

6. Ruang Persepsi Kategori OBJECT (Objek) ... 70

7. Ruang Persepsi Kategori LIVING (Hidup) ... 90

(10)

9. Ruang Persepsi Kategori HUMAN (Manusia) ... 103

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan

kepada seseorang tentang sesuatu hal, baik dalam bentuk informasi, nasihat,

perintah, dan pertanyaan. Melalui bahasa jugalah sebuah komunitas, masyarakat

bahkan bangsa terbentuk dan tinggal bersama-sama dengan rukun dan harmonis.

Seiring dengan pernyataan tersebut, Oka dan Suparno (1994:3) berpendapat

bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrar yang digunakan

oleh sekelompok manusia/masyarakat sebagai alat komunikasi atau berinteraksi.

Hal ini yang menjadikan bahasa sebagai poin terpenting yakni sebagai media

penyampai pesan.

Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa yang digunakan oleh

kelompok masyarakat Nias. Nias adalah gugusan pulau yang jumlahnya

mencapai 132 pulau, membujur lepas Pantai Barat Sumatera, menghadap

Samudera Hindia. Tapi, tidak semua pulau-pulau tersebut berpenghuni, hanya ada

sekitar lima pulau besar yang dihuni oleh manusia, yaitu Pulau Nias (9.550 km2),

Pulau Tanah Bala (39,67 km2), Pulau Tanah Masa (32,16 km2), Pulau Tello (18

km2), dan Pulau Pini (24, 36 km2). Di antara lima pulau tersebut, Pulau Niaslah

yang berpenghuni paling padat, dan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan

(13)

Wilayah Nias dalam bentuk pemerintahan telah dibagi dalam beberapa

Kabupaten dan Kota yakni Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat,

Kabupaten Nias Tengah, Kabupaten Nias Utara dan Kota Gunungsitoli. Selain

wilayah daerah, dialek bahasa Nias terdiri dari beberapa dialek sesuai dengan

wilayah daerahnya. Menurut Siregar, dkk. (1984) dialek bahasa Nias berdasarkan

pengucapannya terdiri dari :

(a) dialek Gunungsitoli, yang meliputi daerah sekitar Kota Gunungsitoli

dan Kecamatan Tuhemberua.

(b) dialek utara, meliputi daerah Kecamatan Alasa, Kecamatan Lotu,

Kecamatan Lahewa dan Kecamatan Afulu.

(c) dialek tengah, meliputi Kecamatan Lolowau, Kecamatan Lolomatua,

Kecamatan Moi, Kecamatan Gido, Kecamatan Idano Gawo, Kecamatan

Lahusa, dan Kecamatan Gomo.

(d) dialek barat, meliputi Kecamatan Sirombu dan Kecamatan Mandrehe.

(e) dialek selatan, meliputi Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan

Amandaya, dan Kecamatan Pulau-Pulau Batu.

Posisi bahasa dalam kehidupan manusia memang tidak terbatas,

hampir di setiap sisi kehidupannya bahasa berperan penting. Salah satunya

adalah bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan rekaman unsur dan nilai

kebudayaan dan sebagai alat pewaris kebudayaan.

Dalam berkomunikasi dengan bahasa, masyarakat pada umumnya

menggunakan dua cara yakni secara lisan dan tulisan. Tetapi dalam masyarakat

(14)

menyampaikan dan menyimpan informasi dilakukan secara lisan. Mereka juga

merekam dan mewariskan pengalaman masa lalunya secara lisan yang disebut

sebagai tradisi lisan.

Tradisi lisan dapat diartikan sebagai kebiasaan atau adat yang

berkembang dalam suatu komunitas masyarakat yang direkam dan diwariskan dari

generasi ke generasi melalui bahasa lisan. Dalam tradisi lisan terkandung

kejadian–kejadian sejarah, adat istiadat, cerita, dongeng, peribahasa, lagu, mantra,

nilai moral, dan nilai keagamaan (http://kaharismakawijaya.wordpress.com

/2012/07/16/apakah-yangdi maksud-dengan-tradisi-lisan-5/).

Tradisi lisan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan sastra,

bahasa, sejarah, dan pengetahuan serta kesenian sebuah daerah yang diwariskan

dan disampaikan dari mulut ke mulut atau secara lisan. Salah satu tradisi lisan

mencakup cerita rakyat, teka-teki, nyanyian rakyat, mitologi, legenda, dan

peribahasa.

Dalam tradisi lisan, pemelihara, penjaga bahkan penyampai tradisi lisan

biasanya adalah para kepala suku atau ketua adat. Sebab, mereka yang lebih

dipercaya sebagai sumber dalam memperoleh informasi tradisi lisan yang

lengkap.

