• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI TESIS Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar Di Kabupaten Pati.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI TESIS Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar Di Kabupaten Pati."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR

DI KABUPATEN PATI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Disusun Oleh : NANIK KUSMIATI

NIM. Q. 100090267

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

ABSTRAK

Nanik Kusmiati, Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam

Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati. Program Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tesis. 2012.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mendeskripsikan karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati. (2) Mendeskripsikan karakteristik peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati.

. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Etnografi untuk menganalisis fenomena sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan narasumber, baik informan kunci maupun informan pelengkap, Observasi selama kegiatan penelitian dan dokumentasi, profil DPRD dan foto. Analisa data dilakukan dengan Model Analisis Interaktif, meliputi reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan yang dilakukan berulang-ulang hingga data dianggap telah lengkap. Keabsahan data diuji dengan triangulasi sumber (membandingkan data dari narasumber yang berbeda) dan triangulasi metode

(membandingkan data dengan metode yang berbeda) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai

berikut: 1) Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati mencakup peran dalam fungsi perencanaan, pengimplementasian dan pengawasan. Peran DPRD dalam perencanaan meliputi fungsi perwakilan, budgeting, legislasi dan fungsi pengawasan yang direferentasikan penyusunan RPJMD. Peran DPRD dalam mengimplementasikan kebijakan tata kelola pendidikan dasar diwujudkan melalui fungsi DPRD sebagai fungsi sebagai regulator, policy making, dan budgeting, representasikan tuntutan rakyat, advokasi anggregasi, administrative oversight, legislasi, anggaran dan pengawasan. (2) Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati meliputi peran DPRD dalam fungsi legislasi, fungsi budgeting, dan fungsi pengawasan. Peran DPRD yang berkaitan dengan fungsi legislasi diimplementasikan dalam bentuk membuat Perda, menetapkan APBD, melaksanakan pengawasan pelaksanaan Perda dan APBD. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi budgeting diimplementasikan dalam bentuk menyusun, merencanakan, menyetujui atau menolak dan menetapkan RAPBD menjadi APBD. Peran DPRD berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan pembiayaan Pendidikan dilaksanakan mulai perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan, serta evaluasi. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi pengawasan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan kewenangan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah termasuk terhadap pelayanan publik seperti kebijakan pembiayaan pendidikan agar efektif dan efisien. Saran disampaikan kepada DPRD Pati, Dinas Pendidikan Kabupaten Pati, dan sekolah hendaknya meningkatkan komitmen, kinerja dan perannya dalam mengelola kebijakan tata kelola pendidikan dan pembiayaan dengan harapan dapat meningkatkan kemajuan pendidikan di Kabupaten Pati.

(4)

ABSTRACT

Nanik Kusmiati, Q. 100090267. The Role of House Representatives (DPRD) in Primary Education Policy Implementation in Pati Regency. Graduate School. Muhammadiyah University of Surakarta. Thesis. 2012.

The purposes of this research is to: (1) describe the characteristics the role of parliament in policy governance of basic education in the District of Pati. (2) Describe the characteristics of the role of parliament in financial policy in the District Primary Education Pati.

This is a qualitative research with Ethnography design, because this design is precise to analyze social phenomena. Method of collecting data has been done by interview with informants, including key informant and other ones, observation during activities, and documentation parliament profiles and photos. Data analyzing has been done by analyzes interactive model, consist of data reduction, data display and verification for several times until data completed. Validity for this data is tested by data triangulation (by comparing data from different sources) and methods triangulation (by comparing data from different methods).

The result of this research such as are: (1) Characteristics of the role of parliament in the governance of basic education policy in Pati District includes roles in the planning, implementation and supervision. Role of Parliament in the planning include a representative function, budgeting, legislative and oversight functions direferentasikan RPJMD preparation. Role of Parliament in implementing policy governance of basic education is realized through a functioning parliament as a function as a regulator, policy making, and budgeting, represent the demands of the people, advocacy anggregasi, administrative oversight, legislation, budgeting and supervision. (2) Characteristics of the role of parliament in financing policy in Pati District Primary Education covers the role of Parliament in the legislative function, the function of budgeting, and monitoring functions. The role of Parliament relating to the legislative function is implemented in the form of the decision, set budgets, to supervise the implementation of legislation and budget. The role of Parliament relating to the budgeting functionality is implemented in the form of preparing, planning, approve or reject the proposed budget and set a budget. The role of Parliament relating to the implementation of education financing policies implemented from the planning, execution and reporting, and evaluation. The role of Parliament relating to the monitoring function is implemented in accordance with the duties and authority of governance in areas including public services such as education funding policy to be effective and efficient. Advice submitted to Parliament Pati Pati District Education Office, and schools should promote commitment, performance and its role in managing the governance of education policy and financing in the hope of improving the progress of education in the District of Pati.

(5)

PENDAHULUAN

Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 12 Tahun 2010 dijelaskan Pemerintah daerah mempunyai visi pendidikan terwujudnya pendidikan yang bertumpu pada kualitas, kekhususan dan potensi daerah. Dengan visi pendidikan tersebut misi yang dilaksanakan adalah: (1) meningkatkan pemerataan SDM yang memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya guna mengembangkan potensi, inisiatif, dan daya kreasi masyarakat yang mandiri berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) meningkatkan kerjasama dalam bidang pendidikan sebagai upaya pengembangan kegiatan pendidikan; (3) meningkatkan peran pendidikan dalam

menumbuhkembangkan pekerti yang luhur dan rasa cinta kepada budaya adiluhung; dan (4) memberikan kesempatan dan pemerataan pendidikan yang bermutu pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang dapat diakses dengan mudah (Merditomo, 2010 : 10).

Implementasi dari visi dan misi pendidikan di Kabupaten Pati perlu didukung oleh tata kelola pendidikan yang memadai. Tata kelola pendidikan yang memadai mencakup: (1) pendidikan formal yang meliputi : pendidikan dasar, pendidikan menengah umum dan kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan bertaraf internasional dan pendidikan berbasis lokal, dan pendidikan oleh lembaga asing; (2) pendikan nonformal yang meliputi: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja; (3) peserta didik; (4) pendidik dan tenaga kependidikan; (5) kurilukum; (6) evaluasi, akreditasi dan sertifikasi; (7) wajib belajar; (8) Sarana dan Prasarana; (9) pendanaan pendidikan; peran serta masyarakat kerjasama dan pengawasan (Merditomo, 2010 : 12).

DPRD menjalankan tiga fungsi yakni: regulator, policy making, dan budgeting. DPRD berperan sebagai regulator yakni mengatur seluruh

kepentingan daerah, baik yang termasuk urusan-urusan rumah tangga daerah

(6)

daerahnya. Budgeting yaitu perencanaan angaran daerah (APBD) (Kartiwa, 2008: 3). Selain menjalankan tiga fungsi tersebut, DPRD juga berperan sebagai kekuasaan penyeimbang (balanced power) yang mengimbangi dan melakukan kontrol efektif terhadap Kepala Daerah dan seluruh jajaran pemerintah daerah. Peran ini diwujudkan dalam fungsi-fungsi berikut: representation, advokasi, administrative oversight. Fungsi representation yaitu mengartikulasikan keprihatinan, tuntutan, harapan dan melindungi kepentingan rakyat ketika kebijakan dibuat, sehingga DPRD senantiasa berbicara atas nama rakyat. Fungsi advokasi yaitu sebagai anggregasi aspirasi yang komprehensif dan memperjuangkannya melalui negosiasi kompleks dan sering alot, serta tawar-menawar politik yang sangat kuat. Administrative oversight yaitu menilai atau menguji dan bila perlu berusaha mengubah tindakan-tindakan dari badan eksekutif yang kebijakan pemerintah bermasalah dengan cara memanggil dan meminta keterangan, melakukan angket dan interpelasi, bahkan pada akhirnya dapat meminta pertanggung jawaban Kepala Daerah (Solihin, 2010 : 13).

DPRD harus mampu menjawab tiga kebutuhan dasar bagi efektifitas pelaksanaan fungsi DPRD dalam proses kebijakan anggaran daerah, yaitu: (1)

Anggota DPRD memiliki sikap dan perilaku yang produktif mendorong APBD yang mensejahterakan masyarakat daerah. (2) Anggota DPRD memiliki pengetahuan dan wawasan yang diperlukan untuk mengembangkan pilihan-pilihan kebijakan anggaran yang menjawab permasalahan publik, seperti kesehatan, pendidikan and pengembangan ekonomi lokal. (3) Anggota DPRD memiliki keterampilan teknik analisis untuk memberikan masukan-masukan kritis terhadap kebijakan anggaran daerah dan memantau secara umum penyusunan anggaran daerah (Antlov, 2009 : 5).

(7)

Menengah, Peningkatan dan Pengembangan UPT Dinas Pendidikan, dan Peningkatan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tertarik untuk mengangkat “Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati”, sebagai judul dalam tesis ini. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana karakteristik peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati?. Dengan sub fokus sebagai berikut:

Bagaimana karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati? Bagaimana karakteristik peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati?.

Tujuan Penelitian adalah 1. Mendeskripsikan karakteristik peran DPRD

dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati. 2. Mendeskripsikan karakteristik peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati.

KAJIAN TEORI

Peran DPRD dalam Tata Kelola Pendidikan Dasar di Tingkat Kabupaten

Secara umum peran ini diwujudkan dalam tiga fungsi, yaitu: regulator,

policy making dan budgeting. Adapun masing-masing dapat diuraikan sebagai

berikut:

Peran DPRD dalam fungsi Regulator

Peran DPRD sebagai fungsi regulator adalah mengatur seluruh kepentingan daerah, baik yang termasuk urusan-urusan rumah tangga daerah (otonomi) maupun urusan-urusan pemerintah pusat yang diserahkan pelaksanannya ke daerah (tugas pembantuan).

(8)

Peran DPRD dalam fungsi Policy Making

Peran DPRD sebagai fungsi policy making adalah merumuskan kebijakan pembangunan dan perencanaan program-program pembangunan di daerahnya. Peran DPRD sebagai policy making diwujudkan dalam bentuk fungsi legalisasi.

Peran DPRD dalam fungsi Budgeting

Peran DPRD dalam fungsi Budgeting yaitu perencanaan angaran daerah (APBD). Fungsi anggaran penganggaran merupakan penyusunan dan penetapan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama-sama pemerintah daerah. Dalam menjalankan fungsi ini, DPRD terlibat secara aktif, proaktif, dan sebagai legitimator usulan APBD ajuan pemerintah daerah.

Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta memastikan tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Bagi pemerintah daerah, fungsi pengawasan merupakan suatu mekanisme peringatan dini (early

warning system), untuk mengawal pelaksanaan aktivitas mencapai tujuan dan sasaran. Sedangkan bagi pelaksana pengawasan, fungsi pengawasan ini merupakan

tugas mulia untuk memberikan telaahan dan saran, berupa tindakan perbaikan. Peran DPRD dalam Kebijakan Pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten. Peran sebagai legislasi dalam pembiayaan pendidikan

DPRD memiliki peran yang amat penting dalam kebijakan pembiayaan pendidikan yaitu berperan sebagai legislasi yaitu membuat Perda bersama dengan Bupati. Salah satu Perda yang dibuat adalah APBD. DPRD memiliki fungsi Budgeting yaitu perencanaan angaran daerah (APBD) yang berkaitan dengan

pendidikan. Fungsi anggaran penganggaran merupakan penyusunan dan penetapan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama-sama pemerintah daerah. Dalam menjalankan fungsi ini, DPRD harus terlibat secara aktif, proaktif, dan bukan reaktif dan sebagai legitimator usulan APBD ajuan pemerintah daerah (Sugianto, 2008: 10). Pengawasan keuangan daerah

(9)

peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah. Berdasarkan dari Undang-Undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh DPRD yang berfokus kepada pengawasan terhadap pelaksanaan APBD.

Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD wujudnya adalah dengan melihat, mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh SKPD, baik secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstituen, tanpa masuk ke ranah pengawasan yang bersifat teknis. Apabila ada dugaan penyimpangan, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Memberitahukan kepada Kepala Daerah untuk ditindaklanjuti oleh Satuan Pengawas Internal, membentuk pansus untuk mencari informasi yang lebih akurat, Menyampaikan adanya dugaan penyimpangan kepada instansi penyidik (Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK) (Fanindita, 2010).

Pengawasan anggaran meliputi seluruh siklus anggaran, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pertanggungjawaban. Secara sederhana pengawasan anggaran merupakan proses pengawasan terhadap kesesuaian

perencanaan anggaran dan pelaksanaannya dalam melaksanakan pembangunan daerah. Pengawasan terhadap pelaksaanaan perlu dilakukan, hal ini bertujuan untuk memastikan seluruh kebijakan publik yang terkait dengan siklus anggaran dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berorientasi pada prioritas publik. Namun sebelum sampai pada tahap pelaksanaan, anggota dewan harus mempunyai bekal pengetahuan mengenai anggaran sehingga nanti ketika melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran, anggota dewan telah dapat mendeteksi apakah ada terjadi kebocoran atau penyimpangan alokasi anggaran.

Fungsi DPRD sebagai pengawas keuangan daerah/APBD

(10)

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Pengawasan tersebut bukan berarti pemeriksaan, tapi lebih mengarah pada pengawasan untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam APBD.

Hal ini sesuai juga dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, DPRD melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBD. Ini berarti bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPRD merupakan pengawasan eksternal dan ditekankan pada pencapaian sasaran APBD. Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap evaluasi saja (Mardiasmo, 2001). Pengawasan yang dilakukan oleh dewan dimulai pada saat penyusunan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban APBD (Modjo, 2007).

Tata Kelola Pendidikan Dasar di Dinas Pendidikan Kabupaten

Lahirnya UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tersebut menjadi tonggak reformasi kebijakan Pendidikan Nasional, sehingga memungkinkan disentralisasi pendidikan dapat berjalan hingga otonomi sekolah dan guru dalam rangka menyiapkan mutu

pendidikan yang memiliki keseimbangan kemampuan antara karakter dan kapabilitas. Otonomi sekolah yang digulirkan saat ini sebagai implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan nampaknya belum berjalan mulus, kerana sekolah yang tadinya sudah terbiasa dengan sistem sentralisasi dengan ciri menunggu petunjuk dari pusat, saat ini mendapat tantangan untuk melahirkan kreativitas dan inovasi semua warga sekolah sendiri. Namun dari sisi lain kebijakan desentralisasi hingga ke sekolah ini merupakan peluang emas yang harus ditangkap dengan semangat dan komitmen tinggi. Kinilah saatnya sekolah harus berubah sesuai dengan potensinya sendiri. Inilah saatnya sekolah harus menunjukkan warna dan ragam secara optimal tanpa harus menunggu dari pusat lagi (Kreasindo, 2011:1).

(11)

Dinas Pendidikan Kabupaten memiliki tugas kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang pendidikan, generasi muda, dan olahraga serta tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Dinas Pendidikan mempunyai fungsi yaitu:

Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh Kepala Dinas berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, Pembinaan Pendidikan Dasar; Pembinaan Pendidikan Menengah; Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah; Pembinaan Generasi Muda; Pembinaan Olahraga; Pengelolaan Urusan Ketatausahaan; Pengelolaan Unit Pelaksan Teknis Dinas.

Dalam penyelenggaraan tata kelola pendidikan unsur-unsur organisasi Dinas Pendidikan terdiri dari: bagian Tata Usaha, Sub Dinas Bina Pendidikan Dasar, Sub Dinas Bina Pendidikan Menengah, Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah, Sub Dinas Bina Generasi Muda, Sub Dinas Bina Olahraga. Sesuai dengan implementasi

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah etnografi. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai suatu proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok di mana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu persatu dengan anggota kelompok tersebut. Penaliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa dan interaksi dalam kelompok (Harsono, 2011 : 20).

Lokasi penelitian ini di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kabupaten Pati, yang terdiri 12 UPT Dinas Pendidikan Kecamatan di wilayah Kabupaten Pati. Objek penelitian kebijakan DPRD dalam implementasi kebijakan pendidikan dasar.

