• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR, WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR, WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA."

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR,

WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA

SKRSPSS

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Galuh Ajeng Antasari NSM 13304241014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Pengayaan Genetika Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk Kelas XSS SPA” yang disusun oleh Galuh Ajeng Antasari NSM 13304241014 telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, April 2017

Pembimbing S Pembimbing SS

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir Skripsi

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR,

WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA Disusun oleh:

Galuh Ajeng Antasari NSM 13304241014

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Yogyakarta Pada tanggal 7 April 2017

TIM PENGUJI

Nama/Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Suratsih, M.Si

Ketua Penguji/Pembimbing S ... ... Rizka Apriani Putri, S.Si, M.Sc

Sekretaris/Pembimbing SS ... ...

Sukarni Hidayati, M.Si

Penguji Utama ... ...

dr. Tutiek Rahayu, M.Kes

Penguji Pendamping ... ...

Yogyakarta, ... April 2017

Fakultas Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Dekan,

Dr. Hartono

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Galuh Ajeng Antasari

NSM : 13304241014

Prodi : Pendidikan Biologi

Fakultas : Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam

Judul Penelitian : Pengembangan Modul Pengayaan Genetika Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk Siswa Kelas XSS SPA.

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat pendapat atau karya yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 30 Maret 2017

Yang menyatakan,

(5)

v MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skrispsi ini saya persembahkan untuk:

 Kedua orangtua saya, Ayahdari dan Bundadari yang selalu mendoakan, mendidik, dan mengusahakan apapun yang terbaik untuk saya.

 Adik saya, Yohana Brenda Aprilia yang selalu mendukung dan menyemangati.

 Sahabat spesial saya “Safina, Nensi, Nining, Yekti, Ema” yang sekaligus menjadi teman seperjuangan dalam melalui hari dan masa skripsi di Yogyakarta.

 Sahabat QQN Sakinah “Nana, Rima, Santi, Yuli” yang sudah memotivasi dan memberi semangat selama skripsi.

 Sahabat Kos Karangmalang A27, khususnya Dinda yang sudah menjadi sahabat sekaligus keluarga di Yogyakarta.

 Keluarga Besar PMK UNY yang selalu mendukung dan mendoakan.  Teman-teman Pendidikan Biologi A 2013 yang telah menjadi saudara

baru selama di Yogyakarta.

(7)

vii

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR,

WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA

Oleh

Galuh Ajeng Antasari NIM 13304241014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan kretinisme di Desa Sgedang, Kejajar, Wonosobo, menghasilkan modul pengayaan genetika berbasis fenomena kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk kelas XSS SPA dan mengetahui kualitas modul pengayaan genetika berbasis fenomena kretinisme yang dihasilkan.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research

and Development). Penelitian (research) dalam hal ini adalah penelitian studi

kasus pewarisan kretinisme di Desa Sigedang. Hasil penelitian studi kasus selanjutnya dianalisis potensinya sebagai sumber belajar dengan tahapan identifikasi, seleksi dan modifikasi hasil penelitian sebagai sumber belajar. Pengembangan (development) dalam hal ini adalah pengembangan modul pengayaan genetika berbasis fenomena kretinisme di Desa Sigedang untuk kelas XSS SPA. Pengembangan hasil penelitian menjadi modul pengayaan menggunakan model ADDSE (analysis, design, development and production,

implementation, dan evaluation). Penelitian ini dibatasi sampai tahap

pengembangan (development).

Hasil penelitian studi kasus menunjukkan bahwa kretinisme di Desa Sigedang diwariskan secara autosomal resesif. Hasil Analisis potensi hasil penelitian, menunjukkan bahwa penelitian tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber kegiatan pengayaan materi genetika berupa modul berdasarkan tahap identifikasi, seleksi dan modifikasi hasil penelitian. Hasil penilaian kualitas modul pengayaan menunjukkan kategori sangat baik menurut ahli materi berdasarkan aspek kebenaran konsep sebesar 98,64 %, sangat baik menurut ahli media berdasarkan aspek kelayakan isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafisan sebesar 60,86 %, baik menurut guru sebesar 98,91 %, serta baik menurut siswa dengan persentase sebesar 60,23 %.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi berjudul “Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk Kelas XSS SPA” sebagai bentuk pertanggungjawaban untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Tersusunnya Tugas Akhir Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penulis untuk menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. selaku Wakil Dekan S FMSPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

(9)

ix

4. Bapak Suratsih, M.Si selaku Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing S yang telah memberikan nasihat, arahan, bimbingan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Sbu Rizka Apriani Putri, S.Si, M.Sc selaku Dosen Pembimbing SS yang telah memberikan nasihat, arahan, bimbingan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Sbu Dosen Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi.

7. Teman-teman Pendidikan Biologi A 2013 yang telah memberikan semangat dan doa sehingga skripsi ini dapat selesai.

8. Lurah, Perangkat dan Masyarakat Desa Sigedang yang telah memberi izin dan membantu saya dalam melakukan penelitian pewarisan kretinisme di Desa Sigedang.

9. Kepala, Guru dan Siswa SMA N 2 Wonosobo yang telah memberi izin dan membantu saya dalam penelitian uji kualitas modul pengayaan yang disusun.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta, 2 April 2017

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ...ii

PENGESAHAN ... ....iii

PERNYATAAN ... ....iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR SSS ... ix

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPSRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ...1

B. SDENTSFSKASS MASALAH ...5

C. BATASAN MASALAH ...6

(11)

xi

Halaman

E. TUJUAN PENELSTSAN ... 7

F. MANFAAT PENELSTSAN ... 7

G. DEFSNSSS OPERASSONAL ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan 1. Pembelajaran Biologi ... 9

2. Sumber Belajar ... 10

3. Bahan Ajar ... 13

4. Modul ... 15

5. Modul Pengayaan ... 22

B. Kajian Keilmuan 1. Pewarisan Sifat ... 23

2. Peta Silsilah ... 25

3. Kesalahan Metabolisme Bawaan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Studi Kasus Pewarisan Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo 1. Desain Penelitian ... 41

2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

3. Subjek Penelitian ... 42

(12)

xii

Halaman

5. Snstrumen Penelitian ... 43

6. Validasi Snstrumen ... 44

7. Teknik Pengumpulan Data ... 44

8. Teknik Analisis Data ... 44

B. Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo 1. Sdentifikasi Proses dan Produk Penenlitian ... 45

2. Seleksi dan Modifikasi Hasil Penelitian ... 46

3. Pengembangan Modul Pengayaan a. Desain Penelitian ... 46

b. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

c. Subjek Penelitian ... 47

d. Prosedur Penelitian ... 48

e. Snstrumen Penelitian ... 51

f. Validasi Snstrumen ... 52

g. Teknik Pengumpulan Data ... 52

h. Teknik Analisis Data ... 52

(13)

xiii

Halaman b. Peta Silsilah ... 57 c. Penentuan Genotipe ... 59 2. Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa

Sigedang, Kejajar, Wonosobo

a. Sdentifikasi Proses dan Produk Penelitian ... 60 b. Seleksi dan Modifikasi Hasil Penelitian ... 69 c. Pengembangan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar ... 71 B. Pembahasan

1. Penelitian Studi Kasus Pewarisan Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo ... 92 2. Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa

Sigedang, Kejajar, Wonosobo ... 101 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 119 B. Saran ... 119

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Penderita Kretinisme ... 56

Tabel 2. Hasil Penelitian berupa Fakta dan Konsep Genetika ... 68

Tabel 3. Relevansi Konsep KTSP dengan Hasil Penelitian ... 70

Tabel 4. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) KTSP ... 71

Tabel 5. Tujuan dan Sndikator Pembelajaran ... 73

Tabel 6. Kerangka Modul ... 74

Tabel 7. Saran Pembimbing S dan Tindak Lanjut ... 79

Tabel 8. Saran Pembimbing SS dan Tindak Lanjut ... 72

Tabel 9. Frekuensi Penilaian oleh Ahli Materi ... 82

Tabel 10. Frekuensi Penilaian oleh Ahli Media ... 83

Tabel 11. Saran dari Ahli Materi dan Tindak Lanjut ... 85

Tabel 12. Saran dari Ahli Media dan Tindak Lanjut ... 86

Tabel 13. Frekuensi Penilaian oleh Guru Biologi ... 88

Tabel 14. Frekuensi Penilaian oleh Siswa ... 89

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Proses Metabolisme Normal ... 29

Gambar 2. Skema Kesalahan Metabolisme Tirosin & Phenylalanin ... 32

Gambar 3. Skema Pengubahan Phenylalanin menjadi Tirosin dengan bantuan Enzim Phenylalanin Hidroksilase yang dikode oleh Gen P... 33

Gambar 4. Skema Kesalahan Metabolisme Bawaan Phenylalanin menjadi

Tirosin ... 34

Gambar 5. Skema Pengubahan Tirosin menjadi Melanin dengan bantuan Enzim Tirosinase yang dikode oleh Gen A ... 35

Gambar 6. Skema Kesalahan Metabolisme Bawaan Tirosin menjadi Melanin ... 35

Gambar 7. Skema Pengubahan Asam Homogentisat menjadi Asam Maleylasetoasetat dengan bantuan Enzim Homogentisat Oksidase yang dikode oleh Gen H ... 36

Gambar 8. Skema Kesalahan Metabolisme Bawaan Asam Homogentisat menjadi Asam Maleylasetoasetat ... 36

Gambar 9. Skema Pengubahan Tirosin menjadi Tiroksin dengan bantuan Enzim yang dikode oleh Gen C ... ... 39

Gambar 10. Skema Kesalahan Metabolisme Bawaan

Tirosin menjadi Tiroksin ... 39

Gambar 11. Skema Kerangka Berpikir ...40

(16)

xvi

Halaman

Gambar 13. Peta Silsilah Keluarga Rs (tanpa genotipe) ... 57

Gambar 14. Peta Silsilah Keluarga Ss (tanpa genotipe) ... 57

Gambar 15. Peta Silsilah Keluarga Mh (tanpa genotipe) ... 58

Gambar 16. Peta Silsilah Keluarga Rs (dengan genotipe) ... 59

Gambar 17. Peta Silsilah Keluarga Ss (dengan genotipe) ... 59

Gambar 18. Peta Silsilah Keluarga Mh (dengan genotipe) ... 59

Gambar 19. Diagram Lingkaran Penilaian oleh Ahli Materi ... 82

Gambar 20. Diagram Lingkaran Penilaian oleh Ahli Media ... 84

Gambar 21. Diagram Lingkaran Penilaian oleh Guru Biologi ... 90

Gambar 22. Diagram Lingkaran Penilaian oleh Siswa ... 90

Gambar 23. Peta Silsilah Keluarga Rs (tanpa genotipe) ... 94

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 123

Lampiran 2. Lembar Silsilah Keluarga ... 125

Lampiran 3. Lembar Observasi ... 127

Lampiran 4. Kisi-kisi Evaluasi Modul ... 128

Lampiran 5. Kisi-kisi Snstrumen Ahli Materi ... 130

Lampiran 6. Kisi-kisi Snstrumen Ahli Media ... 131

Lampiran 7. Kisi-kisi Snstrumen Guru Biologi ... 132

Lampiran 8. Kisi-kisi Snstrumen Siswa ... 133

Lampiran 9. Snstrumen Ahli Materi ... 134

Lampiran 10. Snstrumen Ahli Media ... 141

Lampiran 11. Snstrumen Guru Biologi ... 145

Lampiran 12. Snstrumen Siswa ... 153

Lampiran 13. Daftar Nama Guru dan Siswa ... 159

Lampiran 14. Deskripsi Lembar Penilaian Kualitas Modul ... 160

Lampiran 15. Rekapitulasi Penilaian Kualitas Modul ... 165

(18)

1 BABBIB PENDAHULUANB

A. LATARBBELAKANGB

Pembelajaran merupakan luatu kegiatan jang mengandung interakli antara

guru dengan pelerta didik dan timbal balik jang berlanglung dalam lituali

edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Nurjani, 2003: 4). Menurut

Undang-Undang Republik Indonelia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Siltem Pendidikan

Nalional, pembelajaran adalah luatu interakli antara pelerta didik dengan

pendidik dan lumber belajar pada luatu lingkungan. Lingkungan dalam hal ini

tidak terbatal pada ruang belajar atau kelal, tetapi juga meliputi guru lebagai

pendidik, media pembelajaran jang digunakan, laboratorium, perpultakan dan

lain lebagainja.

Biologi merupakan ilmu jang mempelajari tentang alam dan makhluk hidup

belerta gejalanja. Menurut Djohar (Suratilh, dkk., 2010: 8) pembelajaran Biologi

lebagai alat pendidikan hendaknja memberi pembelajaran kepada lubjek belajar

untuk melakukan interakli dengan objek belajar lecara mandiri lehingga dapat

mengeklplorali dan menemukan konlep. Belajar biologi berarti berupaja

mengenali prolel kehidupan njata, berupaja mengenali diri lendiri lebagai

makhluk hidup dan diharapkan dapat meningkatkan kualital kehidupan manulia

dan lingkungannja (Nurjani, 2005: 33).

Suatu pembelajaran penting halnja melakukan evaluali pencapaian halil

belajar untuk mengetahui leberapa jauh target pembelajaran dapat tercapai.

(19)

2

harul dipantau tingkat keterlaklanaannja dengan melakukan evaluali formatif

(Bambang Subali, 2012: 12).

Evaluali halil belajar terdapat beberapa kemungkinan, jaitu lemua lubjek

belajar berhalil mencapai halil belajar lebagaimana jang ditargetkan, dapat pula

lebagian belar laja jang berhalil, lebagian kecil atau lemuanja gagal. Tindak

lanjut dari halil evaluali ini adalah dilakukannja kegiatan remedial dan

pengajaan. Kegiatan remedial ditunjukan bagi lilwa jang tidak berhalil mencapai

target pembelajaran, dalam hal ini dinjatakan dalam luatu Kriteria Ketuntalan

Minimal (KKM). Kegiatan pengajaan ditujukan bagi lilwa jang telah berhalil

mencapai terget pembelajaran.

Kegiatan pengajaan prinlipnja adalah untuk memperkuat alpek kompetenli

jang ludah dikualai pelerta didik. Menurut Surjobroto (1997: 109-110) tujuan

dari kegiatan pengajaan adalah memperdalam atau memperlual konlep jang telah

dipelajari, menambah kegiatan jang belum terdapat dalam pelajaran pokok dan

menarik lilwa untuk memperoleh pengetahuan tambahan.

Berdalarkan halil wawancara dengan Guru Biologi SMA N 2 Wonolobo,

kegiatan pengajaan di lekolah belum terlaklana dengan baik, karena dalam

kegiatan terlebut lilwa hanja diminta untuk membaca materi dan mengerjakan

loal pada buku paket Biologi. Pengetahuan jang diperoleh lilwa hanja

berlumber dari buku paket, lehingga lilwa merala pengetahuannja tidak

bertambah letelah mengikuti kegiatan pengajaan.

Guru Biologi SMA N 2 Wonolobo menjatakan bahwa lilwa membutuhkan

(20)

3

lehingga dapat memberikan kegiatan pengajaan jang bermakna. Melalui kegiatan

pengajaan, lilwa diharapkan dapat mengaplikalikan ilmu jang dipelajari di kelal

untuk memecahkan permalalahan di lingkungannja. Pembelajaran jang

berlumber pada permalalahan atau fenomena lekitar akan memberikan

pembelajaran jang bermakna kepada pelerta didik.

Menurut Aulubel (Dahar, 1996: 112) pembelajaran bermakna merupakan

luatu prolel mengkaitkan informali baru pada konlep-konlep jang relevan jang

terdapat pada ltruktur kognitif leleorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta,

konlep-konlep dan generalilali-generalilali jang telah dipelajari pelerta didik.

Pembelajaran bermakna terjadi apabila leleorang belajar dengan mengalolialikan

fenomena baru ke dalam ltruktur pengetahuan mereka.

Lingkungan alam lekitar merupakan laboratorium pembelajaran Biologi

jang berperan penting karena memuat gejala-gejala alam jang dapat

memunculkan fenomena Biologi. Alam dengan legenap fenomenanja telah

menjediakan informali jang dapat digunakan dalam kehidupan manulia.

Permalalahannja di lini, mampukah Guru menggali apa jang terlirat dalam

fenomena terlebut lehingga dapat digunakan lebagai lumber belajar (Prawoto,

1989: 29).

