• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH BIRINGBULU KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH BIRINGBULU KABUPATEN GOWA"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Unuversitas Muhammadiyah Makassar

MASITA 10533 7051 12

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(2)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Biringbulu Kabupaten Gowa

Mahasiswa yang bersangkutan :

Nama :Masita

Nim :10533 7051 12

Jurusan :Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, Agustus2016 Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Munirah,M.Pd Andi Adam,S.Pd., M.Pd

Diketahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Unismuh Makassar Bahasa dan Sastra Indonesia

(3)

iv

(4)

iii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama :Masita

Stambuk :10533 7051 12

Jurusan :Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan Judul :Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif pada Siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Biringbulu Kabupaten Gowa

Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan untuk diujikan.

Makassar, Agustus 2016 Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Munirah, M,Pd Andi Adam, S.Pd., M,Pd

Diketahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan

Unismuh Makassar Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. H.Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. Dr. Munirah, M.Pd.

NBM: 858 625 NBM: 951 576

(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Masita

Nim : 105337035 12

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Kemampuan Kenulis Paragraf persuasif pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah Biringbulu Kabupaten Gowa

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan TIM Penguji adalah ASLI hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

Masita

Diketahui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Munirah, M.Pd Andi Adam, S.Pd., M,Pd

(6)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Masita

Nim : 10533 7051 12

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi ini.

4. Apabila perjanjian seperti butir 1, 2, dan 3 dilanggar, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2016 Yang membuat perjanjian

Masita Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M.Pd NBM: NBM. 951 576

(7)

kebaikan adalah kesalahan besar

Ruh dari ilmu pengetahuan adalah praktik

Sumber pembelajaran yang terbaik adalah pengalaman

Dan doa yang paling indah adalah tindakan

This is my life

Persembahan

Kupersembahkan karya yang sangat sederhana ini sebagai tanda terima kasihku kepada kedua orang tuaku tercinta yang senantiasa memanjatkan doa kehadirat Allah Swt dan senantiasa mengikhlaskan segalanya Demi kesuksesanku meraih cita-cita.

Bingkisan Sayang buat Semua Keluargaku, Sahabat-Sahabatku dan Semua orang yang menyayangi dan mendoakan kesuksesanku.

(8)

ABSTRAK

Masita.2016 “Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah”.Skrpsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Munirah dan pembimbing II Andi Adam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah. Ada empat karakteristik keterampialn menulis 1. Keterampialn menulis merupakan kemampuan yang kompleks 2. Keterampilan menulis condong ke arah skill atau praktik. 3.Keterampilan besrsifat mekanistik. 4. Penguasaan keterampilan menulis harus melalui kegiatan yang bertahap dan akumulatif. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa menulis sulit untuk diajarkan karena banyak orang belum bisa menulis sesuai dengan hasil pemikirannya sendiri. Jika diajarkan di dalam kelas dan pembelajaran kurang memberi kebebasan memilih topik yang diinginkan,kurang adanya kerja sama antara guru dengan siswa. Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah Kabupaten Gowa. Penelitian ini menggunakan pendekatan dekriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,pengamatan terhadap siswa serta menjawab soal tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah brhasil mendapat nilai baik. Kemampuan ini diketahui oleh nilai rata- rata yang dicapai oleh siswa dalam menulis paragraf persuasif.

Berdasarkan hasil penelitian, ada 4 orang siswa memperoleh nilai 70, 1 orang siswa memperoleh nilai 76, 2 orang siswa memperoleh nilai 71, 1 orang siswa memperoleh nilai 80, 6 orang siswa memperoleh nilai 85 (B) dan 6 0rang siswa memperoleh nilai 90. Kemampuan rata-rata sebesar 81 menunjukkan bahwa siswa mampu menulis paragraf persuasif. Rata-rata memiliki nilai baik. Dengan demikian ini menunjukkan bahwa siswa mampu menulis paragraf persuasif dengan rata-rata mencapai nilai di atas rata-rata. Adapun saran tersebut, a. Guru bahasa indonesia lebih menungkatkan lagi kemampuan menulis paragraf persuasif dengan cara memberikan pembinaan, b. Guru bahasa indonesia lebih meningkatkan lagi kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasif, c. Guru bahasa indonesia yang melaksanakan pembelajaran menulis paragraf persuasif memperhatikan keterampilan menulis.

Kata Kunci : Menulis Paragraf persuasif

(9)

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt, atas segala nikmat dan karunia-Nya, Tuhan Maha Penyayang. Demikian kata untuk mewakili atas segala nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bersyukur atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, dan gerak langkah pada-Nya, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu. Shalawat untuk pembawa nikmat iman, Muhammad Saw. Nabi panutan seluruh umat manusia.

Karya ilmiah ini diajukan sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan. Namun, untuk mencapainya tidak semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan sebuah motivasi dan perjuangan yang tidak kecil untuk menggapainya. Demikian juga dengan hasil tulisan ini, kehendak hati ingin sempurna, tetapi kemampuan penulis terbatas. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ilmiah ini selesai dengan baik.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun “SKRIPSI” ini. Dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Munirah, M.Pd sebagai pembimbing I dan Andi Adam, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah

(10)

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, motivasi, dan petunjuk.

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Dr H. Abdul Rahman Rahim,S.E.,M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar; Dr. H. Andi. Sukri Syamsuri, M.Hum,. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar;

Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar; Syekh Adi Wijaya, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar; Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar atas bimbingan selama penulis tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan semuanya karena keterbatasan tempat, tanpa mengurangi rasa hormat penulis ucapkan terima kasih.

Teristimewa, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda tercinta ci’ri dan Ibunda Maria, yang telah mengasuh, mendoakan, memotivasi, dan mencintai penulis hingga sekarang. Kepada saudaraku yang tak pernah berhenti memberikan bantuan moril, doa, dan semangat yang luar biasa selama ini menjadi tempat berbagi suka dan duka. Air mata dan senyum yang kalian hadiahkan akan menjadi kisah terindah akan selalu penulis rindukan. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada keluargaku yang selalu memberi semangat, doa dan motivasi yang sangat luar biasa.

(11)

pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Saya ucapkan juga terima kasih kepada teman-teman P2K ku yang selalu memberi semangat dan motivasi.

Akhirnya, harapan dan doa penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan ibadah disisi-Nya serta dukungan, motivasi dan doa mendapat balasan dari Allah swt. Aamin.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, Juli 2016 Mahasiswa,

MASITA

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

KARTU KONTROL BIMBINGAN PEMBIMIBNG I DAN II...iii

LEMBAR PENGESAHAN ...iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING...v

SURAT PERNYATAAN...vi

SURAT PERJANJIAN ...vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...viii

ABSTRAK ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI...xii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...11

A. Tinjauan Pustaka ...11

1. Penelitian yang Relevan ...11

2. Pembelajaran Bahasa ...12

3. Pengertian Menulis...13

4. Paragraf ...25

(13)

C. Hipotesis Penelitian...52

BAB III METODE PENELITIAN...53

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...52

B. Populasi dan Sampel ...52

C. Definisi Istilah ...54

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ...54

E. Data dan Sumber Penelitian ...54

F. Teknik Pengumpulan Data ...56

G. Teknik Analisis Data ...57

H. Krteria Penilaian...57

BAB IV HASIL PENELITIAM DAN PEMBAHASAN ...60

A. Hasil Penelitian ...60

B. Pembahasan...64

C. Pembuktian Hipotesis ...66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...68

A. Simpulan ...68

B. Saran ...68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pesatnya arus informasi dewasa ini menjadikan bahasa memegang peranan yang sangat penting sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, kebutuhan akan bahasa sebagai alat informasi dirasakan sangat perlu, terutama di dalam menopang kemajuan perkembangan di berbagai bidang seperti bidang ekonomi, politik, sosial budaya, serta di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua aspek tersebut memerlukan bahasa sebagai alat informasi dalam pengembangannya.

Untuk itu, berbagai lembaga pendidikan di Indonesia menetapkan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagai program yang bertujuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tertulis.

Menurut Akhadiah ( 2002 : 2 ), ada empat karakteristik keterampilan menulis yang sangat menonjol,yakni:(1).Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang kompleks (2).Keterampilan menulis condong ke arah skill atau praktik (3). Keterampilan bersifat mekanistik (4). Penguasaan keterampilan menulis harus melalui kegiatan yang bertahap dan akumulatif.

Keterampilan menulis lebih condong ke arah praktik ketimbang ke teori.

Hal ini tidak berarti pembahasan teori menulis ditaburkan dalam pengajaran menulis.Perbandingan antara praktik dan teori sebaiknya lebih banyak praktik daripada teori.

(15)

Keterampilan menulis bersifat mekaninistik. Ini berarti bahwa penguasaan keterampilan menulis tersebut harus melalui latihan atau praktik. Dengan perkataan lain,semakin banyak melakukan kegiatan menulis,seseorang semakin terampil menulis.

Kegiatan menulis harus bervariasi,sistematis,bertahap,dan akumulatif.

Berlatih menulis yang tidak terarah apalagi kurang diawasi guru membuat kegiatan siswa tidak terarah bahkan sering membingungkan siswa. Mereka tidak mengetahui apakah sudah bekerja secara benar atau mereka membuat kesalahan yang berulang. Latihan mengarang terkendali disetai dengan diskusi karena sangat diperlukan dalam memahami dan menguasai keterampilan menulis.

Siswa sebagai seorang pelajar dituntut untuk mampu, terampil, lancar, dan menguasai keempat keterampilan menulis. Dari keempat keterampilan menulis yang ada, keterampilan menulis dapat dikatakan sangat vital atau penting.

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek berbahasa yang dalam peranannya dapat melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Dengan menguasai keterampilan menulis yang baik, seorang siswa dengan mudah dapat terjun ke dalam masyarakat untuk kegiatan kehidupan sosialnya.

Keterampilan menulis dalam peranannya dapat melahirkan generasi masa depan yang cerdas karena dengan menguasai keterampilan menulis, seorang siswa akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat siswa menulis. Selain itu, keterampilan menulis dalam peranannya juga dapat melahirkan generasi masa depan yang kritis karena

(16)

3

dengan menguasai keterampilan menulis, seorang siswa akan mampu mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara tepat dan sistematis. Selanjutnya, keterampilan menulis dalam peranannya dapat melahirkan generasi masa depan yang kreatif karena dengan menguasai keterampilan menulis, siswa akan mampu melahirkan pendapat atau tulisan yang komunikatif, jelas, tepat, dan mudah dipahami. Selain itu, dengan menguasai keterampilan menulis akan lahir seorang siswa berbudaya yang sudah terbiasa dan terlatih untuk dapat berkomunikasi secara tulisan dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi pada saat siswa sedang menulis.

Menurut Semi (2007: 14) bahwa menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan dalam lambang-lambang tulisan. Selain itu, menulis merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang produktif, aktif, dan ekspresif.

Pemerintah melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengharapkan agar anak didik mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi terampil menulis dan mengemukakan ide atau gagasan, serta pandangannya secara kritis, praktis, kreatif, dan sistematis dalam bentuk tulisan.

Observasi awal yang dilakukan di MAN 2 Model Makassar pada pembelajaran menulis, khususnya paragraf lebih menekankan pada pembelajaran secara individual yang mengacu pada buku paket sehingga mengakibatkan pembelajaran menulis khususnya paragraf persuasif tidak maksimal. Selain itu, pembelajaran ini dimulai dengan ceramah yang dilakukan oleh guru dan siswa mendengarkannya, kemudian guru memberikan tugas kepada siswa membuat paragraf tanpa disertai dengan model pembelajaran tertentu. Hasil tulisan siswa

(17)

digunakan sebagai satu-satunya bahan yang dijadikan dasar dalam pemberian nilai. Penilaian tersebut hanya berfokus pada penilaian produk. Adapun penilaian selama proses pembelajaran berlangsung kurang diperhatian.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menulis di sekolah belum terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan, kurangnya minat dan motivasi dalam pembelajaran menulis di sekolah karena dalam keseharian siswa beranggapan menulis adalah hal yang membosankan. Begitu pun ketika siswa belajar menulis paragraf. Mereka kesulitan dalam mengapresiasikan segala bentuk perasaan serta pikirannya dalam sebuah paragraf. Semua bisa saja dilatarbelakangi dari cara guru mengajar yang kurang tepat atau monoton di dalam menggunakan strategi, metode, teknik, maupun model pembelajaran. Bisa juga karena kurangnya sumber-sumber yang mendukung pembelajaran menulis.

Pada standar kompetensi menulis untuk kelas XI semester 2, kemampuan menulis paragraf persuasif merupakan salah satu dari kompetensi dasar yang wajib dilulusi oleh siswa dalam pembelajaran bahasa. Siswa diharapkan mampu menuliskan atau menuangkan gagasannya ke dalam kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk kesatuan ide yang disertai dengan kata-kata yang sifatnya membujuk atau memengaruhi pembaca sehingga pembaca mau mengikuti kemauan penulis.

Untuk menghindari pembelajaran menulis di sekolah yang kurang terlaksana dengan baik, guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran harus memiliki strategi pembelajaran yang matang. Selain itu, guru harus mampu menggunakan metode, teknik, media, serta model pembelajaran yang tepat agar

(18)

5

tercipta pembelajaran yang variatif serta inovatif sehingga tidak menjenuhkan siswa dalam belajar. Tugas siswa adalah belajar dan guru memfasilitasi dalam proses pembelajaran. Fasilitator dapat diartikan bahwa guru membimbing siswa dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar. Tugas guru juga mendorong siswa untuk berpikir serius dan kreatif dalam menghadapi segala permasalahan belajar.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat membuat siswa secara aktif menggali pemecahan masalah yang dihadapi dan mandiri dalam kegiatan belajar mengajar. Seorang guru bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi guru adalah seorang fasilitator yang mengarahkan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.

Penelitian tentang kemampuan menulis paragraf persuasif telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain: Rasdianah Basri (2005) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Majene Menulis Karangan Persuasif”. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Musbariah Bakry (2007) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Panca Rijang Kabupaten Sidrap dalam Membuat Wacana Persuasi yang Bertemakan Lingkungan Hidup”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan persuasif belum memadai.

Diperlukan suatu solusi agar proses kegiatan belajar mengajar di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup. Peneliti menawarkan solusi kemampuan menulis paragraf persuasif di dalam meningkatkan pembelajaran menulis paragraf persuasif bagi siswa.

(19)

Menurut Hayon (2007:5) Menulis adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan perihal menulis. Menulis ada hubungannya dengan orang yang menulis,bahan yang ditulis dan masyarakat sebagai sasaran pembaca. Dalam proses belajar mengajar kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Sebagai suatu aktifitas,setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat dalam kegiatan menulis,yaitu (1).menulis sebagai penyampai pesan (2).ppesan atau isi tulisan (3). Saluran tulisan (4) Pembaca sebagai penerima pesan. Penulis sebagai sebagai penyampai pesan mengandung makna bahwa sebelum menulis,seorang penulis telah memilirkan maksud dan ide yang hendak disampaikan kepada pembaca. Ide yang ditulis mempunyai manfaat yang besar bagi orang lain membutuhkan. Melalui tulisan pesan atau isi tulisan ( ide atau gagasan) penulis tersampaiakan kepada pembaca. Dengan demikian,sebelum menulis seorang penulis sebaiknya memperhatikan apa yang hendak ditulis ,saluran dan bentuk tulisan apa yang hendak digunakan,dan ditujukan kepada siapa tulisan itu. Dalam pelajaran siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok.

Menurut Jabrohim,dkk.(2003:6-12) Mengemukakan bahwa proses menulis dilaksanakan melalui beberapa tahapan (1).Persiapan menulis (2). Menulis (3).Revisi,dan (4) Membaca ulang naskah tulisan. pembelajaran dalam kegiatan menulis paragraf persuasif dilakukan dengan cara siswa secara berkelompok

(20)

7

memilih sebuah permasalahan yang ada di sekitarnya, misalnya “Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya”. Siswa secara berkelompok mendefinisikan masalah tersebut. Setelah itu, siswa secara berkelompok mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Informasi yang telah didapatkan kemudian dikelola menjadi paragraf-paragraf yang tersusun secara sistematis sehingga membentuk kesatuan ide. Di dalam paragraf tersebut siswa menawarkan sebuah solusi terhadap permasalahan yang ada dengan menggunakan kata-kata yang persuasif agar pembaca terpengaruh dengan tulisan tersebut.

Dalam penerapan model ini, guru tidak hanya menilai produk yang dihasilkan oleh setiap kelompok berupa tulisan yang disajikan ke dalam paragraf- paragraf. Akan tetapi, guru juga melakukan penilaian terhadap setiap kelompok atas kinerjanya di dalam membuat paragraf persuasif pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan kemampuan menulis paragraf persuasif. Masalah pada mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan menulis paragraf persuasif. Untuk itu, disusunlah penelitian dengan judul “ Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah.

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah kemampuan menulis paragraf persuasif ?” Permasalahan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

“Bagaimanakah kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah “?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah, dengan menjabarkan tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. mendeskripsikan perencanaan pembelajaran menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah.,

2. mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah.,

3. mendeskripsikan kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah.,

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat yang berarti bagi guru, siswa, dan peneliti selanjutnya yang dapat mendukung peningkatan proses belajar mengajar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.

(22)

9

Manfaat Praktis a. Bagi guru:

1) guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran;

2) guru dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasif yang lebih bervariasi sehingga materi pelajaran, khususnya menulis paragraf persuasif, akan lebih menarik.

b. Bagi siswa: dengan meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasif siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia,serta dapat meningkatkan kemampuan siswa di dalam menulis paragraf persuasif.

c. Manfaat bagi peneliti: sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai bahan kajian yang sama dengan penelitian ini.

d. Manfaat bagi pembaca: meningkatkan pengetahuan khususnya dalam bidang kemampuan menulis paragraf persuasif dan sebagai pedoman atau panduan untuk peneliti selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bab I Pendahuluan meliputi: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan; bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir, meliputi Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir; bab III Metode Penelitian, meliputi: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Desain Penelitian, Rencana Tindakan, Definisi Istilah, Lokasi dan Subjek Penelitian, Data dan Sumber

(23)

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data; bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; bab V Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka.

(24)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka 1. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Komariyah (2006) melaksanakn penelitian yang berjudul “ Peningkatan Keterampilan Menulis teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VII SMP AL-Asror Patemon”. Penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual komponenn pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks drama. Pada siklus 1 diperoleh peningkatan sebesar 13,74 % dan rata-rata tindakan,yaitu nilai rata-rata awal 59,76 meningkat menjadi 67,97 menjadi 77,52. Namun keaktifan siswa dalam proses pembelajaran belum menunjukkan suatu peningkatan yang berarti.