(12)

partisipasi aktif , mencatat dokumen (content analysis) dan Focus Group Discussion (diskusi kelompok terarah)

Pada penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis kasus dengan menggunakan model analisis interaktif Milles dan Huberman (2000: 20). Kegiatan pokok analisis model ini meliputi : Pengumpulan data, Reduksi data, penyajian data, simpulan-simpulan : penarikan simpulan/ verifikasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditemukan beberapa hal sebagai berikut:

Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati. Peran DPRD dalam merencanakan kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati. DPRD memiliki peran yang sangat penting dalam dalam merencanakan kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati karena memiliki wewenang untuk menyusun RPJMD yang didalamnya membahas tentang tata kelola pendidikan dalam kurun waktu lima tahunan. b. Karakteristik peran DPRD dalam mengimplementasikan kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati. Peran DPRD dalam implementasi kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati, dijalankan sesuai dengan fungsi DPRD sebagai fungsi

(13)

berkaitan dengan fungsi legislasi dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati diimplementasikan dalam bentuk menyusun Raperda, mengubah Raperda, mengesahkan Perda dan menyusun APBD. Dalam menyusun Raperda, Perda dan APBD DPRD mendapatkan masukan dari Dinas Pendidikan Kabupaten, UPT Pendidikan Kecamatan dan Satuan Pendidikan dalam bentuk informasi, usulan pembiayaan, pelaporan yang disampaikan kepada Banggar untuk dibawa ke sidang Paripurna DPRD bersama Badan Eksekutif untuk ditetapkan menjadi Perda atau APBD. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi budgeting kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati peran DPRD berkaitan dengan fungsi budgeting kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati diwujudkan dalam bentuk menjalankan tugas dan wewenang untuk turut serta dalam merencanakan dan menetapkan RAPBD dan APBD serta Perda tentang pembiayaan pendidikan. Di samping itu juga menjalankan amanah UUD 1945 Pasal 31 ayat 4, melaksanakan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan PP No. 19/2005 tentang Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), dan PP 48/2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Peran DPRD berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati. Peran DPRD berkaitan dengan

pelaksanaan kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati mencakup: Peran DPRD dalam prencanaan kebijakan pembiayaan pendidikan di Kabupaten Pati. Peran DPRD dalam menentukan kebijakan penggunaan dana pendidikan di Kabupaten Pati. Peran DPRD dalam menentukan kebijakan pertanggungjawaban penggunaan anggaran pembiayaan pendidikan di Kabupaten Pati yang meliputi: pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan pertanggungjawaban kewajiban pendidikan untuk masyarakat. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi pengawasan dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi pengawasan dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati menyangkut jenis, bentuk, mekanisme dan tata tertib pengawasan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengorganisasian dan tindak lanjut kepengawasan.

(14)

pendidikan dasar maka implementasi kebijakan pendidikan makin baik. Peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar. Semakin efektif peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar melalui legislasi, budgeting, prosedur pelaksanaan penyusunan anggaran, dan pengawasan maka pertanggungjawaban DPRD makin baik.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati mencakup karakteristik peran dalam fungsi perencanaan, pengimplementasian dan pengawasan sebagai berikut: Peran DPRD dalam perencanaan disesuaikan dengan fungsi dan kedudukannya sebagai fungsi perwakilan, budgeting, legislasi dan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pendidikan yang direferentasikan penyusunan RPJMD termasuk dalam tata kelola pendidikan. Peran DPRD dalam mengimplementasikan kebijakan tata kelola pendidikan dasar diwujudkan melalui fungsi DPRD sebagai fungsi sebagai regulator, policy making, dan budgeting, representasikan tuntutan rakyat, advokasi anggregasi,

administrative oversight, legislasi, anggaran dan pengawasan. Penekanan tata kelola

pendidikan ditekankan pada kepastian mekanisme pembiayaan pendidikan, perbaikan kurikulum, akuntabilitas manajemen sumber daya pendidikan. Peran DPRD dalam pengawasan kebijakan tata kelola pendidikan dasar dilakukan melalui dua cara pengawasan fungsional dan pengawasan legislatif.

Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati dibagi menjadi empat yaitu peran DPRD dalam fungsi legislasi,

(15)

strategi dan prioritas, anggaran program, APBD, perencanaan, laporan pelaksanaan APBD, evaluasi kinerja dan evaluasi hasil. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi pengawasan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan kewenangan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah termasuk terhadap pelayanan publik seperti

kebijakan pembiayaan pendidikan agar efektif dan efisien.

Saran

Ada tiga saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini sebagai

kontribusi atau sumbang pemikiran terhadap Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati DPRD Pati

DPRD hendaknya meningkatkan peran dan komitmennya terhadap kebijakan pendidikan di Kabupaten Pati agar pendidikan dapat berkembang lebih maju.

