• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MICROTEACHING BERBASIS PEMBELAJARAN PKN KONTEKSTUAL DALAM PEMBANGUNAN KOMPETENSI MENGAJAR (PEDAGOGIK) MAHASISWA (Studi Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Pkn Fkip Unlam Banjarmasin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MICROTEACHING BERBASIS PEMBELAJARAN PKN KONTEKSTUAL DALAM PEMBANGUNAN KOMPETENSI MENGAJAR (PEDAGOGIK) MAHASISWA (Studi Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Pkn Fkip Unlam Banjarmasin."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MICROTEACHING BERBASIS PEMBELAJARAN PKN

KONTEKSTUAL DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MENGAJAR

(PEDAGOGIK) MAHASISWA

Studi Eksperimen Kuasi pada

Mahasiswa PKN FKIP Unlam Banjarmasin

Tesis ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ELMY NIM. 1102527

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA (S2)

(2)

(PEDAGOGIK) MAHASISWA

(Studi Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa PKN FKIP Unlam Banjarmasin)

Disusun Oleh:

Muhammad Elmy

S.Pd Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2006

Tesis ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Muhammad Elmy Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus, 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)
(6)

Penerapan Microteaching Berbasis Pembelajaran PKn Kontekstual dalam Pembangunan Kompetensi Mengajar (Pedagogik) Mahasiswa (Studi Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Pkn Fkip Unlam Banjarmasin). Tesis. Muhammad Elmy, 2013.

Penelitian ini dilatarbelakangi dari keresahan peneliti tentang kecenderungan mahasiswa calon guru PKn yang ketika mulai terjun ke sekolah untuk praktik lapangan banyak menemui berbagai kendala dan tantangan terutama dalam penguasaan dan penerapan keterampilan-keterampilan dasar mengajar, diantaranya: penguasaan materi, pengelolaan kelas, manajemen waktu, dan pengembangan kreatifitas, sehingga prinsip-prinsip pembelajaran PKn berbasis kontekstual di kelas menjadi kering.

Penelitian ini secara umum bertujuan mendeskripsikan penerapan microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual pada mata kuliah pengalaman praktek lapangan (PPL I) mahasiswa PKn FKIP Unlam Banjarmasin.

Penelitian dilandasi teori ‘microteaching’ (Allen & Brown), ‘Personal Model of Teaching’ dan ‘Social Model of Teaching’ (Weil dan Joyce), dan teori ‘contextual teaching and learning’ (Johnson) yang didukung oleh teori ‘konstruktivis’ dari teori ‘pengembangan kognitif-nya’ (Piaget) teori ‘pembelajaran sosial-nya’ (Vygotsky) ‘konstruktivisme model holistik, integratif, dan ekologis’ (Capra).

Proses penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa semester enam prodi PKn FKIP Unlam yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah 40 orang. Randomisasi (undian) dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari dua subyek kelas yang telah ada. Untuk itu, tidak diperlukan penarikan sampel dari populasi. Terhadap ke dua kelompok diberikan angket tingkat pengetahuan mahasiswa, yaitu angket sebelum dan sesudah pelaksanaan microteaching serta lembar observasi untuk melihat pengaruh pembelajaran dengan model microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual terhadap kemampuan mengajar (pedagogis) mahasiswa.

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa untuk pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran kontekstual secara signifikan lebih tinggi dibandingkan rata-rata tingkat kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa untuk pembelajaran microteaching tanpa pembelajaran kontekstual atau konvensional.

(7)

ABSTRAC

Application of Microteaching Based Contextual Learning Civics in Competence Development Teaching (Pedagogy) Student (Quasi-Experimental Study on Student Guidance and Counseling PKN Unlam Banjarmasin). Thesis. Muhammad Elmy, 2013. This research is motivated from concerns about the tendency of researchers Civics that student teachers when the school began to plunge into the field to practice encounter many obstacles and challenges, especially in the acquisition and application of basic skills teaching, including: mastery of materials, classroom management, time management, and development of creativity, so that the principles-based contextual learning in civic education classes to become dry.

This study aims to describe the application of generally microteaching Civics contextual learning based on practical field experience courses (PPL I) Civics students FKIP Unlam Banjarmasin.

The research is based on the theory of 'microteaching' (Allen & Brown), 'Personal Model of Teaching' and 'Social Model of Teaching' (Weil and Joyce), and the theory of 'contextual teaching and learning' (Johnson) who is supported by the theory of 'constructivist' of theory 'of his cognitive development' (Piaget) theory of 'social learning' (Vygotsky) 'constructivism model of holistic, integrative, and ecological' (Capra).

Research process using a quantitative approach with quasi-experimental methods. The study population was all students of sixth semester study program Civics FKIP Unlam consisting of two classes with the number 40. Randomization (lottery) is done to determine the experimental class and the control class of the two subjects who had no class. For that, it is not necessary sampling of the population. To the questionnaires given to two groups of students' knowledge level, ie questionnaires before and after the implementation of microteaching and observation sheet to see the influence of the learning-based model of microteaching Civics contextual learning to teach skills (pedagogical) students.

In general, the results of this study showed that the average level of competence to teach (pedagogical) for student learning based contextual learning microteaching significantly higher than the average level of competence to teach (pedagogical) learning for students without learning microteaching contextual or conventional.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR/ BAGAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 7

C. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Paradigma Baru PKn di Indonesia ... 13

B. Model Microteaching Berbasis Pembelajaran Kontekstual ... 16

C. Kompetensi Dasar Mengajar (Pedagogis) ... 38

D. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 45

E. Kerangka Pemikiran ... 46

F. Hipotesis ... 47

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 48

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian ... 48

B. Metode dan Desain Penelitian ... 49

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 51

D. Alur Penelitian ... 53

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Pengembangan Instrumen ... 57

G. Prosedur Penelitian... 66

H. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Hasil Penelitian ... 72

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 135

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 183

A. Kesimpulan ... 183

B. Rekomendasi ... 184

DAFTAR PUSTAKA ... 187

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Angket Kesulitan Mengajar Mahasiswa PPL Prodi Pkn ... 3

Tabel 2.1 Aspek Kompetensi Pedagogis ... 42

Tabel 3.1 Desain Quasi Eksperimen ... 50

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 55

Tabel 3.3 Interpretasi Koefesien Korelasi (r) ... 59

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabelitas ... 65

Tabel 4.1 Deskripsi Perbandingan Tingkat Pemahaman Rata-Rata Mahasiswa Untuk Pembelajaran Microteaching ... 131

Tabel 4.2 Deskripsi Perbandingan Rekap Hasil Nilai RPP Mahasiswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 131

Tabel 4.3 Deskripsi Perbandingan Rekap Hasil Penilaian Prosedur Pembelajaran Mahasiswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 132

Tabel 4.4 Hasil Independen T-Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Untuk Masing-Masing Kompetensi Pedagogis (Mengajar) Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 133

Tabel 4.5 Hasil Independen T-Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Untuk Pembelajaran Microteaching pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 134

Tabel 4.6 Deskripsi Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa ... 142

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Regresi Besaran Pengaruh Nilai IPK terhadap Kompetensi Mengajar (Pedagogis) Mahasiswa pada Kelas Kontrol ... 168

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Regresi Besaran Pengaruh Nilai IPK terhadap Kompetensi Mengajar (Pedagogis) Mahasiswa pada Kelas Eksperimen ... 168

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Regresi Besaran Pengaruh Nilai IP terhadap Kompetensi Mengajar (Pedagogis) Mahasiswa pada Kelas Kontrol ... 170

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Regresi Besaran Pengaruh Nilai IP terhadap Kompetensi Mengajar (Pedagogis) Mahasiswa pada Kelas Eksperimen ... 171

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah pelaksanaan pembelajaran microteaching ... 37

Gambar 2.2 Bagan kerangka pemikiran ... 46

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian ... 51

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian ... 54

Gambar 4.1 Struktur Pengelola Microteaching FKIP Unlam ... 77

Gambar 4.2 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Pada Angket Pertama ... 79

Gambar 4.3 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran pada Angket Kedua ... 81

Gambar 4.4 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol Tentang Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ... 82

Gambar 4.5 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Pada Angket Pertama ... 83

Gambar 4.6 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Pada Angket Kedua ... 84

Gambar 4.7 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Eksperimen Tentang Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ... 85

Gambar 4.8 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Angket Pertama ... 86

Gambar 4.9 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Angket Kedua ... 87

Gambar 4.10 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol Tentang Keterampilan Mengelola Kelas ... 88

Gambar 4.11 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Angket Pertama ... 89

Gambar 4.12 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Angket Kedua ... 90

Gambar 4.13 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Eksperimen Tentang Keterampilan Mengelola Kelas... 91

(12)

Keterampilan Menjelaskan Pada Angket Kedua... 93 Gambar 4.16 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa

Kelas Kontrol Tentang Keterampilan Menjelaskan ... 94 Gambar 4.17 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Menjelaskan Pada Angket Pertama ... 95 Gambar 4.18 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Menjelaskan Pada Angket Kedua ... 96 Gambar 4.19 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa

Kelas Eksperimen Tentang Keterampilan Menjelaskan .... 97 Gambar 4.20 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol

Untuk Keterampilan Mengadakan Variasi

Pada Angket Pertama ... 98 Gambar 4.21 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol

Untuk Keterampilan Mengadakan Variasi

Pada Angket Kedua ... 100 Gambar 4.22 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas

Kontrol Tentang Keterampilan Mengadakan Variasi ... 101 Gambar 4.23 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Mengadakan Variasi

Pada Angket Pertama ... 102 Gambar 4.24 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Mengadakan Variasi

Pada Angket Kedua ... 103 Gambar 4.25 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas

Eksperimen Tentang Keterampilan Mengadakan Variasi .. 104 Gambar 4.26 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk

Keterampilan Memberikan Penguatan

Pada Angket Pertama ... 105 Gambar 4.27 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk

Keterampilan Memberikan Penguatan

Pada Angket Kedua ... 106 Gambar 4.28 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol

Tentang Keterampilan Memberikan Penguatan ... 107 Gambar 4.29 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Memberikan Penguatan

Pada Angket Pertama ... 108 Gambar 4.30 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Memberikan Penguatan

Pada Angket Kedua ... 109 Gambar 4.31 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas

Eksperimen Tentang Keterampilan

(13)

Gambar 4.32 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok

Pada Angket Pertama ... 111 Gambar 4.33 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk

Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok

Pada Angket Kedua ... 113 Gambar 4.34 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol

Tentang Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok ... 114 Gambar 4.35 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok

Pada Angket Pertama ... 115 Gambar 4.36 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok

Pada Angket Kedua ... 116 Gambar 4.37 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas

Eksperimen Tentang Keterampilan Membimbing

Diskusi Kelompok ... 117 Gambar 4.38 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk

Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan

Pada Angket Pertama ... 118 Gambar 4.39 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk

Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan

Pada Angket Kedua ... 120 Gambar 4.40 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol

Tentang Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan ... 121 Gambar 4.41 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan

Pada Siklus Angket Pertama ... 122 Gambar 4.42 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjutan

Pada Angket Kedua ... 123 Gambar 4.43 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas

Eksperimen Tentang Keterampilan Bertanya Dasar

dan Lanjutan ... 124 Gambar 4.44 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk

Pembelajaran Kontekstual PKn Pada Angket Pertama ... 125 Gambar 4.45 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Kontrol Untuk

Pembelajaran Kontekstual PKn Pada Angket Kedua ... 126 Gambar 4.46 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas Kontrol

Untuk Pembelajaran Kontekstual PKN ... 127 Gambar 4.47 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

(14)

Pada Angket Pertama ... 128 Gambar 4.48 Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen

Untuk Pembelajaran Kontekstual PKn

Pada Angket Kedua ... 129 Gambar 4.49 Tingkat Pengetahuan Rata-Rata Mahasiswa Kelas

Eksperimen Untuk Pembelajaran Kontekstual PKN... 130 Gambar 4. 50 Perbandingan Tingkat Pemahaman Rata-Rata

Mahasiswa Untuk Pembelajaran Microteaching

dalam (%) ... 135 Gambar 4.51 Perbandinagn Tingkat Pemahaman Mahasiswa

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen dalam % (Persen) ... 143 Gambar 4.52 Perbandingan Rekap Hasil Penilaian RPP Mahasiswa

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 160 Gambar 4.53 Perbandingan Rekap Hasil Penilaian Prosedur

Pembelajaran Mahasiswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen... 161

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Studi Pendidikan kewarganegaraan (Prodi PKn) merupakan

salah satu program studi pendidikan yang ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) yang

menyelenggarakan pendidikan calon guru yang profesional. Sesuai dengan

UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 seorang guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan nasional. Oleh karena

itu, dalam melaksanakan kegiatan calon guru menitikberatkan pada

aspek-aspek yang erat kaitannya dengan masalah keguruan dan ilmu pendidikan.

Berlandaskan pada aspek tersebut diharapkan lulusan Prodi PKn FKIP Unlam

dapat menguasai kompetensi sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan.

Dharma pendidikan dan pengajaran yang merupakan salah satu dari Tri

Dharma Perguruan Tinggi, merupakan tugas institusional Prodi PKn FKIP

Unlam untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli dan profesional di bidang

pendidikan. Kompetensi profesional di bidang pendidikan adalah kemampuan

melaksanakan tugas kependidikan yang diperoleh melalui pendidikan, latihan

dan kemampuan itu diwujudkan melalui perbuatan (performance) memenuhi

spesifikasi sesuai dengan tugas kependidikan yang dilakukan.

Guru PKn merupakan profesi utama yang menjadi lapangan kerja bagi

lulusan Prodi PKn FKIP Unlam. Oleh karena itu, melalui pendidikan dan

pengajaran di Prodi PKn FKIP Unlam para mahasiswa diarahkan agar

memiliki kompetensi keguruan sebagai perangkat kemampuan para lulusan

program pendidikan prajabatan guru. Untuk mempersiapkan seorang calon

guru yang berkompetensi sebagaimana disebutkan di atas, kiranya tidak cukup

bila calon guru hanya dibekali materi yang bersifat teoritis saja, mengingat

(16)

ada Program Pengalaman Lapangan yang merupakan kegiatan praktik

mengajar di sekolah-sekolah.

IGK Wardani & Anah S (1994: 2) mengatakan bahwa:

PPL adalah salah satu program dalam pendidikan prajabatan guru yang dirancang khusus untuk menyiapkan para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang terintegrasi dan utuh, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya dan di angkat menjadi guru, maka siap mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.

