• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini ( early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara ( Roesli, 2008, hal.3)

Inisiasi menyusu dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara (Ambarwati dan Eny ,2009 hal. 36).

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam didada ibu, sampai dia menyusui sendiri (Unicef, 2007; Depkes RI, 2008)

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Adapun manfaat dari inisiasi menyusu dini secara umum menurut dr. Utami Roesly adalah sebagai berikut: (1).Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian bayi karena kedinginan (Hypotermia). (2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menanggis sehingga mengurangi pemakaian energi.

(2)

(3). Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit Ibu, menelan bakteri baik dikulit Ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan. (4). Bonding (Ikatan kasih sayang) antara Ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. (5). Makna awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal. (6). Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui. (7).

Hentakan kepala bayi ke dada Ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting Ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. (8).

Bayi mendapatkan ASI kolostrum- ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga, dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusui dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan.

3. Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir a. Langkah 1: Lahirkan, keringkan dan lakukan penilaian pada bayi

Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran. Kemudian letakkan bayi di atas perut Ibu.

Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apa diperlukan resusitasi atau tidak (2 detik). Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.

Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga membantu mencari puting ibunya yang berbau sama.. Lendir cukup dilap dengan

(3)

kain bersih. Hindari isap lendir di dalam mulut atau mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki. Menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi dengan telapak tangan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat bernapas lebih baik. Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal), kemudian suntikkan intramuskular 10 UI oksitosin pada Ibu. Biarkan bayi di atas handuk atau kain bersih di perut Ibu.

b. Langkah 2: Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah Ibu. Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari jepitan pertama pada sisi Ibu. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari plasenta ibu ke bayi lebih optimal. Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem tersebut. Satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut. Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut bayi dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang berlawanan.

Letakkan bayi tengkurap di dada Ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada Ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara Ibu, tapi lebih rendah dari puting. Kemudian selimuti Ibu dan bayi dengan kain hangat

(4)

dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada Ibu paling sedikit satu jam. Mintalah Ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala Ibu untuk mempermudah kontak visual antara Ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Hindari membasuh atau menyeka payudara Ibu sebelum bayi menyusui. Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah manajemen aktif kala 3 persalinan.

c. Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting Ibu dan mulai menyusui

Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusui. Anjurkan Ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadi hipotermia.

Usahakan untuk tetap menempatkan Ibu dan bayi di ruang bersalin hingga bayi selesai menyusui. Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan puting. Bayi dan Ibu akan merasa mengantuk.

Kemudian, bayi di bungkus dengan kain bersih lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K1, dan mengoleskan salep antibiotic pada mata bayi. Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting Ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit. Jika bayi masih belum melakukan

(5)

inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam, pindahkan Ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada Ibu. Lanjutkan asuhan bayi baru lahir dan kemudian kembalikan bayi kepada Ibu untuk menyusu. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat di sentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada Ibu sampai bayi hangat kembali. Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama. Lalu tempatkan Ibu dan bayi diruangan yang sama. Letakkan kembali bayi dekat dengan Ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya.

4. Lima tahap Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1. Dalam 30 menit pertama: Stadium istirahat/ diam dalam keadaan siaga (rest/quite stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya.

Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri Ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi bagian keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu langkah awal keluagra sakinah.

2. Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau

minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara Ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu.

(6)

3. Mengeluarkan air liur

Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil

5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik.

5. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan Bayi 1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

Mengoptimalkan keadaan hormonal Ibu dan bayi. Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan : menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara Ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis dalam satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya.

(7)

2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk Ibu Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada Ibu

Oksitosin : membantu kontraksi uterus sehingga pendarahan pasca persalinan lebih rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, penting untuk kelekatan hubungan Ibu dan bayi, Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca perlainan lainnya. Prolaktin : meningkatkan produksi ASI, Membantu Ibu mengatasi stres. mengatasi stres adalah fungsi oksitosin. mendorong Ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusui dan menunda ovulasi.

3. Keuntungan menyusu dini untuk bayi :

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi. Meningkatkan kecerdasan. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas. Meningkatkan jalinan kasih sayang Ibu-bayi. Mencegah kehilangan panas. Merangsang kolostrum segera keluar

4. Keuntungan menyusu dini untuk Ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan jalinan kasih sayang Ibu-bayi. Memulai menyusui dini akan Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah.

Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi disusui. Merangsang produksi susu. Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal bayi pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.

(8)

B. Nifas

Masa nifas ( post partum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata ” Puer” yang artinya bayi dan ” Parous” yang artinya melahirkan. Masa nifas dimulai

setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlanhsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Ambarwati dan Wulandari, 2009, hlm. 1)

Masa post partum adalah waktu yang diperlukan agar organ genitalia interna ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2007, hlm. 368)

Efek oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uteri sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

C. Involusi Uteri 1. Pengertian

Involusi uteri adalah perubahan keseluruhan alat genetalia kebentuk sebelum hamil, Di mana terjadi pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperhatikan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat uterus (Saleha, 2009, hal.13 ).

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kebentuk sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati dan Wulandari, 2009, hal.73 )

(9)

2. Proses Involusi uteri

Proses involusi uteri adalah sebagai berikut:

1). Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan.

2). Atrofi jaringan, yaitu jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan berenerasi menjadi endometrium yang baru.

3). Efek oksitoksin (kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena hisapan bayi pada payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin

(10)

menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, melepaskan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi akan merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu (Ambarwati dan Wulandari, 2009, hal. 74)

3. Faktor-faktor yang dapat mengganggu involusi uterus

Uterus mempunyai peranan penting dalam proses reproduksi. Kelainan uterus, baik bawaan maupun yang diperoleh, dapat mengganggu lancarnya kehamilan, persalinan dan masa nifas. Berikut ini beberapa faktor yang dapat mengganggu involusi uterus.

a. Mioma uteri

Mioma uteri adalah salah satu faktor yang dapat mengganggu involusi uterus, bahkan berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Mioma uteri merupakan tumor uterus, di mana pertumbuhan dan perkembangannya menjadi lebih cepat karena pengaruh hormon pada masa kehamilan. Perubahan bentuknya menyebabkan rasa nyeri di perut. Komplikasi sering terjadi pada masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.

(11)

b. Endometritis

Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan tempat terjadinya lupa, permukaannya yang tidak rata dan berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus menjadi tempat tumbuhnya kuman-kuman yang menyebabkan infeksi nifas. Endometritis adalah infeksi yang sering terjadi pada masa nifas.

Yang sering terjadi akibat kuman yang masuk ke endometrium dan menempel di daerah bekas insersio plasenta. Jika terjadi infeksi nifas maka akan mengganggu involusi uterus, di mana uterus agak membesar dan disertai dengan rasa nyeri serta uterus teraba lembek.

d. Ada sisa plasenta

Proses mengecilnya uterus dapat terganggu karena tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus, sehingga tidak jarang terdapat pendarahan dan terjadi infeksi nifas.

(Sarwono, 2002, hal.702).

4. Perubahan –perubahan selama postpartum

a. Tinggi fundus uteri

Involusi uterus dari luar dapat diamati, yaitu dengan memeriksa fundus uteri Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.

Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat.

Pada hari 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 14 tinggi fundus uteri tidak

(12)

teraba. Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara pusat dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.

Involusi Uteri

Tinggi Fundus Uteri Dalam centimeter

Berat Uterus Plasenta lahir Setinggi pusat 13 cm 1000 gr 7 hari (minggu I) Pertengahan antara

pusat dan sympisis

7,5 cm 500 gr 14 hari(minggu ke

II)

Tidak teraba 5 cm 350 gr

6 minggu Normal 5 cm 60 gr

b. Lochea

Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa postpartum. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.

Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi yang dapat dilihat dari 4 tahapan sebagai berikut:

1. Lochea rubra/merah(krulenta), yaitu lochea yang muncul pada 1- 4 hari masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah

(13)

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, di dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

2. Lochea pada tahap kedua dikenal dengan lochea sanguinolenta, yaitu cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4-7 postpartum.

3. Lochea tahap ketiga dikenal dengan lochea serosa, lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7-14 postpartum.

4. lochea alba/putih pada tahap keempat. Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati.

Lochea ini berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.

c. Servik

Servik mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna servik sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil selama dilatasi, servik tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. Servik tidak berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan servik terbentuk cincin.

(14)

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum.

5. Tindak lanjut asuhan postpartum di rumah

Kunjungan I: Dilakukan 6-8 jam setelah persalinan dengan tujuan mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain dari perdarahan, rujukan bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada Ibu atau pada salah satu anggota keluarga bila terjadi pendarahan banyak, menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya hipotermi. Jika petugas kesehatan membantu persalinan, petugas harus mengawasi 2 jam pertama setelah persalinan.

Kunjungan II: Dilakukan 6 hari setelah persalinan dengan tujuan memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uteri di bawah umbilicus, tidak ada pendarahan dan tidak berbau. Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau pendarahan abnormal. Memastikan Ibu dapat cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan Ibu menyusukan bayi dengan baik, serta memberikan konseling pada Ibu mengenai asuhan pada bayi.

Kunjungan III: Dilakukan pada 2-3 minggu setelah persalinan yang bertujuan untuk memastikan involusi uteri berjalan normal. Pada kunjungan ini, tujuan kunjungan sama dengan kunjungan II.

(15)

Kunjungan IV: Dilakukan 4-6 minggu setelah persalinan, menanyakan kepada Ibu tentang penyakit yang Ibu dan bayi alami, memberikan konseling KB secara dini, kemudian memperhatikan tali pusat bayi. Memperhatikan kondisi umum bayi, membicarakan tentang pemberian asi dan memperhatikan apakah bayi menyusu dengan benar. Memberi konseling pada Ibu tentang pemberian asi ekslusif, mencatat semua hal- hal yang dianggap perlu serta jika ada yang tidak normal segera merujuk Ibu atau bayi ke puskesmas atau rumah sakit (Saleha, 2009, hal.84).

Referensi

Dokumen terkait

fashion dilihat sebagai imitasi dan diferensiasi, hal ini juga dilihat oleh sosiologis lain seperti Sumner V 1940[1906]; Tarde 1903; Toennies 1963[1887]; Veblen

Jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Surabaya Kota Surabaya, sesuai dengan

Suku Kamein, salah satu etnis Muslim di Rakhine yang diakui pemerintah Myanmar saat ini, adalah keturunan orang-orang Muslim yang bermigrasi ke Arakan pada masa ini.. Namun

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa perlakuan variasi penambahan asam sitrat pada sirup yang dihasilkan yang terbaik adalah sirup jeruk nipis dengan penambahan

Trans Metro Pekanbaru dalam memberikan pelayanan jasa transportasi terus berupaya agar pelanggan mendapatkan pelayanan yang mudah dan tepat.Salah satu faktor

Sistem Gugur Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan.. 7.2 Setiap peserta yang termasuk dalam kemitraan/KSO dilarang menjadi peserta baik secara sendiri maupun sebagai

disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang

2015, Formulasi Sediaan Pelembab Ekstrak Kering Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Bentuk Sediaan Krim, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universita Katolik