vii ABSTRAK
PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PROFESI GURU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
ORANG TUA
Studi kasus pada SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU FR. ARY IRMAWATI
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua.
Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu, tahun ajaran 2005/2006 yang berjumlah 120 orang. Ukuran sample ditetapkan sebesar 79 orang. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah Chi-Kuadrat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) sebagian besar responden (95%) mempunyai sikap positif terhadap profesi guru, 2) tidak terdapat perbedaan sikap siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin di mana x2hitung
(0,005) < x2tabel (3,84), maka Ho di terima, 3) tidak terdapat perbedaan sikap
viii ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF STUDENTS’ BEHAVIOR TOWARD THE PROFESSION OF TEACHER BASED ON SEX AND PARENTS’ SOCIAL
ECONOMY STATUS
A Case Study in “SMU Pangudi Luhur” Sedayu FR. ARY IRMAWATI
Sanata Dharma University Yogyakarta
2007
The purpose of research was to know the students’ behavior in “Pangudi Luhur” Sedayu senior High School toward the profession of teacher based on the sex and parents’ social economy.
The method of collecting data used were questionnaire, interviews, and decumentation. The population of this research included all of the second grade in “Pangudi Luhur” Senior High School Sedayu, academy year of 2005/2006 by amount of 120 respondents. 79 respondents were took as samples of the research. The technique of gathering sample was random sampling. The technique of analysis data used in this research was Chi-square.
The conclusions from this research were : 1) most respondents (95%) had positive behavior toward the professions of teacher, 2) there was not any differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on sex ( x2count = 0,005 < x2table = 3,84), thus Ho was accepted, 3) there was not any
differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on the parents’ social economy status ( x2count = 0,48 < x2table = 3,48 ), thus Ho was
PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PROFESI GURU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL
EKONOMI ORANG TUA
Studi Kasus pada SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
FR. ARY IRMAWATI NIM : 001334066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
M OTTO
TUHAN DAPAT M EM BACA S ETIAP TETES AN
AIRM ATA. IA M ELIHAT HATI YAN G M EM ERLUKAN
S UKACITA. IA MEGETAHUI JALAN YAN G S UKAR
DAN MEN JEMUKAN . JAN GAN PUTUS AS A...,
KAREN A IA DEKAT.
v
H AL AM AN PE RSE M BAH AN
H asil karya berupa skripsi ini kupersembahkan pada :
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 Januari 2007 Penulis
vii ABSTRAK
PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PROFESI GURU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
ORANG TUA
Studi kasus pada SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU FR. ARY IRMAWATI
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua.
Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu, tahun ajaran 2005/2006 yang berjumlah 120 orang. Ukuran sample ditetapkan sebesar 79 orang. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah Chi-Kuadrat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) sebagian besar responden (95%) mempunyai sikap positif terhadap profesi guru, 2) tidak terdapat perbedaan sikap siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin di mana x2hitung
(0,005) < x2tabel (3,84), maka Ho di terima, 3) tidak terdapat perbedaan sikap
viii ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF STUDENTS’ BEHAVIOR TOWARD THE PROFESSION OF TEACHER BASED ON SEX AND PARENTS’ SOCIAL
ECONOMY STATUS
A Case Study in “SMU Pangudi Luhur” Sedayu FR. ARY IRMAWATI
Sanata Dharma University Yogyakarta
2007
The purpose of research was to know the students’ behavior in “Pangudi Luhur” Sedayu senior High School toward the profession of teacher based on the sex and parents’ social economy.
The method of collecting data used were questionnaire, interviews, and decumentation. The population of this research included all of the second grade in “Pangudi Luhur” Senior High School Sedayu, academy year of 2005/2006 by amount of 120 respondents. 79 respondents were took as samples of the research. The technique of gathering sample was random sampling. The technique of analysis data used in this research was Chi-square.
The conclusions from this research were : 1) most respondents (95%) had positive behavior toward the professions of teacher, 2) there was not any differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on sex ( x2count = 0,005 < x2table = 3,84), thus Ho was accepted, 3) there was not any
differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on the parents’ social economy status ( x2count = 0,48 < x2table = 3,48 ), thus Ho was
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status sosial Ekonomi Orang Tua”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada :
1. Bapak T. Sarkim., M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo JR, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak S. Widanarto P. S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi dan selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan petunjuk,pengarahan, bimbingan dalam penulisan skripsi dan dengan tulus memberikan waktu untuk bimbingan.
x
5. Bapak Markus Padmo Negoro selaku Kepala Sekolah SMU Pangudi Luhur Sedayu beserta karyawan yang telah memberikan ijin dan membantu selama melaksanakan penelitian.
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi dan Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu selama menuntut ilmu di Sanata Dharma hingga selesai.
7. Ibuku yang telah memberikan dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. “AYAH” yang selalu mendampingi dan memberikan aku dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Adek-adekku yang telah memberikan dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Pakde dan Budhe beserta anak-anaknya yang selalu memberi aku semangat. 11. Rekan-rekan seperjuangan, senasib dan sepenanggungan, khususnya
mahasiswa PAK B Angkatan 2000 (Meri, Arie, Widi, Ratih, Ratna, Ria, She Bhe, Pakdhe, Danang, Indra, Sefi, Buncis dan seterusnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu) yang telah memberikan dorongan selama menyusun skripsi dan dukungan dalam menghadapi ujian sarjana, buat teman-teman yang masih berjuang “Semangat”
xi
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran serta usulan demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, 4 Januari 2007
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN MOTTO...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
ABSTRAK...vii
ABSTRACT...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR GAMBAR...xvi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Batasan Masalah ...4
C. Rumusan Masalah...4
D. Tujuan Penelitian...5
E. Manfaat Penelitian...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6
A. Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru...6
B. Jenis Kelamin ...16
C. Status Sosial Ekonomi...18
D. Kerangka Berpikir ...19
E. Hipotesis ...21
BAB III METODE PENELITIAN ...22
A. Jenis Penelitian...22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...22
xiii
D. Populasi dan Sampel ...31
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ...32
F. TeknikPengumpulan Data...33
G. Teknik Analisis Data...34
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH...38
A. Data Kelembagaan Sekolah...38
B. Sejarah Singkat Sekolah...38
C. Visi dan Misi SMU Pangudi Luhur Sedayu...39
D. Guru dan Karyawan...40
E. Tugas dan susunan Organisasi...40
F. Fasilitas...46
G. Siswa...47
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...48
A. Deskripsi Data ...48
B. Analisis Data ...54
C. Pembahasan...58
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...64
A. Kesimpulan...64
B. Keterbatasan Penelitian...65
C. Saran...65 DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kontingensi... 36
Tabel 2 Rincian Guru dan Karyawan SMU Pngudi Luhur Sedayu ... 40
Tabel 3 Siswa SMu Pangudi Luhur Sedayu... 47
Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 49
Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Status Sosial Ekonomi ... 51
Tabel 6 Sikap Responden Terhadap Profesi Guru ... 52
Tabel 7 Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin Responden………53
Tabel 8 Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Berdasarkan Status Sosial Ekonomi... 53
Tabel 9 Data Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Kelamin……….55
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Sekolah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Tiap masyarakat berkembang terus dan pendidikan dibutuhkan oleh
masyarakat untuk membantu perkembangan itu. Perkembangan berarti
meneruskan dan meningkatkan serta memperbaharui apa yang dimiliki. Hal ini
tentu saja tidak mudah bagi masyarakat. Pendidikan menjadi instrument
masyarakat untuk mencapai itu semua, apalagi di jaman yang serba canggih ini.
Sekolah adalah lembaga kemasyarakatan yang didirikan khusus untuk
melakukan kegiatan pendidikan. Tujuan kegiatan pendidikan membantu siswa
mengembangkan pengetahuan, pengertian, keterampilan, sikap agar dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Di sini siswa dituntut untuk menjadi lebih dewasa dan lebih
mandiri.
Dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan ataupun sikap
kedewasaan dan kemandirian dari seorang siswa diperlukan seorang guru, di
mana peran guru sangat berarti bagi perkembangan seorang siswa. Di sini guru
tidak hanya mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan tetapi juga mengajarkan
berperilaku yang baik. Maka dari itu guru sebagai pendidik ataupun pengajar
merupakan prasarana untuk mencapai kesuksesan dalam setiap usaha pendidikan.
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak
bahwa guru mempunyai peranan yang cukup besar dalam membentuk dan
mengembangkan suatu masyarakat atau bangsa. Dari segi pembelajaran, peranan
guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan dan tidak dapat digantikan
sekalipun teknologi dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sangat pesat
berkembang. Hal ini disebabkan karena proses pendidikan atau proses
pembelajaran yang diperankan oleh guru yang menyangkut pembinaan sifat
mental ma nusia bersifat unik.
Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruangan kelas, tetapi juga
diperlukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan aneka permasalahan yang
dihadapi. Masyarakat menempatkan guru pada kedudukan yang tinggi, yaitu di
depan memberi teladan, di tengah-tengah membangun serta di belakang
memberikan dorongan dan motivasi. Kedudukan seperti ini merupakan tantangan
untuk mengembangkan prestasi bukan saja di depan kelas, tidak saja di
batas-batas pagar sekolah, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat. (Nana Soedarsono,
Suara Daerah, No. 185.1986)
Pada saat guru memperbaiki citra profesinya yang semakin terpuruk, ada
sebagian kecil oknum guru yang melanggar atau menyimpang dari kode etiknya.
Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi,
mabuk-mabukkan, pelanggaran seks, korupsi bahkan beberapa waktu lalu ada
seorang guru olahraga menyiksa anak didiknya. Jika ini semua dilakukan seorang
pendidik (guru) ini dianggap sangat serius. Anehnya kesalahan-kesalahan sekecil
apapun yang diperbuat guru mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat.
bahwa guru seyogyanya menjadi panutan bagi masyarkat di sekitarnya. Di mana
dan kapan saja guru akan selalu dipandang sebagai guru yang harus
memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat.
Pandangan tentang citra guru sebagai orang yang wajib digugu (dipatuhi)
dan ditiru (diteladani) tanpa reserve perlu diragukan ketepatannya. Konsep
keguruan yang klasik tersebut mengandalkan pribadi guru serta perbuatan
keguruannya adalah tanpa cela, sehingga pantas hadir sebagai manusia yang
pantas dipatuhi. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan karena sedikit anak didik
yang menghormati seorang guru. Jadi citra guru wajib ditiru dan digugu tanpa
reserve tersebut perlu disikapi secara kritis dan realistis. Benarlah bahwa guru
dituntut menjadi teladan bagi siswa dan orang-orang di sekelilingnya, tetapi guru
adalah orang yang tidak bebas dari cela dan kelemahan. Citra guru yang sempurna
dan ideal, selamanya tetap merupakan cita-cita (Samana, 1994: 25).
Tinggi rendahnya citra suatu profesi guru di mata masyarakat biasanya
berkaitan erat dengan status sosial ekonomi pemegang profesi yang bersangkutan.
Pada saat pra-kemerdekaan, status sosial ekonomi profesi guru cukup tinggi.
Mereka mendapat imbalan jasa yang memadai untuk hidup sejahtera bersama
keluarganya. Pada saat ini rendahnya status sosial ekonomi profesi guru ikut
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan merosotnya citra profesi guru di
Indonesia. Contoh saja jika itu adalah guru pembantu, gajinya tidak bisa
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Ini juga ditunjukkan dengan sikap anak didik yang tidak bisa menghormati
guru sebagai orang yang mendidiknya. Anak didik sering menganggap guru
cukup kritis membuat guru lebih banyak beban yang diemban walau terkadang
pengorbanan guru hanya dipandang sebelah mata oleh siswa. Apalagi jika sudah
lulus maka jasa para guru pun dilupakan. Keadaan seperti ini cukup
memperhatinkan bagi seorang pendidik (guru).
Setelah melihat fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui secara nyata, jelas, secara dekat kenyataan sebenarnya mengenai
perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru. Dari perbedaan sikap siswa baik
yang positif maupun negatif terhadap profesi guru akan berpengaruh pada diri
siswa yaitu akan membangkitkan atau justru melemahkan tugas mulianya dalam
dunia pendidikan.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan pada
perbedaan sikap siswa SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi guru.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi
guru?
2. Apakah ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU
terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin?
3. Apakah ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap
profesi guru.
2. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa SMU ANGUDI LUHUR SEDAYU
terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin.
3. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR
SEDAYU terhadap profesi guru berdasarkan status sosial ekonomi orang tua.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Sebagai masukan untuk lebih mengenal, mengetahui, dan menghargai profesi
guru di SMU.
2. Bagi Penulis
Dengan mengadakan penelitian ini maka memperoleh pengalaman lapangan
yang sesungguhnya dan dapat mempraktekkan teori-teori yang diperoleh di
bangku kuliah untuk menyelesaikan penelitian ini.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan USD dan sebagai acuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru
1. Sikap
Sampai saat ini cukup banyak pengertian mengenai sikap yang telah
diberikan oleh para ahli, masing- masing ahli mempunyai pandangan atau
pendapat yang berbeda dengan pandangan atau pendapat ahli lain walaupun
tidak bertentangan satu dengan yang lainnya.
Sikap merupakan pencerminan atau keyakinan seseorang (subjek)
mengenai objek itu dan yang sedikit banyak bersifat ajeg, sehingga dengan
demikian adanya sifat keajegan dari tingkah laku orang ya ng bersangkutan,
karena tingkah laku tersebut merupakan pencerminan sikap orang itu.
Menurut Berkowtz seperti yang dikutip Azwar (1997: 4-5) sikap adalah
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Secara lebih
spesifik, memformulasikan sikap sebagai “derajat afek positif atau afek
negatif terhadap suatu objek psikologis”.
Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,
yaitu (Bimo, 1994: 110).
a. Komponen Kognitif (komponen konseptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.
b. Komponen Afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang terhadap obyek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal
yang negatif. Komponen ini menunjuk arah sikap, yaitu positif atau
negatif.
c. Komponen Konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut (Effendy, Onong Uchjana
(1983: 92) :
a. Sikap bukan pembawaan manusia sejak dilahirkan, melainkan terbentuk
selama perkembangannya, sebagai akibat hubungan dengan objek-objek di
lingkungannya.
b. Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang dengan orang
lain. Karena itu, sikap adalah hasil pelajaran dari lingkungan dan dapat
dipelajari oleh lingkungan.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi
dengan suatu obyek. Objek ini tidak hanya semacam atau satu jenis
melainkan bermacam- macam sesuai dengan banyaknya objek yang
d. Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, berarti hanya cocok untuk
situasi pada waktu tertentu. Karena itu sikap dapat berubah menurut
situasi.
e. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi. Hal ini
berbeda dengan motif lapar, haus, dan sebagainya.
f. Sikap mengandung factor- faktor motivasi dan emosi. Inilah yang
membedakan sikap dengan pengetahuan yang terdapat pada seseorang.
2. Pembentukan Sikap
Sikap terbentuk dalam perkembangan individu, sehingga faktor
pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pembentukan sikap individu yang bersangkutan. Namun demikian, di antara
individu satu dengan individu yang lain terjadi hubungan timbal balik yang
turut mempengaruhi pola perilaku masing- masing individu sebagai anggota
masyarakat yang biasa disebut dengan interaksi sosial. Lebih lanjut, interaksi
sosial itu meliputi hubungan antar individu dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan psikologis di sekitarnya.
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor
yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa. Berikut ini akan
diuraikan peranan masing- masing faktor tersebut yang ikut membentuk sikap
a. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
harus melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional. Individu sebagai orang yang menerima
pengalaman, orang yang melakukan tanggapan atau penghayatan,
biasanya tidak melepaskan pengalaman yang pernah dialaminya.
Contohnya pengalaman pahit yang dialami tidak akan bisa dilupakan.
b. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan sikap individu. Kebudayaan menanamkan pola perilaku
seseorang dan memberikan corak pengalaman individu sebagai suatu
anggota masyaakat.
Menurut pendapat Burrhus Frederic Skinner (dalam Azwar,
Saifuddin, 1997) kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap pribadi seseorang. Tanpa disadari, kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang
memberi corak pengalaman individu sebagai anggota masyarakat (Azwar,
1997: 33-34)
c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar individu merupakan salah satu komponen sosial
yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Di antara orang yang biasanya
dianggap penting berpengaruh bagi individu tersebut adalah orang tua,
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi
dan berkeinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
d. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain- lain mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang sugestif yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya sikap. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh
informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam
menilai suatu hal sehingga terbentuklan arah sikap tertentu.
Faktor lain yang dapat membentuk sikap atau berubahnya sikap
dipengaruhi oleh faktor- faktor yang dapat diklasifikasikan sebaga i faktor
intern dan faktor ekstern.(Onong Uchjana E, 1983: 95)
Faktor intern, yang dapat berpengaruh kepada pembentukan dan
perubahan sikap adalah hal-hal yang terdapat dalam diri seseorang, antara
lain adalah selektivitas seseorang dalam merespon obyek-obyek yang
terdapat di luar dirinya atau lingkungannya. Sikap itentukan pula oleh
Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh pada pembentukan dan
perubahan sikap adalah orang-orang, hal-hal, peristiwa-peristiwa sebagai
obyek ke arah mana sikap itu tertuju.
Sikap dapat dibentuk dan dirubah dalam dua situasi yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: (Onong Uchjana E, 1983: 95-97)
1. Situasi interaksi kelompok
Dalam interaksi kelompok hubungan antara seseorang dengan
orang lain berlangsung secara timbal balik. Interaksi antara seseorang
dengan orang lain itu dapat terjadi dalam suatu kelompok , dalam arti kata
yang keduanya merupakan sama-sama anggota sebuah kelompok, bisa
juga terjadi antara seseorang dari kelompok yang satu dengan orang lain
dari kelompok yang lain.
Perubahan sikap dapat terjadi atau disebabkan oleh pergeseran
kelompok referensi, adalah kelompok yang mempunyai norma-norma,
nilai- nilai sosial, kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku, dan hal lain yang
dianggap paling sesuai oleh seseorang untuk dijadikan pegangan dan
pedoman hidupnya. Sebagai tandingan dari kelompok referensi adalah
kelompok keanggotaan, yakni kelompok dimana seseorang secara
“formal” menjadi anggotanya.
2. Situasi komunikasi bermedia
Pembentukan dan perubahan sikap dapat pula terjadi dalam situasi
berkomunikasi dengan menggunakan media, terutama media massa.
Media komunikasi yang ampuh dalam merubah sikap antara lain adalah
Perubahan sikap ditentukan juga oleh beberapa hal yaitu:
a. Faktor Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan pesan
komunikasi pada orang lain. Komunikator ini dapat merubah sikap
seseorang, apabila merupakan pusat kredibilitas, artinya orang yang mendapat kepercayaan penuh dari khalayak. Bagaimanapun juga penting
atau benarnya pesan yang di komunikasikan, apabila komunikatornya
merupakan orang yang tidak bisa di percaya maka ia tidak akan dapat
merubah sikap orang lain.
b. Faktor Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi merupakan faktor lain dalam situasi
komunikasi bermedia yang berpengaruh kepada perubahan sikap. Pesan
harus menyangkut kepentingan seseorang dan sesuai dengan kerangka
referensi komunikan.
c. Faktor Media Komunikasi
Media komunikasi, yakni media massa, seperti surat kabar,
majalah, radio, televisi dan film bersifat satu arah. Tiap orang akan
berbeda menangkap suatu pesan ketika ia menerima pesan dari berbagai
jenis media itu. Misal seseorang akan berbeda sewaktu ia membaca surat
kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi atau film.
Khayalak sebagai sasaran komunikasi massa terdiri dari
individu- individu yang selain heterogen, juga anonim bagi komunikator
dan media. Dalam heteroginitasnya itu khalayak bersifat selektif,
masing-masing akan memilih, baik medianya sendiri maupun pesan-pesan yang
disediakan medium yang dipilihnya itu.
3. Profesi Guru
a. Guru sebagai profesi
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian yang khas dari para anggotanya. Keahlian yang khas tersebut
tentunya tidak dimiliki oleh suatu proses profesionalisme dalam program
pendidikan dan pelatihan yang terencana, begitu pula dengan profesi
kependidikan.
Amstrong mengemukakan bahwa tanggung jawab guru dibagi dalam
lima kategori, yaitu : tanggung jawab dalam pengajaran, tanggung jawab
dalam memberikan bimbingan, tanggung jawab dalam pengembangan
kurikulum, tanggung jawab dalam mengembangkan profesi, tanggung
jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini dituntut
memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di
samping menguasai ilmu dan bahan yang diajarkan kepada siswa. Guru
penguasaan ilmu pengetahuannya karena ilmu pengetahuan sangat
menentukan hasil belajar serta prestasi yang dicapai oleh siswa.
Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas,
memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang
dihadapi. Tugas ini juga merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya
berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut
pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai- nilai siswa.
