• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Singkat Merbau

Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah sangat dikenal dalam perdagangan kayu di Indonesia maupun untuk keperluan eksport yang merupakan family dari Leguminosae (Caesalpiniaceae) (Mahfudz et al. 2004).

Distribusi alami dari family ini adalah Amerika Samoa, Australia, Birma, Kamboja, India, Indonesia, Madagaskar (pada dataran rendah di bagian barat), Malaysia, Myanmar, Pulau-pulau di Pasifik, Papua Nugini, Philipina, Seychelles, Tanzania, Thailand, dan Vietnam (UNEP-WCMC). Di Indonesia sebaran Instia spp cukup luas mulai dari Sumatera sampai Papua. Namun saat ini populasinya hanya tersisa di Papua dan sebagian Maluku dan itupun terus menurun kondisinya dari waktu ke waktu (Mahfduz et al. 2006).

2.1.1 Ciri Umum Merbau (Instia spp)

Menurut Mahfduz et al. (2006) Instia spp yang lebih dikenal dengan merbau, terdiri dari Instia bijuga dan Instia palembanica, tergolong pohon raksasa dengan tinggi mencapai 40 m dan tinggi bebas cabang 30 m, serta diameter mencapai 200 cm.

Kayu merbau merupakan kayu keras dan dicirikan dengan bentuk batang agak tegak, tidak silindris sempurna, berakar papan yang rata-rata mencapai 2 m dan tebal 10 cm. Bagian kulit batang yang mati setebal 0,5 mm–10 mm (Mahfduz

et al. (2006). Anonim (2010) menyatakan kayu teras merbau berwarna kelabu

coklat atau kuning coklat sampai coklat merah cerah atau hampir hitam. Sedangkan kayu gubal berwarnaa kuning pucat sampai kuning muda.

Menurut Mahfduz et al. (2006) bahwa bentuk tajuk tidak teratur dengan penampilan yang hampir mirip bila dilihat dari kejauhan. Kulit batang Instia

(2)

palembanica mempunyai kulit agak kasar dan sering mengelupas dengan warna

coklat kemerahan. Bentuk Instia bijuga agak bulat dan ukurannya lebih kecil, sedangkan Instia palembanica agak lonjong dan lebih besar.

Instia bijuga umumnya banyak ditemui pada daerah dataran rendah

dengan tempat tumbuh tanah endapan atau berpasir agak berbatu. Instia

palembanica dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Bunga Instia spp merupakan bunga majemuk dalam bentuk malai, tangkai utama 5

cm-18 cm, dan panjang tajuk bunga 1,5 cm–2,5 cm. Buah berbentuk polong, bulat atau berbentuk agak panjang lebih kurang 8,5 cm–23 cm, lebar buah 4–8 cm, satu buah berisi 1–8 benih. Benih berbentuk bulat pipih berwarna coklat tua kemerah– merahan. Buah mekar pada bulan November–Januari dan buah tua pada bulan Mei–Agustus. Pada beberapa lokasi mempunyai waktu berbunga dan berbuah yang hampir sama (Anonimous 1976 diacu dalam Mahfduz et al. 2006).

2.1.2 Habitat Merbau

Pada umumnya Instia spp tumbuh pada tanah lembab yang kadang digenangi air dan dapat juga tumbuh pada tanah kering, tanah berpasir, tanah berbatu, baik pada tanah datar maupun tanah miring tinggi. Di Papua merbau tumbuh secara alami dengan kondisi iklim (A-D) pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian berkisar antara 0–1000 mdpl. Merbau berasosiasi dengan tumbuhan lainnya seperti Palaquium, Myristica, Pometia dan jenis lainnya (Anonimous 1976 diacu dalam Mahfduz et al. 2006).

2.2 Diameter Pohon

Menurut Simon (1996) diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Dalam mengukur diameter, yang lazim dipilih adalah diameter setinggi dada (Dbh), karena pengukurannya paling mudah dan mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter lain yang penting, seperti luas bidang dasar dan volume batang.

Keterbatasan alat membuat seringkali pengukuran keliling lebih banyak dilakukan dilapangan. Setelah data keliling (K) diperoleh kemudian dikonversi ke

(3)

diameter (D), dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran, yakni D = K/π. Pada umumnya, diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,3 m dari permukaan tanah. Diameter setinggi dada sebagai parameter yang penting, akan menjadi kurang berarti untuk pohon-pohon didaerah tropis, yang pada umumnya berbanir. Biasanya, diameter batang yang diukur pada 30 cm di atas ujung banir (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

2.3 Volume Pohon

Menurut Sutarahardja (2010), volume adalah merupakan suatu besaran tiga dimensi dari suatu benda. Besaran ini dinyatakan dalam satuan kubik yang diturunkan atau didapatkan dari setiap satuan dasar panjang. Bila panjang-panjang tersebut adalah tinggi, lebar dan ketebalan diketahui, maka volumenya dapat diketahui pula.

Secara umum, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang sering dipakai sebagai dasar penaksiran, adalah :

1. Volume tunggak, yaitu : volume yang terdiri atas akar dan pangkal pohon sampai ketinggian (tunggak) tertentu. Tinggi tunggak bervariasi dari 0,1-0,5 m tetapi sebagian besar diambil 0,3 m. Di daerah yang berbukit, tinggi tunggak dihitung sama dengan tinggi banir.

2. Volume kayu batang (Vst), yaitu : volume kayu diatas tunggak sampai permulaan tajuk. Bagian pohon yang menyusun volume kayu ini adalah batang pokok sampai percabangan pertama.

3. Volume kayu tebal (Vdk), yaitu : volume kayu diatas tunggak sampai diameter dengan kulit 7 cm. Disini tercakup batang pokok dan cabang-cabang besar.

4. Volume kayu pohon, yaitu : volume kayu yang terdapat di seluruh pohon, mulai dari volume tunggak sampai ujung pohon ranting (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

Umumnya di Indonesia volume pohon dinyatakan tanpa kulit. Secara praktis, kebanyakan volume kayu ditaksir hanya untuk bagian yang laku dijual saja (merchantable volume). Penaksiran volume tegakan pada dasarnya

(4)

merupakan penjumlahan seluruh volume pohon yang menyusun tegakan tersebut. Rumus umum volume kayu individu pohon didasarkan pada rumus silinder. Tetapi, karena bentuk pohon tidak persis seperti silinder, maka rumus tersebut dikoreksi dengan menggunakan bilangan bentuk atau faktor reduksi. Faktor reduksi menggambarkan selisih antara volume silinder dengan volume kayu yang sebenarnya untuk diameter yang sama ( Departemen Kehutanan Republik Indonesia 1992).

Untuk menentukan volume dolok (sortimen kayu) sebagai bagian dari volume kayu/pohon, telah dikembangkan rumus-rumus matematik (Spurs 1952) sebagai berikut:

1. Rumus Smallian : V = 0.5 x (B + b) x L 2. Rumus Huber : V = B1/2 x L

3. Rumus Newton : V = {B + (B1/2 x 4) + b} x L x 1/6 Dimana :

V = Volume dolok (logs) atau batang pohon (m3) B = Luas bidang dasar pangkal batang (m2) B = Luas bidang dasar ujung batang pohon (m2)

B1/2 = Luas bidang dasar bagian tengah batang pohon (m2) D = Diameter pangkal batang pohon (m)

D = Diameter ujung batang pohon (m) L = Panjang batang pohon (m)

Sutarahardja (2010) mengatakan bahwa semakin pendek panjang batang dalam menentukan volume maka menghasilkan volume yang tepat dikarenakan rumus-rumus di atas merupakan perhitungan volume yang berdasarkan kepada bentuk teratur yakni silinder, sedangkan bentuk pohon yang tidak teratur dan lebih kearah bentuk neiloid. Volume pohon dapat diperoleh dengan cara penjumlahan volume sortimen-sortimen dari pohon yang bersangkutan.

Menurut Sutarahardja (2010) rumus Smallian mempunyai ketepatan yang lebih kecil dibandingkan dengan rumus Huber dan rumus Newton. Namun demikian rumus Smallian banyak digunakan karena cukup praktis dan mudah dalam penerapannya. Rumus Newton memberikan ketelitian yang tinggi dibanding dengan rumus lainnya, namun rumus ini memerlukan pengukuran kedua ujung batang dan tengah batang, sehingga penggunaannya lebih terbatas dan kurang praktis untuk digunakan di lapangan.

(5)

2.4 Tabel Volume Pohon

Menurut Sutarahardja (2010), tabel volume pohon adalah tabel untuk menduga volume pohon apabila diameternya (diameter setinggi dada) diketahui, yang disusun berdasarkan persamaan hubungan antara volume dengan diameter yang terdiri atas tabel volume standard dan tabel volume lokal.

Tabel volume pohon lokal (local volume table) atau tarif volume adalah bentuk khusus dari tabel volume pohon, yaitu tabel yang memberikan nilai volume pohon dengan cukup mengetahui hanya satu besaran saja dari pohon yang bersangkutan. Besaran tersebut adalah yang paling mudah diukur, yaitu diameter pohon setinggi dada atau keliling pohon setinggi dada. Dengan tidak mengikut sertakan besaran tinggi pohon, maka tarif volume memiliki daerah berlaku yang terbatas (Sutarahardja 2010).

Menurut Sutarahardja (2010) pengukuran tinggi memerlukan waktu yang banyak dan juga merupakan sumber kesalahan yang penting. Sutarahardja (2010) menyatakan bahwa penyusunan tabel volume pohon dimaksudkan untuk memperoleh taksiran volume pohon melalui pengukuran satu atau beberapa peubah penentu volume pohon serta untuk mempermudah kegiatan inventarisasi hutan dalam menduga potensi tegakan. Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan, diusahakan dalam penyusunan tabel volume pohon memperkecil jumlah peubah bebas penentu volume pohon dan diberlakukan pada daerah setempat.

Dengan tidak memperhitungkan faktor tinggi pohon, maka volume pohon individual yang ditunjukkan oleh tarif volume, rata-rata akan lebih besar penyimpangannya dari pada volume pohon yang sebenarnya jika dibandingkan dengan volume pohon yang memperhitungkan faktor tinggi pohon seperti yang diberikan oleh tabel volume pohon standar. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk memperkecil penyimpangan maka tabel volume lokal hanya berlaku setempat, yakni tempat atau daerah dimana pohon-pohon contoh penyusun tabel volume lokal tersebut diambil (Sutarahardja 2010).

(6)

2.5 CurveExpert

CurveExpert merupakan salah satu software yang dapat digunakan dalam

analisis dua variabel data sehingga menghasilkan banyak persamaan. Cara kerja

software ini adalah dengan mengolah data x dan y menjadi berbagai macam

bentuk kurva dan persamaannya, sehingga nantinya kita dapat menentukan nilai x atau y yang kita inginkan. Hampir 30 bentuk persamaan yang ada dengan penyajian grafik masing-masing persamaan sesuai hasil dari analisis data x dan y. Persamaan terbaik diperoleh otomatis dengan membiarkan CurveExpert membandingkan data untuk setiap persamaan (Hyams 2010).

Referensi

Dokumen terkait

1 HASLINA BINTI ABDUL RAHMAN SMK TAMAN SELESA JAYA Ketua Pentaksir

(1993) untuk meningkatkan keberhasilan proses-proses tersebut diperlukan sistim inkubasi medium kultur yang cukup memenuhi sarat peristiwa -peristiwa tersebut &pat

Laporan Landasan Konseptual Tugas Akhir mengenai Sekolah Fotografi di Denpasar ini merupakan sebuah awal pendalaman sebagai dasar dalam proses pengumpulan data dan merupakan

Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, 1998). Waktu keaktifan mencari darah dari masing - masing nyamuk berbeda – beda, nyamuk yang aktif

Penggunaan Bahan Bakar Alternatif pengganti BBM Pengembangan Teknologi Kendaraan Pemeriksaan dan Perawatan Kendaraan Change Mitigation (2009) dari Tanaman penghasil gula,

Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah

Desa sobangan terletak di kecamatan Mengwi kabupaten Badung, Provinsi Bali. Secara geografis, desa ini terletak persis ditengah pulau bali. Desa sobangan letaknya cukup

Penelitian eksperimen bertujuan : (c) mengetahui respon waktu pemijahan dan tingkahlaku pemijahan melalui metode induksi fisik, (d) membandingkan tingkat fertilisasi,