• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KETERBACAAN WACANA DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NAMO RAMBE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KETERBACAAN WACANA DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NAMO RAMBE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KETERBACAAN WACANA DENGAN

KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NAMO RAMBE

TAHUN PEMBELAJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SALSALINA BARUS

NIM 209111073

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Salsalina Barus, NIM 209111073, Hubungan Tingkat Keterbacaan Wacana dengan Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Namo Rambe Tahun Pembelajaran 2013/2014. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat keterbacaan wacana dengan kemampuan menemukan ide pokok paragraf siswa kelas X SMA Negeri 1 Namo Rambe Tahun Pembelajaran 2013/2014. Sampel penelitian berjumlah 31 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random Sampling). Instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian dengan mengadakan tes pilihan berganda berjumlah 15 wacana. Ke-15 wacana tersebut telah diukur keterbacaannya dengan menggunakan grafik Raygor dan kejelasan kalimat dalam jumlah kata Rudolf Flesch menjadi teks dengan keterbacaan tinggi, sedang dan rendah. Setelah membagi keterbacaan masing-masing teks, kemudian siswa ditugaskan untuk menemukan ide pokok teks tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan linieritas. Uji normalitas tingkat keterbacaan wacana memiliki sig = 0,442 dan kemampuan menemukan ide pokok paragraf memiliki = 0,307. Kedua variabel berdistribusi normal karena sig > α (0,05). Kemudian, uji linieritas kedua variabel diperoleh sig = 0,00 maka dinyatakan kedua variabel merupakan model regresi linier karena sig < α (0,05) dengan persamaan regresi Y = -9,06 +

1,05x.

Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis, diperoleh r hitung sebesar 0.99 dan r

tabel sebesar 0,355. Dengan demikian, r hitung > r tabel maka Ha diterima. Jadi, dapat

(7)

iv

(8)

v

2. Waktu Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

1. Populasi Penelitian ... 32

2. Sampel Penelitian ... 32

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 34

(9)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Kejelasan Kalimat dalam Jumlah Kata ... 18

2. Tabel 2.2 Kejelasan Kalimat ... 19

3. Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 32

4. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Berdasarkan Formula Keterbacaan Grafik Raygor dan Kejelasan Kalimat Rudolf Flesch ... 37

5. Tabel 3.3 Penskoran Tingkat Keterbacaan Wacana ... 37

6. Tabel 3.4 Kisi-kisi Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf . 38

7. Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Korelasi ... 42

8. Tabel 4.1 Data Tingkat Keterbacaan Wacana ... 44

9. Tabel 4.2 Mean, Median dan Standar Deviasi... 45

10.Tabel 4.3 Frekuensi Tingkat Keterbacaan Wacana ... 45

11.Tabel 4.4 Kategori Data... 46

12.Tabel 4.5 Data Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf ... 48

13.Tabel 4.6 Mean, Median dan Standar deviasi ... 49

14.Tabel 4.7 Frekuensi Menemukan Ide Pokok Paragraf ... 49

15.Tabel 4.8 Kategori Data... 50

16.Tabel 4.9 Uji Normalitas ... 51

17.Tabel 4.10 Uji Linieritas dan Keberartian regresi ... 54

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Diagram kompetensi terendah UN IPA 2009/2010 ... 4

2. Gambar 2 Grafik Raygor ... 14

3. Gambar 4.1 Histogram Tingkat Keterbacaan Wacana ... 46

4. Gambar 4.2 Histogram Tingkat Keterbacaan Wacana ... 47

5. Gambar 4.3Histogram Menemukan Ide Pokok Paragraf ... 49

6. Gambar 4.4 Histogram Menemukan Ide Pokok Paragraf ... 50

7. Gambar 4.5 Kurva Normal Tingkat Keterbacaan Wacana ... 52

(11)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persentase Penguasaan Materi Bahasa Indonesia (UN) ... 65

Lampiran 2 Soal Menemukan Ide pokok paragraf ... 66

Lampiran 3 Lembar Jawaban ... 75

Lampiran 4 Persentase Pemahaman Siswa ... 76

Lampiran 5 Persentase Penguasaan Paragraf ... 77

Lampiran 6 Uji Validitas ... 78

Lampiran 7 Uji Realibilitas ... 79

Lampiran 8 Validitas Tiap Item Menemukan Ide Pokok Paragraf………… 80

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak wawasan dan

pengetahuan. Wawasan dan pengetahuan tersebut tersedia di berbagai media

informasi seperti buku, majalah, koran, internet dan sebagainya. Sebagian besar

media informasi menggunakan tulisan sebagai sarana untuk menyampaikan

informasi kepada pembaca. Oleh karena itu, kegiatan utama yang perlu dilakukan

untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan adalah dengan membaca.

