• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN BERBAGAI METODE PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI SILASE RUMPUT ODOT DI KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN BERBAGAI METODE PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI SILASE RUMPUT ODOT DI KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENGARUH PENERAPAN BERBAGAI METODE

PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI SILASE RUMPUT ODOT DI KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

FIRDAUZI RAMADHANI YULIARTO NIRM. 04.03.18.201

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAH DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

PENGARUH PENERAPAN BERBAGAI METODE

PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI SILASE RUMPUT ODOT DI KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

FIRDAUZI RAMADHANI YULIARTO NIRM. 04.03.18.201

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAH DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

TUGAS AKHIR

PENERAPAN BERBAGAI METODE PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI SILASE RUMPUT ODOT DI

KELOMPOK TANI KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

FIRDAUZI RAMADHANI YULIARTO 04.03.18.201

Malang, 10 Agustus 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Kartika Budi Utami, SST, MP. Nurlaili, S.Pt, M.Sc

NIP. 19850523 200604 2 002 NIP. 19840314 201403 2 001

Mengetahui, Direktur

Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si NIP. 19690511 199602 1 001

(4)

TUGAS AKHIR

PENERAPAN BERBAGAI METODE PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI SILASE RUMPUT ODOT DI

KELOMPOK TANI KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

FIRDAUZI RAMADHANI YULIARTO 04.03.18.201

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 20 Juli 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui,

Penguji I Penguji II

Kartika Budi Utami, SST, MP Nurlaili, S.Pt, M.Sc

NIP. 19850523 200604 2 002 NIP. 19840314 201403 2 001

Penguji III,

Yudi Rustandi, SST, M.Si NIP. 19640827 199103 1 001

(5)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam naskah TA ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah TA ini dapat dibuktikan terdapat unsur- unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, Mei 2022 Mahasiswa,

Nama: Firdauzi Ramadhani Yuliarto NIRM: 04.03.18.201

(6)

memberikan kesehatan, kesempatan, kemudahan, kelancaran bagi saya agar dapat menyelesaikan rangkaian Tugas Akhir ini dengan baik tanpa suatu kendala.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW beserta seluruh sahabat dan tabi’innya.

Pada tugas akhir ini, pengkaji mengucapkan beribu terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua saya tercinta, Bapak Ichwan Yuliarto dan Ibu Nur Kholidah atas segala dukungan moril dan materil yang banyak tercurahkan selama proses pengerjaan tugas akhir saya, dan adik saya terkasih Muhammad Shendy Akbar Yuliarto atas segala rasa bahagia dan semangat yang turut diberikan.

2. Dosen pembimbing tugas akhir yang saya hormati, Ibu Kartika Budi Utami, SST., MP. dan Ibu Nurlaili, S.Pt., M.Sc. yang sangat banyak membantu dan membimbing saya dari pengerjaan proposal hingga terselesainya laporan tugas akhir.

3. Ketua Jurusan dan Ketua Prodi, Ibu Dr. Wahyu Windari, S.Pt., M.Sc. dan Ibu Dr. Sad Likah, S.Pt., MP. atas seluruh motivasi yang diberikan.

4. Civitas akademika Polbangtan Malang terkhusus bagi Bapak/Ibu Dosen yang selama ini telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman.

5. Seluruh rekan-rekan seperjuangan dari kelas PPKH B, organisasi, UKM, dan kamar yang telah memberikan semangat dan doa untuk penyelesaian kajian saya.

6. Pihak-pihak yang turut mendoakan agar segera terselesainya proses kajian dan laporan tugas akhir saya, terutama support system istimewa saya yang telah menemani dari awal proses tugas akhir ini.

7. The last, for myself who hanging and standing so brave and strong to do all this paper. Thank you for all of the hard works, staying still, and have no days off to complete every part of the pages. Thank you for being myself.

Mojokerto, 10 Mei 2022

(7)

Rumput Odot di Kelompok Tani Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Komisi Pembimbing: Kartika Budi Utami, SST., MP. dan Nurlaili, S.Pt., M.Sc.

Adopsi merupakan langkah awal peternak untuk dapat menerapkan suatu teknologi guna meningkatkan kesejahteraan dirinya, kelompok, dan keluarganya.

Terdapat beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap tahapan adopsi anggota, salah satunya adalah penerapan metode penyuluhan yang merupakan hal krusial yang perlu dipertimbangkan agar dapat meningkatkan pemahaman maupun adopsi anggota kelompok, terlebih dewasa ini pandemi Covid-19 mengharuskan segala aktivitas dilakukan secara virtual sehingga hal ini juga mempengaruhi kegiatan penyuluhan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan adopsi anggota kelompok tani, hal-hal yang berpengaruh terhadap tahapan adopsi anggota, perbedaan tingkat adopsi, dan desain metode penyuluhan yang paling efektif digunakan pada lokasi dan sampel dalam kajian.

Kajian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2022 yang berlokasi di tiga kelompok tani, yaitu kelompok tani Berkah Makmur, Berkah Jaya, dan Sri Rejeki 2 yang terdapat di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Sampel dari kajian ini adalah sebanyak 41 responden yang merupakan sampel jenuh dari ketiga kelompok tani tersebut. Kajian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan aplikasi SPSS 26 untuk analisis data. Variabel yang digunakan dalam kajian ini adalah Karakteristik Metode (X1), Peran Kelompok Tani (X2), Peran Penyuluh (X3), dan Adopsi Anggota (Y). Teknik analisis data yang digunakan adalah uji validitas reliabilitas, perhitungan Likert Rating Scale, Uji Beda Anova, Uji Asumsi Klasik, dan Uji Linear Berganda.

Pelaksanaan penyuluhan diawali dengan persiapan penyuluhan dengan menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam kegiatan penyuluhan dilanjut dengan mempersiapkan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dan sinopsis. Selanjutnya adalah dengan melaksanakan kegiatan penyuluhan yang diawali dengan membagikan kuesioner pra penyuluhan untuk mengukur tingkat adopsi anggota sebelum dilaksanakannya penyuluhan, lalu dilanjutkan dengan penyampaian materi yaitu mengenai silase rumput odot yang disampaikan secara tatap muka dengan metode demonstrasi cara dan menggunakan metode virtual dengan video yang diunggah pada kanal Youtube. Setelah seluruh rangkaian kegiatan penyuluhan terlaksana, dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi penyuluhan dengan membagikan kuesioner pasca penyuluhan kepada seluruh responden untuk mengetahui perubahan tingkat adopsi anggota setelah berlangsungnya proses penyuluhan dan diakhiri dengan penutupan seluruh kegiatan penyuluhan di masing-masing kelompok tani.

Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat adopsi anggota sebelum dilaksanakannya penyuluhan adalah dengan presentase rata-rata 58% pada tahap menilai. Desain metode yang diterapkan adalah dengan demonstrasi cara, tutorial online, dan hybrid. Terjadi perubahan tingkat adopsi dari masing-maisng poktan dengan penerapan metode penyuluhan yang berbeda, yaitu ke tahap mencoba dan mengadopsi. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel Karakteristik Metode dan Peran Kelompok terhadap Adopsi Anggota. Setelah dilaksanakannya kajian ini, harap dilanjutkannya penerapan metode penyuluhan yang sesuai kepada kelompok tani guna meningkatkan motivasi dan adopsi anggota terhadap suatu teknologi demi kesejahteraan pribadi dan kelompoknya.

(8)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kajian Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Berbagai Metode Penyuluhan Terhadap Tahapan Adopsi Peternak Tentang Silase Rumput Odot di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto”. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Ibu Kartika Budi Utami, SST., MP. selaku Dosen pembimbing I Tugas Akhir.