Masyarakat Nias merupakan salah satu masyarakat yang kaya akan

tradisi lisan khususnya dalam seni sastra. Hoho dan amaedola adalah salah satu

sastra lisan Nias. Hoho berbentuk syair pantun yang berisikan tentang fondrakő

atau tata aturan hidup masyarakat Nias, sementara amaedola berbentuk cerita atau

(15)

tujuannya, hoho dan amaedola memang memiliki kesamaan yaitu menyampaikan

aturan dan pandangan hidup masyarakat Nias. Namun, Hoho tetap saja berbeda

dengan amaedola sebab di dalam hoho mengandung fondrakő yaitu hukum dan

aturan tetap yang mengatur kehidupan masyarakat suku Nias secara keseluruhan

sedangkan amaedola bisa dijadikan sebagai pengiring atau media pendekatan dan

pengenalan isi fondrakő tersebut.

Masyarakat Nias pada dasarnya sangat menyukai amaedola. Amaedola

dikenal sebagai sebuah nasihat dan prinsip hidup. Biasanya digunakan dalam

perbicangan sehari-hari, perbincangan dalam acara adat, memberi nasihat, dll.

Amaedola terdiri dari amaedola sebua dan amaedola side-ide.

Amaedola sebua merupakan sebuah cerita singkat dengan menjadikan beberapa

objek sebagai ilustrasi yang berisikan amanat dan nasehat secara tersirat.

Amaedola sebua ini sangat sukai masyarakat Nias dulu. Amaedola jenis ini juga

dikenal dengan istilah manő-manő (dongeng). Biasanya, orang tua zaman dulu

akan menceritakan amaedola kepada anak-anaknya selain bertujuan untuk

menasehati juga untuk menghibur mereka. Demikian halnya dengan amaedola

side-ide yang merupakan kalimat singkat yang disampaikan secara kias dan berisi

nasehat. Amaedola side-ide ini juga disampaikan oleh para pemuka adat atau

orang tua/orang dewasa, biasanya amaedola ini diselipkan dalam pidato,

pembicaraan di dalam acara adat ataupun saat menasehati anak-anaknya.

Menurut Mendrőfa (1981:14), amaedola yang berisikan nasehat dengan

makna kias tersebut digunakan orang tua Ono Niha sebagai salah satu cara untuk

(16)

-anaknya, baik bagi yang masih kecil maupun anak-anak yang telah dewasa.

Amaedola yang berisikan nasehat ini tentunya memiliki posisi penting untuk

masyarakat Nias zaman dulu, amaedola bisa menjadi salah satu cara pengenalan

dan pembentuk moral yang baik dalam masyarakatnya terlebih anak dan

muda-mudi Nias. Tentunya hal tersebut tercapai seiring dengan pengetahuan dan

penguasaan mereka terhadap kosa kata bahasa Nias itu sendiri.

Amaedola dalam zaman modern saat ini dituntut harus hidup dan

bertahan di tengah-tengah intervensi bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia.

Terlebih dewasa ini khususnya masyarakat perkotaan yaitu kota Gunungsitoli dan

sekitarnya hampir tidak lagi menggunakan amaedola bahkan anak-anak muda

tidak mengetahui apa itu amaedola serta maknanya. Sehingga amaedola

seharusnya wajib dibudidayakan agar tidak hilang dari sisi kehidupan masyarakat

Nias sebab mengandung nasehat dan pelajaran hidup yang berguna untuk

diketahui, terlebih amaedola juga bisa menjadi media pengenalan kosa kata asli

bahasa Nias kepada para generasi muda Nias.

Hal yang menarik untuk diteliti dalam amaedola ini adalah bentuk atau

gaya bahasa yang digunakan. Masyarakat Nias merupakan salah satu suku yang

menjunjung tinggi tata krama dan norma berbicara antar sesama, menjadi latar

belakang mengapa masyarakatnya sejak dulu menggunakan bahasa kias atau

metafora dalam berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu. Masyarakat Nias dulu

telah terbiasa dengan nasehat yang dikemas dalam bentuk amaedola. Bahkan

(17)

nasehatnya, orang tua akan memberikan beberapa amaedola dengan tujuan

tertentu salah satunya agar si anak mampu dan mudah mengingatnya.

Metafora yang terdapat dalam amaedola tentunya bukanlah sekedar

pemanis bahasa atau perumpamaan tanpa makna yang mendalam. Setiap

amaedola mengandung nasihat, nilai, dan prinsip hidup serta sindiran atau

teguran. Penciptaan metafora dalam amaedola dapat memberikan gambaran ruang

persepsi masyarakat Nias pada umumnya tentang bagaimana cara hidup serta

prinsip hidup yang benar. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa bahasa

mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya.

