i
PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR,
WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA
SKRSPSS
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Galuh Ajeng Antasari NSM 13304241014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Pengayaan Genetika Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk Kelas XSS SPA” yang disusun oleh Galuh Ajeng Antasari NSM 13304241014 telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, April 2017
Pembimbing S Pembimbing SS
iii
HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir Skripsi
PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR,
WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA Disusun oleh:
Galuh Ajeng Antasari NSM 13304241014
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Yogyakarta Pada tanggal 7 April 2017
TIM PENGUJI
Nama/Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Suratsih, M.Si
Ketua Penguji/Pembimbing S ... ... Rizka Apriani Putri, S.Si, M.Sc
Sekretaris/Pembimbing SS ... ...
Sukarni Hidayati, M.Si
Penguji Utama ... ...
dr. Tutiek Rahayu, M.Kes
Penguji Pendamping ... ...
Yogyakarta, ... April 2017
Fakultas Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Dekan,
Dr. Hartono
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Galuh Ajeng Antasari
NSM : 13304241014
Prodi : Pendidikan Biologi
Fakultas : Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam
Judul Penelitian : Pengembangan Modul Pengayaan Genetika Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk Siswa Kelas XSS SPA.
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat pendapat atau karya yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 30 Maret 2017
Yang menyatakan,
v MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
Skrispsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orangtua saya, Ayahdari dan Bundadari yang selalu mendoakan, mendidik, dan mengusahakan apapun yang terbaik untuk saya.
Adik saya, Yohana Brenda Aprilia yang selalu mendukung dan menyemangati.
Sahabat spesial saya “Safina, Nensi, Nining, Yekti, Ema” yang sekaligus menjadi teman seperjuangan dalam melalui hari dan masa skripsi di Yogyakarta.
Sahabat QQN Sakinah “Nana, Rima, Santi, Yuli” yang sudah memotivasi dan memberi semangat selama skripsi.
Sahabat Kos Karangmalang A27, khususnya Dinda yang sudah menjadi sahabat sekaligus keluarga di Yogyakarta.
Keluarga Besar PMK UNY yang selalu mendukung dan mendoakan. Teman-teman Pendidikan Biologi A 2013 yang telah menjadi saudara
baru selama di Yogyakarta.
vii
PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR,
WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA
Oleh
Galuh Ajeng Antasari NIM 13304241014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan kretinisme di Desa Sgedang, Kejajar, Wonosobo, menghasilkan modul pengayaan genetika berbasis fenomena kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk kelas XSS SPA dan mengetahui kualitas modul pengayaan genetika berbasis fenomena kretinisme yang dihasilkan.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research
and Development). Penelitian (research) dalam hal ini adalah penelitian studi
kasus pewarisan kretinisme di Desa Sigedang. Hasil penelitian studi kasus selanjutnya dianalisis potensinya sebagai sumber belajar dengan tahapan identifikasi, seleksi dan modifikasi hasil penelitian sebagai sumber belajar. Pengembangan (development) dalam hal ini adalah pengembangan modul pengayaan genetika berbasis fenomena kretinisme di Desa Sigedang untuk kelas XSS SPA. Pengembangan hasil penelitian menjadi modul pengayaan menggunakan model ADDSE (analysis, design, development and production,
implementation, dan evaluation). Penelitian ini dibatasi sampai tahap
pengembangan (development).
Hasil penelitian studi kasus menunjukkan bahwa kretinisme di Desa Sigedang diwariskan secara autosomal resesif. Hasil Analisis potensi hasil penelitian, menunjukkan bahwa penelitian tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber kegiatan pengayaan materi genetika berupa modul berdasarkan tahap identifikasi, seleksi dan modifikasi hasil penelitian. Hasil penilaian kualitas modul pengayaan menunjukkan kategori sangat baik menurut ahli materi berdasarkan aspek kebenaran konsep sebesar 98,64 %, sangat baik menurut ahli media berdasarkan aspek kelayakan isi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafisan sebesar 60,86 %, baik menurut guru sebesar 98,91 %, serta baik menurut siswa dengan persentase sebesar 60,23 %.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi berjudul “Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk Kelas XSS SPA” sebagai bentuk pertanggungjawaban untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Tersusunnya Tugas Akhir Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Slmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penulis untuk menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. selaku Wakil Dekan S FMSPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.
ix
4. Bapak Suratsih, M.Si selaku Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing S yang telah memberikan nasihat, arahan, bimbingan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Sbu Rizka Apriani Putri, S.Si, M.Sc selaku Dosen Pembimbing SS yang telah memberikan nasihat, arahan, bimbingan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Sbu Dosen Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi.
7. Teman-teman Pendidikan Biologi A 2013 yang telah memberikan semangat dan doa sehingga skripsi ini dapat selesai.
8. Lurah, Perangkat dan Masyarakat Desa Sigedang yang telah memberi izin dan membantu saya dalam melakukan penelitian pewarisan kretinisme di Desa Sigedang.
9. Kepala, Guru dan Siswa SMA N 2 Wonosobo yang telah memberi izin dan membantu saya dalam penelitian uji kualitas modul pengayaan yang disusun.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Yogyakarta, 2 April 2017
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN ...ii
PENGESAHAN ... ....iii
PERNYATAAN ... ....iv
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR SSS ... ix
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPSRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ...1
B. SDENTSFSKASS MASALAH ...5
C. BATASAN MASALAH ...6
xi
Halaman
E. TUJUAN PENELSTSAN ... 7
F. MANFAAT PENELSTSAN ... 7
G. DEFSNSSS OPERASSONAL ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan 1. Pembelajaran Biologi ... 9
2. Sumber Belajar ... 10
3. Bahan Ajar ... 13
4. Modul ... 15
5. Modul Pengayaan ... 22
B. Kajian Keilmuan 1. Pewarisan Sifat ... 23
2. Peta Silsilah ... 25
3. Kesalahan Metabolisme Bawaan ... 28
C. Kerangka Berpikir ... 40
BAB III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Studi Kasus Pewarisan Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo 1. Desain Penelitian ... 41
2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42
3. Subjek Penelitian ... 42
xii
Halaman
5. Snstrumen Penelitian ... 43
6. Validasi Snstrumen ... 44
7. Teknik Pengumpulan Data ... 44
8. Teknik Analisis Data ... 44
B. Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo 1. Sdentifikasi Proses dan Produk Penenlitian ... 45
2. Seleksi dan Modifikasi Hasil Penelitian ... 46
3. Pengembangan Modul Pengayaan a. Desain Penelitian ... 46
b. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46
c. Subjek Penelitian ... 47
d. Prosedur Penelitian ... 48
e. Snstrumen Penelitian ... 51
f. Validasi Snstrumen ... 52
g. Teknik Pengumpulan Data ... 52
h. Teknik Analisis Data ... 52
xiii