2. Ibu Nurlaili, S.Pt., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.

3. Direktur, Ketua Jurusan, dan Ketua Program Studi Polbangtan Malang.

4. Pihak instansi Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Puri.

5. Kelompok Tani Desa Tampungrejo dan Sumolawang.

6. Semua pihak yang terlibat di lokasi kajian.

7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak membutuhkan perbaikan, kritik, dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca dan pengkaji selanjutnya

Mojokerto, 11 Mei 2022

Penulis

i

(9)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan... 4

1.4. Manfaat ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Metode Penyuluhan ... 9

2.2.2. Tahapan Adopsi Teknologi Peternakan ... 13

2.2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Adopsi ... 16

2.2.4. Teknologi Pengolahan Silase ... 19

2.2.5. Kelompok Tani ... 23

2.3. Alur Kajian ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Lokasi dan Waktu ... 25

3.2. Metode Kajian ... 25

3.2.1. Jenis Penelitian ... 25

3.2.2. Populasi dan Sampel ... 25

3.2.3. Pengambilan Data... 26

3.2.4. Skala Pengukuran ... 26

3.2.5. Variabel ... 27

3.2.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

3.2.7. Analisis Data ... 30

3.3. Metode Perancangan Penyuluhan ... 31

3.3.1. Tujuan Perancangan ... 31

3.3.2. Sasaran Perancangan ... 31

3.3.3. Materi Perancangan ... 31

3.3.4. Metode Perancangan ... 31

3.3.5. Media Perancangan ... 32

3.3.6. Metode Evaluasi Perancangan... 32

3.4. Metode Implementasi ... 32

3.4.1. Tujuan Implementasi ... 32

3.4.2. Sasaran Implementasi ... 32

3.4.3. Materi Implementasi ... 33

3.4.4. Metode Implementasi ... 33

3.4.5. Media Implementasi ... 33 ii

(10)

3.4.6. Metode Evaluasi Implementasi ... 33

3.5. Definisi Operasional Variabel ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Karakteristik Responden ... 37

4.1.1. Responden Berdasarkan Usia ... 37

4.1.2. Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38

4.1.3. Responden Berdasarkan Lama Beternak ... 38

4.2. Tingkat Adopsi Sebelum Perlakuan Berbagai Metode Penyuluhan ... 39

V. RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENYULUHAN ... 41

5.1. Perancangan Penyuluhan ... 41

5.1.1. Tujuan Penyuluhan ... 41

5.1.2. Sasaran Penyuluhan ... 41

5.1.3. Materi Penyuluhan ... 42

5.1.4. Metode Penyuluhan ... 42

5.1.5. Media Penyuluhan ... 43

5.1.6. Penentuan Evaluasi Penyuluhan ... 43

5.2. Implementasi Penyuluhan ... 47

5.2.1. Lokasi dan Waktu ... 47

5.2.2. Persiapan Penyuluhan ... 47

5.2.3. Pelaksanaan Penyuluhan ... 47

5.2.3.1. Desain Metode Penyuluhan ... 48

5.3. Evaluasi Penyuluhan ... 50

5.3.1. Tingkat Adopsi Setelah Perlakuan Berbagai Metode Penyuluhan 50 VI. PEMBAHASAN ... 52

6.1. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Adopsi ... 52

6.1.1. Uji Keterandalan ... 52

6.1.2. Interpretasi Model Regresi Linear Berganda ... 54

6.1.3. Peran Kelompok Tani ... 55

6.1.4. Karakteristik Metode Penyuluhan ... 56

6.2. Analisis Efektivitas Metode Penyuluhan ... 59

6.3. Rencana Tindak Lanjut ... 62

VII. PENUTUP ... 63

7.1. Kesimpulan ... 63

7.2. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 69

(11)

3.1. Populasi dan Sampel Kelompok Tani... 25

3.2. Hasil Uji Validitas ... 27

3.3. Hasil Uji Reliabilitas ... 28

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 37

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38

4.3. Skor Adopsi Kelompok Tani Sebelum Penyuluhan ... 39

5.1. Hasil Uji Normalitas ... 44

5.2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 45

5.3. Hasil Uji Autokorelasi ... 46

5.4. Desain Metode Penyuluhan ... 48

5.5. Skor Adopsi Kelompok Tani Setelah Penyuluhan ... 50

6.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 52

6.2. Hasil Uji T ... 53

6.3. Hasil Uji F ... 53

6.4. Perbedaan Efektivitas Metode Penyuluhan ... 59

6.5. Perbandingan Antar Metode Penyuluhan ... 61

iv

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

5.1. Chart Scatterplot ... 44 6.1. Chart Perbandingan Antar Karakteristik Metode ... 56

vi

(13)

1. Kisi-kisi Kuesioner 2. Kuesioner Kajian

3. Hasil Uji Validitas Kuesioner 4. Hasil Uji Validitas SPSS 26

5. Tabulasi Adopsi Pra Penyuluhan Poktan Berkah Makmur 6. Tabulasi Adopsi Pra Penyuluhan Poktan Berkah Jaya 7. Tabulasi Adopsi Pra Penyuluhan Poktan Sri Rejeki 2 8. Tabulasi Tingkat Adopsi Pra Penyuluhan

9. Uji Asumsi Klasik 10. Uji Kelayakan Model 11. Identitas Responden

12. Matrik Identifikasi Masalah dan Upaya Pemecahannya 13. Matrik Uji Prioritas Masalah dan Faktor Penentu

14. Pertimbangan Penetapan Materi Penyuluhan

15. Matrik Analisis Penetapan Media Penyuluhan Pertanian.

16. Matrik Analisis Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian 17. Peta Wilayah Kecamatan Puri

18. Media Penyuluhan

19. Tabulasi Adopsi Pasca Penyuluhan Poktan Berkah Makmur 20. Tabulasi Adopsi Pasca Penyuluhan Poktan Berkah Jaya 21. Tabulasi Adopsi Pasca Penyuluhan Poktan Sri Rejeki 2 22. Tabulasi Tingkat Adopsi Pasca Penyuluhan

23. Perhitungan Skor Karakteristik Metode

24. Lembar Persiapan Menyuluh Metode Demonstrasi Cara 25. Lembar Persiapan Menyuluh Metode Online

26. Lembar Persiapan Menyuluh Metode Hybrid 27. Sinopsis

28. Berita Acara Kegiatan

vii

(14)

29. Daftar Hadir Anggota Kelompok Tani 30. Dokumentasi Kegiatan

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu sektor yang menjadi sumber fundamental kesejahteraan negara. Tantangan yang dihadapi dunia peternakan kini juga menjadi salah satu tanggung jawab bersama untuk meningkatkan kontinuitas, kuantitas, dan kualitas produk-produk peternakan. Salah satu pemasok kebutuhan protein hewani yang memiliki peranan cukup besar adalah daging sapi. Untuk menghasilkan daging sapi dengan kualitas baik adalah dengan tingginya produktivitas ternak sapi potong sebagai penghasil daging sapi utama. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh peternak sapi potong adalah kurangnya produktivitas dari hewan-hewan ternaknya. Produktivitas ternak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas pakan.

Salah satu kendala pakan yang banyak dihadapi oleh peternak konvensional adalah kurangnya informasi mengenai pakan ternak yang sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Para peternak yang masih menggunakan sistem pakan konvensional, menggunakan rumput segar sebagai satu-satunya sumber pakan ternak sapi potong, tanpa melakukan pengolahan maupun penambahan bahan pakan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor terhadap kurangnya produktivitas ternak sapi potong, padahal di masa sekarang ini sudah banyak diterapkan teknologi pengolahan pakan untuk menambah kualitas pakan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hewan ternak.