Dinas Pendidikan Kabupaten Pati

Dinas pendidikan hendaknya mengelola pendidikan sebaik-baik-baiknya dengan meningkatkan kinerjanya.

Sekolah

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Ghozali, 2010. Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP). Jakarta : USAID

Anonimus, 2000. Beberapa Permasalahan Pokok Pembangunan Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Jakarta: Depdiknas.

Anonimus. 2000. Identifikasi dan Penjabaran Kewenangan Pendidikan dan Kebudayaan dan PP Nomor 25 tahun 2000. Jakarta : Depdiknas.

Anonimus, 2010. PERPPU Penyelenggara dan Tata Kelola Pendidikan, Jakarta: Dirjen Dikti

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balaipustaka.

______. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta

______. 1996. Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

______.1996. Pedoman Operasional Penyelenggaraan Program Pendidikan Masyarakat. Semarang : Kanwil Depdiknas Prop. Jawa Tengah.

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MBS) Jilid I, II, III. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah .

______.2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Djohar MS. 2006. Peran Pendidikan dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Jurnal Pendidikan No. 13, Jakarta : Lanto Putra Perkasa

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita

Harsono, M.S. 2011. Etnografi Pendidikan Sebagai Desain Penelitian Kualitatif, Surakarta : UMS

Hans Antlov. 2007. Legal Drafting. Penyusunan Peraturan Daerah. Jakarta : LGS

______. 2009. Analisis APBD untuk Anggota DPRD. Jakarta : LGSP.

(17)

Indra Perwira, 2006. Tinjauan Umum Peran dan Fungsi DPRD, KPK, Jakarta : www.lgsp.or.id

James P. Spradley. 2006. Metode Etnografi, Yogyakarta : Tiara Wacana

Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Graha Ilmu.

Kartiwa. 2006. Good Local Governance : Membangun Birokrasi Pemerintah yang Bersih dan Akuntabel, Malang : Unisma.

Lexy J. Moleong, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya

Meri Yarni, 2010. Fungsi Legislasi DPRD dalam Kerangka Otonomi (Studi Kasus DPRD Kota Jambi dan DPRD Kabupaten Muaro Jambi. Tesis, Jambi : Universitas Muaro Jambi.

Muhammad Surya. 2003. Kapita Selekta Kependidikan di SD. Jakarta. UT

Nanang Fatah. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Andira.

Nina Toyamah, 2004. Alokasi Anggaran Pendidikandi Era Otonomi Daerah, Implikasinya terhadap Pengelolaan Pelayanan Pendidikan Dasar. Jakarta: Lembaga Penelitian Semeru.

Sasmita, 2008. Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah. Jakarta : Cappler Project.

Sugiyono, 1997. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Syahruddin, 2008. Peranan DPR dalam Otonomi Daerah. Jakarta : Media Wiyata.

Sutopo. H. B. 2006. Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. Jakarta: Sinar Grafika.

Taifur. 2008. Peranan DPRD untuk Mencapai Tujuan Desentralisasi dan Perspektif Daerah tentang Pelaksanaan Desentralisasi di Kabupaten Jambi. A. Tesis. Bengkulu: USU.

Referensi

Dokumen terkait

Kepercayaan siswa bahwa guru pembimbing akan membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan minat siswa untuk

Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fermentasi pelepah daun kelapa sawit dengan menggunakan Asprgillus niger dapat meningkatkan konsumsi dan pertambahan bobot badan

6 Tahun 2014 tentang desa Badan Usaha Milik Desa, selanjutnta disebut BUM Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa

Deretan konsonan tersebut telah dilafalkan dengan tepat oleh penutur BM. Deretan konsonan [mb] pada tengah kata gambar dihasilkan dengan pita suara tidak bergetar

VISI MISI TUJUAN SASARAN SASARAN STRATEGIS PROGRAM KEGIATAN Pelatihan Bagi Pendidik untuk Memenuhi Standar Kompetensi Jumlah peserta workshop program peningkatan kompetensi

berkesinambungan membutuhkan berkoordinasi dengan semua bidang baik pada tingkat universitas (akademik dan non akademik), fakultas dan program pascasarjana, maupun program

pendanaan bagi petani dan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan; (5) Revitalisasi industri pengolah hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan;