PENERAPAN MICROTEACHING BERBASIS PEMBELAJARAN PKN
KONTEKSTUAL DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MENGAJAR
(PEDAGOGIK) MAHASISWA
Studi Eksperimen Kuasi pada
Mahasiswa PKN FKIP Unlam Banjarmasin
Tesis ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun Oleh:
MUHAMMAD ELMY NIM. 1102527
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA (S2)
(PEDAGOGIK) MAHASISWA
(Studi Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa PKN FKIP Unlam Banjarmasin)
Disusun Oleh:
Muhammad Elmy
S.Pd Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2006
Tesis ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
© Muhammad Elmy Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus, 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Penerapan Microteaching Berbasis Pembelajaran PKn Kontekstual dalam Pembangunan Kompetensi Mengajar (Pedagogik) Mahasiswa (Studi Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Pkn Fkip Unlam Banjarmasin). Tesis. Muhammad Elmy, 2013.
Penelitian ini dilatarbelakangi dari keresahan peneliti tentang kecenderungan mahasiswa calon guru PKn yang ketika mulai terjun ke sekolah untuk praktik lapangan banyak menemui berbagai kendala dan tantangan terutama dalam penguasaan dan penerapan keterampilan-keterampilan dasar mengajar, diantaranya: penguasaan materi, pengelolaan kelas, manajemen waktu, dan pengembangan kreatifitas, sehingga prinsip-prinsip pembelajaran PKn berbasis kontekstual di kelas menjadi kering.
Penelitian ini secara umum bertujuan mendeskripsikan penerapan microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual pada mata kuliah pengalaman praktek lapangan (PPL I) mahasiswa PKn FKIP Unlam Banjarmasin.
Penelitian dilandasi teori ‘microteaching’ (Allen & Brown), ‘Personal Model of Teaching’ dan ‘Social Model of Teaching’ (Weil dan Joyce), dan teori ‘contextual teaching and learning’ (Johnson) yang didukung oleh teori ‘konstruktivis’ dari teori ‘pengembangan kognitif-nya’ (Piaget) teori ‘pembelajaran sosial-nya’ (Vygotsky) ‘konstruktivisme model holistik, integratif, dan ekologis’ (Capra).
Proses penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa semester enam prodi PKn FKIP Unlam yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah 40 orang. Randomisasi (undian) dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari dua subyek kelas yang telah ada. Untuk itu, tidak diperlukan penarikan sampel dari populasi. Terhadap ke dua kelompok diberikan angket tingkat pengetahuan mahasiswa, yaitu angket sebelum dan sesudah pelaksanaan microteaching serta lembar observasi untuk melihat pengaruh pembelajaran dengan model microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual terhadap kemampuan mengajar (pedagogis) mahasiswa.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa untuk pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran kontekstual secara signifikan lebih tinggi dibandingkan rata-rata tingkat kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa untuk pembelajaran microteaching tanpa pembelajaran kontekstual atau konvensional.
ABSTRAC
Application of Microteaching Based Contextual Learning Civics in Competence Development Teaching (Pedagogy) Student (Quasi-Experimental Study on Student Guidance and Counseling PKN Unlam Banjarmasin). Thesis. Muhammad Elmy, 2013. This research is motivated from concerns about the tendency of researchers Civics that student teachers when the school began to plunge into the field to practice encounter many obstacles and challenges, especially in the acquisition and application of basic skills teaching, including: mastery of materials, classroom management, time management, and development of creativity, so that the principles-based contextual learning in civic education classes to become dry.
This study aims to describe the application of generally microteaching Civics contextual learning based on practical field experience courses (PPL I) Civics students FKIP Unlam Banjarmasin.
The research is based on the theory of 'microteaching' (Allen & Brown), 'Personal Model of Teaching' and 'Social Model of Teaching' (Weil and Joyce), and the theory of 'contextual teaching and learning' (Johnson) who is supported by the theory of 'constructivist' of theory 'of his cognitive development' (Piaget) theory of 'social learning' (Vygotsky) 'constructivism model of holistic, integrative, and ecological' (Capra).
Research process using a quantitative approach with quasi-experimental methods. The study population was all students of sixth semester study program Civics FKIP Unlam consisting of two classes with the number 40. Randomization (lottery) is done to determine the experimental class and the control class of the two subjects who had no class. For that, it is not necessary sampling of the population. To the questionnaires given to two groups of students' knowledge level, ie questionnaires before and after the implementation of microteaching and observation sheet to see the influence of the learning-based model of microteaching Civics contextual learning to teach skills (pedagogical) students.
In general, the results of this study showed that the average level of competence to teach (pedagogical) for student learning based contextual learning microteaching significantly higher than the average level of competence to teach (pedagogical) learning for students without learning microteaching contextual or conventional.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR/ BAGAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 7
C. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Struktur Organisasi Tesis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Paradigma Baru PKn di Indonesia ... 13
B. Model Microteaching Berbasis Pembelajaran Kontekstual ... 16
C. Kompetensi Dasar Mengajar (Pedagogis) ... 38
D. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 45
E. Kerangka Pemikiran ... 46
F. Hipotesis ... 47
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 48
A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian ... 48
B. Metode dan Desain Penelitian ... 49
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 51
D. Alur Penelitian ... 53
E. Instrumen Penelitian... 55
F. Pengembangan Instrumen ... 57
G. Prosedur Penelitian... 66
H. Teknik Analisis Data ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72
A. Hasil Penelitian ... 72
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 135
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 183
A. Kesimpulan ... 183
B. Rekomendasi ... 184
DAFTAR PUSTAKA ... 187
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Angket Kesulitan Mengajar Mahasiswa PPL Prodi Pkn ... 3
Tabel 2.1 Aspek Kompetensi Pedagogis ... 42
Tabel 3.1 Desain Quasi Eksperimen ... 50
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 55
Tabel 3.3 Interpretasi Koefesien Korelasi (r) ... 59
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabelitas ... 65
Tabel 4.1 Deskripsi Perbandingan Tingkat Pemahaman Rata-Rata Mahasiswa Untuk Pembelajaran Microteaching ... 131
Tabel 4.2 Deskripsi Perbandingan Rekap Hasil Nilai RPP Mahasiswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 131
Tabel 4.3 Deskripsi Perbandingan Rekap Hasil Penilaian Prosedur Pembelajaran Mahasiswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 132
Tabel 4.4 Hasil Independen T-Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Untuk Masing-Masing Kompetensi Pedagogis (Mengajar) Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 133
Tabel 4.5 Hasil Independen T-Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Untuk Pembelajaran Microteaching pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 134
Tabel 4.6 Deskripsi Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 142
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Regresi Besaran Pengaruh Nilai IPK terhadap Kompetensi Mengajar (Pedagogis) Mahasiswa pada Kelas Kontrol ... 168
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Regresi Besaran Pengaruh Nilai IPK terhadap Kompetensi Mengajar (Pedagogis) Mahasiswa pada Kelas Eksperimen ... 168
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Regresi Besaran Pengaruh Nilai IP terhadap Kompetensi Mengajar (Pedagogis) Mahasiswa pada Kelas Kontrol ... 170
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Regresi Besaran Pengaruh Nilai IP terhadap Kompetensi Mengajar (Pedagogis) Mahasiswa pada Kelas Eksperimen ... 171
