HUBUNGAN ANTARA TEKANAN TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU AGRESI PADA KOMUNITAS STREET PUNK
DI KOTA BLORA
OLEH
DYNA WIJAYANTI 80 2012 036
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU AGRESI PADA KOMUNITAS STREET PUNK
DI KOTA BLORA
Dyna Wijayanti Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
i Abstrak
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan perilaku
agresi pada komunitas street punk di kota Blora. Penelitian dilakukan terhadap 30
orang, anggota komunitas street punk di kota Blora. Pengumpulan data secara
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan dua instrumen. Tekanan teman sebaya
diukur dengan skala Peer Pressure Inventory (PPI) sementara perilaku agresi diukur
dengan skala agresi. Wawancara dengan beberapa orang anggota komunitas street punk
di kota Blora juga dilakukan untuk menambah gambaran seputar kegiatan angggota
komunitas punk serta hubungan antara anggota komunitas street punk. Kesimpulan yang
diperoleh adalah terdapat hubungan yang negatif antara tekanan teman sebaya dengan
perilaku agresi pada anggota komunitas street punk di kota Blora (r = -0,331 dengan sig.
= 0,037 (p > 0.05).
ii Abstract
This research aims to find the correlation between peer pressure and aggressive
behavior in street punk community in the town of Blora. The participants are 30 people.
Quantitative data collection was conducted using two instruments. Peer pressure is
measured with a scale of Peer Pressure Inventory (PPI) while the aggressive behavior
was measured with a scale of aggressive. Interviews with some community members
street punk in Blora also performed to add an idea about the activities of the members
of punk community and the relationship between members of the community street punk.
The main results of this research show that peer pressure is negatively correlated with
aggressive behavior in street punk community in the town of Blora (r = -0.331 with
1
LATAR BELAKANG
Penampilan anggota komunitas punk menciptakan sebuah stigma yang
berkembang di masyarakat bahwa komunitas punk seringkali melakukan hal-hal negatif
dan beresiko tinggi yang dapat meresahkan masyarakat. Contohnya saja mengkonsumsi
minuman beralkohol, menjadi pecandu narkoba, pelaku seks bebas, melakukan tindakan
kriminal seperti perampokan, perampasan, pembunuhan, pemberontakan, pemukulan,
melakukan perusakan terhadap sarana umum, dan menyebabkan kekacauan di jalan
(Maghfiroh, 2007).
Komunitas punk adalah sekumpulan individu yang memiliki kesamaan
kepentingan dan kegemaran, dalam hal ini berupa genre musik dan ideologi hidup yang
mencakup aspek sosial dan politik dalam konsep Do it Yourself (D.I.Y) yang saling
peduli dan perhatian, saling berinteraksi secara terus menerus, serta menitikberatkan
pada nilai-nilai persahabatan (unite). Awal kemunculan punk adalah di Eropa, setelah
tahun 1977 punk menyebar dari Eropa ke Amerika bahkan mungkin hampir ke seluruh
peradaban di dunia. Punk masuk Indonesia pada akhir tahun 80-an, tetapi
perkem8bangan besar terjadi pada awal sampai dengan pertengahan tahun 90-an. Ada
kesamaan dalam suasana sosial di Indonesia pada pertengahan tahun 90-an.
Marshall (dalam Dwiyantari, 2012) membagi punk ke dalam tiga kategori, yaitu
Hardcore Punk, Street Punk, dan Glam Punk. Hardcore Punk ditandai dengan gaya
pemikiran dan bermusik yang mengarah pada rock hardcore dengan beat-beat musik
yang cepat. Jiwa pemberontakan komunitas punk sangat ekstrim sehingga seringkali
terjadi keributan di antara anggota punk itu sendiri. Street Punk sering disebut The Oi
dan anggotanya dinamakan skinheads. Anggota street punk biasanya tidur di pinggir
2
banyak bergaul dengan pengamen dan pengemis karena sama-sama hidup di jalanan.
Anggota street punk adalah aliran pekerja keras. Glam Punk biasanya jarang berkumpul
dengan komunitasnya di pinggir jalan dan lebih memilih tempat-tempat yang elite
seperti distro atau kafe.
Kaum punk menyatakan dirinya melalui penampilan, pakaian, dan gaya rambut
yang berbeda. Ciri khas dari punk adalah celana jeans sobek-sobek, peniti cantel (safety
pins) yang dikenakan di telinga atau pipi, kaum punk juga menggunakan asesoris yang
lain seperti kalung anjing, salib, dan model rambut spike-top dan mohican.
Kadang-kadang anggota punk mengecat rambutnya dengan warna-warna cerah seperti hijau
menyala, pink, ungu, dan orange. Komunitas punk menyatakan dirinya sebagai
golongan anti-fashion, dengan semangat dan etos kerja do it yourself yang tinggi
(Hebdige, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Maghfiroh (2007) menunjukkan hasil bahwa
anggota komunitas punk di Kota Malang akrab dengan minuman keras dan narkoba,
serta meninggalkan norma-norma dan aturan-aturan dalam masyarakat maupun agama.
Selain itu, tidak jarang komunitas punk melakukan perilaku agresi seperti ketika para
pengendara mobil tidak bersedia memberikan uang saat anak punk mengamen, mereka
tidak segan-segan mencoret mobil orang tersebut. Tidak sedikit kasus kriminal yang
melibatkan anggota komunitas punk sebagai pelaku maupun korban. Contohnya adalah
adanya kasus pembunuhan terhadap seorang pengamen yang dilakukan oleh anak punk
di Cipulir, Jakarta pada tahun 2013 dan pengeroyokan terhadap sesama anak punk di
Jakarta pada tahun 2012 yang disebabkan oleh kesalahpahaman (Purnama, 2013). Kasus
3
Mereka menganiaya seorang TNI yang sedang bertugas di wilayah tersebut (Wibowo,
2013).
Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota komunitas punk yang ada di kota
Blora menunjukkan bahwa di kota Blora juga terdapat komunitas punk. Anak-anak punk
ini dapat ditemui di beberapa tempat yang ada di kota Blora yaitu di alun-alun Kota
Blora, di bawah tugu Kota Blora, di jembatan Randublatung, di taman Cepu, dan tempat
lain di Kota Blora. Anggota street punk di kota Blora mengatakan bahwa ciri dari street
punk adalah menggunkan celana ketat, kaos warna hitam atau kemeja dengan ukuran
besar, dan membawa gitar kecil. Selain itu anggota komunitas street punk biasanya tidur
di taman, depan toko-toko, dan di daerah lampu merah. Mengenai aktivitas, sebagian
dari anggota punk ini memiliki pekerjaan seperti membuka usaha sablon, penjual stiker,
mengamen dan ada beberapa di antaranya yang ikut bekerja di proyek pembangunan.
Selain itu juga ditemukan perilaku agresi yang biasa dilakukan anak punk, seperti
contoh ketika anak punk mengamen di lampu merah dan pengendara mobil tidak
memberikan uang, anak-anak punk tersebut akan melakukan perilaku agresi verbal
seperti melakukan sindiran dan mengucapkan kata-kata yang tidak sopan kepada
pengendara mobil yang tidak memberikan uang.
Hasil wawancara ini mendukung pendapat Ristianti (2008) yang menyatakan
bahwa perilaku agresif dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya tekanan teman
sebaya. Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang
kira-kira sama (Santrock, 2007). Persepsi terhadap kelompok teman sebaya merupakan
pemberian arti atas kelompok teman sebayanya yang terdiri dari sekumpulan individu
dengan tingkatan usia yang relatif sama, yang memiliki aturan yang berbeda dengan
4
individu, sehingga remaja menyadari apa yang dirasakan atas teman sebayanya tersebut
(Santrock, 2003).
Dalam sebuah kelompok teman sebaya, ada yang disebut dengan tekanan teman
sebaya (peer pressure). Tekanan teman sebaya terjadi ketika individu mengalami
persuasi implisit maupun eksplisit yang terkadang berupa paksaan, untuk mengadopsi
nilai-nilai yang sama, keyakinan, dan tujuan, atau untuk berpartisipasi dalam kegiatan
yang sama dalam kelompok teman sebaya (Bourne, 2001). Peer pressure merupakan
pengaruh dari kelompok sebaya agar seseorang mengubah perilaku, kebiasaan dan nilai
dirinya agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.
Peer pressure merupakan tekanan dari teman sebaya untuk melakukan sesuatu
atau untuk menghindari dari melakukan sesuatu yang lain, tidak peduli individu tersebut
menginginkannya ataupun tidak (Brown & Clasen, 1985). Peer pressure memberikan
tekanan pada seseorang untuk mengikuti kelompoknya baik dia sebenarnya
menginginkannya atau tidak. Peer pressure biasanya membuat orang melakukan
sesuatu yang tidak biasa dilakukan. Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja
merupakan hal yang penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa-masa remaja.
Diantara para remaja terdapat jalinan yang cukup kuat. Pada kelompok teman sebaya ini
untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja
sama. Keberadaan teman sebaya sangat mempengaruhi tingkah laku, minat bahkan
sikap dan pikiran remaja. Misalnya pengaruh terhadap cara berpakaian, gaya hidup,
merokok dan sebagainya (Mappiare, 2004). Pada kelompok teman sebaya ini untuk
pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama.
5
involvement, family involvement, conformity to peer norms, dan misconduct (Clasen &
Brown, 1985).
Seseorang merasa lebih tertekan oleh teman pada peer involvement
dibandingkan pada family involvement atau misconduct. Merasakan peer pressure pada
conformity to peer norms dibanding pada misconduct, tetapi kontras dari perkiraan,
tekanan pada peer conformity tidak lebih besar daripada merasa menerima tekanan
dalam family involvement. Selain itu, merasakan tekanan pada peer involvement lebih ke
arah yang positif daripada peer pressure yang merujuk pada school involvement, atau
pada conformity to peer norms. Tekanan school involvement, pada dasarnya, adalah
lebih positif daripada tekanan dari teman dalam family involvement, atau misconduct
(Brown & Clasen, 1985).
Pengaruh teman sebaya dapat berpengaruh positif dan negatif. Piaget dalam
Santrock (2007) menekankan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan
remaja belajar mengenal pola hubungan yang timbal balik dan setara. Anak-anak
menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan
dengan teman sebaya. Mereka juga belajar mengamati dengan teliti minat dan
pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya
ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung (Sandy, 2015). Sulivan
(dalam Santrock, 2003) menambahkan alasan bahwa remaja belajar menjadi teman yang
memiliki kemampuan dan sensitif terhadap hubungan yang lebih akrab dengan
menciptakan persahabatan yang lebih dekat dengan teman sebaya yang dipilih.
Penelitian yang menunjukkan hubungan tekanan teman sebaya dengan perilaku
agresi dilakukan oleh Dara (2009). Ia meneliti mengenai pengaruh kelompok teman
6
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara tekanan teman
sebaya dengan perilaku bullying, dimana siswa SMA cenderung mempertimbangkan
kesamaan yang dimiliki, sebagian besar siswa SMA pernah melakukan perilaku
bullying baik secara verbal, fisik maupun psikis, dan kelompok teman sebaya
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku bullying. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara
tekanan teman sebaya dengan perilaku agresi pada komunitas street punk di Kota Blora.”
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat hubungan antara tekanan teman
sebaya dan perilaku agresi pada komunitas streetpunk di kota Blora.
Hipotesis
Ada hubungan negatif antara tekanan teman sebaya dengan perilaku agresi pada
komunitas streetpunk di kota Blora.
TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi
1. Pengertian Agresi
Agresi menurut Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) didefinisikan sebagai
bentuk tindakan kejahatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain.
Menurut Baron & Byrne (2005), agresivitas adalah tingkah laku yang diarahkan
kepada tujuan menyakiti makhluk hidup yang ingin menghindari perlakuan semacam
7
Agresi mengungkapkan bahwa agresi merupakan perilaku fisik atau verbal baik
itu sengaja maupun tidak sengaja namun memiliki maksud untuk menyakiti,
menghancurkan, atau merugikan orang lain (Myers, 2002). Berkowits (1993),
perilaku agresi adalah bentuk perilaku yang bermaksud menyakiti seseorang baik
secara fisik maupun secara psikologis. Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2009),
agresi adalah setiap tindakan yang menyakiti orang lain. Menurut Durkin (1995),
agresi adalah perilaku yang disebabkan oleh kejahatan terhadap orang lain atau
sekelompok orang.
Agresivitas yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu merupakan bentuk
perilaku yang bermaksud menyakiti seseorang baik secara fisik maupun secara
psikologis (Berkowits, 1993).
2. Faktor-faktor Agresivitas
Baron & Bryne (2005) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang melakukan agresivitas, yaitu:
a. Faktor-faktor Sosial
Faktor-faktor sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial
individu yang melakukan perilaku agresif, diantaranya adalah frustasi, provokasi
langsung, agresi yang dipindahkan, pemaparan terhadap kekerasan di media,
keterangsangan seksual dan agresi.
b. Faktor-faktor Pribadi
Berikut ini adalah trait atau karakteristik yang memicu seseorang
melakukan perilaku agresif, diantaranya adalah pola perilaku tipe A dan tipe B,
8
c. Faktor-faktor Situasional
Faktor situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atau
kontek dimana agresi itu terjadi. Berikut ini adalah faktor situasional yang
mempengaruhi agresi, diantaranya adalah suhu dan udara tinggi, dan alkohol.
Dalam beberapa eksperimen partisipan-partisipan yang mengkonsumsi alkohol
dosis tinggi serta membuat mereka mabuk ditemukan bertindak lebih agresif dan
merespon provokasi secara lebih kuat. Dari pada yang tidak mengkonsumsi
alkohol (Baron & Bryne, 2005).
3. Dimensi Agresivitas
Buss dan Perry (1992) berpendapat bahwa ada empat dimensi agresi yang biasa
dilakukan oleh individu, yaitu:
a. Agresi fisik. Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik,
seperti melukai, menyakiti orang lain secara fisik. Misalnya menyerang,
memukul, menendang, atau membakar.
b. Agresi verbal. Komponen perilaku motorik seperti: menyakiti dan melukai
orang lain melalui verbalis, misalnya memaki, mengejek, membentak, berdebat,
menunjukkan ketidaksesuaian/ketidaksetujuan, menyebar gosip dan bersikap
sarkatis.
c. Agresi marah. Emosi atau afektif, perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik atau
cedera fisik maupun psikis yang diderita individu. Misalnya, kesal, hilang
kesabaran, dan tidak mampu mengontrol rasa marah.
d. Agresi permusuhan. Sikap negatif terhadap orang lain karena penilaian sendiri
9
Dalam penelitian ini bentuk agresivitas yang digunakan adalah milik Buss dan
Perry (1992) karena keempat bentuk agresivitas milik Buss dan Perry (1992) yakni,
fisik, verbal, marah, dan kemarahan seringkali muncul dalam perilaku agresif yang
dilakukan oleh individu.
B. Tekanan Teman Sebaya
1. Pengertian Tekanan Teman Sebaya
Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira
sama (Santrock, 2007), namun Brown (1986) mengukur hal tersebut dari sejauh
mana remaja merasa tertekan untuk melakukan suatu tindakan ataupun berpikir
dengan cara-cara tertentu. Tekanan teman sebaya didefinisikan secara eksplisit
sebagai dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu atau menjaga dari melakukan
sesuatu yang lain, tidak peduli apakah orang tersebut menginginkannya atau tidak
(Brown, 1986). Oleh karena hal inilah Brown dan Clacen (1985) mengukur dan
merancang PPI (Peer Pressure Inventory) untuk menilai persepsi tekanan teman
sebaya dari sejauh domain, termasuk teman di dalam kegiatan sosial, tindakan,
kesesuaian norma, keterlibatan sekolah dan orangtua. Tekanan teman sebaya
merupakan suatu sikap atau persepsi sebagai pengalaman perasaan tertekan,
desakan, atau berani karena orang lain untuk melakukan disposisi perilaku dan
bukan ukuran dalam menilai pengalaman tekanan teman sebaya. Persepsi terhadap
kelompok teman sebaya merupakan pemberian arti atas kelompok teman sebayanya
yang terdiri dari sekumpulan individu dengan tingkatan usia yang relatif sama, yang
memiliki aturan yang berbeda dengan individu dengan masyarakat, dan proses
tersebut dipengaruhi faktor dari dalam dan luar individu, sehingga remaja
10
Tekanan teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu untuk menilai
persepsi tekanan teman sebaya dari sejauh domain, termasuk teman di dalam
kegiatan social, tindakan, kesesuaian norma, keterlibatan sekolah dan orang tua
(Brown & Clasen, 1985).
2. Aspek-aspek atau Dimensi Tekanan Teman Sebaya
Clasen dan Brown (1985) menguaraikan lima dimensi peer pressure yaitu:
a. Peer involvement yaitu desakan yang dialami untuk terlibat dalam kegiatan
serta hubungan dengan kelompok, seperti menghabiskan waktu senggang
dengan kelompok.
b. School involvement yaitu desakan dari orang lain untuk terlibat dalam
kegiatan/aktivitas, serta hubungan dengan sekolah, baik secara akademis
maupun non akademis.
c. Family involvement yang merupakan desakan untuk terlibat dalam kegiatan
atau aktivitas dengan keluarga, serta hubungan dengan keluarga.
d. Conformity to peer norms yaitu tekanan untuk mengikuti norma yang dianut
teman dalam beraktivitas, berperilaku, ataupun gaya hidup.
e. Misconduct yaitu tekanan atau desakan dari orang lain untuk melakukan
pelanggaran, baik hukum atau norma umum yang berlaku dalam
masyarakat.
C. Komunitas Punk
Menurut Soenarno dalam (Indaryanto, 2011), definisi komunitas adalah sebuah
identifikasi interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan
fungsional. Menurut Hermawan dalam (Indaryanto, 2011), komunitas adalah
11
dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas
tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Menurut Ronaldo (Marbun,
2012) kata punk berasal dari sebuah kepanjangan public united not kingdom. Punk
merupakan sub-budaya yang lahir di London-Inggris di pertengahan tahun 1970 yang
dulunya adalah sebuah gerakan untuk menentang para elit politik yang berkuasa di
Inggris pada saat itu. Namun, punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir
di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencangkup aspek
sosial dan politik. Menurut Maghfiroh (2007) punk mempunyai dan membentuk satu
scene tersendiri, semua benda yang dibuat adalah melalui satu konsep yaitu Do it Your
Self (D.I.Y) dimana konsep ini merupakan satu konsep yang menitikberatkan pada
nilai-nilai persahabatan (unite), semangat berdikari tanpa mengharapkan bantuan dari pihak
manapun.
Berdasarkan definisi komunitas dan punk dapat disimpulkan bahwa definisi
komunitas punk adalah sekumpulan individu yang memiliki kesamaan kepentingan dan
kegemaran dalam hal ini berupa genre musik dan ideologi hidup yang mencakup aspek
sosial dan politik dengan konsep Do it Your Self (D.I.Y), yang saling peduli dan
perhatian, saling berinteraksi secara terus menerus, serta menitikberatkan pada
nilai-nilai persahabatan (unite).
D. Hubungan Tekanan Teman Sebaya dengan Kecenderungan Perilaku Agresi pada Komunitas Punk
Komunitas punk adalah sekumpulan individu yang memiliki kesamaan
kepentingan dan kegemaran dalam hal ini berupa genre musik dan ideologi hidup
yang mencakup aspek sosial dan politik dalam konsep Do it Your Self (D.I.Y), yang
12
2011) mengungkapkan bahwa selama ini komunitas punk memang dikenal dengan
gaya hidupnya yang serba bebas. Mereka berupaya melepaskan diri dari berbagai
aturan, baik norma masyarakat, aturan pemerintah, maupun agama. Bagi mereka,
gaya punk bukan sekedar corak dalam bermusik tetapi punk sudah menjadi ideologi.
Kesamaan identitas dan kesamaan kebutuhan akan kebebasan membuat antara
anggota punk yang satu dengan yang lain cenderung bergaya hidup, berpenampilan,
dan berperilaku sama. Hal ini merupakan salah satu wujud nyata dari adanya tekanan
teman sebaya dalam komunitas punk.Tekanan teman sebaya terjadi ketika individu
mengalami persuasi impisit maupun eksplisit yang terkadang berupa paksaan, untuk
mengadopsi nilai-nilai sama, keyakinan, dan tujuan, atau untuk berpatisipasi dalam
kegiatan yang sama dalam kelompok teman sebaya (Clasen & Brown, 1985).
Keberadaan teman sebaya sagat mempengaruhi tingkah laku, minat bahkan sikap dan
pikiran remaja. Misalnya pengaruh terhadap cara berpakaian, gaya hidup, merokok
dan sebagainya (Mappiare, 2004).
Penelitian yang menunjukkan hubungan tekanan teman sebaya dengan perilaku
agresi dilakukan oleh Putri (2011). Ia meneliti mengenai perilaku sosial dengan
agresivitas siswa di SMK Negeri 1 Cikarang Barat. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara tekanan teman
sebaya dengan perilaku bullying, dimana siswa SMA cenderung mempertimbangkan
kesamaan yang dimiliki, sebagian besar siswa SMA pernah melakukan perilaku
bullying baik secara verbal, fisik maupun psikis, dan kelompok teman sebaya
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku bullying. Penelitian yang
dilakukan Anna (2014) tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan
13
yang kuat antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresi siswa kelas x SMKN
2 kota Bengkulu.
METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian
Variabel Terikat : Perilaku Agresi
Variabel Bebas : Tekanan teman sebaya
B. Partisipan
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota komunitas street punk yang ada di
kota Blota, dengan ciri-ciri sebagai berikut: jenis kelamin perempuan, anggota
komunitas street punk di kota Blora, berusia antara 12-21 tahun (remaja). Subjek
penelitian ini berjumlah 30 orang.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sebelum peneliti melakukan
pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara awal kepada
beberapa anggota komunitas street punk di kota Blora, dan nantinya peneliti juga akan
melakukan pengumpulan data dengan cara memberikan kuesioner untuk mengukur
perilaku agresi dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Buss & Perry
(1992) dan pengukuran tekanan teman sebaya menggunakan Peer pressure Inventory
(PPI) dari Clasen dan Brown (1985).
D. Instrumen Alat Ukur
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala
14
a. Angket Agresivitas
Angket yang dipakai untuk mengukur data dalam penelitian ini adalah
agresivitas yang bertujuan untuk mengetahui perilaku agresi pada anggota komunitas
street punk. Alat ukur ini terdiri dari 4 dimensi yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi
marah, dan agresi permusuhan, dengan total item sebanyak 29. Alat ukur ini telah
melalui dua kali uji coba sehingga memenuhi kualifikasi sebagai alat ukur yang baik,
seperti koefisien validitas dan reliabilitas yang sesuai standar. Hasil uji seleksi item dan
reliabilitas penentuan-penentuan aitem valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥
0,3 dan dan menunjukkan bahwa ada 8 item yang gugur melalui 3 kali pengujian, yaitu
item 1, 7, 10, 11, 12, 13, 23, dan 24 dengan reliabilitas sebesar 0,848. Item-item dalam
skala ini menggunakan pernyataan dengan tujuh pilihan jawaban yaitu mulai 1 hingga 7.
Tabel 1. Sebaran Item Skala Agresi
No Dimensi Indikator
Nomor Item Jumlah
menyakiti dan melukai
15 perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik atau cedera fisik maupun psikis yang diderita
individu. Misalnya,
H. Sikap negatif terhadap
orang lain karena
penilaian sendiri yang negatif.
b. Angket Tekanan Teman Sebaya
Tekanan teman sebaya dalam penelitian ini, menggunakan pengukuran “Peer
Pressure”, seperti yang dituliskan Brown dan Clasen (1986) bahwa “peer pressure”
terbagi menjadi tiga dimensi: 1) tekanan/pressure, yaitu sikap atau persepsi sebagai
pengalaman perasaan tertekan, desakan, atau berani karena orang lain; 2)
populer/popularity, yaitu kebutuhan remaja untuk menjadi populer bersama
teman-teman sebaya mereka; 3) kesesuaian/conformity termasuk tekanan teman di dalam
kegiatan sosial, tindakan, kesesuaian norma, keterlibatan sekolah dan orang tua.
Skala PPI ini terdiri dari 51 item yang disusun berdasarkan lima dimensi peer
pressure. Skala PPI ini sudah terstandarisasi dengan reliabilitas sebesar 0,70 (Clasen &
Brown, 1985). Item-item dalam skala ini menggunakan pernyataan dengan empat
pilihan jawaban Besar, Agak Besar, Kecil, dan Tanpa Tekanan. Pada skala ini, semakin
16
rendah skor skala PPI, semakin buruk atau negatif tingkat peer pressure-nya. Skor
untuk item favorable dengan jawaban Besar adalah 3, Agak Besar adalah 2, Kecil
adalah 1, dan Tanpa Tekanan adalah 0. Sedangkan untuk item unfavorable diberi skor
-3 untuk jawaban Besar, -2 untuk jawaban Agak Besar, -1 untuk jawaban Kecil, serta 0
untuk jawaban Tanpa Tekanan.
Tabel 2. Sebaran Item SkalaTekanan Teman Sebaya
No Dimensi Indikator
17
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov yang menunjukkan skala
tekanan teman sebaya (K-S-Z = 0,669), p > 0,05 dan skala perilaku agresi (K-S-Z =
Std. Deviation 28.597 22.177 20.92847492
Most Extreme Differences
Absolute .087 .122 .131
Positive .087 .109 .131
Negative -.084 -.122 -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .479 .669 .720
Asymp. Sig. (2-tailed) .976 .762 .679
18
2. Uji Linearitas
Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara tekanan
teman sebaya dengan perilaku agresi dengan deviation linearity sebesar F = 3.329 dan
nilai signifikansi = 0,128 lebih besar dari 0,05 yang artinya terdapat hubungan linear
secara signifikan antara perilaku agresi dengantekanan teman sebaya.
Tabel 4. Hasil Uji Linearitas
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
agresi * PPI Between Groups (Combined) 19818.367 24 825.765 1.059 .529
Linearity 2595.064 1 2595.064 3.329 .128
Deviation from Linearity
17223.302 23 748.839 .961 .582
Within Groups 3897.500 5 779.500
Total 23715.867 29
Berdasarkan hasil perhitungan variabel, berikut adalah kategorisasi
deskriptifnya. Kategori ini berdasarkan data item valid yang ada, sebagai berikut:
Tabel 5. Kategori Skor Perilaku Agresi
No Interval Kategorisasi Mean F %
1 21 ≤ x < 63 Rendah 0 0
2 63 ≤ x < 105 Sedang 2 6,7
3 105 ≤ x ≤ 147 Tinggi 128,27 28 93,3
19
Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa skor perilaku agresi berada
pada kategori tinggi dengan mean sebesar 128,27. Sebanyak 28 orang yang menjadi
subjek penelitian memiliki skor perilaku agresiyang berada pada kategori tinggi dengan
prosentase 93,3%. 2 orang berada pada kategori sedang dengan prosentase 6,7%. Tidak
terdapat subjek yang masuk kategori skor perilaku agresi rendah dengan prosentase 0%.
Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 63 sampai dengan skor
maksimum sebesar 147 dengan standar deviasi 12,7.
Tabel 6. Kategori Skor Tekanan Teman Sebaya
No Interval Kategorisasi Mean F %
1 -153 ≤ x < -49 Rendah 1 3,3
2 -49 ≤ x < 51 Sedang -7,9 29 96,7
3 51 ≤ x < 153 Tinggi 0 0
Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa skor tekanan teman sebaya
berada pada kategori sedang dengan mean sebesar -7,9. Sebanyak 29 orang yang
menjadi subjek penelitian memiliki skor tekanan teman sebaya yang berada pada
kategori sedang dengan prosentase 96,7%. 1 subjek berada pada kategori rendah dengan
prosentase 3,3%. Tidak terdapat siswa yang masuk kategori skor tekanan teman sebaya
tinggi dengan prosentase 0%. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum
20
A. Analisis Korelasi
Hasil korelasi antara perilaku agresi dengan tekanan teman sebaya pada tabel 7
di bawah sebagai berikut :
Table 7. Hasil Uji Korelasi antara Tekanan Teman Sebaya dengan Perilaku Agresi
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi yang ditunjukkan oleh Tabel 7,
diperoleh koefisien tekanan teman sebaya dengan perilaku agresi sebesar -0,331 dengan
sig. = 0,037 (p > 0.05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara perilaku
agresi dengan tekanan teman sebaya pada anggota komunitas punk di kota Blora.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar -0,331
dengan signifikansi sebesar 0,037 (p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan negatif
antara tekanan teman sebaya dengan perilaku agresi pada anggota komunitas street punk
di kota Blora. Namun Dara (2009) menyatakan pengaruh kelompok teman sebaya (peer
Correlations
agresi PPI
Agresi Pearson
Correlation 1 -.331
*
Sig. (1-tailed) .037
N 30 30
PPI Pearson
Correlation -.331
*
1
Sig. (1-tailed) .037
N 30 30
21
group) terhadap perilaku bullying siswa di sekolah memiliki hubungan positif yang
signifikan antara tekanan teman sebaya dengan perilaku bullying.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nia (2012) menyatakan konformitas
dengan perilaku agresi pada komunitas punk di kota Malang memiliki hubungan positif
yang signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syifa (2014) tentang pengaruh Trait kepribadian Big-Five dengan
konformitas teman sebaya terhadap agresivitas anak punk di jabodetabek memiliki
hubungan positif yang signifikan antara Trait kepribadian Big-five dengan konformitas
teman sebaya anak punk di jabodetabek. Penelitian yang dilakukan Anna (2014) tentang
hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresi siswa kelas x SMKN 2
Kota Bengkulu memiliki hubungan negatif yang kuat antara kecerdasan emosional
dengan perilaku agresi siswa kelas x SMKN 2 kota Bengkulu.
Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal yang penting
yang tidak dapat diremehkan dalam masa-masa remaja. Diantara para remaja terdapat
jalinan yang cukup kuat. Pada kelompok teman sebaya ini untuk pertama kalinya remaja
menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Keberadaan teman sebaya
sagat mempengaruhi tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran remaja. Misalnya
pengaruh terhadap cara berpakaian, gaya hidup, merokok dan sebagainya (Mapiere,
2004).
Pengaruh teman sebaya dapat berpengaruh positif dan negatif. Piaget (dalam
Santrock, 2007) menekankan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan
remaja belajar mengenal pola hubungan yang timbal balik dan setara. Anak-anak
menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan
22
pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya
ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sulivan dalam Santrock
(2003) menambahkan alasan bahwa remaja belajar menjadi teman yang memiliki
kemampuan dan sensitif terhadap hubungan yang lebih akrab dengan menciptakan
persahabatan yang lebih dekat dengan teman sebaya yang dipilih.
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara tekanan teman sebaya
dengan perilaku agresi pada anggota komunitas punk di kota Blora, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan negatif antara perilaku agresi dengan tekanan teman sebaya pada
anggota komunitas streetpunk di kota Blora.
2. Perilaku agresi pada anggota komunitas street punk di kota Blora, pada kategori
tinggi, sedangkan Tekanan teman sebaya pada anggota komunitas street punk di
kota Blora, pada kategori sedang.
3. Sumbangan efektif yang diberikan oleh tekanan teman sebaya terhadap perilaku
agresi pada komunitas street punk di kota Blora adalah sebesar 10,9%. Ini berarti
tekanan teman sebaya memiliki kontribusi sebesar 10,9% tergadap perilaku agresi,
sedangkan 89,1% dipengaruhi oleh factor-faktor lain di luar tekanan teman sebaya
yang dapat berpengaruh terhadap perilaku agresi.
D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan
hal-hal sebagai berikut :
23
Anak punk umumnya dan khususnya untuk sampel penelitian harus lebih
dapat memperkuat hal-hal positif yang ada pada dirinya agar hal-hal negatif
seperti perilaku agresi dapat berkurang, yaitu dengan mengurangi
mengkonsumsi minuman keras, bersikap ramah terhadap orang lain yang tidak
dikenal. Selain itu anak punk diharapkan bisa lebih menghargai orang lain yang
dikenal maupun tidak dikenal, karena hal tersebut dapat menambah nilai baik di
dalam diri serta mengurangi anggapan masyarakat tentang anak punk yang
sukanya berbuat kasar, pemberontak, dan lain sebagainya. Serta anak punk
jangan mudah terpengaruh dengan tekanan teman sebaya yang negatif, anak
punk harus memiliki pedoman diri sendiri.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambah jumlah subjek dan mengontrol dengan ketat variabel-variabel
sekunder yang dapat mempengaruhi validitas hasil penelitian seperti
24
Daftar Pustaka
Baron, R. A., Byrne, D. (2005). Psiologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga.
Berkowitz, L. (1993). Aggresion: its causes, consequences, and control. New York: McGrow-Hill, inc.
Brown, B. B, & Clasen, D. R. (1985). Peer pressure inventory. Retrieved 18 February 2016 from
http://libra.msra.cn/Journal/9835/j-youth-adolescence-journal-of-youth-and-adolescence.
Brown, B., & Clasen, D. R. (1986). Perception of peer pressure, peer conformity dispositions, and self-reported behavior among adolescents. Retrieved 3 February 2016.
Buss, A.H. & Perry, M. (1992). The Aggression questionare. Journal of Personality and Social Psychology, 454.
Dara, A. (2009). Pengaruh kelompok teman sebaya (peer group) terhadap perilaku bullying siswa di sekolah.
Dwiyantari, S. (2012). Remaja Punk Jalanan dan Penguatan Fungsi Keluarga (Sebuah Alternatif Pengendalian Maraknya Remaja Punk Jalanan). Insani. Diunduh dari http://stisip.kampuswiduri.ac.id (4 Januari 2016).
Hebdige, D. (2002). Subculture: The Meaning of Style. Diunduh dari
www.isns.uw.edu.pl (4 Januari 2016).
Indaryanto, A. P (2001). Identifikasi Keterapan dan Kontribusi Komunitas Punk Pada Penyakit Masyarakat di Jakarta Selatan. Thesis Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian Jakarta. Diunduh dari lontar.ui.ac.id (9 Januari 2016).
Maghfiroh, T. (2007). Konsep Diri Anggota Komunitas Punk Malang. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Diunduh dari lib.uin-malang.ac.id (6 Januari 2016).
Marbun, F. B. (2013). Tanggapan Masyarakat Terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kota Medan. Skripsi Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Diunduh dari http://jurnal.usu.ac.id (12 Januari 2016).
Mappiare, Andi. (2004). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers.
25
Nia, M. (2012). Konformitas dengan Perilaku Agresi pada Komunitas punk di kota Malang.
Putri, R. H. N. 2011. Hubungan Perilaku Sosial dengan Agresivitas Siswa di SMK Negeri 1 Cikarang Barat. Jurnal Psikologi. Vol. 2. No. 1: 1-10. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.
Rina. 2011. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilku Agresif pada Remaja Kelas II, III di SMP Pahlawan Tohan Bandungg 18 September 2006-05 Januari 2007. Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Edisi Ke-6. Jakarta:
Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Adolescende. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga.
Sandy, R. (2015). Pengaruh tekanan teman sebaya terhadap perilaku kecanduan path pada kalangan remaja di jakarta barat. Skripsi. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
Sears, D. O. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Ke-5. Jakarta: Penerbit erlangga.
Wibowo, M. R. (2013). Puluhan Anak „Punk‟ Peknbaru Aniaya Anggota TNI. Diakses melalui http://www.republika.co.id (20 Januari 2016).