Setiap siswa merupakan pribadi yang unik. Setiap siswa mempunyai
ciri, sifat bawaan, latar belakang kehidupan, minat, kemampuan dan
motivasi yang berbeda-beda. Di sinilah peran guru sebagai pembimbing
yang dapat menolong siswa agar mampu menolong siswa dalam setiap
masalah yang dihadapi.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga,
meningkatkan tugas serta tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu
guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya
dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat
berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian
dari masyarakat. Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial
baik dengan murid-muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan
anggota masyarakat di lingkungannya. Misi yang diemban guru adalah
Sedangkan menurut pendapat B.J. Chandler (dalam Sahertian, 1994:
27-28) menegaskan bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yang
memiliki kekhususan. Kekhususan itu merupakan kelengkapan mengajar
dan atau keterampilan yang menggambarkan seseorang melakukan tugas
mengajar, yaitu membimbing manusia. Apalagi dilihat dari ciri-ciri
keprofesian, profesi guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan pribadi.
2. Mempunyai status tinggi.
3. Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar dan
mendidik)
4. Memiliki kegiatan intelektual.
5. Memiliki hak untuk memperoleh standart kualitas profesional.
6. Memiliki kode etik yang ditentukan organisasi profesi.
Lebih jauh dikemukakan profesionalisme dibidang pendidikan mendapat
pengakuan karena tiga alasan. (Supeno, 1995: 28-29)
Pertama, laporan pekerjaan keguruan atau kependidikan bukan
merupakan suatu laporan kerja rutin yang dapat dilakukan karena
pengulangan atau kebiasaan. Lapangan kerja ini pun tidak dapat
dilaksanakan berdasarkan amartirisme, lebih- lebih dengan calon atau trial and errors. Lapangan kerja ini memerlukan perencanaan yang mantap, suatu manajemen yang memperhitungkan komponen-komponen
sistemnya.
Kedua, lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori
yang akan memberi konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan
Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan
yang lama berupa pendidikan dasar (basic education) untuk taraf sarjana ditambah pendidikan profesional.
b. Hakekat Guru Pendidik dan Pengajar
Menurut pendapat Sahertian (1994: 8-10) guru adalah pembimbing,
pengajar, dan pelatih. Lebih jauh dijelaskan bahwa guru sebagai pengajar
dan pelatih (pendidik), maksudnya adalah guru tersebut menyampaikan
materi pelajaran atau mengkomunikasikan pesan-pesan. Guru tidak hanya
menyampaikan materi pelajaran, tetapi harus menanamkan konsep
berpikir melalui pelajaran yang diberikan.
Guru sebagai pembimbing maksudnya adalah setiap subjek
mempunyai pribadi yang unik. Guru pada saat mengajar bertindak sebagai
pembimbing yang dapat menolong siswa agar mampu menolong dirinya
sendiri. Guru sebagai contoh maksudnya dalam relasi interpersonal antara
guru dan subjek didik tercipta situasi yang memungkinkan subjek didik
dapat belajar menerapkan nilai- nilai yang dapat dijadikan bahan
pembentukan pribadi siswa.
B. Jenis Kelamin
Jenis kelamin (Gilarso, 1996: 17-19) yang dimaksud adalah siswa laki- laki
dan perempuan secara psikologis dan fisiologis ternyata laki- laki dan perempuan
mempunyai perkembangan yang berbeda. Dari perbedaan jenis kelamin siswa,
berbeda pula dalam hal cara berpikir, perhatian, perasaan, bakat-bakat,
kelamin yang berbeda antara laki- laki dan perempuan. Keadaan fisik dan
psikologi ini yang dapat mempengaruhi perbedaan sikap antara siswa laki- laki
dan siswa perempuan terhadap profesi guru.
Jika dilihat dari pemikiran/pandangan tentang cara atau sikap yang berbeda
antara laki- laki dan perempuan, guru akan lebih cocok untuk perempuan, karena
perempuan akan tampak lebih luwes, sifatnya yang sabar, keibuan dan feminim,
sehingga perempuan akan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun
masalah- masalah yang dihadapi oleh anak didik mereka.
Faktor lainnya adalah karena perempuan dapat menjadi guru sambil
menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Dengan begitu anak didik akan
merasa lebih dekat, mudah berkomunikasi dengan ibunya dan jika di sekolah
dengan gurunya. Siswa akan lebih terbuka dalam hal ini.
Ini akan berbeda jika guru itu seorang laki- laki, profesi guru kurang cocok
bagi laki- laki. Siswa akan enggan dan tidak bisa terbuka karena laki- laki dianggap
kurang peka, sosok laki- laki yang identik kasar, galak akan mengurangi
keterbukaan siswa dan dalam hal pendampingan belajar maupun dalam setiap
pembimbingan masalah- masalah yang terjadi pada pribadi siswa.
C. Status Sosial Ekonomi
Status(Yoshep dan Ro lland, 1984: 79) adalah kedudukan dalam suatu
kelompok dan hubungannya dengan anggota lain dalam kelompok itu atau
kedudukan sesuatu kelompok berbanding dengan kelompok yang lain yang
lebih besar jumlahnya. Status ekonomi merupakan kombinasi dari status
sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu
kelompok masyarakat. Soejono Soekanto mengatakan bahwa status social
adalah tempat orang secara umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan
orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise, dan hak-hak serta
kewajibannya. (Soejono, 1992: 263).
Status sosial adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, status
merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia
(Astrid S. Susanto, 1997: 99).
Pendapat lain mengatakan status adalah tempat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok. Sedang status sosial ekonomi dimaksudkan sebagai
kedudukan social ekonomi seseorang dalam masyarakat yang meliputi unsur
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan barang berharga yang
dimiliki seseorang. (Mayor Polak, 1969: 162)
2. Indikator Status Sosial
a) Jenis Pekerjaan
Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan atau penghasilan antara
lain guru, buruh, petani, wiraswasta, pegawai swasta, dan lain- lain.
Yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil
dicapai orang tua, dalam hal ini adalah jenjang pendidikan formal yakni
SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Makin tinggi jenjang pendidikan
orang tua siswa membuat cara berpikir yang berbeda tentang profesi guru.
c) Tingkat Pendapatan
Pengertian pendapatan yaitu jumlah imbalan atau keuntungan atas barang
atau jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita
memperhatikan lingkungan di sekitar kita maka akan terlihat betapa
sibuknya orang-orang bekerja, ini dilakukan untuk memperoleh
keuntungan atau imbalan.
d) Pemilikan barang berharga
Kekayaan yang diperoleh selama seseorang bekerja atau merupakan
hasil dari jerih payah orang tersebut dalam mencukupi kebutuhan akan
tempat tinggal, kendaraan, televisi, dan lain- lain (Mayor Polak,
1969:166-167)
D. Kerangka Berpikir
1. Sikap siswa terhadap profesi guru
Sikap siswa-siswi terhadap profesi guru secara tidak langsung
dipengaruhi oleh proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan cara
menginterprestasikan profesi guru melalui panca indra. Sikap siswa-siswi
terhadap profesi guru dibatasi oleh dua nilai positif dan nilai negatif. Di mana
sikap positif siswa terhadap profesi guru ditunjukkan dengan sikap yang
menghormati, menghargai, memandang bahwa profesi guru itu baik dan
dengan sikap yang merendahkan suatu profesi guru, mencemooh dan
meremehkannya. Sikap ini ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari
kuesioner.
2. Perbedaan antara jenis kelamin dengan sikap siswa terhadap profesi
guru
Jenis kelamin yang dimaksud di sini adalah siswa pria dan siswa wanita.