Halil oblervali di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo terdapat fenomena

Biologi jang dapat ditelaah mengunakan pendekatan genetika. Fenomena terlebut

jaitu kretinilme, jang laat ini diderita oleh 7 warga. Data penduduk Dela

(21)

4

namun jumlahnja lemakin menurun karena tidak menikah dan meninggal dunia.

Mitol jang berkembang dilana bahwa kretinilme merupakan lebuah kutukan.

Menurut Surjo (1997: 129), kretinilme merupakan kelainan metabolilme

bawaan jang dilebabkan karena gen tidak dapat mengkode pembentukan enzim

jang berperan dalam metabolilme alam amino tirolin. Gen jang berperan

mengkode pembentukan enzim terlebut adalah gen C. Orang dengan homozigotik

cc tidak memiliki enzim jang diperlukan untuk mengubah alam amino tirolin

menjadi hormon tiroklin. Hal ini menjebabkan pertumbuhan menjadi terhambat

dan memiliki tinggi badan jang pendek atau kerdil.

Fenomena ini perlu diteliti untuk mengetahui pola pewarilan kretinilme

lehingga dapat diderita oleh beberapa warga dalam latu dela. Penelitian ini

dianalilil potenlinja untuk dijadikan lebagai lumber belajar dalam kegiatan

pengajaan materi genetika untuk lilwa kelal XII IPA. Kompetenli Dalar (KD)

KTSP jang ingin dicapai jaitu menerapkan prinlip-prinlip pewarilan lifat dalam

kehidupan. Kompetenli jang akan dikembangkan dalam kegiatan pengajaan ini

jaitu menerapkan prinlip pewarilan lifat manulia pada fenomena kretinilme di

Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo.

Berdalarkan latar belakang terlebut, peneliti ingin mengembangkan modul

pengajaan Genetika berbalil fenomena kretinilme di Dela Sigedang untuk lilwa

kelal XII IPA. Pemilihan modul pengajaan lebagai bentuk bahan ajar genetika

dimakludkan agar halil-halil penelitian dapat dimanfaatkan lebagai alternatif

(22)

5

dan dapat menambah pengetahuan lilwa tentang prinlip pewarilan lifat pada

manulia khululnja pada fenomena kretinilme di Dela Sigedang.

Halil penelitian berupa modul ini dapat menjadi loluli bagi permalalahan

bentuk kegiatan pengajaan di lekolah karena kegiatan pengajaan materi genetika

jang dilakukan dengan mengerjakan loal dalam buku paket, mengakibatkan lilwa

milkin dengan contoh-contoh fenomena genetik jang berada di lingkungan

lekitarnja. Faktanja, lingkungan lekitar kaja akan fenomena-fenomena jang

ditunjukkan oleh organilme baik hewan, tumbuhan, mikroorganilme maupun

manulia jang dapat dirunut lecara genetika melalui berbagai metode penelitian

genetika. Halilnja akan langat bermanfaat untuk pengembangan lumber belajar

genetika, jika ini dapat diungkap baik melalui penelitian maupun kajian lainnja.

B. IDENTIFIKASIBMASALAHB

Berdalarkan uraian latar belakang diatal maka dapat diidentifikali malalah

lebagai berikut:

1. Kegiatan pengajaan di lekolah belum berjalan dengan baik. Silwa jang telah

lulul KKM diminta untuk mengerjakan loal-loal dalam buku paket. Prinlipnja,

kegiatan pengajaan adalah untuk memperlual dan memperdalam konlep jang

telah dikualai. Wawalan dan pengetahuan lilwa tidak akan bertambah jika

kegiatan pengajaan dilakukan dengan mengerjakan loal dalam buku paket laja.

Mengapa kegiatan pengajaan di lekolah belum terlaklana dengan baik ?

2. Dela Sigedang memiliki luatu fenomena jaitu kretinilme jang diderita oleh 7

(23)

6

kelainan jang dilebabkan karena kekurangan hormon tiroklin. Mitol jang

berkembang adalah kretinilme dianggap lebagai kutukan oleh beberapa

maljarakat. Secara ilmiah, kretinilme dapat ditelaah menggunakan ilmu genetika.

Fenomena ini perlu diteliti untuk mengetahui bagaimana pola pewarilannja.

Halil penelitian ini berpotenli lebagai lumber kegiatan pengajaan materi

genetika, karena leluai dengan Kompetenli Dalar (KD) KTSP jaitu menerapkan

prinlip-prinlip pewarilan lifat manulia dalam kehidupan. Bagaimana fenomena

kretinilme dapat digunakan lebagai lumber kegiatan pengajaan ?

3. SMA N 2 Wonolobo merupakan lekolah jang memiliki jarak terdekat dengan

lokali penelitian. Sekolah ini tidak memiliki lumber belajar berupa modul

genetika, khululnja kelainan genetik. Halil penelitian pewarilan kretinilme akan

dikemal menjadi modul pengajaan lebagai alternatif bahan ajar di lekolah.

Bagaimana fenomena kretinilme dapat dilulun ke dalam modul pengajaan ?

C. BATASANBMASALAHB

Berdalarkan identifikali malalah, maka penelitian ini dibatali pada :

1. Penelitian mengenai pola pewarilan kretinilme di Dela Sigedang, Kejajar,

Wonolobo.

2. Pengembangan modul pengajaan genetika berbalil fenomena kretinilme di

(24)

7 D. RUMUSANBMASALAHB

Rumulan malalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola pewarilan kretinilme di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo ?

2. Bagaimana cara menghalilkan modul pengajaan genetika berbalil fenomena

kretinilme di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo untuk lilwa kelal XII IPA ?

3. Bagaimana kualital modul pengajaan genetika berbalil fenomena kretinilme

di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo untuk lilwa kelal XII IPA ?

E. BTUJUANBPENELITIANB Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pola pewarilan kretinilme di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo.

2. Menghalilkan modul pengajaan genetika berbalil fenomena kretinilme di

Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo untuk kelal XII IPA.

3. Mengetahui kualital modul pengajaan genetika berbalil fenomena kretinilme

di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo untuk lilwa kelal XII IPA.

F. MANFAATBPENELITIANB 1. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan larana bagi peneliti dalam menerapkan ilmu jang

diperoleh lelama kuliah, lerta menambah pengetahuan dan wawalan tentang

pengembangan modul berbalil fenomena lokal lebagai bekal untuk menjadi

(25)

8 2. Bagi lilwa

Modul pengajaan genetika berbalil fenomena lokal akan memperkaja

pengetahuan dan memberi pemahaman lebih kepada lilwa tentang kebenaran

ilmiahnja.

3. Bagi guru

Guru dapat menggunakan modul pengajaan genetika jang berbalil fenomena

lokal lebagai alternatif lumber kegiatan pengajaan di kelal.

G. DEFINISIBOPERASIONALB

1. Modul pengajaan adalah modul jang digunakan lebagai alternatif bahan ajar

untuk kegiatan pengajaan materi genetika.

2. Kretinilme adalah kelainan jang dilebabkan karena gen tidak dapat mengkode

pembentukan enzim jang dibutuhkan untuk pengubahan hormon tiroklin (Surjo,

1997: 128). Ciri filiknja jaitu memiliki tubuh jang pendek (kerdil), lemakin

bertambahnja ulia tinggi tubuh tetap, bentuk tangan dan kaki tidak normal lerta

(26)

9 BABBIIB

TINJAUANBPUSTATAB

A. TajianBTependidikanB 1. PembelajaranBBiologiB

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan gejala

alam. Semua benda dan kejadian alam merupakan sasaran yang dipelajari dalam

biologi. Proses belajar biologi merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak

didik) dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk

(Djohar, 1987: 1. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai alat pendidikan,

bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran

hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi

dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan

menemukan konsep. Konsep belajar mengajar biologi memiliki tiga persoalan

utama, yaitu hakekat mengajar, kedudukan materi meliputi arti dan peranannya

serta kedudukan siswa (Djohar, 1984: 7)

Hakekatnya, dalam pendidikan biologi menekankan adanya interaksi

antara siswa dengan obyek yang dipelajari. Interaksi ini memberi peluang kepada

siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana belajar, mengembangkan

potensi rasional pikir, ketrampilan, dan kepribadian serta mengenal permasalahan

biologi dan pengkajiannya (Djohar, 1974: 4). Proses belajar mengajar pada diri

siswa, akan berkembang tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik

(Wuryadi, 1971: 88). Tiga ranah tersebut dapat diuraikan menjadi tujuan

pendidikan biologi, yaitu:

(27)

10 b. Pengembangan cara berfikir

c. Pengembangan ketrampilan, baik ketrampilan kerja maupun ketrampilan

berfikir

d. Pengembangan pengetahuan dan pengertian serta penggunaan pengetahuan

tersebut bagi kepentingan kehidupan manusia

Guru tidak hanya berfungsi sebagai pentransfer ilmu pengetahuan

(transmitter of knowledge) tetapi berfungsi juga sebagai pengelola proses belajar

mengajar (Prawoto, 1989: 21).

2. SumberBBelajarB

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan

kepada seseorang dalam belajarnya. Segala sesuatu yang dialami dianggap

sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman yang

menyebabkan belajar. Peran utama sumber belajar adalah membawa atau

menyalurkan stimulus dan informasi kepada siswa (Sudjana dan Rivai 2003: 77).

Pemilihan suatu sumber belajar perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin

dicapai dalam proses pembelajaran, dengan demikian sumber belajar dipilih dan

digunakan dalam proses belajar apabila sesuai dan menunjang tercapainya tujuan

belajar (Mulyasa, 2002: 49). Secara umum manfaat sumber belajar yaitu :

a. Memberi pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada siswa.

b. Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat

secara langsung.

c. Menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.

(28)

11 e. Membantu memecahkan masalah pendidikan.

f. Memberikan motivasi positif bagi peserta didik.

g. Merangsang untuk berfikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut (Mulyasa,

2002: 50).

Klasifikasi sumber belajar adalah sebagai berikut:B

a. Pesan, yaitu informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk

ide, fakta, pengertian dan data.

b. Manusia, yaitu orang yang menyimpan informasi atau menyalurkan informasi.

Tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber

belajar.

c. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan untuk disajikan melalui

pemakaian alat.

d. Teknik, yaitu prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran,

peralatan, situasi, dan orang yang menyampaikan pesan.

e. Alat dan peralatan, yaitu media yang menyalurkan pesan untuk disajikan.

f. Lingkungan, yaitu situasi sekitar di mana pesan disalurkan (Sudjana dan Rivai,

2003: 80).

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dilakukan dengan cara

menghadapkan siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari dan diamati

dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Cara ini lebih bermakna

karena para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya

secara alami, sehingga lebih nyata, faktual dan kebenarannya dapat

(29)

12

Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam

proses belajar yaitu :

a. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi

dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami

b. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga

kebenarannya lebih akurat

c. Sumber belajar menjadi lebh kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa

beraneka ragam

d. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di

lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan

lingkungan sekitarnya (Sudjana dan Rivai, 2001: 208).

Lingkungan sekitar dapat diangkat menjadi sumber belajar biologi.

Lingkungan sekitar secara langsung dapat dijadikan sebagai sumber belajar

biologi tanpa penyederhanaan dan modifikasi, misalnya dengan mengajak siswa

ke pantai untuk mengamati ekosistem pantai atau hewan-hewan avertebrata yang

ada di pantai. Lingkungan sebagai sumber belajar biologi perlu penyederhanaan

dan modifikasi apabila akan digunakan sebagai sumber belajar di sekolah melalui

penelitian. Suatu hasil penelitian jika akan diangkat sebagai sumber belajar harus

melalui tahapan identifikasi proses dan produk penelitian, seleksi dan modifikasi

hasil penelitian serta pengembangan hasil penelitian sebagai sumber belajar

(Suhardi, 2012: 7-8).

Hasil penelitian biologi dapat diangkat sebagai sumber belajar apabila hasil

(30)

13

berlaku. Kajian ini baru akan dilakukan setelah hasil penelitian memenuhi

persyaratan sebagai sumber belajar yang meliputi :

a. Kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat

b. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

c. Kejelasan sasaran dan peruntukannya

d. Kejelasan informasi yang akan diungkap

e. Kejelasan pedoman eksplorasi

f. Kejelasan perolehan yang diharapkan (Djohar, 1987: 2).

3. BahanBAjarB

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar

memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan

sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi

secara utuh dan terpadu (Abdul Majid, 2009: 173). Menurut Chomsin S. Widodo

(2008: 40), bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang

berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi

yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau sukompetensi dengan segala

kompleksitasnya.

Bahan ajar memiliki peran yang sangat besar dalam pembelajaran.

Guru maupun siswa akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran jika

tidak ditunjang dengan bahan ajar yang memadai. Adanya upaya untuk senantiasa

(31)

14

secara optimal merupakan suatu hal yang penting. Peran bahan ajar adalah

sebagai berikut:

a. Bagi guru

1) Menghemat waktu guru dalam mengajar, karena adanya bahan ajar siswa dapat

diberi tugas untuk memperlajari terlebih dahulu topik yang akan disampaikan.B

2) Mengubah peran guru dari pengajar menjadi fasilitator. Adanya bahan ajar

dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa

daripada menyampaikan materi pelajaran. B

3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.

Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru

memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu

topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan

interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.B

b. Bagi siswa

1) Dapat belajar tanpa kehadiran guru.

2) Dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki.

3) Dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.

4) Dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.

5) Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri (Sungkono, 2009: 50-51).

Bahan ajar memiliki banyak bentuk dan macamnya. Bahan ajar dapat

dibedakan dalam beberapa kelompok, menurut Abdul Majid (2009: 174) bahan

(32)

15

a. Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja

siswa, leaflet, brosur, wallchart, foto/gambar, model/maket.

b. Bahan ajar dengan (audio) seperti kaset, piringan hitam, radio, dan Compact

Disk audio.

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), seperti video compact disk,

film.

d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk

interaktif.

4. ModulBB

a. PengertianBModulB

Modul merupakan suatu paket belajar dengan satu unit bahan pelajaran

(Suhardi, 2012: 38). Menurut Sudjana dan Rivai (2003: 132) modul adalah suatu

unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan

belajar. Modul bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari

komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar,

alat atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya.

Modul menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Kebudayaan (BP3K) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berisi garis besar

berikut:

1) Tujuan instruksional yang akan dicapai

2) Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar mengajar

3) Pokok-pokok materi yang dipelajari

(33)

16 5) Peranan guru dalam proses belajar mengajar

6) Alat-alat dan sumber yang akan digunakan

7) Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara

berurutan.

8) Program evaluasi yang akan dilaksanakan (Suryobroto, 1986: 153).

Pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

mengarahkan penggunaan modul sebagai salah satu sumber belajar dan bahan

ajar. Berdasarkan hal ini seorang guru diharapkan memiliki kemampuan untuk

mengembangkan sumber belajar dalam bentuk modul. Modul digunakan siswa

untuk menyelesaikan bahan belajarnya secara individual. Siswa belum dapat

melanjutkan ke suatu unit berikutnya sebelum mampu menyelesaikan secara

tuntas dengan tingkat pencapaian 80 % (Suhardi, 2012: 38).

b. TeuntunganBbelajarBdenganBmodulB

Modul yang disusun dengan baik, dapat memberikan keuntungan bagi

siswa, diantaranya sebagai berikut:

1) Modul dapat memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa

dapat mengetahui taraf hasil belajaranya.

2) Setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai nilai tertinggi dengan

menguasai bahan pelajaran secara tuntas, sehingga siswa mempunyai dasar

yang jelas untuk pelajaran yang baru.

3) Modul disusun dengan tujuan yang jelas dan spesifik untuk dapat dicapai oleh

(34)

17

4) Adanya langkah-langkah belajar yang teratur menimbulkan motivasi belajar

yang tinggi.

5) Secara fleksibel, modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa mengenai

kecepatan belajar, cara belajar dan bahan pelajaran.

Bagi tenaga pengajar, modul juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:

1) Rasa kepuasan

Materi yang dibuat sesuai dengan apa yang ada pada kurikulum dan sesuai dengan

karakter siswa, sehingga hasil belajar siswa lebih terjamin. Apabila hasil siswa

bagus, maka akan menimbulkan kepuasan bagi pengajar.

2) Bantuan individual

Pengajaran modul memberikan kesempatan yang lebih besar dan waktu yang

lebih banyak kepada guru untuk memberikan bantuan individu tanpa

melibatkan atau mengganggu seluruh siswa yang lain.

3) Pengayaan

Guru mendapat waktu yang lebih banyak untuk memberikan tambahan

pelajaran sebagai pengayaan.

4) Kebebasan dari rutinitas

Menggunakan modul membuat guru melakukan pembelajaran yang tidak

sama dengan rutinitas karena semua materi telah disediakan didalam modul.

5) Mencegah kemubaziran

Modul merupakan satuan pelajaran yang berdiri sendiri mengenai topik

tertentu dan dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran atau mata kuliah.

(35)

18 6) Meningkatkan profesionalisme guru

Belajar dengan menggunakan modul menimbulkan banyak pertanyaan

mengenai proses belajar itu sendiri. Pertanyaan merangsang guru untuk berfikir

lebih ilmiah dan terbuka terhadap masukan dari siswa.

c. TarakteristikBModulB

Modul memiliki karakteristik tertentu, misalnya berbentuk unit pengajaran

yang lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis,

berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus dan memungkinkan

siswa untuk belajar mandiri. Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya

yang disusun atas dasar:B

1) Prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan (objective model)

2) Prinsip belajar mandiri (individual learning)

3) Prinsip belajar maju berkelanjutan (continous progress)

4) Penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)

5) Prinsip rujuk silang antar modul dalam mata pelajaran (cross referencing)

6) Penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self assessment) (Suhardi,

2012: 39).

d. LangkahBPenyusunanBModulB

Tiga cara yang dapat dipilih untuk menyusun modul adalah sebagai berikut

(Sungkono, 2003: 10-11):

1) Menulis sendiri

Penulis menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses

(36)

19

mengetahui kebutuhan siswa dan bidang ilmu tersebut. Materi yang disajikan

dalam modul harus sesuai dengan materi yang ada di dalam kurikulum.

2) Pengemasan kembali informasi

Penulis tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku

teks dan informasi yang telah ada dipasaran untuk dikemas kembali menjadi

modul yang memenuhi kriteria yang baik. Informasi yang dikumpulkan harus

sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum, kemudian dalam modul

diberi penambahan tes, latihan dan umpan balik.

3) Penataan informasi

Cara ini hampir sama dengan cara kedua namun dalam penataan informasi

tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku

teks, jurnal ilmiah dan artikel. Materi tersebut diambil kemudian digandakan

untuk dipakai secara langsung.

Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam menulis modul. Menurut

Suhardi (2012: 39-41), langkah-langkah penulisan modul adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan persiapan

a) Penyiapan dan pengkajian standar isi mata pelajaran

b) Penggandaan bahan referensi yang diperlukan

c) Penyediaan sarana lain yang diperlukan

2) Pelaksanaan penulisan

a) Penentuan kriteria isi modul yang meliputi konsep, ruang lingkup materi dan

(37)

20

b) Teknik penulisan, meliputi perincian topik menjadi subsub topik dan

perancangan modul yang disesuaikan dengan komponen modul.

c) Penulisan materi secara sistematis, pemberian ilustrasi dan menggunakan

bahasa yang sesuai dengan siswa.

d) Pengecekkan apakah uraian yang ditulis telah sesuai dengan tujuan.

3) Validasi draft modul

a) Saran dari ahli media

b) Saran dari ahli materi yang kompeten

4) Uji coba terbatas

Pada tahap ini dilakukan penilaian oleh guru dan siswa di sekolah setelah

lembar penilaian kualitas modul disiapkan..

e) Revisi

Revisi dilakukan setelah uji coba, maka didapatkan hasil dari bagian–bagian

modul yang sudah baik maupun yang masih perlu diperbaiki sebelum

diproduksi.

f) Produksi dan ditribusi

Setelah adanya penyempurnaan, modul digunakan sesuai denan kebutuhan

dan didistribusikan kepada yang memerlukan.

e. TomponenBModulB

Modul memuat komponen-komponen utama yaitu tujuan pembelajaran,

pendahuluan, kegiatan belajar, latihan, rambu-rambu jawaban, rangkuman dan

evaluasi (Sungkono, 2003: 12). Secara lebih rinci menurut Suhardi, komponen

(38)

21

1) Tinjauan mata pelajaran merupakan paparan umum mengenai seluruh

pokok-pokok isi mata pelajaran.

2) Bagian awal

a) Cakupan materi modul

b) Tujuan pembelajaran

c) Deskripsi perilaku awal yang seharusnya sudah dimiliki.

d) Keterkaitan antar modul dalam mata pelajaran

e) Ururtan kegiatan belajar

f) Petunjuk belajar yang berisi tahapan dalam memahami modul

3) Kegiatan belajar

a) Uraian materi yang berisi paparan-paparan materi

b) Pemberian contoh yang memantabkan pemahaman siswa terhadap isi uraian

c) Latihan yang berguna juga untuk menguatkan konsep, prinsip, metode

atau prosedur.

d) Rambu-rambu jawaban latihan

Rambu–rambu jawaban latihan ini berguna untuk mengarahkan

pemahaman siswa terhadap jawaban yang diharapkan dari pertanyaan atau

tugas yang sesuai dengan tujuan.

e) Kualitas Modul

Modul akan bermakna apabila siswa dapat dengan mudah

menggunakannya. Berdasarkan standar penilain buku oleh Badan Standar

(39)

22

komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian dan

komponen kegrafisan.

(1) Aspek kelayakan isi

Kelayakan isi berkaitan dengan aspek materi yang mencakup

kelengkapan materi, akurasi materi, merangsang keingintahuan,

mengembangkan wawasan siswa.

(2) Aspek kebahasaan

Aspek kebahasaan meliputi kesesuaian dengan perkembangan siswa,

bahasa komunikatif, lugas, kesesuaian dengan kaidah EYD,

menggunakan istilah dan simbol/lambang dan interaktif.

(3) Aspek penyajian

Aspek penyajian berkaitan dengan teknik dalam menyajikan materi

yang ada pada buku, kesesuaian ilustrasi yang digunakan dan

kelengkapan komponen yang ada pada buku.

(4) Aspek kegrafisan

Aspek kegrafisan meliputi ukuran buku, desain sampul buku, tata letak

penempatan gambar, ilustrasi yang digunakan dalam buku.

5. ModulBPengayaanBB

Modul pengayaan diperlukan karena adanya kenyataan lapangan bahwa di

dalam suatu kelas pasti terdapat beberapa anak yang memiliki daya belajar lebih

cepat dari teman-teman lainnya, hal tersebut karena anak-anak tersebut memiliki

kemampuan intelektual diatas rata-rata atau anak-anak tersebut tinggal pada

(40)

23

prestasi belajarnya. Oleh sebab itu siswa-siswa yang belajar lebih cepat dan telah

menyelesaikan program belajar pokok perlu diberikan fasilitas tambahan

berupa program pembelajaran pengayaan berupa modul pengayaan.

Modul pengayaan bersifat memperluas dan bersifat memperdalam bagi

siswa yang telah tuntas pada SK dan KD di setiap materi pokok. Modul

pengayaan yang disebut juga modul tambahan ini dapat dikerjakan oleh siswa di

sekolah maupun dirumah (Suryobroto, 1986: 33). Tujuan dari pengayaan di

antaranya adalah :

a. Memberikan aplikasi tambahan sesuai dengan yang terdapat dalam kehidupan

sebenarnya, dari konsep-konsep atau prinsip-prinsip.

b. Meneliti aspek-aspek yang lebih kompleks dari konsep yang diajarkan.

Guru dapat menggunakan modul untuk menambah pengalaman siswa dalam

program pengayaan. Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah

kompetensi dasar plus yang dapat ditentukan oleh guru. Kompetensi dasar plus ini

dapat diartikan lebih mendalam atau lebih luas dibandingkan kompetensi

sebelumnya (Bambang Subali, 2009: 38-39).

B. TajianBTeilmuanBB 1. PewarisanBSifatB

Pewarisan sifat adalah bagaimana gen-gen diteruskan kepada generasi

berikutnya melalui sel-sel anakan. Perkembangan mikroskop menunjukkan bahwa

organisme tersusun oleh unit-unit yang disebut sel. Sel dari suatu organisme

berasal dari sebuah sel tunggal yang disebut zigot. Zigot mengalami pembelahan

(41)

24

adalah sama, sehingga pembelahan sel yang menjadi dasar pewarisan sifat (Anna,

1992: 21).

Orangtua memberikan informasi genetik kepada anak-anaknya dalam

bentuk unit herediter yang disebut gen. Gen-gen yang kita warisi dari ibu dan

ayah merupakan tautan genetik kita dengan orangtua dan gen yang menyebabkan

kemiripan dalam keluarga. Gen memprogram sifat-sifat spesifik yang muncul saat

individu berkembang dari sel yang terfertilisasi menjadi dewasa. Program genetik

tersebut tertulis dalam DNA, yaitu suatu polimer dari empat nukleotida yang

berbeda (Campbell, 2003: 268).

Informasi yang terwariskan diteruskan dalam urutan sekuens spesifik

nukleotida DNA dari setiap gen, mirip seperti informasi tercetak yang

disampaikan dalam bentuk urut-urutan huruf bermakna. Pewarisan sifat herediter

memiliki basis molekuler pada replikasi DNA secara tepat yang menghasilkan

salinan gen-gen yang dapat diwariskan dari orangtua kepada anak. Hewan dan

tumbuhan memiliki sel-sel reproduksi yang disebut gamet merupakan sesuatu

yang meneruskan gen dari satu generasi ke generasi berikutnya. Gamet jantan dan

betina bergabung sehingga meneruskan gen-gen dari kedua induk ke anaknya

selama fertilisasi (Campbell, 2003: 268).

Suatu sifat diwariskan menurut pola tertentu, ada 4 macam pola pewarisan

sifat manusia yaitu terpaut kromosom X (dominan dan resesif), terpaut kromosom

Y, autosomal dominan dan autosomal resesif. Sifat-sifat terpaut kromosom X

lebih sering diekspresikan pada laki-laki daripada perempuan. Perempuan

(42)

25

dari Mendel berlaku bagi sifat-sifat yang ditentukan oleh gen-gen terpaut X pada

perempuan dengan cara yang sama seperti pada sifat-sifat yang ditentukan oleh

gen-gen pada autosom. Kromosom Y mempunyai ukuran lebih pendek daripada

kromosom X, sehingga kromosom Y memiliki gen-gen yang lebih sedikit.

Kromosom X dan Y dijajarkan dapat terlihat adanya bagian yang homolog (sama

bentuk dan panjangnya) dan bagian yang tidak homolog. Gen-gen terpaut Y

terdapat pada bagian yang tidak homolog (Suryo, 1997: 226)

Sifat autosom merupakan sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada

autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada yang resesif. Laki-laki dan

perempuan mempunyai autosom yang sama. Sifat keturunan yang ditentukan oleh

gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki dan perempuan (Suryo, 1997 : 102).

Autosomal dominan adalah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosom

yang bersifat dominan. Adanya gen dominan di dalam genotipe seseorang

memastikan sifat itu akan diekspresikan. Kedua orangtua yang memiliki sifat

tersebut pasti akan menurunkan sifatnya ke keturunannya. Sifat yang ditentukan

oleh gen autosom resesif akan tampak bila suatu individu menerima gen itu dari

kedua orang tuanya. Kedua orang tua tersebut tampak normal, namun mereka

sebenarnya pembawa (carrier) gen resesif yang dimaksud, atau mereka itu

masing-masing heterozigot.

2. PetaBSilsilah B

Peta silsilah (pedigree) adalah catatan asal usul suatu sifat dari generasi ke

generasi. Peta silsilah ini dibuat supaya pewarisan sifat keturunan dalam satu

(43)

26

paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, dan untuk menyusun

suatu pola peta silsilah diperlukan keturunan dalam jumlah yang banyak

sedikitnya 3 generasi (Anna, 1985: 66-68). Peta silsilah merupakan gambaran

pewarisan sifat-sifat manusia yang ditulis dengan simbol-simbol yang telah

disepakati oleh para ahli genetika, yaitu sebagai berikut:

= Perempuan Normal

= Laki-laki Normal

= Perkawinan perempuan normal dengan laki-laki normal

= Laki-laki normal menikah dengan dua perempuan normal

= Orangtua normal memiliki anak yang normal

= Perkawinan antar anggota keluarga

= Laki-laki dan perempuan yang memiliki sifat yang diteliti

= Perempuan pembawa gen (carrier)

(44)

27

Ahli genetika menganalisis hasil perkawinan dengan pertimbangan tidak

mungkin untuk memanipulasi pola perkawinan manusia. Mereka melakukan hal

itu dengan cara mengumpulkan informasi tentang sejarah sifat tertentu dalam satu

keluarga dan menyusun informasi tersebut dalam suatu pohon silsilah yang

mendeskripsikan sifat-sifat orangtua dan anak-anak pada beberapa generasi

(Campbell, 2003: 297).BB

Salah satu penerapan penting dari peta silsilah adalah membantu

menghitung probabilitas seorang anak yang akan memiliki genotipe dan fenotipe

tertentu. Silsilah merupakan hal yang penting ketika alel-alel yang dipertanyakan

menyebabkan penyakit yang melumpuhkan atau mematikan, bukan sekedar

variasi manusia yang tidak berbahaya seperti garis rambut atau konfigurasi lobus

telinga. Kelainan yang diwariskan sebagai sifat Mendelian sederhana, berlaku

teknik yang sama untuk analisis silsilah (Campbell, 2003: 297).

Peta silsilah yang menggambarkan pewarisan sifat tertentu dalam

suatu keluarga dapat dianalisis untuk mengetahui pola pewarisan gen penentu sifat

tersebut. Suatu gen penentu sifat termasuk auotosomal jika (1) terdapat

kemungkinan jumlah yang sama antara wanita dan laki-laki yang

mengekspresikan gen tersebut, (2) terdapat laki-laki yang menurunkan sifat

tersebut pada anak laki-lakinya dan (3) terdapat anak-anak perempuan yang

terkena walaupun bapak dan ibunya normal. Gen yang bersifat dominan

akan selalu diekspresikan bilamana gen tersebut ada sehingga biasanya tidak

(45)

28

hilang atau tidak akan muncul jika satu generasi tidak mengekspresikan sifat

itu (Anna, 1985: 68-71). B

Gen yang bersifat resesif mempunyai karakteristik yang berkebalikan

dengan gen dominan. Gen resesif menunjukkan adanya peloncatan generasi

dalam ekspresinya. Gen penentu suatu sifat juga dapat terpaut kromosom seks.

Gen resesif terpaut kromosom X tidak akan diekspresikan pada anak

perempuan manapun jika ayah dan ibunya normal.

3. TesalahanBMetabolismeBBawaanBB

Metabolisme adalah reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel-sel tubuh

untuk mengubah zat-zat seperti glukosa, asam amino dan asam lemak menjadi

senyawa-senyawa yang diperlukan tubuh. Proses-proses dalam metabolisme

melibatkan enzim untuk mengubah suatu zat menjadi zat lain, tanpa ikut bereaksi.

Suatu enzim tidak dapat bekerja jika gen yang mengkode pembentukannya tidak

dalam keadaan normal, akibatnya akan menimbulkan suatu kelainan akibat

kesalahan metabolisme bawaan.

Kesalahan metabolisme bawaan adalah keadaan kekurangan enzim

spesifik yang secara efektif menghambat salah satu rangkaian reaksi yang

membentuk bagian proses metabolisme normal. Metabolit yang berada tepat

sebelum rintangan tadi akan tertimbun dan metabolit yang berada sesudah

rintangan tidak akan terbentuk. Berbagai perwujudan biokimia, patologis dan

klinis keadaan tadi dapat dianggap sebagai akibat sekunder kerusakan metabolik

primer. Perubahan sekunder ini dapat bersifat kompleks dan tersebar luas dan

(46)

29

cenderung untuk tertimbun atau yang pembentukannya terhambat (Harry, 1994 :

274).

Menurut William S Klug, et al (2007: 270), kesalahan metabolisme

bawaan adalah keadaan dimana gen tidak dapat mengkode pembentukan enzim

yang berperan mengubah suatu zat (substrat) menjadi zat lain (produk) dalam

proses metabolisme. Hal ini mengakibatkan tubuh akan kelebihan zat (substrat)

dan kekurangan zat lain (produk). Keadaan ini mengakibatkan suatu kelainan.

Pembentukan suatu enzim dikode oleh gen yang spesifik. Beadle dan Tatum

(1941) menyatakan teori “satu gen satu enzim”, artinya satu gen mengkode

pembentukan satu enzim. Hubungan antara gen dan enzim pada proses

metabolisme digambarkan dalam skema berikut:

Berdasarkan skema di atas, diketahui bahwa gen B berfungsi mengkode

pembentukan enzim B. Seseorang yang memiliki gen B dalam keadaan tidak

normal (akibat mutasi), misalnya dalam bentuk gen b, berarti enzim B tidak

terbentuk dan tidak dapat mengubah zat A menjadi zat B. Hal ini mengakibatkan, Gen A

(47)

30

tahap B tidak terjadi dan menimbulkan blok metabolisme. Blok metabolisme yang

terjadi pada tubuh seseorang akan menimbulkan kelainan.

Sejumlah besar kelainan telah diketahui akibat kesalahan metabolisme

bawaan sekarang ini. Beberapa kasus keadaannya mungkin menggambarkan

sintesis protein enzim yang strukturnya berubah atau memiliki sifat katalitis yang

rusak. Kasus lain, disebabkan karena protein enzim yang strukturnya berubah

sehingga mudah dihancurkan dalam jaringan. Kasus lain lagi, mungkin ada

pengurangan spesifik atau kegagalan dalam sintesis protein enzim (Harry, 1994:

278).

Enzim yang terlibat dalam gangguan ini sangat berbeda-beda dan mengenai

banyak aspek metabolisme. Gangguan metabolik dan kelainan klinis yang

diakibatkan juga sangat beranekaragam. Keadaan ini berkisar dari keadaan yang

mungkin secara efektif mematikan pada awal-awal kehidupan, hingga keadaan

yang dapat menghasilkan suatu cacat menetap seperti kemunduran mental (Harry,

1994: 279).

Kesalahan metabolisme bawaan diwariskan sebagai kelainan resesif, yang

dimaksud adalah individu yang terkena dengan gambaran klinis dan metabolik

khas penyakitnya tampaknya memiliki dua dosis gen abnormal, sedangkan

heterozigotnya dengan satu dosis gen abnormalnya dan satu dosis alel normalnya,

umumnya benar-benar sehat. Beberapa penderita yang terkena akan menerima alel

abnormal sama dari masing-masing orang tuanya dan oleh karenanya homozigot

(48)

31

molekuler menghasilkan kekurangan enzim dengan macam-macam cara (Harry,

1994: 342).

Gen mengkodekan protein dengan fungsi yang spesifik. Alel yang

menyebabkan suatu kelainan genetik mengkodekan protein yang gagal berfungsi

atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Kelainan yang diwariskan secara resesif

hanya timbul pada individu homozigot yang mewarisi satu alel resesif dari

masing-masing orangtua. Heterozigot dapat meneruskan alel resesif ke

keturunannya, walaupun secara fenotipik terlihat normal, sehingga disebut

pembawa sifat (carrier) (Campbell, 2003: 298).

Ketika alel resesif penyebeb penyakit ini jarang ditemukan, relatif kecil

sekali kemungkinannya bagi dua pembawa sifat alel berbahaya yang sama untuk

bertemu dan memiliki anak. Laki-laki dan perempuan tersebut berkerabat dekat

(misalnya saudara kandung atau sepupu langsung), probabilitasnya untuk

mewarisakan sifat-sifat resesif sangat meningkat. Orang-orang yang berkerabat

dekat lebih mungkin memilik alel resesif yang sama daripada orang-orang yang

tidak berkerabat. Perkawinan kerabat dekat lebih mungkin menghasilkan

keturunan yang homozigot resesif sehingga dapat memunculkan sifat-sifat yang

berbahaya (Campbell, 2003: 299).

Heterozigot gabungan akan menunjukkan kekurangan menyolok pada enzim

yang khusus, serupa dengan yang ditunjukkan oleh homozigot sejati untuk salah

satu dari kedua alelnya dan mungkin secara klinis tidak dapat dibedakan. Kelainan

ini rata-rata terdapat pada satu dalam empat saudara. Kelainan ini jarang terlihat

(49)

32

satu dosis gen abnormal dan satu dosis alel normalnya biasanya memiliki

kekurangan sebagian dari enzimnya dan seringkali menunjukkan gangguan

metabolik minor secara kualitatif serupa dengan individu yang terkena (Harry,

1994: 343).

Kelainan yang disebabkan karena kesalahan metabolisme bawaan ini

merupakan kelainan yang jarang terjadi, umumnya dialami oleh satu atau dua

orang dalam satu generasi. Kelainan ini juga tidak selalu muncul pada setiap

generasi (keturunan), sebagai contoh kesalahan pada metabolisme asam amino

tirosin dan phenylalanin. Kesalahan pada metabolisme asam amino tirosin dan

phenylalanin menyebabkan terjadinya empat kelainan yaitu Phenylketouria

(PKU), Alkaptonuria, Albino, dan Kretinisme, yang digambarkan pada skema

berikut:

hidroksilase Phenylketouria (PKU) Enzim tirosinase

Albino Kretinisme

Enzim homogentisat oksidase

Alkaptonuria

Gambar 2. Skema Kesalahan Metabolisme Asam Amino Tirosin dan Phenylalanin. Garis panah merah menunjukkan adanya blok metabolisme.

Sumber : William S Klug, et all (2007)

(50)

33

Phenylketouria (PKU) adalah suatu kelainan metabolisme bawaan yang

disebabkan karena tubuh kelebihan phenylalanin. Phenylalanin adalah asam

amino essensial yang diperlukan tubuh, namun tidak dapat diproduksi sendiri,

sehingga asupan phenylalanin diperoleh melalui makanan. Timbunan

phenylalanin ini akan disimpan di hati, diedarkan ke seluruh tubuh melalui

pembuluh darah dan terkonsentrasi di kandung kemih (Adrian, 1965: 285)

Kandungan phenylalanin yang berlebih di dalam tubuh, menyebabkan

seseorang mengalami cacat mental. Hal ini ditandai dengan urine yang berwarna

hitam. Phenylalanin dalam tubuh harus diubah menjadi tirosin, proses pengubahan

ini membutuhkan bantuan enzim phenylalanin hidroksilase. Pembentukan enzim

phenylalanin hidroksilase dikode oleh gen P.

Orang normal memiliki genotipe PP atau Pp, sedangkan penderita PKU

bergenotipe pp. Kelebihan phenylalanin di dalam tubuh disebabkan karena gen P

tidak normal atau mengalami mutasi menjadi gen p. Gen p tidak dapat mengkode

pembentukan enzim phenylalanin hidroksilase, akibatnya enzim ini tidak

terbentuk dan tidak dapat mengubah phenylalanin menjadi tirosin (Suryo, 1997:

123). Bagi penderita PKU, kelainan ini dapat diatasi dengan menghindari

makanan yang mengandung phenylalanin. Metabolisme normal dan kesalahan

metabolisme phenylalanin menjadi tirosin digambarkan dalam skema berikut:

Phenylalanin Tirosin Gen P

Enzim phenylalanin

hidroksilase (NORMAL)

(51)

34

Phenylalanin Tirosin

b. AlbinoB

Albino adalah suatu kelainan metabolisme bawaan yang disebabkan

karena kekurangan pigmen melanin. Pigmen melanin adalah pigmen yang

menentukan warna kulit, rambut dan mata manusia. Seseorang yang berwarna

kulit gelap, memiliki pigmen melanin lebih banyak dibanding yang berkulit cerah.

Pigmen melanin diproduksi oleh sel melanosit yang berada di bagian dermis kulit

tepatnya di stratum granulosum. Pigmen ini berfungsi untuk melindungi kulit dari

kerusakan akibat radiasi sinar matahari.

Kekurangan pigmen melanin disebabkan karena tidak ada enzim tirosinase

yang berperan mengubah tirosin menjadi beta-3,4-dyhydroxyphenylalanin untuk

selanjutnya diubah menjadi melanin (Suryo, 1997: 126). Kekurangan melanin

menyebabkan seseorang memiliki rambut putih, kulit badan dan mata berwarna

merah jambu karena warna darah menembus kulit dan mata tidak tahan terhadap

sinar matahari.

Pembentukan enzim tirosinase dikode oleh gen A. Seseorang yang normal

bergenotipe AA atau Aa, sedangkan penderita albino bergenotipe aa (Suryo, 1997: Gen p

Enzim phenylalanin hidroksilase

(PKU)

Gambar 4. Skema Kesalahan Metabolisme Phenylalanin menjadi Tirosin. Garis miring warna hitam menunjukkan gen p tidak dapat mengkode pembentukan

(52)

35

128). Orang tua yang keduanya penderita albino dapat dipastikan bahwa akan

melahirkan anak-anak yang albino juga. Hal ini tidak menutup kemungkinan

orang tua keduanya normal tiba-tiba melahirkan anak yang menderita albino.

Kasus demikian dapat terjadi apabila kedua orang tua tersebut memiliki genotipe

heterozigot (pembawa). Metabolisme normal dan kesalahan metabolisme tirosin

menjadi melanin digambarkan pada skema berikut.

Tirosin 3,4 Dyhydroxyphenylalanin Melanin

Tirosin 3,4 Dyhydroxyphenylalanin Melanin

B

B

B

c. AlkaptonuriaB

Alkaptonuria adalah suatu kelainan metabolisme bawaan yang disebabkan

karena tubuh kelebihan alkapton (asam homogentisat). Timbunan alkapton

diendapkan di tulang rawan dan tendon, yang menyebabkan nyeri di tubuh, karena Gen A

Enzim Tirosinase (NORMAL)

(ALBINO) Gen a

Enzim Tirosinase

Gambar 5. Skema Pengubahan Tirosin menjadi Melanin dengan Bantuan Enzim Tirosinase yang dikode oleh Gen A.

Gambar 6. Skema Kesalahan Metabolisme Tirosin menjadi Melanin. Garis miring warna hitam menunjukkan gen a tidak dapat mengkode pembentukan enzim. Garis miring warna merah menunjukkan proses pengubahan

(53)

36

di bagian tersebut banyak terdapat syaraf. Alkapton yang berlebih, keluar bersama

urine sehingga menyebabkan urine menjadi berwarna hitam (gelap).

Alkapton harus diubah menjadi asam maleylasetoasetat selanjutnya diubah

menjadi H2O dan CO2 yang berperan untuk pembentukan energi atau zat lain yang

bermanfaat bagi tubuh. Proses pengubahan ini dibantu oleh enzim homogentisat

oksidase (Adrian, 1965: 284). Pembentukan enzim homogentisat oksidase dikode

oleh gen H. Seseorang yang normal bergenotipe HH atau Hh, sedangkan penderita

alkapton bergenotipe hh. Alkaptonuria dapat diatasi dengan menambahkan

nitisson (termasuk golongan narkoba). Nitisson ini berfungsi untuk mengurangi

kandungan alkapton dalam tubuh.

Asam homogentisat Asam maleylasetoasetat

Enzim Homogentisat oksidase (NORMAL)

(ALKAPTONURIA) Gen h

Enzim Homogentisat oksidase

Gambar 7. Skema Pengubahan Asam Homogentisat menjadi Asam

Maleylasetoasetat dengan Bantuan Enzim Homogentisic Oksidase yang dikode oleh Gen H.

Gambar 8. Skema Kesalahan Metabolisme Asam Homogentisat menjadi Asam Maleylasetoasetat. Garis miring warna hitam menunjukkan gen h tidak dapat mengkode

(54)

37 d. TretinismeB

Kretinisme adalah suatu kelainan yang disebabkan karena tubuh kekurangan

hormon tiroksin/tiroid (hipotiroidisme). Hormon tiroksin adalah hormon yang

berperan merangsang pertumbuhan seseorang. Kekurangan hormon tiroksin ini

mengakibatkan seseorang bertubuh pendek, pertumbuhan lambat, berat badan

rendah, otot badan lemah, suara imatur dan cacat mental. Dampak cacat mental ini

tergantung pada seberapa banyak seseorang kekurangan hormon tiroksin. Istilah

kretin mencakup 2 hal yaitu kretin endemik dan kretin sporadik. Keduanya

berbeda secara etiologi namun masih berkaitan dengan hormon tiroid/tiroksin

(Suryati dan Supadmi, 2010: 1).

a. Kretinisme Endemik

Kretin endemik merupakan kelainan akibat kekurangan Iodium yang berat

pada masa fetal dan merupakan indikator klinik yang penting bagi Gangguan

Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Sumber iodium tertinggi terdapat pada ikan

laut. Tanda-tanda klinis yang menyolok yaitu adanya retardasi mental, postur

tubuh pendek, wajah dan tangan tampak sembab dan seringkali tuli serta

tanda-tanda kelainan neurologis. Kretin endemik pada umumnya lahir di daerah

defisiensi Iodium yang sangat berat, contohnya daerah pegunungan. Secara

epidemologis kretin endemik selalu berhubungan dengan defisiensi iodium yang

berat dan secara klinis gejalanya disertai dengan defisiensi mental. Defisiensi

mental meliputi gejala neurologis yang terdiri dari gangguan pendengaran dan

(55)

38

adalah gangguan pertumbuhan dan hipotiroidisme. Kretin endemik dapat dicegah

dengan mengkonsumsi iodium (Suryati dan Supadmi, 2010: 2).

b. Kretinisme Sporadik

Kretin sporadik atau dikenal sebagai hipotiroid kongenital berbeda dengan

kretin endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena kekurangan iodium tetapi

karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti tidak adanya kelenjar tiroid (aplasia),

kelainan struktur kelenjar (displasia, hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar

ektopik) dan ketidaknormalan mensintesis hormon karena gangguan metabolik

atau disebut juga kesalahan metabolisme bawaan. Kesalahan metabolisme terjadi

karena tidak ada enzim yang mengubah tirosin menjadi hormon tiroksin.

Pembentukan enzim tersebut dikode oleh gen C. Individu normal bergenotipe CC

atau Cc, sedangkan individu kretin bergenotipe cc. Kretinisme dapat diatasi

dengan menambahkan hormon tiroksin ke dalam tubuh. Kretinisme diturunkan

secara autosomal resesif (Suryo, 1997: 129). Timbulnya kretin sporadik karena

ada keterkaitan dengan mutasi beberapa gen antara lain : (1) mutasi gen NIS yang

secara aktif mengatur transport iodida ke dalam sel folikel tiroid (2) mutasi gen

tiroid peroksidase, dimana enzim tiroid peroksidase (TPO) berperan dalam

biosintesis hormon tiroid/tiroksin (3) adanya mutasi homozigot pada exon 7 gen

Thyroglobulin, (4) mutasi pada gen yang mengontrol Faktor Transkripsi serta (5)

Gambar

Gambar 9. Skema Pengubahan Asam Amino tirosin menjadi Hormon Tiroksin dengan Bantuan Enzim C yang dikode oleh Gen C
Gambar 11. Skema Kerangka Berpikir
Tabel 1. Data Penderita Kretinisme di Desa Sigedang
Gambar 14.  Peta Silsilah Keluarga Is (tanpa genotipe)
+7

Referensi

Dokumen terkait

anakku, sebenarnya kita jangan terlalu pesimis mengenai hal-hal tersebut, jika kalian ingin mudah dalam mencari pekerjaan, sebenarnya itu mudah saja asalkan kalian mau

Language (UML) misalnya perancangan use case diagram dan class diagram. Perancangan arsitektur dari sistem yang dibangun misalnya perancangan arsitektur survei

Tujuan pengukuran adalah untuk menentukan nilai besaran ukur. Yang dimaksud dengan proses pengukuran adalah suatu proses yang meliputi spesifikasi besaran ukur,

ISO bekerja sama erat dengan komisi elektronik internasional (IEC) dalam semua masalah standarisasi elektro teknik. Standar ISO 9001–2008 dirumuskan oleh Panitia Teknis PK

keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa disertai barang bukti yang diajukan dalam surat dakwaan oleh penuntut umum serta fakta-fakta lengkap didepan

Dengan cara yang sama perkiraan harga alat proses yang lainya dapat dilihat dalam tabel LE-3 dan tabel LE-4 untuk perkiraan harga peralatan utilitas pada Pabrik Kelapa Sawit..

(2) Apabila diketahui telah terjadi permintaan yang bersifat korupsi, bukti pembayaran palsu atau pembayaran atas manfaat yang tidak seharusnya terjadi, maka informasi

Meskipun  blog  dikembangkan  untuk  memungkinkan  perorangan  memiliki  sebuah  website  tetapi  blog    juga  bisa  bermanfaat  untuk  kelompok,  organisasi