Sebelum mahasiswa calon guru terjun untuk mengikuti PPL, diberikan

latihan mengajar dalam format yang kecil dari komponen pelajaran, yang

mana latihan ini sering disebut pengajaran microteaching. Komponen

pelajaran yang dimaksudkan di sini adalah mencakup jumlah murid, waktu,

maupun jenis keterampilan mengajar. Pengajaran microteaching ini penting

sekali sebagai upaya sebelum mahasiswa calon guru terjun ke lapangan untuk

melaksanakan praktik mengajar. Dalam hasil penelitiannya T. Sumadijono

(1995: 8) mengatakan bahwa “korelasi di antara pengajaran microteaching dan

praktik keguruan adalah tinggi, dengan kata lain mahasiswa calon guru yang

penampilannya baik dalam pengajaran microteaching, akan baik juga dalam praktik keguruan”.

Namun dalam kenyataannya, guru PKn terutama calon guru PKn

(mahasiswa praktek) ketika mulai terjun ke sekolah untuk praktek lapangan

dalam pembelajaran mata pelajaran PKn banyak menemui berbagai kendala

dan tantangan. Dari hasil penelitian pendahuluan dan ekspose dalam seminar

nasional PKn yang diselenggarakan oleh prodi PKn FKIP Unlam pada bulan

Mei 2011, ada beberapa problem atau masalah yang dihadapi oleh guru PKn

dan calon guru PKn (mahasiswa praktek) antara lain:

1. Penguasaan materi pembelajaran PKn

2. Pengelolaan Kelas

3. Perbandingan Materi dengan Alokasi Waktu Pembelajaran

4. Kreativitas Pembelajaran yang Minim

Secara lebih jauh, di dalam prakteknya menurut Fadjar. A (2005: 3)

(17)

Sebagian besar guru dalam proses pembelajarannya hanya menggunakan buku teks, belajar hanya di dalam kelas, guru bertindak sebagai pemberi informasi tunggal, dan siswa sebagai obyek atau pendengar yang baik. Akibatnya mata pelajaran pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah dianggap sebagai mata pelajaran hapalan, yang penting siswa hapal dalil politik, lembaga-lembaga pemerintahan dan setia tanpa logika pada penguasa atau rezim yang berkuasa, tanpa mengaitkan materi atau konsep dengan kehuidupan masyarakat secara nyata.

Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui angket/ kuesioner yang

peneliti bagikan kepada 75 orang mahasiswa PKn FKIP Unlam yang terdiri

dari 45 orang mahasiswa dari kelas A dan 30 orang mahasiswa dari kelas B,

semester 7 yang telah menjalani program PPL diperoleh gambaran tentang

masalah/ tantangan yang mereka hadapi sesuai dengan temuan ekspose

seminar nasional PKn, Mei 2011, yaitu sebagai berikut:

Tabel: 1.1 Hasil Angket Kesulitan Mengajar Mahasiswa PPL

Prodi PKn FKIP Unlam

No Indikator kesulitan Ya

(Jumlah)

dengan Alokasi Waktu

Pembelajaran

47 27

4 Kreativitas Pembelajaran

yang Minim 45 30

Sumber: Diolah dari angket penelitian pendahuluan

Berdasarkan tabel di atas tergambar bahwa: pertama, mahasiswa PPL

yang menemui kesulitan dalam penguasaan materi pembelajaran PKn

berjumlah 70 orang dan yang merasa telah mampu menguasai materi

pembelajaran PKn berjumlah 5 orang; kedua, mahasiswa PPL yang menemui

kesulitan dalam pengelolaan kelas PKn berjumlah 75 orang yang berarti

semua mahasiswa; ketiga, mahasiswa PPL yang menemui kesulitan dalam

perbandingan materi dengan alokasi waktu pembelajaran berjumlah 47 orang

dan yang merasa telah mampu melakukannya berjumlah 27 orang; keempat,

(18)

berjumlah 45 orang dan yang merasa telah mampu melakukannya berjumlah

30 orang mahasiswa.

Dari kondisi yang ada, nampak jelas bahwa usaha-usaha untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mencapai kompetensi

guru dan calon guru khususnya PKn tidak boleh berhenti. Jika tidak dilakukan,

maka guru dan calon guru yang profesional sulit terwujud. Imbas langsungnya

adalah: siswa tidak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang

seharusnya menjadi kompetensinya karena terbatasnya penguasaan materi

oleh guru; siswa jadi tidak fokus dalam belajar, acuh-tak acuh dan sebagainya

karena guru tidak mampu melakukan pengelolaan kelas; materi pelajaran

menjadi tdak terstruktur karena guru tidak mampu mengatur/ memanajemen

materi dengan alokasi waktu pembelajaran yang tersedia; siswa menjadi

kurang termotivasi dan tertarik dengan materi pembelajaran karena guru juga

minim dalam kreatifitas pembelajaran untuk memilih metode dan menyiapkan

media yang baik dalam pembelajaran. Hasil akhirnya sudah dapat dipastikan,

prestasi belajar dan hasil belajar siswa tentu akan rendah.

Menyikapi tantangan sebagaimana disebutkan di atas, program studi

pendidikan kewarganegaraan FKIP Unlam hingga saat ini terus-menerus

melakukan inovasi-inovasi segenap perangkat dan atau instrumen yang

diperlukan dalam rangka peningkatan standarisasi layanan pendidikan

sehingga dimungkinkan dapat berdampak pada peningkatan kualitas dan out

put calon guru PKn. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengembangkan

model micro teaching bagi mahasiswa PPL Prodi PKn FKIP Unlam.

Secara singkat dapat diungkapkan di sini, microteaching merupakan

latihan mengajar yang diorganisasi di mana ada yang berperan sebagai guru

dan lainnya sebagai siswa dalam kelas. Sejalan dengan itu, Sardiman (2010:

15) mengatakan bahwa “microteaching adalah suatu tindakan atau kegiatan

latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris”. Setiap pelaksanaan

mengajar direkam supaya dapat dilihat kembali dan dievaluasi cara

mengajarnya. Microteaching dilakukan di dalam sebuah ruangan yang

(19)

Prinsip pelaksanaan microteaching dapat dijelaskan sebagai berikut:

mahasiswa PPL mengajar di area mengajar. Selama proses itu segala aktivitas

mahasiswa PPL direkam oleh kamera video. Pihak pengamat, dalam hal ini,

bisa Dosen dan /atau rekan mahasiswa PPL yang lain yang ditunjuk dapat

memperhatikan penampilan temannya. Sekali-sekali pengamat dapat bertanya,

berdiskusi dengan mahasiswa PPL supaya proses mengajar lebih hidup.

Setelah selesai, hasil rekaman dapat di diputar kembali (playback)

dengan memanfaatkan tv monitor. Pada sesi ini mahasiswa PPL dapat melihat

kembali penampilannya selama mengajar. Sedangkan pengamat memberi

penilaian, menyampaikan kelebihan dan kekurangannya.

Di sinilah menjadi titik penting untuk melihat, mengevaluasi, memberi

pendapat terhadap kelebihan dan kekurangan penampilan mahasiswa PPL.

Dengan demikian microteaching dapat dijadikan sebuah pendekatan baru yang

inovatif dan aplikatif untuk mempersiapkan performance mahasiswa PPL agar

lebih kapabel.

Dalam konteks pengembangan model microteaching ini bagi mahasiswa

PPL dengan tantangan yang akan dihadapi, sebagaimana telah disampaikan di

atas yaitu: mahasiswa PPL harus mampu menguasai materi pelajaran dengan

baik, mampu mengelola kelas dengan baik dan menyenangkan, mampu

memanajemen waktu pembelajaran dengan baik, dan mampu

berinovasi-kreatif untuk menggunakan metode dan media yang tepat dalam pembelajaran

sesuai dengan kemampuan dan potensi siswa kelak; menuntut penyertaan

metode yang tepat. Salah satu metode yang berkembang saat ini dalam

pembelajaran adalah konstruktivis. Bentuk metode yang dipakai untuk bekal

guru dan calon guru dalam cara/ strategi mengajar guru dikenal dengan nama

Pembelajaran Kontekstual.

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang membangunkan

pengetahuan dari pengalaman, interaksi sosial, dan dunia nyata (Yamin, 2012:

10). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran berpusat pada peserta

didik (student oriented), guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar

(20)

dan membimbing peserta didik untuk belajar dan mengembangkan dirinya

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (berdasarkan kompetensi). Di dalam

tugasnya seseorang guru diharapkan dapat membantu peserta didik dalam

member pengalaman-pengalaman baru untuk membentuk kehidupan sebagai

individu yang dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat modern.

Nilai lebih dari pembelajaran kontekstual adalah kekuatannya dalam

membangun kebebasan, realness dan sikap serta persepsi yang positif

terhadap belajar sebagai modal belajar. Sebab belajar butuh kebebasan, tanpa

kebebasan siswa tidak akan dapat belajar dengan cara yang terbaik. Tanpa

realness perlakuan-perlakuan guru terhadap siswa tidak menimbulkan rasa

aman untuk belajar. Sikap dan persepsi positif terhadap belajar menjadi

pemicu rasa suka dan keterlibatan diri secara total (ego involvement) terhadap

peristiwa belajar (Degeng, 2001: 4-6 dalam Komalasari, 2008: 89).

Hal ini sangat penting dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang pada umumnya menghadapi kendala persepsi siswa

bahwa Pendidikan Kewarganegaraan membosankan.

Pembelajaran kontekstual: berintikan cara-cara/ strategi yang dipilih

untuk menjadi metode untuk mewadahi dan menunjang kemampauan serta

ketrampilan guru/ calon guru di kelas. Ini bermanfaat, karena sebagai guru/

mahasiswa PPL yang akan mempengaruhi kehidupan murid, mahasiswa PPL

harus mampu menjadi fasilitator dan motivator saat berada di ruang kelas.

Mahasiswa PPL belajar memahami bahwa setiap murid nantinya memiliki

karakter masing-masing yang berbeda. Jadi, bagaimana setiap karakter dapat

memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar, merupakan inti ajaran

Pembelajaran kontekstual.

Berdasarkan analisis konseptual dan temuan penelitian pendahuluan di

atas, tampaknya pengembangan bahan ajar dan model pembelajaran

microteaching yang berbasis Pembelajaran Kontekstual sangat urgen

(21)

B. Pembatasan Masalah

Guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat

didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan peserta didik

sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru pendidikan

kewarganegaraan dituntut tanggung jawab untuk membawa para siswanya

bersama-sama menuju suatu pendewasaan atau pematangan. Dalam rangka ini

guru tidak semata-mata sebagai „pengajar‟ yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai „pendidik‟ yang transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam

belajar.

Menurut Listiyono (2003: 1) guru yang professional yaitu:

guru yang memiliki kinerja tinggi dalam menjalankan amanah keguruannya, yang memiliki kreativitas tinggi, yang selalu memikirkan bagaimana siswanya dapat menguasai ilmu pengetahuan dengan cara siswa dan bukan dengan cara guru, yang menyadari kondisi yang dimiliki olehnya, siswanya dan sekolahnya.

Bertolak dari hal di atas seorang guru/ calon guru mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan dituntut untuk benar-benar mengkaji dan

memahami paradigma baru pendidikan kewarganegaraan, diikuti dengan

penguasaan strategi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang

benar-benar tangguh dan sesuai. Keduanya mutlak dimiliki agar tercapai hasil yang

baik sebagai tujuan pendidikan kewarganegaraan.

Terlebih lagi jika mengutip pandangan Rahmad, dkk (2009:29) yaitu:

ada dua konsep kemampuan yang seyogyanya dmiliki, ialah pertama, materi yang berkaitan dengan substansi atau isi PKn (disciplinary content knowledge) dan kedua, aspek yang berkaitan dengan cara membelajarkan isi PKn (pedagogically content knowledge). Dua hal ini merupakan aspek yang sangat penting untuk dikuasai oleh guru maupun calon guru khususnya dalam pembelajaran PKn karena merupakan salah satu kompetensi guru profesional, yakni penguasaan bidang studi.

Untuk kompetensi yang berkaitan dengan substansi isi PKn telah banyak

(22)

membelajarkan PKn di sekolah dan perguruan tinggi. Namun, yang menurut

hemat penulis masih cukup terbatas kajian referensinya adalah aspek strategi

untuk melatihkan pendekatan dan model-model pembelajaran PKn pada calon

guru PKn. Di sini terlihat peluang untuk melakukan kajian dan penelitian

secara lebih spesifik.

Sebelumnya, memgingat kajian untuk kompetensi guru/ calon guru yang

mesti dimiliki meliputi berbagai aspek yang sangat luas maka dilakukan

pembatasan kajian dalam ruang lingkup aspek keterampilan praktek mengajar

calon guru PKn dengan mengetengahkan metode microteaching berbasis

pembelajaran kontekstual.

C. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan FKIP UNLAM, merupakakan

calon guru yang disiapkan oleh program studi Pendidikan Kewarganegaraan.

Sebagai calon guru, tentunya tidak terlepas dari tuntutan peningkatan

profesionalisme guru yang telah menjadi agenda penting dalam pendidikan,

karena upaya peningkatan keprofesionalan guru bukan saja mengarah pada

sasaran para guru yang telah bertugas, tetapi juga pada peningkatan

kompetensi mengajar para calon guru yang sedang dalam proses pendidikan

prajabatan. Dalam UU No. 14/2005 dan PP No. 19/2005 serta Permendiknas

No. 16/2007, telah ditegaskan bahwa guru harus memiliki 4 macam

kompetensi, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)

kompetensi professional, (4) kompetensi sosial.

Namun dalam kenyataannya, guru PKn terutama calon guru PKn

(mahasiswa praktek) ketika mulai terjun ke sekolah untuk praktek lapangan

dalam pembelajaran mata pelajaran PKn banyak menemui berbagai kendala

dan tantangan. Dari hasil penelitian pendahuluan dan ekspose dalam seminar

nasional PKn yang diselenggarakan oleh prodi PKn FKIP Unlam pada bulan

Mei 2011, ada beberapa problem atau masalah yang dihadapi oleh guru PKn

(23)

1. Penguasaan materi pembelajaran PKn

2. Pengelolaan Kelas

3. Perbandingan Materi dengan Alokasi Waktu Pembelajaran

4. Kreativitas Pembelajaran yang Minim

Oleh karena itu, penyiapan calon guru harus dilakukan secara intensif

selama masa pendidikan prajabatan, sehingga ketika calon guru telah lulus

diharapkan dapat memenuhi tuntutan kompetensi yang dimaksud secara

optimal. Salah satu upaya yang penting dilakukan adalah lewat pembelajaran

microteaching. Lewat pembelajaran microteaching ini para calon guru

disiapkan untuk menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar secara

mendalam, yang kemudian menjadi modal dalam menjalani praktek di

lapangan.

Belajar untuk mengajar (learning to teach) sebenarnya cukup kompleks

dan bervariasi dalam arti bahwa tindakan ini mengharuskan adanya beragam

jenis pengetahuan yang berbeda-beda. Beberapa pengetahuan tersebut adalah:

(1) pengetahuan konten atau isi (content knowledge) (2) pengetahuan

pedagogis (pedagogical knowledge) (3) skil-skil mengajar (teaching skill).

Menurut Jacobsen, D. A., Eggen. P, Kauchak. D, (2009: 62):

Pengetahuan konten guru didasarkan pada seberapa banyak waktu yang para guru habiskan dalam pendidikan selama diperguruan tinggi dan dalam pendidikan selama dijenjang sekolah dasar dan menengah yang telah ditempuh. Pengetahuan pedagogis, seperti pengetahuan tentang ruang kelas, bagaimana ruang kelas tersebut bekerja, dan bagaimana ruang kelas dapat mendorong pembelajaran, merupakan pengetahuan penting kedua yang harus dimiliki guru. Pengetahuan ketiga yang harus dimiliki guru adalah skill-skill mengajar, atau kemampuan untuk menggunakan pengetahuan terkait dengan menggunakan cara-cara strategis dalam memberdayakan dan melaksanakan pembelajaran siswa.

Berkenaan dengan maksud di atas, maka dalam rencana penelitian ini

penulis menekankan secara khusus pada formulasi ketiga pengetahuan di atas

dalam satu bentuk yang disebut kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa

untuk dilihat lebih dalam sebagai capaian pembangunan pengetahuan dan

(24)

Untuk memudahkan peneliti dalam membuat instrument penelitian maka

aspek dan indikator kompetensi mengajar (pedagogis) di atas di kolaborasi

dan di substitusikan dengan aspek dan indikator keterampilan dasar mengajar

berupa keterampilan (Membuka dan menutup pembelajaran, mengelola kelas,

menjelaskan, mengadakan variasi, penguatan, bertanya dasar dan lanjutan,

membimbing diskusi kelompok kecil dan pembelajaran kontekstual) yang

harus dikuasai oleh mahasiswa.

Permasalahan umum penelitian ini adalah bagaimanakah perbedaan

kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa PKn FKIP Unlam Banjarmasin

pada mata kuliah PPL I yang menggunakan pembelajaran microteaching

berbasis kontekstual dengan kelas kontrol. Atas dasar permasalahan tersebut,

dapat diformulasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah ada perbedaan proses pembelajaran microteaching berbasis

pembelajaran PKn kontekstual dengan pembelajaran microteaching yang

konvesional.

2. Apakah terdapat perbedaan kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa

pada pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual

dengan pembelajaran microteaching yang konvesional.

3. Apakah pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran PKn

kontekstual memberi pengaruh terhadap kompetensi mengajar (pedagogis)

mahasiswa setelah dikontrol dengan variabel lainnya.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk pengembangan pembelajaran

microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual pada mata kuliah

pengalaman praktek lapangan (PPL I) mahasiswa PKn FKIP Unlam

Banjarmasin. Sesuai dengan tujuan umum tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan proses pembelajaran microteaching berbasis

pembelajaran PKn kontekstual dengan pembelajaran microteaching yang

(25)

2. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi mengajar (pedagogis)

mahasiswa pada pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran PKn

kontekstual dengan pembelajaran microteaching yang konvesional.

3. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran microteaching berbasis

pembelajaran PKn kontekstual terhadap kompetensi pedagogis mahasiswa

setelah dikontrol dengan variabel lainnya.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis

maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian dan pengembangan ini akan dapat

memberikan ide-ide berupa prinsip-prinsip dasar dalam mendesain bahan

ajar dan strategi pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran

kontekstual untuk meningkatkan dalam penguasaan materi, pengelolaan

kelas, manajemen waktu, dan kreativitas mahasiswa PPL sebagai calon

guru pendidikan kewarganegaraan.

2. Manfaat praktis

a. Produk penelitian ini akan berguna untuk memberi gambaran

pembelajaran microteaching pada mata kuliah pengalaman praktek

lapangan (PPL I) mahasiswa PKn FKIP Unlam Banjarmasin.

b. Produk penelitian ini akan berguna untuk memberi gambaran

kemampaun mahasiswa pada mata kuliah pengalaman praktek

lapangan (PPL I) PKn FKIP Unlam Banjarmasin.

c. Produk penelitian ini akan berguna untuk memberi gambaran hasil

ukur (eksperimen) pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran

kontekstual memberikan pengaruh signifikan terhadap kompetensi

praktek mengajar mahasiswa, setelah diperhitungkan dengan

(26)

F. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis tentang “Penerapan Model Microteaching Berbasis

Pembelajaran Kontekstual dalam Peningkatan Kompetensi Mengajar

(Pedagogik) Mahasiswa Pkn Fkip Unlam Banjarmasin” ini meliputi lima

bagian, yang terdiri dari BAB I sampai dengan BAB V. Secara rinci

bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:

1. BAB I. PENDAHULUAN, meliputi: A. Latar Belakang Penelitian, B.

Identifikasi dan Perumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D. Manfaat/

Signifikansi Penelitian.

2. BAB II. KAJIAN PUSTAKA, meliputi: A. Paradigma Baru Pendidikan

Kewarganegaraan di Indonesia, B. Model Microteaching Berbasis

Pembelajaran Kontekstual, C. Kompetensi Pedagogis, D. Hasil-hasil

penelitian terdahulu, E. Kerangka Pemikiran, F. Hipotesis.

3. BAB III. METODE PENELITIAN, meliputi: A. LOkasi dan Subjek

Penelitian, B. Desain Penelitian, C. Metode Penelitian, D. Definisi

Operasional, E. Instrumen Penelitian, F. Pengembangan Instrumen, G.

Teknik Pengumpulan Data, H. Analisis Data.

4. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, meliputi: A.

Hasil Penelitian, B. Pembahasan.

5. BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN, meliputi: A. Kesimpulan, B.

(27)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Program Studi Pendidikan kewarganegaraan

(Prodi PKn), merupakan salah satu program studi pendidikan yang ada di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung

Mangkurat (Unlam).

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi. Oleh karena itu,

subjek penelitian ini tidak menggunakan cara randomisasi untuk memasukkan

subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, melainkan

menggunakan kelompok subyek yang sudah ada sebelumnya (Seniati, 2008: 39).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester enam

prodi PKn FKIP Unlam yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah 40 orang.

Randomisasi (undian) dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas

kontrol dari dua subyek kelas yang telah ada. Untuk itu, tidak diperlukan

penarikan sampel dari populasi. Sehingga penelitian ini bukanlah penelitian yang

bersifat generalisasi.

Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982: 253)

sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2012: 90-91) memberikan saran-saran

tentang ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang

menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah

anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20. Berkaca dari pendapat tersebut,

penelitian ini dengan jumlah populasi 40 siswa, masing-masing kelompok

eksperimen dan kontrol berjumlah 20 siswa dapat dianggap telah memadai.

Jadi, dari hasil undian diperoleh kelas A sebagai kelompok eksperimen

yang berjumlah 20 orang mahasiswa dan kelas B sebagai kelompok kontrol yang

(28)

juga berjumlah 20 orang mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester

genap tahun pelajaran 2012/ 2013.

B. Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. “Pendekatan

kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivistik

yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan

data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan” (Sugiyono, 2011:

8). Dari pendekatan kuantitatif tersebut dipilih menggunakan metode penelitian

eksperimen dalam penelitian ini. Karena penelitian eksperimen termasuk dalam

pendekatan kuantitatif. Cresswell (2009: 15) menyatakan: “experimental

research seeks to determine if a specific treatment influence an outcome in a

study. This impact is assessed by providing a specific treatment to one group and

withholding it from another group and then determining how both groups score

on an outcome”.

Beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan adalam penelitian yakni: “Pre-Experimental design, True Experimental design, Factorial Experimental design, dan Quasi-experimental design” (Sugiyono, 2011: 111).

Dari beberapa bentuk jenis penelitian tersebut, dalam penelitian ini menggunakan

bentuk Quasi eksperimental designs (eksperimen kuasi).

Dalam penelitian, yang mejadi fokus adalah model Pembelajaran

Kontekstual untuk meningkatkan kompetensi mengajar (pedagogis) pada

Microteaching bagi mahasiswa PPL. Penelitian bermaksud melihat hubungan

sebab akibat. Variabel bebasnya adalah model microteaching berbasis

pembelajaran kontekstual, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan

mengajar mahasiswa PPL. Eksperimen kuasi dilakukan untuk memperoleh

(29)

eksperimental sesungguhnya, dalam keadaan tidak memungkinkan untuk

mengontrol atau mengendalikan semua variabel.

Guna mendapatkan gambaran implementasi model microteaching berbasis

pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan mengajar mahasiswa

PPL digunakanlah metode quasi eksperimen (Fraenkel: 1993). Dengan desain ini

sampel dibagi dalam 2 kelompok yaitu satu kelompok dengan eksperimen dan

satu kelompok lagi dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen

mendapatkan pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran kontekstual

sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran dengan model

konvensional. Terhadap ke dua kelompok diberikan angket tingkat pengetahuan

mahasiswa, yaitu angket sebelum dan sesudah pelaksanaan microteaching serta

lembar observasi untuk melihat pengaruh pembelajaran dengan model

microteaching berbasis pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan mengajar

mahasiswa PPL seperti yang digambarkan di bawah ini:

Tabel: 3.1 Desain Eksperimen Kuasi

Kelompok Random Tes awal Perlakuan Tes akhir

Eksperimen R O1 X O2

Kontrol R O3 - O4

Sumber: Sugiyono (2011: 75)

Keterangan:

R = Random

X = Perlakuan (penerapan microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual)

- = Microteaching konvensional O1 = Kondisi Awal Kelas Esperimen

O2 = Kelas Esperimen Setelah Mendapatkan Perlakuan Microteaching berbasis pembelajaran PKn kontekstual

O3 = Kondisi awal Kelas Kontrrol

(30)

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Melihat kesesuaian dengan objek penelitian ini, maka ada dua variabel

utama yang dijadikan fokus penelitian, yakni variabel model microteaching

berbasis pembelajaran kontekstual sebagai variabel terikat (X) dan variabel

kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa sebagai variabel bebas (Y).

Dari variabel di atas, maka hubungan antar variabel dalam penelitian ini

adalah paradigma penelitian sederhana yang terdiri atas satu variabel

independen dan dependen (Sugiyono, 2012: 42).

Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Sederhana

r

Sumber: Sugiyono (2012: 42)

Keterangan:

X = variabel terikat (microteaching berbasis

pembelajaran PKn kontekstual)

Y = variabel bebas (kompetensi mengajar/ pedagogis

Mahasiswa)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dirumuskan untuk menghindari kesalahan persepsi

dan interpretasi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

Sebagaimana di sampaikan oleh Christensen (1988: 18), definisi operasional adalah “operationism means that terms must be defined by the steps or operations used to measure them”. Terlebih lagi, setiap terminologi memiliki

makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda.

Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) definisi operasional yang

menggambarkan variabel-variabel penelitian, sebagai berikut:

(31)

a. Model microteaching berbasis kontekstual (Variabel X)

Microteaching adalah merupakan suatu teknik atau metode latihan

yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan mengajar, baik

keterampilan-keterampilan baru, maupun keterampilan-ketarampilan lama

yang telah dimiliki oleh calon guru/ guru (bersifat remedial), yang

dilakukan dengan cara mengisolasikan komponen-komponen

keterampilan mengajar, sehingga setiap komponen keterampilan mengajar

tersebut dapat dikuasai dengan baik oleh calon guru/ guru dalam situasi

dan kondisi pengajaran yang disederhanakan atau dimikrokan. Di

dalamnya memuat materi dan keterampilan tentang kemampuan

pembelajaran kontekstual bagi mahasiswa yang kelak dapat diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka.

b. Kompetensi pedagogis (mengajar) mahasiswa calon guru (Variabel Y)

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2010).

Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek

pedagogik, yaitu:

1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik.

3) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang

pengembangan yang diampu.

4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

(32)

5) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

6) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik.

7) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,

memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

Untuk memudahkan peneliti dalam membuat instrument penelitian maka

aspek dan indikator kompetensi pedagogis di atas di kolaborasi dan di

substitusikan dengan aspek dan indikator keterampilan dasar mengajar

(Membuka sampai menutup pembelajaran) yang harus dikuasai oleh

mahasiswa.

D. Alur Penelitian (Perlakuan)

Alur penelitian diawali dengan studi literatur, mengkaji kurikulum Prodi

PKn, buku pedoman PPL 1 dan buku-buku lainnya yang relevan, yang dijadikan

sumber dalam penyusunan instrumen berupa tes, bahan ajar, angket dan lembar

observasi. Kemudian dilakukan validasi angket pada mahasiswa yang telah

mempelajari microteaching. Validasi angket dilakukan untuk menganalisis

tingkat pemahaman angket dan reliabilitas angket.

Penerapan model microteaching berbasis pembelajaran kontekstual

dilakukan pada satu kelas yang telah ditentukan dengan suatu mekanisme

sebelumnya. Tahap ini dimulai dengan mahasiswa mengisi angket pertama untuk

mengetahui kemampuan awal mahasiswa, kemudian diberikan perlakuan berupa

model microteaching berbasis pembelajaran kontekstual dan diakhiri dengan

mengisi angket bagian kedua. Selanjutnya dosen mata kuliah mengisi lembar

observasi dan dilakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa untuk

mengetahui minat, motivasi dan tanggapan mahasiswa terhadap model yang

(33)

temuan yang diperoleh berupa data untuk menyusun laporan. Alur penelitian

tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

Sumber: Diolah oleh peneliti Temuan

Studi pendahuluan tentang model microteaching pada matakuliah PPL 1 mahasiswa PKn FKIP Unlam

Merumuskan masalah dan tujuan penelitian

Studi literatur tentang:  Kurikulum Prodi PKn  Buku Panduan PPL 1  Buku-buku sumber lainnya

(34)

E. Instrumen Penelitian

Untuk menjawab permasalahan penelitian dibuat instrumen penelitian

sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan berupa:

tes pemahaman konsep, angket tanggapan mahasiswa dan lembar penilaian dosen

terhadap mahasiswa PPL I pada pembelajaran microteaching mengenai

implementasi tindakan (intervensi) yang dilakukan.

Tabel: 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Sub. Variabel Indikator Alat ukur Subjek

1

2. Sesuai tingkat kemempuan 3. Disampaikan secara

sistematis

4. Memberikan contoh aktual

skala

3. Menuntut partisipasi aktif 4. Metode yang digunakan

1. Berasal dari buku paket 2. Berasal dari lingkungan

sekitar

(35)

5 Evaluasi

1. Menarik perhatian peserta didik

3. Memusatkan perhatian kelompok

4. Menurut tanggung jawab siswa

(36)

3. Menganalisis pandangan siswa

4. Meningkatkan urutan siswa 5. Menyebarkan kesempatan

berpartisipasi 6. Menutup diskusi

Berdasarkan kisi-kisi instrumen di atas maka disusunlah instrument penelian

yang digunakan berupa: tes pemahaman konsep, angket tanggapan mahasiswa

dan lembar penilaian dosen terhadap mahasiswa PPL I pada pembelajaran

microteaching (terlampir).

F. Instrumen Pengumpulan Data

1. Strategi Pengembangan Instrumen

Suatu instrumen pengukuran yang kredibel harus memenuhi syarat

validitas dan reliabelitas. Suatu instrumen memenuhi syarat validitas jika

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sementara reliabelitas

menunjuk pada konsistensi, akurasi, dan stabilitas nilai hasil skala

pengukuran.

Berdasarkan hal itu, maka strategi pengembangan instrument dilakukan

melalui prosedur sebagai berikut:

a. Melakukan analisis induktif, yaitu mengembangkan instrumen

berdasarkan teori model microteaching berbasis pembelajaran kontekstual

dan kompetensi pedagogis (mengajar) yang telah diuraikan pada bagian

sebelumnya, serta merupakan hasil adaptasi dan elaborasi dari alat

penilaian kemampuan guru (APKG 1dan 2) dari Kemendikbud dengan

Instrumen dari Kokom Komalasari (2008) dari disertasi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP”. Hal ini untuk memenuhi validitas isi, yaitu bahwa item-item instrument mencerminkan domain konsep dari

(37)

penelitian yang dikembangkan dari definisi operasional variabel.

Instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel model

microteaching berbasis pembelajaran kontekstual (Variabel X) berupa

aspek pengetahuan menggunakan skala bertingkat (rating scale) dengan

pilihan dari rentang:

0 = bila sama sekali belum tahu

1 = telah mengetahui sampai dengan 25% 2 = telah mengetahui sampai dengan 50% 3 = telah mengetahui sampai dengan 75% 4 = telah mengetahui 100% (semuanya)

Sedangkan, variable kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa

(Variabel Y) berupa aspek praktik keterampilan kompetensi mengajar

(pedagogis) menggunakan skala bertingkat (rating scale) dengan pilihan

rentang 1 sampai 5 yaitu: 1=tidak baik; 2=kurang baik; 3=biasa-biasa,

4=baik; 5=sangat baik.

b. Melakukan analisis induktif dengan mengumpulkan data terlebih dahulu

melalui penyebaran instrument uji coba yang kemudian dianalisis dengan

teknik korelasi product moment dari Pearson.

Rumus yang digunakan menghitung validitas keseluruhan adalah korelasi

product moment. (Arikunto, 2007: 53)

Ada 3 unsur yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi ini,

(38)

Dari ketiga rumus di atas akan didapat koefisien korelasi (r) lalu

diinterpretasikan. Untuk interpretasi dapat dilihat tabel berikut:

Tabel: 3.3 Interpretasi koefisien korelasi (r)

Besarnya r Interpretasi

0,800<r<1

0,600<r<0,600

0,400<r<0,600

0,200<r<0,400

0,000<r<0,200

Tinggi

Cukup

Agak Rendah

Rendah

Sangat Rendah

Sumber: Arikunto, (2007: 54)

Apabila diperoleh angka negatif, berarti kelasnya negatif, ini

menunjukkan kebalikan urutan indeks korelasi tidak pernah lebih dari 1

(satu).

c. Melakukan pengujian reliabelitas instrument. Uji ini dilakukan untuk

mengukur sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya dan sejauh

(39)

2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

1) Validitas X

Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel X

(model microteaching berbasis pembelajaran kontekstual) aspek

pengetahuan dapat dilihat secara terperinci dalam setiap komponen

keterampilan mengajar berikut ini:

a) Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran

Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Membuka dan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel

di atas tampak 6 pernyataan pengukur keterampilan membuka dan

menutup pembelajaran, semua item memiliki r hitung > r tabel.

Dengan demikian ini menunjukkan semua item pernyataan sub

variabel dinyatakan valid.

b) Keterampilan mengelola kelas

Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Mengelola

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel

di atas tampak 5 pernyataan pengukur keterampilan mengelola

(40)

menunjukkan semua item pernyataan sub variabel dinyatakan

valid.

c) Keterampilan menjelaskan

Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampian Menjelaskan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel

di atas tampak 5 pernyataan pengukur keterampilan menjelaskan,

semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan demikian ini

menunjukkan semua item pernyataan sub variabel dinyatakan

valid.

d) Keterampilan mengadakan variasi

Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Mengadakan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel

di atas tampak 8 pernyataan pengukur keterampilan mengadakan

variasi, semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan demikian

ini menunjukkan semua item pernyataan sub variabel dinyatakan

(41)

e) Keterampilan memberikan penguatan

Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Memberikan

Penguatan 25 0,852 0,444 Valid

26 0,946 0,444 Valid

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel

di atas tampak 2 pernyataan pengukur keterampilan mengadakan

variasi, semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan demikian

ini menunjukkan semua item pernyataan sub variabel dinyatakan

valid.

f) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Sub Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Keterampilan Membimbing

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel

di atas tampak 6 pernyataan pengukur keterampilan membimbing

diskusi kelompok kecil, semua item memiliki r hitung > r tabel.

Dengan demikian ini menunjukkan semua item pernyataan sub

variabel dinyatakan valid.

g) Keterampilan bertanya dasar dan lanjut

(42)

40 0,876 0,444 Valid

41 0,691 0,444 Valid

42 0,760 0,444 Valid

43 0,524 0,444 Valid

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel

di atas tampak 6 pernyataan pengukur keterampilan bertanya dasar

dan lanjut, semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan

demikian ini menunjukkan semua item pernyataan sub variabel

dinyatakan valid.

h) Pembelajaran kontekstual PKn

(43)
(44)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang disajikan pada tabel

di atas tampak 60 pernyataan pengukur keterampilan pembelajaran

kontekstual PKn, semua item memiliki r hitung > r tabel. Dengan

demikian ini menunjukkan semua item pernyataan sub variabel

dinyatakan valid.

2) Validitas Y

Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel Y

(kompetensi mengajar (pedagogis) mahasiswa) aspek keterampilan

(skiil) yang menggunakan lembar observasi, dikonstruksi berlandaskan

teori yang relevan dan merujuk pada APKG 1 dan 2, selanjutnya

dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli yang dimaksud adalah: 1) Prof.

Dr. Ace Suryadi, M.Sc; 2) Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd; dan 3)

Prof. Dr. H. Wahyu, MS.

Berdasarkan pendapat dari ahli (judgment experts) memberi

keputusan: instrumen dapat digunakan dengan penyesuaian.

b. Uji Reliabilitas

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.978 103

Reliabilitas instrumen penelitian ini berdasarkan pengujian pada

seluruh item pernyataan yang sudah dianggap valid, menghasilkan

koefisien korelasi (ρ value) 0.978 yang artinya lebih besar dari 0.7.

(45)

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam pembelajaran meliputi:

a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian teori tentang konsep

microteaching berbasis pembelajaran kontekstual.

b. Memperkenalkan pembelajaran dengan model microteaching berbasis

pembelajaran kontekstual pada mahasiswa

Tahap awal dari pelaksanaan mikro dimulai dengan perkuliahan

teori. Pelaksanaan perkuliahan teori ini paling tidak membutuhkan waktu

sebanyak 2 kali pertemuan, dengan lama waktu pertemuan 100

menit.perkuliahan teori ini diberikan dalam bentuk kuliah tatap muka,

diskusi kasus, dan pemutaran video model-model pembelajaran untuk

setiap keterampilan dasar mengajar. Diskusi kasus dan pemutaran video

model-model pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan

gambaran konkrit tentang aktivitas mengajar guru kepada mahasiswa,

serta mengembangkan daya antisipasi mahasiswa terhadap tugas latihan

mengajar yang akan mereka jalani. Untuk lebih memberikan motivasi

mahasiswa terhadap penguasaan teori, maka perkuliahan teori ini diakhiri

dengan ujian teori tentang pembelajaran mikro.

Perkuliahan teori ini dimaksudkan untuk menanamkan

konsep-konsep dasar pembelajaran mikro berbasis pembelajaran kontekstual dan

prosedur pelaksanaannya. Di samping itu dalam perkuliahan teori ini juga

dikenalkan berbagai model pembelajaran untuk setiap jenis keterampilan

mengajar yang akan dilatihkan. Materi perkuliahan teori tersebut paling

tidak mencakup materi pokok yang berkaitan dengan keterampilan dasar

mengajar dan berbagai model dalam pembelajaran kontekstual. Secara

(46)

1) Materi tenutang konsep dasar pembelajaran microteaching

2) Materi tenutang prosedur pelaksanaan pembelajaran

microteaching

3) Materi tentang keterampilan dasar dalam pembelajaran

microteaching

4) Materi tentang model-model dalam pembelajaran kontekstual

Untuk meningkatkan keefektifan perkuliahan teori yang

dilaksanakan, perkuliahan perlu ditunjang dengan handout materi

perkuliahan dan video latihan keterampilan mengajar media pembelajaran

yang disiapkan oleh peneliti dan dosen matakuliah PPL. Bahan-bahan ini

dipersiapkan karena perkuliahan teori dilakukan dengan metode diskusi

atau Tanya jawab untuk menghindari kejenuhan, maka dengan kesiapan

materi yang demikian itu, mahasiswa telah memahami apa yang

dibicarakan (diskusi dan Tanya jawab yang dilaksanakan). Dengan

demikian perkuliahan akan menjadi hidup dan efektif.

c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

d. Melakukan validasi instrumen.

e. Melakukan uji coba dan analisis angket pada kelompok eksperimen dan

kontrol untuk mengetahui pemahaman konsep awal mahasiswa tentang

kemampuan/ kompetensi mengajar di kelas.

2. Pelaksanaan

a. Menerapkan pembelajaran dengan model microteaching berbasis

pembelajaran kontekstual pada kelas eksperimen dan pembelajaran

microteaching secara konvensional pada kelas kontrol.

1) Mahasiswa harus menyusun Satuan Pembelajaran (SP) atau Rencana

Pembelajaran (RP) atau Skenario, lama penyajian antara 10-15 menit,

ditulis rapi dan diserahkann kepada dosen pembimbing sebelum tampil

(47)

2) Bagi mahasiswa yang tidak tampil bertugas sebagai supervisor,

observer, sekaligus sebagai peserta didik di kelas.

3) Dilakukan pembagian kelompok microteaching

4) Dilakukan pembagian tugas untuk praktek komponen keterampilan

5) Kegiatan dalam pembelajaran microteaching berbasis pembelajaran

kontekstual

a) Microteaching dilakukan di dalam sebuah ruangan yang dilengkapi

dengan berbagai alat/barang yang diperlukan.

b) Prinsip pelaksanaan microteaching dapat dijelaskan sebagai

berikut: guru/ calon guru mengajar di area mengajar.

c) Selama proses itu segala aktivitas guru/calon guru direkam oleh

kamera video. Setiap pelaksanaan mengajar direkam supaya dapat

dilihat kembali dan dievaluasi cara mengajarnya. Pastikan bahwa

gambar dan guru dapat terekam dengan jelas.

d) Pihak pengamat (Dosen matakuliah PPL 1)

e) Sekali-sekali pengamat dapat bertanya, berdiskusi dengan guru/

calon guru supaya proses mengajar lebih hidup.

f) Speaker dapat ditambahkan sepanjang memang dibutuhkan agar

suara guru terdengar lebih keras.

g) Setelah selesai, hasil rekaman dapat di diputar kembali (playback)

dengan memanfaatkan tv monitor. Pada sesi ini calon guru/calon

guru dapat melihat kembali penampilannya selama mengajar.

Sedangkan pengamat memberi penilaian, menyampaikan

kelebihan dan kekurangannya. Di sinilah menjadi titik penting

untuk melihat, mengevaluasi, memberi pendapat terhadap

kelebihan dan kekurangan guru/calon. Dengan demikian

(48)

inovatif dan aplikatif untuk mempersiapkan performance guru agar

lebih kapabel.

h) Prasyarat utama yang dibutuhkan agar microteaching dapat

berjalan adalah, tersedianya sebuah ruangan khusus yang

dilengkapi dengan kamera video, recorder, mic, penerangan yang

cukup. Ukuran ruangan tidak ada standar yang baku. Ukuran

ruangan bisa antara 8 m x 6 m, atau 8 m x 7 m. Selanjutnya

tersedianya sejumlah sarana lainnya layaknya sebuah ruang kelas.

Ada white board, meja dan kursi, OHP kalau memang diperlukan.

b. Memberikan angket pertama dan kedua pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

3. Pengolahan dan analisis data

Menghitung gain ternormalisasi kemampuan/ kompetensi model untuk

kelas kontrol dan eksperimen, melakukan uji normalitas data gain

ternormalisasi, melakukan uji homogenitas varians, melakukan uji kesamaan

dua rata-rata, serta melakukan analisis data angket dan observasi.

H. Teknik Analisis Data

Setelah penelitian diperoleh data. Data tersebut merupakan data mentah

yang harus diolah agar dapat memberikan gambaran nyata mengenai

permasalahan penelitian dan memberikan arah untuk mengkaji lebih lanjut. Hasil

penghitungannya dilakukan dengan menggunakan skor gain yang dinormalisasi.

Gain yang dinormalisasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus score

ternormalisasi dengan rumusan Meltzer.

Selanjutnya, pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik

inferensial parametrik sebagai berikut:

1. Menyeleksi data

Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa

Gambar

Gambar 4.48  Tingkat Penguasaan Mahasiswa Kelas Eksperimen
Tabel: 1.1 Hasil Angket Kesulitan Mengajar Mahasiswa PPL
Tabel: 3.1 Desain Eksperimen Kuasi
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian Sederhana
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Prinsip fair and equitable treatment (FET) merupakan standar yang paling banyak digunakan oleh investor asing sebagai dasar gugatan dalam proses penyelesaian

[r]

[r]

Dalam rangka melaksanakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang berdasarkan perpaduan antara sistem karier dan sistem prestasi kerja, bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah

Penulisan ilmiah mengenai klub sepak bola ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan mengenai klub kesebelasan sepak bola (UNJ) Universitas Negeri Jakarta bagi orang-orang

“The Analysis of Cultural Gaps in Translation and Solutions”. “Translation of English and Chinese Addressing Terms from the

prototyping , yang terdiri dari pengumpulan kebutuhan, desain, dan evaluasi prototyping. Hasil dari penelitian ini diharapkan sistem peramalan permintaan dapat membantu