Felisitas Devinta Tania Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta,2013
Dinas Kehutanan dan Perkebunan merupakan sebuah instansi penting yang bertugas sebagai Pembina dan Pengawas
di
sektor kehutanan dan perkebunan. Produktivitas Sumber Daya Manusia perlu mendapatkan perhatian khusus.Penelitian
ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penempatan pegawai danpelatihan kerja terhadap produktivitas kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah
pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung
dengan sampel sebanyak38
responden. Pengambilan sampelmenggunakan
teknik
Proportionate Stratified Randoru Sampling. Karenapopulasi dalam penulisan
ini
mempunyai anggota/unsur yang tidak homongen dan berstrata secara proporsional. Analisis data menggunakan teknik analisisregresi berganda. Hasil penelitian
ini
menunjukan penempatan pegawai danpelatihan
kerja
berpengaruh secara simultan.Hasil
penelitianini
jugamenunjukkan bahwa penempatan pegawai berpengaruh secara parsial terhadap
produktivitas kerja dan pelatihan kerja berpengaruh secara parsial terhadap produktivitas kerja.
Felisitas Devinta Tania Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta,2013
Department of forestry and plantation is an important institutions serving as leader and supervisor in the forestry sector and plantation. The productivity
of
human resources should receive special attention. This research was meant to find out the influence of employee deployment and job training toward productivity. Population in this research is employees deparlment
of forestry
and plantation district Tanggamus Lampung provincialwith
a
sampleof
as many38 of
respondents. The sample technique uses proportionate stratified random sampling. Because the population
in
writingit had
a member
of
element thatis
not homogeny and stratified in a proportiante manner. Analysis of data used multipleregression analysis. This result of the research indicated that the deployment of employees and job training influential simultaneously to productivity. The result
of this research was also indicated that the employee deployment and job training
partially influence productivity.
PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI DAN PELATIHAN KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
Studi Kasus pada
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
i
PENEMPATAN PEGAWAI DAN PELATIHAN KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
Studi Kasus pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Felisitas Devinta Tania
NIM : 092214019
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2013
PENEMPATAN PEGAWAI DAN PELATIHAN KERJA
dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus
Skripsi
Pengaruh Penempatan Pegawai dan Pelatihan Kerja Terhadap Produlrtivitas Kerja
Studi Kasus Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus
Oleh:
Felisitas Devinta Tania
Ekonomi
Sanata Dharma
iv MOTTO:
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada
pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan
meluruskan jalanmu.”
(Amsal 3:5-6)
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberi kekekalan
didalam hati mereka.”
(Pengkhotbah 3:11)
“God will make a way where there seems to be no way. He works in ways we
cannot see. He will make a way for me” -Anonym
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Papa dan Mami tercinta,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA
ILMIAII
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang betanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Felisitas Devinta TaniaNIM
:092214019Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
"
PENGARUH PENEMPATANPEGAWAI
DAN
PELATIHAN
KERJA
TERIIADAP PRODUKTMTAS KERJA, studi kasus pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus" beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya mernberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharmauntuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk
pangkalan
data,
mendistribusikannyasecara
terbatas,
danmempublikasikannya
di
internet
atau media
lain
untuk
kepentingan akademistanpa perlu memintaijin
kepada saya maupun rnemberikan royaltykepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pemyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Oktober 2013 Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penempatan Pegawai dan Pelatihan Kerja terhadap Produktivitas
Kerja” studi kasus pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak T. Handono Eko Prabowo, MBA., Ph.D., selaku dosen pembimbing I,
yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.
4. Bapak Drs. Theodorus Sutadi, MBA., selaku dosen pembimbing akademik
dan juga dosen pembimbing II, yang telah mengarahkan dan membimbing
penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Bapak Ir. FB Karjiyono selaku Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Tanggamus yang telah membantu dalam kelengkapan data
penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini sekaligus memberikan
masukan-masukan untuk penulis yang sangat bermanfaat.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
7. Kedua orangtuaku Ir. FB. Karjiyono dan Fransisca Romana Romiyati selalu
memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasehat dan kebahagiaan untukku,
serta kakak tersayang Flaviana Agatya KarniaS.Sos beserta suami David
Hendry Kurniawan, mamas tersayang Frederikus Dimas Yoni Prastomo, my
puppies Axel, kakak sepupu tersayang Mba Ika dan suami Mas Angga.
8. Sahabat-sahabatku tersayang (Gaboy, Apid, Nengki, Depong, Andi, Indar,
motivasi, sehingga skripsiku selesai. Good
fiends
are like stars, you don't always see them but you lmow they're always there.9.
Teman-teman Manajernen angkatan 2009, terimakasih untuk kebersamaan selama ini.10. My moodbooster Alfonso Eka Naga yang bersedia mendengarkan keluh kesah serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
11.Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.Penulis menyadari bahwa
skripsi
ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkankritik
dan saran yang membangun dat', para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadibahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.
Yogyakarta, 31 Oktober 2013 Penulis
n
I
t'w
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS………... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR………. vii
HALAMAN DAFTAR ISI……… ix
HALAMAN DAFTAR TABEL……… x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR……… xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN………... xii
HALAMAN ABSTRAK……… xiii
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang………..………... 1
B. Rumusan Masalah………...4
C. Batasan Masalah……….. 5
D. Tujuan Penelitian………. 5
E. Manfaat Penelitian………6
BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 7
A. Landasan Teori……… 7
B. Penelitian Terdahulu.………34
C. Kerangka Konseptual………...40
D. Hipotesis Penelitian………. 40
BAB III METODE PENELITIAN……… ………41
A. Jenis Penelitian……….……....41
B. Subjek dan ObjekPenelitisn………..41
C. Waktu dan LokasiPenelitian………...42
D. Variabel Penelitian………...42
x
F. PengukuranVariabel……….46
G. Polulasi dan Sampel……….47
H. Sumber Data……….49
I. Teknik Pengumpulan Data………...50
J. Teknik Pengujian Instrument………...51
K. Teknik Analisis Data………..………..………53
BAB IV PROFIL PERUSAHAAN………...………...61
A. Gambaran Umum Objek Penelitian……..………... 61
B. Struktur Organisasi……….. 61
C. Visi dan Misi………64
D. Tugas dan Pokok Fungsi……….……….64
E. Tujuan………...65
F. Sasaran………. 66
G. Rencana Pembangunan Dibidang Kehutanan dan Perkebunan………... 66
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 68
A. Uji Kevalidan Data……….. 68
B. Uji Asumsi Klasik………71
C. Hasil Penelitian………...74
D. Pembahasan………..88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 91
A. Kesimpulan……….. 91
B. Saran………...91
C. KeterbatasanPenelitian……….92
DAFTAR PUSTAKA……….. 93
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
III.1 Tabel Skala Likert……….………... ... 46
III.2 Skema Pengambilan Sampel………... 49
V.1 Rangkuman Tes Validitas Penempatan Pegawai dan Pelatihan Kerja………... 69
V.2 Rangkuman Tes Validitas Produktivitas Kerja………... 70
V.3 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas...………... 71
V.4 One Simple Kolmogorov-Smirnov Test………..………... 72
V.5 Coefficientsa………...………... 74
V.6 Karakteristik Responden Bedasarkan Jenis Kelamin………... 75
V.7 Karakteristik Responden Bedasarkan Usia Pegawai………... …………... 75
V.8 Karakteristik Responden Bedasarkan Tingkat Pendidikan…………..……... 76
V.9 Deskripsi Variabel Penempatan Pegawai………... 77
V.10 Deskripsi Variabel Pelatihan Pegawai………...………... .. 78
V.11 Deskripsi Variabel Produktivitas Kerja………... 80
V.12 Rangkuman Hasil Regresi Linear Berganda………... 81
V.13 Uji F……….………... 83
V.14 Model Summaryb………... 84
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
II.1 Proses Staffing Dalam Organisasi….………. 13
II.2 Kerangka Konseptual Penelitian……… 40
IV.1 Struktur Organisasi……… 63
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 97
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 104
Lampiran 3 Tabulasi Data Peneliian ... 107
Lampiran 4 Data Variabel……….……….. 115
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 118
Lampiran 6 Karakteristik Responden ... 130
Lampiran 7 Uji Asumsi Klasik ... 132
Felisitas Devinta Tania Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta,2013
Dinas Kehutanan dan Perkebunan merupakan sebuah instansi penting yang bertugas sebagai Pembina dan Pengawas
di
sektor kehutanan dan perkebunan. Produktivitas Sumber Daya Manusia perlu mendapatkan perhatian khusus.Penelitian
ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penempatan pegawai danpelatihan kerja terhadap produktivitas kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah
pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung
dengan sampel sebanyak38
responden. Pengambilan sampelmenggunakan
teknik
Proportionate Stratified Randoru Sampling. Karenapopulasi dalam penulisan
ini
mempunyai anggota/unsur yang tidak homongen dan berstrata secara proporsional. Analisis data menggunakan teknik analisisregresi berganda. Hasil penelitian
ini
menunjukan penempatan pegawai danpelatihan
kerja
berpengaruh secara simultan.Hasil
penelitianini
jugamenunjukkan bahwa penempatan pegawai berpengaruh secara parsial terhadap
produktivitas kerja dan pelatihan kerja berpengaruh secara parsial terhadap produktivitas kerja.
xv ABSTRACT
THE INFLUENCE OF EMPLOYEE DEPLOYMENT AND JOB TRAINING TOWARD PRODUCTIVITY
Felisitas Devinta Tania
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2013
Department of forestry and plantation is an important institutions serving as leader and supervisor in the forestry sector and plantation. The productivity of human resources should receive special attention. This research was meant to find out the influence of employee deployment and job training toward productivity. Population in this research is employees department of forestry and plantation district Tanggamus Lampung provincial with a sample of as many 38 of respondents. The sample technique uses proportionate stratified random sampling. Because the population in writing it had a member of element that is not homogeny and stratified in a proportiante manner. Analysis of data used multiple regression analysis. This result of the research indicated that the deployment of employees and job training influential simultaneously to productivity. The result of this research was also indicated that the employee deployment and job training partially influence productivity.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen sumber daya manusia bukanlah sesuatu yang baru dalam
organisasi, sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih merupakan potensi
dan aset yang berfungsi sebagai modal bagi suatu organisasi. Faktor sumber
daya manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam pencapaian tujuan
organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Simamora (2004:4) bahwa aset
yang paling penting yang harus dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan
dan sangat diperhatikan oleh manajemen adalah aset manusia dari organisasi
tersebut.
Setiap organisasi pemerintahan, baik tingkat propinsi maupun daerah
memerlukan penataan organisasi sumber daya manusia agar organisasinya
dapat berjalan secara sistematis dan efisien. Dalam mewujudkan tujuan-tujuan
organisasi yang sudah ditetapkan, pemerintah harus menerapkan pola
pengembangan sumber daya manusia yang baik. Pengembangan sumber daya
manusia adalah suatu proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan (Hasibuan,
2012:22). Pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
masa kini maupun masa depan. Pengembangan pegawai baru atau lama perlu
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Agar pengembangan dapat
pengembangan pegawai. Sasaran dari pengembangan pegawai adalah untuk
meningkatkan kinerja operasional pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintah. Selain itu, kualitas sumber daya pegawai yang baik akan
menyelesaikan tugas-tugas rutin sesuai tanggung jawab dan fungsinya
masing-masing secara lebih efesien, efektif, dan produktif.
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu cara untuk
mempelajari dan mengembangkan sumber daya manusia agar dapat
diintegrasikan secara efektif dalam berbagai organisasi, sehingga dapat
diperoleh SDM yang produktif. Sumber daya manusia yang produktif adalah
SDM yang mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan mutu standar dan
waktu yang lebih singkat. Efek sumber daya manusia yang produktif akan
mendorong peningkatan produktivitas dan penciptaan nilai pelayanan terhadap
kepuasan masyarakat.
Kegiatan pengembangan sumber daya manusia pada saat ini telah banyak
dilakukan. Program pelatihan merupakan komponen terpenting dalam
pengembangan sumber daya manusia yang berfungsi untuk mengatasi
kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam memenuhi
tuntutan jabatan tertentu untuk menghadapi pertumbuhan dan perkembangan
organisasi.
Penempatan pegawai merupakan bagian dari pengembangan sumber daya
manusia, karena penempatan pegawai merupakan bagian dari keputusan yang
menentukan tingkat efektivitas individu, kelompok dan organisasi dalam
diperlukan hubungan kesesuaian antara deskripsi jabatan dengan spesifikasi
pekerjaan.
Pola penempatan tentunya akan berpengaruh pada produktivitas kerja.
Semua itu harus disesuaikan dengan kondisi saat ini, agar pegawai konsisten
dalam memberIkan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Proses penempatan pegawai yang tidak tepat akan menyebabkan produktivitas
yang kurang optimal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan sumber daya
manusia merupakan cara efektif untuk menghadapi tantangan-tantangan,
termasuk ketertinggalan SDM serta keragaman SDM yang ada dalam
organisasi, perubahan teknik kegiatan yang disepakati dan perputaran SDM
(Kadarisman, 2012:6). Fasilitas yang canggih dan lengkap, belum
merupakan jaminan akan berhasilnya suatu orgnisasi tanpa diimbangi oleh
kualitas manusia yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. Betapa
pentingnya peranan dan kedudukan pegawai sebagai unsure pelaksanaan
kegiatan pemerintahan. Perhatian pemerintah ini tertuang dalam
Undang-Undang Pokok-Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999 yang mengatur
tentang kepegawaian, guna memenuhi kebutuhan pembangunan pegawai
sebagai unsure aparatur Negara harus memiliki kuantitas dan kualitas yang
tinggi sehingga mampu menghadapi hambatan-hambatan dalam proses
pembangunan.
Pada masa yang akan datang persoalan serta tantangan akan semakin
menghadapi berbagai tantangan tersebut. Realitas menunjukan bahwa kondisi
pegawai masih jauh dari yang diharapakan oleh masyarakat, kinerja pegawai
negeri sipil di Indonesia masih belum memuaskan karena rendahnya
produktivitas kerja yang ditampilkan. Dengan demikian SDM perlu
dikembangkan atau dibina secara berkelanjutan agar mereka dapat konsisten
memberikan kontribusi sesuai dengan tingkat profesional yang diharapkan
serta lebih memiliki perilaku yang dapat diandalkan.
Sehubungan dengan latar belakang yang ada, maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Pengaruh Penempatan Pegawai dan Pelatihan Kerja
Terhadap Produktivitas Kerja”
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penempatan pegawai terhadap produktivitas kerja
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung?
2. Bagaimana pengaruh pelatihan kerja terhadap produktivitas kerja Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung?
3. Bagaimana pengaruh penempatan pegawai dan pelatihan kerja secara
bersama-sama (simultan) terhadap produktivitas kerja Dinas Kehutanan
C. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi pembatas masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Tanggamus Provinsi Lampung.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada pegawai pemerintah di Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.
3. Penelitian terbatas pada program penempatan pegawai, pelatihan kerja dan
produktivitas kerja pegawai di Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.
4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013 dengan lama penelitian akan
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Pengaruh penempatan pegawai terhadap produktivitas kerja Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.
2. Pengaruh pelatihan kerja terhadap produktivitas kerja Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.
3. Pengaruh penempatan pegawai dan pelatihan kerja secara bersama-sama
(simultan) terhadap produktivitas kerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Bagi Penulis
Sebagai kesempatan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh
pelatihan kerja dan penempatan pegawai terhadap produktivitas kerja di
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung.
2. Bagi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung
Sebagai bahan masukan dalam pengembangan SDM di Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian
lebih lanjut yang berkaitan dengan strategi pengembangan sumber daya
manusia dan dapat menambah bacaan ilmiah bagi civitas akademik,
sehingga dapat menambah fungsi universitas sebagai wahana menggali
ilmu pengetahuan.
4. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sumber informasi untuk melakukan penelitian lebih
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia
Dalam era globalisasi sekarang ini pengembangan sumber daya
manusia penting untuk dilakukan guna mewujudkan suatu organisasi yang
memiliki kerangka kuat dan mampu menghadapi semua tantangan dan
persaingan yang tidak dapat dihindari. Sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi harus dikembangkan agar dapat memberikan peran yang
maksimal bagi organisasi.
Berikut ini pengertian pengembangan sumber daya manusia
dikemukakan oleh beberapa pendapat dari para ahli di bidang manajemen.
Gouzali (Kadarisman, 2012:5) mengemukakan pendapat sebagai berikut:
Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia), merupakan kegiatan
yang harus dilaksanakan organisasi, agar pengetahuan (knowledge),
kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka sesuai dengan
tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Dengan kegiatan pengembangan
ini, maka diharapkan dapat memperbaiki dan mengatasi kekurangan dalam
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik, sesuai dengan perkembangan
ilmu dan teknologi yang digunakan oleh organisasi.
Pengembangan kemampuan berkaitan erat dengan pengembangan
pengetahuan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan menumbuhkan
pengembangan SDM di atas, Hariandja (Kadarisman, 2012:8-9)
mengemukakan dengan istilah “pelatihan dan pengembangan pegawai”,
yaitu sebagai berikut.
Menurut Sufyarman (2003:30) memberikan pengertian :Pengembangan
sumber daya manusia (SDM) ialah sebagai suatu proses pembudayaan
bangsa bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
menguasai pengetahuan keterampilan, keahlian serta wawasan yang sesuai
dengan perkembangan iptek. Wawasan yang sesuai dengan era globalisasi
adalah kemampuan memandang jauh kedepan, wawasan mutu dan
kekaryaan serta wawasan inovasi dan perubahan yang sesuai dengan nilai
dan sikap yang berkembang dalam masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam
menghadapi persaingan di masa yang akan datang tersedianya tenaga kerja
dengan upah yang murah dan sumber daya yang melimpah tidak menjamin
daya saing nasional dalam jangka panjang. Akan tetapi daya saing tersebut
akan semakin baik bila didukung oleh kualitas sumber daya manusia dan
kemampuan menguasai teknologi. Oleh karena itu, pengembangan kualitas
SDM merupakan prioritas utama dalam era persaingan global.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa
pengembangan SDM adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh
organisasi dalam memfasilitasi pegawai agar memiliki pengetahuan,
keahlian, dan atau sikap yang dibutuhkan dalam menangani pekerjaan saat
aspek pendidikan dan pelatihan saja, akan tetapi menyangkut aspek karir
dan pengembangan organisasi. Dengan kata lain, Pengembangan SDM
berkaitan erat dengan upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
atau sikap anggota organisasi serta penyediaan jalur karir yang didukung
oleh fleksibilitas organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Mengingat
tujuan pengembangan SDM berkaitan erat dengan tujuan organisasi, maka
program-program yang dirancang harus selalu berkaitan erat dengan
berbagai perubahan yang melingkupi organisasi, termasuk kemungkinan
adanya perubahan-perubahan dalam hal pekerjaan serta yang lebih penting
berkaitan erat dengan rencana strategis organisasi sehingga sumber-sumber
daya organisasi yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
2. Penempatan Pegawai
Dalam pelaksanaan pengembangan pegawai, penempatan pegawai juga
harus dilakukan dengan tepat. Menurut Rivai (2009:198), penempatan
ialah mengalokasikan para karyawan pada posisi kerja tertentu hal ini
khusus terjadi pada karyawan baru. Pendapat tersebut menegaskan bahwa
penempatan pegawai tidak sekedar menempatkan saja, melainkan harus
mencocokan dan membandingkan kualifikasi yang dimiliki pegawai
dengan kebutuhan dan persyaratan dari suatu jabatan tertentu.
Pandangan demikian memang tidak salah sepanjang menyangkut
pegawai baru. Hanya saja teori manajemen sumber daya manusia
menekankan bahwa penempatan tidak hanya berlaku bagi para pegawai
alih tugas dan mutasi. Dikatakan demikian karena sebagaimana halnya
dengan para pegawai baru, pegawai lama pun perlu direkrut secara
internal, perlu dipilih dan biasanya juga mengalami program pengenalan
sebelum mereka ditempatkan pada posisi baru dan melakukan pekerjaan
baru.
Penempatan yang sesuai akan menyebabkan pegawai melaksanakan
kewajibannya dengan baik dan memperoleh haknya dengan baik pula.
Agar proses penempatan ini dapat memenuhi kepentingan organisasi dan
pegawai yang bersangkutan, maka prinsip“the right man on the right place
doing the right time”harus difokuskan dengan kesesuaian dan pencocokan
antara pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan (knowledge, skill ad
abilities) masing-masing individu dengan karakteristik pekerjaan.
a. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penempatan
karyawan
Menurut Bambang Wahyudi yang dikutip Suwatno (2003:129)
dalam melakukan penempatan karyawan hendaknya
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pendidikan
Pendidikan yang harus dimiliki oleh seorang karyawan,
pendidikan minimum yang disyaratkan meliputi:
a) Pendidikan yang disyaratkan
2. Pengetahuan kerja
Pengetahuan yang yang harus dimiliki oleh seorang karyawan
dengan wajar yaitu pengetahuan kerja ini sebelum ditempatkan dan
yang baru diperoleh pada waktu karyawan tersebut bekerja dalam
pekerjaan tersebut.
3. Keterampilan kerja
Kecakapan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan
yang harus diperoleh dalam praktek, keterampilan kerja ini dapat
dikelompokan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:
a) Keterampilan mental, seperti menganalisa data, membuat
keputusan dan lain-lain.
b) Keterampilan fisik, seperti membetulkan listrik, mekanik dan
lain-lain.
c) Keterampilan sosial, seperti mempengaruhi orang lain,
menawarkan barang atau jasa dan lain-lain.
4. Pengalaman kerja
Pengalaman seorang karyawan untuk melakukan pekerjaan
tertentu. Pengalman kerja dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk:
a. Pekerjaan yang harus ditempatkan
b. Lamanya melakukan pekerjaan
b. Metode Seleksi dan Penempatan
seleksi dan penempatan pegawai dalam hal ini perlu melihat
metode-metode yang harus ditempuh dalam seleksi dan penempatan pegawai,
meskipun pada pelaksanaannya setiap instansi menerapkan metode
tersebut secara berbeda-beda. Adapun metode yang harus ditempuh
dalam hal ini adalah:
1) Menentukan kebutuhan-kebutuhan sumber daya manusia.
2) Mengupayakan persetujuan anggaran untuk mengadakan atau
mengisi jabatan.
3) Mengembangkan kriteria seleksi yang valid.
4) Pengadaan (rekruitmen)
5) Mengadakan test atau sebaliknya men-screening para pelamar.
6) Menyiapkan daftar dari para pelamar yang paling berkualitas.
c. Latar Belakang Proses Penempatan
Menurut Manullang (2005) disebutkan bahwa proses penempatan
pegawai dilatar belakangi oleh proses staffing. Proses ini merupakan
salah saatu fungsi dari MSDM, penyusunan personalia pada suatu
organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangan sampai
dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada
organisasi. Staffing berhubungan dengan penempatan pegawai yang
akan menempati suatu jabatan yang ada dalam organisasi tersebut.
Gambar II.1. Proses Staffing Dalam Organisasi
Penarikan (rekrutmen) menjadi filter pertama dalam proses
penempatan, informasi yang dihasilkan dari aktivitas rekrutmen
selanjutnya menajadi dasar untuk melakukan aktivitas seleksi sebagai
filter yang kedua. Informasi pada hasil seleksi tersebut selanjutnya
digunakan dalam penempatan sebagai filter yang terakhir sebelum
orang-orang atau individu berperan dalam jabatannya.
Dari pengertian tersebut, aktivitas penarikan-seleksi-penempatan
merupakan aktivitas yang paling berhubungan dan bersifat saling
mendukung. Hal tersebut mengandung maksud bahwa aktivitas
penempatan sangat tergantung pada output aktivitas penarikan. Pada
akhirnya penempatan aktual individu pada peran dan posisi jabatan atau Perencanaan
SDM
Rekrutmen Seleksi dan Penempatan
Orientasi Pelatihan
dan Pengembangan
Transfer Penilaian
prestasi kerja
pekerjaan akan menentukan keputusan kerja pegawai.
3. Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan
Pelatihan diberikan kepada pegawai dengan upaya peningkatan
keterampilannya. Flippo (Priansa dan Suwatno, 2011:117)
mendefinisikan pelatihan sebagai suatu usaha peningkatan
knowledge dan skill seorang karyawan untuk menetapkan aktivitas
kerja tertentu. Istilah pelatihan berasal dari kata training dalam
bahasa Inggris yang berarti : “A short-term educational process
utilizing a systematic and organized procedur by which
non-managerial personnel learn technical knowledge and skills for a
definite purpose” Sikula (Priansa dan Suwatno, 2011:117). Sesuai
dengan pengertian tersebut, pelatihan merupakan suatu proses jangka
pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi
pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan
teknis dalam tujuan terbatas. Pelatihan terdiri dari program-program
yang disusun terencana untuk memperbaiki kinerja dilevel
individual, kelompok dan organisasi.
Hariandja (Kadarisman, 2012:8-9) mengemukakan pelatihan dan
pengembangan pegawai sebagai berikut: pelatihan dan
pengembangan merupakan satu kesatuan dan dapat didefinisikan
sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan
pelatihan dan pengembangan secara konseptual dapat juga
mengubah sikap pegawai terhadap pekerjaan. Hal ini disebabkan
pemahaman pegawai terhadap pekerjaannya juga berubah, karena
sikap seseorang memiliki elemen-elemen kognitif yaitu keyakinan
dan pengetahuan seseorang terhadap suatu objek tersebut sebagai
suatu akibat dari pengetahuan dan keyakinannya, dan kecenderungan
tindakan terhadap objek tersebut, sehingga pengetahuan yang
diperoleh akan dapat mengubah sikap seseorang. Akan tetapi,
pelatihan dapat juga dilakukan secara khusus untuk mengubah sikap
pegawai dalam upaya meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja
bilamana dibutuhkan.
Dari pengertianyang dikemukakan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan lebih berorientasi teoritis dan lebih
banyak ditujukan terhadap usaha pembinaan mental dan kejiwaan
(sikap, tingkah laku, kedewasaan berpikir dan kepribadian).
Sedangkan latihan lebih berorientasi pada praktek dan lebih banyak
ditujukan pada kecekatan, kecakapan, dan keterampilan menggunakan
anggota badan atau alat kerja.
b. Tujuan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan (diklat) yang merupakan bagian yang
integral dari administrasi kepegawaian, yang selanjutnya adalah bagian
dari administrasi negara, berorientasi pada pelaksanaan tugas pokok
pegawai negeri.
Dengan demikian tujuan pendidikan dan pelatihan secara umum
adalah:
1) Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap
untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional
dengan dilandasi oleh kepribadian dan etika pegawai sesuai
kebutuhan instansi.
2) Menciptakan pegawai yang mampu berperan sebagai
pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
3) Memantapkan sikapdan semangat pengabdian yang
berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan
masyarakat.
4) Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintah umum dan pembangunan
serta terwujudnya pemerintah yang baik.
Sedangkan secara khusus, pendidikan dan pelatihan mengarah
pada:
1) Meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada
masyarakat.
2) Meningkatkan mutu dan kemampuan baik dalam bidang
substansi maupun kepemimpinannya.
3) Dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan semangat
dan organisasi (PP. Nomor 101 Tahun 2000).
Dalam aturan pokok kepegawaian di Indonesia sebagaimana yang
tercantum dalam PP Nomor 101 Tahun 2000, yang membagi
pendidikan dan pelatihan terdiri dari dua bagian,yaitu:
1) Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan (Pre Service Training).
2) Pendidikan dan Pelatihan dalam jabatan (In Service Training)
Pendidikan dan latihan Prajabatan adalah suatu pelatihan yang
diberikan kepada calon pegawai negeri sipil, dengan tujuan agar ia
dapat terampil dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan
kepadanya, sedangkan pendidikan dan latihan dalam jabatan adalah
suatu kegiatan kepegawaian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
keahlian, kemampuan dan keterampilan.
Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan sebagaimana yang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.101Tahun 2000 meliputi:
1) Pendidikan dan Pelatihan Struktural
2) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional
3) Pendidikan dan Pelatihan Teknis
Jenis pendidikan dan pelatihan (diklat) yang pertama adalah
pendidikan dan pelatihan prajabatan yang merupakan syarat
pengangkatan bagi calon pegawai negeri sipil menjadi pegawai negeri
sipil dengan tujuan agar dapat terampil dalam melaksanakan tugas
yang dipercayakan kepada pegawai yang bersangkutan.
dari :
1) Pendidikan dan pelatihan Prajabatan Golongan I, yaitu
pendidikan dan pelatihan bagi mereka yang akan diangkat
untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil Golongan I.
2) Pendidikan dan pelatihan Prajabatan Golongan II, yaitu
pendidikan dan pelatihan bagi mereka yang akan diangkat
untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil Golongan II.
3) Pendidikan dan pelatihan Prajabatan Golongan III, yaitu
pendidikan dan pelatihan bagi mereka yang akan diangkat
untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil Golongan III.
Selanjutnya jenis diklat struktural/penjenjangan dalam rangka
upaya pembinaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) secara menyeluruh,
terdiri dari :
1) Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan IV, pendidikan dan
pelatihan bagi mereka yang menduduki jabatan struktural
Eselon IV.
2) Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan III, pendidikan dan
pelatihan bagi mereka yang menduduki jabatan struktural
Eselon III.
3) Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan II, pendidikan dan
pelatihan bagi mereka yang menduduki jabatan struktural
Eselon II.
pelatihan bagi mereka yang menduduki jabatan struktural
Eselon I.
Kemudian pendidikan dan pelatihan fungsional merupakan
prasyarat bagi pegawai negeri sipil yang akan menduduki jabatan
fungsional dan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan
tingkat jabatan fungsional, serta pendidikan dan pelatihan teknis
merupakan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan untuk
memberikan keterampilan dan penguasaan pengetahuan dibidang
teknis tertentu kepada pegawai negeri sipil sehingga mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan
sebaik-baiknya.
Mengingat pentingnya pendidikan dan pelatihan maka seorang
manajer sumber daya manusia harus mengembangkan program
pendidikan dan pelatihan yang efektif. Terdapat beberapa proses
kegiatan yang harus dilakukan dalam upaya mengambangkan
program pendidikan dan pelatihan yang efektif yaitu :
1) Menganalisis kebutuhan pelatihan organisasi, yang sering
disebut need analysis atau need assessment.
2) Menentukan sasaran dan materi program pelatihan.
3) Menentukan metode pelatihan dan prinsip-prinsip belajar
yang digunakan.
c. Analisis Kebutuhan Pelatihan(Training Needs Analysis)
Untuk menghindari terjadinya pemberian suatu pelatihan yang
tidak tepat yang akan berakibat pada penggunaan waktu dan uang
perusahan yang sia-sia maka perlu dilakukan identifikasi kebutuhan
pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan berguna sebagai pondasi bagi
keseluruhan upaya pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan merupakan
usaha-usaha yang sistematis untuk mengumpulkan informasi pada
permasalahan kinerja dalam organisasi dan untuk mengoreksi
kekurangan-kekurangan kinerja (performance deficiencies).
Kekurangan-kekurangan kinerja berkenaan dengan ketidakcocokan
antara perilaku actual dengan perilaku yang diharapkan.Kesenjangan
ini merupakan suatu perbedaan antara perilaku aktual karyawan yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan perilaku
karyawan yang diharapkan oleh perusahaan untuk menyelesaikan
berbagai tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan
sehingga untuk mengatasi adanya kesenjangan kompetensi individu
tersebut, maka perusahaan melaksanakan program pelatihan. Berkaitan
dengan kebutuhan pelatihantersebut, maka harus diketahui
pengetahuan dan keterampilan apa saja yang dibutuhkan karyawan
untuk bekerja dan pengetahuan serta keterampilan apa saja yangtelah
dimiliki karyawan. Menurut Dale (2003: 35), pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang bisa dikategorikan dalam dua jenis, yaitu:
Ketika seeorang menjalani kehidupannya, orang tersebut akan
mengumpulkan dan mempelajari fakta, menyaksikan peristiwa dan
mendapatkan potongan-potongan informasi lain yang kemudian akan
ditambahkan ke dalam simpanan kognitifnya. Semua ini akan
membentuk memori dan diakses ketika yang bersangkutan memproses
informasi baru danatau mempersiapkan reaksi terhadap suatu situasi
atau orang lain. Ada pula pengetahuan yang berkaitan dengan
pekerjaan atau situasi khusus yang diperoleh melalui pendidikan atau
pelatihan untuk menjalankan tugas atau serangkaian tugas. Dale juga
berpendapat (2003: 29), keterampilan ialah aspek perilaku yang bisa
dipelajari dan ditingkatkan melalui latihan yang digunakan untuk
memenuhi tuntutan pekerjaan yang tidak bisa diperoleh melalui
pendidikan formal, karena dalam penerapannya pada tugas tertentu
menuntut kemampuan pribadi masing-masing. Keterampilan yang
diwujudkan tersebut menurut Riduwan (2006: 256) antara lain
keterampilan dalam menjalankan tugas dan keterampilan mengadakan
variasi.
1) Keterampilan Menjalankan Tugas
Pada proses pekerjaan di lapangan para karyawan sebagai
pelaksana kegiatan operasional mengalami hal-hal yang luas
dan kompleks, sehingga pegawai harus dibekali pengetahuan
dan keterampilan yang mantap dan handal. Pimpinan yang baik
para karyawan sebagai bisa menjalankan pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya sebagai berikut:
a) Meningkatkan partisipasi dalam volume pekerjaan
b) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu pegawai
terhadap sesuatu masalah yang sedang dihadapi atau
sedang dibicarakan
c) Mengembangkan pola berpikir pegawai dan cara
bekerja yang baik
d) Menuntun proses berpikir karyawan agar dapat bekerja
lebih baik
e) Membantu pimpinan dalam meningkatkan kinerja
karyawan
f) Memusatkan perhatian pegawai terhadap
masalah-masalah yang sedang ditangani di lapangan.
2) Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Skill)
Variasi pemberian rangsangan (motif) pegawai adalah suatu
kegiatan pimpinan dalam konteks proses interaksi pekerjaan
atau tugas di lapangan yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan pegawai sehingga dalam situasi melaksanakan
pekerjaan, pegawai senantiasa menunjukkan disiplin, kejujuran,
tanggung jawab, antusiasme, serta penuh partisipasi. Secara
garis besar tujuan dan manfaat variation skillI adalah sebagai
a) Menimbulkan dan meningkatkan perhatian pegawai
kepada aspek tugas dan tanggung jawab yang diemban
yang relevan dengan tugas dan fungsi pegawai.
b) Memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat
atau prakarsa pegawai yang ingin mengetahui dan
menyelidiki pada pekerjaan atau jobyang baru.
c) Memupuk tingkah laku yang positif terhadappimpinan
dan instansi/lembaga dengan berbagai cara pekerjaan
yang lebih hidup dan bervariasi di lingkungan kerja
dengan lebih baik.
d) Memberikan kesempatan kepada pegawai untuk
memperoleh cara menyerap pengarahan pimpinan yang
menjadi tugas dan fungsinya sebagai seorang pegawai
yang baik. Kemampuan merupakan ungkapan dan
perwujudan diri individu termasuk kebutuhan pokok
manusia yang bisa terwujud memberikan rasa kepuasan
dan rasa keberhasilan yang mendalam. Kemampuan
dapat menentukan dan meningkatkan makna hidup
manusia dengan segala kompleksitas dan problemnya
juga keindahannya (Riduwan, 2006: 252).
Menurut Campbel yang disadur oleh Mangunhardjana (Riduwan,
2006: 253), ciri pegawai yang memiliki kemampuan sebagai berikut:
Kelicahan mental adalah kemampuan untuk bermain-main
dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, konsep, kata-kata dan
sebagainya. Berpikir dari segala arah (convergent thinking)
adalah kemampuan untuk melihat masalah atau perkara dari
berbagai arah, segi dan mengumpulkan berbagai fakta yang
penting dan mengarahkan fakta itu pada masalah atau perkara
yang dihadapi, sedangkan kelincahan mental-berpikir ke segala
arah (divergent thinking) adalah kemampuan untuk berpikir
dari ide atau gagasan, menyebar ke segala arah.
2) Fleksibilitas konsep
Fleksibilitas konsep (conceptual flexibility) adalah kemampuan
untuk secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan,
kerja yang tidak jalan.
3) Orisinalitas
Orisinalitas (originality) adalah kemampuan untuk
mengeluarkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak
lazim, (meski tidak selalu baik), yang jarang bahkan
mengejutkan.
4) Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas
Orang yang kreatif dan mampu itu lebih menyukai kerumitan
dari pada kemudahan dengan maksud untuk memperkaya dan
5) Orang yang kreatif mengatur rasa ingin tahunya secara
baik,intelektualnya giat bekerja dan dinamis.
6) Orang yang berani berpikir dan berprasangka terhadap masalah
yang menantang.
7) Orang yang terbuka dan menerima informasi, misalnya
meminta informasi dari rekannya untuk keperluan memecahkan
masalah.
8) Orang yang matang dan konseptual melalui penelitian dalam
menghadapi masalah.
9) Orang yang mandiri (independent). Ia bekerja sendiri tanpa
menggantungkan pada orang lain.
4. Produktivitas kerja
a. Pengertian Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja pegawai mengandung pengertian adanya
kemampuan pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang
dilandasi sikap mental bahwa hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini. Sikap kerja yang
demikian ini akan tetap melekat dalam diri pegawai yang memiliki
produktivitas kerja yang tinggi. Penilaian terhadap produktivitas kerja
pegawai dapat diukir melalui pelaksanaan kerja yang relative baik,
sikap kerja, tingkat keahlian dan disiplin kerja. Dan untuk mengukur
produktivitas kerja pegawai itu sendiri harus mencakup aspek kuantitas
Defenisi produksi dengan produktivitas mempunyai arti yang
berbeda. Istilah produksi lebih mengarah pada pertambahan jumlah
hasil kerja yang dicapai. Sedangkan produktivitas mengandung
pengertian adanya perbaikan cara-cara pencapaian produksi walaupun
demikian kedua hal ini masih mempunyai hubungan.Hubungan
tersebut adalah terlihat bahwa produksi dan produktivitas memerlukan
individu sebagai unsur pelaksana.
Banyak para ahli yang telah berhasil menerapkan konteks
pengertian produktivitas. Sinungan (2009:101) produktivitas adalah
perbandingan antara out put (hasil) dengan input (masukan). Jika
produktivitas naik dimungkinkan adanya peningkatan efesiensi
(waktu,bahan,tenaga) dan sistem kerja, tehnik produksi dan adanya
peningkatan keterampilan dari tenaga kerja.
Menurut Sinungan (2009:17) mengatakan, produktivitas adalah
suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk
menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak
manusia, dengan menggunakan sumber riil yang semakin sedikit.
Menurut Blecher (Wibowo 2007: 241) produktivitas kerja adalah
hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan yang
diperlukan. Produktivitas dapat dikualifikasikan dengan membagi
pengeluaran dengan masukan. Menaikan produktivitas dapat dilakukan
banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan
sumber daya tertentu.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
produktivitas adalah suatu hasil kerja yang membandingkan antara
masukan (input) dengan keluaran (output). Penilaian terhadap
produktivitas dapat di ukur melalui pelaksanaan kerja yang relatif baik,
sikap kerja, disiplin kerja dan tingkat keahlian yang dimiliki.Untuk
mengukur tingkat produktivitas pegawai dapat dilihat dari kualitas dan
kuantitas dari pegawai itu sendiri. Produktivitas erat terkait dengan
hasil kerja yang dicapai oleh pegawai. Hasil kerja pegawai tersebut
merupakan produktivitas kerja sebagai target yang didapat melalui
kualitas kerjanya dengan melaksanakan tugas yang sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh organisasi. Kemudian dalam halini
dikemukakan beberapa faktor sebagaimana yang dinyatakan sebagai
indikator dari produktivitas kerja antara lain:
1) Kualitas pekerjaan
Kualitas pekerjaan menyangkut mutu yang dihasilkan. Seorang
pegawai dituntut untuk mengutamakan kualitas dalam
pelaksanaan tugas-tugasnya. Kualitas bagi hampir semua orang
tampaknya berarti kualitas tinggi. Kualitas semakin tinggi
berarti semakin baik. Lalu timbul pertanyaan, apakah
orang-orang sesungguhnya menginginkan segala sesuatu berkualitas
menjalankan dan melaksanakan manajemen disuatu organisasi
harus memiliki kehidupan kerja yang berkualitas. Kehidupan
kerja yang berkualitas yaitu keadaan para pegawai dapat
memenuhi kebutuhannya dengan bekerja di dalam organisasi
dan kemampuan untuk hasil tersebut bergantung apakah
terdapat adanya:
a) Perlakuan yang fair,adil dan sportif terhadap pegawai.
b) Kesempatan bagi pegawai untuk menggunakan
kemampuan secara penuh dan kesempatan untuk
mewujudkan diri menjadi orang yang mereka rasa
mampu mewujudkannya.
c) Komunikasi terbuka dan saling mempercayai diantara
sesama pegawai.
d) Kesempatan bagi semua pegawai untuk berperan secara
aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan penting
yang melibatkan pekerjaan-pekerjaan mereka.
e) Kompensasi yang cukup fair.
f) Lingkungan yang aman dan sehat.
2) Kuantitas pekerjaan
Perkembangan organisasi menuntut adanya kuantitas
pekerjaan.Kuantitas pekerjaan menyangkut pencapaian target,
hasil kerja yang sesuai dengan rencana organisasi. Rasio
sehingga dengan pertimbangan tersebut dapat menjadi tenaga
kerjayang produktif untuk meningkatkan produktivitas kerja di
dalam organisasi tersebut.
3) Ketepatan waktu
Masyarakat berbeda-beda dalam menilai waktu. Misalnya
budaya barat menganggap waktu sebagai suatu sumber daya
yang langka, “waktu adalah uang” dan harus digunakan secara
efisien. Beberapa budaya lain mengambil suatu pendekatan
yang lain lagi terhadap waktu. Mereka memfokuskan pada
masa lalu misalnya mengikuti tradisi mereka dan berusaha
melestarikan praktek-praktek historisnya. Seorang pegawai
harus memiliki paham tersebut yang memandang waktu
sebagai sumber daya yang harus benar-benar dipergunakan
dengan tepat dan mempraktekkan pada tugas-tugasnya yaitu
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan orang tepat pada
waktu yang ditentukan serta mengutamakan prinsip efisien.
4) Semangat kerja
Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat
kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk
melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam
sebuah organisasi. Apabila pekerja tampak merasa senang,
optimis mengenai kegiatan dan tugas, serta ramah satu sama
tinggi. Sebaliknya, apabila pegawai tampak tidak puas, lekas
marah,sering sakit, suka membantah, gelisah dan pesimis, maka
reaksi ini dikatakan sebagai bukti semangat yang rendah.
Semangat kerja sangat penting bagi organisasi karena (1)
semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka
absensi atau tidak bekerja karena malas, (2) dengan semangat
kerja yang tinggi maka pekerjaan yang diberikan atau
ditugaskan kepadanya akan akan dapat diselesaikan dengan
waktu yang lebih singkat atau lebih cepat, (3) semangat kerja
yang tinggi otomatis membuat pegawai akan merasa senang
bekerja sehingga kecil kemungkinan pegawai akan pindah
bekerja ketempat lain, (4) semangat kerja yang tinggi dapat
mengurangi angka kecelakaan karena pegawai yang
mempunyai semangat kerja tinggi cenderung bekerja dengan
hati-hati dan teliti sehingga bekerja sesuai dengan prosedur
yang ada (Tohardi, 2002:55).
5) Disiplin kerja
Dalam melaksanakan disiplin kerja, disiplin yang baik
dapat diukur dalamwujud:
a) Pimpinan atau pegawai datang dan pulang kantor tepat
pada waktu yang ditentukan.
b) Menghasilkan pekerjaan baik kuantitas maupun kualitas
c) Melaksanakan tugas penuh dengan semangat.
d) Mematuhisemua peraturanyangada.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sinungan yang
menyatakan disiplin adalah sikap kewajiban dari
seseorang/kelompok orang senantiasa berkehendak untuk
mengikuti/mematuhi segala aturan keputusan yang telah
ditetapkan dan disiplin juga dapat dikembangkan melalui suatu
latihan antara lain dengan bekerja, menghargai waktu dan biaya
(Sinungan, 2003:145). Dari teori tersebut selain mematuhi
peraturan-peraturan yang ada, disiplin juga dapat diwujudkan
dengan menghargai waktu yaitu dengan mendisiplinkan diri
untuk selalu tepat waktu, tenaga yaitu adanya usaha yang
optimal dalam melaksanakan tugas, serta biaya seefisien mugkin
sesuai dengan kuantitas pekerjaan yangada.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Menurut A. Dale Timple dalam (Mangkunegara, 2009: 15),
faktor-faktor produktivitas kerja terdiri dari faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan
sifat-sifat seseorang. Misalnya, produktivitas kerja seseorang baik
disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu
tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai produktivitas
kerja yang jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan
memperbaikinya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja seseorang yang berasal dari
lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,
bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
Produktivitas kerja merupakan suatu konstruk multidimensional
yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Mahmudi (Mangkunegara, 2009:17) faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja adalah:
1) Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan
(skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen
yang dimiliki setiap individu;
2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan
menejer dan teman leader;
3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan teman dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama
anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim;
4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau
infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi,
dan kultur kerja dalam organisasi; dan
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan
5. Pengertian Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Berdasarkan pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 mengenai
pokok-pokok kepegawaian ditentukan untuk mewujudkan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan diperlukan
pegawai negeri sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil.
Maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pegawai negeri adalah :
a. Mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang.
c. Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau tugas lainnya.
d. Diberi gaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya disebutkan jenis pegawai yaitu:
a. Pegawai Negeri terdiri dari:
1) Pegawai Negeri Sipil
2) Anggota Tentara Nasional Indonesia
3) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
b. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari:
1) Pegawai Negeri Sipil Pusat
2) Pegawai Negeri Sipil Daerah
c. Disamping itu pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai
tidak tetap.
Pengertian Pegawai negeri menurut UU No. 43 Tahun 1999 adalah mereka
perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara
lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan
dan digaji menurut undang-undang yang berlaku. Pegawai negeri
merupakan unsur aparatur abdi Negara dengan penuh kesetiaan dan ketaan
kepada Pancasila, Undang- Undang Dasar 1945 negara dan pemerintah
dalam menyelesaikan tugas pemerintah dan pembangunan.
B. Penelitian Terdahulu
1. Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas Karyawan Di PT.
Gunung Madu Plantations
a. Penelitian dilakukan oleh Rahmad Sodikin pada tahun 2006
b. Variabel penelitian :
1) Metode pelatihan
2) Pengajar/pelatih
3) Fasilitas pelatihan
4) Kebutuhan akan pelatihan
5) Dukungan perusahaan
6) Manfaat pelatihan
7) Materi pelatihan
8) Peserta pelatihan
9) Perilaku kerja
10) Minat
12) Pengalaman
13) Tanggung jawab
14) Motivasi
c. Pengkajian penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian survei, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dengan
kuesioner sebagai alat pokok pengumpulan data. Metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah metode quota sampling. Kuesioner
yang digunakan terdiri dari 46 pernyataan yang bersifat tertutup.
Teknik analisa data yang digunakan adalah SEM (Structural Equation
Modeling), dengan bantuan perangkat lunak LISREL (Linear
Structural Relationship) 8.30, untuk mengetahui bentuk dan besar
pengaruh antara variabel laten bebas, yaitu pelatihan, dengan variabel
laten tidak bebas (terikat), yaitu produktivitas karyawan.
c. Hasil penelitian :
Pelatihan mempengaruhi produktivitas karyawan. Variabel yang
diamati untuk mengukur pelatihan karyawan ada delapan, yaitu
metode pelatihan (x1), pengajar/pelatih (x2), fasilitas pelatihan (x3),
kebutuhan akan pelatihan (x4), dukungan perusahaan (x5), manfaat
pelatihan (x6), materi pelatihan (x7), dan peserta pelatihan (x8).
Kedelapan variabel tersebut dapat diterima sebagai pembentuk
pelatihan karyawan, karena mempunyai nilai t di atas 1,96 (tingkat
signifikansi 5 %) dengan variabel manfaat pelatihan (x6) mempunyai
sedangkan variabel pengajar/pelatih (x2), dengan sebesar 0.45,
memiliki pengaruh yang terendah, yaitu 6 %. Untuk produktivitas
karyawan, selain dipengaruhi oleh pelatihan, juga dibentuk oleh enam
variabel indikator. Keenam variabel tersebut, yaitu perilaku kerja (y1),
minat (y2), prestasi kerja (y3), pengalaman (y4), tanggung jawab (y5),
dan motivasi (y6) bersama-sama menghasilkan produktivitas
karyawan, hal ini dapat dilihat dari nilai t yang lebih besar dari 1.96
(tingkat signifikansi 5 %). Variabel indikator yang paling mempunyai
pengaruh terbesar terhadap pembentukan produktivitas karyawan
adalah prestasi kerja (y3), yaitu 56 % dengan = 1.19 dan minat (y2)
dengan = 0.78 sebagai variabel indikator dengan kontribusi terendah,
yaitu 24 %.
2. Analisis Pengaruh Penempatan Pegawai Berbasis Kompetensi
Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Dinas Perhubungan Pemkab
Bogor)
a. Penelitian di lakukan oleh Anita Naliebrata pada tahun 2007.
b. Variabel penelitian :
1) Penempatan pegawai meliputi : kompetensi dan kualifikasi.
2) Motivasi
3) Kinerja meliputi : loyalitas, kerjasama, tanggung jawab, disiplin
c. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode
pengumpulan data yang mengambil setiap elemen populasi atau
karakteristik yang ada dalam populasi. Metode Pengolahan dan
Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi Uji Validitas Uji Reliabilitas Rata-rata Tertimbang Uji Chi
SquareAnalisis Regresi Linear Berganda.
c. Hasil penelitian:
1) Secara keseluruhan dari variabel penempatan pegawai yaitu
kompetensi, kualifikasi, dan motivasi dapat disimpulkan secara
umum bahwa penempatan pegawai tergolong kategori baik,
dimana nilai skor rataan keseluruhan untuk kompetensi bernilai
3,86, kualifikasi bernilai 3,84, motivasi bernilai 4,07. Hal ini
menunjukkan persepsi pegawai yang berada dalam rentang setuju
terhadap masing-masing indikator penempatan pegawai. Hal ini
berarti bahwa masing-masing indikator penempatan pegawai sudah
dilaksanakan dengan baik oleh Dishub Pemkab Bogor.
2) Secara keseluruhan dari variabel kinerja dengan indikator loyalitas,
tanggung jawab, kerja sama, disiplin, dan kualitas kerja, dapat
disimpulkan secara umum bahwa kinerja pegawai tergolong
kategori baik, dimana nilai skor rataan keseluruhan bernilai 4,19
menunjukkan persepsi pegawai yang berada dalam rentang setuju
terhadap masingmasing indikator kinerja. Hal ini berarti bahwa
masing-masing indikator kinerja sudah dilaksanakan dengan baik
3) Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kompetensi, kualifikasi,
dan motivasi berpengaruh nyata dan positif, artinya jika Dishub
Pemkab Bogor ingin meningkatkan kinerja pegawai, maka
kompetensi, kualifikasi dan motivasi juga harus ditingkatkan.
Besarnya pengaruh ketiga faktor ini terhadap kinerja adalah
sebesar 64,1%, dan sisanya sebesar 35,9% dipengaruhi
faktor-faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.
3. Pengaruh Mutasi Dan Promosi Jabatan Terhadap Pengembangan
Karir Pegawai (Studi Kasus Kejaksaan Tinggi Jawa Barat) a. Penelitian dilakukan oleh Muhammad Reza pada tahun 2008.
b. Variabel penelitian :
1) Mutasi
2) Pengembangan Karir
3) Pegawai Promosi jabatan
4) Kemampuan Karyawan
5) Efektivitas Karyawan
c. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di lingkungan Kejaksaan
Tinggi Jawa Barat yaitu 172 pegawai. Sampel yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pegawai Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang telah
dipilih berdasar pertimbangan-pertimbangan yang sesuai yaitu 60
responden. Penarikan sampel dilakukan secara purposif dengan teknik
JudgmentalSampling, dimana elemen sampel dipilih berdasarkan pada
skala Likert, transformasi skala ordinal ke interval Uji Validitas
Pearson Correlation Product Moment .Uji Reabilitas menggunakan
Alpha Cronbach,pengujian teknik analisis korelasi dan analisis regresi
berganda.
c. Hasil penelitian:
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat menjalankan mutasi, promosi jabatan,
dan pengembangan karir seorang pegawai didasari pada penilaian
berdasarkan tingkat pendidikan, kecakapan, dan kemampuan teknis.
Mutasi dan promosi jabatan mempunyai pengaruh negatif terhadap
pengembangan karir pegawai, dengan tingkat korelasi sebesar 0.590
dan persamaan regresi Y = 30,643 – 0,469X1 -0,139X2.
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan berbagai uraian diatas mengenai pengembangan pegawai,
pelatihan pegawai, penempatan kerja dan produktivitas kerja maka dapat
Gambar II.2. Kerangka Konseptual
Keterangan : : berpengaruh secara parsial
: : berpengaruh secara simultan
D. Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimatpertanyaan
(Sugiyono, 2004:70) Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
1. Penempatan pegawai berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
2. Pelatihan kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
3. Penempatan pegawai dan pelatihan kerja secara simultan atau
bersama-sama berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Penempatan Pegawai
1. Kompetensi
2. Kualifikasi
Pelatihan Kerja
1. Keterampilan
2. Pengetahuan
41 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu
untuk menjelaskan pengaruh pelatihan kerja dan pengembangan pegawai
terhadap produktivitas kerja SDM di Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.Penelitian Deskriptif merupakan
dasar bagi semua penelitian. Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara
kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik (Sulistyo-Basuki, 2006:
110).Penelitian deskriptif pada penelitian ini menggunakan pendekatan
observasi, kusioner, wawancara.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang akan memberikan informasi
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada kasus ini, yang
menjadi subjek adalah pegawai di Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian yaitu data atau informasi yang menjadi perhatian pokok
dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah:
b. Penempatan pegawai.
c. Produktivitas kerja.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2013.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Tanggamus Provinsi Lampung yang berlokasi di Komp. Perkantoran
Pemkab Tanggamus Jl. Jend. Suprapto No. 4, Kota Agung.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dijadikan obyek penelitian
atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti
dalam penelitian.
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen (Sumarni dan
Wahyuni, 2006:22).Dari definisi tersebut maka variabel independen adalah
penempatan pegawai dan pelatihan kerja.
a. Penempatan Pegawai (X1)
Penempatan ialah mengalokasikan para karyawan pada posisi kerja
melaksanakan kewajibannya dengan baik dan memperoleh haknya
dengan baik pula. Indikator yang mempengaruhi variabel ini adalah :
1) Kompetensi
a) Latar belakang pendidikan dan pengetahuan
b) Kesesuaian minat, bakat, dan kemampuan
c) Prestasi kerja dan potensi pegawai
2) Kualifikasi
a) Masa kerja
b) Bersih dari nepotisme, kolusi dan