Selain itu, penelitian tentang metafora dalam amaedola Nias ini menjadi

sebuah bentuk upaya pelestarian budaya daerah dalam ruang lingkup linguistik

lokal, yang berangkat dari pernyataan bahwa bahasa sebagi produk budaya.

Seperti yang diungkapkan Sibarani (2003:1 dalam Silalahi, 2005:96) yang

mengatakan bahwa “konsep kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti

melalui ungkapan bahasa daerah masyarakatnya”.

Upaya pelestarian lingusitik lokal ini juga nantinya akan berlanjut pada

tindakan nyata yang tentunya bergerak dalam usaha pengenalan amaedola sejak

dini kepada masyarakat Nias. Pengenalan sejak dini dalam hal ini dilakukan

melalui pengajaran bahasa daerah di bangku sekolah khususnya Sekolah Dasar

dan Sekolah Menengah Pertama yang ada di Nias. Amaedola dapat diajarkan

kepada siswa-siswi melalui buku teks pelajaran bahasa daerah yang di dalamnya

(18)

sangat bermanfaat dan membantu anak-anak Nias mengenal amaedola sejak dini

dan melestarikannya.

Sekolah menjadi salah satu wadah yang efektif untuk membina generasi

muda Nias dalam hal mencintai dan menghargai budaya dan bahasanya sendiri.

Karena pada kenyataannya masyarakat yang menghargai budaya dan bahasanya

tentunya akan memiliki moral yang baik dan akhlak mulia oleh karena itu

amaedola sebagai salah satu kekayaan bahasa daerah Nias dapat dijadikan sebagai

pengenalan dan pembentuk moral yang baik kepada masyarakat Nias modern

khususnya generasi muda Nias.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan

judul, analisis ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam

amaedola Nias. Ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam amaedola

ini akan dianalisis dengan mengklasifikasikan ruang persepsi manusia dalam

sembilan kategori medan semantik, yaitu: being, cosmos, energy, substance,

terrestrial, object, living, animate, dan human. Ruang persepsi ini juga dikenal

dengan istilah hierarki medan semantik konsep Michael Haley.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka dapat diidentifikasi

masalahnya sebagai berikut:

1. Amaedola mulai hilang di tengah-tengah masyarakat Nias khususnya di

perkotaan.

2. Metafora dalam amaedola bukan sekedar gejala bahasa namun mengandung

(19)

3. Amaedola memberikan gambaran persepsi masyarakat Nias berdasarkan medan

semantik model Haley.

4. Adanya kategori ruang persepsi masyarakat Nias yang dominan berdasarkan

kategori medan semantik model Haley.

C. Batasan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada kajian ruang

persepsi masyarakat pada metafora dalam amaedola dialek Gunungsitoli. Kategori

ruang persepsi yang dimaksud berdasarkan model Michael Haley, secara hierarki

meliputi keadaan, kosmos, energi, substansi, terestrial, objek, hidup, makhluk

bernyawa,dan manusia.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka masalah yang harus dijawab

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kategori ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam

“amaedola” berdasarkan medan semantik model Haley?

2. Kategori ruang persepsi apakah yang dominan ditemukan pada metafora dalam

“amaedola”?

E. Tujuan Penelitian

Setiap melakukan penelitian tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai,

(20)

1. Untuk mengetahui kategori ruang persepsi masyarakat Nias yang terdapat pada

metafora dalam amaedola berdasarkan medan semantik model Haley.

2. Mengetahui kategori ruang persepsi yang dominan ditemukan pada metafora

dalam “amaedola”.

F. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dikatakan berhasil apabila bermanfaat bagi peneliti,

ilmu pengetahuan, dan masyarakat. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini diharapkan

akan dapat bermanfaat:

a. Memperkaya referensi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu linguistik yang

berkenaan tentang metafora.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca terutama masyarakat Nias

yang kurang atau tidak mengenal amaedola serta maknanya.

c. Melestarian budaya daerah khususnya Nias dalam ruang lingkup linguistik

lokal.

d. Mengetahui makna yang terkandung dalam amaedola yang dapat memberikan

gambaran ruang persepsi masyarakat Nias pada umumnya tentang bagaimana

cara hidup serta prinsip hidupnya.

e. Memberikan bukti bahwa bahasa dapat menggambarkan cara berpikir dan

bertindak anggota masyarakat penuturnya.

f. Memberikan sumbangsih saran dalam hal pengadaan buku teks tentang

amaedola di sekolah-sekolah khususnya SD dan SMP yang ada di Nias

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan rumusan masalah maka penulis menganalisis data untuk

mengetahui kategori ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam

amaedola berdasarkan medan semantik model Haley serta menemukan kategori

yang dominan yang terdapat pada metafora dalam amaedola. Berdasarkan analisis

data yang dilakukan, penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Lambang metafora yang terdapat dalam amaedola Nias sebagian besar tidak

bermakna universal atau hanya dimengerti oleh masyarakat asli Nias.

Melalui 100 amaedola yang di data maka ditemukan 186 metafora yang

diklasifikasikan ke dalam sembilan kategori hierarki ruang persepsi manusia

model Haley. Sembilan kategori tersebut telah ditemukan pada metafora dalam

amaedola Nias yang yang meliputi being, cosmos, energy, substance,

terrestrial, object, living, animate dan human

2. Hierarki ruang persepsi manusia model Haley ini pada metafora dalam

amaedola menempatkan kategori Object sebagai kategori ruang persepsi

manusia dengan persentase tertinggi yakni 29,03%, yang menggambarkan

bahwa masyarakat Nias pada umumnya sangat menghargai benda-benda yang

mereka miliki serta menguasai keadaan benda tersebut hingga mampu

menjadikan sebagai bahan ilustrasi hidup. Hal tersebut juga membuktikan

bahwa masyarakat Nias sejak dulu telah memiliki peradaban yang tinggi, dan

(22)

kategori human dengan jumlah persentasi 15,59%, kategori animate dengan

jumlah persentase 12,90%, kategori being dengan jumlah persentase 11,82%,

kategori terrestrial sejumlah 8,60%, kategori living dengan jumlah persentase

8,06. Sementara tiga kategori selanjutnya yakni kategori cosmos, substansce,

dan energy memiliki jumlah persentase terendah yaitu kategori cosmos

sebanyak 4,83%, kategori substance sebanyak 4,83% dan kategori energy

sebanyak 4,30%.

B. Saran

Penelitian ini tentunya masih langkah awal untuk mengungkap

keberadaan bahasa khususnya bahasa Nias yang terabaikan dari perhatian para

ahli bahasa di Indonesia.

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ini juga dapat menjadi

bahan dasar untuk memperkenalkan kepada anak-anak muda Nias tentang

amaedola dan maknanya, dan diharapkan hal tersebut dilakukan sejak dini yaitu di

bangku sekolah terutama di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Hasil

penelitian ini juga bisa menjadi bahan referensi bagi para pengajar untuk memuat

beberapa amaedola dan maknanya dalam buku teks pelajaran bahasa daerah Nias.

Amaedola adalah kekayaan bahasa yang wajib dilestarikan oleh

pihak-pihak terkait yaitu masyarakat Nias itu sendiri khususnya generasi muda, peneliti,

dan juga pemerintah. Pengetahuan akan amaedola adalah jalan utama untuk

mengenal prinsip hidup masyarakat Nias, sebab amaedola adalah sarana untuk

mengenal sebuah fondrakӧ yakni ketetapan hukum dan aturan hidup masyarakat

Gambar

Tabel 3.1  Tabel Data Ruang Persepsi Manusia................................................
gambaran ruang persepsi masyarakat Nias pada umumnya tentang bagaimana

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti, menurut ketujuh partisipan mengenai persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU terdapat empat tema

Penelitian ini akan membahas beberapa gaya bahasa yang terdapat pada surat An Nisa dalam terjemahan Al Quran yaitu personifikasi, metafora, ironi, sarkasme, dan

Penelitian ini akan membahas beberapa gaya bahasa yang terdapat pada surat An Nisa dalam terjemahan Al Quran yaitu personifikasi, metafora, ironi, sarkasme, dan

ANALISIS MUSIK VOKAL PADA PERTUNJUKAN MAENA DALAM PESTA ADAT FALÖWA (PERKAWINAN) MASYARAKAT NIAS DI KOTA

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan lama kerja dengan gaya kepemimpinan kepala ruang menurut persepsi perawat pelaksana di Rumah sakit. Kata kunci: Lama Kerja,

Tingkat persepsi masyarakat terhadap program pembangunan HTR tergolong dalam kategori sedang. Masyarakat merasa mendapatkan manfaat dengan adanya program ini yaitu

Berdasarkan penelitian persepsi pengunjung terhadap kondisi aksesbilitas wisata 4,4 dan masuk dalam kategori baik, penilaian pada kondisi fisik 3,8 masuk ke dalam kategori baik,

SIMPULAN Data metafora yang memiliki skema citra ruang space dalam Novel Laut Bercerita ditemukan sebanyak 23 data yang terdiri atas 14 data skema citra space jenis atas-bawah up-down,