Halaman b. Peta Silsilah ... 57 c. Penentuan Genotipe ... 59 2. Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa
Sigedang, Kejajar, Wonosobo
a. Sdentifikasi Proses dan Produk Penelitian ... 60 b. Seleksi dan Modifikasi Hasil Penelitian ... 69 c. Pengembangan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar ... 71 B. Pembahasan
1. Penelitian Studi Kasus Pewarisan Kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo ... 92 2. Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis Fenomena Kretinisme di Desa
Sigedang, Kejajar, Wonosobo ... 101 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 119 B. Saran ... 119
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Penderita Kretinisme ... 56
Tabel 2. Hasil Penelitian berupa Fakta dan Konsep Genetika ... 68
Tabel 3. Relevansi Konsep KTSP dengan Hasil Penelitian ... 70
Tabel 4. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) KTSP ... 71
Tabel 5. Tujuan dan Sndikator Pembelajaran ... 73
Tabel 6. Kerangka Modul ... 74
Tabel 7. Saran Pembimbing S dan Tindak Lanjut ... 79
Tabel 8. Saran Pembimbing SS dan Tindak Lanjut ... 72
Tabel 9. Frekuensi Penilaian oleh Ahli Materi ... 82
Tabel 10. Frekuensi Penilaian oleh Ahli Media ... 83
Tabel 11. Saran dari Ahli Materi dan Tindak Lanjut ... 85
Tabel 12. Saran dari Ahli Media dan Tindak Lanjut ... 86
Tabel 13. Frekuensi Penilaian oleh Guru Biologi ... 88
Tabel 14. Frekuensi Penilaian oleh Siswa ... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Proses Metabolisme Normal ... 29
Gambar 2. Skema Kesalahan Metabolisme Tirosin & Phenylalanin ... 32
Gambar 3. Skema Pengubahan Phenylalanin menjadi Tirosin dengan bantuan Enzim Phenylalanin Hidroksilase yang dikode oleh Gen P... 33
Gambar 4. Skema Kesalahan Metabolisme Bawaan Phenylalanin menjadi
Tirosin ... 34
Gambar 5. Skema Pengubahan Tirosin menjadi Melanin dengan bantuan Enzim Tirosinase yang dikode oleh Gen A ... 35
Gambar 6. Skema Kesalahan Metabolisme Bawaan Tirosin menjadi Melanin ... 35
Gambar 7. Skema Pengubahan Asam Homogentisat menjadi Asam Maleylasetoasetat dengan bantuan Enzim Homogentisat Oksidase yang dikode oleh Gen H ... 36
Gambar 8. Skema Kesalahan Metabolisme Bawaan Asam Homogentisat menjadi Asam Maleylasetoasetat ... 36
Gambar 9. Skema Pengubahan Tirosin menjadi Tiroksin dengan bantuan Enzim yang dikode oleh Gen C ... ... 39
Gambar 10. Skema Kesalahan Metabolisme Bawaan
Tirosin menjadi Tiroksin ... 39
Gambar 11. Skema Kerangka Berpikir ...40
xvi
Halaman
Gambar 13. Peta Silsilah Keluarga Rs (tanpa genotipe) ... 57
Gambar 14. Peta Silsilah Keluarga Ss (tanpa genotipe) ... 57
Gambar 15. Peta Silsilah Keluarga Mh (tanpa genotipe) ... 58
Gambar 16. Peta Silsilah Keluarga Rs (dengan genotipe) ... 59
Gambar 17. Peta Silsilah Keluarga Ss (dengan genotipe) ... 59
Gambar 18. Peta Silsilah Keluarga Mh (dengan genotipe) ... 59
Gambar 19. Diagram Lingkaran Penilaian oleh Ahli Materi ... 82
Gambar 20. Diagram Lingkaran Penilaian oleh Ahli Media ... 84
Gambar 21. Diagram Lingkaran Penilaian oleh Guru Biologi ... 90
Gambar 22. Diagram Lingkaran Penilaian oleh Siswa ... 90
Gambar 23. Peta Silsilah Keluarga Rs (tanpa genotipe) ... 94
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 123
Lampiran 2. Lembar Silsilah Keluarga ... 125
Lampiran 3. Lembar Observasi ... 127
Lampiran 4. Kisi-kisi Evaluasi Modul ... 128
Lampiran 5. Kisi-kisi Snstrumen Ahli Materi ... 130
Lampiran 6. Kisi-kisi Snstrumen Ahli Media ... 131
Lampiran 7. Kisi-kisi Snstrumen Guru Biologi ... 132
Lampiran 8. Kisi-kisi Snstrumen Siswa ... 133
Lampiran 9. Snstrumen Ahli Materi ... 134
Lampiran 10. Snstrumen Ahli Media ... 141
Lampiran 11. Snstrumen Guru Biologi ... 145
Lampiran 12. Snstrumen Siswa ... 153
Lampiran 13. Daftar Nama Guru dan Siswa ... 159
Lampiran 14. Deskripsi Lembar Penilaian Kualitas Modul ... 160
Lampiran 15. Rekapitulasi Penilaian Kualitas Modul ... 165
1 BABBIB PENDAHULUANB
A. LATARBBELAKANGB
Pembelajaran merupakan luatu kegiatan jang mengandung interakli antara
guru dengan pelerta didik dan timbal balik jang berlanglung dalam lituali
edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Nurjani, 2003: 4). Menurut
Undang-Undang Republik Indonelia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Siltem Pendidikan
Nalional, pembelajaran adalah luatu interakli antara pelerta didik dengan
pendidik dan lumber belajar pada luatu lingkungan. Lingkungan dalam hal ini
tidak terbatal pada ruang belajar atau kelal, tetapi juga meliputi guru lebagai
pendidik, media pembelajaran jang digunakan, laboratorium, perpultakan dan
lain lebagainja.
Biologi merupakan ilmu jang mempelajari tentang alam dan makhluk hidup
belerta gejalanja. Menurut Djohar (Suratilh, dkk., 2010: 8) pembelajaran Biologi
lebagai alat pendidikan hendaknja memberi pembelajaran kepada lubjek belajar
untuk melakukan interakli dengan objek belajar lecara mandiri lehingga dapat
mengeklplorali dan menemukan konlep. Belajar biologi berarti berupaja
mengenali prolel kehidupan njata, berupaja mengenali diri lendiri lebagai
makhluk hidup dan diharapkan dapat meningkatkan kualital kehidupan manulia
dan lingkungannja (Nurjani, 2005: 33).
Suatu pembelajaran penting halnja melakukan evaluali pencapaian halil
belajar untuk mengetahui leberapa jauh target pembelajaran dapat tercapai.
2
harul dipantau tingkat keterlaklanaannja dengan melakukan evaluali formatif
(Bambang Subali, 2012: 12).
Evaluali halil belajar terdapat beberapa kemungkinan, jaitu lemua lubjek
belajar berhalil mencapai halil belajar lebagaimana jang ditargetkan, dapat pula
lebagian belar laja jang berhalil, lebagian kecil atau lemuanja gagal. Tindak
lanjut dari halil evaluali ini adalah dilakukannja kegiatan remedial dan
pengajaan. Kegiatan remedial ditunjukan bagi lilwa jang tidak berhalil mencapai
target pembelajaran, dalam hal ini dinjatakan dalam luatu Kriteria Ketuntalan
Minimal (KKM). Kegiatan pengajaan ditujukan bagi lilwa jang telah berhalil
mencapai terget pembelajaran.
Kegiatan pengajaan prinlipnja adalah untuk memperkuat alpek kompetenli
jang ludah dikualai pelerta didik. Menurut Surjobroto (1997: 109-110) tujuan
dari kegiatan pengajaan adalah memperdalam atau memperlual konlep jang telah
dipelajari, menambah kegiatan jang belum terdapat dalam pelajaran pokok dan
menarik lilwa untuk memperoleh pengetahuan tambahan.
Berdalarkan halil wawancara dengan Guru Biologi SMA N 2 Wonolobo,
kegiatan pengajaan di lekolah belum terlaklana dengan baik, karena dalam
kegiatan terlebut lilwa hanja diminta untuk membaca materi dan mengerjakan
loal pada buku paket Biologi. Pengetahuan jang diperoleh lilwa hanja
berlumber dari buku paket, lehingga lilwa merala pengetahuannja tidak
bertambah letelah mengikuti kegiatan pengajaan.
Guru Biologi SMA N 2 Wonolobo menjatakan bahwa lilwa membutuhkan
3
lehingga dapat memberikan kegiatan pengajaan jang bermakna. Melalui kegiatan
pengajaan, lilwa diharapkan dapat mengaplikalikan ilmu jang dipelajari di kelal
untuk memecahkan permalalahan di lingkungannja. Pembelajaran jang
berlumber pada permalalahan atau fenomena lekitar akan memberikan
pembelajaran jang bermakna kepada pelerta didik.
Menurut Aulubel (Dahar, 1996: 112) pembelajaran bermakna merupakan
luatu prolel mengkaitkan informali baru pada konlep-konlep jang relevan jang
terdapat pada ltruktur kognitif leleorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta,
konlep-konlep dan generalilali-generalilali jang telah dipelajari pelerta didik.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila leleorang belajar dengan mengalolialikan
fenomena baru ke dalam ltruktur pengetahuan mereka.
Lingkungan alam lekitar merupakan laboratorium pembelajaran Biologi
jang berperan penting karena memuat gejala-gejala alam jang dapat
memunculkan fenomena Biologi. Alam dengan legenap fenomenanja telah
menjediakan informali jang dapat digunakan dalam kehidupan manulia.
Permalalahannja di lini, mampukah Guru menggali apa jang terlirat dalam
fenomena terlebut lehingga dapat digunakan lebagai lumber belajar (Prawoto,
1989: 29).
Halil oblervali di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo terdapat fenomena
Biologi jang dapat ditelaah mengunakan pendekatan genetika. Fenomena terlebut
jaitu kretinilme, jang laat ini diderita oleh 7 warga. Data penduduk Dela
4
namun jumlahnja lemakin menurun karena tidak menikah dan meninggal dunia.
Mitol jang berkembang dilana bahwa kretinilme merupakan lebuah kutukan.
Menurut Surjo (1997: 129), kretinilme merupakan kelainan metabolilme
bawaan jang dilebabkan karena gen tidak dapat mengkode pembentukan enzim
jang berperan dalam metabolilme alam amino tirolin. Gen jang berperan
mengkode pembentukan enzim terlebut adalah gen C. Orang dengan homozigotik
cc tidak memiliki enzim jang diperlukan untuk mengubah alam amino tirolin
menjadi hormon tiroklin. Hal ini menjebabkan pertumbuhan menjadi terhambat
dan memiliki tinggi badan jang pendek atau kerdil.
Fenomena ini perlu diteliti untuk mengetahui pola pewarilan kretinilme
lehingga dapat diderita oleh beberapa warga dalam latu dela. Penelitian ini
dianalilil potenlinja untuk dijadikan lebagai lumber belajar dalam kegiatan
pengajaan materi genetika untuk lilwa kelal XII IPA. Kompetenli Dalar (KD)
KTSP jang ingin dicapai jaitu menerapkan prinlip-prinlip pewarilan lifat dalam
kehidupan. Kompetenli jang akan dikembangkan dalam kegiatan pengajaan ini
jaitu menerapkan prinlip pewarilan lifat manulia pada fenomena kretinilme di
Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo.
Berdalarkan latar belakang terlebut, peneliti ingin mengembangkan modul
pengajaan Genetika berbalil fenomena kretinilme di Dela Sigedang untuk lilwa
kelal XII IPA. Pemilihan modul pengajaan lebagai bentuk bahan ajar genetika
dimakludkan agar halil-halil penelitian dapat dimanfaatkan lebagai alternatif
5
dan dapat menambah pengetahuan lilwa tentang prinlip pewarilan lifat pada
manulia khululnja pada fenomena kretinilme di Dela Sigedang.
Halil penelitian berupa modul ini dapat menjadi loluli bagi permalalahan
bentuk kegiatan pengajaan di lekolah karena kegiatan pengajaan materi genetika
jang dilakukan dengan mengerjakan loal dalam buku paket, mengakibatkan lilwa
milkin dengan contoh-contoh fenomena genetik jang berada di lingkungan
lekitarnja. Faktanja, lingkungan lekitar kaja akan fenomena-fenomena jang
ditunjukkan oleh organilme baik hewan, tumbuhan, mikroorganilme maupun
manulia jang dapat dirunut lecara genetika melalui berbagai metode penelitian
genetika. Halilnja akan langat bermanfaat untuk pengembangan lumber belajar
genetika, jika ini dapat diungkap baik melalui penelitian maupun kajian lainnja.
B. IDENTIFIKASIBMASALAHB
Berdalarkan uraian latar belakang diatal maka dapat diidentifikali malalah
lebagai berikut:
1. Kegiatan pengajaan di lekolah belum berjalan dengan baik. Silwa jang telah
lulul KKM diminta untuk mengerjakan loal-loal dalam buku paket. Prinlipnja,
kegiatan pengajaan adalah untuk memperlual dan memperdalam konlep jang
telah dikualai. Wawalan dan pengetahuan lilwa tidak akan bertambah jika
kegiatan pengajaan dilakukan dengan mengerjakan loal dalam buku paket laja.
Mengapa kegiatan pengajaan di lekolah belum terlaklana dengan baik ?
2. Dela Sigedang memiliki luatu fenomena jaitu kretinilme jang diderita oleh 7
6
kelainan jang dilebabkan karena kekurangan hormon tiroklin. Mitol jang
berkembang adalah kretinilme dianggap lebagai kutukan oleh beberapa
maljarakat. Secara ilmiah, kretinilme dapat ditelaah menggunakan ilmu genetika.
Fenomena ini perlu diteliti untuk mengetahui bagaimana pola pewarilannja.
Halil penelitian ini berpotenli lebagai lumber kegiatan pengajaan materi
genetika, karena leluai dengan Kompetenli Dalar (KD) KTSP jaitu menerapkan
prinlip-prinlip pewarilan lifat manulia dalam kehidupan. Bagaimana fenomena
kretinilme dapat digunakan lebagai lumber kegiatan pengajaan ?
3. SMA N 2 Wonolobo merupakan lekolah jang memiliki jarak terdekat dengan
lokali penelitian. Sekolah ini tidak memiliki lumber belajar berupa modul
genetika, khululnja kelainan genetik. Halil penelitian pewarilan kretinilme akan
dikemal menjadi modul pengajaan lebagai alternatif bahan ajar di lekolah.
Bagaimana fenomena kretinilme dapat dilulun ke dalam modul pengajaan ?
C. BATASANBMASALAHB
Berdalarkan identifikali malalah, maka penelitian ini dibatali pada :
1. Penelitian mengenai pola pewarilan kretinilme di Dela Sigedang, Kejajar,
Wonolobo.
2. Pengembangan modul pengajaan genetika berbalil fenomena kretinilme di
7 D. RUMUSANBMASALAHB
Rumulan malalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola pewarilan kretinilme di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo ?
2. Bagaimana cara menghalilkan modul pengajaan genetika berbalil fenomena
kretinilme di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo untuk lilwa kelal XII IPA ?
3. Bagaimana kualital modul pengajaan genetika berbalil fenomena kretinilme
di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo untuk lilwa kelal XII IPA ?
E. BTUJUANBPENELITIANB Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pola pewarilan kretinilme di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo.
2. Menghalilkan modul pengajaan genetika berbalil fenomena kretinilme di
Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo untuk kelal XII IPA.
3. Mengetahui kualital modul pengajaan genetika berbalil fenomena kretinilme
di Dela Sigedang, Kejajar, Wonolobo untuk lilwa kelal XII IPA.
F. MANFAATBPENELITIANB 1. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan larana bagi peneliti dalam menerapkan ilmu jang
diperoleh lelama kuliah, lerta menambah pengetahuan dan wawalan tentang
pengembangan modul berbalil fenomena lokal lebagai bekal untuk menjadi
8 2. Bagi lilwa
Modul pengajaan genetika berbalil fenomena lokal akan memperkaja
pengetahuan dan memberi pemahaman lebih kepada lilwa tentang kebenaran
ilmiahnja.
3. Bagi guru
Guru dapat menggunakan modul pengajaan genetika jang berbalil fenomena
lokal lebagai alternatif lumber kegiatan pengajaan di kelal.
G. DEFINISIBOPERASIONALB
1. Modul pengajaan adalah modul jang digunakan lebagai alternatif bahan ajar
untuk kegiatan pengajaan materi genetika.
2. Kretinilme adalah kelainan jang dilebabkan karena gen tidak dapat mengkode
pembentukan enzim jang dibutuhkan untuk pengubahan hormon tiroklin (Surjo,
1997: 128). Ciri filiknja jaitu memiliki tubuh jang pendek (kerdil), lemakin
bertambahnja ulia tinggi tubuh tetap, bentuk tangan dan kaki tidak normal lerta
9 BABBIIB
TINJAUANBPUSTATAB
A. TajianBTependidikanB 1. PembelajaranBBiologiB
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan gejala
alam. Semua benda dan kejadian alam merupakan sasaran yang dipelajari dalam
biologi. Proses belajar biologi merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak
didik) dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk
(Djohar, 1987: 1. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai alat pendidikan,
bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran
hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi
dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan
menemukan konsep. Konsep belajar mengajar biologi memiliki tiga persoalan
utama, yaitu hakekat mengajar, kedudukan materi meliputi arti dan peranannya
serta kedudukan siswa (Djohar, 1984: 7)
Hakekatnya, dalam pendidikan biologi menekankan adanya interaksi
antara siswa dengan obyek yang dipelajari. Interaksi ini memberi peluang kepada
siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana belajar, mengembangkan
potensi rasional pikir, ketrampilan, dan kepribadian serta mengenal permasalahan
biologi dan pengkajiannya (Djohar, 1974: 4). Proses belajar mengajar pada diri
siswa, akan berkembang tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
(Wuryadi, 1971: 88). Tiga ranah tersebut dapat diuraikan menjadi tujuan
pendidikan biologi, yaitu:
10 b. Pengembangan cara berfikir
c. Pengembangan ketrampilan, baik ketrampilan kerja maupun ketrampilan
berfikir
d. Pengembangan pengetahuan dan pengertian serta penggunaan pengetahuan
tersebut bagi kepentingan kehidupan manusia
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pentransfer ilmu pengetahuan
(transmitter of knowledge) tetapi berfungsi juga sebagai pengelola proses belajar
mengajar (Prawoto, 1989: 21).
2. SumberBBelajarB
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan
kepada seseorang dalam belajarnya. Segala sesuatu yang dialami dianggap
sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman yang
menyebabkan belajar. Peran utama sumber belajar adalah membawa atau
menyalurkan stimulus dan informasi kepada siswa (Sudjana dan Rivai 2003: 77).
Pemilihan suatu sumber belajar perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam proses pembelajaran, dengan demikian sumber belajar dipilih dan
digunakan dalam proses belajar apabila sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
belajar (Mulyasa, 2002: 49). Secara umum manfaat sumber belajar yaitu :
a. Memberi pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada siswa.
b. Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat
secara langsung.
c. Menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.
11 e. Membantu memecahkan masalah pendidikan.
f. Memberikan motivasi positif bagi peserta didik.
g. Merangsang untuk berfikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut (Mulyasa,
2002: 50).
Klasifikasi sumber belajar adalah sebagai berikut:B
a. Pesan, yaitu informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk
ide, fakta, pengertian dan data.
b. Manusia, yaitu orang yang menyimpan informasi atau menyalurkan informasi.
Tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber
belajar.
c. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan untuk disajikan melalui
pemakaian alat.
d. Teknik, yaitu prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran,
peralatan, situasi, dan orang yang menyampaikan pesan.
e. Alat dan peralatan, yaitu media yang menyalurkan pesan untuk disajikan.
f. Lingkungan, yaitu situasi sekitar di mana pesan disalurkan (Sudjana dan Rivai,
2003: 80).
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dilakukan dengan cara
menghadapkan siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari dan diamati
dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Cara ini lebih bermakna
karena para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya
secara alami, sehingga lebih nyata, faktual dan kebenarannya dapat
12
Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam
proses belajar yaitu :
a. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi
dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami
b. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga
kebenarannya lebih akurat
c. Sumber belajar menjadi lebh kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa
beraneka ragam
d. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan
lingkungan sekitarnya (Sudjana dan Rivai, 2001: 208).
Lingkungan sekitar dapat diangkat menjadi sumber belajar biologi.
Lingkungan sekitar secara langsung dapat dijadikan sebagai sumber belajar
biologi tanpa penyederhanaan dan modifikasi, misalnya dengan mengajak siswa
ke pantai untuk mengamati ekosistem pantai atau hewan-hewan avertebrata yang
ada di pantai. Lingkungan sebagai sumber belajar biologi perlu penyederhanaan
dan modifikasi apabila akan digunakan sebagai sumber belajar di sekolah melalui
penelitian. Suatu hasil penelitian jika akan diangkat sebagai sumber belajar harus
melalui tahapan identifikasi proses dan produk penelitian, seleksi dan modifikasi
hasil penelitian serta pengembangan hasil penelitian sebagai sumber belajar
(Suhardi, 2012: 7-8).
Hasil penelitian biologi dapat diangkat sebagai sumber belajar apabila hasil
13
berlaku. Kajian ini baru akan dilakukan setelah hasil penelitian memenuhi
persyaratan sebagai sumber belajar yang meliputi :
a. Kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat
b. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
c. Kejelasan sasaran dan peruntukannya
d. Kejelasan informasi yang akan diungkap
e. Kejelasan pedoman eksplorasi
f. Kejelasan perolehan yang diharapkan (Djohar, 1987: 2).
3. BahanBAjarB
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar
memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan
sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu (Abdul Majid, 2009: 173). Menurut Chomsin S. Widodo
(2008: 40), bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi
yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau sukompetensi dengan segala
kompleksitasnya.
Bahan ajar memiliki peran yang sangat besar dalam pembelajaran.
Guru maupun siswa akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran jika
tidak ditunjang dengan bahan ajar yang memadai. Adanya upaya untuk senantiasa
14
secara optimal merupakan suatu hal yang penting. Peran bahan ajar adalah
sebagai berikut:
a. Bagi guru
1) Menghemat waktu guru dalam mengajar, karena adanya bahan ajar siswa dapat
diberi tugas untuk memperlajari terlebih dahulu topik yang akan disampaikan.B
2) Mengubah peran guru dari pengajar menjadi fasilitator. Adanya bahan ajar
dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa
daripada menyampaikan materi pelajaran. B
3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru
memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu
topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan
interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.B
b. Bagi siswa
1) Dapat belajar tanpa kehadiran guru.
2) Dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki.
3) Dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.
4) Dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
5) Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri (Sungkono, 2009: 50-51).
Bahan ajar memiliki banyak bentuk dan macamnya. Bahan ajar dapat
dibedakan dalam beberapa kelompok, menurut Abdul Majid (2009: 174) bahan
15
a. Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, leaflet, brosur, wallchart, foto/gambar, model/maket.
b. Bahan ajar dengan (audio) seperti kaset, piringan hitam, radio, dan Compact
Disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual), seperti video compact disk,
film.
d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk
interaktif.
4. ModulBB
a. PengertianBModulB
Modul merupakan suatu paket belajar dengan satu unit bahan pelajaran
(Suhardi, 2012: 38). Menurut Sudjana dan Rivai (2003: 132) modul adalah suatu
unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan
belajar. Modul bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari
komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar,
alat atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya.
Modul menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Kebudayaan (BP3K) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berisi garis besar
berikut:
1) Tujuan instruksional yang akan dicapai
2) Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar mengajar
3) Pokok-pokok materi yang dipelajari
16 5) Peranan guru dalam proses belajar mengajar
6) Alat-alat dan sumber yang akan digunakan
7) Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara
berurutan.
8) Program evaluasi yang akan dilaksanakan (Suryobroto, 1986: 153).
Pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mengarahkan penggunaan modul sebagai salah satu sumber belajar dan bahan
ajar. Berdasarkan hal ini seorang guru diharapkan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan sumber belajar dalam bentuk modul. Modul digunakan siswa
untuk menyelesaikan bahan belajarnya secara individual. Siswa belum dapat
melanjutkan ke suatu unit berikutnya sebelum mampu menyelesaikan secara
tuntas dengan tingkat pencapaian 80 % (Suhardi, 2012: 38).
b. TeuntunganBbelajarBdenganBmodulB
Modul yang disusun dengan baik, dapat memberikan keuntungan bagi
siswa, diantaranya sebagai berikut:
1) Modul dapat memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa
dapat mengetahui taraf hasil belajaranya.
2) Setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai nilai tertinggi dengan
menguasai bahan pelajaran secara tuntas, sehingga siswa mempunyai dasar
yang jelas untuk pelajaran yang baru.
3) Modul disusun dengan tujuan yang jelas dan spesifik untuk dapat dicapai oleh
17
4) Adanya langkah-langkah belajar yang teratur menimbulkan motivasi belajar
yang tinggi.
5) Secara fleksibel, modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa mengenai
kecepatan belajar, cara belajar dan bahan pelajaran.
Bagi tenaga pengajar, modul juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
1) Rasa kepuasan
Materi yang dibuat sesuai dengan apa yang ada pada kurikulum dan sesuai dengan
karakter siswa, sehingga hasil belajar siswa lebih terjamin. Apabila hasil siswa
bagus, maka akan menimbulkan kepuasan bagi pengajar.
2) Bantuan individual
Pengajaran modul memberikan kesempatan yang lebih besar dan waktu yang
lebih banyak kepada guru untuk memberikan bantuan individu tanpa
melibatkan atau mengganggu seluruh siswa yang lain.
3) Pengayaan
Guru mendapat waktu yang lebih banyak untuk memberikan tambahan
pelajaran sebagai pengayaan.
4) Kebebasan dari rutinitas
Menggunakan modul membuat guru melakukan pembelajaran yang tidak
sama dengan rutinitas karena semua materi telah disediakan didalam modul.
5) Mencegah kemubaziran
Modul merupakan satuan pelajaran yang berdiri sendiri mengenai topik
tertentu dan dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran atau mata kuliah.
18 6) Meningkatkan profesionalisme guru
Belajar dengan menggunakan modul menimbulkan banyak pertanyaan
mengenai proses belajar itu sendiri. Pertanyaan merangsang guru untuk berfikir
lebih ilmiah dan terbuka terhadap masukan dari siswa.
c. TarakteristikBModulB
Modul memiliki karakteristik tertentu, misalnya berbentuk unit pengajaran
yang lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis,
berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus dan memungkinkan
siswa untuk belajar mandiri. Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya
yang disusun atas dasar:B
1) Prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan (objective model)
2) Prinsip belajar mandiri (individual learning)
3) Prinsip belajar maju berkelanjutan (continous progress)
4) Penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)
5) Prinsip rujuk silang antar modul dalam mata pelajaran (cross referencing)
6) Penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self assessment) (Suhardi,
2012: 39).
d. LangkahBPenyusunanBModulB
Tiga cara yang dapat dipilih untuk menyusun modul adalah sebagai berikut
(Sungkono, 2003: 10-11):
1) Menulis sendiri
Penulis menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses
19
mengetahui kebutuhan siswa dan bidang ilmu tersebut. Materi yang disajikan
dalam modul harus sesuai dengan materi yang ada di dalam kurikulum.
2) Pengemasan kembali informasi
Penulis tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku
teks dan informasi yang telah ada dipasaran untuk dikemas kembali menjadi
modul yang memenuhi kriteria yang baik. Informasi yang dikumpulkan harus
sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum, kemudian dalam modul
diberi penambahan tes, latihan dan umpan balik.
3) Penataan informasi
Cara ini hampir sama dengan cara kedua namun dalam penataan informasi
tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku
teks, jurnal ilmiah dan artikel. Materi tersebut diambil kemudian digandakan
untuk dipakai secara langsung.
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam menulis modul. Menurut
Suhardi (2012: 39-41), langkah-langkah penulisan modul adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan persiapan
a) Penyiapan dan pengkajian standar isi mata pelajaran
b) Penggandaan bahan referensi yang diperlukan
c) Penyediaan sarana lain yang diperlukan
2) Pelaksanaan penulisan
a) Penentuan kriteria isi modul yang meliputi konsep, ruang lingkup materi dan
20
b) Teknik penulisan, meliputi perincian topik menjadi subsub topik dan
perancangan modul yang disesuaikan dengan komponen modul.
c) Penulisan materi secara sistematis, pemberian ilustrasi dan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan siswa.
d) Pengecekkan apakah uraian yang ditulis telah sesuai dengan tujuan.
3) Validasi draft modul
a) Saran dari ahli media
b) Saran dari ahli materi yang kompeten
4) Uji coba terbatas
Pada tahap ini dilakukan penilaian oleh guru dan siswa di sekolah setelah
lembar penilaian kualitas modul disiapkan..
e) Revisi
Revisi dilakukan setelah uji coba, maka didapatkan hasil dari bagian–bagian
modul yang sudah baik maupun yang masih perlu diperbaiki sebelum
diproduksi.
f) Produksi dan ditribusi
Setelah adanya penyempurnaan, modul digunakan sesuai denan kebutuhan
dan didistribusikan kepada yang memerlukan.
e. TomponenBModulB
Modul memuat komponen-komponen utama yaitu tujuan pembelajaran,
pendahuluan, kegiatan belajar, latihan, rambu-rambu jawaban, rangkuman dan
evaluasi (Sungkono, 2003: 12). Secara lebih rinci menurut Suhardi, komponen
21
1) Tinjauan mata pelajaran merupakan paparan umum mengenai seluruh
pokok-pokok isi mata pelajaran.
2) Bagian awal
a) Cakupan materi modul
b) Tujuan pembelajaran
c) Deskripsi perilaku awal yang seharusnya sudah dimiliki.
d) Keterkaitan antar modul dalam mata pelajaran
e) Ururtan kegiatan belajar
f) Petunjuk belajar yang berisi tahapan dalam memahami modul
3) Kegiatan belajar
a) Uraian materi yang berisi paparan-paparan materi
b) Pemberian contoh yang memantabkan pemahaman siswa terhadap isi uraian
c) Latihan yang berguna juga untuk menguatkan konsep, prinsip, metode
atau prosedur.
d) Rambu-rambu jawaban latihan
Rambu–rambu jawaban latihan ini berguna untuk mengarahkan
pemahaman siswa terhadap jawaban yang diharapkan dari pertanyaan atau
tugas yang sesuai dengan tujuan.
e) Kualitas Modul
Modul akan bermakna apabila siswa dapat dengan mudah
menggunakannya. Berdasarkan standar penilain buku oleh Badan Standar
22
komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian dan
komponen kegrafisan.
(1) Aspek kelayakan isi
Kelayakan isi berkaitan dengan aspek materi yang mencakup
kelengkapan materi, akurasi materi, merangsang keingintahuan,
mengembangkan wawasan siswa.
(2) Aspek kebahasaan
Aspek kebahasaan meliputi kesesuaian dengan perkembangan siswa,
bahasa komunikatif, lugas, kesesuaian dengan kaidah EYD,
menggunakan istilah dan simbol/lambang dan interaktif.
(3) Aspek penyajian
Aspek penyajian berkaitan dengan teknik dalam menyajikan materi
yang ada pada buku, kesesuaian ilustrasi yang digunakan dan
kelengkapan komponen yang ada pada buku.
(4) Aspek kegrafisan
Aspek kegrafisan meliputi ukuran buku, desain sampul buku, tata letak
penempatan gambar, ilustrasi yang digunakan dalam buku.
5. ModulBPengayaanBB
Modul pengayaan diperlukan karena adanya kenyataan lapangan bahwa di
dalam suatu kelas pasti terdapat beberapa anak yang memiliki daya belajar lebih
cepat dari teman-teman lainnya, hal tersebut karena anak-anak tersebut memiliki
kemampuan intelektual diatas rata-rata atau anak-anak tersebut tinggal pada
23
prestasi belajarnya. Oleh sebab itu siswa-siswa yang belajar lebih cepat dan telah
menyelesaikan program belajar pokok perlu diberikan fasilitas tambahan
berupa program pembelajaran pengayaan berupa modul pengayaan.
Modul pengayaan bersifat memperluas dan bersifat memperdalam bagi
siswa yang telah tuntas pada SK dan KD di setiap materi pokok. Modul
pengayaan yang disebut juga modul tambahan ini dapat dikerjakan oleh siswa di
sekolah maupun dirumah (Suryobroto, 1986: 33). Tujuan dari pengayaan di
antaranya adalah :
a. Memberikan aplikasi tambahan sesuai dengan yang terdapat dalam kehidupan
sebenarnya, dari konsep-konsep atau prinsip-prinsip.
b. Meneliti aspek-aspek yang lebih kompleks dari konsep yang diajarkan.