Mojokerto merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki cukup banyak komoditas peternakan. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan (2020), jumlah populasi sapi potong yang ada di Kabupaten Mojokerto adalah sebesar 4.823.970 ekor sapi potong. Jumlah populasi sapi potong tersebut

1

(16)

berpengaruh kepada jumlah lahan hijauan dan pakan hijauan ternak yang dibutuhkan. Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Mojokerto mengalami perubahan fungsi dari tahun ke tahun, misalnya lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi lahan pemukiman, pekarangan, bangunan, dan lahan industri serta sebagian lagi dialihkan menjadi jalan. Kecamatan Puri merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Mojokerto. Sebagian besar masyarakat yang berada di Kecamatan Puri berprofesi sebagai petani yang memiliki hewan ternak sebagai usaha sampingan. Berdasarkan Programma Penyuluhan BPP Puri (2020), jumlah populasi ternak sapi potong yang ada di Kecamatan Puri adalah sebanyak 2.500 ekor. Kecamatan Puri masih memiliki lahan yang cukup dengan potensi hijauan pakan ternak yang melimpah di musim penghujan dan menipis pada musim kemarau dengan luas lahan kering sebesar 1.017.482 Ha.

Salah satu cara untuk tetap memenuhi pakan hijauan ternak ditengah keterbatasan lahan adalah dengan pengolahan pengawetan hijauan pakan, salah satu teknik pengolahan pakan yang telah sering diterapkan adalah pengawetan silase. Untuk mendukung pemenuhan informasi mengenai pengawetan silase, maka diperlukan peran penyuluh dan kegiatan penyuluhan dalam diseminasi informasi kepada para peternak.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam kegiatan penyuluhan adalah metode penyuluhan dalam penyampaian materi. Perbedaan penerapan metode penyuluhan berpengaruh terhadap penerimaan hasil inovasi oleh sasaran. Metode penyuluhan yang melibatkan interaksi antara sasaran dan penyuluh mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sasaran karena melalui metode, penyuluh dapat menyampaikan materi guna kesejahteraan petani, sedangkan pada era pandemi Covid-19 saat ini, pembatasan sosial menjadikan kegiatan penyuluhan secara tatap muka dengan petani menjadi terhambat. Penerapan metode penyuluhan pertanian berbasis teknologi modern

(17)

berupa internet masih belum banyak dilakukan karena minimnya pengetahuan petani mengenai teknologi modern.

Ketidaksesuaian penerapan metode pada kegiatan penyuluhan dapat berpengaruh terhadap tingkat adopsi peternak pada materi yang diberikan penyuluh, dalam hal ini adalah teknologi pakan ternak terutama silase yang merupakan inovasi yang telah ada dan sejak lama diterapkan di Indonesia.

Penggunaan metode penyuluhan yang tepat dibutuhkan untuk menunjang tingkat adopsi peternak dalam penerapan silase, tetapi ditengah era pandemi Covid-19 saat ini, pembatasan sosial menjadikan kegiatan penyuluhan secara tatap muka dengan petani menjadi terhambat ditambah dengan kurangnya kemampuan peternak dalam akses informasi melalui internet, sehingga perlu adanya penerapan metode penyuluhan yang tepat untuk sasaran agar mampu mengadopsi hasil inovasi yang diberikan. Tinggi rendahnya proses adopsi pada peternak dipengaruhi beberapa faktor, seperti karakteristik metode penyuluhan, peran kelompok, dan peran penyuluh, oleh sebab itu pengkaji akan melaksanakan kajian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Berbagai Metode Penyuluhan Terhadap Tingkat Adopsi Peternak Tentang Teknologi Silase Rumput Odot di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat adopsi peternak terhadap silase rumput odot sebelum dilaksanakan penyuluhan dengan penerapan berbagai metode di Kelompok Tani Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto?

2. Bagaimana desain metode penyuluhan tentang silase rumput odot di Kelompok Tani Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto?

3. Bagaimana tingkat adopsi peternak silase rumput odot setelah dilaksanakan penyuluhan dengan penerapan berbagai metode penyuluhan di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto?

(18)

4. Bagaimana pengaruh karakteristik metode, peran kelompok tani, dan peran penyuluh terhadap tingkat adopsi peternak tentang silase rumput odot di Kelompok Tani Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui tingkat adopsi peternak terhadap silase rumput odot sebelum dilaksanakan penyuluhan dengan penerapan berbagai metode di Kelompok Tani Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

2. Mengetahui desain metode penyuluhan tentang silase rumput odot di Kelompok Tani Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

3. Mengetahui tingkat adopsi peternak silase rumput odot setelah dilaksanakan penyuluhan dengan penerapan berbagai metode penyuluhan di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

4. Mengetahui pengaruh karakteristik metode, peran kelompok tani dan penyuluh terhadap tingkat adopsi peternak tentang silase rumput odot di Kelompok Tani Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

1.4. Manfaat

1. Bagi Peternak

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peternak dalam penggunaan teknologi sebagai usaha pemenuhan sumber informasi peternakan. Meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan rumput sebagai pakan fermentasi silase guna meningkatkan kualitas pakan ternak.

2. Bagi Stakeholders dan Pemerintah Desa

Dalam keperluan pengembangan inovasi baru kajian diharapkan dapat menjadi tolak ukur guna melaksanakan pembangunan pertanian. Terutama dalam hal mendukung pemerintah untuk mewujudkan pangan berkualitas, kajian juga dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi instansi

(19)

setempat dalam penyusunan perencanaan penyuluhan pertanian di wilayah binaannya.

3. Bagi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

Output kajian diharapkan dapat menjadi bahan acuan pembelajaran atau referensi bagi penulis lainnya yang dibutuhkan dalam kajian bidang yang serupa. Hasil dari kajian juga merupakan implementasi pengkaji dalam mengikuti kegiatan pembelajaran selama berada di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

4. Bagi Mahasiswa

Penulisan kajian dimanfaatkan sebagai wadah dalam memperoleh ilmu dan membagikan wawasan, pengalaman baru, sebagai sarana untuk memecahkan suatu masalah, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi peternak terhadap silase sebagai pakan ternak.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama adalah dari Akimi (2015) yang berjudul Pengaruh Metode Penyuluhan Dengan Menggunakan Alat Peraga Terhadap Daya Serap Materi Penyuluhan di Desa Tanjung Kecamatan Gede Kabupaten Boyolali. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah purposive sampling dengan metode pengumpulan data responden menggunakan instrument kuesioner. Sedangkan metode analisis data menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Completely Randomized Design. Hasil yang didapat dari jurnal tersebut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya serap peternak terhadap materi penyuluhan adalah tingkat pendidikan, umur, minat, keadaan pribadi sasaran, materi yang disampaikan, metode, lingkungan dan alat peraga yang digunakan. Tingkat pendidikan yang tinggi, membuat masyarakat kurang berminat menajdi peternak dikarenakan kurang berkembangnya peternakan di Indonesia.

Penelitian kedua adalah dari Abdullah (2016) yang berjudul Proses Adopsi Teknologi Fermentasi Jerami Padi Sebagai Pakan Sapi Potong Pada Peternakan Rakyat di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh dengan melibatkan peternak yang ada di 2 kecamatan. Hasil dari penelitian ini adalah sasaran termasuk dalam kategori pengadopsi lambat. Penyebab lambatnya adopsi inovasi teknologi oleh peternak adalah kurangnya minat pada inovasi teknologi akibat rendahnya pengetahuan dalam penerapan inovasi teknologi pakan. Penyebab lainnya adalah hambatan dalam informasi komunikasi, sehingga peternak takut gagal dalam penerapannya.

Menurut Huda (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Pola Partisipasi Penyuluh Pertanian Dalam Kegiatan Tutorial Online di Kelas Paralel. Dalam jurnal

6

(21)

tersebut menggunakan rancangan penelitian eksploratif dengan metode penelitian sensus dan teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh., sedangkan pada analisis data menggunakan analisis kuantitatif. Berdasarkan hasil dan analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa motivasi dan partisipasi penyuluh dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang meliputi status penyuluh dan usia penyuluh. Sedangkan pengaruh faktor eskternal meliputi sumber informasi dan karakteristik inovasi.