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah pelaksanaan pembelajaran microteaching ... 37
Gambar 2.2 Bagan kerangka pemikiran ... 46
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian ... 51
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian ... 54
Gambar 4.1 Struktur Pengelola Microteaching FKIP Unlam ... 77
Gambar 4.2 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Pada Angket Pertama ... 79
Gambar 4.3 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran pada Angket Kedua ... 81
Gambar 4.4 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol Tentang Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ... 82
Gambar 4.5 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Pada Angket Pertama ... 83
Gambar 4.6 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Pada Angket Kedua ... 84
Gambar 4.7 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Eksperimen Tentang Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ... 85
Gambar 4.8 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Angket Pertama ... 86
Gambar 4.9 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Angket Kedua ... 87
Gambar 4.10 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol Tentang Keterampilan Mengelola Kelas ... 88
Gambar 4.11 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Angket Pertama ... 89
Gambar 4.12 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Angket Kedua ... 90
Gambar 4.13 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Eksperimen Tentang Keterampilan Mengelola Kelas... 91
Keterampilan Menjelaskan Pada Angket Kedua... 93 Gambar 4.16 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa
Kelas Kontrol Tentang Keterampilan Menjelaskan ... 94 Gambar 4.17 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Menjelaskan Pada Angket Pertama ... 95 Gambar 4.18 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Menjelaskan Pada Angket Kedua ... 96 Gambar 4.19 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa
Kelas Eksperimen Tentang Keterampilan Menjelaskan .... 97 Gambar 4.20 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol
Untuk Keterampilan Mengadakan Variasi
Pada Angket Pertama ... 98 Gambar 4.21 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol
Untuk Keterampilan Mengadakan Variasi
Pada Angket Kedua ... 100 Gambar 4.22 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas
Kontrol Tentang Keterampilan Mengadakan Variasi ... 101 Gambar 4.23 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Mengadakan Variasi
Pada Angket Pertama ... 102 Gambar 4.24 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Mengadakan Variasi
Pada Angket Kedua ... 103 Gambar 4.25 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas
Eksperimen Tentang Keterampilan Mengadakan Variasi .. 104 Gambar 4.26 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk
Keterampilan Memberikan Penguatan
Pada Angket Pertama ... 105 Gambar 4.27 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk
Keterampilan Memberikan Penguatan
Pada Angket Kedua ... 106 Gambar 4.28 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol
Tentang Keterampilan Memberikan Penguatan ... 107 Gambar 4.29 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Memberikan Penguatan
Pada Angket Pertama ... 108 Gambar 4.30 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Memberikan Penguatan
Pada Angket Kedua ... 109 Gambar 4.31 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas
Eksperimen Tentang Keterampilan
Gambar 4.32 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Pada Angket Pertama ... 111 Gambar 4.33 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Pada Angket Kedua ... 113 Gambar 4.34 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol
Tentang Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok ... 114 Gambar 4.35 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Pada Angket Pertama ... 115 Gambar 4.36 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Pada Angket Kedua ... 116 Gambar 4.37 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas
Eksperimen Tentang Keterampilan Membimbing
Diskusi Kelompok ... 117 Gambar 4.38 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk
Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan
Pada Angket Pertama ... 118 Gambar 4.39 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk
Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan
Pada Angket Kedua ... 120 Gambar 4.40 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol
Tentang Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan ... 121 Gambar 4.41 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan
Pada Siklus Angket Pertama ... 122 Gambar 4.42 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan
Pada Angket Kedua ... 123 Gambar 4.43 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas
Eksperimen Tentang Keterampilan Bertanya Dasar
dan Lanjutan ... 124 Gambar 4.44 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk
Pembelajaran Kontekstual PKn Pada Angket Pertama ... 125 Gambar 4.45 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk
Pembelajaran Kontekstual PKn Pada Angket Kedua ... 126 Gambar 4.46 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol
Untuk Pembelajaran Kontekstual PKN ... 127 Gambar 4.47 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Pada Angket Pertama ... 128 Gambar 4.48 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Untuk Pembelajaran Kontekstual PKn
Pada Angket Kedua ... 129 Gambar 4.49 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas
Eksperimen Untuk Pembelajaran Kontekstual PKN... 130 Gambar 4. 50 Perbandingan Tingkat Pemahaman Rata-Rata
Mahasiswa Untuk Pembelajaran Microteaching
dalam (%) ... 135 Gambar 4.51 Perbandinagn Tingkat Pemahaman Mahasiswa
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen dalam % (Persen) ... 143 Gambar 4.52 Perbandingan Rekap Hasil Penilaian RPP Mahasiswa
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 160 Gambar 4.53 Perbandingan Rekap Hasil Penilaian Prosedur
Pembelajaran Mahasiswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen... 161
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Studi Pendidikan kewarganegaraan (Prodi PKn) merupakan
salah satu program studi pendidikan yang ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) yang
menyelenggarakan pendidikan calon guru yang profesional. Sesuai dengan
UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 seorang guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan nasional. Oleh karena
itu, dalam melaksanakan kegiatan calon guru menitikberatkan pada
aspek-aspek yang erat kaitannya dengan masalah keguruan dan ilmu pendidikan.
Berlandaskan pada aspek tersebut diharapkan lulusan Prodi PKn FKIP Unlam
dapat menguasai kompetensi sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan.
Dharma pendidikan dan pengajaran yang merupakan salah satu dari Tri
Dharma Perguruan Tinggi, merupakan tugas institusional Prodi PKn FKIP
Unlam untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli dan profesional di bidang
pendidikan. Kompetensi profesional di bidang pendidikan adalah kemampuan
melaksanakan tugas kependidikan yang diperoleh melalui pendidikan, latihan
dan kemampuan itu diwujudkan melalui perbuatan (performance) memenuhi
spesifikasi sesuai dengan tugas kependidikan yang dilakukan.
Guru PKn merupakan profesi utama yang menjadi lapangan kerja bagi
lulusan Prodi PKn FKIP Unlam. Oleh karena itu, melalui pendidikan dan
pengajaran di Prodi PKn FKIP Unlam para mahasiswa diarahkan agar
memiliki kompetensi keguruan sebagai perangkat kemampuan para lulusan
program pendidikan prajabatan guru. Untuk mempersiapkan seorang calon
guru yang berkompetensi sebagaimana disebutkan di atas, kiranya tidak cukup
bila calon guru hanya dibekali materi yang bersifat teoritis saja, mengingat
ada Program Pengalaman Lapangan yang merupakan kegiatan praktik
mengajar di sekolah-sekolah.
IGK Wardani & Anah S (1994: 2) mengatakan bahwa:
PPL adalah salah satu program dalam pendidikan prajabatan guru yang dirancang khusus untuk menyiapkan para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang terintegrasi dan utuh, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya dan di angkat menjadi guru, maka siap mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.
Sebelum mahasiswa calon guru terjun untuk mengikuti PPL, diberikan
latihan mengajar dalam format yang kecil dari komponen pelajaran, yang
mana latihan ini sering disebut pengajaran microteaching. Komponen
pelajaran yang dimaksudkan di sini adalah mencakup jumlah murid, waktu,
maupun jenis keterampilan mengajar. Pengajaran microteaching ini penting
sekali sebagai upaya sebelum mahasiswa calon guru terjun ke lapangan untuk
melaksanakan praktik mengajar. Dalam hasil penelitiannya T. Sumadijono
(1995: 8) mengatakan bahwa “korelasi di antara pengajaran microteaching dan
praktik keguruan adalah tinggi, dengan kata lain mahasiswa calon guru yang
penampilannya baik dalam pengajaran microteaching, akan baik juga dalam praktik keguruan”.
Namun dalam kenyataannya, guru PKn terutama calon guru PKn
(mahasiswa praktek) ketika mulai terjun ke sekolah untuk praktek lapangan
dalam pembelajaran mata pelajaran PKn banyak menemui berbagai kendala
dan tantangan. Dari hasil penelitian pendahuluan dan ekspose dalam seminar
nasional PKn yang diselenggarakan oleh prodi PKn FKIP Unlam pada bulan
Mei 2011, ada beberapa problem atau masalah yang dihadapi oleh guru PKn
dan calon guru PKn (mahasiswa praktek) antara lain:
1. Penguasaan materi pembelajaran PKn
2. Pengelolaan Kelas
3. Perbandingan Materi dengan Alokasi Waktu Pembelajaran
4. Kreativitas Pembelajaran yang Minim
Secara lebih jauh, di dalam prakteknya menurut Fadjar. A (2005: 3)
Sebagian besar guru dalam proses pembelajarannya hanya menggunakan buku teks, belajar hanya di dalam kelas, guru bertindak sebagai pemberi informasi tunggal, dan siswa sebagai obyek atau pendengar yang baik. Akibatnya mata pelajaran pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah dianggap sebagai mata pelajaran hapalan, yang penting siswa hapal dalil politik, lembaga-lembaga pemerintahan dan setia tanpa logika pada penguasa atau rezim yang berkuasa, tanpa mengaitkan materi atau konsep dengan kehuidupan masyarakat secara nyata.
Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui angket/ kuesioner yang
peneliti bagikan kepada 75 orang mahasiswa PKn FKIP Unlam yang terdiri
dari 45 orang mahasiswa dari kelas A dan 30 orang mahasiswa dari kelas B,
semester 7 yang telah menjalani program PPL diperoleh gambaran tentang
masalah/ tantangan yang mereka hadapi sesuai dengan temuan ekspose
seminar nasional PKn, Mei 2011, yaitu sebagai berikut:
Tabel: 1.1 Hasil Angket Kesulitan Mengajar Mahasiswa PPL
Prodi PKn FKIP Unlam
No Indikator kesulitan Ya
(Jumlah)
dengan Alokasi Waktu
Pembelajaran
47 27
4 Kreativitas Pembelajaran
yang Minim 45 30
Sumber: Diolah dari angket penelitian pendahuluan
Berdasarkan tabel di atas tergambar bahwa: pertama, mahasiswa PPL
yang menemui kesulitan dalam penguasaan materi pembelajaran PKn
berjumlah 70 orang dan yang merasa telah mampu menguasai materi
pembelajaran PKn berjumlah 5 orang; kedua, mahasiswa PPL yang menemui
kesulitan dalam pengelolaan kelas PKn berjumlah 75 orang yang berarti
semua mahasiswa; ketiga, mahasiswa PPL yang menemui kesulitan dalam
perbandingan materi dengan alokasi waktu pembelajaran berjumlah 47 orang
dan yang merasa telah mampu melakukannya berjumlah 27 orang; keempat,
berjumlah 45 orang dan yang merasa telah mampu melakukannya berjumlah
30 orang mahasiswa.
Dari kondisi yang ada, nampak jelas bahwa usaha-usaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mencapai kompetensi
guru dan calon guru khususnya PKn tidak boleh berhenti. Jika tidak dilakukan,
maka guru dan calon guru yang profesional sulit terwujud. Imbas langsungnya
adalah: siswa tidak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang
seharusnya menjadi kompetensinya karena terbatasnya penguasaan materi
oleh guru; siswa jadi tidak fokus dalam belajar, acuh-tak acuh dan sebagainya
karena guru tidak mampu melakukan pengelolaan kelas; materi pelajaran
menjadi tdak terstruktur karena guru tidak mampu mengatur/ memanajemen
materi dengan alokasi waktu pembelajaran yang tersedia; siswa menjadi
kurang termotivasi dan tertarik dengan materi pembelajaran karena guru juga
minim dalam kreatifitas pembelajaran untuk memilih metode dan menyiapkan
media yang baik dalam pembelajaran. Hasil akhirnya sudah dapat dipastikan,
prestasi belajar dan hasil belajar siswa tentu akan rendah.
Menyikapi tantangan sebagaimana disebutkan di atas, program studi
pendidikan kewarganegaraan FKIP Unlam hingga saat ini terus-menerus
melakukan inovasi-inovasi segenap perangkat dan atau instrumen yang
diperlukan dalam rangka peningkatan standarisasi layanan pendidikan
sehingga dimungkinkan dapat berdampak pada peningkatan kualitas dan out
put calon guru PKn. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengembangkan
model micro teaching bagi mahasiswa PPL Prodi PKn FKIP Unlam.
Secara singkat dapat diungkapkan di sini, microteaching merupakan
latihan mengajar yang diorganisasi di mana ada yang berperan sebagai guru
dan lainnya sebagai siswa dalam kelas. Sejalan dengan itu, Sardiman (2010:
15) mengatakan bahwa “microteaching adalah suatu tindakan atau kegiatan
latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris”. Setiap pelaksanaan
mengajar direkam supaya dapat dilihat kembali dan dievaluasi cara
mengajarnya. Microteaching dilakukan di dalam sebuah ruangan yang
Prinsip pelaksanaan microteaching dapat dijelaskan sebagai berikut:
mahasiswa PPL mengajar di area mengajar. Selama proses itu segala aktivitas
mahasiswa PPL direkam oleh kamera video. Pihak pengamat, dalam hal ini,
bisa Dosen dan /atau rekan mahasiswa PPL yang lain yang ditunjuk dapat
memperhatikan penampilan temannya. Sekali-sekali pengamat dapat bertanya,
berdiskusi dengan mahasiswa PPL supaya proses mengajar lebih hidup.
Setelah selesai, hasil rekaman dapat di diputar kembali (playback)
dengan memanfaatkan tv monitor. Pada sesi ini mahasiswa PPL dapat melihat
kembali penampilannya selama mengajar. Sedangkan pengamat memberi
penilaian, menyampaikan kelebihan dan kekurangannya.
Di sinilah menjadi titik penting untuk melihat, mengevaluasi, memberi
pendapat terhadap kelebihan dan kekurangan penampilan mahasiswa PPL.
Dengan demikian microteaching dapat dijadikan sebuah pendekatan baru yang
inovatif dan aplikatif untuk mempersiapkan performance mahasiswa PPL agar
lebih kapabel.
Dalam konteks pengembangan model microteaching ini bagi mahasiswa
PPL dengan tantangan yang akan dihadapi, sebagaimana telah disampaikan di
atas yaitu: mahasiswa PPL harus mampu menguasai materi pelajaran dengan
baik, mampu mengelola kelas dengan baik dan menyenangkan, mampu
memanajemen waktu pembelajaran dengan baik, dan mampu
berinovasi-kreatif untuk menggunakan metode dan media yang tepat dalam pembelajaran
sesuai dengan kemampuan dan potensi siswa kelak; menuntut penyertaan
metode yang tepat. Salah satu metode yang berkembang saat ini dalam
pembelajaran adalah konstruktivis. Bentuk metode yang dipakai untuk bekal
guru dan calon guru dalam cara/ strategi mengajar guru dikenal dengan nama
Pembelajaran Kontekstual.
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang membangunkan
pengetahuan dari pengalaman, interaksi sosial, dan dunia nyata (Yamin, 2012:
10). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran berpusat pada peserta
didik (student oriented), guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar
dan membimbing peserta didik untuk belajar dan mengembangkan dirinya
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (berdasarkan kompetensi). Di dalam
tugasnya seseorang guru diharapkan dapat membantu peserta didik dalam
member pengalaman-pengalaman baru untuk membentuk kehidupan sebagai
individu yang dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat modern.
Nilai lebih dari pembelajaran kontekstual adalah kekuatannya dalam
membangun kebebasan, realness dan sikap serta persepsi yang positif
terhadap belajar sebagai modal belajar. Sebab belajar butuh kebebasan, tanpa
kebebasan siswa tidak akan dapat belajar dengan cara yang terbaik. Tanpa
realness perlakuan-perlakuan guru terhadap siswa tidak menimbulkan rasa
aman untuk belajar. Sikap dan persepsi positif terhadap belajar menjadi
pemicu rasa suka dan keterlibatan diri secara total (ego involvement) terhadap
peristiwa belajar (Degeng, 2001: 4-6 dalam Komalasari, 2008: 89).
Hal ini sangat penting dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang pada umumnya menghadapi kendala persepsi siswa
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan membosankan.
Pembelajaran kontekstual: berintikan cara-cara/ strategi yang dipilih
untuk menjadi metode untuk mewadahi dan menunjang kemampauan serta
ketrampilan guru/ calon guru di kelas. Ini bermanfaat, karena sebagai guru/
mahasiswa PPL yang akan mempengaruhi kehidupan murid, mahasiswa PPL
harus mampu menjadi fasilitator dan motivator saat berada di ruang kelas.
Mahasiswa PPL belajar memahami bahwa setiap murid nantinya memiliki
karakter masing-masing yang berbeda. Jadi, bagaimana setiap karakter dapat
memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar, merupakan inti ajaran
Pembelajaran kontekstual.
Berdasarkan analisis konseptual dan temuan penelitian pendahuluan di
atas, tampaknya pengembangan bahan ajar dan model pembelajaran
microteaching yang berbasis Pembelajaran Kontekstual sangat urgen
B. Pembatasan Masalah
Guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat
didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan peserta didik
sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru pendidikan
kewarganegaraan dituntut tanggung jawab untuk membawa para siswanya
bersama-sama menuju suatu pendewasaan atau pematangan. Dalam rangka ini
guru tidak semata-mata sebagai „pengajar‟ yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai „pendidik‟ yang transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam
belajar.
Menurut Listiyono (2003: 1) guru yang professional yaitu:
guru yang memiliki kinerja tinggi dalam menjalankan amanah keguruannya, yang memiliki kreativitas tinggi, yang selalu memikirkan bagaimana siswanya dapat menguasai ilmu pengetahuan dengan cara siswa dan bukan dengan cara guru, yang menyadari kondisi yang dimiliki olehnya, siswanya dan sekolahnya.
Bertolak dari hal di atas seorang guru/ calon guru mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan dituntut untuk benar-benar mengkaji dan
memahami paradigma baru pendidikan kewarganegaraan, diikuti dengan
penguasaan strategi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang
benar-benar tangguh dan sesuai. Keduanya mutlak dimiliki agar tercapai hasil yang
baik sebagai tujuan pendidikan kewarganegaraan.
Terlebih lagi jika mengutip pandangan Rahmad, dkk (2009:29) yaitu:
ada dua konsep kemampuan yang seyogyanya dmiliki, ialah pertama, materi yang berkaitan dengan substansi atau isi PKn (disciplinary content knowledge) dan kedua, aspek yang berkaitan dengan cara membelajarkan isi PKn (pedagogically content knowledge). Dua hal ini merupakan aspek yang sangat penting untuk dikuasai oleh guru maupun calon guru khususnya dalam pembelajaran PKn karena merupakan salah satu kompetensi guru profesional, yakni penguasaan bidang studi.
Untuk kompetensi yang berkaitan dengan substansi isi PKn telah banyak
membelajarkan PKn di sekolah dan perguruan tinggi. Namun, yang menurut
hemat penulis masih cukup terbatas kajian referensinya adalah aspek strategi
untuk melatihkan pendekatan dan model-model pembelajaran PKn pada calon
guru PKn. Di sini terlihat peluang untuk melakukan kajian dan penelitian
secara lebih spesifik.
Sebelumnya, memgingat kajian untuk kompetensi guru/ calon guru yang
mesti dimiliki meliputi berbagai aspek yang sangat luas maka dilakukan
pembatasan kajian dalam ruang lingkup aspek keterampilan praktek mengajar
calon guru PKn dengan mengetengahkan metode microteaching berbasis
pembelajaran kontekstual.
C. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan FKIP UNLAM, merupakakan
calon guru yang disiapkan oleh program studi Pendidikan Kewarganegaraan.
Sebagai calon guru, tentunya tidak terlepas dari tuntutan peningkatan
profesionalisme guru yang telah menjadi agenda penting dalam pendidikan,
karena upaya peningkatan keprofesionalan guru bukan saja mengarah pada
sasaran para guru yang telah bertugas, tetapi juga pada peningkatan
kompetensi mengajar para calon guru yang sedang dalam proses pendidikan
prajabatan. Dalam UU No. 14/2005 dan PP No. 19/2005 serta Permendiknas
No. 16/2007, telah ditegaskan bahwa guru harus memiliki 4 macam
kompetensi, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)
kompetensi professional, (4) kompetensi sosial.
Namun dalam kenyataannya, guru PKn terutama calon guru PKn
(mahasiswa praktek) ketika mulai terjun ke sekolah untuk praktek lapangan
dalam pembelajaran mata pelajaran PKn banyak menemui berbagai kendala
dan tantangan. Dari hasil penelitian pendahuluan dan ekspose dalam seminar
nasional PKn yang diselenggarakan oleh prodi PKn FKIP Unlam pada bulan
Mei 2011, ada beberapa problem atau masalah yang dihadapi oleh guru PKn
1. Penguasaan materi pembelajaran PKn
2. Pengelolaan Kelas
3. Perbandingan Materi dengan Alokasi Waktu Pembelajaran
4. Kreativitas Pembelajaran yang Minim
Oleh karena itu, penyiapan calon guru harus dilakukan secara intensif
selama masa pendidikan prajabatan, sehingga ketika calon guru telah lulus
diharapkan dapat memenuhi tuntutan kompetensi yang dimaksud secara
optimal. Salah satu upaya yang penting dilakukan adalah lewat pembelajaran
microteaching. Lewat pembelajaran microteaching ini para calon guru
disiapkan untuk menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar secara
mendalam, yang kemudian menjadi modal dalam menjalani praktek di
lapangan.
Belajar untuk mengajar (learning to teach) sebenarnya cukup kompleks
dan bervariasi dalam arti bahwa tindakan ini mengharuskan adanya beragam
jenis pengetahuan yang berbeda-beda. Beberapa pengetahuan tersebut adalah:
(1) pengetahuan konten atau isi (content knowledge) (2) pengetahuan
pedagogis (pedagogical knowledge) (3) skil-skil mengajar (teaching skill).
Menurut Jacobsen, D. A., Eggen. P, Kauchak. D, (2009: 62):
Pengetahuan konten guru didasarkan pada seberapa banyak waktu yang para guru habiskan dalam pendidikan selama diperguruan tinggi dan dalam pendidikan selama dijenjang sekolah dasar dan menengah yang telah ditempuh. Pengetahuan pedagogis, seperti pengetahuan tentang ruang kelas, bagaimana ruang kelas tersebut bekerja, dan bagaimana ruang kelas dapat mendorong pembelajaran, merupakan pengetahuan penting kedua yang harus dimiliki guru. Pengetahuan ketiga yang harus dimiliki guru adalah skill-skill mengajar, atau kemampuan untuk menggunakan pengetahuan terkait dengan menggunakan cara-cara strategis dalam memberdayakan dan melaksanakan pembelajaran siswa.
Berkenaan dengan maksud di atas, maka dalam rencana penelitian ini
penulis menekankan secara khusus pada formulasi ketiga pengetahuan di atas
dalam satu bentuk yang disebut kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa
untuk dilihat lebih dalam sebagai capaian pembangunan pengetahuan dan
Untuk memudahkan peneliti dalam membuat instrument penelitian maka
aspek dan indikator kompetensi mengajar (pedagogis) di atas di kolaborasi
dan di substitusikan dengan aspek dan indikator keterampilan dasar mengajar
berupa keterampilan (Membuka dan menutup pembelajaran, mengelola kelas,
menjelaskan, mengadakan variasi, penguatan, bertanya dasar dan lanjutan,
membimbing diskusi kelompok kecil dan pembelajaran kontekstual) yang
harus dikuasai oleh mahasiswa.
Permasalahan umum penelitian ini adalah bagaimanakah perbedaan
kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa PKn FKIP Unlam Banjarmasin
pada mata kuliah PPL I yang menggunakan pembelajaran microteaching
berbasis kontekstual dengan kelas kontrol. Atas dasar permasalahan tersebut,
dapat diformulasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah ada perbedaan proses pembelajaran microteaching berbasis
pembelajaran PKn kontekstual dengan pembelajaran microteaching yang
konvesional.
2. Apakah terdapat perbedaan kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa
pada pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual
dengan pembelajaran microteaching yang konvesional.
3. Apakah pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran PKn
kontekstual memberi pengaruh terhadap kompetensi mengajar (pedagogis)
mahasiswa setelah dikontrol dengan variabel lainnya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk pengembangan pembelajaran
microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual pada mata kuliah
pengalaman praktek lapangan (PPL I) mahasiswa PKn FKIP Unlam
Banjarmasin. Sesuai dengan tujuan umum tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan proses pembelajaran microteaching berbasis
pembelajaran PKn kontekstual dengan pembelajaran microteaching yang
2. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi mengajar (pedagogis)
mahasiswa pada pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran PKn
kontekstual dengan pembelajaran microteaching yang konvesional.
3. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran microteaching berbasis
pembelajaran PKn kontekstual terhadap kompetensi pedagogis mahasiswa
setelah dikontrol dengan variabel lainnya.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian dan pengembangan ini akan dapat
memberikan ide-ide berupa prinsip-prinsip dasar dalam mendesain bahan
ajar dan strategi pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan dalam penguasaan materi, pengelolaan
kelas, manajemen waktu, dan kreativitas mahasiswa PPL sebagai calon
guru pendidikan kewarganegaraan.
2. Manfaat praktis
a. Produk penelitian ini akan berguna untuk memberi gambaran
pembelajaran microteaching pada mata kuliah pengalaman praktek
lapangan (PPL I) mahasiswa PKn FKIP Unlam Banjarmasin.
b. Produk penelitian ini akan berguna untuk memberi gambaran
kemampaun mahasiswa pada mata kuliah pengalaman praktek
lapangan (PPL I) PKn FKIP Unlam Banjarmasin.
c. Produk penelitian ini akan berguna untuk memberi gambaran hasil
ukur (eksperimen) pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran
kontekstual memberikan pengaruh signifikan terhadap kompetensi
praktek mengajar mahasiswa, setelah diperhitungkan dengan
F. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis tentang “Penerapan Model Microteaching Berbasis
Pembelajaran Kontekstual dalam Peningkatan Kompetensi Mengajar
(Pedagogik) Mahasiswa Pkn Fkip Unlam Banjarmasin” ini meliputi lima
bagian, yang terdiri dari BAB I sampai dengan BAB V. Secara rinci
bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. BAB I. PENDAHULUAN, meliputi: A. Latar Belakang Penelitian, B.
Identifikasi dan Perumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D. Manfaat/
Signifikansi Penelitian.
2. BAB II. KAJIAN PUSTAKA, meliputi: A. Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia, B. Model Microteaching Berbasis
Pembelajaran Kontekstual, C. Kompetensi Pedagogis, D. Hasil-hasil
penelitian terdahulu, E. Kerangka Pemikiran, F. Hipotesis.
3. BAB III. METODE PENELITIAN, meliputi: A. LOkasi dan Subjek
Penelitian, B. Desain Penelitian, C. Metode Penelitian, D. Definisi
Operasional, E. Instrumen Penelitian, F. Pengembangan Instrumen, G.
Teknik Pengumpulan Data, H. Analisis Data.
4. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, meliputi: A.
Hasil Penelitian, B. Pembahasan.
5. BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN, meliputi: A. Kesimpulan, B.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Program Studi Pendidikan kewarganegaraan
(Prodi PKn), merupakan salah satu program studi pendidikan yang ada di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung
Mangkurat (Unlam).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi. Oleh karena itu,
subjek penelitian ini tidak menggunakan cara randomisasi untuk memasukkan
subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, melainkan
menggunakan kelompok subyek yang sudah ada sebelumnya (Seniati, 2008: 39).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester enam
prodi PKn FKIP Unlam yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah 40 orang.
Randomisasi (undian) dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol dari dua subyek kelas yang telah ada. Untuk itu, tidak diperlukan
penarikan sampel dari populasi. Sehingga penelitian ini bukanlah penelitian yang
bersifat generalisasi.
Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982: 253)
sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2012: 90-91) memberikan saran-saran
tentang ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang
menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah
anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20. Berkaca dari pendapat tersebut,
penelitian ini dengan jumlah populasi 40 siswa, masing-masing kelompok
eksperimen dan kontrol berjumlah 20 siswa dapat dianggap telah memadai.
Jadi, dari hasil undian diperoleh kelas A sebagai kelompok eksperimen
yang berjumlah 20 orang mahasiswa dan kelas B sebagai kelompok kontrol yang
juga berjumlah 20 orang mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
genap tahun pelajaran 2012/ 2013.
B. Metode dan Desain Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. “Pendekatan
kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivistik
yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan” (Sugiyono, 2011:
8). Dari pendekatan kuantitatif tersebut dipilih menggunakan metode penelitian
eksperimen dalam penelitian ini. Karena penelitian eksperimen termasuk dalam
pendekatan kuantitatif. Cresswell (2009: 15) menyatakan: “experimental
research seeks to determine if a specific treatment influence an outcome in a
study. This impact is assessed by providing a specific treatment to one group and
withholding it from another group and then determining how both groups score
on an outcome”.
Beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan adalam penelitian yakni: “Pre-Experimental design, True Experimental design, Factorial Experimental design, dan Quasi-experimental design” (Sugiyono, 2011: 111).
Dari beberapa bentuk jenis penelitian tersebut, dalam penelitian ini menggunakan
bentuk Quasi eksperimental designs (eksperimen kuasi).
Dalam penelitian, yang mejadi fokus adalah model Pembelajaran
Kontekstual untuk meningkatkan kompetensi mengajar (pedagogis) pada
Microteaching bagi mahasiswa PPL. Penelitian bermaksud melihat hubungan
sebab akibat. Variabel bebasnya adalah model microteaching berbasis
pembelajaran kontekstual, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
mengajar mahasiswa PPL. Eksperimen kuasi dilakukan untuk memperoleh
eksperimental sesungguhnya, dalam keadaan tidak memungkinkan untuk
mengontrol atau mengendalikan semua variabel.
Guna mendapatkan gambaran implementasi model microteaching berbasis
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan mengajar mahasiswa
PPL digunakanlah metode quasi eksperimen (Fraenkel: 1993). Dengan desain ini
sampel dibagi dalam 2 kelompok yaitu satu kelompok dengan eksperimen dan
satu kelompok lagi dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
mendapatkan pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran kontekstual
sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran dengan model
konvensional. Terhadap ke dua kelompok diberikan angket tingkat pengetahuan
mahasiswa, yaitu angket sebelum dan sesudah pelaksanaan microteaching serta
lembar observasi untuk melihat pengaruh pembelajaran dengan model
microteaching berbasis pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan mengajar
mahasiswa PPL seperti yang digambarkan di bawah ini:
Tabel: 3.1 Desain Eksperimen Kuasi
Kelompok Random Tes awal Perlakuan Tes akhir
Eksperimen R O1 X O2
Kontrol R O3 - O4
Sumber: Sugiyono (2011: 75)
Keterangan:
R = Random
X = Perlakuan (penerapan microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual)
- = Microteaching konvensional O1 = Kondisi Awal Kelas Esperimen
O2 = Kelas Esperimen Setelah Mendapatkan Perlakuan Microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual
O3 = Kondisi awal Kelas Kontrrol
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Melihat kesesuaian dengan objek penelitian ini, maka ada dua variabel
utama yang dijadikan fokus penelitian, yakni variabel model microteaching
berbasis pembelajaran kontekstual sebagai variabel terikat (X) dan variabel
kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa sebagai variabel bebas (Y).
Dari variabel di atas, maka hubungan antar variabel dalam penelitian ini
adalah paradigma penelitian sederhana yang terdiri atas satu variabel
independen dan dependen (Sugiyono, 2012: 42).
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Sederhana
r
Sumber: Sugiyono (2012: 42)
Keterangan:
X = variabel terikat (microteaching berbasis
pembelajaran PKn kontekstual)
Y = variabel bebas (kompetensi mengajar/ pedagogis
Mahasiswa)
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dirumuskan untuk menghindari kesalahan persepsi
dan interpretasi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
Sebagaimana di sampaikan oleh Christensen (1988: 18), definisi operasional adalah “operationism means that terms must be defined by the steps or operations used to measure them”. Terlebih lagi, setiap terminologi memiliki
makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda.
Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) definisi operasional yang
menggambarkan variabel-variabel penelitian, sebagai berikut:
a. Model microteaching berbasis kontekstual (Variabel X)
Microteaching adalah merupakan suatu teknik atau metode latihan
yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan mengajar, baik
keterampilan-keterampilan baru, maupun keterampilan-ketarampilan lama
yang telah dimiliki oleh calon guru/ guru (bersifat remedial), yang
dilakukan dengan cara mengisolasikan komponen-komponen
keterampilan mengajar, sehingga setiap komponen keterampilan mengajar
tersebut dapat dikuasai dengan baik oleh calon guru/ guru dalam situasi
dan kondisi pengajaran yang disederhanakan atau dimikrokan. Di
dalamnya memuat materi dan keterampilan tentang kemampuan
pembelajaran kontekstual bagi mahasiswa yang kelak dapat diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka.
b. Kompetensi pedagogis (mengajar) mahasiswa calon guru (Variabel Y)
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2010).
Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek
pedagogik, yaitu:
1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik.
3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
5) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
6) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
7) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
Untuk memudahkan peneliti dalam membuat instrument penelitian maka
aspek dan indikator kompetensi pedagogis di atas di kolaborasi dan di
substitusikan dengan aspek dan indikator keterampilan dasar mengajar
(Membuka sampai menutup pembelajaran) yang harus dikuasai oleh
mahasiswa.
D. Alur Penelitian (Perlakuan)
Alur penelitian diawali dengan studi literatur, mengkaji kurikulum Prodi
PKn, buku pedoman PPL 1 dan buku-buku lainnya yang relevan, yang dijadikan
sumber dalam penyusunan instrumen berupa tes, bahan ajar, angket dan lembar
observasi. Kemudian dilakukan validasi angket pada mahasiswa yang telah
mempelajari microteaching. Validasi angket dilakukan untuk menganalisis
tingkat pemahaman angket dan reliabilitas angket.
Penerapan model microteaching berbasis pembelajaran kontekstual
dilakukan pada satu kelas yang telah ditentukan dengan suatu mekanisme
sebelumnya. Tahap ini dimulai dengan mahasiswa mengisi angket pertama untuk
mengetahui kemampuan awal mahasiswa, kemudian diberikan perlakuan berupa
model microteaching berbasis pembelajaran kontekstual dan diakhiri dengan
mengisi angket bagian kedua. Selanjutnya dosen mata kuliah mengisi lembar
observasi dan dilakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa untuk
mengetahui minat, motivasi dan tanggapan mahasiswa terhadap model yang
temuan yang diperoleh berupa data untuk menyusun laporan. Alur penelitian
tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
Sumber: Diolah oleh peneliti Temuan
Studi pendahuluan tentang model microteaching pada matakuliah PPL 1 mahasiswa PKn FKIP Unlam
Merumuskan masalah dan tujuan penelitian
Studi literatur tentang: Kurikulum Prodi PKn Buku Panduan PPL 1 Buku-buku sumber lainnya
E. Instrumen Penelitian
Untuk menjawab permasalahan penelitian dibuat instrumen penelitian
sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan berupa:
tes pemahaman konsep, angket tanggapan mahasiswa dan lembar penilaian dosen
terhadap mahasiswa PPL I pada pembelajaran microteaching mengenai
implementasi tindakan (intervensi) yang dilakukan.
Tabel: 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No Variabel Sub. Variabel Indikator Alat ukur Subjek
1
2. Sesuai tingkat kemempuan 3. Disampaikan secara
sistematis
4. Memberikan contoh aktual
skala
3. Menuntut partisipasi aktif 4. Metode yang digunakan
1. Berasal dari buku paket 2. Berasal dari lingkungan
sekitar
5 Evaluasi
1. Menarik perhatian peserta didik
3. Memusatkan perhatian kelompok
4. Menurut tanggung jawab siswa
3. Menganalisis pandangan siswa
4. Meningkatkan urutan siswa 5. Menyebarkan kesempatan
berpartisipasi 6. Menutup diskusi
Berdasarkan kisi-kisi instrumen di atas maka disusunlah instrument penelian
yang digunakan berupa: tes pemahaman konsep, angket tanggapan mahasiswa
dan lembar penilaian dosen terhadap mahasiswa PPL I pada pembelajaran
microteaching (terlampir).
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Strategi Pengembangan Instrumen
Suatu instrumen pengukuran yang kredibel harus memenuhi syarat
validitas dan reliabelitas. Suatu instrumen memenuhi syarat validitas jika
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sementara reliabelitas
menunjuk pada konsistensi, akurasi, dan stabilitas nilai hasil skala
pengukuran.
Berdasarkan hal itu, maka strategi pengembangan instrument dilakukan
melalui prosedur sebagai berikut:
a. Melakukan analisis induktif, yaitu mengembangkan instrumen
berdasarkan teori model microteaching berbasis pembelajaran kontekstual
dan kompetensi pedagogis (mengajar) yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, serta merupakan hasil adaptasi dan elaborasi dari alat
penilaian kemampuan guru (APKG 1dan 2) dari Kemendikbud dengan
Instrumen dari Kokom Komalasari (2008) dari disertasi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP”. Hal ini untuk memenuhi validitas isi, yaitu bahwa item-item instrument mencerminkan domain konsep dari
penelitian yang dikembangkan dari definisi operasional variabel.
Instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel model
microteaching berbasis pembelajaran kontekstual (Variabel X) berupa
aspek pengetahuan menggunakan skala bertingkat (rating scale) dengan
pilihan dari rentang:
0 = bila sama sekali belum tahu
1 = telah mengetahui sampai dengan 25% 2 = telah mengetahui sampai dengan 50% 3 = telah mengetahui sampai dengan 75% 4 = telah mengetahui 100% (semuanya)
Sedangkan, variable kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa
(Variabel Y) berupa aspek praktik keterampilan kompetensi mengajar
(pedagogis) menggunakan skala bertingkat (rating scale) dengan pilihan
rentang 1 sampai 5 yaitu: 1=tidak baik; 2=kurang baik; 3=biasa-biasa,
4=baik; 5=sangat baik.
b. Melakukan analisis induktif dengan mengumpulkan data terlebih dahulu
melalui penyebaran instrument uji coba yang kemudian dianalisis dengan
teknik korelasi product moment dari Pearson.
Rumus yang digunakan menghitung validitas keseluruhan adalah korelasi
product moment. (Arikunto, 2007: 53)
Ada 3 unsur yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi ini,
Dari ketiga rumus di atas akan didapat koefisien korelasi (r) lalu
diinterpretasikan. Untuk interpretasi dapat dilihat tabel berikut:
Tabel: 3.3 Interpretasi koefisien korelasi (r)
Besarnya r Interpretasi
0,800<r<1
0,600<r<0,600
0,400<r<0,600
0,200<r<0,400
0,000<r<0,200
Tinggi
Cukup
Agak Rendah
Rendah
Sangat Rendah
Sumber: Arikunto, (2007: 54)
Apabila diperoleh angka negatif, berarti kelasnya negatif, ini
menunjukkan kebalikan urutan indeks korelasi tidak pernah lebih dari 1
(satu).
c. Melakukan pengujian reliabelitas instrument. Uji ini dilakukan untuk
mengukur sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya dan sejauh
2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas
1) Validitas X
Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel X
(model microteaching berbasis pembelajaran kontekstual) aspek
pengetahuan dapat dilihat secara terperinci dalam setiap komponen
keterampilan mengajar berikut ini:
a) Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran
Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Membuka dan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel
di atas tampak 6 pernyataan pengukur keterampilan membuka dan
menutup pembelajaran, semua item memiliki r hitung > r tabel.
Dengan demikian ini menunjukkan semua item pernyataan sub
variabel dinyatakan valid.
b) Keterampilan mengelola kelas
Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Mengelola
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel
di atas tampak 5 pernyataan pengukur keterampilan mengelola
menunjukkan semua item pernyataan sub variabel dinyatakan
valid.
c) Keterampilan menjelaskan
Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampian Menjelaskan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel
di atas tampak 5 pernyataan pengukur keterampilan menjelaskan,
semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan demikian ini
menunjukkan semua item pernyataan sub variabel dinyatakan
valid.
d) Keterampilan mengadakan variasi
Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Mengadakan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel
di atas tampak 8 pernyataan pengukur keterampilan mengadakan
variasi, semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan demikian
ini menunjukkan semua item pernyataan sub variabel dinyatakan
e) Keterampilan memberikan penguatan
Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Memberikan
Penguatan 25 0,852 0,444 Valid
26 0,946 0,444 Valid
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel
di atas tampak 2 pernyataan pengukur keterampilan mengadakan
variasi, semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan demikian
ini menunjukkan semua item pernyataan sub variabel dinyatakan
valid.
f) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Membimbing
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel
di atas tampak 6 pernyataan pengukur keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, semua item memiliki r hitung > r tabel.
Dengan demikian ini menunjukkan semua item pernyataan sub
variabel dinyatakan valid.
g) Keterampilan bertanya dasar dan lanjut
40 0,876 0,444 Valid
41 0,691 0,444 Valid
42 0,760 0,444 Valid
43 0,524 0,444 Valid
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel
di atas tampak 6 pernyataan pengukur keterampilan bertanya dasar
dan lanjut, semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan
demikian ini menunjukkan semua item pernyataan sub variabel
dinyatakan valid.
h) Pembelajaran kontekstual PKn
Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel
di atas tampak 60 pernyataan pengukur keterampilan pembelajaran
kontekstual PKn, semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan
demikian ini menunjukkan semua item pernyataan sub variabel
dinyatakan valid.
2) Validitas Y
Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel Y
(kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa) aspek keterampilan
(skiil) yang menggunakan lembar observasi, dikonstruksi berlandaskan
teori yang relevan dan merujuk pada APKG 1 dan 2, selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli yang dimaksud adalah: 1) Prof.
Dr. Ace Suryadi, M.Sc; 2) Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd; dan 3)
Prof. Dr. H. Wahyu, MS.
Berdasarkan pendapat dari ahli (judgment experts) memberi
keputusan: instrumen dapat digunakan dengan penyesuaian.
b. Uji Reliabilitas
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.978 103
Reliabilitas instrumen penelitian ini berdasarkan pengujian pada
seluruh item pernyataan yang sudah dianggap valid, menghasilkan
koefisien korelasi (ρ value) 0.978 yang artinya lebih besar dari 0.7.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam pembelajaran meliputi:
a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian teori tentang konsep
microteaching berbasis pembelajaran kontekstual.
b. Memperkenalkan pembelajaran dengan model microteaching berbasis
pembelajaran kontekstual pada mahasiswa
Tahap awal dari pelaksanaan mikro dimulai dengan perkuliahan
teori. Pelaksanaan perkuliahan teori ini paling tidak membutuhkan waktu
sebanyak 2 kali pertemuan, dengan lama waktu pertemuan 100
menit.perkuliahan teori ini diberikan dalam bentuk kuliah tatap muka,
diskusi kasus, dan pemutaran video model-model pembelajaran untuk
setiap keterampilan dasar mengajar. Diskusi kasus dan pemutaran video
model-model pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan
gambaran konkrit tentang aktivitas mengajar guru kepada mahasiswa,
serta mengembangkan daya antisipasi mahasiswa terhadap tugas latihan
mengajar yang akan mereka jalani. Untuk lebih memberikan motivasi
mahasiswa terhadap penguasaan teori, maka perkuliahan teori ini diakhiri
dengan ujian teori tentang pembelajaran mikro.
Perkuliahan teori ini dimaksudkan untuk menanamkan
konsep-konsep dasar pembelajaran mikro berbasis pembelajaran kontekstual dan
prosedur pelaksanaannya. Di samping itu dalam perkuliahan teori ini juga
dikenalkan berbagai model pembelajaran untuk setiap jenis keterampilan
mengajar yang akan dilatihkan. Materi perkuliahan teori tersebut paling
tidak mencakup materi pokok yang berkaitan dengan keterampilan dasar
mengajar dan berbagai model dalam pembelajaran kontekstual. Secara
1) Materi tenutang konsep dasar pembelajaran microteaching
2) Materi tenutang prosedur pelaksanaan pembelajaran
microteaching
3) Materi tentang keterampilan dasar dalam pembelajaran
microteaching
4) Materi tentang model-model dalam pembelajaran kontekstual
Untuk meningkatkan keefektifan perkuliahan teori yang
dilaksanakan, perkuliahan perlu ditunjang dengan handout materi
perkuliahan dan video latihan keterampilan mengajar media pembelajaran
yang disiapkan oleh peneliti dan dosen matakuliah PPL. Bahan-bahan ini
dipersiapkan karena perkuliahan teori dilakukan dengan metode diskusi
atau Tanya jawab untuk menghindari kejenuhan, maka dengan kesiapan
materi yang demikian itu, mahasiswa telah memahami apa yang
dibicarakan (diskusi dan Tanya jawab yang dilaksanakan). Dengan
demikian perkuliahan akan menjadi hidup dan efektif.
c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
d. Melakukan validasi instrumen.
e. Melakukan uji coba dan analisis angket pada kelompok eksperimen dan
kontrol untuk mengetahui pemahaman konsep awal mahasiswa tentang
kemampuan/ kompetensi mengajar di kelas.
2. Pelaksanaan
a. Menerapkan pembelajaran dengan model microteaching berbasis
pembelajaran kontekstual pada kelas eksperimen dan pembelajaran
microteaching secara konvensional pada kelas kontrol.
1) Mahasiswa harus menyusun Satuan Pembelajaran (SP) atau Rencana
Pembelajaran (RP) atau Skenario, lama penyajian antara 10-15 menit,
ditulis rapi dan diserahkann kepada dosen pembimbing sebelum tampil
2) Bagi mahasiswa yang tidak tampil bertugas sebagai supervisor,
observer, sekaligus sebagai peserta didik di kelas.
3) Dilakukan pembagian kelompok microteaching
4) Dilakukan pembagian tugas untuk praktek komponen keterampilan
5) Kegiatan dalam pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran
kontekstual
a) Microteaching dilakukan di dalam sebuah ruangan yang dilengkapi
dengan berbagai alat/barang yang diperlukan.
b) Prinsip pelaksanaan microteaching dapat dijelaskan sebagai
berikut: guru/ calon guru mengajar di area mengajar.
c) Selama proses itu segala aktivitas guru/calon guru direkam oleh
kamera video. Setiap pelaksanaan mengajar direkam supaya dapat
dilihat kembali dan dievaluasi cara mengajarnya. Pastikan bahwa
gambar dan guru dapat terekam dengan jelas.
d) Pihak pengamat (Dosen matakuliah PPL 1)
e) Sekali-sekali pengamat dapat bertanya, berdiskusi dengan guru/
calon guru supaya proses mengajar lebih hidup.
f) Speaker dapat ditambahkan sepanjang memang dibutuhkan agar
suara guru terdengar lebih keras.
g) Setelah selesai, hasil rekaman dapat di diputar kembali (playback)
dengan memanfaatkan tv monitor. Pada sesi ini calon guru/calon
guru dapat melihat kembali penampilannya selama mengajar.
Sedangkan pengamat memberi penilaian, menyampaikan
kelebihan dan kekurangannya. Di sinilah menjadi titik penting
untuk melihat, mengevaluasi, memberi pendapat terhadap
kelebihan dan kekurangan guru/calon. Dengan demikian
inovatif dan aplikatif untuk mempersiapkan performance guru agar
lebih kapabel.
h) Prasyarat utama yang dibutuhkan agar microteaching dapat
berjalan adalah, tersedianya sebuah ruangan khusus yang
dilengkapi dengan kamera video, recorder, mic, penerangan yang
cukup. Ukuran ruangan tidak ada standar yang baku. Ukuran
ruangan bisa antara 8 m x 6 m, atau 8 m x 7 m. Selanjutnya
tersedianya sejumlah sarana lainnya layaknya sebuah ruang kelas.
Ada white board, meja dan kursi, OHP kalau memang diperlukan.
b. Memberikan angket pertama dan kedua pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
3. Pengolahan dan analisis data
Menghitung gain ternormalisasi kemampuan/ kompetensi model untuk
kelas kontrol dan eksperimen, melakukan uji normalitas data gain
ternormalisasi, melakukan uji homogenitas varians, melakukan uji kesamaan
dua rata-rata, serta melakukan analisis data angket dan observasi.
H. Teknik Analisis Data
Setelah penelitian diperoleh data. Data tersebut merupakan data mentah
yang harus diolah agar dapat memberikan gambaran nyata mengenai
permasalahan penelitian dan memberikan arah untuk mengkaji lebih lanjut. Hasil
penghitungannya dilakukan dengan menggunakan skor gain yang dinormalisasi.
Gain yang dinormalisasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus score
ternormalisasi dengan rumusan Meltzer.
Selanjutnya, pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik
inferensial parametrik sebagai berikut:
1. Menyeleksi data
Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa