• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua : studi kasus pada SMU Pangudi Luhur Sedayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua : studi kasus pada SMU Pangudi Luhur Sedayu."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PROFESI GURU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

ORANG TUA

Studi kasus pada SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU FR. ARY IRMAWATI

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua.

Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu, tahun ajaran 2005/2006 yang berjumlah 120 orang. Ukuran sample ditetapkan sebesar 79 orang. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah Chi-Kuadrat.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) sebagian besar responden (95%) mempunyai sikap positif terhadap profesi guru, 2) tidak terdapat perbedaan sikap siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin di mana x2hitung

(0,005) < x2tabel (3,84), maka Ho di terima, 3) tidak terdapat perbedaan sikap

(2)

viii ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF STUDENTS’ BEHAVIOR TOWARD THE PROFESSION OF TEACHER BASED ON SEX AND PARENTS’ SOCIAL

ECONOMY STATUS

A Case Study in “SMU Pangudi Luhur” Sedayu FR. ARY IRMAWATI

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The purpose of research was to know the students’ behavior in “Pangudi Luhur” Sedayu senior High School toward the profession of teacher based on the sex and parents’ social economy.

The method of collecting data used were questionnaire, interviews, and decumentation. The population of this research included all of the second grade in “Pangudi Luhur” Senior High School Sedayu, academy year of 2005/2006 by amount of 120 respondents. 79 respondents were took as samples of the research. The technique of gathering sample was random sampling. The technique of analysis data used in this research was Chi-square.

The conclusions from this research were : 1) most respondents (95%) had positive behavior toward the professions of teacher, 2) there was not any differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on sex ( x2count = 0,005 < x2table = 3,84), thus Ho was accepted, 3) there was not any

differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on the parents’ social economy status ( x2count = 0,48 < x2table = 3,48 ), thus Ho was

(3)

PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PROFESI GURU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL

EKONOMI ORANG TUA

Studi Kasus pada SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

FR. ARY IRMAWATI NIM : 001334066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

M OTTO

TUHAN DAPAT M EM BACA S ETIAP TETES AN

AIRM ATA. IA M ELIHAT HATI YAN G M EM ERLUKAN

S UKACITA. IA MEGETAHUI JALAN YAN G S UKAR

DAN MEN JEMUKAN . JAN GAN PUTUS AS A...,

KAREN A IA DEKAT.

(7)

v

H AL AM AN PE RSE M BAH AN

H asil karya berupa skripsi ini kupersembahkan pada :

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 4 Januari 2007 Penulis

(9)

vii ABSTRAK

PERBEDAAN SIKAP SISWA TERHADAP PROFESI GURU BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

ORANG TUA

Studi kasus pada SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU FR. ARY IRMAWATI

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua.

Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu, tahun ajaran 2005/2006 yang berjumlah 120 orang. Ukuran sample ditetapkan sebesar 79 orang. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah Chi-Kuadrat.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) sebagian besar responden (95%) mempunyai sikap positif terhadap profesi guru, 2) tidak terdapat perbedaan sikap siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin di mana x2hitung

(0,005) < x2tabel (3,84), maka Ho di terima, 3) tidak terdapat perbedaan sikap

(10)

viii ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF STUDENTS’ BEHAVIOR TOWARD THE PROFESSION OF TEACHER BASED ON SEX AND PARENTS’ SOCIAL

ECONOMY STATUS

A Case Study in “SMU Pangudi Luhur” Sedayu FR. ARY IRMAWATI

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The purpose of research was to know the students’ behavior in “Pangudi Luhur” Sedayu senior High School toward the profession of teacher based on the sex and parents’ social economy.

The method of collecting data used were questionnaire, interviews, and decumentation. The population of this research included all of the second grade in “Pangudi Luhur” Senior High School Sedayu, academy year of 2005/2006 by amount of 120 respondents. 79 respondents were took as samples of the research. The technique of gathering sample was random sampling. The technique of analysis data used in this research was Chi-square.

The conclusions from this research were : 1) most respondents (95%) had positive behavior toward the professions of teacher, 2) there was not any differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on sex ( x2count = 0,005 < x2table = 3,84), thus Ho was accepted, 3) there was not any

differences of students’ behavior toward the profession of teacher based on the parents’ social economy status ( x2count = 0,48 < x2table = 3,48 ), thus Ho was

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status sosial Ekonomi Orang Tua”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada :

1. Bapak T. Sarkim., M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo JR, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto P. S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi dan selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan petunjuk,pengarahan, bimbingan dalam penulisan skripsi dan dengan tulus memberikan waktu untuk bimbingan.

(12)

x

5. Bapak Markus Padmo Negoro selaku Kepala Sekolah SMU Pangudi Luhur Sedayu beserta karyawan yang telah memberikan ijin dan membantu selama melaksanakan penelitian.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi dan Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu selama menuntut ilmu di Sanata Dharma hingga selesai.

7. Ibuku yang telah memberikan dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. “AYAH” yang selalu mendampingi dan memberikan aku dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Adek-adekku yang telah memberikan dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Pakde dan Budhe beserta anak-anaknya yang selalu memberi aku semangat. 11. Rekan-rekan seperjuangan, senasib dan sepenanggungan, khususnya

mahasiswa PAK B Angkatan 2000 (Meri, Arie, Widi, Ratih, Ratna, Ria, She Bhe, Pakdhe, Danang, Indra, Sefi, Buncis dan seterusnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu) yang telah memberikan dorongan selama menyusun skripsi dan dukungan dalam menghadapi ujian sarjana, buat teman-teman yang masih berjuang “Semangat”

(13)

xi

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran serta usulan demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 4 Januari 2007

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Batasan Masalah ...4

C. Rumusan Masalah...4

D. Tujuan Penelitian...5

E. Manfaat Penelitian...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6

A. Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru...6

B. Jenis Kelamin ...16

C. Status Sosial Ekonomi...18

D. Kerangka Berpikir ...19

E. Hipotesis ...21

BAB III METODE PENELITIAN ...22

A. Jenis Penelitian...22

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...22

(15)

xiii

D. Populasi dan Sampel ...31

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ...32

F. TeknikPengumpulan Data...33

G. Teknik Analisis Data...34

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH...38

A. Data Kelembagaan Sekolah...38

B. Sejarah Singkat Sekolah...38

C. Visi dan Misi SMU Pangudi Luhur Sedayu...39

D. Guru dan Karyawan...40

E. Tugas dan susunan Organisasi...40

F. Fasilitas...46

G. Siswa...47

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...48

A. Deskripsi Data ...48

B. Analisis Data ...54

C. Pembahasan...58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...64

A. Kesimpulan...64

B. Keterbatasan Penelitian...65

C. Saran...65 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kontingensi... 36

Tabel 2 Rincian Guru dan Karyawan SMU Pngudi Luhur Sedayu ... 40

Tabel 3 Siswa SMu Pangudi Luhur Sedayu... 47

Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 49

Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Status Sosial Ekonomi ... 51

Tabel 6 Sikap Responden Terhadap Profesi Guru ... 52

Tabel 7 Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin Responden………53

Tabel 8 Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Berdasarkan Status Sosial Ekonomi... 53

Tabel 9 Data Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Kelamin……….55

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Sekolah

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Tiap masyarakat berkembang terus dan pendidikan dibutuhkan oleh

masyarakat untuk membantu perkembangan itu. Perkembangan berarti

meneruskan dan meningkatkan serta memperbaharui apa yang dimiliki. Hal ini

tentu saja tidak mudah bagi masyarakat. Pendidikan menjadi instrument

masyarakat untuk mencapai itu semua, apalagi di jaman yang serba canggih ini.

Sekolah adalah lembaga kemasyarakatan yang didirikan khusus untuk

melakukan kegiatan pendidikan. Tujuan kegiatan pendidikan membantu siswa

mengembangkan pengetahuan, pengertian, keterampilan, sikap agar dapat

menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi di bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi. Di sini siswa dituntut untuk menjadi lebih dewasa dan lebih

mandiri.

Dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan ataupun sikap

kedewasaan dan kemandirian dari seorang siswa diperlukan seorang guru, di

mana peran guru sangat berarti bagi perkembangan seorang siswa. Di sini guru

tidak hanya mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan tetapi juga mengajarkan

berperilaku yang baik. Maka dari itu guru sebagai pendidik ataupun pengajar

merupakan prasarana untuk mencapai kesuksesan dalam setiap usaha pendidikan.

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak

(19)

bahwa guru mempunyai peranan yang cukup besar dalam membentuk dan

mengembangkan suatu masyarakat atau bangsa. Dari segi pembelajaran, peranan

guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan dan tidak dapat digantikan

sekalipun teknologi dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sangat pesat

berkembang. Hal ini disebabkan karena proses pendidikan atau proses

pembelajaran yang diperankan oleh guru yang menyangkut pembinaan sifat

mental ma nusia bersifat unik.

Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruangan kelas, tetapi juga

diperlukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan aneka permasalahan yang

dihadapi. Masyarakat menempatkan guru pada kedudukan yang tinggi, yaitu di

depan memberi teladan, di tengah-tengah membangun serta di belakang

memberikan dorongan dan motivasi. Kedudukan seperti ini merupakan tantangan

untuk mengembangkan prestasi bukan saja di depan kelas, tidak saja di

batas-batas pagar sekolah, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat. (Nana Soedarsono,

Suara Daerah, No. 185.1986)

Pada saat guru memperbaiki citra profesinya yang semakin terpuruk, ada

sebagian kecil oknum guru yang melanggar atau menyimpang dari kode etiknya.

Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi,

mabuk-mabukkan, pelanggaran seks, korupsi bahkan beberapa waktu lalu ada

seorang guru olahraga menyiksa anak didiknya. Jika ini semua dilakukan seorang

pendidik (guru) ini dianggap sangat serius. Anehnya kesalahan-kesalahan sekecil

apapun yang diperbuat guru mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat.

(20)

bahwa guru seyogyanya menjadi panutan bagi masyarkat di sekitarnya. Di mana

dan kapan saja guru akan selalu dipandang sebagai guru yang harus

memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat.

Pandangan tentang citra guru sebagai orang yang wajib digugu (dipatuhi)

dan ditiru (diteladani) tanpa reserve perlu diragukan ketepatannya. Konsep

keguruan yang klasik tersebut mengandalkan pribadi guru serta perbuatan

keguruannya adalah tanpa cela, sehingga pantas hadir sebagai manusia yang

pantas dipatuhi. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan karena sedikit anak didik

yang menghormati seorang guru. Jadi citra guru wajib ditiru dan digugu tanpa

reserve tersebut perlu disikapi secara kritis dan realistis. Benarlah bahwa guru

dituntut menjadi teladan bagi siswa dan orang-orang di sekelilingnya, tetapi guru

adalah orang yang tidak bebas dari cela dan kelemahan. Citra guru yang sempurna

dan ideal, selamanya tetap merupakan cita-cita (Samana, 1994: 25).

Tinggi rendahnya citra suatu profesi guru di mata masyarakat biasanya

berkaitan erat dengan status sosial ekonomi pemegang profesi yang bersangkutan.

Pada saat pra-kemerdekaan, status sosial ekonomi profesi guru cukup tinggi.

Mereka mendapat imbalan jasa yang memadai untuk hidup sejahtera bersama

keluarganya. Pada saat ini rendahnya status sosial ekonomi profesi guru ikut

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan merosotnya citra profesi guru di

Indonesia. Contoh saja jika itu adalah guru pembantu, gajinya tidak bisa

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ini juga ditunjukkan dengan sikap anak didik yang tidak bisa menghormati

guru sebagai orang yang mendidiknya. Anak didik sering menganggap guru

(21)

cukup kritis membuat guru lebih banyak beban yang diemban walau terkadang

pengorbanan guru hanya dipandang sebelah mata oleh siswa. Apalagi jika sudah

lulus maka jasa para guru pun dilupakan. Keadaan seperti ini cukup

memperhatinkan bagi seorang pendidik (guru).

Setelah melihat fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk

mengetahui secara nyata, jelas, secara dekat kenyataan sebenarnya mengenai

perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru. Dari perbedaan sikap siswa baik

yang positif maupun negatif terhadap profesi guru akan berpengaruh pada diri

siswa yaitu akan membangkitkan atau justru melemahkan tugas mulianya dalam

dunia pendidikan.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan pada

perbedaan sikap siswa SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi guru.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap profesi

guru?

2. Apakah ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU

terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin?

3. Apakah ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU

(22)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap

profesi guru.

2. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa SMU ANGUDI LUHUR SEDAYU

terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR

SEDAYU terhadap profesi guru berdasarkan status sosial ekonomi orang tua.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Sebagai masukan untuk lebih mengenal, mengetahui, dan menghargai profesi

guru di SMU.

2. Bagi Penulis

Dengan mengadakan penelitian ini maka memperoleh pengalaman lapangan

yang sesungguhnya dan dapat mempraktekkan teori-teori yang diperoleh di

bangku kuliah untuk menyelesaikan penelitian ini.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan USD dan sebagai acuan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap Siswa Terhadap Profesi Guru

1. Sikap

Sampai saat ini cukup banyak pengertian mengenai sikap yang telah

diberikan oleh para ahli, masing- masing ahli mempunyai pandangan atau

pendapat yang berbeda dengan pandangan atau pendapat ahli lain walaupun

tidak bertentangan satu dengan yang lainnya.

Sikap merupakan pencerminan atau keyakinan seseorang (subjek)

mengenai objek itu dan yang sedikit banyak bersifat ajeg, sehingga dengan

demikian adanya sifat keajegan dari tingkah laku orang ya ng bersangkutan,

karena tingkah laku tersebut merupakan pencerminan sikap orang itu.

Menurut Berkowtz seperti yang dikutip Azwar (1997: 4-5) sikap adalah

bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek

adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut. Secara lebih

spesifik, memformulasikan sikap sebagai “derajat afek positif atau afek

negatif terhadap suatu objek psikologis”.

Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,

yaitu (Bimo, 1994: 110).

(24)

a. Komponen Kognitif (komponen konseptual), yaitu komponen yang

berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yang berhubungan

dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.

b. Komponen Afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

berhubungan dengan rasa senang terhadap obyek sikap. Rasa senang

merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal

yang negatif. Komponen ini menunjuk arah sikap, yaitu positif atau

negatif.

c. Komponen Konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang

berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau

berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut (Effendy, Onong Uchjana

(1983: 92) :

a. Sikap bukan pembawaan manusia sejak dilahirkan, melainkan terbentuk

selama perkembangannya, sebagai akibat hubungan dengan objek-objek di

lingkungannya.

b. Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang dengan orang

lain. Karena itu, sikap adalah hasil pelajaran dari lingkungan dan dapat

dipelajari oleh lingkungan.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi

dengan suatu obyek. Objek ini tidak hanya semacam atau satu jenis

melainkan bermacam- macam sesuai dengan banyaknya objek yang

(25)

d. Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, berarti hanya cocok untuk

situasi pada waktu tertentu. Karena itu sikap dapat berubah menurut

situasi.

e. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi. Hal ini

berbeda dengan motif lapar, haus, dan sebagainya.

f. Sikap mengandung factor- faktor motivasi dan emosi. Inilah yang

membedakan sikap dengan pengetahuan yang terdapat pada seseorang.

2. Pembentukan Sikap

Sikap terbentuk dalam perkembangan individu, sehingga faktor

pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

pembentukan sikap individu yang bersangkutan. Namun demikian, di antara

individu satu dengan individu yang lain terjadi hubungan timbal balik yang

turut mempengaruhi pola perilaku masing- masing individu sebagai anggota

masyarakat yang biasa disebut dengan interaksi sosial. Lebih lanjut, interaksi

sosial itu meliputi hubungan antar individu dengan lingkungan fisik maupun

lingkungan psikologis di sekitarnya.

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap

tertentu terhadap berbagai objek yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor

yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa. Berikut ini akan

diuraikan peranan masing- masing faktor tersebut yang ikut membentuk sikap

(26)

a. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

harus melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional. Individu sebagai orang yang menerima

pengalaman, orang yang melakukan tanggapan atau penghayatan,

biasanya tidak melepaskan pengalaman yang pernah dialaminya.

Contohnya pengalaman pahit yang dialami tidak akan bisa dilupakan.

b. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pembentukan sikap individu. Kebudayaan menanamkan pola perilaku

seseorang dan memberikan corak pengalaman individu sebagai suatu

anggota masyaakat.

Menurut pendapat Burrhus Frederic Skinner (dalam Azwar,

Saifuddin, 1997) kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan sikap pribadi seseorang. Tanpa disadari, kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang

memberi corak pengalaman individu sebagai anggota masyarakat (Azwar,

1997: 33-34)

c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar individu merupakan salah satu komponen sosial

yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Di antara orang yang biasanya

dianggap penting berpengaruh bagi individu tersebut adalah orang tua,

(27)

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan berkeinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap

penting tersebut.

d. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain- lain mempunyai pengaruh

besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa

pula pesan-pesan yang sugestif yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif

baru bagi terbentuknya sikap. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh

informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam

menilai suatu hal sehingga terbentuklan arah sikap tertentu.

Faktor lain yang dapat membentuk sikap atau berubahnya sikap

dipengaruhi oleh faktor- faktor yang dapat diklasifikasikan sebaga i faktor

intern dan faktor ekstern.(Onong Uchjana E, 1983: 95)

Faktor intern, yang dapat berpengaruh kepada pembentukan dan

perubahan sikap adalah hal-hal yang terdapat dalam diri seseorang, antara

lain adalah selektivitas seseorang dalam merespon obyek-obyek yang

terdapat di luar dirinya atau lingkungannya. Sikap itentukan pula oleh

(28)

Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh pada pembentukan dan

perubahan sikap adalah orang-orang, hal-hal, peristiwa-peristiwa sebagai

obyek ke arah mana sikap itu tertuju.

Sikap dapat dibentuk dan dirubah dalam dua situasi yang dapat

dijelaskan sebagai berikut: (Onong Uchjana E, 1983: 95-97)

1. Situasi interaksi kelompok

Dalam interaksi kelompok hubungan antara seseorang dengan

orang lain berlangsung secara timbal balik. Interaksi antara seseorang

dengan orang lain itu dapat terjadi dalam suatu kelompok , dalam arti kata

yang keduanya merupakan sama-sama anggota sebuah kelompok, bisa

juga terjadi antara seseorang dari kelompok yang satu dengan orang lain

dari kelompok yang lain.

Perubahan sikap dapat terjadi atau disebabkan oleh pergeseran

kelompok referensi, adalah kelompok yang mempunyai norma-norma,

nilai- nilai sosial, kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku, dan hal lain yang

dianggap paling sesuai oleh seseorang untuk dijadikan pegangan dan

pedoman hidupnya. Sebagai tandingan dari kelompok referensi adalah

kelompok keanggotaan, yakni kelompok dimana seseorang secara

“formal” menjadi anggotanya.

2. Situasi komunikasi bermedia

Pembentukan dan perubahan sikap dapat pula terjadi dalam situasi

berkomunikasi dengan menggunakan media, terutama media massa.

Media komunikasi yang ampuh dalam merubah sikap antara lain adalah

(29)

Perubahan sikap ditentukan juga oleh beberapa hal yaitu:

a. Faktor Komunikator

Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan pesan

komunikasi pada orang lain. Komunikator ini dapat merubah sikap

seseorang, apabila merupakan pusat kredibilitas, artinya orang yang mendapat kepercayaan penuh dari khalayak. Bagaimanapun juga penting

atau benarnya pesan yang di komunikasikan, apabila komunikatornya

merupakan orang yang tidak bisa di percaya maka ia tidak akan dapat

merubah sikap orang lain.

b. Faktor Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi merupakan faktor lain dalam situasi

komunikasi bermedia yang berpengaruh kepada perubahan sikap. Pesan

harus menyangkut kepentingan seseorang dan sesuai dengan kerangka

referensi komunikan.

c. Faktor Media Komunikasi

Media komunikasi, yakni media massa, seperti surat kabar,

majalah, radio, televisi dan film bersifat satu arah. Tiap orang akan

berbeda menangkap suatu pesan ketika ia menerima pesan dari berbagai

jenis media itu. Misal seseorang akan berbeda sewaktu ia membaca surat

kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi atau film.

(30)

Khayalak sebagai sasaran komunikasi massa terdiri dari

individu- individu yang selain heterogen, juga anonim bagi komunikator

dan media. Dalam heteroginitasnya itu khalayak bersifat selektif,

masing-masing akan memilih, baik medianya sendiri maupun pesan-pesan yang

disediakan medium yang dipilihnya itu.

3. Profesi Guru

a. Guru sebagai profesi

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut

keahlian yang khas dari para anggotanya. Keahlian yang khas tersebut

tentunya tidak dimiliki oleh suatu proses profesionalisme dalam program

pendidikan dan pelatihan yang terencana, begitu pula dengan profesi

kependidikan.

Amstrong mengemukakan bahwa tanggung jawab guru dibagi dalam

lima kategori, yaitu : tanggung jawab dalam pengajaran, tanggung jawab

dalam memberikan bimbingan, tanggung jawab dalam pengembangan

kurikulum, tanggung jawab dalam mengembangkan profesi, tanggung

jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini dituntut

memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di

samping menguasai ilmu dan bahan yang diajarkan kepada siswa. Guru

(31)

penguasaan ilmu pengetahuannya karena ilmu pengetahuan sangat

menentukan hasil belajar serta prestasi yang dicapai oleh siswa.

Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas,

memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang

dihadapi. Tugas ini juga merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya

berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut

pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai- nilai siswa.

Setiap siswa merupakan pribadi yang unik. Setiap siswa mempunyai

ciri, sifat bawaan, latar belakang kehidupan, minat, kemampuan dan

motivasi yang berbeda-beda. Di sinilah peran guru sebagai pembimbing

yang dapat menolong siswa agar mampu menolong siswa dalam setiap

masalah yang dihadapi.

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah

tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga,

meningkatkan tugas serta tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu

guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya

dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus peka terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat

berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian

dari masyarakat. Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial

baik dengan murid-muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan

anggota masyarakat di lingkungannya. Misi yang diemban guru adalah

(32)

Sedangkan menurut pendapat B.J. Chandler (dalam Sahertian, 1994:

27-28) menegaskan bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yang

memiliki kekhususan. Kekhususan itu merupakan kelengkapan mengajar

dan atau keterampilan yang menggambarkan seseorang melakukan tugas

mengajar, yaitu membimbing manusia. Apalagi dilihat dari ciri-ciri

keprofesian, profesi guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan pribadi.

2. Mempunyai status tinggi.

3. Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar dan

mendidik)

4. Memiliki kegiatan intelektual.

5. Memiliki hak untuk memperoleh standart kualitas profesional.

6. Memiliki kode etik yang ditentukan organisasi profesi.

Lebih jauh dikemukakan profesionalisme dibidang pendidikan mendapat

pengakuan karena tiga alasan. (Supeno, 1995: 28-29)

Pertama, laporan pekerjaan keguruan atau kependidikan bukan

merupakan suatu laporan kerja rutin yang dapat dilakukan karena

pengulangan atau kebiasaan. Lapangan kerja ini pun tidak dapat

dilaksanakan berdasarkan amartirisme, lebih- lebih dengan calon atau trial and errors. Lapangan kerja ini memerlukan perencanaan yang mantap, suatu manajemen yang memperhitungkan komponen-komponen

sistemnya.

Kedua, lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori

yang akan memberi konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan

(33)

Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan

yang lama berupa pendidikan dasar (basic education) untuk taraf sarjana ditambah pendidikan profesional.

b. Hakekat Guru Pendidik dan Pengajar

Menurut pendapat Sahertian (1994: 8-10) guru adalah pembimbing,

pengajar, dan pelatih. Lebih jauh dijelaskan bahwa guru sebagai pengajar

dan pelatih (pendidik), maksudnya adalah guru tersebut menyampaikan

materi pelajaran atau mengkomunikasikan pesan-pesan. Guru tidak hanya

menyampaikan materi pelajaran, tetapi harus menanamkan konsep

berpikir melalui pelajaran yang diberikan.

Guru sebagai pembimbing maksudnya adalah setiap subjek

mempunyai pribadi yang unik. Guru pada saat mengajar bertindak sebagai

pembimbing yang dapat menolong siswa agar mampu menolong dirinya

sendiri. Guru sebagai contoh maksudnya dalam relasi interpersonal antara

guru dan subjek didik tercipta situasi yang memungkinkan subjek didik

dapat belajar menerapkan nilai- nilai yang dapat dijadikan bahan

pembentukan pribadi siswa.

B. Jenis Kelamin

Jenis kelamin (Gilarso, 1996: 17-19) yang dimaksud adalah siswa laki- laki

dan perempuan secara psikologis dan fisiologis ternyata laki- laki dan perempuan

mempunyai perkembangan yang berbeda. Dari perbedaan jenis kelamin siswa,

berbeda pula dalam hal cara berpikir, perhatian, perasaan, bakat-bakat,

(34)

kelamin yang berbeda antara laki- laki dan perempuan. Keadaan fisik dan

psikologi ini yang dapat mempengaruhi perbedaan sikap antara siswa laki- laki

dan siswa perempuan terhadap profesi guru.

Jika dilihat dari pemikiran/pandangan tentang cara atau sikap yang berbeda

antara laki- laki dan perempuan, guru akan lebih cocok untuk perempuan, karena

perempuan akan tampak lebih luwes, sifatnya yang sabar, keibuan dan feminim,

sehingga perempuan akan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun

masalah- masalah yang dihadapi oleh anak didik mereka.

Faktor lainnya adalah karena perempuan dapat menjadi guru sambil

menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Dengan begitu anak didik akan

merasa lebih dekat, mudah berkomunikasi dengan ibunya dan jika di sekolah

dengan gurunya. Siswa akan lebih terbuka dalam hal ini.

Ini akan berbeda jika guru itu seorang laki- laki, profesi guru kurang cocok

bagi laki- laki. Siswa akan enggan dan tidak bisa terbuka karena laki- laki dianggap

kurang peka, sosok laki- laki yang identik kasar, galak akan mengurangi

keterbukaan siswa dan dalam hal pendampingan belajar maupun dalam setiap

pembimbingan masalah- masalah yang terjadi pada pribadi siswa.

C. Status Sosial Ekonomi

(35)

Status(Yoshep dan Ro lland, 1984: 79) adalah kedudukan dalam suatu

kelompok dan hubungannya dengan anggota lain dalam kelompok itu atau

kedudukan sesuatu kelompok berbanding dengan kelompok yang lain yang

lebih besar jumlahnya. Status ekonomi merupakan kombinasi dari status

sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu

kelompok masyarakat. Soejono Soekanto mengatakan bahwa status social

adalah tempat orang secara umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan

orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise, dan hak-hak serta

kewajibannya. (Soejono, 1992: 263).

Status sosial adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, status

merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia

(Astrid S. Susanto, 1997: 99).

Pendapat lain mengatakan status adalah tempat atau posisi seseorang

dalam suatu kelompok. Sedang status sosial ekonomi dimaksudkan sebagai

kedudukan social ekonomi seseorang dalam masyarakat yang meliputi unsur

pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan pemilikan barang berharga yang

dimiliki seseorang. (Mayor Polak, 1969: 162)

2. Indikator Status Sosial

a) Jenis Pekerjaan

Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan atau penghasilan antara

lain guru, buruh, petani, wiraswasta, pegawai swasta, dan lain- lain.

(36)

Yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil

dicapai orang tua, dalam hal ini adalah jenjang pendidikan formal yakni

SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Makin tinggi jenjang pendidikan

orang tua siswa membuat cara berpikir yang berbeda tentang profesi guru.

c) Tingkat Pendapatan

Pengertian pendapatan yaitu jumlah imbalan atau keuntungan atas barang

atau jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita

memperhatikan lingkungan di sekitar kita maka akan terlihat betapa

sibuknya orang-orang bekerja, ini dilakukan untuk memperoleh

keuntungan atau imbalan.

d) Pemilikan barang berharga

Kekayaan yang diperoleh selama seseorang bekerja atau merupakan

hasil dari jerih payah orang tersebut dalam mencukupi kebutuhan akan

tempat tinggal, kendaraan, televisi, dan lain- lain (Mayor Polak,

1969:166-167)

D. Kerangka Berpikir

1. Sikap siswa terhadap profesi guru

Sikap siswa-siswi terhadap profesi guru secara tidak langsung

dipengaruhi oleh proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan cara

menginterprestasikan profesi guru melalui panca indra. Sikap siswa-siswi

terhadap profesi guru dibatasi oleh dua nilai positif dan nilai negatif. Di mana

sikap positif siswa terhadap profesi guru ditunjukkan dengan sikap yang

menghormati, menghargai, memandang bahwa profesi guru itu baik dan

(37)

dengan sikap yang merendahkan suatu profesi guru, mencemooh dan

meremehkannya. Sikap ini ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dari

kuesioner.

2. Perbedaan antara jenis kelamin dengan sikap siswa terhadap profesi

guru

Jenis kelamin yang dimaksud di sini adalah siswa pria dan siswa wanita.

Alasan penulis meneliti perbedaan antara siswa pria dan siswa wanita karena

berdasarkan perkembangan fisiologi dan psikologi ternyata wanita dan pria

mempunyai perkembangan yang berbeda. Ini ditunjukkan dengan cara

berpikir, cara pandang yang berbeda sehingga berbeda pula cara pandang

mereka tentang profesi guru.

3. Perbedaan antara status sosial ekonomi orang tua dengan sikap terhadap

profesi guru

Negara demokrasi seperti Indonesia tidak membenarkan adanya

pembedaan golongan sosial ekonomi dalam masyarakat. Dalam kenyataan

tidak dapat disangkal adanya perbedaan social ekonomi yang tampak dari

sikap orang miskin terhadap orang kaya, pembantu terhadap majikan, pegawai

rendah terhadap atasan. Perbedaan ini nyata dalam simbol-simbol status

seperti mobil mewah, rumah mewah, dan lain- lain. Suka atau tidak suka

perbedaan status sosial ekonomi, terdapat dimana- mana sepanjang masa,

walaupun sering perbedaan tidak selalu menyolok.

Perbedaan status sosial ekonomi orang tua akan mempengaruhi

(38)

sekitarnya. Hal ini dapat memunculkan suatu konsekuensi logis bahwa siswa

di mana orang tuanya memiliki status sosial ekonomi yang rendah biasanya

memiliki sikap yang positif terhadap profesi guru merupakan yang terhormat.

Sebaliknya siswa di mana orang tuanya memiliki status sosial ekonomi yang

tinggi, cenderung memiliki sikap negatif terhadap profesi guru tidak dapat

menjamin kehidupannya berkaitan dengan gajinya yang pas-pasan utnuk

hidup sehari- hari. Orang tua siswa akan memilihkan pekerjaan yang layak

bagi anaknya, karena pandangan tentang profesi guru yang tidak bisa

membuat masa depan mereka terjamin, maka dari itu profesi guru hanya

diminati oleh mereka yang dari keluarga sederhana/status sosial ekonomi yang

rendah.

E. Hipotesis

Dari uraian kerangka teori di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

1. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap

profesi guru.

2. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap

profesi guru ditinjau dari jenis kelamin

3. Ada perbedaan sikap siswa SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU terhadap

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Dilihat dari cara dan pembahasannya, penelitian ini tergolong penelitian

deskriptif, yang hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah

dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya sekedar mengungkapkan

fakta.

2. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan penulis adalah studi kasus, yaitu

jenis penelitian tentang subjek tertentu di mana subjek tersebut terbatas, maka

kesimpulannya ya ng diperoleh hanya berlaku terbatas pada subjek yang

diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil tempat penelitian di SMU

PANGUDI LUHUR SEDAYU ARGOSARI BANTUL Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Dari Mei sampai Juni 2006.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa yang akan diminati informasi atau siswa

yang menjadi sumber informasi. Subjek penelitian di sini adalah siswa kelas II.

Alasan penulis memilih sampel kelas II karena :

(40)

a. Siswa kelas II telah menempuh waktu belajar yang relatif cukup lama

dibandingkan kelas I serta lebih lama berinteraksi dengan guru sehingga

diharapkan telah terbentuk kesan yang mendalam terhadap profesi guru.

b. Siswa kelas II belum terbebani seperti kelas III yang akan segera menghadapi

EBTANAS

c. Siswa kelas II sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya

dibandingkan dengan kelas I yang masih dalam proses penyesuaian dari SMP

ke SMU.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unsur- unsur yang memiliki satu atau

beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah siswa SMU kelas II SMU PANGUDI LUHUR

SEDAYU,Argosari Bantul Yogyakarta.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan

menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana, 1996: 161). Dalam penelitian ini,

pengambilan sampel berjumlah 79 siswa/responden dilakukan dengan

menggunakan teknik sample random sampling yang dikenal juga dengan nama sampling acak sederhana. Teknik sample random sampling adalah suatu

teknik pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama

(41)

sederhana dilakukan dengan cara melotre semua populasi. Semua subjek yang

termasuk dalam populasi mempunyai hak untuk dijadikan anggota sampel.

Masing- masing subjek diberi nomor urut sesuai nomor induk siswa.

Kemudian ditulis pada kertas dan digulung. Kertas gulungan yang sudah

berisis nomor-nomor subjek dimasukkan ke dalam tempolong dan dikocok.

Setelah dikocok, sejumlah gulungan kertas diambil sesuai dengan jumlah

sampel yang direncanakan.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Dalam bagian ini yang akan didefinisikan yaitu profesi guru, sikap

siswa-siswi, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi orang tua :

1. Profesi guru adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan. Kekhususan

itu memerlukan kelengkapan mengajar dan keterampilan yang

menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar yaitu

membimbing manusia. Profesi guru diukur berdasarkan ha sil kuesioner yang

telah diisi oleh siswa. Ada dua hal yang dialami oleh profesi guru yaitu

hal-hal yang menguntungkan (pernyataan bernilai positif) atau hal-hal-hal-hal yang

merugikan (pernyataan yang negatif).

2. Sikap siswa-siswi SLTA terhadap profesi guru secara tidak langsung

dipengaruhi oleh proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan cara

menginterpretasikan profesi guru melalui panca inderanya. Sikap siswa-siswi

terhadap profesi guru dibatasi oleh dua nilai yaitu nilai positif dan nilai

(42)

kuesioner. Pemahaman, tanggapan, pandangan, atau kesan terhadap profesi

guru ini dinyatakan dengan pernyataan sangat setuju, setuju, tidak setuju,

sangat tidak setuju. Alternatif jawaban untuk kuesioner menggunakan skala

pengukuran dari model likert yaitu:

a. Sangat Setuju SS

b. Setuju S

c. Tidak Setuju TS

d. Sangat Tidak Setuju STS

Alternatif jawaban tersebut memiliki skor 1-4. Untuk pernyataan positif

jawaban tersebut diberi skor:

Sangat setuju diberi skor 4

Setuju diberi skor 3

Tidak setuju diberi skor 2

Sangat tidak setuju diberi skor 1

Untuk pernyataan negatif jawaban tersebut diberi skor:

Sangat setuju diberi skor 1

Setuju diberi skor 2

Tidak setuju diberi skor 3

Sangat tidak setuju diberi skor 4

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin siswa adalah perbedaan fisik, sifat dan karakter siswa laki- laki

(43)

Laki- laki diberi skor 1

Perempuan diberi skor 2

4. Tingkat status sosial ekonomi orang tua siswa adalah kemampuan finansial

orang tua siswa dan perlengkapan material yang dimiliki siswa yang terbagi

menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Tinggi

b. Sedang

c. Rendah

Adanya prebedaan status sosial ekonomi karena pengaruh dari perbedaan:

a. Jenis Pekerjaan.

Yang dimaksud jenis pekerjaan adalah: suatu bentuk kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh penghasilan. Di mana jenis pekerjaan antara orang

tua siswa sudah tentu berbeda-beda, kalaupun ada yang sama tidak mungkin

semuanya.

b. Pendapatan.

Pengertian pendapatan yaitu jumlah imbalan atau keuntungan atas barang dan

jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita memperhatikan

lingkungan di sekitar kita maka akan terlihat betapa sibuk orang-orang bekerja,

ini dilakukan agar memperoleh keuntungan atau imbalan.

Untuk menetapkan posisi orang tua siswa ke dalam jenjang status sosial

ekonomi, penulis memakai acuan atau indikator sebagai berikut:

(44)

a. Pendidikan ayah atau wali laki- laki terakhir:

1. Tidak tamat SD 0

2. Tamat SD 1

3. Tamat SLTP 2

4. Tamat SLTA 3

5. Tamat Perguruan Tinggi 4

b. Pendidikan ibu atau wali perempuan terakhir:

1. Tidak Tamat SD 0

2. Tamat SD 1

3. Tamat SLTP 2

4. Tamat SLTA 3

5. Tamat Perguruan Tinggi 4

2. Indikator pekerjaan orang tua siswa

a. Pekerjaan ayah atau wali laki- laki anda:

1. Tidak Bekerja 0

2. Buruh 1

3. Petani 2

4. Wiraswasta 3

5. Pegawai Swasta 4

6. Pegawai Negeri 5

b. Pekerjaan ibu atau wali perempuan anda:

(45)

2. Buruh 1

3. Petani 2

4. Wiraswasta 3

5. Pegawai Swasta 4

6. Pegawai Negeri 5

3. Indikator penghasilan orang tua siswa

a.Berapa penghasilan yang diperoleh ayah atau ibu atau wali laki- laki

dan perempuan anda perbulan:

1. Di bawah Rp 200.000,- 1

2. Antara Rp 200.000,- 2

3. Antara Rp.351.000,- sampai Rp.500.000,- 3

4. Antara Rp.501.000,- sampai Rp.800.000,- 4

5. Di atas Rp.800.000,- 5

b. Berapa penghasilan tambahan atau sambilan ayah atau ibu atau wali

laki- laki dan perempuan anda perbulan:

1. Tidak Berpenghasilan 0

2. Di bawah Rp.150.000,- 1

3. Antara Rp.150.000,- sampai Rp.250.000,- 2

4. Antara Rp.251.000,- sampai Rp.400.000,- 3

5. Antara RP.401.000,- sampai Rp.600.000,- 4

(46)

4.Indikator rumah dan kekayaan orang tua siswa

a. Apakah orang tua atau wali anda mempunyai rumah sendiri:

1. Tidak 0

2. Ya 1

b. Bagaimana dinding rumah tempat tinggal orang tua atau wali anda:

1. Dari Bambu 1

2. Dari Papan 2

3. Setengah tembok 3

4. Seluruhnya Tembok 4

c. Bagaimana lantai rumah tempat tinggal orang tua atau wali anda:

1. Dari Tanah 1

2. Dari Kayu 2

3. Dari Semen 3

4. Dari Tegel atau Keramik 4

d. Apakah orang tua atau wali anda memiliki

1. Radio

a. Tidak 0

b. Ya 1

2. Televisi

a. Tidak 0

b. Ya 1

(47)

a. Tidak 0

b. Ya 1

4. Telepon atau Handphone

a. Tidak 0

b. Ya 1

5. Mobil Pribadi

a. Tidak 0

b. Ya 1

Untuk mengukur atau menghitung variabel status ekonomi orang tua siswa

adalah tinggi, sedang, rendah dengan cara:

a. Menjumlahkan skor responden yang dijadikan sampel.

b. Mencari Rata-rata (mean) dan Simpangan baku (standar deviasi).

c. Menentukan Batas Kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok Tinggi.

Semua skor siswa yang mempunyai M+ 1 SD ke atas.

2. Kelompok Sedang.

Semua skor siswa yang mempunyai skor antara M+ 1 SD dan M- 1

SD.

3. Kelompok Rendah.

Semua skor siswa yang mempunyai skor kurang dari M- 1 SD

Rumus untuk mencari Mean adalah : (Nugroho, 1993 : 73)

X :

(48)

Keterangan :

X : dibaca X bar merupakan notasi dari rata-rata S : dibaca sigma yang berarti jumlah

X: nilai data dari Xi…………sampai Xn

N: jumlah kejadian atau jumlah frekuensi

Rumus untuk mencari standar deviasi ( Nugroho, 1993: 143)

S :

) (

) ( 2

2

N x N

x Σ

− Σ

Keterangan:

S: standar deviasi

X: Nilai data

N: jumlah frekuensi

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan

teknik sebagai berikur :

1. Kuesioner atau angket untuk responden

Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis yang

diberikan siswa sebagai responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini kuesioner yang

digunakan terbagi dalam 2 bagian yaitu :

(49)

Bagian II : berupa pertanyaan tentang persepsi responden terhadap profesi

guru.

2. Wawancara atau teknik interview

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan. Wawancara

dilakukan dengan jalan memberikan pertanyaan secara langsung kepada

kepala sekolah, guru atau staf karyawan untuk memperoleh informasi tentang

sejarah umum sekolah.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen tertulis

yang tersedia di sekolah sebagai sumber datanya, misalnya

peraturan-peraturan sekolah,jumlah siswa, jumlah guru dan segala hal yang kiranya

masih ada korelasi dengan penelitian ini.

G. Teknik Ananlisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh digunakan cara-cara sebagai berikut:

1. Pengujian Instrumen

a. Pengujian kesahihan instrumen (Validitas)

Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat

pengukuran tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan

tepat dan teliti. Jenis validitas yang digunakan adalah analisis butir,

untuk menguji validitas setiap butir maka skor-skor yang ada pada

(50)

dipandang dengan nilai X dan skor total dipandang dengan nilai Y

(Suharsini Arikunto, 1992:66)

Kevalidan atau kesahihan alat ukur tersebut diuji dengan

menggunakan perhitungan korelasi Product Moment dari Karl Pearson

dengan rumus sebagai berikut: (Suharsini Arikunto, 1992:69)

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

∑ ∑

− − = Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = Total dari setiap item

Y = Total dari total item

N = Total Responden

Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi

dengan taraf signifikasi 5%. Apabila hasil pengukuran r menunjukkan

hasil lebih besar atau sama dengan taraf 5%, maka item tersebut

dinyatakan tidak valid.

b. Pengujian Keandalan (Reliabilitas)

Reliabilitas kuesioner adalah sejauh mana alat pengukuran

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas kuesioner

dilakukan dengan teknik belah dua yaitu teknik ganjil genap. Jenis

reliabilitas yang digunakan adalah teknik analisis bitir.

Pengujian kuesioner merupakan kelanjutan dari validitas

(51)

tadi kemudian dibagi menjadi dua yaitu item yang bernomor genap

dijadikan satu menjadi belahan kedua (Y), kemudian skor untuk

masing- masing item pada tiap belahan dijumlahkan dan dikorelasikan

pada total belahan pertama dengan skor total belahan kedua (r 1/21/2)

dengan korelasi Product Moment. Dari hasil tersebut,kita masih perlu mencari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah (r 11 ).

Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item ialah dengan

mengoreksi angka korelasi menggunakan rumus Spearman-Brown:

2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 11 r r r + = Keterangan: 11

r : angka reliabiliras keseluruhan item

r1/21/2 : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua.

Selanjutnya bila kita lihat taraf dari hasil reliabilitas untuk

keseluruhan item tanpa dibelah dan kita tetapkan taraf signifikansi 5%

Dengan syarat r 11 lebih besar dari rttabel berarti kuesioner reliabel.

c. Prasyarat Analisis

Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah

sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal

(52)

(

)

=

fe fo-fe 2

2 χ

Keterangan:

2

χ : nilai Chi Kuadrat

fo : frekuensi pengamatan

fe : frekuensi pengharapan

Nilai yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai Chi

Kuadrat tabel pada taraf nyata 0,05 dengan derajat bebas k-1. Kriteria

keputusan, jika χ2 hitung < χ2 tabel maka sebaran data adalah normal.

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

a. Untuk menguji hipotesis digunakan uji Chi-Kuadrat dengan

langkah-langkah sebagaiberikut:

1. Menentukan uji hipotesis

Ho = tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru pada

umumnya ditinjau dari jenis kelamin siswa dan status sosial

ekonomi orang tua siswa.

Ha = ada perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru pada

umumnya ditinjua darjenis kelamin dan status sosial ekonomi

orang tua siswa.

2. Setiap butir alternatife dari setiap variable diberibobot dari yang

paling tinggi sampai yang paling rendah. Untuk pertanyaan positif

diberi skor berturut=turut 4-1, untuk pertanyaan negatif diberi skor

(53)

tersebut, selanjutnya dijabarkan ke dalam pertanyaan yang lebih

operasional menjadi skala pengukur.

3. Mengklasifikasikan atau mengelompokkan dar yang diperoleh dari

temuan lapangan, dan untuk mempermudah perhitungan digunakan

tabel kontingensi 2 x 2 yang ditinjau dari jenis kelamin. Sedangkan

yang ditinjai dari status sosial ekonomi orang tua siswa digunakan

tabel kontingensi 2 x 3 agar mudah dibaca variable terpengaruh

diletakkan pada garis vertikal, sedangkan variable pengaruh

diletakkan pada garis horizontal.

Contoh tabel untuk mengetes perbedaan frekwensi jawaban responden.

Tabel 1 Kontingensi

Contoh kontingensi 2 x 2

Sikap Jenis kelamin jumlah

Pria % Wanita %

Positif

Negatif

Jumlah

Contoh kontingensi 2 x 3

Sikap Status Sosial Ekonomi Orang Tua Jumlah

Tinggi % Sedang % Rendah %

Positif

Negatif

(54)

4. Uji signifikasi dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat sebagai berikut: (Sudjana,

1992:285)

(

)

(

a b

)(

a c

)(

b d

)(

c d

)

satu

n bc ad n = + + + + − − = 2 2 2 1 χ

Untuk rumusan masalah nomor 3 digunakan rumus ( Sudjana, 1992:280)

(

Oij Eij

)

Eij

S 2

2 = −

χ

Derajat kebebasan = (baris -1)(kolom-1)

Kemudian dengan taraf signifilasi 5% dan tingkat kepercayaan 95% kita uji hipotesis.

Kriteria pengujiaannya:

Jika χ2 statistik hitung > χ2 statistik tabel, maka Ho ditolak, berarti ada hubungan

atau ada pengaruh faktor perbedaan jenis kelamin dan status sosial ekonomi

orang tua siswa terhadap sikap siswa terhadap profesi guru.

Jika χ2 statistik hitung < χ2 statistic tabel, maka Ho diterima, berarti tidak ada

hubungan atau tidak ada pengaruh faktor perbedaan jenis kelamin dan status

(55)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Data Kelembagaan Sekolah

1. Nama Sekolah : SMU Pangudi Luhur Sedayu

2. Alamat : Desa Argasari, Kec. Sedayu, Kab. Bantul, DIY

3. Nomor Statistik Sekolah : 302040104005

4. Berdiri sejak : 1989

5. Jenjang Akreditas : Disamakan

6. No. Kep. Akreditas : 273/C.C7/Kep/MN/99

7. Persetujuan Kanwil Diknas : 17 September 1999

8. Waktu Penyelenggaraan : Pagi hari

9. Nama Yayasan : YAYASAN PANGUDI LUHUR

10. Alamat : Jl. Dr. Sutomo 4 Semarang 50244

Telp. (024) 314004 – 317806

11. Akte Notaris : 16 Tgl 6 Oktober 1954

B. Sejarah Singkat Sekolah

SMU Pangudi Luhur Sedayu merupakan alih fungsi dari SPG Pangudi

Luhur Sedayu yang beroperasi sejak tahun 1968. Pada saat itu banyak lulusan

SMP di wilayah Sedayu banyak yang tidak mampu melanjutkan ke SLTA karena

faktor biaya dan jarak dengan kota cukup jauh.

(56)

Hal ini menjadi perhatian Pastor Paroki Sedayu L. Wirjodarmodjo, Pr untuk

mendirikan SPG St. Paulus ya ng mulai tahun 1968 dikelola oleh Yayasan

Pangudi Luhur. Dalam kurun waktu yang cukup panjang sejak berdirinya sampai

tahun 1989 SPG Pangudi Luhur telah melahirkan ribuan guru yang bekerja di

seluruh Indonesia. Mereka berkarya baik di kota-kota maupun di desa-desa

bahkan ada yang di pedalaman. Ternyata visi dan misi SPG Pangudi Luhur

tercapai yang ditandai antara lain dengan banyaknya pemuda dari keluarga miskin

dapat bekerja sebagai guru.

Dalam perkembangannya, pemerintah mengurangi SPG dan meningkatkan

pendidikan calon guru menjadi PGSD, maka SPG Pangudi Luhur Sedayu ikut

mengalami alih fungsi menjadi SMU Pangudi Luhur Sedayu sejak tahun 1989.

Alih fungsi tersebut tertuang dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 031/113/H/Kpts/1989 tanggal 25

Februari 1989.

C. Visi dan Misi SMU Pangudi Luhur Sedayu

1. Visi SMU Pangudi Luhur Sedayu

SMU Pangudi Luhur Sedayu merupakan komunitas iman yang berpusat

pada Yesus Kristus yang diimani sebagai Guru Sejati dengan ditandai

semangat persaudaraan sejati dalam rangka karya kerasulan pendidikan

dengan mendampingi kaum muda agar berkembang menjadi seorang pribadi

yang berkualitas tinggi, berwatak dan berbudi pekerti luhur dengan bekerja

(57)

2. Misi SMU Pangudi Luhur Sedayu

Mendampingi kaum muda dalam rangka mencapai cita-cita hidupnya

dilandasi semangat kristiani melalui pendidikan sekolah dengan

mengembangkan kemampuan-kemampuan peserta didik yang mengacu

kepada multiple intelegentie .

D. Guru dan Karyawan

Dalam menjalankan proses belajar SMU Pangudi Luhur Sedayu mempunyai

guru sebanyak18 orang, dibantu 8 orang karyawan dengan rincian :

Tabel 2 : Rincian guru dan karyawan SMU Pangudi Luhur Sedayu

Tetap Tidak Tetap Jumlah

DPK Yayasan Jenis Macam

Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr

Guru 6 1 6 1 3 1 15 3

Tata Usaha - - 3 1 - - 3 1

Pesuruh - - 3 - - - 3 1

Jumlah 6 1 12 2 3 1 21 5

E. Tugas dan Susunan Organisasi Pelaksana SMU Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Pelajaran 2005 / 2006

1. Tugas Kepala Sekolah

a. Kepala Sekolah sebagai manajer.

b. Kepala Sekolah selaku administrator.

(58)

2. Tugas Wakasek. Urusan Kurikulum

a. Menyusun program pengajaran dan jadwal pelajaran.

b. Menyusun pembagian tugas.

c. Menyusun jadwal evaluasi belajar dan jadwal penerimaan rapor.

d. Menerapkan kriteria kenaikan kelas.

e. Menyusun pelaksanaan EBTA atau Ebtanas.

f. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran.

g. Mengupayakan buku kemajuan kelas.

h. Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran.

3. Tugas Wakasek. Urusan Kesiswaan

a. Menyusun program pembinaan kesiswaan atau OSIS.

b. Melaksanakan bimbingan, pengarahan, dan pengendalian siswa (OSIS)

dalam rangka menegakkan kedisiplinan, tata tertib sekolah dan pembinaan

iman.

c. Membina dan mengkoordinasi 6 K.

d. Memberi pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS.

e. Pembinaan pengurus OSIS dalam berorganisasi.

f. Menyusun jadwal dan program pembinaan siswa secara berkala dan

insidental.

g. Melaksanakan pemilihan siswa penerima bea siswa dan yang perlu

mendapatkan perhatian.

h. Mengadakan pemilihan siswa yang mewakili kegiatan-kegiatan luar

(59)

i. Menyusun laporan kesiswaan secara berkala.

4. Tugas Kepala Tata Usaha

Kepala Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan

sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Tugas-tugas Kepala

Tata Usaha sebagai berikut :

a. Penyusunan program tata usaha sekolah.

b. Pengelolaan keuangan sekolah.

c. Pengurusan administrasi pegawai, guru dan siswa.

d. Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha.

e. Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.

f. Mengkoordinasikan dan melaksanakan program 6 K.

g. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan secara berkala.

5. Tugas Wali Kelas

Wali kelas bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

a. Pengelolaan kelas dengan menyelenggarakan administrasi kelas.

b. Penyusunan pembuatan statistik kelas.

c. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa.

d. Pembuatan catatan khusus tentang siswa.

e. Pencatatan mutasi siswa.

(60)

6. Tugas Guru

Para Guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai

tugas melaksanakan PBM secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung

jawab seorang Guru meliputi :

a. Membuat program pengajaran, rencana kegiatan belajar mengajar tahunan

atau catur wulan.

b. Membuat dan melaksanakan persiapan mengajar.

c. Melaksanakan kegiatan penilaian.

d. Mengisi daftar nilai siswa.

e. Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar siswa.

f. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengajaran.

g. Melaksanakan kegiatan membimbing dalam kegiatan PBM.

h. Membuat alat peraga.

i. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

j. Melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam sekolah.

k. Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi

tanggungjawabnya.

l. Membuat LKS.

m. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa.

n. Meneliti daftar hadir siswa.

o. Membuat alat pelajaran/alat program.

(61)

7. Tugas Guru Bimbingan Penyuluhan (BP) atau Bimbingan Karir (BK).

Guru BP/BK bertugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

a. Penyusunan program dan pelaksanaan BP atau BK.

b. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah- masalah

yang dihadapi siswa tentang kesulitan belajar.

c. Memberi layanan bimbingan penyuluhan kepada siswa agar lebih

berprestasi dalam kegiatan belajar.

d. Memberi saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh

gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan.

e. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan penyuluhan atau

bimbingan karir.

f. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi hasil belajar, praktek atau

pelaksanaan bimbingan penyuluhan.

g. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan penyuluhan atau bimbingan

karir siswa.

h. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut BP atau BK.

Untuk lebih memperjelas susunan organisasi sekolah SMU Pangudi Luhur

Sedayu, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing- masing komponen

maka dibuat struktur dasar organisasi sekolah SMU Pangudi Luhur Sedayu

(62)

GAMBAR I

(Sumber Tata Usaha SMU Pangudi Luhur Sedayu)

STRUKTUR DAS AR ORGANISASI SEKOLAH SMU PANGUDI LUHUR SEDAYU

TAHUN PELAJARAN 2005 - 2006

KEPALA SEKOLAH Drs. M. Padmonegoro

NO G 11062

Wk.KS.Urs.Kesiswaan Drs. A. Sahid

130887022 Wk.KS.Urs.Kurikulum

Drs. Paena Andreas 131885448

Kepala Tata Usaha

An. Krismatuti

Para Wali Kelas

IA, IB, IC, IIA, IIB, IIC, III-IPA1, III-IPS2

Para Guru Mata Pelajaran

Para Siswa SMU Pangudi Luhur Sedayu

Koordinator BK Sr. Ellisa HK, S.Pd

(63)

46

F. Fasilitas

SMU Pangudi Luhur Sedayu memiliki fasilitas yang cukup memadai

untuk mendukung kelancaran proses belajar mengajar, fasilitas tersebut

antara lain sebaga i berikut :

1. Ruang Kelas : 9

2. Ruang Guru : 1

3. Ruang Kepala Sekolah : 1

4. Ruang Tata Usaha : 2

5. Ruang BP/BK : 1

6. Ruang UKS : 2

7. Ruang PMR : 1

8. Ruang Tonti : 1

9. Ruang Pencinta Alam : 1

10. Ruang Komputer : 1

11. Ruang Perpustakaan : 2

12. Kamar Mandi / WC : 3 unit

13. Gudang : 1

14. Ruang Parkir : 3

15. Ruang Dapur : 1

16. Kantin : 3

17. Laboratorium : 2

18. Aula : 1

(64)

20. Lapangan Bola Volly : 2

G. Siswa

Hasil penerimaan siswa, susunan kelas dan banyaknya siswa pada tahun

pelajaran 2004 / 2005 dan tahun pelajaran 2005 / 2006 SMU Pangudi Luhur

Sedayu, Bantul, Yogyakarta adalah sebagai berikut :

Tabel 3 : Jumlah siswa-siswi SMU Pangudi Luhur Sedayu Tahun Pelajaran 2004

– 2005 dan Tahun Pelajaran 2005 – 2006.

Diterima Jumlah Murid Kelas NEM I II III

Jumlah Murid Tahun

Pelajar-an

Ikut

seleksi Calon

murid Ttg. Trd. Pa Pi Pa Pi Pa Pi Pa Pi

2004-05 130 120 45,5 25,8 57 63 44 48 39 46 140 157

2005-06 139 126 41,3 26,8 48 68 60 58 46 48 164 174

(65)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini akan disajikan deskripsi data, analisis data, pengujian

hipotesis dan pembahasan terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam Bab I

Pendahuluan. Sesuai dengan topik yang diangkat penulis maka dalam analisis ini

diungkapkan siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu terhadap profesi Guru

dan perbedaan sikap siswa terhadap profesi guru berdasarkan atribut yang telah

ditentukan.

A. Deskripsi Data

Dari hasil penelitian melalui kuisioner yang berhasil dikumpulkan, dapat

diketahui karakteristik dari siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu yag

menjadi sampel penelitian. Sedangkan jumlah kuisioner yang dibagikan kepada

siswa-siswi kelas II sebagai populasi sebanyak 118 buah dan semua kuisioner

dapat kembali terkumpul, dari populasi sebanyak 118 siswa-siswi kelas II SMU

Pangudi Luhur Sedayu hanya diambil 79 orang yang dijadikan sampel,

karakteristik dari siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu terdiri dari

jenis kelamin, dan status sosial ekonomi orang tua / keluarga. Berikut ini

penjelasan dari masing- masing karakteristik siswa-siswi kelas II SMU Pangudi

(66)

1. Jenis Kelamin

Tabel 4 : Distribusi responden me nurut jenis kelamin :

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Gambar

Gambar 1 Struktur Organisasi Sekolah
tabel kontingensi 2 x 2 yang ditinjau dari jenis kelamin. Sedangkan
Tabel 2 : Rincian guru dan karyawan SMU Pangudi Luhur Sedayu
GAMBAR I (Sumber Tata Usaha SMU Pangudi Luhur Sedayu)
+7

Referensi

Dokumen terkait

penyelenggaraan angkutan umum, hal ini sudah diamanatkan didalam pasal 138 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan yang berbunyi: Pada

Penilaian dan penetapan angka kredit bagi Pengawas Pendidikan Agama Islam yang akan dipertimbangkan untuk naik pangkat dilakukan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu 3 (tiga)

menyatakan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Al-Qodiri Menggunakan Metode

Pemberian vitamin A, B 12 , C dan kombinasi ketiganya melalui drinking water menunjukkan hasil berbeda tidak nyata antara kontrol dan perlakuan pada tulang

Tabel ini digunakan untuk menyimpan data-data dari mata kuliah yang.. diambil mahasiswa, beserta

 Sentriol (Sentrosom), merupakan wilayah yang terdiri dari dua sentriol yang terjadi ketika pembelahan sel, dimana nantinya tiap sentriol ini akan bergerak ke

Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan seriusnya masalah yang dihadapi siswa Etnis Jawa berdasarkan jenis kelamin antara siswa laki-laki dan

Silahkan dipilih subject yang sesuai dengan Tugas Akhir. 1) Klik tanda tambah untuk dapat melihat secara detail subject yang akan dipilih. 2) kemudian silahkan klik add