Penelitian selanjutnya adalah dari Satrio, dkk. (2017). Dengan judul Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Adopsi Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Kabupaten Bantul. Dalam jurnal tersebut, penelitian yang dilakukan menggunakan metode dasar deskriptif dengan menggunakan metode penentuan lokasi purposive sampling. Sedangkan teknik pengambilan sampel pada sasaran yang diteliti menggunakan teknik simple random sampling.

Metode analisis yang digunakan adalah uji proporsi dan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor internal petani yang meliputi sikap dan pendidikan petani berpengaruh positif terhadap penggunaan internet oleh petani. Sedangkan pada tingkat adopsi teknologi oleh petani, dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor eksternal yang berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi petani, yaitu peran penyuluh dan peran kelompok.

Penelitian kelima adalah dari Ediset dan Jaswadi (2017). Dengan judul Metode Penyuluhan Dalam Adopsi Inovasi Inseminasi Buatan (IB) Pada Usaha Peternakan Sapi di Kabupaten Dharmasraya. Berdasarkan jurnal tersebut, metode pengumpulan sampel yang digunakan adalah dengan quota sampling. Dengan jenis analisis yang digunakan dengan skala Likert. Hasil dari penelitian ini adalah metode penyuluhan yang sudah terlaksana dengan baik adalah dengan menggunakan metode demonstrasi (tutorial), sedangkan status sosial ekonomi

(22)

peternak dinilai kurang memberikan pengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi Inseminasi Buatan, baik dilihat dari skala usaha, pendapatan, resiko yang dihadapi, umur, tingkat partisipasi, serta keaktifan diluar kelompok.

Menurut Imran, dkk. (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Metode Penyuluhan Pertanian Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petani (Studi Kasus di Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros). Dalam jurnal tersebut metode yang digunakan untuk penentuan sampel adalah proporsional sampling sedangkan untuk analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis Uji t untuk mengetahui metode penyuluhan yang paling efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sasaran. Dengan hasil penelitian bahwa metode yang paling efektif diterapkan adalah Demplot, Anjangsana, Pelatihan, dan Sekolah Lapang.

Penelitian yang ketujuh adalah dari Astarina, dkk (2020) yang berjudul Tingkat Adopsi Peternak Dalam Penerapan Inovasi Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) di Kabupaten Kampar. Metode penentuan sampel yang dilakukan adalah menggunakan purposive sampling dengan sampel responden diambil menggunakan metode sensus. Pengumpulan data dengan menggunakan skala Likert dan analisis data dengan menggunakan rumus Rank Spearmann untuk melihat hubungan korelasi antara karakteristik inovasi dan tahap adopsi.

Dari hasil analisis dan pembahasan dalam jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat adopsi inovasi peternak terhadap ayam KUB di Kabupaten Kampar termasuk kategori sedang dengan rata-rata skor adalah 2,86. Sedangkan tingkat adopsi terdiri dari tahap pengetahuan, persuasi, pengambilan keputusan, implementasi, dan tahap konfirmasi.

Perbedaan penelitian pengkaji dengan penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan dari beberapa faktor pembeda kajian seperti interaksi variabel independen pengkaji yang meliputi karakteristik metode penyuluhan, peran

(23)

kelompok tani, dan peran penyuluh. Objek kajian juga menjadi pembeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu pengkaji menggunakan 3 objek kajian yang meliputi metode penyuluhan demonstrasi cara, tutorial online, dan hybrid.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Metode Penyuluhan

2.2.1.1. Pengertian Metode Penyuluhan

Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor 52 tahun 2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian, metode penyuluhan pertanian adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodolan, sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa metode penyuluhan adalah teknik penyampaian materi oleh penyuluh kepada sasaran agar sasaran mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2.2.1.2. Metode Penyuluhan Tatap Muka

Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab penyuluh adalah mengkomunikasikan inovasi dalam rangka mengubah perilaku masyarakat penerima manfaat agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya (Mardikanto, 2009). Undang-undang No. 16 tahun 2006 tentang SP3K, menyatakan bahwa penyuluh menyusun pelaksanaan rencana kerja tahunan berdasarkan programa penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan dengan berpedoman pada programa penyuluhan. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha. Ketentuan lebih lanjut mengenai

(24)

mekanisme kerja dan metode penyuluhan ditetapkan dengan peraturan menteri, gubernur, atau bupati/Walikota. Salah satu metode tatap muka yang sering diterapkan dan dianggap efektif adalah metode penyuluhan demonstrasi cara.

Menurut Mardikanto (2009) Demonstrasi. Demonstrasi merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan cara peragaan. Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan maksud agar memperlihatkan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata atau konkret. Demonstrasi menurut bentuknya dikenal ada empat tingkatan yaitu demonstrasi plot, demonstrasi farming, demonstrasi area dan demonstrasi unit.

Berdasarkan Permentan No. 35 Tahun 2009, Demonstrasi cara adalah kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi petani. Demonstrasi cara ini mempertunjukkan suatu cara kerja baru atau suatu cara lama tetapi dilakukan dengan lebih baik.

Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

1. Dapat membuat penyuluhan menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)

2. Sasaran lebih mudah memahami apa yang disuluhkan 3. Proses penyuluhan lebih menarik

4. Sasaran dirangsang untuk aktif mangamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri (Djamarah, 2002).

Menurut Winataputra (2005), karakteristik metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

1. Mempertunjukkan objek sebenarnya.

2. Ada proses peniruan.

3. Ada alat bantu.

4. Memerlukan tempat yang strategis yang memungkinkan seluruh siswa aktif.

(25)

5. Dapat pemateri atau sasaran yang melakukannya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penyuluhan demonstrasi cara merupakan suatu metode penyuluhan yang melibatkan interaksi langsung antara penyuluh dan sasaran secara tatap muka dengan melibatkan sasaran secara langsung untuk melakukan pengamatan dan percobaan terhadap objek atau materi yang disampaikan.

2.2.1.3. Metode Penyuluhan Online

Di era Industri 4.0 yang mengedepankan teknologi menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan. Ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, tentu teknologi, terutama dalam hal informasi dan komunikasi terjadi perubahan. Begitu juga dengan penyuluhan, diharapkan penyuluhan saat ini memang mengandalkan teknologi. Salah satu metode penyuluhan pertanian berbasis internet adalah Tutorial Online atau dapat diartikan sebagai e-learning.

Tutorial diartikan sebagai bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para peserta belajar secara efisien dan efektif (Hamalik, 2015).

Menurut Ridwan (2014), tutorial adalah terjadinya interaksi dua arah antara pemateri dan sasaran. Tutorial online adalah kegiatan tutorial (demonstrasi cara) yang diselenggarakan secara online berbasis jaringan internet atau web-based tutorial (WBT).

Menurut Rosenberg (2001) karakteristik E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Karakteristik E-learning adalah:

1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.

2. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer networks)

(26)

3. Menggunakan materi yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian disimpan di komputer, sehingga dapat diakses dimana saja.

4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Kelebihan E-learning ialah memberikan fleksibilitas, interaktivitas, kecepatan, visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing media (Sujana, 2005). Menurut L. Tjokro (2009), E-learning memiliki banyak kelebihan yaitu:

1. Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks, animasi, suara, video.

2. Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum audiensi, bisa dimana saja, bisa kapan saja, murah untuk diperbanyak.

3. Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas, langsung pada pokok bahasan, materi sesuai kebutuhan.

4. Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya penguasaan materi tergantung pada daya serap sasaran, bisa dimonitor, bisa diuji dengan e- test.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, tutorial online dapat diartikan sebagai metode penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan video audio dengan media elektronik yang memanfaatkan jaringan internet.

2.2.1.4. Metode Penyuluhan Hybrid

Dwiyogo (2012) menguraikan arti hybrid learning atau blended learning yaitu suatu model pembelajaran yang menggabungkan tatap muka dengan pembelajaran berbasis teknologi yang mana dapat diakses secara online maupun offline. Model pembelajaran tersebut memiliki kesamaan dengan e-learning.

(27)

Sutisna (2016) mengemukakan bahwa Hybrid learning adalah metode belajar yang menggabungkan dua atau lebih metode dan pendekatan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan proses pembelajaran.

Menurut Massoud, dkk (2011) Hybrid learning adalah perpaduan pembelajaran konvensional (sinkron) dengan memadukan pembelajaran berbasis internet (asynchronous). Hybrid learning dipandang sebagai sebuah kombinasi dari berbagai pendekatan di dalam pembelajaran.

Menurut Lynn, dkk (2014) dan Bains (2016) hybrid learning adalah pengkombinasian metode pembelajaran berbasis e-learning (electronic learning) dengan metode pembelajaran tatap muka atau metode konvensional. Metode pembelajaran Hybrid adalah kombinasi dari berbagai media pembelajaran (teknologi, aktivitas, jenis peristiwa) untuk menciptakan program pembelajaran yang optimal bagi peserta didik secara spesifik. Istilah (campuran) merupakan model pembelajaran yang memadukan kekuatan pembelajaran tradisional tatap muka dengan format pembelajaran elektronik (Bersin, 2004).

Karakteristik hybrid learning adalah menggabungkan berbagai teknik penyampaian, model pembelajaran, gaya pembelajaran, dan media berbasis teknologi yang beragam serta terdapat kombinasi dari pengajaran langsung, belajar mandiri, dan belajar secara online. Pembelajaran dalam hybrid learning merupakan kombinasi yang efektif dari cara penyampaian, cara mengajar, dan gaya pembelajaran (Husamah, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penyuluhan hybrid adalah suatu metode penyuluhan yang menggabungkan atau mengkombinasikan dua metode, yaitu secara tatap muka dan online learning.

2.2.2. Tahapan Adopsi Teknologi Peternakan

Menurut Soekartawi (2005), adopsi inovasi adalah merupakan sebuah proses pengubahan sosial dengan adanya penemuan baru yang di komunikasikan

(28)

kepada pihak lain, kemudian di adopsi oleh masyarakat atau sistem sosial. Inovasi adalah suatu ide yang dianggap baru oleh seseorang, dapat berupa teknologi baru, cara organisasi baru, cara pemasaran hasil pertanian baru dan sebagainya.

Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat seseorang/individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), proses pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana seseorang/individu berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi.

Menurut Mardikanto (2009), terdapat lima tahap dalam proses adopsi, yaitu:

a. Tahap kesadaran. Dalam tahap ini, merupakan langkah pertama ke arah adopsi dari suatu inovasi. Individu / petani menjadi sadar bahwa inovasi atau teknologi ada, tetapi ia kekurangan informasi yang cukup tentang hal itu.

b. Tahap minat. Pada tahap ini, petani secara pribadi mudah tertarik akan teknologi yang baru dan mencari informasi lebih banyak menganenai hal tersebut. Langkah ini terjadi ketika seseorang datang untuk percaya bahwa inovasi boleh jadi mungkin untuk dia (Mosher, 1978). Seorang petani dapat melihat pertumbuhan varietas baru atau baru dapat melihat yang sedang digunakan oleh petani lain tanpa untuk tertarik pada mereka. Unsur-unsur penting untuk perasaan tertarik atau percaya bahwa inovasi adalah pantas untuk dia, dan suatu kepercayaan yang tinggi bahwa hal itu dapat dilakukan.

c. Tahap penilaian. Petani mengevaluasi atau mengadakan penilaian terhadap teknologi termasuk kondisi-kondisinya, harapan, sumber daya, dan manajemen, dan memutuskan untuk mencoba atau tidak. Sekali si petani tertarik atau menaruh minat akan suatu inovasi, maka mulai terjadi

(29)

proses penilaian, dan memutuskan untuk mencoba. Evaluasi adalah juga untuk membuat suatu percobaan/pengendalian mental mengenai inovasi itu. Petani mencoba di dalam imajinasinya juga mengamati secara hati-hati tentang sesuatu yang terjadi ketika petani lain mencoba inovasi itu.

d. Tahap mencoba. Langkah ke empat ini di mana petani terlibat untuk dapat melakukan percobaan inovasi pada ternak. Petani menggunakan beberapa ternak, tenaga kerja, dan uang untuk melakukan percobaan guna melihat apa yang terjadi.

e. Tahap adopsi. Langkah ini merupakan tahap terakhir dimana petani mulai memutuskan untuk mengadopsi atau menolak teknologi itu. Petani mulai menggunakan suatu inovasi dari tahap kedua, ketiga, dan keempat sehingga dapat dikatakan mereka sudah 3 mengadopsi. Jika teknologi itu diadopsi dengan menaruh minat yang tinggi dan mengadakan percobaan secara terus menerus dalam skala yang lebih luas. Petani menggunakan imajinasinya untuk melanjutkan penilaian terhadap inovasi baru sesungguhnya teknologi itu sudah diterapkannya. Penerapan teknologi yang dilakukan secara berulang-ulang menunjukkan bahwa adopsi telah berlangsung. Setiap percobaan pertama harus membangkitkan minat petani kearah penggunaan teknologi secara terus menerus. Beberapa inovasi yang gagal atau lebih banyak pertimbangan adalah di luar kuasa dari pelayanan penyuluh untuk melakukan perubahan.

2.2.2.1. Tingkat Adopsi Inovasi

Menurut Emerson (1995), dalam Rogers (1995) Tingkat adopsi adalah kecepatan relatif dimana inovasi diadopsi oleh anggota sistem sosial. Umumnya diukur sebagai jumlah individu yang mengadopsi ide baru dalam periode tertentu, seperti setiap tahun. Jadi tingkat adopsi adalah indikator numerik dari kecuraman kurva adopsi untuk suatu inovasi.

(30)

Berdasarkan pengertian diatas, tingkat adopsi inovasi adalah kecepatan relatif sasaran dalam mengadopsi suatu inovasi dalam jangka waktu atau periode tertentu.

2.2.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Adopsi

Menurut Mardikanto (1993), Kecepatan adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain; (a) sifat inovasinya sendiri, (b) sifat sasaran, (c) cara pengambilan keputusan, (d) metode yang digunakan, dan (e) keadaan penyuluh.

2.2.3.1. Karakteristik Metode

Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, dibutuhkan kesesuaian antara aspek-aspek penyuluhan agar tujuan dari proses penyuluhan dapat dicapai.

Penyuluh harus dapat menyelaraskan aspek penyuluhan dengan kebutuhan informasi sasaran. Dalam penyampaian informasi/materi, penyuluh harus dapat menetapkan metode yang tepat agar sasaran dapat menerima dan menyerap informasi dengan baik. Penetapan metode harus memenuhi karakteristik metode agar materi dapat diterima dengan baik oleh sasaran. Menurut Fathurrohman (2014), karakteristik metode penyuluhan adalah:

1. Conducive (Tercipta kondisi kondusif)

Dalam proses kegiatan penyuluhan, metode yang diterapkan memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif. Metode yang digunakan mampu mendukung dan memberikan suasana yang tenang untuk tercapainya tujuan dari penyuluhan.

2. Easiness (kemudahan)

Metode penyuluhan dapat memberikan kemudahan bagi sasaran penyuluhan dalam mempelajari dan menyerap materi selama proses penyuluhan. Metode juga diharapkan mampu menambah pengetahuan sikap dan keterampilan sasaran setelah terlaksananya proses penyuluhan.

(31)

3. Motivate (Memotivasi)

Metode dapat memotivasi sasaran penyuluhan untuk berpartisipasi secar aktif dalam setiap kegiatan penyuluhan. Metode juga harus mampu memberikan memberikan keleluasaan pada sasaran untuk menyatakan pendapat, saran, maupun kritiknya.

4. Flexibility (Luwes)

Bersifat luwes, fleksibel, dan memiliki daya sesuai karakteristik sasaran dan materi. Metode dapat menyesesuaikan dengan lingkungan fisik, keadaan ekonomi, dan nilai sosiala budaya sasaran. Sehingga metode yang diterapkan dapat meningkatkan aspek-aspek yang ingin dicapai dalam proses penyuluhan.

5. Fungsional

Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan sasaran pada kemampuan praktis.

2.2.3.2. Peran Kelompok Tani

Kelompok sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, memiliki timbal balik, dan memiliki kesadaran untuk tolong menolong Page dan Iver dalam (Soekanto, 2006). Sarwono (2009) mendefinisikan kelompok sebagai sekelompok (dua orang atau lebih) yang memiliki persepsi sebagai satu kesatuan negara serta memiliki perasaan sebagai bagian dari kelompok, memiliki tujuan bersama, serta saling ketergantungan satu sama lain.

Kelompok tani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya serta ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling mengenal, akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani, kesamaan baik dalam hal tradisi, pemukiman, maupun hamparan lahan usahatani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012).

(32)

Menurut Syahyuti (2007) Kelompok tani merupakan sebuah lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa, bisa berdasarkan komoditas, areal tanam pertanian dan gender.

Kelompok tani sebagai wadah dari para anggotanya untuk menerima informasi mengenai pertanian berkelanjutan dan berperan sebagai penyampai dan penyebar informasi untuk para anggotanya bagi keuntungan usaha taninya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah kumpulan dair beberapa orang yang memiliki tuuan bersama dan saling memiliki ketergantungan antar satu sama lain.

Kelompok tani dianggap sebagai organisasi yang efektif untuk memberdayakan petani, meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan petani dengan bantuan fasilitasi pemerintah melalui program dari berbagai kebijakan pembangunan pertanian, maka perlu dikaji pula perannya dalam mempercepat penerapan teknologi. Demikian juga diseminasi teknologi pertanian kepada petani akan lebih efisien jika dilakukan pada kelompok tani, karena dapat menjangkau petani yang lebih banyak dalam satuan waktu tertentu (Adawiyah, dkk. 2017).

Menurut Pitri, dkk. (2015) Peran kelompok dalam adopsi seperti kelompok berperan dalam meningkatkan kesadaran anggota, meningkatkan minat anggota, melakukan penilaian, melakukan percobaan, dan menerapkan inovasi dalam usaha tani. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa peran kelompok tani terhadap tingkat adopsi peternak dalam menerima suatu inovasi adalah untuk menyampaikan dan menyebarkan informasi kepada anggota kelompoknya dan mendukung anggota kelompok dalam penerapan suatu inovasi.

2.2.3.3. Peran Penyuluh

Menurut Rintjap, dkk., (2016), menyatakan bahwa penyuluh memiliki peran penting dalam pengembangan peternakan dan peningkatan proses adopsi

(33)

teknologi peternakan kepada para peternak. keberhasilan proses dalam adopsi teknologi sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang digunakan.

Peran penyuluh diukur dengan menghitung hasil jawaban dari peternak berdasarkan pertanyaan dan adopsi inovasi diukur dengan melihat tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak yang dihasilkan oleh peran penyuluh (Mangundap, 2020).

Penilaian petani/peternak terhadap penyuluhan lebih dipengaruhi oleh keadaan internal yang ada pada petani/peternak. Pengalaman petani/peternak adopter selama berinteraksi dengan penyuluh maupun informasi yang diperoleh petani/peternak tentang penyuluh akan membentuk persepsi petani/peternak untuk mengadopsi inovasi (Suci, 2011).

Menurut Mokoagow (2021), Terdapat hubungan antara peran penyuluh sebagai Fasilitator, Motivator, Komunikator, Inovator, Organisator, dengan persepsi peternak terhadap proses adopsi inovasi yang meliputi Kesadaran (Awareness), tahapan Minat (Interest), tahapan Menilai (Evaluation), tahapan Mencoba (Trying) dan tahapan Adopsi (Adoption), dimana jika peran penyuluh ditingkatkan, maka akan diikuti dengan peningkatan adopsi inovasi sasaran.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, peran penyuluh sangatlah berpengaruh terhadap tingkat adopsi sasaran, hal ini dikarenakan penyuluh yang berperan untuk menyebarkan informasi maupun hasil inovasi sehingga jika peran penyuluh ditingkatkan, maka akan terjadi peningkatan dalam adopsi sasaran.

2.2.4. Teknologi Pengolahan Silase 2.2.4.1. Pengertian Silase

Silase merupakan awetan hijauan yang disimpan dalam silo yang tertutup rapat dan kedap udara. Kondisi anaerob tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat. Bahan pakan yang

(34)

diawetkan berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya dengan kadar air pada tingkat tertentu (Mugiawati, 2013).

Silase adalah pakan ternak yang masih memiliki kadar air tinggi sebagai hasil pengawetan hijauan makanan ternak atau bahan-bahan melalui proses fermentasi yang dibantu oleh jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen) baik dengan penambahan atau tanpa penambahan bahan pengawet. Fermentasi silase dimulai saat kondisi oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH. Tanaman mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6, setelah difermentasi turun 3,6 – 4,5. Penurunan pH yang cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobakteria dan clostridia (BPTP, 2012).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa silase adalah suatu teknologi pengawetan pakan hijauan dengan proses fermentasi secara tertutup (anaerob) yang dibantu oleh bakteri yang akan menghasilkan asam laktat untuk menurunkan pH.

(35)

2.2.4.2. Manfaat Silase

Selama fermentasi, bakteri yang berperan di dalamnya bekerja pada kandungan selulosa dan karbohidrat pada pakan untuk menghasilkan asam lemak volatil seperti asam asetat, propionat, laktat, dan butirat. Keberadaan asam lemak menurunkan pH sehingga menciptakan lingkungan di mana bakteri perusak tidak bisa hidup. Sehingga asam lemak volatil berperan sebagai pengawet alami.

Pengawetan ini merupakan hal yang penting dilakukan ketika pakan hijauan tidak tersedia di musim dingin. Ketika melalui proses fermentasi, selulosa dari hijauan pecah sehingga ketika dimakan oleh hewan ternak, jalur pencernaan pada perut ruminansia menjadi lebih singkat sehingga mempercepat penyerapan nutrisi.

Menurut Yusriani (2020), manfaat silase adalah sebagai persediaan makanan ternak pada musim kemarau, menampung kelebihan HMT pada musim hujan dan memanfaatkan secara optimal, dan mendayagunakan hasil ikutan dari limbah pertanian dan perkebunan.

Berdasarkan beberapa penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat silase adalah sebagai pakan ternak yang memiliki kandungan nutrisi tinggi yang dapat membantu daya cerna ternak, juga sebagai upaya pendayagunaan hasil ikutan limbah pertanian.

2.2.4.3. Prinsip Dasar Pembuatan Silase

Prinsip dasar pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang paling dominan adalah dari golongan bakteri asam laktat homofermentatif yang mampu melakukan fermentasi dari keadaan aerob sampai anaerob (Ridwan, 2005).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diismpulkan bahwa prinsip dasar pembuatan silase adalah proses pengawetan hijauan yang dibantu oleh mikroba untuk menghasilkan asam laktat.

(36)

2.3. Alur Kajian

Identifikasi Potensi Wilayah

Keadaan yang diharapkan

1. Tingkat adopsi peternak yang tinggi terhadap

pengawetan/pengolahan pakan 2. Diterapkannya metode

penyuluhan yang tepat guna peningkatan adopsi peternak Keadaan Sekarang

1. Rendahnya tingkat adopsi peternak terhadap

pengolahan/pengawetan pakan 2. Belum diterapkannya metode

yang tepat untuk peningkatan adopsi peternak.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat adopsi peternak terhadap silase rumput odot sebelum dilaksanakan penyuluhan dengan penerapan berbagai metode di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto?

2. Bagaimana perbedaan tingkat adopsi silase rumput odot sebelum dan setelah dilaksanakan penyuluhan dengan penerapan berbagai metode penyuluhan di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto?

3. Bagaimana pengaruh karakteristik metode, peran kelompok tani, dan peran penyuluh terhadap tingkat adopsi silase rumput odot di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto?

4. Bagaimana desain metode penyuluhan tentang silase rumput odot di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto?

Tujuan

1. Untuk mengetahui tingkat adopsi peternak terhadap silase rumput odot sebelum dilaksanakan penyuluhan dengan penerapan berbagai metode di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto

2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat adopsi silase rumput odot setelah dilaksanakan penyuluhan dengan penerapan berbagai metode penyuluhan di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto

3. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik metode, peran kelompok tani, dan peran penyuluh terhadap tingkat adopsi silase rumput odot di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto

4. Untuk mengetahui desain metode penyuluhan tentang silase rumput odot di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto

Pengaruh Adopsi (X) X1 Karakteristik Metode X2 Peran Kelompok Tani X3 Peran Penyuluh

Tingkat Adopsi Sasaran (Y) 1. Sadar

2. Minat 3. Penilaian 4. Mencoba 5. Adopsi

Kajian

Pengaruh Penerapan Berbagai Metode Penyuluhan Terhadap Tingkat Adopsi Peternak Tentang Teknologi Silase Rumput Odot di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto

Metode Sampling Sampel jenuh

Metode Pengumpulan Data Menggunakan kuesioner untuk pengambilan data primer, dan pengambilan data dari instansi setempat untuk data sekunder

Metode Analisis Data - Uji Komparatif K Sampel Non Parametris - Regresi Linear Berganda

Desain metode penyuluhan tentang teknologi silase rumput odot di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto Tingkat adopsi silase dari berbagai penerapan metode penyuluhan

Kelompok Tani 1 Metode Demonstrasi Cara

Kelompok Tani 2 Metode Tutorial

Online

Kelompok Tani 3 Metode Hybrid

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Desa Tampungrejo dan Sumolawang Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2022 sampai dengan bulan April 2022.

3.2. Metode Kajian 3.2.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental untuk mempelajari dan menemukan hubungan- hubungan antar variabel.

3.2.2. Populasi dan Sampel

Pada kajian ini populasi terdiri dari 3 kelompok tani di Desa Tampungrejo dan Sumolawang Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto dengan total populasi 41 orang. Dalam penentuan sampel, penulis menggunakan sampel jenuh dari ketiga kelompok tani tersebut sebanyak 41 orang sampel.

Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Kelompok Tani

No. Nama Poktan Jumlah Populasi (org) Jumlah Sampel (org)

1. Berkah Makmur 17 17

2. Berkah Jaya 13 13

3. Sri Rejeki 2 11 11

Total 41

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

3.2.3. Pengambilan Data

Pada kajian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data kuantitatif yang didapatkan dari penyebaran kuesioner oleh penulis dan pengisian kuesioner oleh sasaran setelah dilakukan penyuluhan dengan metode demonstrasi cara, tutorial online, dan hybrid yang terdapat pada lampiran 2. Data sekunder dalam kajian ini merupakan data

25

(38)

pendukung yang didapatkan dari instansi setempat seperti kantor Kecamatan Puri dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Puri agar penulis dapat mengetahui kondisi umum dari desa tersebut.

3.2.4. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan penulis dalam kajian ini adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur pengaruh faktor-faktor adopsi terhadap tingkat adopsi teknologi anggota kelompok tani.

3.2.5. Variabel

Faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi silase rumput odot di kelompok tani adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Metode Penyuluhan (X1) a. Conducive

b. Easiness c. Motivate d. Flexibility e. Fungsional

2. Faktor Peran Kelompok Tani (X2) a. Keaktifan kelompok b. Fasilitasi kelompok c. Komunikasi kelompok 3. Faktor Peran Penyuluh (X3)

a. Keaktifan penyuluh b. Intensitas penyuluhan 4. Variabel Y: Tingkat Adopsi Anggota

1. Sadar 2. Minat 3. Penilaian 4. Mencoba 5. Adopsi

(39)

3.2.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah penentuan sampel dan penyusunan kuesioner, maka akan dilanjutkan dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di kelompok tani lain yang berbeda lokasi dengan tingkat keseragaman cenderung homogen. Uji instrumen dilakukan pada 20 responden di Kelompok Ternak Lembu Jaya Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto yang telah mendapatkan penyuluhan mengenai silase rumput odot.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa valid instrument yang akan penulis gunakan dalam kajian tersebut. Pada kajian ini, penulis melakukan uji validitas dengan menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science) Statistic 26. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa pada instrumen dengan jumlah soal 56 item, dengan rincian 41 item soal valid, dan 15 item soal tidak valid. Hasil uji validitas secara terperinci terdapat pada Lampiran 4. Hasil uji validitas disajikan pada tabel 3.2.:

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas

No. Variabel Jumlah Soal Valid Tidak Valid

1. Karakteristik Metode 17 12 5

2. Peran Kelompok Tani 13 9 4

3. Peran Penyuluh 10 7 3

4. Adopsi Anggota 16 13 3

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas dan instrumen tersebut dinyatakan valid. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur seberapa tinggi instrument dapat dipercaya dan reliabel dengan keadaan sehingga data digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Uji reliabilitas ini diuji dengan menggunakan software serupa dengan uji validitas. Hasil uji reliabilitas pada tabel 3.3.

(40)

Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach’s

Alpha N of Items

.965 56

Sumber: Data primer yang diolah, 2022.

Dari hasil pengujian didapatkan perhitungan koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0.965 > 0.60, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh item soal baik dari variabel independen dan dependen dinyatakan reliabel atau konsisten dan dapat dipercaya.

3.2.7. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan penulis pada kajian ini adalah dengan penghitungan skor tingkat adopsi dan uji statistika yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Penghitungan Skor Tingkat Adopsi

Pengukuran tingkat adopsi dlakukan dengan menggunakan Likert’s Rating Scale (LRS) dengan ketentuan pertanyaan dibuat sebanyak 16 nomor dengan skor nilai 5 untuk jawaban sangat setuju, nilai 4 untuk jawaban setuju, nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu, nilai 2 dengan jawaban tidak setuju, dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Jumlah skor maksimal dari seluruh pertanyaan dikalikan dengan jumlah responden dalam satu kelompok tani, lalu selanjutnya data tabulasi disajikan dalam garis kontinum dan dilakukan interpretasi skor.

Perhitungan skor tingkat adopsi disajikan dalam rumus sebagai berikut:

Skor maksimal = 5 x 13 (jumlah soal) = 65 Skor minimum = 1 x 13 (jumlah soal) = 13

Menurut Farid (2019) untuk mempermudah dalam menganalisis data, maka dibuat klasifikasi berdasarkan 5 (lima) kategori sebagai berikut:

1. Tahap sadar : 0 – 20%

(41)

2. Tahap minat : 21% - 40%

3. Tahap menilai : 41% - 60%

4. Tahap mencoba : 61% - 80%

5. Tahap adopsi : 81% - 100%

2. Uji Regresi Linier Berganda.

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dimana dalam kajian ini untuk melihat Karakteristik Metode Penyuluhan (X1), Peran Kelompok Tani (X2), dan Peran Penyuluh (X3) Terhadap Tingkat Adopsi Kelompok Tani (Y) dengan menggunakan SPSS 26.

Uji regresi linier berganda menggunakan OLS (Ordinary Least Squares) yang terbagi menjadi 5 tahapan, yaitu:

1. Tabulasi Data

2. Estimasi Model Regresi Linier (Berganda) 3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa uji regresi linier berganda merupakan model yang sesuai. Beberapa uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.

4. Uji Kelayakan Model

Uji kelayakan model digunakan untuk mengetahui apakah model regresi layak digunakan. Uji kelayakan model yang dilakukan adalah koefisien determinasi (R2), analisis koefisien regresi (Uji T), dan analisis keterandalan (Uji F).

5. Interpretasi Model Regresi Linier (Berganda)

Formulasi yang digunakan untuk analisis berganda secara umum adalah:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + ⋯ + 𝑏3𝑋3

(42)

Keterangan:

Y : Variabel adopsi a : Konstanta

b1 : Koefisien regresi X1 b2 : Koefisien regresi X2 b3 : Koefisien regresi X3

X1 : Karakteristik metode penyuluhan X2 : Peran kelompok tani

X3 : Peran penyuluh

3.3. Metode Perancangan Penyuluhan

Metode perancangan adalah proses atau teknik melaksanakannya proses perancangan untuk menghasilkan rancangan penyuluhan dalam bentuk materi, metode dan media penyuluhan.

3.3.1. Tujuan Perancangan

Tujuan dari percancangan ini adalah untuk menyusun rancangan media, materi, dan metode penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan berdasarkan hasil kajian dan kebutuhan anggota kelompok tani.

3.3.2. Sasaran Perancangan

Sasaran perancangan dalam kajian ini adalah tiga kelompok tani yang terdapat di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

3.3.3. Materi Perancangan

Materi penyuluhan yang akan disampaikan pada kelompok tani berdasarkan kebutuhan yang diperlukan pada kelompok tani tersebut adalah tentang Pembuatan Silase Rumput Odot yang akan disampaikan kepada tiga kelompok tani yang selanjutnya akan disusun pada sinopsis dan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM).

(43)

3.3.4. Metode Perancangan

Metode penyuluhan dipilih berdasarkan kondisi dan situasi lapangan.

Berbagai metode yang dipilih adalah sebagai berikut :

• Metode demonstrasi cara yang dilaksanakan secara tatap muka keseluruhan dalam penyampaian materi dan diskusi antara penyuluh dan sasaran dengan tetap memperhatikan protokoler kesehatan dan kondisi sasaran setempat.

• Metode tutorial online yang akan dilaksanakan melalui grup WhatsApp dengan menggunakan video tutorial, sehingga seluruh pelaksanaan kegiatan yang berupa penyampaian materi dan interaksi dilakukan secara virtual.

• Metode hybrid yaitu dengan memadukan dua metode tatap muka dan virtual.

Penyampaian materi akan dilaksanaan secara tatap muka, dan keberlanjutan kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan secara virtual.

3.3.5. Media Perancangan

Media yang dipilih penulis disesuaikan dengan kondisi lingkungan lokasi kajian, dan disesuaikan dengan tiga metode penyuluhan yang telah ditetapkan.

Agar media yang digunakan dapat menunjang penyampaian materi teknologi peternakan dengan baik, sehingga dapat diterima oleh responden dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

3.3.6. Metode Evaluasi Perancangan

Metode evaluasi digunakan untuk melihat hasil uji coba rancangan yang kemudian akan dievaluasi untuk rancangan penyuluhan selanjutnya. Metode evaluasi yang akan digunakan dalam kajian ini adalah dengan menggunakan instrumen kuesioner berupa perubahan tingkat adopsi oleh peternak setelah

(44)

pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan penerapan tiga metode penyuluhan yang berbeda pada tiap kelompok tani.

3.4. Metode Implementasi

Metode implementasi adalah metode yang digunakan untuk menerapkan hasil dari perancangan yang telah dibuat.

3.4.1. Tujuan Implementasi

Implementasi teknologi yang dilaksanakan bertujuan untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan sumber daya alam yang tersedia dengan meningkatkan daya adopsi peternak.

3.4.2. Sasaran Implementasi

Sasaran implementasi adalah tiga kelompok tani yang berlokasi di Desa Tampungrejo dan Sumolawang Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

3.4.3. Materi Implementasi

Penetapan sinopsis dan Lembar Persiapan Meyuluh (LPM) tentang teknologi silase yang dibutuhkan oleh kelompok tani menjadi dasar implementasi materi penyuluhan.

3.4.4. Metode Implementasi

Implementasi metode adalah dengan menerapkan metode penyuluhan berdasarkan rekomendasi hasil kajian dilengkapi dengan sinopsis dan Lembar Persiapan Menyuluh dan media penyuluhan yang sesuai degan gambaran teknologi ini.

3.4.5. Media Implementasi

Implementasi media yang digunakan ditetapkan berdasarkan pada desain penyuluhan, disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, bahan dan metode serta didasarkan pada kondisi sasaran agar media yang digunakan dapat menunjang kegiatan penyampaian materi penyuluhan.

(45)

3.4.6. Metode Evaluasi Implementasi

Metode evaluasi yang akan diimplementasikan yaitu dengan metode deskriptif kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada responden.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam kajian ini yang akan digunakan penulis untuk mengukur tingkat adopsi adalah sebagai berikut:

1) Variabel Bebas (X)

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, terdapat beberapa batasan dan ukuran yang dapat dijelaskan dari variabel yang diukur. Adapaun variabel X yang akan dikaji penulis adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik Metode Penyuluhan

Karakteristik metode adalah yang merupakan sifat dari metode yang dilaksanakan atau diterapkan dalam kegiatan penyuluhan tersebut.

Diantaranya adalah:

• Conducive

Kondusif yang dimaksud dalam kajian ini adalah metode yang diterapkan mampu menciptakan kondisi yang baik, tenang, dan nyaman bagi sasaran, sehingga sasaran mampu menyerap materi dengan baik.

• Kemudahan (Easiness)

Kemudahan yang dimaksud dalam kajian ini adalah metode yang diterapkan memberikan kemudahan bagi sasaran dalam mengakses metode. Sasaran dapat menjangkau metode dengan mudah sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya, dan sasaran dapat menerapkan atau menyampaikan kembali materi penyuluhan dengan mudah.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

The Students’ Average of Speaking Scores at the Second semester of the Eighth Grade of Excellent Class 1 ( Kelas Unggulan 1/U1) , Excellent Class 2 ( Kelas Unggulan 2/U2) , and

Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan yaitu secara berturut-turut nilainnya

Metode yang digunakan untuk proses akuisisi pengetahuan dalam sistem manajemen ahli penentuan lokasi dan kesesuaian lahan budidaya kopi ini adalah wawancara dengan ahli tanah

Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) dan media tanam tersebut telah memenuhi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan awal tanaman yang akan menentukan

Hal yang penting, karena kepuasan nasabah merupakan perbandingan antara persepsi dengan harapan nasabah terhadap pelayanan yang dirasakan.Pelayanan yang diberikan

Skripsi yang berjudul “Peranan Sri Sultan Hamengkubuwono IX Dalam Mempertahankan Kedaulatan RI Pada Masa Agresi Militer Belanda Kedua (1948- 1949)” telah dipertahankan di

Nilai rendemen tempe yang dihasilkan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen tempe hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008), yaitu

Rendahnya hasil belajar kognitif dalam pembelajaran IPA juga diduga disebabkan oleh faktor: (1) masih banyaknya permasalahan- permasalahan pembelajaran khususnya