Guru perlu menumbuhkan minat baca kepada siswa. Salah satu cara yang

dapat dilakukan oleh seorang guru untuk menumbuhkan minat baca kepada siswa,

dengan menyajikan bahan bacaan yang sesuai dengan kemampuan membaca

siswa. Keterbacaan teks atau bahan bacaan sangat penting karena mudah sukarnya

materi bacaan yang diberikan kepada siswa akan mempengaruhi minat bacanya.

Seperti yang dijelaskan oleh Flora Suciadi (2000: 5), “Dalam pembelajaran

membaca, guru dituntut untuk mampu memilih bacaan yang sesuai dengan tujuan

dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi bahasa, minat dan tingkat kesadaran

baca.”

Ketidaksesuaian bahan bacaan dengan kemampuan siswa menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan keengganan siswa dalam membaca. William

(dalam Mulyati, 2011: 16) menyatakan, “Materi-materi bacaan yang disuguhkan

dengan bahasa yang sulit menyebabkan bacaan itu sulit dipahami dan

mengakibatkan kefrustasian bagi pembacanya. Bahan bacaan yang tidak sesuai

(13)

2

Keterbacaan teks mempersoalkan tingkat kesulitan dan kemudahan suatu

bacaan berdasarkan peringkat pembaca tertentu. Hardjasujana dan Mulyati (1997 :

106) menjelaskan, “Keterbacaan adalah ihwal terbaca-tidaknya suatu bahan

bacaan tertentu oleh pembacanya.” Pada umumnya, semakin panjang kalimat dan

semakin panjang kata-kata, semakin sukarlah bahan bacaan yang meliputinya.

Sebaliknya, jika kalimat-kalimat dan kata-kata sebuah wacana pendek-pendek,

maka wacana itu merupakan bacaan yang mudah. Dalam upaya pemilihan bahan

bacaan, pertimbangan yang paling penting adalah aspek keterbacaan.

Aspek keterbacaan menurut Suherli (2008: 123), berkaitan dengan

“Kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana) bagi siswa sesuai

dengan jenjang pendidikannya menyangkut kemudahan membaca bentuk tulisan,

keindahan gaya tulisan dan kesesuaian dengan tata bahasa baku. Jadi, tingkat

keterbacaan harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.”

Mudah-sukarnya suatu bacaan atau teks berhubungan dengan pemahaman

siswa. Pemahaman siswa terhadap bacaan-bacaan yang mudah akan lebih tinggi

daripada pemahaman siswa akan bacaan-bacaan yang sulit. Tingkat keterbacaan

wacana yang tinggi akan menghasilkan pemahaman yang tinggi dan sebaliknya,

tingkat keterbacaan wacana yang rendah akan menghasilkan pemahaman yang

rendah. Demikian halnya saat siswa ditugaskan untuk menemukan ide pokok

suatu paragraf atau teks, jika siswa dihadapkan dengan bacaan-bacaan atau

teks-teks yang memiliki keterbacaan yang rendah atau tidak sesuai dengan peringkat

kelasnya, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menemukan ide pokok

(14)

3

Kemampuan menemukan ide pokok paragraf tidak pernah terlepas dari

kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Dalam proses pembelajaran atau saat

ulangan harian dan ujian nasional, siswa akan berhadapan dengan bacaan-bacaan

yang menuntut mereka untuk mampu menemukan ide pokok paragraf. Kita

ketahui bahwa sebelum siswa menemukan ide pokok paragraf, siswa harus

memahami bacaan terlebih dahulu, baru kemudian menemukan ide pokok

paragraf. Jika pemahaman siswa akan bacaan rendah maka siswa juga akan

mengalami kesulitan dalam menemukan ide pokoknya. Oleh karena itu, teks yang

disajikan haruslah teks yang sesuai dengan tingkat pemahamnan siswa (sesuai

dengan peringkat kelas siswa)