Guru dapat menggunakan modul untuk menambah pengalaman siswa dalam
program pengayaan. Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah
kompetensi dasar plus yang dapat ditentukan oleh guru. Kompetensi dasar plus ini
dapat diartikan lebih mendalam atau lebih luas dibandingkan kompetensi
sebelumnya (Bambang Subali, 2009: 38-39).
B. TajianBTeilmuanBB 1. PewarisanBSifatB
Pewarisan sifat adalah bagaimana gen-gen diteruskan kepada generasi
berikutnya melalui sel-sel anakan. Perkembangan mikroskop menunjukkan bahwa
organisme tersusun oleh unit-unit yang disebut sel. Sel dari suatu organisme
berasal dari sebuah sel tunggal yang disebut zigot. Zigot mengalami pembelahan
24
adalah sama, sehingga pembelahan sel yang menjadi dasar pewarisan sifat (Anna,
1992: 21).
Orangtua memberikan informasi genetik kepada anak-anaknya dalam
bentuk unit herediter yang disebut gen. Gen-gen yang kita warisi dari ibu dan
ayah merupakan tautan genetik kita dengan orangtua dan gen yang menyebabkan
kemiripan dalam keluarga. Gen memprogram sifat-sifat spesifik yang muncul saat
individu berkembang dari sel yang terfertilisasi menjadi dewasa. Program genetik
tersebut tertulis dalam DNA, yaitu suatu polimer dari empat nukleotida yang
berbeda (Campbell, 2003: 268).
Informasi yang terwariskan diteruskan dalam urutan sekuens spesifik
nukleotida DNA dari setiap gen, mirip seperti informasi tercetak yang
disampaikan dalam bentuk urut-urutan huruf bermakna. Pewarisan sifat herediter
memiliki basis molekuler pada replikasi DNA secara tepat yang menghasilkan
salinan gen-gen yang dapat diwariskan dari orangtua kepada anak. Hewan dan
tumbuhan memiliki sel-sel reproduksi yang disebut gamet merupakan sesuatu
yang meneruskan gen dari satu generasi ke generasi berikutnya. Gamet jantan dan
betina bergabung sehingga meneruskan gen-gen dari kedua induk ke anaknya
selama fertilisasi (Campbell, 2003: 268).
Suatu sifat diwariskan menurut pola tertentu, ada 4 macam pola pewarisan
sifat manusia yaitu terpaut kromosom X (dominan dan resesif), terpaut kromosom
Y, autosomal dominan dan autosomal resesif. Sifat-sifat terpaut kromosom X
lebih sering diekspresikan pada laki-laki daripada perempuan. Perempuan
25
dari Mendel berlaku bagi sifat-sifat yang ditentukan oleh gen-gen terpaut X pada
perempuan dengan cara yang sama seperti pada sifat-sifat yang ditentukan oleh
gen-gen pada autosom. Kromosom Y mempunyai ukuran lebih pendek daripada
kromosom X, sehingga kromosom Y memiliki gen-gen yang lebih sedikit.
Kromosom X dan Y dijajarkan dapat terlihat adanya bagian yang homolog (sama
bentuk dan panjangnya) dan bagian yang tidak homolog. Gen-gen terpaut Y
terdapat pada bagian yang tidak homolog (Suryo, 1997: 226)
Sifat autosom merupakan sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada yang resesif. Laki-laki dan
perempuan mempunyai autosom yang sama. Sifat keturunan yang ditentukan oleh
gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki dan perempuan (Suryo, 1997 : 102).
Autosomal dominan adalah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosom
yang bersifat dominan. Adanya gen dominan di dalam genotipe seseorang
memastikan sifat itu akan diekspresikan. Kedua orangtua yang memiliki sifat
tersebut pasti akan menurunkan sifatnya ke keturunannya. Sifat yang ditentukan
oleh gen autosom resesif akan tampak bila suatu individu menerima gen itu dari
kedua orang tuanya. Kedua orang tua tersebut tampak normal, namun mereka
sebenarnya pembawa (carrier) gen resesif yang dimaksud, atau mereka itu
masing-masing heterozigot.
2. PetaBSilsilah B
Peta silsilah (pedigree) adalah catatan asal usul suatu sifat dari generasi ke
generasi. Peta silsilah ini dibuat supaya pewarisan sifat keturunan dalam satu
26
paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, dan untuk menyusun
suatu pola peta silsilah diperlukan keturunan dalam jumlah yang banyak
sedikitnya 3 generasi (Anna, 1985: 66-68). Peta silsilah merupakan gambaran
pewarisan sifat-sifat manusia yang ditulis dengan simbol-simbol yang telah
disepakati oleh para ahli genetika, yaitu sebagai berikut:
= Perempuan Normal
= Laki-laki Normal
= Perkawinan perempuan normal dengan laki-laki normal
= Laki-laki normal menikah dengan dua perempuan normal
= Orangtua normal memiliki anak yang normal
= Perkawinan antar anggota keluarga
= Laki-laki dan perempuan yang memiliki sifat yang diteliti
= Perempuan pembawa gen (carrier)
27
Ahli genetika menganalisis hasil perkawinan dengan pertimbangan tidak
mungkin untuk memanipulasi pola perkawinan manusia. Mereka melakukan hal
itu dengan cara mengumpulkan informasi tentang sejarah sifat tertentu dalam satu
keluarga dan menyusun informasi tersebut dalam suatu pohon silsilah yang
mendeskripsikan sifat-sifat orangtua dan anak-anak pada beberapa generasi
(Campbell, 2003: 297).BB
Salah satu penerapan penting dari peta silsilah adalah membantu
menghitung probabilitas seorang anak yang akan memiliki genotipe dan fenotipe
tertentu. Silsilah merupakan hal yang penting ketika alel-alel yang dipertanyakan
menyebabkan penyakit yang melumpuhkan atau mematikan, bukan sekedar
variasi manusia yang tidak berbahaya seperti garis rambut atau konfigurasi lobus
telinga. Kelainan yang diwariskan sebagai sifat Mendelian sederhana, berlaku
teknik yang sama untuk analisis silsilah (Campbell, 2003: 297).
Peta silsilah yang menggambarkan pewarisan sifat tertentu dalam
suatu keluarga dapat dianalisis untuk mengetahui pola pewarisan gen penentu sifat
tersebut. Suatu gen penentu sifat termasuk auotosomal jika (1) terdapat
kemungkinan jumlah yang sama antara wanita dan laki-laki yang
mengekspresikan gen tersebut, (2) terdapat laki-laki yang menurunkan sifat
tersebut pada anak laki-lakinya dan (3) terdapat anak-anak perempuan yang
terkena walaupun bapak dan ibunya normal. Gen yang bersifat dominan
akan selalu diekspresikan bilamana gen tersebut ada sehingga biasanya tidak
28
hilang atau tidak akan muncul jika satu generasi tidak mengekspresikan sifat
itu (Anna, 1985: 68-71). B
Gen yang bersifat resesif mempunyai karakteristik yang berkebalikan
dengan gen dominan. Gen resesif menunjukkan adanya peloncatan generasi
dalam ekspresinya. Gen penentu suatu sifat juga dapat terpaut kromosom seks.
Gen resesif terpaut kromosom X tidak akan diekspresikan pada anak
perempuan manapun jika ayah dan ibunya normal.
3. TesalahanBMetabolismeBBawaanBB
Metabolisme adalah reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel-sel tubuh
untuk mengubah zat-zat seperti glukosa, asam amino dan asam lemak menjadi
senyawa-senyawa yang diperlukan tubuh. Proses-proses dalam metabolisme
melibatkan enzim untuk mengubah suatu zat menjadi zat lain, tanpa ikut bereaksi.
Suatu enzim tidak dapat bekerja jika gen yang mengkode pembentukannya tidak
dalam keadaan normal, akibatnya akan menimbulkan suatu kelainan akibat
kesalahan metabolisme bawaan.
Kesalahan metabolisme bawaan adalah keadaan kekurangan enzim
spesifik yang secara efektif menghambat salah satu rangkaian reaksi yang
membentuk bagian proses metabolisme normal. Metabolit yang berada tepat
sebelum rintangan tadi akan tertimbun dan metabolit yang berada sesudah
rintangan tidak akan terbentuk. Berbagai perwujudan biokimia, patologis dan
klinis keadaan tadi dapat dianggap sebagai akibat sekunder kerusakan metabolik
primer. Perubahan sekunder ini dapat bersifat kompleks dan tersebar luas dan
29
cenderung untuk tertimbun atau yang pembentukannya terhambat (Harry, 1994 :
274).
Menurut William S Klug, et al (2007: 270), kesalahan metabolisme
bawaan adalah keadaan dimana gen tidak dapat mengkode pembentukan enzim
yang berperan mengubah suatu zat (substrat) menjadi zat lain (produk) dalam
proses metabolisme. Hal ini mengakibatkan tubuh akan kelebihan zat (substrat)
dan kekurangan zat lain (produk). Keadaan ini mengakibatkan suatu kelainan.
Pembentukan suatu enzim dikode oleh gen yang spesifik. Beadle dan Tatum
(1941) menyatakan teori “satu gen satu enzim”, artinya satu gen mengkode
pembentukan satu enzim. Hubungan antara gen dan enzim pada proses
metabolisme digambarkan dalam skema berikut:
Berdasarkan skema di atas, diketahui bahwa gen B berfungsi mengkode
pembentukan enzim B. Seseorang yang memiliki gen B dalam keadaan tidak
normal (akibat mutasi), misalnya dalam bentuk gen b, berarti enzim B tidak
terbentuk dan tidak dapat mengubah zat A menjadi zat B. Hal ini mengakibatkan, Gen A
30
tahap B tidak terjadi dan menimbulkan blok metabolisme. Blok metabolisme yang
terjadi pada tubuh seseorang akan menimbulkan kelainan.
Sejumlah besar kelainan telah diketahui akibat kesalahan metabolisme
bawaan sekarang ini. Beberapa kasus keadaannya mungkin menggambarkan
sintesis protein enzim yang strukturnya berubah atau memiliki sifat katalitis yang
rusak. Kasus lain, disebabkan karena protein enzim yang strukturnya berubah
sehingga mudah dihancurkan dalam jaringan. Kasus lain lagi, mungkin ada
pengurangan spesifik atau kegagalan dalam sintesis protein enzim (Harry, 1994:
278).
Enzim yang terlibat dalam gangguan ini sangat berbeda-beda dan mengenai
banyak aspek metabolisme. Gangguan metabolik dan kelainan klinis yang
diakibatkan juga sangat beranekaragam. Keadaan ini berkisar dari keadaan yang
mungkin secara efektif mematikan pada awal-awal kehidupan, hingga keadaan
yang dapat menghasilkan suatu cacat menetap seperti kemunduran mental (Harry,
1994: 279).
Kesalahan metabolisme bawaan diwariskan sebagai kelainan resesif, yang
dimaksud adalah individu yang terkena dengan gambaran klinis dan metabolik
khas penyakitnya tampaknya memiliki dua dosis gen abnormal, sedangkan
heterozigotnya dengan satu dosis gen abnormalnya dan satu dosis alel normalnya,
umumnya benar-benar sehat. Beberapa penderita yang terkena akan menerima alel
abnormal sama dari masing-masing orang tuanya dan oleh karenanya homozigot
31
molekuler menghasilkan kekurangan enzim dengan macam-macam cara (Harry,
1994: 342).
Gen mengkodekan protein dengan fungsi yang spesifik. Alel yang
menyebabkan suatu kelainan genetik mengkodekan protein yang gagal berfungsi
atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Kelainan yang diwariskan secara resesif
hanya timbul pada individu homozigot yang mewarisi satu alel resesif dari
masing-masing orangtua. Heterozigot dapat meneruskan alel resesif ke
keturunannya, walaupun secara fenotipik terlihat normal, sehingga disebut
pembawa sifat (carrier) (Campbell, 2003: 298).
Ketika alel resesif penyebeb penyakit ini jarang ditemukan, relatif kecil
sekali kemungkinannya bagi dua pembawa sifat alel berbahaya yang sama untuk
bertemu dan memiliki anak. Laki-laki dan perempuan tersebut berkerabat dekat
(misalnya saudara kandung atau sepupu langsung), probabilitasnya untuk
mewarisakan sifat-sifat resesif sangat meningkat. Orang-orang yang berkerabat
dekat lebih mungkin memilik alel resesif yang sama daripada orang-orang yang
tidak berkerabat. Perkawinan kerabat dekat lebih mungkin menghasilkan
keturunan yang homozigot resesif sehingga dapat memunculkan sifat-sifat yang
berbahaya (Campbell, 2003: 299).
Heterozigot gabungan akan menunjukkan kekurangan menyolok pada enzim
yang khusus, serupa dengan yang ditunjukkan oleh homozigot sejati untuk salah
satu dari kedua alelnya dan mungkin secara klinis tidak dapat dibedakan. Kelainan
ini rata-rata terdapat pada satu dalam empat saudara. Kelainan ini jarang terlihat
32
satu dosis gen abnormal dan satu dosis alel normalnya biasanya memiliki
kekurangan sebagian dari enzimnya dan seringkali menunjukkan gangguan
metabolik minor secara kualitatif serupa dengan individu yang terkena (Harry,
1994: 343).
Kelainan yang disebabkan karena kesalahan metabolisme bawaan ini
merupakan kelainan yang jarang terjadi, umumnya dialami oleh satu atau dua
orang dalam satu generasi. Kelainan ini juga tidak selalu muncul pada setiap
generasi (keturunan), sebagai contoh kesalahan pada metabolisme asam amino
tirosin dan phenylalanin. Kesalahan pada metabolisme asam amino tirosin dan
phenylalanin menyebabkan terjadinya empat kelainan yaitu Phenylketouria
(PKU), Alkaptonuria, Albino, dan Kretinisme, yang digambarkan pada skema
berikut:
hidroksilase Phenylketouria (PKU) Enzim tirosinase
Albino Kretinisme
Enzim homogentisat oksidase
Alkaptonuria
Gambar 2. Skema Kesalahan Metabolisme Asam Amino Tirosin dan Phenylalanin. Garis panah merah menunjukkan adanya blok metabolisme.
Sumber : William S Klug, et all (2007)
33
Phenylketouria (PKU) adalah suatu kelainan metabolisme bawaan yang
disebabkan karena tubuh kelebihan phenylalanin. Phenylalanin adalah asam
amino essensial yang diperlukan tubuh, namun tidak dapat diproduksi sendiri,
sehingga asupan phenylalanin diperoleh melalui makanan. Timbunan
phenylalanin ini akan disimpan di hati, diedarkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah dan terkonsentrasi di kandung kemih (Adrian, 1965: 285)
Kandungan phenylalanin yang berlebih di dalam tubuh, menyebabkan
seseorang mengalami cacat mental. Hal ini ditandai dengan urine yang berwarna
hitam. Phenylalanin dalam tubuh harus diubah menjadi tirosin, proses pengubahan
ini membutuhkan bantuan enzim phenylalanin hidroksilase. Pembentukan enzim
phenylalanin hidroksilase dikode oleh gen P.
Orang normal memiliki genotipe PP atau Pp, sedangkan penderita PKU
bergenotipe pp. Kelebihan phenylalanin di dalam tubuh disebabkan karena gen P
tidak normal atau mengalami mutasi menjadi gen p. Gen p tidak dapat mengkode
pembentukan enzim phenylalanin hidroksilase, akibatnya enzim ini tidak
terbentuk dan tidak dapat mengubah phenylalanin menjadi tirosin (Suryo, 1997:
123). Bagi penderita PKU, kelainan ini dapat diatasi dengan menghindari
makanan yang mengandung phenylalanin. Metabolisme normal dan kesalahan
metabolisme phenylalanin menjadi tirosin digambarkan dalam skema berikut:
Phenylalanin Tirosin Gen P
Enzim phenylalanin
hidroksilase (NORMAL)
34
Phenylalanin Tirosin
b. AlbinoB
Albino adalah suatu kelainan metabolisme bawaan yang disebabkan
karena kekurangan pigmen melanin. Pigmen melanin adalah pigmen yang
menentukan warna kulit, rambut dan mata manusia. Seseorang yang berwarna
kulit gelap, memiliki pigmen melanin lebih banyak dibanding yang berkulit cerah.
Pigmen melanin diproduksi oleh sel melanosit yang berada di bagian dermis kulit
tepatnya di stratum granulosum. Pigmen ini berfungsi untuk melindungi kulit dari
kerusakan akibat radiasi sinar matahari.
Kekurangan pigmen melanin disebabkan karena tidak ada enzim tirosinase
yang berperan mengubah tirosin menjadi beta-3,4-dyhydroxyphenylalanin untuk
selanjutnya diubah menjadi melanin (Suryo, 1997: 126). Kekurangan melanin
menyebabkan seseorang memiliki rambut putih, kulit badan dan mata berwarna
merah jambu karena warna darah menembus kulit dan mata tidak tahan terhadap
sinar matahari.
Pembentukan enzim tirosinase dikode oleh gen A. Seseorang yang normal
bergenotipe AA atau Aa, sedangkan penderita albino bergenotipe aa (Suryo, 1997: Gen p
Enzim phenylalanin hidroksilase
(PKU)
Gambar 4. Skema Kesalahan Metabolisme Phenylalanin menjadi Tirosin. Garis miring warna hitam menunjukkan gen p tidak dapat mengkode pembentukan
35
128). Orang tua yang keduanya penderita albino dapat dipastikan bahwa akan
melahirkan anak-anak yang albino juga. Hal ini tidak menutup kemungkinan
orang tua keduanya normal tiba-tiba melahirkan anak yang menderita albino.
Kasus demikian dapat terjadi apabila kedua orang tua tersebut memiliki genotipe
heterozigot (pembawa). Metabolisme normal dan kesalahan metabolisme tirosin
menjadi melanin digambarkan pada skema berikut.
Tirosin 3,4 Dyhydroxyphenylalanin Melanin
Tirosin 3,4 Dyhydroxyphenylalanin Melanin
B
B
B
c. AlkaptonuriaB
Alkaptonuria adalah suatu kelainan metabolisme bawaan yang disebabkan
karena tubuh kelebihan alkapton (asam homogentisat). Timbunan alkapton
diendapkan di tulang rawan dan tendon, yang menyebabkan nyeri di tubuh, karena Gen A
Enzim Tirosinase (NORMAL)
(ALBINO) Gen a
Enzim Tirosinase
Gambar 5. Skema Pengubahan Tirosin menjadi Melanin dengan Bantuan Enzim Tirosinase yang dikode oleh Gen A.
Gambar 6. Skema Kesalahan Metabolisme Tirosin menjadi Melanin. Garis miring warna hitam menunjukkan gen a tidak dapat mengkode pembentukan enzim. Garis miring warna merah menunjukkan proses pengubahan
36
di bagian tersebut banyak terdapat syaraf. Alkapton yang berlebih, keluar bersama
urine sehingga menyebabkan urine menjadi berwarna hitam (gelap).
Alkapton harus diubah menjadi asam maleylasetoasetat selanjutnya diubah
menjadi H2O dan CO2 yang berperan untuk pembentukan energi atau zat lain yang
bermanfaat bagi tubuh. Proses pengubahan ini dibantu oleh enzim homogentisat
oksidase (Adrian, 1965: 284). Pembentukan enzim homogentisat oksidase dikode
oleh gen H. Seseorang yang normal bergenotipe HH atau Hh, sedangkan penderita
alkapton bergenotipe hh. Alkaptonuria dapat diatasi dengan menambahkan
nitisson (termasuk golongan narkoba). Nitisson ini berfungsi untuk mengurangi
kandungan alkapton dalam tubuh.
Asam homogentisat Asam maleylasetoasetat
Enzim Homogentisat oksidase (NORMAL)
(ALKAPTONURIA) Gen h
Enzim Homogentisat oksidase
Gambar 7. Skema Pengubahan Asam Homogentisat menjadi Asam
Maleylasetoasetat dengan Bantuan Enzim Homogentisic Oksidase yang dikode oleh Gen H.
Gambar 8. Skema Kesalahan Metabolisme Asam Homogentisat menjadi Asam Maleylasetoasetat. Garis miring warna hitam menunjukkan gen h tidak dapat mengkode
37 d. TretinismeB
Kretinisme adalah suatu kelainan yang disebabkan karena tubuh kekurangan
hormon tiroksin/tiroid (hipotiroidisme). Hormon tiroksin adalah hormon yang
berperan merangsang pertumbuhan seseorang. Kekurangan hormon tiroksin ini
mengakibatkan seseorang bertubuh pendek, pertumbuhan lambat, berat badan
rendah, otot badan lemah, suara imatur dan cacat mental. Dampak cacat mental ini
tergantung pada seberapa banyak seseorang kekurangan hormon tiroksin. Istilah
kretin mencakup 2 hal yaitu kretin endemik dan kretin sporadik. Keduanya
berbeda secara etiologi namun masih berkaitan dengan hormon tiroid/tiroksin
(Suryati dan Supadmi, 2010: 1).
a. Kretinisme Endemik
Kretin endemik merupakan kelainan akibat kekurangan Iodium yang berat
pada masa fetal dan merupakan indikator klinik yang penting bagi Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Sumber iodium tertinggi terdapat pada ikan
laut. Tanda-tanda klinis yang menyolok yaitu adanya retardasi mental, postur
tubuh pendek, wajah dan tangan tampak sembab dan seringkali tuli serta
tanda-tanda kelainan neurologis. Kretin endemik pada umumnya lahir di daerah
defisiensi Iodium yang sangat berat, contohnya daerah pegunungan. Secara
epidemologis kretin endemik selalu berhubungan dengan defisiensi iodium yang
berat dan secara klinis gejalanya disertai dengan defisiensi mental. Defisiensi
mental meliputi gejala neurologis yang terdiri dari gangguan pendengaran dan
38
adalah gangguan pertumbuhan dan hipotiroidisme. Kretin endemik dapat dicegah
dengan mengkonsumsi iodium (Suryati dan Supadmi, 2010: 2).
b. Kretinisme Sporadik
Kretin sporadik atau dikenal sebagai hipotiroid kongenital berbeda dengan
kretin endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena kekurangan iodium tetapi
karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti tidak adanya kelenjar tiroid (aplasia),
kelainan struktur kelenjar (displasia, hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar
ektopik) dan ketidaknormalan mensintesis hormon karena gangguan metabolik
atau disebut juga kesalahan metabolisme bawaan. Kesalahan metabolisme terjadi
karena tidak ada enzim yang mengubah tirosin menjadi hormon tiroksin.
Pembentukan enzim tersebut dikode oleh gen C. Individu normal bergenotipe CC
atau Cc, sedangkan individu kretin bergenotipe cc. Kretinisme dapat diatasi
dengan menambahkan hormon tiroksin ke dalam tubuh. Kretinisme diturunkan
secara autosomal resesif (Suryo, 1997: 129). Timbulnya kretin sporadik karena
ada keterkaitan dengan mutasi beberapa gen antara lain : (1) mutasi gen NIS yang
secara aktif mengatur transport iodida ke dalam sel folikel tiroid (2) mutasi gen
tiroid peroksidase, dimana enzim tiroid peroksidase (TPO) berperan dalam
biosintesis hormon tiroid/tiroksin (3) adanya mutasi homozigot pada exon 7 gen
Thyroglobulin, (4) mutasi pada gen yang mengontrol Faktor Transkripsi serta (5)