Penelitian komariyah tersebut mengangkat masalah yang sama dengan peneliti yaitu mengenai kompetensi siswa dan menulis teks drama ,namun menggunakan pendekatan yang berbeda dan subjek yang berbeda pula.

Pada tahun yang sama,Setiasih (2006) dengan penelitiannya yang berjudul

“Peningkatan Menulis Naskah Drama Satu Babak dengan Teknik Pelatihan terbimbing dan Media VCD Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ungaran”. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa melalui teknik pelatihan terbimbing dengan dibantu media VCD. Penelitian Setiasih ini,sudah cukup bagus namun penggunaan media yang dipilih

(25)

mempunyai beberapa kelemahan antara lain kurang efektif dari segi waktu mempersiapkan media dan kelas menjadi gaduh. Merujuk pada penelitian Setiasih diatas,maka peneliti membuat media baru yang lebih sederhana namun efektif dan dapat membantu siswa meningkatkan kemammpuan menulis naskah drama.

Megawati (2007) dengan penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama melalui Teknik Terbimbing Siswa kelas VIII SMP negeri 2 Sragi Kabupaten pekalongan”. menunjukkan adanya peningkatan kemammpuan menulis teks drama siswa dari 55,57 menjadi 68,16 pada siklus 1 dan 68,16 menjadi 76,30 pada siklus II. Disebutkan pula adanya perubahan prilaku belajar siswa kearah yang lebih positif. Akan tetapi dalam penelitian tersebut masih menawarkan waktu yang cukup lama menentukan ide cerita,sehingga belum ada efesiensi dalam alokasi waktu.

Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab I, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang

(26)

13

dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbullah, 2005: 1).

Adapun menurut Sabri (1999: 5) pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan.

2. Pembelajaran Bahasa

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil kesastraan manusia Indonesia (Patombongi, 2008: 75).

Masyarakat semakin merasakan adanya hal-hal yang kurang memuaskan dalam bidang pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.

Kekurangpuasan masyarakat terhadap hasil pembelajaran bahasa dan sastra

(27)

Indonesia sedikit banyaknya ditentukan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa itu sendiri.

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah faktor guru dan kemampuan belajar. Banyak guru yang sangat fanatik terhadap kemampuan yang dianutnya sehingga mereka tidak mau atau enggan menerima pembaharuan. Mereka tidak menyadari bahwa mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan mata pelajaran yang kompleks yang mencakup empat standar kompetensi, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia harus memiliki dan menguasai pendekatan, kemampuan, teknik, dan strategi mengajar yang kreatif, efektif, dan menyenangkan (Hanafie dan Kembong, 2008: 1).

3. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menurut Tarigan (2008: 3-4), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Menurut Semi (2007: 14), menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan dalam lambang-lambang tulisan.

(28)

15

Lado (dalam Tarigan, 2008: 22) mengungkapkan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Oleh sebab itu, menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Selanjutnya, D’Angelo (dalam Tarigan, 2008: 23) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu.

Adapun Enre (1994: 4) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu bentuk berpikir, tetapi ia adalah berpikir untuk penanggap tertentu dan untuk situasi tertentu pula.

Dilihat dari segi kompetensi berbahasa, menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa.

Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan (Nurgiyantoro, 2010: 425).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah media bahasa untuk disampaikan kepada orang lain.

b. Menulis

Meskipun kegiatan menulis untuk banyak keperluan umum tampaknya tidak sepenting lagi dengan beberapa waktu yang lalu, tetapi untuk

(29)

dunia pendidikan ia akan tetap berharga. Menulis membantu seseorang berpikir lebih mudah.

Dilihat dari sudut pandang tersebut, kegunaan menulis menurut Enre (1994: 3) dapat dirinci sebagai berikut.

1. Menulis menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui.

Menulis mengenai suatu topik merangsang pikiran kita mengenai topik tersebut dan membantu kita membangkitkan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam bawah sadar.

2. Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencari pertalian, dan menarik persamaan (analogi) yang tidak akan pernah terjadi seandainya kita tidak memulai menulis.

3. Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri. Ada kalanya kita dapat menjernihkan konsep yang kabur atau kurang jelas untuk diri kita sendiri hanya karena kita menulis mengenai hal itu.

4. Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi;

kita dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan melihatnya lebih objektif pada waktu kita menuliskannya.

5. Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru; kita akan memahami banyak materi lebih baik dan menyimpannya lebih lama jika kita menulis tentang hal itu.

(30)

17

6. Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual sehingga ia dapat diuji.

7. Menulis tentang sesuatu topik menjadikan seorang pelajar yang aktif, alih- alih sebagai penerima informasi yang pasif.

c. Tujuan Menulis

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan sesuatu tulisan, Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008: 25-26) merangkumnya sebagai berikut:

a) assignment purpose (tujuan penugasan);

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

b) altruistic purpose (tujuan altruistik);

Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca; menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya; ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c) persuasive purpose (tujuan persuasif);

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan);

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

(31)

e) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri);

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f) creative purpose (tujuan kreatif);

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi

“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

d. Keterampilan Dasar dalam Menulis

Menurut Semi (2007: 40) untuk menghasilkan tulisan yang enak dipandang dan dibaca penulis sebaiknya menguasai tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu:

1. keterampilan berbahasa;

Setiap penulis dituntut agar terampil menggunakan bahasa tulis.

Tanpa keterampilan itu, sulit diharapkan akan muncul tulisan yang baik dan komunikatif. Keterampilan menggunakan bahasa tulis yang dimaksud adalah pemakaian semua unsur bahasa, yaitu ejaan, kata, ungkapan,

(32)

19

kalimat, dan pengembangan paragraf. Semua unsur bahasa ini hendaknya digunakan dengan tepat dan efektif, yang selalu disesuaikan dengan tujuan, isi, dan latar belakang pembaca.

2. keterampilan penyajian;

Keterampilan penyajian ialah keterampilan menyusun gagasan sehingga kelihatan semuanya kompak dan rapi. Antara satu bagian dengan bagian yang lain memerlihatkan kaitan atau hubungan yang harmonis.

Dengan adanya keterampilan penyajian, tulisan yang berisi pesan atau tema itu mudah dipahami oleh pembaca.

3. keterampilan perwajahan.