Penelitian yang dilakukan Abdurahman, dkk. (2011: 3) mengenai hasil

Ujian Nasional berdasarkan kompetensi terendah untuk mata pelajaran yang

diujikan dalam ujian nasional jurusan IPA di Kabupaten Deli Serdang

menunjukkan bahwa, kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia pada tingkat

Rayon berada di bawah 30%, pada tingkat provinsi berada di bawah 40%, dan

tingkat nasional di bawah 60%. Hal ini secara rinci terlihat pada gambar 1 di

(15)

4

Gambar 1 Diagram tiga kompetensi terendah untuk mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional jurusan IPA di Kabupaten Deli Serdang yang dibandingkan dengan propinsi sasaran dan nasional Tahun 2009-2010.

Rendahnya hasil UN bahasa Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain faktor tingkat kesulitan soal seperti tingkat keterbacaan soal

yang rendah dan alokasi waktu yang tidak sesuai dengan tingkat kesulitan

soal. Tingkat kesulitan soal akan mengakibatkan siswa tidak mampu memahami

soal-soal yang disajikan saat Ujian Nasional. Soal-soal yang sulit tersebut dibatasi

juga dengan waktu, padahal soal-soal UN bahasa Indonesia disajikan dalam

bentuk teks-teks panjang yang menuntut siswa untuk mampu menguasai teknik

membaca cepat dan mampu menjawab soal-soal yang telah diujikan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tehadap soal-soal ujian masuk ke

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Ujian Nasional, dapat diketahui bahwa

soal-soal yang berhubungan dengan paragraf atau menemukan ide pokok paragraf akan

(16)

5

merupakan kompetensi dasar yang utama dalam pemahaman wacana dan perlu

dikuasai oleh siswa.

Soal-soal yang diujikan dalam UN bahasa Indonesia memang tidak pernah

terlepas dari soal yang menuntut siswa untuk mampu menemukan ide pokok

paragraf. Dalam soal-soal UN SMA tahun pembelajaran 2010/2011 pada tingkat

nasional (data terlampir) kemampuan menemukan ide pokok paragraf hanya

mencapai 60,39% (Kemdiknas, 2011: 23). Kemampuan menemukan ide pokok

paragraf siswa di lokasi penelitian SMA Negeri 1 Namo Rambe juga rendah. Hal

ini diketahui dari nilai rata-rata siswa hanya mencapai rata-rata 56,34 (data

terlampir). Kemampuan menemukan ide pokok paragraf siswa yang rendah dapat

disebabkan oleh rendahnya keterbacaan soal sehingga siswa tidak mampu

memahami soal-soal yang diujikan dan siswa mengalami kesulitan dalam

menemukan ide pokok paragraf.

Kesesuaian antara tingkat keterbacaan soal dengan kemampuan siswa

sangat penting. Untuk menyesuaikan bahan bacaan dengan kemampuan siswa,

maka teks yang disajikan harus terlebih dahulu ditentukan tingkat keterbacaannya.

Oleh karena itu, sebagai penentu tingkat keterbacaan teks, penulis menggunakan

formula keterbacaan Grafik Raygor dan kejelasan kalimat dalam jumlah kata

Rudolf Flesch.

Formula keterbacaan Grafik Raygor menentukan panjang-pendeknya

kalimat dan tingkat kesulitan kata sebagai indikator keterbacaan wacana. Faktor

panjang-pendeknya kalimat hanya dilihat pada struktur permukaan teks saja dan

(17)

6

sulit untuk dipahami. Begitu pula dengan tingkat kesulita kata, sebuah kata

dikatakan sulit jika kata tersebut terdiri atas enam huruf atau lebih.

Penentuan kesulitan teks berdasarkan kejelasan kalimat dalam jumlah kata

Rudolf Flesch adalah untuk menentukan teks yang mudah, sedang, dan sulit.