Alasan penulis meneliti perbedaan antara siswa pria dan siswa wanita karena
berdasarkan perkembangan fisiologi dan psikologi ternyata wanita dan pria
mempunyai perkembangan yang berbeda. Ini ditunjukkan dengan cara
berpikir, cara pandang yang berbeda sehingga berbeda pula cara pandang
mereka tentang profesi guru.
3. Perbedaan antara status sosial ekonomi orang tua dengan sikap terhadap
profesi guru
Negara demokrasi seperti Indonesia tidak membenarkan adanya
pembedaan golongan sosial ekonomi dalam masyarakat. Dalam kenyataan
tidak dapat disangkal adanya perbedaan social ekonomi yang tampak dari
sikap orang miskin terhadap orang kaya, pembantu terhadap majikan, pegawai
rendah terhadap atasan. Perbedaan ini nyata dalam simbol-simbol status
seperti mobil mewah, rumah mewah, dan lain- lain. Suka atau tidak suka
perbedaan status sosial ekonomi, terdapat dimana- mana sepanjang masa,
walaupun sering perbedaan tidak selalu menyolok.
Perbedaan status sosial ekonomi orang tua akan mempengaruhi
sekitarnya. Hal ini dapat memunculkan suatu konsekuensi logis bahwa siswa
di mana orang tuanya memiliki status sosial ekonomi yang rendah biasanya
memiliki sikap yang positif terhadap profesi guru merupakan yang terhormat.
Sebaliknya siswa di mana orang tuanya memiliki status sosial ekonomi yang
tinggi, cenderung memiliki sikap negatif terhadap profesi guru tidak dapat
menjamin kehidupannya berkaitan dengan gajinya yang pas-pasan utnuk
hidup sehari- hari. Orang tua siswa akan memilihkan pekerjaan yang layak
bagi anaknya, karena pandangan tentang profesi guru yang tidak bisa
membuat masa depan mereka terjamin, maka dari itu profesi guru hanya
diminati oleh mereka yang dari keluarga sederhana/status sosial ekonomi yang
rendah.
E. Hipotesis
Dari uraian kerangka teori di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
1. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap
profesi guru.
2. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap
profesi guru ditinjau dari jenis kelamin
3. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Dilihat dari cara dan pembahasannya, penelitian ini tergolong penelitian
deskriptif, yang hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah
dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya sekedar mengungkapkan
fakta.
2. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan penulis adalah studi kasus, yaitu
jenis penelitian tentang subjek tertentu di mana subjek tersebut terbatas, maka
kesimpulannya ya ng diperoleh hanya berlaku terbatas pada subjek yang
diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil tempat penelitian di SMU
PANGUDI LUHUR SEDAYU ARGOSARI BANTUL Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Dari Mei sampai Juni 2006.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa yang akan diminati informasi atau siswa
yang menjadi sumber informasi. Subjek penelitian di sini adalah siswa kelas II.
Alasan penulis memilih sampel kelas II karena :
a. Siswa kelas II telah menempuh waktu belajar yang relatif cukup lama
dibandingkan kelas I serta lebih lama berinteraksi dengan guru sehingga
diharapkan telah terbentuk kesan yang mendalam terhadap profesi guru.
b. Siswa kelas II belum terbebani seperti kelas III yang akan segera menghadapi
EBTANAS
c. Siswa kelas II sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya
dibandingkan dengan kelas I yang masih dalam proses penyesuaian dari SMP
ke SMU.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unsur- unsur yang memiliki satu atau
beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah siswa SMU kelas II SMU PANGUDI LUHUR
SEDAYU,Argosari Bantul Yogyakarta.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana, 1996: 161). Dalam penelitian ini,
pengambilan sampel berjumlah 79 siswa/responden dilakukan dengan
menggunakan teknik sample random sampling yang dikenal juga dengan nama sampling acak sederhana. Teknik sample random sampling adalah suatu
teknik pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama
sederhana dilakukan dengan cara melotre semua populasi. Semua subjek yang
termasuk dalam populasi mempunyai hak untuk dijadikan anggota sampel.
Masing- masing subjek diberi nomor urut sesuai nomor induk siswa.
Kemudian ditulis pada kertas dan digulung. Kertas gulungan yang sudah
berisis nomor-nomor subjek dimasukkan ke dalam tempolong dan dikocok.
Setelah dikocok, sejumlah gulungan kertas diambil sesuai dengan jumlah
sampel yang direncanakan.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Dalam bagian ini yang akan didefinisikan yaitu profesi guru, sikap
siswa-siswi, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi orang tua :
1. Profesi guru adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan. Kekhususan
itu memerlukan kelengkapan mengajar dan keterampilan yang
menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar yaitu
membimbing manusia. Profesi guru diukur berdasarkan ha sil kuesioner yang
telah diisi oleh siswa. Ada dua hal yang dialami oleh profesi guru yaitu
hal-hal yang menguntungkan (pernyataan bernilai positif) atau hal-hal-hal-hal yang
merugikan (pernyataan yang negatif).
2. Sikap siswa-siswi SLTA terhadap profesi guru secara tidak langsung
dipengaruhi oleh proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan cara
menginterpretasikan profesi guru melalui panca inderanya. Sikap siswa-siswi
terhadap profesi guru dibatasi oleh dua nilai yaitu nilai positif dan nilai
kuesioner. Pemahaman, tanggapan, pandangan, atau kesan terhadap profesi
guru ini dinyatakan dengan pernyataan sangat setuju, setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju. Alternatif jawaban untuk kuesioner menggunakan skala
pengukuran dari model likert yaitu:
a. Sangat Setuju SS
b. Setuju S
c. Tidak Setuju TS
d. Sangat Tidak Setuju STS
Alternatif jawaban tersebut memiliki skor 1-4. Untuk pernyataan positif
jawaban tersebut diberi skor:
Sangat setuju diberi skor 4
Setuju diberi skor 3
Tidak setuju diberi skor 2
Sangat tidak setuju diberi skor 1
Untuk pernyataan negatif jawaban tersebut diberi skor:
Sangat setuju diberi skor 1
Setuju diberi skor 2
Tidak setuju diberi skor 3
Sangat tidak setuju diberi skor 4
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin siswa adalah perbedaan fisik, sifat dan karakter siswa laki- laki
Laki- laki diberi skor 1
Perempuan diberi skor 2
4. Tingkat status sosial ekonomi orang tua siswa adalah kemampuan finansial
orang tua siswa dan perlengkapan material yang dimiliki siswa yang terbagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Adanya prebedaan status sosial ekonomi karena pengaruh dari perbedaan:
a. Jenis Pekerjaan.
Yang dimaksud jenis pekerjaan adalah: suatu bentuk kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh penghasilan. Di mana jenis pekerjaan antara orang
tua siswa sudah tentu berbeda-beda, kalaupun ada yang sama tidak mungkin
semuanya.
b. Pendapatan.
Pengertian pendapatan yaitu jumlah imbalan atau keuntungan atas barang dan
jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita memperhatikan
lingkungan di sekitar kita maka akan terlihat betapa sibuk orang-orang bekerja,
ini dilakukan agar memperoleh keuntungan atau imbalan.
Untuk menetapkan posisi orang tua siswa ke dalam jenjang status sosial
ekonomi, penulis memakai acuan atau indikator sebagai berikut:
a. Pendidikan ayah atau wali laki- laki terakhir:
1. Tidak tamat SD 0
2. Tamat SD 1
3. Tamat SLTP 2
4. Tamat SLTA 3
5. Tamat Perguruan Tinggi 4
b. Pendidikan ibu atau wali perempuan terakhir:
1. Tidak Tamat SD 0
2. Tamat SD 1
3. Tamat SLTP 2
4. Tamat SLTA 3
5. Tamat Perguruan Tinggi 4
2. Indikator pekerjaan orang tua siswa
a. Pekerjaan ayah atau wali laki- laki anda:
1. Tidak Bekerja 0
2. Buruh 1
3. Petani 2
4. Wiraswasta 3
5. Pegawai Swasta 4
6. Pegawai Negeri 5
b. Pekerjaan ibu atau wali perempuan anda:
2. Buruh 1
3. Petani 2
4. Wiraswasta 3
5. Pegawai Swasta 4
6. Pegawai Negeri 5
3. Indikator penghasilan orang tua siswa
a.Berapa penghasilan yang diperoleh ayah atau ibu atau wali laki- laki
dan perempuan anda perbulan:
1. Di bawah Rp 200.000,- 1
2. Antara Rp 200.000,- 2
3. Antara Rp.351.000,- sampai Rp.500.000,- 3
4. Antara Rp.501.000,- sampai Rp.800.000,- 4
5. Di atas Rp.800.000,- 5
b. Berapa penghasilan tambahan atau sambilan ayah atau ibu atau wali
laki- laki dan perempuan anda perbulan:
1. Tidak Berpenghasilan 0
2. Di bawah Rp.150.000,- 1
3. Antara Rp.150.000,- sampai Rp.250.000,- 2
4. Antara Rp.251.000,- sampai Rp.400.000,- 3
5. Antara RP.401.000,- sampai Rp.600.000,- 4
4.Indikator rumah dan kekayaan orang tua siswa
a. Apakah orang tua atau wali anda mempunyai rumah sendiri:
1. Tidak 0
2. Ya 1
b. Bagaimana dinding rumah tempat tinggal orang tua atau wali anda:
1. Dari Bambu 1
2. Dari Papan 2
3. Setengah tembok 3
4. Seluruhnya Tembok 4
c. Bagaimana lantai rumah tempat tinggal orang tua atau wali anda:
1. Dari Tanah 1
2. Dari Kayu 2
3. Dari Semen 3
4. Dari Tegel atau Keramik 4
d. Apakah orang tua atau wali anda memiliki
1. Radio
a. Tidak 0
b. Ya 1
2. Televisi
a. Tidak 0
b. Ya 1
a. Tidak 0
b. Ya 1
4. Telepon atau Handphone
a. Tidak 0
b. Ya 1
5. Mobil Pribadi
a. Tidak 0
b. Ya 1
Untuk mengukur atau menghitung variabel status ekonomi orang tua siswa
adalah tinggi, sedang, rendah dengan cara:
a. Menjumlahkan skor responden yang dijadikan sampel.
b. Mencari Rata-rata (mean) dan Simpangan baku (standar deviasi).
c. Menentukan Batas Kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok Tinggi.
Semua skor siswa yang mempunyai M+ 1 SD ke atas.
2. Kelompok Sedang.
Semua skor siswa yang mempunyai skor antara M+ 1 SD dan M- 1
SD.
3. Kelompok Rendah.
Semua skor siswa yang mempunyai skor kurang dari M- 1 SD
Rumus untuk mencari Mean adalah : (Nugroho, 1993 : 73)
X :
Keterangan :
X : dibaca X bar merupakan notasi dari rata-rata S : dibaca sigma yang berarti jumlah
X: nilai data dari Xi…………sampai Xn
N: jumlah kejadian atau jumlah frekuensi
Rumus untuk mencari standar deviasi ( Nugroho, 1993: 143)
S :
) (
) ( 2
2
N x N
x Σ
− Σ
Keterangan:
S: standar deviasi
X: Nilai data
N: jumlah frekuensi
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan
teknik sebagai berikur :
1. Kuesioner atau angket untuk responden
Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis yang
diberikan siswa sebagai responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini kuesioner yang
digunakan terbagi dalam 2 bagian yaitu :
Bagian II : berupa pertanyaan tentang persepsi responden terhadap profesi
guru.
2. Wawancara atau teknik interview
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan. Wawancara
dilakukan dengan jalan memberikan pertanyaan secara langsung kepada
kepala sekolah, guru atau staf karyawan untuk memperoleh informasi tentang
sejarah umum sekolah.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen tertulis
yang tersedia di sekolah sebagai sumber datanya, misalnya
peraturan-peraturan sekolah,jumlah siswa, jumlah guru dan segala hal yang kiranya
masih ada korelasi dengan penelitian ini.
G. Teknik Ananlisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh digunakan cara-cara sebagai berikut:
1. Pengujian Instrumen
a. Pengujian kesahihan instrumen (Validitas)
Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat
pengukuran tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan
tepat dan teliti. Jenis validitas yang digunakan adalah analisis butir,
untuk menguji validitas setiap butir maka skor-skor yang ada pada
dipandang dengan nilai X dan skor total dipandang dengan nilai Y
(Suharsini Arikunto, 1992:66)
Kevalidan atau kesahihan alat ukur tersebut diuji dengan
menggunakan perhitungan korelasi Product Moment dari Karl Pearson
dengan rumus sebagai berikut: (Suharsini Arikunto, 1992:69)
(
)
{
2 2}
{
2( )
2}
∑
∑
∑
−∑
∑
∑ ∑
− − = Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan:rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Total dari setiap item
Y = Total dari total item
N = Total Responden
Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi
dengan taraf signifikasi 5%. Apabila hasil pengukuran r menunjukkan
hasil lebih besar atau sama dengan taraf 5%, maka item tersebut
dinyatakan tidak valid.
b. Pengujian Keandalan (Reliabilitas)
Reliabilitas kuesioner adalah sejauh mana alat pengukuran
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas kuesioner
dilakukan dengan teknik belah dua yaitu teknik ganjil genap. Jenis
reliabilitas yang digunakan adalah teknik analisis bitir.
Pengujian kuesioner merupakan kelanjutan dari validitas
tadi kemudian dibagi menjadi dua yaitu item yang bernomor genap
dijadikan satu menjadi belahan kedua (Y), kemudian skor untuk
masing- masing item pada tiap belahan dijumlahkan dan dikorelasikan
pada total belahan pertama dengan skor total belahan kedua (r 1/21/2)
dengan korelasi Product Moment. Dari hasil tersebut,kita masih perlu mencari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah (r 11 ).
Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item ialah dengan
mengoreksi angka korelasi menggunakan rumus Spearman-Brown:
2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 11 r r r + = Keterangan: 11
r : angka reliabiliras keseluruhan item
r1/21/2 : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua.
Selanjutnya bila kita lihat taraf dari hasil reliabilitas untuk
keseluruhan item tanpa dibelah dan kita tetapkan taraf signifikansi 5%
Dengan syarat r 11 lebih besar dari rttabel berarti kuesioner reliabel.
c. Prasyarat Analisis
Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah
sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal
(
)
∑
=
fe fo-fe 2
2 χ
Keterangan:
2
χ : nilai Chi Kuadrat
fo : frekuensi pengamatan
fe : frekuensi pengharapan
Nilai yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai Chi
Kuadrat tabel pada taraf nyata 0,05 dengan derajat bebas k-1. Kriteria
keputusan, jika χ2 hitung < χ2 tabel maka sebaran data adalah normal.
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Untuk menguji hipotesis digunakan uji Chi-Kuadrat dengan
langkah-langkah sebagaiberikut:
1. Menentukan uji hipotesis
Ho = tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru pada
umumnya ditinjau dari jenis kelamin siswa dan status sosial
ekonomi orang tua siswa.
Ha = ada perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru pada
umumnya ditinjua darjenis kelamin dan status sosial ekonomi
orang tua siswa.
2. Setiap butir alternatife dari setiap variable diberibobot dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah. Untuk pertanyaan positif
diberi skor berturut=turut 4-1, untuk pertanyaan negatif diberi skor
tersebut, selanjutnya dijabarkan ke dalam pertanyaan yang lebih
operasional menjadi skala pengukur.
3. Mengklasifikasikan atau mengelompokkan dar yang diperoleh dari
temuan lapangan, dan untuk mempermudah perhitungan digunakan
tabel kontingensi 2 x 2 yang ditinjau dari jenis kelamin. Sedangkan
yang ditinjai dari status sosial ekonomi orang tua siswa digunakan
tabel kontingensi 2 x 3 agar mudah dibaca variable terpengaruh
diletakkan pada garis vertikal, sedangkan variable pengaruh
diletakkan pada garis horizontal.
Contoh tabel untuk mengetes perbedaan frekwensi jawaban responden.
Tabel 1 Kontingensi
Contoh kontingensi 2 x 2
Sikap Jenis kelamin jumlah
Pria % Wanita %
Positif
Negatif
Jumlah
Contoh kontingensi 2 x 3
Sikap Status Sosial Ekonomi Orang Tua Jumlah
Tinggi % Sedang % Rendah %
Positif
Negatif
4. Uji signifikasi dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat sebagai berikut: (Sudjana,
1992:285)
(
)
(
a b)(
a c)(
b d)(
c d)
satun bc ad n = + + + + − − = 2 2 2 1 χ
Untuk rumusan masalah nomor 3 digunakan rumus ( Sudjana, 1992:280)
(
Oij Eij)
EijS 2
2 = −
χ
Derajat kebebasan = (baris -1)(kolom-1)
Kemudian dengan taraf signifilasi 5% dan tingkat kepercayaan 95% kita uji hipotesis.
Kriteria pengujiaannya:
Jika χ2 statistik hitung > χ2 statistik tabel, maka Ho ditolak, berarti ada hubungan
atau ada pengaruh faktor perbedaan jenis kelamin dan status sosial ekonomi
orang tua siswa terhadap sikap siswa terhadap profesi guru.
Jika χ2 statistik hitung < χ2 statistic tabel, maka Ho diterima, berarti tidak ada
hubungan atau tidak ada pengaruh faktor perbedaan jenis kelamin dan status
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Data Kelembagaan Sekolah
1. Nama Sekolah : SMU Pangudi Luhur Sedayu
2. Alamat : Desa Argasari, Kec. Sedayu, Kab. Bantul, DIY
3. Nomor Statistik Sekolah : 302040104005
4. Berdiri sejak : 1989
5. Jenjang Akreditas : Disamakan
6. No. Kep. Akreditas : 273/C.C7/Kep/MN/99
7. Persetujuan Kanwil Diknas : 17 September 1999
8. Waktu Penyelenggaraan : Pagi hari
9. Nama Yayasan : YAYASAN PANGUDI LUHUR
10. Alamat : Jl. Dr. Sutomo 4 Semarang 50244
Telp. (024) 314004 – 317806
11. Akte Notaris : 16 Tgl 6 Oktober 1954
B. Sejarah Singkat Sekolah
SMU Pangudi Luhur Sedayu merupakan alih fungsi dari SPG Pangudi
Luhur Sedayu yang beroperasi sejak tahun 1968. Pada saat itu banyak lulusan
SMP di wilayah Sedayu banyak yang tidak mampu melanjutkan ke SLTA karena
faktor biaya dan jarak dengan kota cukup jauh.
Hal ini menjadi perhatian Pastor Paroki Sedayu L. Wirjodarmodjo, Pr untuk
mendirikan SPG St. Paulus ya ng mulai tahun 1968 dikelola oleh Yayasan
Pangudi Luhur. Dalam kurun waktu yang cukup panjang sejak berdirinya sampai
tahun 1989 SPG Pangudi Luhur telah melahirkan ribuan guru yang bekerja di
seluruh Indonesia. Mereka berkarya baik di kota-kota maupun di desa-desa
bahkan ada yang di pedalaman. Ternyata visi dan misi SPG Pangudi Luhur
tercapai yang ditandai antara lain dengan banyaknya pemuda dari keluarga miskin
dapat bekerja sebagai guru.
Dalam perkembangannya, pemerintah mengurangi SPG dan meningkatkan
pendidikan calon guru menjadi PGSD, maka SPG Pangudi Luhur Sedayu ikut
mengalami alih fungsi menjadi SMU Pangudi Luhur Sedayu sejak tahun 1989.
Alih fungsi tersebut tertuang dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 031/113/H/Kpts/1989 tanggal 25
Februari 1989.
C. Visi dan Misi SMU Pangudi Luhur Sedayu
1. Visi SMU Pangudi Luhur Sedayu
SMU Pangudi Luhur Sedayu merupakan komunitas iman yang berpusat
pada Yesus Kristus yang diimani sebagai Guru Sejati dengan ditandai
semangat persaudaraan sejati dalam rangka karya kerasulan pendidikan
dengan mendampingi kaum muda agar berkembang menjadi seorang pribadi
yang berkualitas tinggi, berwatak dan berbudi pekerti luhur dengan bekerja
2. Misi SMU Pangudi Luhur Sedayu
Mendampingi kaum muda dalam rangka mencapai cita-cita hidupnya
dilandasi semangat kristiani melalui pendidikan sekolah dengan
mengembangkan kemampuan-kemampuan peserta didik yang mengacu
kepada multiple intelegentie .
D. Guru dan Karyawan
Dalam menjalankan proses belajar SMU Pangudi Luhur Sedayu mempunyai
guru sebanyak18 orang, dibantu 8 orang karyawan dengan rincian :
Tabel 2 : Rincian guru dan karyawan SMU Pangudi Luhur Sedayu
Tetap Tidak Tetap Jumlah
DPK Yayasan Jenis Macam
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
Guru 6 1 6 1 3 1 15 3
Tata Usaha - - 3 1 - - 3 1
Pesuruh - - 3 - - - 3 1
Jumlah 6 1 12 2 3 1 21 5
E. Tugas dan Susunan Organisasi Pelaksana SMU Pangudi Luhur Sedayu
Tahun Pelajaran 2005 / 2006
1. Tugas Kepala Sekolah
a. Kepala Sekolah sebagai manajer.
b. Kepala Sekolah selaku administrator.
2. Tugas Wakasek. Urusan Kurikulum
a. Menyusun program pengajaran dan jadwal pelajaran.
b. Menyusun pembagian tugas.
c. Menyusun jadwal evaluasi belajar dan jadwal penerimaan rapor.
d. Menerapkan kriteria kenaikan kelas.
e. Menyusun pelaksanaan EBTA atau Ebtanas.
f. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran.
g. Mengupayakan buku kemajuan kelas.
h. Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran.
3. Tugas Wakasek. Urusan Kesiswaan
a. Menyusun program pembinaan kesiswaan atau OSIS.
b. Melaksanakan bimbingan, pengarahan, dan pengendalian siswa (OSIS)
dalam rangka menegakkan kedisiplinan, tata tertib sekolah dan pembinaan
iman.
c. Membina dan mengkoordinasi 6 K.
d. Memberi pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS.
e. Pembinaan pengurus OSIS dalam berorganisasi.
f. Menyusun jadwal dan program pembinaan siswa secara berkala dan
insidental.
g. Melaksanakan pemilihan siswa penerima bea siswa dan yang perlu
mendapatkan perhatian.
h. Mengadakan pemilihan siswa yang mewakili kegiatan-kegiatan luar
i. Menyusun laporan kesiswaan secara berkala.
4. Tugas Kepala Tata Usaha
Kepala Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan
sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Tugas-tugas Kepala
Tata Usaha sebagai berikut :
a. Penyusunan program tata usaha sekolah.
b. Pengelolaan keuangan sekolah.
c. Pengurusan administrasi pegawai, guru dan siswa.
d. Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha.
e. Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.
f. Mengkoordinasikan dan melaksanakan program 6 K.
g. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan secara berkala.
5. Tugas Wali Kelas
Wali kelas bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
a. Pengelolaan kelas dengan menyelenggarakan administrasi kelas.
b. Penyusunan pembuatan statistik kelas.
c. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa.
d. Pembuatan catatan khusus tentang siswa.
e. Pencatatan mutasi siswa.
6. Tugas Guru
Para Guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai
tugas melaksanakan PBM secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung
jawab seorang Guru meliputi :
a. Membuat program pengajaran, rencana kegiatan belajar mengajar tahunan
atau catur wulan.
b. Membuat dan melaksanakan persiapan mengajar.
c. Melaksanakan kegiatan penilaian.
d. Mengisi daftar nilai siswa.
e. Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar siswa.
f. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengajaran.
g. Melaksanakan kegiatan membimbing dalam kegiatan PBM.
h. Membuat alat peraga.
i. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
j. Melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam sekolah.
k. Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi
tanggungjawabnya.
l. Membuat LKS.
m. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.
n. Meneliti daftar hadir siswa.
o. Membuat alat pelajaran/alat program.
7. Tugas Guru Bimbingan Penyuluhan (BP) atau Bimbingan Karir (BK).
Guru BP/BK bertugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
a. Penyusunan program dan pelaksanaan BP atau BK.
b. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah- masalah
yang dihadapi siswa tentang kesulitan belajar.
c. Memberi layanan bimbingan penyuluhan kepada siswa agar lebih
berprestasi dalam kegiatan belajar.
d. Memberi saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh
gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan.
e. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan penyuluhan atau
bimbingan karir.
f. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi hasil belajar, praktek atau
pelaksanaan bimbingan penyuluhan.
g. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan penyuluhan atau bimbingan
karir siswa.
h. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut BP atau BK.
Untuk lebih memperjelas susunan organisasi sekolah SMU Pangudi Luhur
Sedayu, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing- masing komponen
maka dibuat struktur dasar organisasi sekolah SMU Pangudi Luhur Sedayu
GAMBAR I
(Sumber Tata Usaha SMU Pangudi Luhur Sedayu)
STRUKTUR DAS AR ORGANISASI SEKOLAH SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU
TAHUN PELAJARAN 2005 - 2006
KEPALA SEKOLAH Drs. M. Padmonegoro
NO G 11062
Wk.KS.Urs.Kesiswaan Drs. A. Sahid
130887022 Wk.KS.Urs.Kurikulum
Drs. Paena Andreas 131885448
Kepala Tata Usaha
An. Krismatuti
Para Wali Kelas
IA, IB, IC, IIA, IIB, IIC, III-IPA1, III-IPS2
Para Guru Mata Pelajaran
Para Siswa SMU Pangudi Luhur Sedayu
Koordinator BK Sr. Ellisa HK, S.Pd
46
F. Fasilitas
SMU Pangudi Luhur Sedayu memiliki fasilitas yang cukup memadai
untuk mendukung kelancaran proses belajar mengajar, fasilitas tersebut
antara lain sebaga i berikut :
1. Ruang Kelas : 9
2. Ruang Guru : 1
3. Ruang Kepala Sekolah : 1
4. Ruang Tata Usaha : 2
5. Ruang BP/BK : 1
6. Ruang UKS : 2
7. Ruang PMR : 1
8. Ruang Tonti : 1
9. Ruang Pencinta Alam : 1
10. Ruang Komputer : 1
11. Ruang Perpustakaan : 2
12. Kamar Mandi / WC : 3 unit
13. Gudang : 1
14. Ruang Parkir : 3
15. Ruang Dapur : 1
16. Kantin : 3
17. Laboratorium : 2
18. Aula : 1
20. Lapangan Bola Volly : 2
G. Siswa
Hasil penerimaan siswa, susunan kelas dan banyaknya siswa pada tahun
pelajaran 2004 / 2005 dan tahun pelajaran 2005 / 2006 SMU Pangudi Luhur
Sedayu, Bantul, Yogyakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : Jumlah siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu Tahun Pelajaran 2004
– 2005 dan Tahun Pelajaran 2005 – 2006.
Diterima Jumlah Murid Kelas NEM I II III
Jumlah Murid Tahun
Pelajar-an
Ikut
seleksi Calon
murid Ttg. Trd. Pa Pi Pa Pi Pa Pi Pa Pi
2004-05 130 120 45,5 25,8 57 63 44 48 39 46 140 157
2005-06 139 126 41,3 26,8 48 68 60 58 46 48 164 174
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini akan disajikan deskripsi data, analisis data, pengujian
hipotesis dan pembahasan terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam Bab I
Pendahuluan. Sesuai dengan topik yang diangkat penulis maka dalam analisis ini
diungkapkan siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi Guru
dan perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru berdasarkan atribut yang telah
ditentukan.
A. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian melalui kuisioner yang berhasil dikumpulkan, dapat
diketahui karakteristik dari siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu yag
menjadi sampel penelitian. Sedangkan jumlah kuisioner yang dibagikan kepada
siswa-siswi kelas II sebagai populasi sebanyak 118 buah dan semua kuisioner
dapat kembali terkumpul, dari populasi sebanyak 118 siswa-siswi kelas II SMU
Pangudi Luhur Sedayu hanya diambil 79 orang yang dijadikan sampel,
karakteristik dari siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu terdiri dari
jenis kelamin, dan status sosial ekonomi orang tua / keluarga. Berikut ini
penjelasan dari masing- masing karakteristik siswa-siswi kelas II SMU Pangudi
1. Jenis Kelamin
Tabel 4 : Distribusi responden me nurut jenis kelamin :
Jenis Kelamin Jumlah Presentase