Keterampilan perwajahan ialah keterampilan menata bentuk fisik sebuah tulisan sehingga tulisan itu terlihat rapi. Dalam hubungan ini yang harus diketahui ialah, (a) penataan tipografi, seperti pemakaian huruf yang ukurannya lebih besar, huruf miring, kalimat yang digarisbawahi, dan menata tata muka kulit depan; (b) bagaimana memilih format, ukuran, jenis kertas yang tepat. Kedua hal ini sepintas lalu kurang penting.

Padahal, kalau tulisan kita kirimkan kepada seseorang atau kepada redaktur sebuah media massa yang paling dulu terlihat ialah perwajahan dan penjilidan tulisan tersebut.

e. Asas-asas Kegiatan Menulis

Pada kegiatan menulis telah dikembangkan sejumlah asas mengarang berdasarkan pengalaman. Asas-asas yang efektif untuk menghasilkan tulisan yang baik perlu dipahami oleh setiap penulis dalam melakukan kegiatannya.

(33)

Menurut Gie (2002: 33-36) ada tiga asas utama dalam menulis. Dalam Bahasa Inggris dikenal dengan singkatan 3C, yaitu clarity (kejelasan), conciseness (keringkasan), dan correctness (ketepatan).

1) Kejelasan

Asas yang pertama dalam menulis adalah kejelasan. Setiap bahasa tulis harus dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca. Asas Kejelasan tidaklah semata-mata mudah dipahami, melainkan juga karangan itu tidak akan mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Seorang ahli keterampilan mengarang Harry Shaw (dalam Gie, 2002: 34) mengatakan bahwa kejelasan merupakan ciri tunggal yang penting dari penulisan yang baik, karena itu lebih daripada ciri yang lainnya dari bahasa, membantu menyampaikan pikiran penulis kepada pembaca dan pembicara kepada pendengar.

Asas kejelasan dalam kegiatan menulis sepanjang menyangkut kata- kata, menurut Fowler (dalam Gie, 2002: 34) dapat dilaksanakan dengan memilih:

a) kata yang umum dikenal ketimbang kata yang harus dicari artinya;

b) kata konkret ketimbang kata yang abstrak;

c) kata tunggal keterangan yang panjang;

d) kata yang pendek ketimbang kata yang panjang;

e) kata dalam bahasa sendiri ketimbang bahasa asing.

2) Keringkasan

(34)

21

Menurut Gie (2002: 35) asas keringkasan tidak mesti semua kerangka harus pendek. Keringkasan berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan.

3) Ketepatan

Asas ketepatan adalah menggunakan kata dan kalimat yang tepat dalam karangan berdasarkan bentuk. Menurut Weaver dan Moris (dalam Fatimah, 2010: 14), karangan terbagi atas karangan eksposisi, deskripsi, narasi, persuasif, dan argumentasi.

f. Penggolongan Tulisan

Jenis karangan/tulisan menurut Enre (1994: 137), sebagai berikut:

1. eksposisi adalah bentuk tulisan yang menjelaskan sesuatu subjek atau menjelaskan hakikat sesuatu tulisan;

2. deskripsi adalah bentuk tulisan yang menjadikan pembaca seakan-akan melihat wujud sesungguhnya dari materi yang disajikan, sehingga kualitas yang khas dapat dikenal dengan lebih jelas;

3. narasi adalah bentuk tulisan yang menyajikan beberapa peristiwa, tindakan, atau perbuatan dalam suatu tulisan yang utuh yang disusun dalam bentuk cerita;

4. argumentasi adalah bentuk tulisan yang fungsinya bersifat pembuktian dengan cara menyajikan beberapa kenyataan serta hubungan kenyataan yang satu dengan kenyataan yang lainnya;

(35)

5. persuasif adalah tulisan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan mengajak seseorang agar mau ikut melakukan atau menerima sesuatu.

g. Langkah-Langkah Menulis

Secara umum proses menulis melalui tiga tahapan, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Ketiga kegiatan ini harus dilakukan secara terpisah-pisah (Akhadiah, 1998: 3-5).

1. Tahap Prapenulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan.

Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan jika menulis karangan ialah menentukan topiknya. Ini berarti bahwa kita menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik ini dapat diperoleh dari berbagai sumber. Pengalaman pembaca merupakan sumber yang sangat penting.

Setelah berhasil menemukan topik yang memenuhi persyaratan, langkah kedua yang perlu dilakukan ialah membatasi topik tersebut. Membatasi topik berarti memersempit dan memerkhusus lingkup pembicaraan.

Dengan membatasi topik, sebenarnya kita juga telah menentukan tujuan penulisan. Tujuan penulisan di sini diartikan sebagai semacam pola yang mengendalikan tulisan secara menyeluruh. Langkah berikutnya ialah menentukan bahan atau materi penulisan, macamnya, berapa luasnya, dan dari mana diperoleh. Yang dimaksud dengan bahan penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan.

(36)

23

Langkah selanjutnya yang paling penting ialah menyusun kerangka karangan. Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub- subtopik. Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan atau prapenulisan.

2. Tahap Penulisan

Pada tahap ini kita membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Ini berarti bahwa kita menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini kita harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Ini berarti bahwa kita harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif.

Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf- paragraf yang memenuhi persyaratan. Tetapi itu saja belum cukup. Tulisan ini harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat.

3. Tahap Revisi

Jika buram seluruh tulisan sudah selesai maka tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin buram itu perlu direvisi, diperbaiki, dikurangi, atau kalau perlu diperluas. Sebenarnya, revisi ini sudah dilakukan juga

(37)

pada waktu tahap berlangsung. Yang dikerjakan sekarang ialah revisi secara menyeluruh sebelum diketik sebagai bentuk akhir naskah tersebut.

Pada tahap ini biasanya kita meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki dan daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi persyaratan selesailah sudah tulisan kita.

h. Ciri-Ciri Tulisan yang Baik

Secara singkat, Mc. Mahan & Day (dalam Tarigan, 2008: 7) merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik itu seperti berikut ini.

1. Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau ide Anda.

2. Jelas: jangan membingungkan para pembaca.

3. Singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca.

4. Usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam;

berkarya dengan penuh kegembiraan.

i. Kriteria Penilaian Tulisan

Kriteria penilaian holistik yang dikemukakan oleh Ommogie (dalam Fatimah, 2011: 15-16), yaitu:

1) isi paragraf dengan alternatif penilaian:

a) bermakna, menarik, tepat, jalan pikiran baik,

b) pada umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga terjadi banyak pengulangan,

c) pengembangan kurang relevan dengan isi yang diminta, d) isi paragraf tidak relevan dengan isi yang diminta, dan

(38)

25

e) tidak tampak usaha membuat paragraf yang bermakna.

2) organisasi paragraf dengan alternatif penilaian:

a) paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik, organisasi menyakinkan, alur paragraf mudah dimengerti,

b) ada usaha menyusun paragraf yang baik, tapi batas ide paragraf tidak jelas,

c) fakta tersusun dalam paragraf dengan baik, tetapi agak berbelit-belit, d) urutan paragraf sulit diikuti, sulit dipahami, dan

e) paragraf tidak terencana dengan baik.

3) penggunaan ejaan dan tanda baca dengan alternatif penilaian:

a) pemakaian ejaan dan tanda baca baik sekali, penulisan suku kata semua benar,

b) ada kesalahan ejaan dan tanda baca,

c) banyak kesalahan ejaan dan tanda baca, tetapi masih dapat dipahami, d) kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali, dan

e) penggunaan ejaan dan tanda baca serba salah.

4) penggunaan bahasa dengan alternatif penilaian:

a) kalimat benar, cermat meskipun sedikit ada kesalahan tata bahasa, b) kalimat lancar, cermat, tetapi ada beberapa kesalahan tata bahasa

menyebabkan kalimat menjadi rancu,

c) kesalahan tata bahasa yang cukup prinsipil sehingga menyebabkan kalimat tidak gramatikal,

(39)

d) ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami, dan e) kalimat dalam paragraf tidak dapat dipahami.

5) pilihan kata dengan alternatif penilaian:

a) pemakaian kata lancar, tepat, tidak bermakna ganda,

b) kata yang digunakan jelas, tetapi tidak jelas penggunaannya, c) kata kurang jelas dan kurang jelas penggunaannya,

d) banyak kata yang digunakan, tetapi menyebabkan kalimat sulit dipahami, dan

e) pemakaian kata yang tidak tepat, bentuk kata semua salah.

4.Paragraf

a. Pengertian Paragraf

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Akhadiah, 1998: 144).

Menurut Keraf (2004: 69) alinea (paragraf) adalah tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.

Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.

(40)

27

Barnett (dalam Djago Tarigan, 2008: 10) mengatakan bahwa paragraf merupakan seperangkat kalimat berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimat- kalimat tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan, dan diperjelas.

Adapun Nadjua (2009: 121) mengemukakan bahwa paragraf adalah rangkaian kalimat yang tersusun secara sistematis dan logis hingga membentuk kesatuan ide. Susunan kalimat yang terdapat dalam paragraf bersatu padu membangun satu pokok pikiran. Selain itu, Finoza (1993: 165) mengatakan alinea atau paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan gabungan beberapa kalimat.

Paragraf adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari kalimat. Paragraf terangkai dari berbagai kalimat yang bertalian hingga membentuk suatu gagasan. Selain itu, rangkaian kalimat disusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk kesatuan pokok pembahasan (Djuharmie, 2006: 101).

Djago Tarigan (2008: 11) mengemukakan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.

Adapun dalam KBBI edisi ketiga tahun 2007, paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea.

(41)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis membentuk satu kesatuan ide yang ingin disampaikan kepada pembaca.

b. Fungsi Paragraf

Fungsi paragraf menurut Djago Tarigan (2008: 11) adalah sebagai berikut:

1. penampung fragmen pikiran atau ide pokok,

2. alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang, 3. alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis, 4. pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang, 5. alat untuk penyampai fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada

para pembaca,

6. sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai, dan

7. dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).

c. Kegunaan Paragraf

Kegunaan paragraf yang utama ialah untuk menandai pembukaan topik baru atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru).

Kegunaan lain dari paragraf ialah menambah hal-hal yang penting dan merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf yang terdahulu (Akhadiah, dkk., 1998: 144-145).

d. Struktur Paragraf

(42)

29

Berdasarkan fungsinya, menurut Finoza (1993: 167) kalimat yang membangun alinea pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu (1) kalimat topik/kalimat pokok dan (2) kalimat penjelas/pendukung.

Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama alinea.

Adapun kalimat penjelas/pendukung-sesuai dengan namanya-adalah kalimat yang berfungsi menjelaskan atau mendukung ide utama alinea.

Ciri kalimat topik dan kalimat penjelas adalah sebagai berikut.

Ciri kalimat topik:

1. mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut;

2. merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;

3. mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain;

4. dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.

Ciri kalimat penjelas:

1. sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti);

2. arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea;

3. pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi;

4. isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik.

e. Syarat-syarat Pembentukan Paragraf

(43)

Menurut Akhadiah, dkk. (1998: 148-152) dalam pengembangan paragraf, kita harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Persyaratan itu ialah kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.

1. Kesatuan

Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut.

Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.

Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. Penulis yang masih dalam taraf belajar (tahap pemula) sering mendapat kesulitan dalam memelihara kesatuan ini.

2. Kepaduan

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan

(44)

31

pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan memerlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.

Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memerhatikan:

a. unsur kebahasaan yang digambarkan dengan:

1) repetisi atau pengulangan kata kunci;

2) kata ganti;

3) kata transisi atau ungkapan penghubung;

4) paralelisme.

b. pemerincian dan urutan isi paragraf.

Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran- pikiran penjelas dapat dilihat dari urutan perinciannya. Perincian ini dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab-akibat, akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut urutan ruang (spasial), menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain.

3. Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

(45)

c. Jenis Paragraf

Alinea (paragraf) banyak ragamnya. Untuk membedakan alinea yang satu dari alinea yang lain berdasarkan kelompoknya, bagan di bawah ini dapat dijadikan pedoman.

1. Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya

Menurut Anbiya (2009: 83) jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya dapat digolongkan atas empat macam, yaitu:

a. paragraf deduktif;

Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat pertama.

b. paragraf induktif;

Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf.

c. paragraf deduktif-induktif (campuran);

Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Dalam paragraf ini, terdapat dua kalimat utama. Kalimat terakhir paragraf ini merupakan penegasan dari pernyataan yang dikemukakan.

d. paragraf penuh kalimat topik.

Paragraf penuh kalimat topik adalah paragraf yang gagasan utamanya tersebar pada seluruh kalimat. Dengan kata lain, paragraf ini tidak memiliki kalimat utama. Semua kalimatnya merupakan kalimat

(46)

33

penjelas dengan gagasan utamanya tersirat pada kalimat-kalimat itu.

Jenis paragraf ini umumnya dijumpai pada karangan deskriptif dan naratif.

2. Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya

Berdasarkan sifat isinya, menurut Finoza (1993: 177) paragraf dapat digolongkan atas lima macam, yaitu:

a. paragraf persuasif, jika isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara memengaruhi atau mengajak pembaca;

Contoh:

WAP (Wireless Aplication Protocol) adalah aplikasi yang mewujudkan impian mengakses dunia informasi dan layanan terkini langsung dari ponsel Anda layaknya akses internet. Dengan Ericcson R320S, salah satu ponsel pertama yang dilengkapi WAP, Anda dengan cepat dapat mengakses ke pusat data informasi dan layanan melalui situs WAP.

Semuanya dapat dilakukan dari telapak tangan Anda. Dengan dilengkapi fitur-fitur inovatif, dapat dikatakan ponsel tipis yang memiliki berat 95 gr ini adalah sebuah kantor di dalam kantung Anda.

b. paragraf argumentatif, jika isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti-bukti atau alasan yang mendukung;

(47)

Contoh:

Saya akan mengoreksi pernyataan Sdr. Yusdja yang mengatakan bahwa “Jika seseorang berjalan dari titik terus- menerus menuju angka yang lebih besar ke kanan akan sampai pada titik 0 kembali. Bukankah dunia ini bulat? “Pertama akan saya sampaikan adalah garis bilangan itu datar. Jika kita berjalan ke arah kanan sumbu positif), maka perjalanan kita tidak akan berakhir sampai kita mati. Kita tidak akan pernah mencapai bilangan tak terhingga karena bilangan tak terhingga itu tidak ada. Ketakhinggaan itu adalah sifat, bukan bilangan.

Kedua, kita tidak akan pernah kembali ke titik nol sebab jika kita berjalan di garis bilangan, maka kita berjalan di ruang Euklid yang menggunakan geometri eliptik. Satu hal lagi, telah menjadi kesepakatan bahwa sumbu koordinat berapa pun dimensi ruang yang dibicarakan adalah terletak di bidang datar.

c. paragraf naratif, jika isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita;

paragraf deskriptif, jika isi paragraf melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa;

Contoh:

Pengalaman saya waktu mengikuti acara kunjungan ke perpustakaan ITB dan perpustakaan UNPAD selama tiga hari

(48)

35

sangat mengesankan. Pada hari ketiga kami pergi ke air terjun di daerah pegunungan. Untuk dapat sampai ke sana kami harus berjalan kaki melewati hutan, perkampungan, kebun teh, dan beberapa sungai kecil. Waktu tempuh untuk sampai ke air terjun tersebut kira-kira dua jam. Tidak lama kami di sana lalu kembali lagi ke penginapan. Dalam perjalanan pulang, sandal yang saya pakai putus. Saya bingung dan sangat takut.

Ternyata ada juga teman saya yang sandalnya putus. Kami jalan berdua sambil menerka-nerka jalan pulang. Kami nyasar, akhirnya kami bertemu guru yang pulang paling akhir.

Contoh:

Stadion Munhak Inchon terletak 28 km sebelah barat Seoul. Di atas area seluas 400 ribu meter persegi dengan kapasitas 50.256 orang penonton, stadion ini dibangun dengan fasilitas pendukung yang sangat lengkap. Di sekitar kompleks stadion ini terdapat kolan renang, pusat kebugaran, lapangan squash, balai sidang, serta hall untuk pertunjukan musik dan film. Selain luas, stadion ini dibangun cukup unik. Atapnya mengambil simbol kapal dan layar sesuai dengan tradisi masyarakat Inchon yang kental dengan nuansa maritim. Di pintu masuk dipasang replica bola dengan ukuran 4,5 x 14 meter.

(49)

d. paragraf ekspositoris, jika isi paragraf memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu.

Contoh:

Menyambut HUT ke-474 Jakarta, Minggu (24/6), akan diselenggarakan karnaval Jakarta 2001. Wagub DKI Bidang Pemerintahan Abdul Kahfi kepada pers, Selasa (19/6), meyatakan hiburan rakyat ini menampilkan berbagai kreativitas, antara lain delman hias, mobil hias, mobil kuno, motor besar, barisan drum band, ondel-ondel, musik tanjidor, rebana, barongsai, kuda lumping, dan sisingaan. “Peserta karnaval dibagi dua kelompok jalan kaki dan kendaraannya,”

katanya. Menurut dia, karnaval start dari Silang Monas menuju M.H. Thamrin dan finish di Jalan Merdeka Selatan. Khusus rute kelompok pejalan kaki, jelas Abdul Kahfi, “Berputar di bundaran Hotel Indonesia”.

3. Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan

Finoza (1993: 179-180) membagi jenis paragraf menurut fungsinya dalam karangan sebagai berikut.

a. Alinea Pembuka

Isi alinea pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan, alinea pembukaan harus difungsikan untuk:

1. menghantar pokok pembicaraan;

(50)

37

2. menarik minat dan perhatian pembaca;

3. menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.

Alinea pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menawan pembaca. Untuk itu, bentuk-bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis alinea pembuka, yaitu:

1. kutipan, pribahasa, anekdot;

2. uraian mengenal pentingnya pokok pembicaraan;

3. suatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang;

4. uraian tentang pengalaman pribadi;

5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan;

6. sebuah pertanyaan.

b. Alinea Pengembang

Alinea ini bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan di dalam alinea pembuka. Alinea pengembang di dalam karangan dapat difungsikan untuk:

1. mengemukakan inti persoalan;

2. memberi ilustrasi atau contoh;

3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada alinea berikutnya;

4. meringkas alinea sebelumnya;

5. memersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.

c. Alinea Penutup

(51)

Alinea penutup berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Alinea ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Penyajian alinea penutup harus memerhatikan hal berikut ini.