Rudolf Flesch mengasumsikan bahwa kalimat yang memiliki kata kurang dari 14 kata per kalimat merupakan kalimat yang mudah dipahami, kalimat yang terdiri

dari 15 sampai 21 kata per kalimat termasuk dalam kalimat yang memiliki

kejelasan sedang, dan kalimat yang terdiri dari 21 kata lebih per kalimat tergolong

dalam kategori kalimat yang sulit dipahami.

Berdasarkan penggunaan formula keterbacaan grafik Raygor dan kejelasan

kalimat Rudolf Flesch tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai tingkat keterbacaan wacana, supaya guru semakin selektif dalam

memilih bahan ajar membaca yang sesuai bagi siswa dan mengetahui apakah

selama ini bahan ajar atau materi ajar yang diberikan kepada siswa sudah layak

dan sesuai atau tidak dengan kemampuan siswanya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah yang timbul, antara lain sebagai berikut.

1. Kemampuan menemukan ide pokok paragraf siswa rendah.

2. Bacaan-bacaan yang sulit menurunkan minat baca siswa.

3. Perlunya Penggunaan formula keterbacaan untuk penentuan tingkat

(18)

7

4. Penggunaan grafik Raygor dan kejelasan kalimat Rudolf Flesch sebagai

penentu tingkat keterbacaan dan kesulitan wacana.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi di atas, penulis membuat

batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari

pembatasan masalah adalah supaya ruang lingkup kajian penelitian menjadi lebih

fokus, terarah dan tepat sasaran. Adapun masalah yang dipilih penulis adalah

terkait pada tingkat keterbacaan wacana dan kemampuan menemukan ide pokok

paragraf.

Pada penelitian ini, penulis akan menyajikan teks-teks yang memiliki

tingkat keterbacaan rendah, sedang dan tinggi kepada siswa dan kemudian

menugaskan siswa untuk menemukan ide pokok paragrafnya. Menentukan tinggi

rendahnya tingkat keterbacaan teks berdasarkan formula keterbacaan grafik

Raygor dan kejelasan kalimat Rudolf Flesch.

Formula keterbacaan grafik Raygor memberikan asumsi untuk

menentukan keterbacaan wacana berdasarkan dua faktor yaitu faktor

panjang-pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kata. Kriteria tingkat kesulitan kata di

sini didasari oleh panjang-pendeknya kata, bukan unsur semantisnya. Kata-kata

yang tergolong dalam kategori sulit adalah kata-kata yang terdiri dari enam huruf

atau lebih.

Penentuan tingkat keterbacaan wacana berdasarkan kejelasan kalimat

(19)

8

kata per kalimat merupakan kalimat yang mudah di pahami, kalimat yang terdiri

dari 15 sampai 21 kata per kalimat termasuk dalam kalimat yang memiliki

kejelasan sedang, dan kalimat yang terdiri dari 21 kata lebih per kalimat tergolong

dalam kategori kalimat yang sulit dipahami.

Dengan demikian, penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada

penelitian ini, yaitu mengenai tingkat keterbacaan wacana dengan menggunakan

formula keterbacaan grafik Raygor dan kejelasan kalimat Rudolf Flesch serta

pada kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok paragraf.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah tingkat keterbacaan wacana yang sesuai untuk dibaca oleh

siswa kelas X SMA Negeri 1 Namo Rambe?

2. Bagaimanakah kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Namo Rambe

dalam menemukan ide pokok paragraf yang memiliki keterbacaan tinggi,

sedang dan rendah?

3. Bagaimanakah hubungan tingkat keterbacaan wacana terhadap

kemampuan menemukan ide pokok paragraf siswa kelas X SMA Negeri 1

(20)

9 E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat keterbacaan wacana yang sesuai untuk dibaca

oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Namo Rambe.

2. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Namo

Rambe dalam menemukan ide pokok paragraf dalam wacana pada tingkat

keterbacaan tinggi, sedang dan rendah.

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat keterbacaan wacana dengan

kemampuan menemukan ide pokok paragraf siswa kelas X SMA Negeri 1

Namo Rambe Tahun Pembelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

dan teknologi di bidang pendidikan, khususnya dalam bidang

pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi penelitian

selanjutnya dalam bidang yang relevan.

b. Sebagai informasi untuk guru, khususnya guru bahasa Indonesia

akan pentingnya mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam

pemilihan materi atau bahan ajar membaca.

c. Sebagai bahan pertimbangan untuk guru dalam memilih

(21)

62

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputera, Abdurahman, dkk. 2011. Laporan Hasil Kegiatan Penerapan Model Pengembangan Mutu Pendidikan Tahun Anggaran 2012, Model Peningkatan Mutu Lulusan SMA di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Laporan Hasil penelitian. Universitas negeri Medan.

Akhaidah, Sabarti, dkk. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 2012. Wacana & Pragmatik. Bandung: Refika Aditama.

Dwiyanto, 2001. Alat Ukur Keterbacaan Teks Berbahasa Indonesia. jurnal Veridika (22) Tahun XIII. http://staff.uny.ac.id/content/dwiyanto-djoko-pranowo-mpd (diakses, 20 Mei 2013)

E. Kosasih, 2004. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widia.

Harjasujana, Akhmad & Yetty Mulyati . 1997. Membaca 2. DEPDIKBUD.

Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Kemdiknas. 2011. Panduan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional Untuk Perbaikan Mutu Pendidikan. Jakarta: BALITBANG.

Kusmana, Suherli. 2008. Keterbacaan Buku Teks Pelajaran Berdasarkan Keterpahaman Bahasa Indonesia. Bahasa dan Sastra 2 (8) 122-132.

Novelianti, Netta. 2012. Analisis Keterbacaan Soal Ulangan Semester Mata Pelajaraan Bahasa Indonesia SMP Negeri 14 Bandung. Ringkasan Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=12843 (diakses, Senin 12 Juni 2013)

(22)

63

Nurlaili. 2011. Pengukuran Tingkat Keterbacaan Wacana dalam LKS Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4-6 SD dan Keterpahamannya. Edisi Khusus 1 (167-177)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php.seloka/article/download/122/113.

(diakses 30 Juni 2013).

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Ridwan, Mohammad, Samhati, Siti, & Agustina, E. S. 2012. Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VIII Karangan Wahono Terbitan CV Gita Perdana tahun 2010. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) I (2) 14-27.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php.seloka/article/download/122/113.

(diakses, Jumat 11 Mei 2013)

Rosmaini. Keterbacaan Buku Teks.

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-article-23339-rosmaini.pdf (diakses, Selasa 15 Juni 2013).

Soedarso. 2005. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suciadi, Flora. 2000. Pengalaman Melaksanakan Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Teknik Group Cloze Siswa Kelas III SLTP Negeri Kupang. Buletin Pelangi Pendidikan 3 (2) 32-36.

Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: TARSITO.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumarlam. 2003. Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.

Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efesien. Bandung : Angkasa.

Gambar

Gambar 1  Diagram tiga kompetensi terendah untuk mata pelajaran yang                     diujikan dalam Ujian Nasional jurusan IPA di Kabupaten Deli
grafik Raygor

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penentuan taraf terbaik didasarkan pada hasil analisis pengaruh pemberian tepung keong mas dengan taraf berbeda terhadap tingkat konsumsi bahan kering dan protein, bobot

Kebijakan pemanfaatan hutan mangrove sebagai bahan baku arang oleh masyarakat di Kecamatan Batu Ampar, baik melalui skema HTR, HD dan HKm gagal diimplementasikan disebabkan

Berdasarkan grafik hasil analisis, Metode Yang adalah metode paling sesuai dibanding metode lain dalam menganalisis transpor sedimen total di Sungai Bah Bolon. Kata Kunci

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Berdasarkan rasio kemandirian keuangan daerah, daerah di Eks-Karesidenan Surakarta yang tingkat kemandiriannya paling baik adalah

Hasil penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. 1) Siswa dengan kecerdasan visual-spasial tinggi tidak mengalami miskonsepsi, siswa dengan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pekerja anak di sektor industri rumah tangga batik Murni Aseh, habitus pekerja anak di sektor industri rumah