1. Sebagai bagian penutup, alinea ini tidak boleh terlalu panjang.

2. Isi alinea harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.

Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya alinea ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.

c.Pola Pengembangan Paragraf

Menurut Nadjua (2009: 130-132) ada beberapa pola yang digunakan untuk mengembangkan paragraf, yaitu:

1. pola umum-khusus;

Pola umum-khusus, pertama-tama, gagasan utama diletakkan dalam kalimat pertama yang kemudian disusul dengan kalimat- kalimat penjelas. Pola demikian sama dengan jenis paragraf deduktif.

2. pola khusus-umum;

Pola khusus-umum, pertama-tama, diketengahkan gagasan- gagasan penjelas terlebih dahulu yang kemudian ditutup dengan kalimat topik. Pola ini sama dengan jenis paragraf induksi, kalimat- kalimat penjelas diletakkan di awal-awal paragraf yang kemudian ditutup dengan kesimpulan yang terdapat dalam kalimat topik.

(52)

39

3. pola sebab-akibat;

Pola sebab-akibat adalah suatu pola pengembangan paragraf dengan cara menyampaikan hal-hal yang secara timbal balik mempunyai pertalian sebab-akibat. Dalam pola ini hal-hal yang menjadi sebab dari suatu kejadian dapat dijadikan sebagai gagasan utama sedangkan akibatnya dijadikan sebagai gagasan penjelas. Atau sebaliknya, hal-hal yang menjadi akibat dijadikan sebagai gagasan utama, sedangkan sebabnya dijadikan sebagai gagasan penjelas.

4. pola ilustrasi/contoh;

Pola pengembangan paragraf dengan cara ini adalah dengan memberikan gambaran-gambaran dan contoh-contoh yang lebih konkret. Gambaran dan contoh dimaksudkan untuk memberikan kejelasan secara rinci gagasan utama yang sifatnya masih terlalu umum.

5. pola pertentangan dan perbandingan.

Pola ini adalah suatu pola mengembangkan paragraf dengan cara membandingkan dua hal dan menghadapkan dua hal yang saling bertentangan satu sama lain dalam sebuah paragraf.

d.Kriteria Kualitas Paragraf

Bila kita bicara tentang kualitas suatu paragraf, mau tidak mau kita dihadapkan kepada seperangkat syarat-syarat paragraf yang baik. Menurut Djago Tarigan (2008: 36) syarat yang harus dipenuhi agar paragraf termasuk kategori baik, di antaranya:

(53)

1. isi paragraf berpusat hanya pada satu hal saja;

2. isi paragraf relevan dengan isi karangan;

3. paragraf harus koheren dan unity;

4. kalimat topik harus dikembangkan dengan jelas dan sempurna;

5. Paragraf tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar;

6. struktur paragraf harus bervariasi disesuaikan dengan (a) latar belakang pembaca, (b) sifat media tempat paragraf (karangan) diterbitkan, dan (c) sifat dan tuntutan kalimat topik.

5 . Persuasif

a. Pengertian Persuasif

Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti ‘membujuk’ atau

‘meyakinkan’. Bentuk nominanya adalah persuation yang kemudian menjadi kata pungut bahasa Indonesia persuasi (Finoza, 1993: 229).

Persuasif adalah suatu keahlian untuk mencapai suatu persetujuan atau kesesuan kehendak pembicara dan yang diajak berbicara; lagi pula merupakan proses untuk meyakinkan orang lain supaya orang itu menerima apa yang diinginkan oleh pembicara atau penulis (Gani, dkk., 1987: 99) .

Menurut KBBI edisi ketiga tahun 2007, persuasif adalah ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya.

Keraf (2007: 118) mengemukakan bahwa persuasif adalah suatu seni verbal yang bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang.

Tujuan akhirnya adalah agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu,

(54)

41

maka persuasif dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan. Mereka yang menerima persuasif harus mendapat keyakinan bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang benar, bijaksana, dan dilakukan tanpa paksaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persuasif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik melalui bahasa lisan maupun tulis untuk memengaruhi orang lain melakukan sesuatu yang diinginkan oleh pembicara maupun penulis.

b. Dasar-dasar Persuasif

Aristoteles (dalam Keraf, 2007: 121) mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengadakan persuasif, yaitu:

1. watak dan kredibilitas;

Dalam pergaulan antarmanusia, karakter atau watak merupakan salah satu faktor yang selalu harus diperhitungkan. Watak dan seluruh kepribadian pembicara atau penulis dapat diketahui dari seluruh pembicaraan atau paragrafnya. Gaya yang dipakai, pilihan kata, struktur kalimat, tema, dan sebagainya merupakan keseluruhan atau totalitas pengarang atau pembicaranya. Kemantapan berbicara, keteraturan proses berpikirnya, dan bahasa yang dipergunakan semuanya akan mencerminkan latar belakangnya.

Kepercayaan (kredibilitas) terhadap pembicara atau penulis akan timbul, bila hadirin tahu bahwa pembicara mengetahui dengan baik persoalan yang tengah dibicarakannya; bila hadirin tahu bahwa pembicara tidak

Gambar

Tabel 1 Format Pedoman Penskoran Menulis Paragraf Persuasif
Tabel 1. Skor Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah Biringbulu Kabupaten Gowa
Tabel 2. Hasil kemampuan menulis paragraf persuasif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah.
Tabel 3. Hasil Tes Menulis Paragraf persuasif
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) pemahaman siswa mengalami peningkatan dengan kategori tinggi, hal tersebut dibuktikan melalui uji gain terhadap

Dari hasil simulasi yang telah dibuat, dapat dikatakan bahwa Generator induksi tereksitasi sendiri ( Self-Excited Induction Generator /SEIG) mampu beroperasi dengan

Penggunaan ekstrak akar Derris elliptica sebenarnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mencoba mengaplikasikannya sebagai bioinsektisida di sawah untuk

Hasil klasifikasi pada pembagian data training : testing 60:40 pada pengujian ke-20 dengan metode Naïve Bayes divisualisasikan dalam peta digital yaitu peta

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “ Studi Komparatif Kinerja Guru Tersertifikasi melalui Portofolio dan PLPG di SMA. Negeri Se-

Tabel 4.4 Analisis hubungan self efficacy dengan tingkat kecemasan menghadapi OSCE pada mahasiswa D3 keperawatan semester 4 FIKES

Dalam penelitian ini alat ukur kecemasan merupakan adaptasi dari Depression Anxiety Stress Scale (DASS) yang disusun oleh Lovibond dan Lovibond (1995), maka pengertian kecemasan

Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas P2KB dan P3A)